Pertemuan GIZ – SECO – Walikota Bogor Tempat
: Ruang Rapat 3 Balaikota Bogor
Waktu
: Sabtu, 29 Agustus 2015
Peserta Rapat :
Pemerintah Kota Bogor : Walikota (Bima Arya), Kepala Bappeda (Suharto), Kepala DLLAJ (Achsin P), TP4 (Maya Nurani), Bagian Kerjasama (Rudi), Tim Penyehatan PDJT (Ngurah Wirawan), BPPTPM (Tyas Ajeng) GIZ : Markus Delfs, Danniel Herrmann, Tedy Murtejo, Mirza Aldi, Dhany Utami N, Anugrah Ilahi SECO : Martin S, Alain G, Syaiful Ely
Pembukaan
Tedy Murtejo membuka acara dengan menjelaskan maksud dan tujuan berkunjungnya tim SECO ke Kota Bogor, untuk mendengar pengalaman Kota Bogor terhadap kerjasama proyek SUTIP sejak 2009, serta rencana Kota Bogor terkait program BTOP sehubungan dengan rencana masuknya pendanaan SECO untuk SUTIP pada tahun 2016-2019 dalam Sustainable Urban Transport Improvement Project. Bima Arya menjelaskan bahwa sektor transportasi merupakan prioritas pertama. Terkait isu Transportasi, pertama adalah bagaimana mendanai infrastruktur transportasi Berikutnya adalah dukungan konsep dan desain yang matang terkait transportasi perkotaan. GIZ SUTIP selama ini telah mendorong Pemerintah Kota Bogor dibidang; o Non Motorized Transport; Dimulai dari seputar stasiun bogor sampai seputar kebun raya. Dan tahun ini telah dianggarkan Rp 300 juta untuk perawatan fasilitas pejalan kaki. o Trans Pakuan BRT; Dukungan dalam hal perencanan rute layanan, operasional , hingga sosialisasi. o Angkot reform; sekitar 3400 an unit angkot Kota Bogor dimana semuanya pemilik individu, dan GIZ SUTIP bersama DLLAJ terus mendorong transformasi kepemikian pribadi menjadi badan hukum, dimana akan menjadi cikal bakal operator Trans Pakuan.
o o
o
TDM Parking Management ; Penataan parkir badan jalan untuk beberapa lokasi, serta yang berlokasi pada parkir luar badan jalan. Sosialisasi dan Edukasi ; Dimana hal ini sangat berperan dalam konteks Kota Bogor, keterlibatan masyarakat untuk membangun transportasi perkotaan serta memberi masukan, dan berperan aktif. SUTIP adalah "mesin penggerak" untuk berbagai peraturan kota dan langkahlangkah selanjutnya yang diambil, seperti "BTOP". Dimana sepengetahuan beliau selain Bogor hanya Bandung yang mempunyai dokumen masterplan transportasi yang menyeluruh.
Diksusi a. Alain menjelaskan tujuan kehadiran SECO dalam diskusi ini adalah untuk mendapatkan halhal mana yang menjadi prioritas terkait hal konkret bagi perpanjangan fase SUTIP, mengacu kepada proposal dari SUTIP untuk 9 kota, dimana Kota Bogor salah satu diantaranya. b. Pertanyaan Alain terkait BTOP adalah; o Bagaimana merencanakan implementasi BTOP dalam konteks keterbatasan dana APBD. o Dari hambatan dan tahapan implementasi BTOP, mana yang menjadi proritas? c. Bimar Arya menjawab pertanyaan Alain 1) Bima Arya menjelaskan, sumber dana selama ini didapat dari 4 cara; a. APBD b. APBN atau Provinsi c. Cooperation with eksternal agency d. CSR (dimana akhir tahun ini, akan dapat 2 bus wisata yang didapat dari swasta di Bogor) 2) Implementasi koridor 4 transpakuan berasal dari APBD, termasuk didalamnya pra sarana pendukung seperti Halte, 3) Butuh bantuan dari APBN dan Propinsi terkait Trans Pakuan koridor 4, dimana 20 bus akhir tahun ini akan didapat dari Propinsi 4) Membuka kesempatan kerjasama dengan pihak swasta dibidang TOD (Transit Oriented Development), dimana nantinya bisnis ini akan mendukung operasional Trans Pakuan.
d. e. f. g.
h.
i.
j. k.
l. m.
n. o. p.
5) Dari sektor NMT, dialokasikan 6,7 M untuk 1 km fasilitas pejalan kaki, serta pengajuan dana kepada Presiden untuk fasilitas pedestrian seputar kebun raya sebesar 40 M. Alain menanyakan apakah ada kontribusi dana dari APBN untuk perencanaan, desain operasional BRT Trans Pakuan? Bima Arya mengatakan bahwa akan ada bantuan 25 bus dari APBN tahun depan. Ngurah Wirawan menambahkan penjelasan terkait pengelolaan BRT dengan konsep yang ada di Jakarta. Konsep BTOP sangat bagus, dan saat ini bagaimana rencana implementasinya, dan menjelaskan peran beliau untuk mengambil private sector kontribusi dalam transportasi perkotaan Ngurah menjelaskan konsep kerjasama PDJT di bidang telko, untuk mengambil private sector kontribusi dalam transportasi perkotaan, namun untuk sektor pedestrian, edukasi sosialisasi tidak bisa diperankan swasta. Bima Arya menjelaskan bahwa konsep angkot reform bisa menjadi contoh national, dimana saat ini di Indonesia belum ada contoh transformasi pemilik angkutan individu menjadi berbadan hukum dan menjadi operator BRT. Alain menanyakan apa value SUTIP selama ini di Bogor? Mana yang menjadi prioritas dalam BTOP? Bimar Arya menjelaskan kondisi awal kehadiran SUTIP, kapasitas SDM di Pemerintah Kota Bogor mempunyai keterbatasan capacity dibidang SUT, sehingga added value utama dari SUTIP selama ini adalah memberikan pengaruh konsep sustainability dalam setiap perencanaan transportasi perkotaan, serta membantu proses implementasi sampai pada tahap sosialisasi dan edukasi terhadap stakeholder. Kelemahan birokrasi adalah keterbatasan di bidang teknik, sehingga SUTIP melengkapi bagian tersebut. Tedy Murtejo menambahkan, awal kehadiran SUTIP adalah memberikan technical assistance terhadap Pemerintah Kota, dan menjadi jemabatan penghubung antara pemerintah serta akademisi, demi menjadi transportasi perkotaan di Kota Bogor bekerlanjutan. Pemutaran Video BTOP (10 menit) Maria dari TP4 menjelaskan, konsep besar dalam video BTOP adalah apa yang ingin dicapai. Namun bagaimana cara menuju kesana, Kota Bogor membutuhkan capacity building. Alain terkesan dengan konsep BTOP, dan berpendapat bahwa kesemua program tersebut tidak akan bisa berjalan paralel, lalu mana yang menjadi prioritas? Bima Arya menjawab priotias utama untuk 3 tahun kedapan adalah o Angkot Reform, dan bertransformasi menjadi BRT Trans Pakuan o NMT untuk 9 tahap secara keseluruhan, dan saat ini sudah mencapai tahap 4 (2015)
Penutup a. Bima Arya memberikan final statement terkait 3 alasan utama SECO bisa bergabung di Bogor; o Belum ada best practice di Indonesia, sehingga peluang untuk bisa bersama-sama menjadikan Kota Bogor menjadi pioner. o Ideal dalam konteks demografi, geopraphy, o Tempat Presiden tinggal
b. Alain menjelaskan bahwa dengan pertemuan ini telah memberikan gambaran yang lebih jelas terkait hal konkret yang diinginkan Kota Bogor terkait SUTIP kedepannya. c. Alain juga mendapatkan jawaban dari Walikota terkait hal apa yang menjadi prioritas.