PENYAKIT TULAR VEKTOR (VECTOR-BORNE DISEASE )
Prof. dr.Tjandra Yoga Aditama Direktur Jenderal PP dan PL Kemenkes RI
HARI KESEHATAN SEDUNIA TAHUN 2014 • Tema Global: “Vector Borne Disease” • Slogan : “Small bite, big threat: find out how to protect yourself ” • Tema di Indonesia: “Waspadai Nyamuk, Lindungi Diri Kita”
NYAMUK Merupakan vektor (perantara) potensial penular penyakit • Di Dunia - Genus : 41 - Spesies : 3500
Di Indonesia sudah diketahui: a. 25 jenis nyamuk sbg penular malaria b. 22 jenis nyamuk sbg • Di Indonesia penular filariasis - Genus : 5 c. 2 jenis nyamuk sbg (Anopheles, Aedes, Culex, penular DBD dan Mansonia, Armigeres) Chikungunya - Spesies : 321, diantaranya 41 d. 11 jenis nyamuk sbg sbg vektor penular penyakit penular Japanese Encephalitis
Nyamuk yang Berperan sebagai Vektor, a.l: 1. Nyamuk Anopheles sp. vektor malaria dan filariasis 2. Nyamuk Aedes sp., vektor DBD, Chikungunya, West Nile Virus, Yellow Fever 3. Nyamuk Culex sp. vektor Japanese Encephalitis (JE), Filariasis, West Nile Virus (WNV), St Louis Encephalitis (SLE), Western Equine Encephalitis (WEE) 4. Nyamuk Mansonia sp. vektor Filariasis
5. Nyamuk Armigeres sp. vektor Filariasis
PENGENDALIAN NYAMUK Pengendalian secara Kimiawi Penyemprotan Fogging Kelambu Larvasidasi Pengendalian secara Biologi Ikan pemakan jentik nyamuk Tumbuhan pengusir nyamuk Pengendalian secara Fisik Pengelolaan Lingkungan : • Manipulasi lingkungan • Modifikasi lingkungan Pengendalian vektor secara terpadu (Integrated Vector Management/IVM)
MALARIA
API (ANNUAL PARASITE INCIDENCE) IN INDONESIA 1990-2013 (Annual Parasite Incidence) API 4.68
API per 1000 Population
3.62 Target of MDGs 1.96
1.75
1.69 1.38 1.00
1990
2000
2010
2011
2012
2013
2014
Year 7
Papua Papua Barat NTT Maluku Maluku Utara Bengkulu Kalimantan… Kalimantan… INDONESIA Bangka Belitung Sumatera Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Gorontalo Jambi Sulawesi… NTB Kepulauan Riau Kalimantan… Aceh Sulawesi Barat Sumatera… Lampung Sulawesi Selatan Sumatera Barat Kalimantan Barat Riau Jawa Tengah Yogyakarta Banten Jawa Barat Jawa Timur Bali DKI 1.28 1.21 1.13 1.11 1.08 1.01 0.62 0.57 0.49 0.47 0.44 0.40 0.39 0.34 0.25 0.24 0.23 0.23 0.03 0.02 0.01 0.00 0.00 -
8.25 4.51 2.74 2.00 1.43
16.37
42.65 38.44
Annual Parasite Incidence Malaria 2013
API Nasional 1.38
Konfirmasi : 93,2% Pengobatan : 84,4% Kelengkapan Laporan : 90,3%
Masalah dan Tantangan • Koordinasi multi sektoral dan pemanfaatan potensi mitra, (sektor pemerintah, swasta, masyarakat dan pasien) belum optimalnya • Meningkatnya potensi faktor risiko (linkungan, iklim), resistensi OAM, pestisida • Keterbatasan akses pelayanan kesehatan, daerah remote, terpencil. • KTI dengan endemisitas tinggi dg kontribusi 79% kasus nasional
STRATEGI 1. AKSELERASI Pengendalian dengan Cakupan Seluruh Wilayah (Universal Coverage) dengan Endemisitas Tinggi (Papua, Papua Barat, Maluku Utara, Maluku dan NTT) • Penemuan secara aktif melalui MBS (mass blood survey). • Kampanye kelambu berinsektisida secara massal • IRS didesa dengan API > 40 ‰. 2. INTENSIFIKASI Pengendalian didaerah FOKUS (tambang, pertanian, kehutanan, transmigrasi, pengungsian, dll) bagi wilayah diluar KTI.
STRATEGI (2) 3. ELIMINASI Malaria pada daerah dengan endemisitas rendah. • Penguatan surveilans migrasi, pengamatan daerah reseptif 4. Strategi UMUM • Peningkatan akses layanan malaria yang bermutu • Penguatan Surveilan, Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB), • Penguatan kemandirian masyarakat melalui Posmaldes dan UKBM lainnya • Penguatan kemitraan melalui Forum Gerakan Berantas kembali Malaria (Gebrak-Malaria)
KEBIJAKAN PENGENDALIAN MALARIA • Diagnosis konfirmasi dengan mikroskopis atau uji diagnosis cepat • Pengobatan dengan Artemisinin Combination Therapy • Pencegahan dan pengendalian faktor risiko secara terpadu (kelambu, penyemprotan, larvasiding, repellant, manajemen lingkungan)
PEMETAAN ENDEMISITAS MALARIA 2013 DAN STRATEGI PENGENDALIAN ENDEMISITAS KAB/KOTA TINGGI SEDANG (FOKUS) RENDAH
52 112 337
STRATEGI
TARGET
AKSELERASI INTENSIFIKASI ELIMINASI
2030 2020 2015
• Saat ini sudah 212 kabupaten/kota mendapatkan setifikat eliminasi /bebas malaria • 125 kab/kota dalam proses penilaian eliminasi malaria
DBD & CHIKUNGUNYA
TREND IR & CFR DBD 1968 – 2013
CFR 1968: 41,3%
IR 2013: 42,05/100.000 Populations
IR 1968: 0,05/ 100.000 Populations CFR 2013: 0,73%
•
IR have increased over time: both increased disease spread & enhanced surveillance.
•
CFR has remained below 1% since 2000.
KASUS CHIKUNGUNYA DAN JUMLAH KAB/KOTA TERJANGKIT
DBD & CHIKUNGUNYA Strategi pengendalian : 1. Pemberdayaan masyarakat 2. Peningkatan kemitraan berwawasan bebas dari penyakit DBD dan Chik 3. Peningkatan profesionalisme pengelola program 4. Desentralisasi 5. Pembangunan berwawasan kesehatan lingkungan
DBD & CHIKUNGUNYA Issue Strategis • Pengembangan vaksin DBD, saat sedang taraf uji coba ke masyarakat. • Monitoring sirkulasi serotype virus Dengue di beberapa daerah endemis terintegrasi SIBI surveilans sentinel di 6 RS • Revitalisasi pokjanal DBD baik di Provinsi maupun di Kabupaten/Kota
Dukungan LS/LP Kemitraan untuk mendukung upaya pengendalian DBD: - Instansi Pemerintah (Diknas, Pemda, Depag) - LSM - Swasta - Dunia Usaha - PKK - UKS - Organisasi Profesi - Universitas
FILARIASIS
(Penyakit Kaki Gajah) KOMITMEN GLOBAL: WHA Resolution (1997): ‘Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem’ WHO Global Commitment (2000): ‘The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the year 2020’
STRATEGI 1. Memutuskan mata rantai penularan filariasis melalui Pemberian obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis di daerah endemis. 2. Mencegah dan membatasi kecacatan melalui penatalaksanaan kasus kronis filariasis 3. Memperkuat surveilans 4. Pengendalian Vektor Terpadu 5. Integrasi program dg kecacingan dan Neglected Tropical Diseases yg lain.
SITUASI FILARIASIS DI INDONESIA 70,000,000
60.0
60,000,000
50.0
50,000,000 40.0 40,000,000 30.0 30,000,000 20.0 20,000,000 10.0
10,000,000 -
0.0 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Target POMP
8,000,000
18,803,86
24,461,51
29,777,53
32,000,00
56,000,00
57703339
33,688,84
41056220
Cakupan POMP
3,897,388
5,325,106
8,411,263
12,310,95
16,318,87
22,052,62
21767979
19,049,00
21506275
48.7
28.3
34.4
41.3
51.0
39.4
37.7
56.5
52.4
% Cakupan POMP
• Tahun 2013: 92 kab/kota melakukan POMP Fil, tahun 2014: rencana 119 kab/kota • Jml pddk yg minum obat filariasis bertambah setiap tahun, pd th 2013: 21,5 jt
ISSU STRATEGIS 1. Menjadikan sebagai salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Kesehatan dalam rancangan RPJMN 2015-2019 2. Meningkatkan kampanye nasional melalui: a. Advokasi dan sosialisasi b. Penyuluhan kesehatan masyarakat lewat berbagai media 3. Meningkatkan jumlah kab/kota endemis filariasis untuk melaksanakan Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis
LEPTOSPIROSIS
LEPTOSPIROSIS Adalah ZOONOSIS AKUT disebabkan oleh bakteri Leptospira dengan spektrum penyakit yang luas dan dapat menyebabkan kematian Sumber utama penularan : TIKUS, binatang lain : anjing, babi, sapi, kambing Leptospira dikeluarkan melalui urin binatang yang sakit atau karier ke dalam lingkungan Transmisi Leptospira dari binatang ke manusia melalui air yang terkontaminasi bakteri atau tanah yang lembab Faktor risiko : berjalan di genangan air, aktivitas di daerah banjir, higiene perorangan kurang dan risiko pekerjaan (petani, pekerja tambang, nelayan, dll)
Kasus Leptospirosis yang dilaporkan pada manusia di Indonesia LOKASI
PROVINSI 1. DKI JAKARTA
JAKTIM, JAKBAR, JAKSEL, JAKUT, JAKSEL
2. JABAR
KOTA BANDUNG
3. JATENG
DEMAK, PURWOREJO, KLATEN, KAB/KOTA SEMARANG, PATI
4. DI YOGYAKARTA
SLEMAN, BANTUL, GUNUNG KIDUL, KULONPROGO, KOTA YOGYAKARTA
5. JATIM
GRESIK, MALANG
6. BENGKULU
KAB.KAUR
7. KEPRI
TANJUNG UBAN
8.
MAKASSAR, GOWA, MAROS, PINRANG
SULSEL
Sumber : Subdit Pengendalian Zoonosis, Dit.PPBB – Ditjen PP dan PL
Target/goal 1. Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Fatalitas Kasus (Case Fatality Rate/CFR) Leptospirosis 2. Diagnosis dan penatalaksanaan kasus secara dini sesuai prosedur 3. Penguatan kerjasama lintas program dan lintas sektor secara terpadu, dengan Komnas Pengendalian Zoonosis sebagai koordinator di jenjang nasional dan Komda provinsi/kabupaten/Kota Pengendalian Zoonosis di daerah 4. Pemberdayaan peran serta masyarakat
Isu Strategis Pengendalian Leptospirosis 1. Meningkatnya potensi faktor risiko bencana alam seperti banjir dan erupsi gunung serta penanganan hewan penularnya 2. Manifestasi klinis leptospirosis bervariasi sering terjadi keterlambatan diagnosis dan penemuan kasus leptospirosis di fasilitas pelayanan kesehatan 3. Keterbatasan pemeriksaan penunjang/ laboratorium dalam mendiagnosis kasus 4. Belum optimalnya kerjasama lintas sektor/program dalam penanggulangan faktor risiko dan pemberdayaan masyarakat
KESIMPULAN 1. Sampai saat ini penyakit tular vektor masih menjadi masalah kesehatan masyarakat 2. Melalui Peringatan Hari Kesehatan Sedunia dan Hari Malaria Sedunia , kita tingkatkan : - Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus - Gerakan pemberantasan tempat perindukan nyamuk antara lain saluran air yang mampat, galian bekas tambang, laguna, rawa-rawa, dll - Lindungi diri agar tidak tergigit nyamuk dengan menggunakan: kelambu berinsektisida, repellen dan pelindung serangga lainnya. 3. Kembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
TERIMA KASIH