BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Aliran Murji‟ah merupakan salah satu aliran yang dipelajari dalam Teologi Islam. Munculnya aliran ini dilatarbelakangi oleh persoalan politik, yaitu soal khalifah (kekhalifahan). Setelah terbunuhnya khalifah Usman ibn Affan, umat Islam terpecah kedalam dua kelompok besar, yaitu kelompok Ali dan Mu‟awiyah. Kelompok Ali lalu terpecah pula kedalam dua golongan yaitu golongan yang setia membela Ali (disebut Syiah) dan golongan yang keluar dari barisan Ali (disebut Khawarij). Ketika berhasil mengungguli dua kelompok lainnya, yaitu Syiah dan Khawarij dalam merebut kekuasaan, kelompok Mu‟awiyah lalu membentuk dinasti Umayyah. Syiah dan Khawarij bersama-sama menentang kekuasaannya. Syiah menentang Mu‟awiyah karena menuduh Mu‟awiyah merebut kekuasaan yang seharusnya milik Ali dan keturunannya. Sementara itu Khawarij tidak mendukung Mu‟awiyah karena ia dinilai menyimpang dari ajaran Islam. Dalam pertikaian antara ketiga golongan tersebut, muncul sekelompok orang yang menyatakan diri tidak ingin terlibat dalam pertentangan politik yang terjadi. Kelompok inilah yang kemudian berkembang menjadi golongan “Murji‟ah”.

B. Rumusan Masalah a. Pengertian, latar belakang munculnya Murji‟ah b. Doktrin-doktrin pokok Murji‟ah c. Sekte-sekte Murji‟ah d. Implikasi pemikiran Murji‟ah

C. Tujuan Pembahasan a. Mengetahui pengertian, latar belakang munculnya Murji‟ah b. Mengetahui doktrin-doktrin pokok Murji‟ah c. Mengetahui sekte-sekte Murji‟ah d. Mengetahui implikasi pemikiran Murji‟ah dalam kehidupan sehari-hari

1

BAB II ISI A. Pengertian Murji’ah Nama Murji‟ah dimabil dari kata irja’ atau arja’a yang bermakna penundaan, penangguhan, dan pengharapan. Kata arja’a mengandung arti memberi pengharapan, yaitu kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah SWT. Selain itu, arja’a berarti pula meletakkan di belakang atau mengemudikan, yaitu orang yang mengemudikan amal dan iman. Oleh karena itu, Murji‟ah artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa, yaitu „Ali dan Mu‟awiyah, serta setiap pasukannya pada hari kiamat kelak.1 a) Menurut Ibn „Asakir, dalam uraiannya tentang asal-usul kaum Murji‟ah mengatakan bahwa arja’a berarti menunda. Dinamakan demikian karena mereka itu berpendapat bahwa masalah dosa besar itu ditunda penyelesaiannya

sampai

hari perhitungan nanti, kita tidak dapat

menghukumnya sebagai orang kafir. b) Ahmad Amin dalam kitabnya Fajr al-Islam mengatakan bahwa arja’a juga mengandung arti membuat sesuatu, mengambil tempat-tempat dibelakang, dalam arti memandang sesuatu kurang penting. Dinamakan sesuatu kurang penting, sebab yang penting adalah imannya. Amal adalah nomor dua setelah iman. c) Selanjutnya,

Ahmad

Amin

juga

mengatakan

bahwa

arja’a

juga

mengandung arti memberi pengharapan. Dinamakan demikian, karena di antara kaum Murji‟ah ada yang berpendapat bahwa orang Islam yang melakukan dosa besar itu tidak berubah menjadi kafir, ia tetap sebagai mukmin, dan kalau ia dimasukkan ke dalam neraka, maka ia tidak kekal didalamnya. Dengan demikian orang yang berbuat dosa besar masih mempunyai pengharapan akan dapat masuk surga. 2 d) Al Azhari menyebutkan perihal kata-kata Raja’ yang mempunyai arti „takut‟ yaitu apabila lafadz Raja’ bersama dengan huruf nafi. Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemikiran kalam Murji‟ah merupakan suatu aliran yang berpendapat bahwa orang yang melakukan dosa besar tidaklah menjadi kafir, akan tetapi tetap mukmin. Dan

1 2

Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hal. 70-71 Hasan Basri, dkk, Ilmu Kalam Sejarah dan Pokok Pikiran Aliran-Aliran, hal. 25

2

urusan dosa besar yang telah dilakukan ditunda penyelesaiannya sampai hari kiamat. B. Dalil-dalil Pemikiran Kalam Murji’ah Surat An-Nisaa‟ ayat 48:                       48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.

Surat Az-Zumar ayat 53                         53. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa[1314] semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Surat Al-Mujaadilah ayat 22      22. meraka Itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka

Surat An-Nahl ayat 106       106. kecuali orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa),

C. Latar Belakang Kemunculan Murji’ah Ada beberapa teori3 yang berkembang mengenai asal-usul kemunculan Murji‟ah : 1.

Mengatakan bahwa gagasan irja’ atau arja’a dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan kesatuan umat Islam ketika terjadi pertikaian politik dan untuk menghindari sektarianisme. Murji‟ah, baik sebagai kelompok politik maupun teologis, diperkirakan lahir bersama

3

Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Op.cit., hal. 71-72

3

dengan kemunculan Syi‟ah dan Khawarij. Murji‟ah, pada saat itu merupakan musuh berat Khawarij. 2.

Mengatakan bahwa gagasan irja’ yang merupakan basis doktrin Murji‟ah muncul pertama kali sebagai gerakan politik yang diperlihatkan oleh cucu Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah, sekitar tahun 695. Watt, penggagas teori ini menceritakan bahwa 20 tahun setelah meninggalnya Mu‟awiyah tahun 680, dunia Islam dikoyak oleh pertikaian sipil, yaitu Al-Mukhtar membawa paham Syi‟ah ke Kufah dari tahun 685687; Ibu Zubair mengklaim kekhalifahan di Mekah hingga kekuasaan Islam. Sebagai respon dari keadaan ini muncul gagasan irja’ atau penangguhan (postponenment). Gagasan ini tampaknya pertama kali dipergunakan sekitar tahun 695 oleh cucu Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan bin Muhammad AlHanafiyah, dalam sebuah surat pendeknya yang tampak autentik. Dalam surat itu, Al-Hasan menunjukkan sikap politiknya dengan mengatakan, “Kita mengakui Abu Bakar dan Umar, tetapi menangguhkan keputusan atas persoalan yang terjadi pada konflik sipil pertama yang melibatkan Utsman, Ali, dan Zubair (seorang tokoh pembelot Mekah).” Dengan sikap politik ini, Al-Hasan mencoba menanggulangi perpecahan umat islam. Ia kemudian mengelak berdampingan dengan kelompok Syi‟ah revolusioner yang terlampau mengagungkan Ali dan para pengikutnya, serta menjauhkan diri dari Khawarij yang menolak mengakui kekhalifahan Mu‟awiyah dengan alasan bahwa ia adalah keturunan si pendosa Utsman.

3.

Menceritakan bahwa ketika terjadi perseteruan antara Ali an Mu‟awiyah, dilakukan tahkim (arbitrase) atas usulan Amr bin „Ash, seorang kaki tangan Mu‟awiyah. Kelompok Ali terpecah menjadi dua kubu, yang pro dan yang kontra. Kelompok kontra akhirnya menyatakan keluar dari Ali, yaitu kubu Khawarij, memandang bahwa tahkim itu bertentangan dengan Al-Quran, dalam pengertian tidak bertahkim berdasarkan hukum Allah SWT. Oleh karena itu, Khawarij berpendapat bahwa melakukan tahkim itu dosa besar dan dihukum kafir, sama seperti perbuatan dosa besar lain, seperti zina, riba, membunuh tanpa alasan yang benar, durhaka kepada orang tua, serta memfitnah wanita baik-baik. Pendapat Khawarij tersebut ditentang sekelompok sahabat yang kemudian disebut Murji‟ah dengan mengatakan bahwa pembuat dosa besar tetap mukmin, tidak kafir, sementara dosanya diserahkan kepada Allah SWT, apakah mengampuninya atau tidak.4

4

Ibid. hal. 72

4

D. Doktrin-doktrin Pokok Murji’ah Ajaran pokok Murji‟ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau doktrin irja’ atau arja’a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan yang dihadapinya, baik persoalan politik maupun teologis. Di bidang politik, doktrin irja’ diimplementasikan dengan sikap politik netral atau nonblok, yang hampir selalu diekspresikan dengan sikap diam. Itulah sebabnya, kelompok Murji‟ah dikenal pula sebagai the queietists (kelompok bungkam). Sikap ini akhirnya berimplikasi begitu jauh sehingga membuat Murji‟ah selalu diam dalam persoalan politik. Adapun di bidang teologi, doktrin irja’ dikembangkan Murji‟ah ketika menanggapi persoalan-persoalan teologis yang muncul saat itu. Pada perkembangan berikutnya, persoalan-persoalan yang ditanggapinya menjadi semakin kompleks, mencakup iman, kufur, dosa besar dan ringan (mortal and venial sins), tauhid, tafsir Al-Quran, eksatologi, pengampunan atas dosa besar, kemaksuman nabi (punishment of sins), pertanyaan tentang ada yang kafir (infidel) di kalangan generasi awal Islam, tobat (redress of wrongs), hakikat AlQur‟an, nama dan sifat Allah, serta ketentuan Tuhan (predestination). Berkaitan dengan doktrin-doktrin teologi Murji‟ah, W. Montgomery Watt memerincinya sebagai berikut:5 a.

Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Mu‟awiyah hingga Allah memutuskannya di akhirat kelak.

b.

Penangguhan Ali untuk menduduki ranking keempat dalam peringkat AlKhalifah Ar-Rasyidun.

c.

Pemberian harapan (giving of hope) terhadap orang muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah SWT.

d.

Doktrin-doktrin Murji‟ah menyerupai pengajaran (mazhab) para skeptis dan empiris dari kalangan Helenis. Harun Nasution menyebutkan empat ajaran pokok yang berkaitan dengan

doktrin-doktrin teologi Murji‟ah, yaitu:6 a.

Menunda hukuman atas Ali, Mu‟awiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa AlAsy‟ari yang terlibat tahkim kepada Allah hingga pada hari kiamat kelak.

b.

Menyerahkan keputusan kepada Allah SWT atas orang muslim yang berdosa besar.

c.

Meletakkan (pentingnya) iman lebih utama daripada amal.

d.

Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah SWT.

5 6

Ibid. hal. 72 Nasution, Teology Islam, hal. 22-23

5

Sementara itu, Abu „A‟la Al-Maududi (1903-1979) menyebutkan dua doktrin pokok ajaran Murji‟ah, yaitu: a.

Iman adalah cukup dengan percaya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Adapun amal atau perbuatan bukan merupakan keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan hal ini, seseorang tetap dianggap mukmin walaupun meninggalkan apa yang difardukan kepadanya dan melakukan perbuatanperbuatan dosa besar.

b.

Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati, setiap maksiat tidak dapat mendatangkan madharat ataupun gangguan atas seseorang. Untuk mendapatkan pengampunan, manusia cukup menjauhkan diri dari syirik dan meninggal dalam keadaan akidah tauhid.7

E. Sekte-sekte dalam Murji’ah Kemunculan sekte-sekte dalam kelompok Murji‟ah tampaknya dipicu oleh perbedaan pendapat (bahkan hanya dalam intensitas) di kalangan para pendukung Murji‟ah. Dalam hal ini, terdapat problem yang cukup mendasar ketika para pengamat mengklasifikasi sekte-sekte Murji‟ah. Kesulitannya -antara lain- adalah ada beberapa tokoh aliran pemikiran tertentu yang diklaim oleh seseorang pengamat sebagai pengikut Murji‟ah, tetapi pengamat lain tidak mengklaimnya. Tokoh yang dimaksud adalah Washil bin Atha‟ (…-131 H) dari Mu‟tazilah dan Abu Hanifah (80-150 H) dari Ahlus Sunnah. Oleh karena itu, Asy-Syahrastany (w. 548H), seperti dikutp oleh Watt, menyebutkan sekte-sekte Murji‟ah sebagai berikut: a.

Murji‟ah Khawarij. Mereka adalah Syabibiyyah dan sebagian kelompok Shafariyyah yang tidak mempermasalahkan pelaku dosa besar.

b.

Murji‟ah Qadariah. Mereka adalah orang yang dipimpin oleh Al-Ghailan Ad-Dimsaqy sebutan mereka Al Ghailaniyah.

c.

Murji‟ah Jabariah. Mereka adalah Jahmiyyah (para pengikut Jahm bin Shafwan).

d.

Murji‟ah Murni. Mereka adalah kelompok yang oleh para ulama diperselisihkan jumlahnya.

e.

Murji‟ah Sunni (tokohnya adalah Abu Hanifah). Mereka adalah para pengikut Hanafi, termasuk di dalamnya adalah Abu Hanifah dan gurunya Hammad bin Abi Sulaiman juga orang-orang yang

7

Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Op.cit., hal. 73

6

mengikuti mereka dari golongan Murji‟ah Kufah dan yang lainnya. Mereka ini adalah orang-orang yang mengakhirkan amal dari hakekat iman. Muhammad Imarah (I.1931) menyebutkan 12 sekte Murji‟ah, yaitu sebagai berikut: a.

Al-Jahmiyah, pengikut Jahm bin Shafwan.

b.

Ash-Shalihiyah, pengikut Abu Musa Ash-Shalahiy.

c.

Al-Yunushiyah, pengikut Yunus As-Samary.

d.

Asy-Syamriayah, pengikut Abu Samr dan Yunus.

e.

Asy-Syawbaniyah, pengikut Abu Syawban.

f.

Al-Ghailaniyah, pengikut Abu Marwan Al-Ghailan bin Marwan AdDimsaqy.

g.

An-Najariyah, pengikut Al-Husain bin Muhammad An-Najr.

h.

Al-Hanafiyah, pengikut Abu Haifah An-Nu‟man.

i.

Asy-Syabibiyah, pengikut Muhammad bin Syabib.

j.

Al-Mu‟aziyah, pengikut Muadz Ath-Thawmy.

k.

Al-Murisiyah, pengikut Basr Al-Murisy.

l.

Al-Karamiyah, pengikut Muhammad bin Karam As-Sijistany. Harun Nasution secara garis besar mengklasifikasikan Murji‟ah menjadi dua

sekte, yaitu golongan moderat dan golongan ekstrem. Murji‟ah moderat berpendirian bahwa pendosa besar tetap mukmin, tidak kafir, tidak pula kekal di dalam neraka. Mereka disiksa sebesar dosanya dan diampuni oleh Allah SWT. Iman adalah pengetahun tentang Tuhan dan Rasul-rasul-Nya serta yang datang dari-Nya secara keseluruhan, namun dalam garis besar. Iman tidak bertambah dan tidak pula berkurang. Tidak ada perbedaan manusia dalam hal ini. Penggagas pendirian ini adalah Al-Hasan bin Muhammad bin Ali bin Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa ahli hadis.8 Adapun yang termasuk kelompok ekstrem adalah Al-Jahmiyah, AshShalihiyah, Al-Yunusiyah, Al-Ubaidiyah, dan Al-Hasaniyah. Pandangan tiaptiap kelompok itu dapat dijelaskan sebagai berikut:9 a.

Jahmiyah,

kelompok

Jahm

bin

Shafwan

dan

para

pengikutnya,

berpandangan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan dan kemudian menyatakan kekufurannya secara lisan tidak menjadi kafir karena iman dan kufur tempatnya di dalam hati, bukan bagian lain dalam tubuh manusia. b.

Shalihiyah, kelompok Abu Hasan Ash-Shalihy, berpendapat bahwa iman adalah mengetahui Tuhan dan kufur adalah tidak tahu Tuhan. Shalat bukan

8 9

Nasution, Teologi …, hal. 24 Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Op.cit., hal. 75

7

merupakan ibadah kepada Allah SWT, karena yang disebut ibadah adalah iman kepada-Nya, dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu pula zakat, puasa dan haji bukanlah ibadah, melainkan sekadar menggambarkan kepatuhan dan tidak merupakan ibadah kepada Allah, yang disebut ibadah hanya iman. c.

Yunusiyah dan Ubaidiyah, melontarkan pernyataan bahwa melakukan maksiat atau pekerjaan-pekerjaan jahat tidak merusak iman seseorang. Mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan jahat yang dikerjakan tidak merugikan bagi yang bersangkutan. Dalam hal ini, Muqatil bin Sulaiman berpendapat bahwa perbuatan jahat banyak atau sedikit tidak merusak iman seseorang sebagai musyrik atau polities.

d.

Hasaniyah, menyebutkan bahwa jika seorang mengatakan, “Saya tahu Tuhan melarang makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini.” Orang tersebut tetap mukmin, bukan kafir. Begitu pula orang yang mengatakan, “Saya tahu Tuhan mewajibkan naik haji kek Kakbah, tetapi saya tidak tahu apakah Kakbah di India atau di tempat lain.” Abu Al-Hasan Al-Asy‟ari mengklasifikasikan aliran teologi Murji‟ah

berdasarkan pendangannya tantang iman sebanyak 12 subsekte, yaitu AlJahmiah, Ash-Shalihiah, Al-Yunusiah, Asy-Syimriah, As-Saubaniah, AnNajjariah, Al-Kailaniah bin Syabib dan pengikutnya, Abu Hanifah dan pengikutnya, At-Tumaniah, Al-Marisiah, dan Al-Karamiah. Sementara itu, seperti halnya Harun Nasution, Abu Zahrah juga membedakan Murji‟ah menjadi dua kelompok utama, yaitu Murji‟ah moderat (Murji‟ah Sunnah) dan Murji‟ah ekstrem (Murji‟ah Bid‟ah). Iman menurut Abu Hanifah adalah iqrar dan tashdiq. Ditambahkannya pula bahwa iman tidak bertambah dan tidak berkurang. Hal ini merupakan sikap umum yang ditunjukkan oleh Murji‟ah, baik ekstrem maupun moderat, seperti Al-Jahmiah, Ash-Shalihiah, Asy-Syimriah, dan Al-Gailaniah. Selanjutnya, Abu Hanifah berpendapat bahwa seluruh umat Islam sama dalam tauhid dan keimanan. Meskipun demikian, mereka berbeda dari segi intensitas amal perbuatannya. Satu hal yang patut dicatat adalah seluruh subsekte Murji‟ah yang disebutkan oleh Al-Asy‟ari, kecuali As-Saubaniah, At-Tuminiah, dan AlKarramiah, memasukkan unsur ma’rifah (pengetahun) dalam konsep iman mereka. Pertanyaannya, apa yang mereka maksudkan dengan ma‟rifah? Mereka

8

beranggapan bahwa yang dimaksud dengan ma‟rifah adalah cinta kepada Tuhan dan tunduk kepada-Nya (al-mahabbah wa al-khudu‟).10 F. Implikasi Pemikiran Murji’ah Implikasi buruk pemikiran kaum Murji‟ah dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya:11 1.

Sebagai satu kebid‟ahan, maka Murji`ah bila masuk dalam aqidah kaum muslimin dapat memporak-porandakan persatuan dan kesatuannya. Sebab kebid‟ahan bila muncul dan berkembang dalam tubuh umat Islam akan menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara mereka. Hal ini karena pelaku kebid‟ahan akan membela kebid`ahannya, padahal Sunnah Rasulullah SAW pasti ada pendukung yang menegakkannya. Dengan demikian umat akan terpecah.

2.

Membuat banyak hukum Islam yang hilang yang merupakan satu sebab hilangnya syari‟at dan membuat kerusakan pada keindahan Islam yang merupakan sebab orang berpaling dan tidak mengagungkan syari‟at Allah. Ini merupakan salah satu dampak buruk kebid‟ahan secara umum dan Murji`ah masuk didalamnya.

3.

Telah berdusta atas nama Allah dan memiliki pemikiran yang telah dicela seluruh ulama. Imam al-Ajuri (wafat tahun 360H) menyatakan, “Siapa yang memiliki pemikiran seperti ini (Irja`) maka telah berdusta atas nama Allah dan membawa lawannya kebenaran serta sesuatu yang sangat diingkari seluruh ulama, karena pemilik pemikiran ini menganggap bahwa orang yang telah mengucapkan La Ilaha Illa Allah maka dosa besar yang dilakukannya dan kekejian yang ia laksanakan tidak merusaknya sama sekali dan menurutnya orang yang baik dan takwa yang tidak melakukan sedikitpun hal-hal tersebut dengan orang yang fajir adalah sama. Ini jelas kemungkaran. Allah berfirman:

                   21. Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, Yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.

10

(QS. Al-Jaatsiyah: 21)

Ibid. hal. 171-172 http://musloemsejati.blogspot.com/2012/03/pemikiran-kalam-murjiah.html pada tanggal 24 Desember 2014 pukul 11.00 WIB 11

9

dan firman Allah Ta‟ala :              

28. Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orangorang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat ma'siat? (QS.

4.

Shaad: 28).

Meyakini bahwa amalan tidak mempengaruhi imannya, sehingga banyak orang menyatakan bahwa yang penting adalah hatinya dalam berbuat kemaksiatan seakan-akan perbuatan tersebut tidak mempengaruhi keimanan dihatinya. Membuka pintu untuk orang-orang rusak melakukan kerusakan dalam agama dan tidak merasa terikat dengan perintah dan larangan syari‟at. Sehingga akan memperbesar kerusakan dan kemaksiatan dimasyarakat muslimin. Bahkan bukan tidak mungkin membuat mereka melakukan kekufuran dan kesyirikan dengan beralasan itu adalah amalan dan tidak merasa imannya berkurang dan hilang.

5.

Menghilangkan unsur jihad fisabilillah dan amar ma`ruf nahi mungkar.

6.

Menyamakan antara orang shalih dengan yang tidak dan orang yang istiqamah diatas agama Allah dengan yang fasik. Sebab menurut versi mereka, amal shalih tidak mempengaruhi keimanan seseorang sebagaimana amal maksiat tidak mempengaruhi imam. Pemikiran Murji`ah ini membuka pintu bagi orang-orang jelek dan rusak

untuk lepas dari din al Islam dan tidak terikat dengan perintah dan larangan syari‟at, rasa takut dan khawatir dari Allah Ta‟ala. juga menghilangkan sisi jihad fisabilillah dan amar ma`ruf nahi mungkar dan menyamakan antara yang shalih dengan yang thalih (tidak shalih), yang taat dengan yang maksiat dan yang istiqamah diatas agama Allah Ta‟ala dengan yang fasik yang lepas dari perintah dan

larangan

syari‟at

selama

amalan-amalan

mereka

tersebut

tidak

mempengaruhi iman seperti pernyataan versi mereka. Syaikhul Islam Rahimahullah berkata, „Para salaf terdahulu sangat keras pengingkaran mereka terhadap Murji`ah karena mereka mengeluarkan amalan dari iman dan tidak diragukan lagi bahwa pernyataan Murji`ah yang menyamakan iman manusia termasuk kesalahan yang sangat besar. Yang benar manusia tidak sama dalam tashdiq, cinta, takut dan ilmu bahkan berbeda-beda tingkatannya dari sisi yang banyak.‟

10

Mewaspadai Faham Murji‟ah Faham Murji‟ah telah muncul dan berkembang pada beberapa abad yang lalu. Dan sekarang mungkin tidak ada orang yang berfaham Murji‟ah secara mutlak. Para ulama pun telah menjelaskan dan memperingatkan kepada umat atas kesesatan mereka. Namun bukan tidak mungkin bahaya laten Murji‟ah akan muncul kembali. Terbukti ada sebagian golongan dari kaum muslimin pada saat ini yang mempunyai beberapa pemikiran yang sama dengan Murji‟ah. Murji‟ah zaman sekarang walaupun mereka menyelisihi pendahulunya dalam penamaan iman dan definisinya saja, akan tetapi sesungguhnya mereka menyelarasi Murji‟ah dahulu pada banyak konsekuensi definisi iman tersebut. Mereka, walaupun mendefinisikan iman dengan definisi yang shohih dan memasukkan di dalamnya ucapan dan perbuatan disamping I‟tiqad ( keyakinan), pada hakikatnya masalahnya adalah mereka tidak mengkafirkan kecuali dengan I‟tiqad ( keyakinan ) saja. Hal ini bisa kita lihat dari pemahaman mereka dalam memandang perbuatan kufur. Mereka memandang bahwa perbuatan kufur tidak menjadikan pelakunya kafir, dan tidak membahayakan keimanannya. Orang yang melakukan kekufuran tetap disebut sebagai seorang mu'min yang sempurna selama hatinya tidak istihlal ( menganggap halal perbuatannya ). Karena mereka hanya membatasi kekufuran dalam I‟tiqad ( keyakinan ) atau juhud Qalbiy (pembangkangan ) atau istihlal ( menganggap halal perbuatannya).12

12

Ibid.

11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Murji‟ah artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa, yaitu „Ali dan Mu‟awiyah, serta setiap pasukannya pada hari kiamat kelak. Asal-usul kemunculan Murji‟ah. Teori pertama mengatakan bahwa gagasan irja’ atau arja’a dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan kesatuan umat Islam ketika terjadi pertikaian politik dan untuk menghindari sektarianisme. Teori lain menceritakan bahwa ketika terjadi perseteruan antara Ali an Mu‟awiyah, dilakukan tahkim (arbitrase). Kelompok Ali terpecah menjadi dua kubu, yang pro dan yang kontra. Kelompok kontra akhirnya menyatakan keluar dari Ali, yaitu kubu Khawarij. Khawarij ditentang sekelompok sahabat yang kemudian disebut Murji‟ah. Doktrin-doktrin teologi Murji‟ah, yaitu menunda hukuman atas Ali, Mu‟awiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa Al-Asy‟ari yang terlibat tahkim kepada Allah hingga pada hari kiamat kelak, menyerahkan keputusan kepada Allah SWT atas orang muslim yang berdosa besar, meletakkan (pentingnya) iman lebih utama daripada amal, memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah SWT. Sekte-sekte dalam Murji‟ah yaitu Al-Jahmiyah, Ash-Shalihiyah, AlYunushiyah,

Asy-Syamriayah,

Asy-Syawbaniyah,

Al-Ghailaniyah,

An-

Najariyah, Al-Hanafiyah, Asy-Syabibiyah, Al-Mu‟aziyah, Al-Murisiyah, AlKaramiyah.

B. SARAN Umumnya orang berpikir, apabila mempelajari ilmu kalam itu akan menyebabkan seseorang menjadi sesat padahal Mempelajari pemikiran kalam sangat diperlukan untuk menambah wawasan kita terhadap agama yang kita anut sehingga menambah keyakinan kita akan agama kita. Oleh karena itu, menurut kami janganlah mudah terpengaruh terhadap pemikiran-pemikiran yang baru kita ketahui, apalagi pemikiran tersebut keluar dari pokok-pokok ajaran Islam (Al-Qur‟an dan Al-Hadits).

12

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon dan Abdul Rozak. 2012. Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Setia. Basri, Hasan dkk. 2007. Ilmu Kalam Sejarah dan Pokok Pikiran Aliran-Aliran. Bandung : Azkia Pustaka Utama. Nasution, Harun. 2002. Teologi Islam. Jakarta : Universitas Indonesia Press. http://musloemsejati.blogspot.com/2012/03/pemikiran-kalam-murjiah.html tanggal 24 Desember 2014 pukul 11.00 WIB

13

pada

ilmu kalam - murji'ah.pdf

Sign in. Loading… Page 1. Whoops! There was a problem loading more pages. Retrying... Main menu. Displaying ilmu kalam - murji'ah.pdf.
Missing:

562KB Sizes 4 Downloads 140 Views

Recommend Documents

Bab-3-Ilmu-Gerak-Dan-Ilmu-Pendukung-Dalam-Pendidikan-Jasmani ...
... jarak, kecepatan, serta aliran. gerak. Page 3 of 51. Bab-3-Ilmu-Gerak-Dan-Ilmu-Pendukung-Dalam-Pendidikan-Jasmani-Olahraga-Dan-Kesehatan.pdf.

ILMU KOMPUTER.pdf
K. KOMPUTER. BRAINWARE SOFTWARE HARDWARE. Monitor. Keyboard. Mouse. Operation system. (windows,linux,etc,). M.s office. winamp. Etc.

Pengantar-Ilmu-Negara-Dan-Pemerintahan.pdf
mengadu domba pemenang pemilu seperti HAMAS1 dengan FATAH2 di Palestina, maupun. dengan menggunakan cara halus seperti menggunakan kekuatan ...

APJ ABDUL KALAM TECHNOLOGICAL UNIVERSITY - Ktu
TECHNOLOGICAL UNIVERSITY. NORMS FOR BRANCH CHANGE (B.Tech). 1. A student admitted to a particular branch of the B.Tech programme will normally continue studying in that branch till completion. 2. However, in special cases the University may permit a

Macam-Macam Ilmu Pendidikan.PDF
dilihat sebagi sektor konsumtif, juga karena “by definition” pendidikan ... Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan yang berarti “education” adalah ... Macam-Macam Ilmu Pendidikan.PDF. Macam-Macam Ilmu Pendidikan.PDF. Open.

B.Tech - APJ Abdul Kalam Technological University
Only those students who have (a) completed all the credits prescribed in the first two semesters of their studies, and (b) obtained a CGPA not lower than 7.5 ( 6.5 ...

Buku-Siswa-Ilmu-Hadits-X-Keagamaan.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item.

Watch Kolaiyuthir Kalam (2017) Full Movie Online Free ...
Page 1 of 1. Star Wars: Episode VII - The Force Awakens (2015). Page 1 of 1. Watch Kolaiyuthir Kalam (2017) Full Movie Online Free .Mp4____________.pdf. Watch Kolaiyuthir Kalam (2017) Full Movie Online Free .Mp4____________.pdf. Open. Extract. Open w

Watch Kalam Maari Pochu (1956) Full Movie Online Free ...
Watch Kalam Maari Pochu (1956) Full Movie Online Free .Mp4____________.pdf. Watch Kalam Maari ... Mp4____________.pdf. Open. Extract. Open with.

apj abdul kalam biography pdf download
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. apj abdul kalam ...

turning points apj abdul kalam pdf free download
File: Turning points apj abdulkalam pdf. free download. Download now. Click here if your download doesn't start automatically. Page 1 of 1. turning points apj abdul kalam pdf free download. turning points apj abdul kalam pdf free download. Open. Extr

books of apj abdul kalam free download pdf
resolved to continue with investment in infrastructure and. has put in place appropriate measures to ensure fiscal. prudence. Michael M. Mundashi, SC. Chairman. Whoops! There was a problem loading this page. Retrying... books of apj abdul kalam free

modul-ilmu-mantiq-bahan-ajar-1.pdf
Page 1 of 15. Modul Ilmu Mantiq/Logika. Dosen: Ahmad Taufiq MA. A. ILMU MANTIQ DAN PERKEMBANGANNYA. Bagi bangsa Yunani -dan bahkan bangsa di seluruh. dunia-, Aristoteles adalah ikon rasionalitas. Dia adalah. peletak dasar cara berpikir yang tersusun

Aur Khulfa e Rashideen Ke Akhri Lamhat by Maulana Abul Kalam ...
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Rasool Akram (S.A.W) Aur Khulfa e Rashideen Ke Akhri Lamhat by Maulana Abul Kalam Azad.pdf. Rasool Akram (S.

Exh. 4.09 The Science of Prosody Book ('Ilmu 'arudh).pdf ...
There was a problem loading this page. Exh. 4.09 The Science of Prosody Book ('Ilmu 'arudh).pdf. Exh. 4.09 The Science of Prosody Book ('Ilmu 'arudh).pdf.