Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007

 

SEBARAN SERANGAN HAMA KUMBANG KELAPA Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae) DI KECAMATAN MATTIROBULU KABUPATEN PINRANG Itji Diana Daud

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fapertahut, Unhas

ABSTRAK Tujuan penelitian adalah mengetahui sebaran hama kumbang kelapa Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaedae) di 10 dusun di Kecamatan Mattirobulu Kabupaten Pinrang. Survei sebaran hama kumbang kelapa Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaedae) dilakukan dengan mengamati gejala serangan hama (keberadaan guntingan daun dan pelepah yang rusak). Presentase serangan dikategorikan sehat, ringan, sedang, dan berat. Kategori ringan yaitu 1%- 25% daun yang terserang dari total daun per pohon, kategori ringan 26%-50%, kategori berat 51%-75%, dan kategori sangat berat > 75%. Pengamatan tingkat serangan hama dilakukan dengan menggunakan alat bantu penglihatan berupa lensa pembesar atau sejenis teropong. Hasil survei menunjukkan serangan hama kumbang O. rynocerus di Kecamatan ini dengan tingkat serangan yang bervariasi. Sedangkan tanaman yang tidak terserang hama kumbang ini banyak ditemukan di dusun Punnia ( 23 pohon) dan Buludua (9 pohon) dan Boki (4 pohon). Kategori sedang, seluruhnya ditemukan di tempat pengamatan. Dusun Bulu dua (43 pohon), Boki (26 pohon), Kariango 1 (50 pohon), Kariango 2 (40 pohon), Dolangan (10 pohon), Bottae (50 pohon), Karangan (8 pohon), Punnia (30 pohon), Cora (33 pohon), dan dusun Palopo (45 pohon). Kategori serangan ringan, hampir seluruh tempat pengamatan ditemukan kategori ini yaitu dusun Buludua (8 pohon), Boko (48 pohon), Kariango 2 (20 pohon), Dolangan (10 pohon), Karangan (20 pohon) Punnia (48 pohon), Cora (68 pohon), dan Palopo (20 pohon). Untuk kategori sehat yaitu hanya ditemukan di tiga tempat pengamatan yaitu Buludua (8 pohon), Boki (5 pohon), Dolangan (2 pohon), dan Punnia (23 pohon). Kata kunci: Serangan hama kumbang kelapa, Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaedae), Kecamatan Mattirobulu.

PENDAHULUAN Tanaman kelapa merupakan tanaman multiguna yang keseluruhan bagianbagian tanamannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan prabot rumah tangga, pangan, obat-obatan, dan bahkan untuk keperluan souvenir. Air kelapa memiliki khasiat dan nilai gizi yang tinggi. Air kelapa mengandung banyak unsur makro berupa nitrogen dan karbon. Unsur nitrogen di dalamnya berupa protein yang tersusun dari asam amino, seperti alanin, sistin, arginin, alin, dan serin. Dibandingkan asam amino yang terdapat di susu sapi, asam amino yang terkandung dalam air kelapa ternyata lebih tinggi. Unsur karbon yaitu dalam bentuk karbohidrat sederhana seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, sorbitol, inositol, dan lainnya. Sedangkan unsur mikro dalam air kelapa berupa mineral yang dibutuhkan sebagai penganti ion tubuh. (Anonim, 2008 a). Terlepas dengan nilai gunanya, terdapat permasalahan utama salah satunya adalah hama kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) (Coleoptera:Scarabaeidae). Hama kumbang kelapa O.rhinoceros sudah tersebar luas dibelahan dunia. Di Asia Tenggara seperti Filiphina, Malaysia, dan Thailand (Jelfina C Alouw, 2007). Di Asia seperti Oman telah dilaporkan tingkat serangan dari 30 pohon tahun 1983 meningkat menjadi 68% tahun 1986 (Kinawy, 1989). Dan Negara-negara di Pasifik Selatan kerusakan hama kumbang kelapa dipastikan dapat mencapai sedikitnya $US 1.100.000

306

Itji Diana Daud: Sebaran Serangan Hama Kumbang Kelapa O. rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae) di Kec. Mattirobulu, Kab. Pinrang

tahun 1968 (Bedford, 1980). Indonesia, di daerah Jawa Tengah telah dilaporkan terserang ribuan pohon kelapa yang mengakibatkan produksi nira menurun hingga 50 % (Anonim, 2003). Di Jawa Barat, di Kabupaten Ketapang, Penurunan produksi kelapa akibat serangan ini mencapai 75-80 pohon yaitu dari 4000 butir per tahun menurun menjadi 500 butir dan bahkan bibit kelapa yang belum ditanam pun juga diserangnya (Anonim, 2008 b). Selain dapat menyebabkan kerusakan langsung, hama kumbang kelapa ini juga dilaporkan sebagai pembawa penyakit busuk pucuk kelapa yang disebabkan cendawan Phytophtora palmivora. Spora cendawan menempel dipermukaan tubuh serangga yang terangkut dari tanaman sumber inokulum dan berpindah ke pertanaman lainnya (Anonim, 2008 c). Serangga dewasa terbang ke atas pertengahan pucuk kelapa dan menggorok pucuk. Biasanya bakal daun yang akan muncul akan tegunting dan pelepahnya terdapat gorokan. Bekas guntingan berbentuk “V” pada daun (Bedford, 1980). Serangan berat biasanya terjadi jika kumbang kelapa ini menyerang berulang kali (Kinawy, 1989). Lebih lanjut Bedford (1980) mengemukakan bahwa serangan hama kumbang kelapa berpengaruh terhadap menurunnya hasil buah kelapa. Jika terdapat 18 ekor hama ini setiap pelepah maka 10 pohon anakan daun akan dimakannya. Terjadi korelasi positif penurunan produksi buah dengan hilangnya anakan daun. Sedangkan Hinckley A.D., (1973) mengemukakan bahwa hama ini dapat menyebabkan kematian tanaman jika menyerang titik tumbuhnya. Beberapa pengendalian sudah dilaporkan. Perlakuan insektisida melalui penginfusan batang pada beberapa jenis kelapa belum menunjukkan hasil maksimal. Perlakuan insektisida tidak efektif mematikan hama kumbang kelapa jika kondisi kebun yang tidak disanitasi. tetapi kondisi kebun seperti ini sangat mendukung perkembangan hama kumbang kelapa. Serangan awal hama ini terlebih dahulu memakan pucuk daun yang belum membuka disaat konsentrasi insektisida sangat rendah sampai dipucuk (Ruskandi dan Odah Setiawan, 2004). Berbeda dengan perlakuan pestisida, penelitian dengan perlakuan sex feromon yang dikombinasikan dengan virus Baculovirus yang dipasang dengan menggunakan pipa paralon disekitar pertanaman kelapa cukup efektif yaitu dapat membunuh 6 – 25 ekor hama kumbang kelapa per ha per bulan (Jelfina C Alouw, 2007). Disamping itu, perlakuan ini dapat pula digunakan untuk mengetahui dan mengevaluasi sebaran populasi hama ini. Sejauh ini tingkat sebaran serangan hama kumbang kelapa di Sulsel khususnya di Kab. Pinrang belum diketahui dengan pasti. Hal ini dilihar dari laporan Dinas Perkembuan dan Kehutanan tahun 2007 yang tidak menyebutkan besarnya sebaran serangan hama ini. Berdasarkan hal tersebut diperlukan penelitian sebaran hama ini. Penelitian difokuskan di Kecamatan Mattirobbulu yang merupakan wilayah di Kabupaten Pinrang yang memiliki jumlah populasi tanaman kelapa terbesar.

BAHAN DAN METODE Survei serangan kumbang kelapa O. rhinocerus dilakukan di Kecamatan Mattirobulu berlangsung mulai bulan Juli-September 2008. Lokasi survei merupakan salah satu penghasil kelapa terbesar di Kabupaten Pinrang. Pengambilan titik simple dilakukan di 10 dusun dengan masing-masing luasan kurang lebih 1 hektar. Jarak antar titik pengambilan sampel berkisar 30- 35 km. Gejala serangan kumbang kelapa ditandai keberadaan guntingan pelepah daun. Penentuan presentase serangan kumbang kelapa dikategorikan sehat, ringan, sedang, dan berat dengan menghitung jumlah daun terserang dari total daun.

307

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007

 

Kategori ringan yaitu antara 1%- 25% daun yang terserang, kategori ringan antara 2%50%, kategori berat antara 51%-75%, dan kategori sangat berat > 75%. Pengamatan tingkat serangan hama dilakukan dengan menggunakan alat bantu penglihatan berupa lensa pembesar atau sejenis terpong.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi kebun contoh Hasil pengamatan sebaran serangan hama kumbang kelapa O. rhinoceros dari kesepuluh dusun di Kecamatan Mattirobulu dapat dilihat pada Gambar 1-10. kondisi pertanaman kelapa secara keseluruhan menunjukkan gejala serangan yang bervariasi.

Gambar 1. Kondisi tanaman kelapa di dusun Buludua.

308

Itji Diana Daud: Sebaran Serangan Hama Kumbang Kelapa O. rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae) di Kec. Mattirobulu, Kab. Pinrang

Gambar 2. Kondisi tanaman kelapa di dusun Boki

Gambar 3. Kondisi tanaman kelapa di dusun Kariango 1.

309

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007

Gambar 4. Kondisi tanaman kelapa di dusun Kariango 2.

Gambar 5. Kondisi tanaman kelapa di dusun Bottae

310

 

Itji Diana Daud: Sebaran Serangan Hama Kumbang Kelapa O. rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae) di Kec. Mattirobulu, Kab. Pinrang

Gambar 6. Kondisi tanaman kelapa di dusun Dolangan

Gambar 7. Kondisi tanaman kelapa di dusun

311

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007

Gambar 8. Kondisi tanaman kelapa di dusun Punnia

Gambar 9. Kondisi tanaman kelapa di dusun Cora

312

 

Itji Diana Daud: Sebaran Serangan Hama Kumbang Kelapa O. rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae) di Kec. Mattirobulu, Kab. Pinrang

Gambar 10. Kondisi tanaman kelapa di dusun Palopo Tabel 1. Kondisi kebun contoh di Kecamatan Mattirobulu Kabupaten Pinrang Dusun Bulu Dua Boki

Kariango 1 Kariango 2 Dolangan

Kondisi kebun Monokultur kebun terletak dipinggir jalan menuju Kab. Sidrap, berbukit-bukit Monokultur, Kebun terletak pinggir jalan menuju Kab. Sidrap dengan kebun yang datar, melakukan pemupukan, terdapat tumpukan bahan organic, ditemukan larva disekitar kebun Tumpang sari kakao, pisang, dan pepaya. Terletak dipinggir sungai, terdapat tumpukan bahan organic dan ditemukan larva di kelapa mati Tumpang sari kakao, pepaya, dan pisang, tanah datar terletak di pinggir jalan dan perkampungan, terdapat tumpukan bahan organic, ditemukan larva Tumpang sari nenas, mangga, dan kakao, terdapat tumpukan bahan organic, ditemukan larva

Umur Kelapa (Thn) 70

Total Populasi/ha

39

300

47

60

42

75

43

125

125

Bottae

Tumpang sari nenas, mangga, pisang, dan nangka. Jarak tanam sangat rapat, ditemukan larva

35

50

Karangan

Tumpang sari pisang, kakao, dan mangga, terdapat tumpukan bahan organic,ditemukan larva

41

56

Punnia

Tumpang sari ubi dan kakao dan kebun kondisi terbuka dekat dari persawahan, terdapat tumpukan bahan organic, tidak ditemukan larva Tumpang sari pepaya, mangga, dan kakao, terdapat tumpukan bahan organic, tidak ditemukan larva

44

85

43

123

Tumpang sari kakao, pisang, dan mangga. Kebun letaknya di sekitar pekuburan, terdapat tumpukan bahan organic, ditemukan larva

45

98

Cora Palopo

313

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007

 

Tabel 1 menunjukkan bahwa kebun kelapa di Kecamatan Mattirobulu secara keseluruhan menggunakan sistim tumpang sari. Umumnya tanaman kelapa ditumpangsarikan dengan tanaman tahunan. Kecuali di Dusun Bulu dua dan Boki. Kebun ini memang secara keseluruhan tanamannya adalah tanaman kelapa. Hal ini dapat dilihat dari jumlah populasi tanaman kelapa kedua dusun ini yaitu Bulu dua 125 pohon dan Boki 300 pohon. Kebun ini letaknya strategis karena berada dipinggir jalan raya yang dapat memudahkan dalam pemanenan. Saat pengamatan di lokasi ini, pemilik tanaman kelapa di dusun Boki sudah melakukan pemupukan seminggu sebelum pengamatan berlangsung. Tidak hanya itu, saat berlangsung pengamatan pemiliki kebun sedang melakukan pemanenan (Gambar 2, 11, dan 12). Ratusan buah kelapa yang dipanen disimpan dipinggir jalan untuk dipasarkan di kota Makassar. Sistim tumpang sari ini yang ditemukan di kebun dimana tanaman kelapa bukan sebagai tanaman utama (Gambar 1-10). Umumnya kakao, pepaya, pisang, dan mangga. Para petani di kecamatan ini umumnya menjual hasil kebunya seperti pepaya dan pisang di Makassar. Interval waktu penjualan 3 kali seminggu yang diambil langsung oleh pedagang pengumpul di kebun. Umur rata-rata tanaman kelapa di Kecamatan ini berkisar antara paling rendan 35 hingga 70 tahun (Tabel 1). Tanaman kelapa ini umumnya ditanam oleh leluhur mereka yang hingga kini hampir keselurahan tempat lokasi survei tidak diberi pupuk. Hanya saja pemupukan dilakukan untuk tanaman utama mereka yang berada disekitar tanaman kelapa seperti kakao dan tanaman lainnya. Umur tanaman terendah ditemukan di Dusun Bottae, sedangkan umur tertinggi ditemukan di dusun Bulu Dua. Umumunya umur tanaman kelapa dengan kisaran 40 an di kecamatan ini. Persentase serangan di Kecamatan Mattirobulu Gambar 12 menunjukkan bahwa kondisi serangan hama kumbang kelapa di Kecamatan Mattirobulu Kabupaten Pinrang dengan tingkat serangan yang bervariasi mulai dari tanaman tidak terserang, terserang ringan, sedang, hingga tingkat serangan berat. Persentase tanaman tidak terserang hama kumbang kelapa ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman yang terserang. Sedangkan untuk tanaman yang terserang didominasi tanaman terserang sedang. Keseluruhan kebun pengamatan ditemukan gejala serangan ini dengan kisaran 10 pohon hingga 50 pohon, tetapi tidak pada tingkat serangan berat. Tingkat serangan berat ditemukan di dusun Bottae yang 80 pohon disusul dusun karangan sekitar 65 pohon. Dusun kariango, Bottae, Palopo, Punnia, Kariango 2, Buludua, dan Boki menunjukkan serangan berat kumbang kelapa berkisar antara 30 pohon -50 pohon. Tanaman kelapa di dusun Punnia dan Cora tidak ditemukan serangan berat. Tanaman kelapa yang tidak terserang hama kumbang kelapa hanya ditemukan di beberapa dusun saja yaitu dusun Buludua (9 pohon), Boki (5 pohon), Dolangang (2 pohon), dan dusun Punnia (23 pohon). Untuk serangan ringan, dusun Cora menunjukkan serangan ringan terbanyak (68 pohon). Punnia dan Boki menunjukkan masing-masing (45 pohon). Palopo, Karangan, Kariango, dan Buludua (berkisar antar 9 pohon-20 pohon) sedangkan kariango 1 dan Bottae tidak ditemukan. Untuk serangan sedang hama kumbang kelapa ditemukan secara keseluruhan tanaman kelapa di kecamatan ini yaitu dengan kisaran (10 pohon-50 pohon). Populasi tanaman kelapa yang tinggi ditemukan di dusun Boki yaitu 300 pohon kelapa.

314

Itji Diana Daud: Sebaran Serangan Hama Kumbang Kelapa O. rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae) di Kec. Mattirobulu, Kab. Pinrang

Gambar 12. Jumlah pohon kelapa dari berbagai kategori serangan (sehat, ringan, sedang, dan berat) hama kumbang kelapa (O. rhinoceros) di Kecamatan Mattirobulu Kabupaten Pinrang.

Jumlah pohon dengan tingkat serangan berat tertinggi di Dolangan. Kondisi kebun yang tidak dilakukan pemeliharaan tanaman seperti sanitasi dan kondisi kebun yang sangat berdekatan adalah faktor tingginya serangan. Menurut Agnes Vargo, (2000) bahwa sanitasi kebun merupakan pengendalian yang penting dilakukan untuk menekan populasi hama kumbang kelapa. Lebih lanjut dikemukakan, tanaman yang sudah tua perlu dilakukan peremajaan. Selain faktor sanitasi dan jarak antar kebun, sistim pertanaman dengan tumpang sari dengan tanaman pisang juga menjadi pemicu tingginya serangan hama kumbang ini. Menurut Bedford (1980) bahwa serangan hama ini dapat meningkat lima kali lebih cepat pada kebun yang banyak memiliki tanaman pisang dibandingkan dengan tanaman kelapa saja. Tidak hanya di Dolangang, tetapi juga ditemukan di dusun Buludua, Boki, Kariango 1 dan 2, Bottae, Karangang, dan Palopo. Kecuali di dusun Cora dan Punnia serangan kumbang kelapa tidak ditemukan sama sekali. Berbeda dari dusun lainnya, petani di dusun Cora dan Punnia memiliki kebun kelapa yang disanitasi dan lokasi kebunnya berdekatan dengan lahan persawahan. Kondisi kebun mereka mudah mendapatkan banyak hembusan angin yang diduga menjadi faktor pembatas kurangnya serangan hama kumbang kelapa. Banyaknya angin yang berhembus dari arah persawahan yang merupakan ruang terbuka menyebabkan hambatan penyebaran kumbang kelapa. Angin merupakan faktor pembatas penyebaran hama kumbang ini selain sanitasi kebun. Di dusun ini juga petani melakukan pemupukan untuk tanaman utamamnya seperti kakao dan pepaya yang berdekatan dengan pertanaman kelapa. Dusun Cora sudah terkenal sebagai daerah pensuplai pepaya dan kelapa di kota Pare-Pare dan Makassar sehingga petani termotivasi untuk pemeliaraan kebunnya. Perlakuan sanitasi kebun di dusun ini sangat membantu mengendalikan populasi hama kumbang kelapa. Hasil penelitian Adrian (2001) di kebun kelapa sawit menunjukkan bahwa sanitasi saja dapat menurunkan serangan hama kumbang kelapa hingga 30,4 %. Penelitian ini tidak secara rinci dilakukan hubungan antara tingkat serangan dengan produksi buah, tetapi jika kita merunut pada Tabel 2 dapat diestimasi besarnya

315

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007

 

persentase penurunan produksi buah kelapa yang terjadi di tempat survei (Kec.Mattirobulu) Hubungan antara persentase serangan hama kumbang kelapa dengan penurunan produksi buah kelapa dapat dilihat Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 menunjukkan bahwa jika jumlah daun yang rusak akibat gerekan kumbang kelapa 10 pohon akan berdampak penurunan produksi 1%, 10-20% daun yang rusak dapat mempengaruhi penurunan produksi buah sebesar 4%, 20-30 % daun yang rusak penuruan produksi 6%, 30-40 % daun yang rusak mempengaruhi penurunan produksi sebesar 8%, 40-60% daun yang rusak penurunan produksi sebesar 12 pohon, 60-80 pohon daun yang rusak akan mempengaruhi penurunan produksi 17%, dan 80100% daun yang rusak berdampak pada penurunan produksi hingga 23%. Besarnya jumlah daun yang rusak akibat serangan hama ini dan besarnya penurunan hasih buah memiliki korelasi positif. Makin besar persentase jumlah daun yang rusak makin besar pula persentase penurunan produksi buah. Tabel 2. Hubungan antara kerusakan daun kelapa akibat hama kumbang kelapa dengan Jumlah daun yang rusak (%) 0-10 10-20 20-30 30-40 40-60 60-80 80-100

Penurunan hasil buah (%) 1 4 6 8 12 17 23

Sumber: Bedfrod, 1980

Keseluruhan kebun kelapa tempat survei ditemukan gejala serangan hama kumbang kelapa. Tanaman kelapa yang diserang oleh hama ini pada berbagai level jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah tanaman kelapa yang sehat (Gambar 12). Menurut Bedford (1980) bahwa kumbang kelapa dapat menyerang tanaman berumur 10 tahun dengan panjang gerekan rata-rata 16 cm. Lebih lanjut dikemukakan hama ini pertama kali menggerek secara horizontal dan kemudian turun menjadi titik tumbuh secara vertikal. Lubang gerekan yang dibuat serangga ini secara vertikal panjangnya 15-50 cm, lebih panjang dibandingkan dengan lubang horzontal. Kumbang yang telah menggerek masuk ke dalam tanaman akan berada di dalam tanaman sekitar 5 – 10 hari. Seekor betina mampu menghasilkan 30 butir telur sekali meletakkan telur. Di kebun survei ditemukan sarang yang berisi larva dan imago hama ini disekitar tumpukan serasah atau bekas tanaman kelapa mati. Selain itu juga di sekitar perakaran tanaman atau tumpukan bahan-bahan organik yang tersimpang disekitar pertanaman kelapa. Hasil penelitian Adrian, (2001) menunjukkan bahwa jumlah telur yang diletakkan oleh kumbang betina kurang lebih 3 ekor per minggu. Seekor kumbang dapat menghabiskan siklus hidupnya paling sedikit 4 bulan. Menurut Kalshoven (1981) sarang yang disukai oleh imago kumbang kelapa untuk meletakkan telur yang banyak seperti 3

tumpukan sampah atau serasah yang bisa ditemukan 60 ekor larva/mm . Hal ini juga didukung oleh Chapman (1983) dimana kumbang kelapa senang meletakkan telur ditempat serasah atau sampah guna untuk kebutuhan nutrisi larva. Telur memerlukan suhu dan kelembaban yang cukup untuk menetas menjadi seekor larva. Kandungan amoniak dan aceton juga berpengaruh perkembangan larva (Bedford, 1980). Faktor pemberian pupuk Urea yang kurang baik dapat menjadi tempat yang baik untuk meletakkan telur. Jarak antar kebun satu dengan lainnya dan jarak tanam yang rapat juga dapat

316

Itji Diana Daud: Sebaran Serangan Hama Kumbang Kelapa O. rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae) di Kec. Mattirobulu, Kab. Pinrang

mempengaruhi intensitas serangan. Kemungkinan penyebaran hama ini sangat tinggi jika jarak tanam kelapa yang rapat. Jarak antar kebun satu dengan lainnya yang kondisinya tidak disanitasi dapat mempengaruhi intensitas serangan. Umumnya lokasi pengamatan yang menunjukkan intensitas serangan hama kumbang tinggi adalah kebun yang memiliki tanaman kelapa yang saling berdekatan dan kebun yang tidak ada tanaman kelapanya justru berpotensi ditempati untuk bersarang. Kurangnya hembusan angin disekitar kebun juga menjadi salah satu faktor tingginya serangan. Perilaku penyebaran hama ini umumnya menghindari hembusan angin kencang karena kesulitan dengan berat badannya.

KESIMPULAN Jumlah pohon kelapa dengan kategori serangan berat hampir ditemukan disemua dusun pengamatan yaitu dusun Dolangang (80 pohon), Karangang (62 pohon), Kariango 1 (50 pohon) dan Kariango 2 (26 pohon), Bulu Dua (40 pohon), Palopo (34 pohon), dan Boki (23 pohon). Sedangkan tanaman yang tidak terserang hama kumbang ini banyak ditemukan di dusun Punnia ( 23 pohon) dan Bulu dua (9 pohon) dan Boki (4 pohon). Kategori sedang, seluruhnya ditemukan di tempat pengamatan. Dusun Bulu dua (43 pohon), Boki (26 pohon), Kariango 1 (50 pohon), Kariango 2 (40 pohon), Dolangan (10 pohon), Bottae (50 pohon), Karangan (8 pohon), Punnia (30 pohon), Cora (33 pohon), dan dusun Palopo (45 pohon). Kategori serangan ringan, hampir seluruh tempat pengamatan ditemukan kategori ini yaitu dusun Buludua (8 pohon), Boko (48 pohon), Kariango 2 (20 pohon), Dolangan (10 pohon), Karangan (20 pohon) Punnia (48 pohon), Cora (68 pohon), dan Palopo (20 pohon). Untuk kategori sehat yaitu hanya ditemukan di tiga tempat pengamatan yaitu Buludua (8 pohon), Boki (5 pohon), Dolangan (2 pohon), dan Punnia (23 pohon). Kebun yang tidak disanitasi jauh lebih rentan terserang hama kumbang kelapa dibandingkan kebun yang disanitasi. Selain faktor kebun yang saling berdekatan dengan satu sama lain, sistim pertanaman dengan tumpang sari. Kebun yang berdekatan dengan daerah persawahan kecendrungannya dapat terhindar (escape) dari serangan hama ini.

SARAN DAN REKOMENDASI Kondisi kebun yang berdekatan dengan persawahan atau berdekatan dengan ruang kosong cukup membantu menurunkan serangan hama ini, selain perlakuan sanitasi. Untuk mengurangi serangan hama kumbang kelapa, sanitasi dan pemeliharaan tanaman dilakukan tidak hanya pada kebun tempat pengamatan, tetapi juga kebun disekitar pengamatan. Tumpang sari tanaman kelapa dengan pisang perlu dipertimbangkan. Perlu dilakukan segera pendataan ulang sebaran hama kumbang kelapa dan faktor-faktor berpengaruh tingginya serangan hama ini di Sulsel.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2003. RIbuan Tanaman Kelapa Terserang Hama Kumbang Kelapa. Sumber kompas online Desember 2003. Anonim, 2008 c. Apa yang harus dilakukan jika kelapa terserang Penyakit busuk pucuk kelapa (BPK)?, Sumber: www.Agromania.org. media komunikasi pelaku agrobisnis Indonesia, Juni 2008.

317

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007

Anonim. 2008a. manfaat kelapa (www.indonesiaindonesia.com)

muda.

Diakses

tanggal

11

Juli

  2008.

Anonim, 2008 b. Hama Utama Tanaman Kelapa di Kabupaten Ketapang. diakses tanggal 11 Juli 2008.(http://www.kipde-ketapang.go.id/baru) Anonim, 2007. Laporan hasil produksi tanaman perkebunan 2007. Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pinrang. Adrian Matualarge, 2001. Kajian tindak pengendalian hama penggerek pucuk kelapa sawit (Oryctes rhynocerus (Linneaus) (Coleoptera: Scarabidae) dengan sanitasi dan penggunaan umpan sarang buatan, Skripsi tidak dipublikasikan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Unhas. Agnes Vargo, 2000. Coconut Rhinoceros Beetle (Oryctes rhinoceros). Agricultural Development in the American Pacific (ADAP). Journal Agricultural Pests of the Pacific Januari 2000. Bedford, Geoffrey, 1980. Biology, Ecology, and Control of Palm Rhinoceros Beetles. Annual review of Entomology Vol.25; 309-339. www.annualreviews.org/online Hinckley A Dexter, 1973. Ecology of the coconut Rhinoceros beetle. Oryctes thinoceros (L) (Coleoptera:Dynastidae). Department of Environmental Sciences Univ. Virginia Charlotteville. Virginia. Journal Biotropical, 5(2), 111-115 USA. Jelfina C Alouw, 2007. Feromon dan Pemanfaatannya dalam Pengendalian Hama Kumbang Kelapa Orycter rhinoceros (Coleoptera: Scarabidae). Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palm Lain. Buletin Palm Bo 32 Hal 12-21. Kinawy, M.M., 1989. Biological control of the Coconut Palm Rhinoceros Beetle (Oryctes rhinoceros L. Coleoptera: Scarabidae) by Using Rhbadiovirus oryctes Huger in Sultanae of Oman. Directorat General of Agriculture and Veterinary Services. Kalshoven, 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Revised and Translated by P.A. van der Laan. PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta. Pp 463-468. Ruskandi dan Odih Setiawan, 2004. Teknik Pengendalian Hama Pemakan Daun Kelapa melalui Infus Akar. Loka Penelitian Polatanam Kelapa Pakuwon. Buletin Teknik pertanian Vol.9 No.2 hal 70-73.

318

45-Itji AD-306-318.pdf

There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item.

822KB Sizes 32 Downloads 172 Views

Recommend Documents

No documents