e-mail : [email protected], sites : http://lpmhimmahuii.org

Edisi 168 | Tahun Ke-15 | Januari 2014

Silang Pendapat Informasi SPP Apakah kebijakan memberikan informasi SPP per semester secara detail dirasa perlu?

Seorang mahasiswa tengah membayar tagihan SPP di loket rektorat, Senin 13 Januari 2014. Meski tidak dijelaskan secara rinci, sebelum membayar mahasiswa dapat melihat jumlah tagihannya di Unisys.

Imam Wahyudi | KOBARKobari

Oleh: Imam Wahyudi Kampus Terpadu, KOBARkobari Selama ini masih banyak mahasiswa yang merasa kekurangan informasi mengenai Sumbangan Pengembangan Pendidikan (SPP) yang telah mereka bayar. Karena memang beberapa fakultas belum ada kebijakan memberikan informasi SPP per semester secara detail. Salah satunya di Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI). Kepala Divisi Keuangan FIAI, Mujiyana, mengatakan FIAI memang belum mempunyai kebijakan itu, tetapi apabila mahasiswa ingin tahu tentang informasi terkait SPP, mereka bersedia memperlihatkan dan 1

menjelaskannya. “Untuk yang seperti itu kita belum ada, tapi semuanya sudah jelas tertera pada buku panduan admisi mahasiswa baru,” kata Mujiyana sambil memperlihatkan buku panduan tersebut. Sama halnya di Fakultas Psikologi Sosial Budaya (FPSB). Mujiyanto, Kepala Divisi Keuangan FPSB mengatakan, untuk kebijakan yang seperti di atas memang belum ada. Menurutnya, Divisi Keuangan dan mahasiswa itu adalah mitra, jadi apa yang diperlukan oleh mahasiswa mereka siap membantu, termasuk soal memberi-

kan rincian biaya SPP. “Saya ibaratkan saja anak saya yang kuliah di sini. Tentu sebagai orang tua, saya juga ingin tahu apa-apa saja yang telah dibayar,” tukas Mujiyanto. Selaras dengan Mujiyanto, Siswantoro sebagai Kepala Divisi Keuangan Fakultas Ekonomi (FE) pun menuturkan kebijakan memberikan informasi SPP per semester secara detail memang belum ada. Sama halnya dengan FPSB, pihak keuangan FE akan bersedia memberikan informasi SPP, jika memang mahasiswa memintanya.

Akan tetapi, Neni Meidawati selaku Wakil Rektor II yang mengurusi perihal keuangan berpendapat lain. Menurutnya, kebijakan memberikan informasi SPP per semester secara detail tidak perlu diadakan karena informasi terkait SPP sudah ada di awal penerimaan mahasiwa baru, yaitu pada peraturan rektor dan buku admisi. “Mengenai rincian semuanya sudah jelas pada SK rektor tentang ketentuan biaya studi mahasiswa yang diberikan pada awal penerimaan mahasiswa baru.” Tidak ada perubahan mengenai biaya SPP untuk ke depannya, begitu pun dengan biaya SKS. “Misalnya tahun ini biaya SKSnya lima rupiah, sampai lulus ya tetap lima rupiah. Nantinya biaya SKS itu dikalikan berapa jumlah SKS yang diambil,” tutur dosen FE ini. Berbicara soal pemberian informasi SPP per semester secara detail, sebelumnya Dewan Permusyawaratan Mahasiswa Universitas (DPM U) telah membentuk Tim Advokasi SPP. Se-perti yang dikatakan Muhammad Alfy Pratama selaku penanggung jawab Tim Advokasi SPP, tujuan tim ini adalah untuk merubah informasi mengenai pembayaran yang awalnya hanya bersifat general menjadi informasi yang detail, baik di Unisys dan kwitansi pembayaran pada setiap semester. Sampai berita ini diturunkan, Tim Advokasi SPP telah menjalankan beberapa agenda, yaitu pertama mencari rincian

pembayaran secara manual di berbagai fakultas dan kedua mencocokkan hasil rincian pembayaran secara manual itu dengan rincian dana yang ada di dalam buku admisi. Selain itu mereka telah menyebar kuisioner di semua fakultas terkait seberapa pentingnya informasi SPP bagi mahasiswa. Nantinya apabila data sudah terkumpul lengkap, DPM dan Tim Advokasi SPP akan mengadakan audiensi dengan pihak rektorat terkait transparansi SPP. “Harapannya setelah diadakan audiensi nanti akan ada perubahan dalam pelayanan terkait SPP di UII,” tutur Alfy. Mahasiswa pun tidak ingin ketinggalan untuk berpendapat. Arif Darmawan, mahasiwa jurusan Farmasi angkatan 2011 ini mengeluhkan kurangnya pemberian informasi terhadap rincian SPP yang hanya tertera pada awal penerimaan mahasiswa baru “Seharusnya rincian SPP secara detail ada tertera pada Unisys, karena Unisys juga dapat diakses oleh orang tua,” katanya. Ruhana Suci Ningrum berpendapat lain, mahasiswi jurusan Akuntansi angkatan 2012 ini sangat menyayangkan dengan adanya sistem secanggih Unisys tetapi informasi terkait SPP hanya bersifat general saja. “Saya pernah ditanya oleh orang tua, SPP yang saya bayar itu untuk apa saja? Saya bingung menjelaskannya karena yang ada di Unisys hanya tertera nominal yang telah saya bayar saja, bu-

kan secara rinci,” terang Ningrum, sapaan akrabnya. Senada dengan Ningrum, Fakhrunnisak menerangkan betapa perlunya kebijakan memberikan informasi SPP per semester secara detail. “Selama ini kita sulit menjelaskan kepada orang tua tentang SPP yang telah dibayar, kalau bisa dirubah akan sangat membantu. Kita jadi mudah untuk memberi penjelasan ke orang tua. Karena dengan jumlah nominal SPP yang tidak sedikit, pastinya orang tua akan selalu bertanya untuk apa saja SPP yang telah dibayar sebanyak itu,” tutur mahasiswi jurusan Psikologi angkatan 2011.q

Reportase bersama Novalinda Erdianti W. dan Nona Viananda

Dalam perkembangan dunia modern, keterbukaan informasi menjadi sebuah hal yang wajib demi terwujudnya suatu tatanan sistem yang transparan. Masyarakat sebagai elemen paling bawah dalam praktik penyelenggaraan konstituen berhak untuk mempunyai akses terhadap informasi tersebut. Keterbukaan informasi publik ini seyogyanya diterapkan baik di level tertinggi, yakni negara maupun hingga ke satuan terkecil sistem, pada sektor pendidikan misalnya. Di UII transpraransi menjadi hal yang masih penuh harapan, terutama masalah keuangan. Meski telah tercantum di awal pada buku panduan akademik menganai biaya perkuliahan, namun hal itu tidak cukup mendeskripsikan. Rincian biaya pada setiap pembayaran harusnya diinformasikan kepada setiap mahasiswa, melalui Unysis misal. Dengan begitu mahasiswa dapat melihat rincian biaya setiap semesternya. Selain itu para orang tua juga menjadi tahu rincian dana yang telah dikeluarkan jika sewaktu berubah. Tentu hal macam ini masih menjadi bagian dari keterbukaan informasi publik, jadi tidak salah jika mahasiswa menginginkan akses untuk itu.

Dewan Redaksi: Moch. Ari Nasichuddin, Irwan A. Syambudi. Pemimpin Redaksi: Marta Dwi K. Sekretaris Redaksi: Hasinadara P. Redaktur Pelaksana: Raras Indah F. Redaktur Foto: Revangga Twin T. Redaktur Artistik: Metri Niken L. Staf Redaksi: Yuyun Novia S., Laras Haqkohati, Alvina Anggarkasih, Kholid Anwar, Fikrinisa’a Fakhrun H., M. Nashihun Ulwan. Fotografi: Nafiul Mualimin, Ayoni Sulthon, Ahmad Hanafi, Asyharuddin Wahyu Y., M. Rahmat Akbar W. Penelitian dan Pustaka: Aghreini Analisa, Alfa Nur S., Desi Rahmawaty, Nur Jamilah. Rancang Grafis: Rahmat Wahana, Syahril, M. Khoirul Anam, Galuh Ayu P., Ahmad Taupik B., Deby Hermawan. Perusahaan: Anisa Kusuma W., Siti Mahdaria, Alan Dwi P., Arga Ramadhana, Riesky Diyanti P. PSDM: Bayu Putra P., Budi Armawan, Maya Indah C. Putri, Fajar Noverdian. Jaringan Kerja: Aldino Friga P. S., M. Alfan Pratama. Magang: Adilia Tri H., Aldi Iryandi, Azka Destriawan, Nurcholis Ainul R. T., Danca Prima R., Difa Aryanti, Fitri Sarita, Hanif Abdul H., Dian Indriyani, Jessica Noviana D. P., Sirojul Khafid, M. Nafis Alfarisi, Norma Indah P., Putri Bidadari A., Putri Zakia S., Tsania Faza, Istirahmi Septiana, Siti Nur Q., Abdurahman Al-Asykar, Prita Fathimah A., Agung Setio B., Putri Werdina C. A., Tri Setiani, Iqbal Lazuardi, M. Zulva Aulia, Diah Dwi D., Ferry Firmansyah A., Dian Ratna S., Novita Dwi K., Salma Durroh S., Eka Yuni L., Hafiz Novian M., Gyan Cassandra S., Fauzi Farid M., Nona Viananda, Zulia Ady R., Alodia Meitasari, Mazdan Maftukha A., Imam Wahyudi, Rahmatika Ulin N., Novalinda Erdianti W., Arieo Prakoso. Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa HIMMAH Universitas Islam Indonesia. Alamat Redaksi: Jln. Cik di Tiro No.1 Jogjakarta. Telp (0274) 3055069, 085779559104 (Anisa Kusuma W., Iklan/Perusahaan). Saran dan kritik melalui email: [email protected], http://lpmhimmahuii.org.

2

KOBARKOBARI EDISI 168 // XV // Januari 2014

AEC: Kesempatan atau Ancaman? Oleh: Rahmatika Ulin N.*) Babak baru dalam aspek sosiokultural, geopolitik, serta perekonomian di kawasan Asia Tenggara akan segera dimulai. Hal ini ditandai dengan adanya kesepakatan negara-negara Association of Southest Asia Nations (ASEAN) yang berkomitmen mengintegrasikan tiga sektor utama komunitas secara penuh, yaitu ASEAN Security Community (ASC), ASEAN Economic Community (AEC), dan ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC). Para pemimpin negara anggota ASEAN, dalam Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II), sepakat untuk menerapkan komunitas tersebut lebih cepat, dari tahun 2020 menjadi tahun 2015. Hal ini dilakukan lantaran mereka ingin menyesuaikan perkembangan globalisasi internasional yang menuntut negara ASEAN untuk lebih kompetitif. Dari tiga sektor utama komunitas tersebut, sepertinya AEC menjadi perhatian tersendiri bagi negara-negara ASEAN, tidak terkecuali Indonesia. Pada praktiknya nanti, AEC akan menjamin mobilitas tenaga kerja yang terampil atau memenuhi syarat, menghapus segala bentuk tarif cukai, menjamin kebebasan arus barang dan investasi, dan sektor jasa yang akan memberikan sumbangan lebih besar. Hal-hal tersebut tentunya bisa mendukung layanan konsumsi serta input produksi dalam skala besar. AEC sebagai visi integrasi ekonomi ASEAN juga dianggap mampu membuka kesempatan bagi negara-negara yang siap menghadapi ekonomi liberal, seperti perdagangan, jasa, investasi, telekomunikasi, dan lain-lain. Indonesia menjadi salah satu negara yang ikut mendapatkan peluang akan adanya AEC. Pengusaha Indonesia akan dapat menawarkan barang produksinya tanpa harus melewati syarat yang rumit. Dengan berbekal data yang diperoleh dari Laporan Kinerja Kementerian Perdagangan yang menunjukkan pada Triwulan I tahun 2013 Indonesia mampu memberikan sumbangsih Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp 99.776 Miliar, serta berbekal 608 juta penduduk yang bisa menjadi potensi tenaga kerja pasar, Indonesia dapat menarik para investor untuk lebih tertarik berinvestasi. Namun, apakah AEC dengan mulusnya dapat diterima oleh masyarakat Indonesia? Peluang-peluang yang telah dipaparkan sebelumnya tidak serta-merta tanpa tantangan yang kompleks. Pertama adalah terkait mindset masyarakat, khususnya para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang belum sepenuhnya memandang AEC sebagai peluang. Hal ini juga didukung oleh Guido Benny dan Kamarulnizal Abdullah, dalam Journal of Current Southeast Asian Affairs, yang menyatakan bahwa kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai ASEAN masih sangat terbatas. Kedua, kebijakan dan program pemerintah pusat dan daerah yang seharusnya berjalan lebih serentak, mengingat World Economic Forum menempatkan Indonesia pada urutan ke-50 di bawah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand dalam Global Competitive Index. Ketiga, lemahnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

(Iptek) serta infrastruktur yang menyebabkan tingginya biaya ekonomi, terutama pada sektor produksi dan bagi pasar. Poin keempat ialah masih minimnya jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten untuk mendukung produktivitas nasional. Selain itu, kebijakan dan kinerja yang dilakukan pihak birokrat juga belum bisa dikatakan baik karena mereka seperti lebih berpihak pada pelaku bisnis dengan skala besar daripada UMKM. Hal lain yang harus disoroti atas adanya AEC ini adalah nasib pengusaha lokal, terutama pelaku UMKM yang mau tidak mau harus bisa bertahan di kutatan pasar dalam negeri di tengah besarnya arus barang yang datang dari negara ASEAN lainnya. Jika mereka tidak mengetahui adanya zona bebas ekonomi yang terbungkus dalam AEC, bagaimana dengan masyarakat biasa yang notabene-nya akan menjadi obyek pasar terbuka ASEAN? Seberapa jauh pemerintah memperhatikan masalah ini? Hanya tinggal satu tahun lagi AEC akan diberlakukan. Sedangkan pada tahun 2014, warga Indonesia akan terkonsentrasi dengan pemilihan legislatif dan presiden. Jika dicermati, AEC ini akan diikuti oleh seluruh negara ASEAN yang memiliki total penduduk sekitar 600 juta penduduk, dimana sekitar 43 persennya bertempat tinggal di Indonesia. Artinya, sebenarnya AEC ini akan menempatkan Indonesia sebagai pasar utama untuk arus barang ataupun investasi. Pada konteks arus barang, sudahkah barang lokal bisa bersaing dengan produk unggulan dari Thailand, Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, atau Malaysia, baik dari sisi harga maupun kualitas? Sudah saatnya pemerintah segera mensosialisasikan kepada masyarakat Indonesia karena hampir sebagian besar pelaku UMKM serta masyarakat umum belum mengetahui perihal pemberlakuan AEC. Selain itu, pemerintah pusat dan daerah harus segera menyelaraskan kebijakan-kebijakan AEC. Upaya ini sangat penting dilakukan agar masyarakat tidak terpengaruh oleh negatifnya penerapan ekonomi yang bebas. Selain jajaran pejabat pemerintahan, lapisan masyarakat menengah dan kecil pun membutuhkan pengetahuan AEC. Meskipun Indonesia menyadari kontribusinya dalam pelaksanaan AEC tidak bisa berjalan sempurna, tapi setidaknya pihak-pihak terkait, seperti pemerintah, investor, pelaku bisnis dalam skala besar maupun kecil, bisa segera memperbaiki kekurangan yang ada, bukan hanya berpikir cara untuk maju. *)Mahasiswi Jurusan Akuntansi International Program 2012/Magang LPM HIMMAH UII

KOBARKOBARI EDISI 168// XV // Januari 2014

3

Si Hijau Pembelah Jogja

Narasi oleh: Mazdan Maftukha A.| KOBARkobari Tepat pukul 05.30 bus Trans Jogja keluar dari garasinya yang berlokasi di daerah Maguwoharjo, Sleman. Kurang lebih 48 armada bus Trans Jogja dikerahkan setiap harinya dengan rute 1A, 1B, 2A, 2B, 3A, dan 3B. Tidak sulit untuk menggunakan transportasi umum khas Kota Jogjakarta ini. Calon penumpang cukup datang ke shelter Trans Jogja yang tersebar di titik-titik kota pelajar ini. Cukup merogoh kocek senilai tiga ribu rupiah para penumpang telah dapat menggunakan jasa bus Trans Jogja sepuasnya, bahkan hingga dapat mengelilingi kota Jogjakarta. Meski tidak menyediakan fasilitas seperti televisi atau musik, suasana di dalam bus Trans Jogja nyaris tidak pernah sepi. Gurau para penumpang atau suara kondektur bus yang membacakan arah bus di setiap shelter turut menambah warna transportasi massal ini. Namun, di jam-jam sibuk tak jarang para penumpang terpaksa berdiri karena kursi sudah penuh terisi. Sayangnya, kini pemerintah terkesan kurang serius menangani bus Trans Jogja. Adanya dugaan korupsi berimbas ditariknya izin operasi beberapa armada. Efeknya banyak karyawan yang mesti mendapatkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini menjadi suatu ironi tersendiri mengingat bus Trans Jogja adalah salah satu transportasi publik untuk menghindarkan kota Jogjakarta dari masalah kemacetan.

Naik Trans Jogja

Rutinitas 4

KOBARKOBARI EDISI 168 // XV // Januari 2014

Revangga Twin T. | KOBARKobari

Mazdan Maftuhkha A.| KOBARKobari

Wisatawan

Revangga Twin T. | KOBARKobari

Trans Jogja

Nafiul Mualimin | KOBARKobari

Menunggu

Mazdan Maftuhkha A. | KOBARKobari

KOBARKOBARI EDISI 168// XV // Januari 2014

5

Demi Sebuah Komitmen Oleh: Fauzi Farid M. Bila kita adalah pencinta novel, sewajarnya kita pernah membaca atau setidaknya pernah mendengar tentang Trilogi Negeri 5 Menara. Trilogi karya Ahmad Fuadi ini menjadi novel yang sukses sebagai best seller nasional dan dikenal sebagai salah satu novel terbaik di dunia. Novel terakhir berjudul “Rantau 1 Muara” menjadi pamungkas dari trilogi tersebut. Rantau 1 Muara menceritakan kehidupan Alif di Bandung setelah ia kembali dari Kanada. Ada satu bagian dari kisah hidup Alif di Bandung yang terasa menarik, yaitu ketika ia tak memiliki uang sepeser pun. Alif pun terpaksa mengambil uang di bank dalam bentuk kredit. Naas, mahasiswa ini tak mampu melunasi kreditnya. Kondisi sedemikian rupa membuat Alif harus menghadapi debt collector. Ia merasa ketakutan menghadapi orang-orang debt collector bertubuh besar dan kekar, tapi kemudian ia sadar bahwa yang boleh ditakuti hanya Allah SWT. Pertemuan dengan Randai sahabat lamanya membuat ia kembali merenungi apa yang sebenarnya ia lakukan. Dari renungan itu ia menerapkan mantra ketiga yang diajarkan sang ustad saat menuntut ilmu di Pondok Madani. Mantra tersebut adalah man saala ala darbi, siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuannya. Akhirnya Alif memutuskan untuk merantau ke Jakarta dan mendaftar sebagai seorang wartawan di “Majalah Derap”. Selama di Majalah Derap ia mengembangkan kemampuan jurnalistiknya. Selain itu Alif menemukan berbagai pengalaman baru dan bertemu dengan wanita yang akan menjadi pendamping hidupnya. Demi impiannya dan menjawab tantangan Randai, Alif mendaftarkan dirinya sebagai penerima sebuah beasiswa pres-

6

tisius untuk berkuliah di Amerika dan ia akhirnya diterima. Selama ia di Amerika, Alif mengalami berbagai hal. Seperti ketika bagaimana ia beradaptasi dengan lingkungan baru, menjadi konresponden Majalah Derap, dan saat ia memutuskan untuk mempersunting Dinara dan membawanya untuk hidup di Amerika. Cerita menarik juga patut kita simak ketika ia juga ikut terlibat dalam peristiwa 11 September. Ketika itu dirinya kehilangan seseorang yang sangat berharga, imbasnya Alif pun kembali merenungi tentang makna kehidupan. Setelah beberapa tahun menetap di Amerika, Alif memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Walaupun ketika itu banyak tawaran bekerja di Amerika dengan gaji kelas dunia. Berbeda dengan Tetralogi Laskar Pelangi yang menurut saya memiliki nilai tata bahasa yang terlalu tinggi sehingga membuat terkadang sulit untuk dimengerti, novel ini memiliki bahasa yang mudah untuk di pahami sehingga menjadi kelebihan tersendiri. Terlepas dari itu semua, novel ini mengajarkan kita untuk konsisten, arti dari sebuah kerja keras, pantang menyerah, dan berkomitmen terhadap apa yang telah kita kerjakan, Hanya saja novel ini masing memiliki kekurangan. Contohnya plot yang terasa cepat ketika menceritakan peristiwa 11 september. Dimana penulis tidak menceritakan bagaimana Alif lepas dari rasa kehilangannya, tetapi malah langsung loncat ke 2 tahun sesudahnya. Proses perkuliahan Alif pun selama di Amerika hanya dikisahkan saat perkuliahan pertamanya, selebihnya hanya tentang kehidupan Alif setelah kuliah. Padahal kisah perkuliahan Alif ini bisa menjadi referensi menarik bagi pembaca yang ingin berkuliah di luar negeri.

KOBARKOBARI EDISI 168 // XV // Januari 2014

Penulis Penerbit ISBN Tgl Penerbitan Bahasa Halaman

: Ahmad Fuadi : Gramedia Pustaka Utama : 9792294732 : Mei 2013 : Indonesia : 407 + xii

MB UII Mengikuti GPMB 2013

Foto: Humas MB Grand Prix Marching Band, adalah kejuaraan nasional bergengsi yang diikuti unit-unit marching band di Indonesia untuk memperebutkan piala bergilir Presiden RI. Event ini dilangsungkan di akhir tahun atau tepatnya di hari-hari terakhir di bulan Desember di Istora Senayan, Jakarta. Dan pada Desember 2013 lalu, Marching Band Universitas Islam Indonesia menjadi salah satu kontestan dari 24 band keseluruhan yang mengikuti kejuaraan tersebut. Rentetan agenda menuju kejuaraan GPMB tersebut dimulai pada tanggal 24 dinihari pukul 01.00 WIB dimana Tim GPMB Marching Band UII berangkat menuju Ibukota Jakarta dari sekretariat Marching Band UII di Kampus Terpadu UII, berbekalkan suatu paket pagelaran yang bertajuk “Proud to Sheila On 7” yang telah dipersiapkan selama kurang lebih satu tahun lamanya, Marching Band UII cukup optimis untuk dapat berprestasi lebih baik di kejuaraan ini. Grand Prix Marching Band di tahun 2013 ini berlangsung selama 3 hari, yaitu dari tanggal 27-29 Desember 2013. Di hari pertama diadakan babak kualifikasi untuk penentuan divisi, kemudian di hari selanjutnya ada babak final divisi satu, dan di hari terakhir dilangsungkan babak final divisi utama. Sebelum kualifikasi di tanggal 27 Desember, Tim GPMB XXIX Marching Band UII tetap melangsungkan latihan seperti biasa untuk menjaga kebugaran dan standar penampilan tim menuju kejuaraan, uji coba lapangan pun dilakukan di hari sebelum babak kualifikasi untuk membiasakan diri dengan lapangan baru. 27 Desember 2013, hari kualifikasi. Marching Band Universitas Islam Indonesia tampil dengan nomor urut penampilan 15 dan tampil pada pukul 17.20 – 17.40 . Bermain dihadapan ribuan penonton dan juri di hari itu, Marching Band UII raih hasil yang cukup membanggakan. Menduduki peringkat 7 dari

24 band yang mengikuti babak kualifikasi di hari dengan raihan poin total 67,10 itu dan sekaligus memastikan diri masuk ke babak final divisi utama untuk berlaga lagi di tanggal 29 Desember 2013. 29 Desember 2013, Babak Final Divisi Utama, hari yang ditunggu-tunggu untuk menentukan peringkat band di tingkat nasional pun tiba. Marching Band UII tampil dengan nomor urut 4 pada pukul 11.00 – 11.20 WIB. Untuk hasil dibabak final sendiri memang kurang memuaskan secara peringkat, dimana Marching Band UII hanya dapat berdiri di peringkat 10 nasional, dan turun sebanyak 3 peringkat dari kualifikasi, namun secara raihan total poin ada peningkatan yang terjadi, dari 67,10 menjadi 69,00. Target awal Marching Band UII untuk bisa bertengger di 5 besar memang pupus, namun perjalanan selama kurang lebih satu tahun dengan hasil yang dinilai kurang tersebut, akan menjadi suatu pelajaran tersendiri untuk penerus Marching Band UII dalam menghadapai kejuaraan seperti Grand Prix Marching Band. Terima kasih, untuk seluruh pihak yang telah membantu menyukseskan keberangkatan Marching Band UII menuju kejuaraan GPMB tahun 2013 ini, terima kasih untuk seluruh player & official GPMB XXIX 2013 MB UII yang telah meluangkan waktu, mengorbankan keringat & tenaga untuk mengikuti perjalanan panjang menuju kejuaraan, untuk Alumni Marching Band UII atas dukungan & semangat yang tiada henti. Terima kasih pula untuk dukungan dari seluruh Keluarga Mahasiswa UII (KM UII), teman teman lembaga khusus, jajaran civitas akademika Universitas Islam Indonesia. Serta pihak sponsorship yang terlibat (Bank BTN, Pegadaian, UIInet, Gudek Ceker SR). Terima kasih untuk semuanya. (Humas MB)

KOBARKOBARI EDISI 168// XV // Januari 2014

7

Ralat Chrisnanda Nestantyo Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik Industri 2012 “ Saya rasa kotak sampah yang tersedia di FTI terlalu sedikit. Seharusnya kotak sampah diperbanyak, kalau bisa di setiap lantai ada 10 sampai 15 kotak sampah dan di luar gedung juga ada kotak sampah. Selain itu, parkiran sudah mulai sempit. Sebaiknya dilakukan perlebaran luas parkiran di setiap fakultas ”

Desvania Maharani Jurusan Manajemen 2013 Fakultas Ekonomi “ Menurut saya, fasilitas dikampus masih banyak yang perlu diperbarui demi kenyamanan mahasiswa dalam belajar. Selain itu, saya berharap agar komputer di kelas diganti dengan yang lebih modern atau perbaiki agar tidak banyak virusnya.”

Rizka Amalia Shofa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam 2011 “Populasi mahasiswa FIAI meningkat cukup pesat. Satu pertanyaan besar, Apakah pembangunan gedung FIAI tidak dapat dipercepat dari jadwal master plan? Tidak hanya satu kali merasakan kuliah di ruangan yang rasanya kurang nyaman dan ini mempengaruhi proses belajar.”

8

KOBARKOBARI EDISI 168 // XV // Januari 2014

Pada KOBARkobari Edisi Pemilihan Rektor, Tahun Ke15, Januari 2014. Rubrik khusus wawancara “Edy Suandi Hamid: Saya suka kalau ada mahasiswa yang kritis” disebutkan bahwa periode jabatan Edy Suandi Hamid tertulis 2006-2009 dan 2009-2014 yang benar adalah 2006-2009 dan periode 2010-2014.

TIM EDISI KHUSUS PEMILIHAN REKTOR Penanggung jawab: Irwan A. Syambudi Penyunting: Raras Indah F., Moch. Ari Nasichuddin Penulis: Marta Dwi K., Raras Indah F., Siti Mahdaria Fotografer: Asyharuddin Wahyu Y., Nafiul Mualimin Penyumbang data: Penelitian dan Pustaka (Pelita) LPM Himmah UII Kurator foto: Revangga Twin T. Pengolah Foto: Revangga Twin T. Desain: Revangga Twin T., Galuh Ayu P. Seharusnya: TIM EDISI KHUSUS PEMILIHAN REKTOR Penanggung jawab: Irwan A. Syambudi Penyunting: Raras Indah F., Moch. Ari Nasichuddin Penulis: Marta Dwi K., Raras Indah F., Siti Mahdaria Reporter: Desi Rahmawaty, Irwan A. Syambudi, Raras Indah F., Moch. Ari Nasichuddin, Marta Dwi K., Siti Mahdaria, Fotografer: Asyharuddin Wahyu Y., Nafiul Mualimin Penyumbang data: Penelitian dan Pustaka (Pelita) LPM Himmah UII Kurator foto: Revangga Twin T. Desain: Revangga Twin T., Ilustrasi: Galuh Ayu P.

kobarkobari-edisi-168-silang-pendapat-informasi-spp.pdf ...

Page 3 of 8. kobarkobari-edisi-168-silang-pendapat-informasi-spp.pdf. kobarkobari-edisi-168-silang-pendapat-informasi-spp.pdf. Open. Extract. Open with.

8MB Sizes 9 Downloads 124 Views

Recommend Documents

No documents