ISBN: 978-602-72412-0-6

Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp. di Lereng Selatan Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Merbabu Jawa Tengah Dita Putri Permatasari Dr. Purnomo, M.S. Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Jl. Teknika Selatan, Sekip Utara, Yogyakarta Email : [email protected]

Abstract Anaphalis spp. can grow in the mountain with altitude 1.600-3.600 meters above sea level. Mount Merbabu has an altitude 3.145 meters above sea level and has an extreme temperature change because of fog movement. It is a good habitat for Anaphalis spp. to grow. This study was conducted to determine the diversity and the distribution of Anaphalis spp. in south slope Gunung Merbabu National Park. Data and sample Anaphalis spp. collected at the track of mount Merbabu in Selo that separated to three stations: station 1 (1.500- 2.000 meters above sea level ), station 2 (2.000- 2.500 meters above sea level) , and station 3 (2.500 -3.000 meters above sea level). At every station placed 10 plots (2 x 2 m). Plot placed randomly in the center distribution of Anaphalis spp. and the place that easily to be reached. Sample of species Anaphalis spp. also taken to identified from morphological characteristics. The result is 3 species of Anaphalis there are: Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl., Anaphalis viscida (BL.) DC., and Anaphalis longifolia (BL.) DC. Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl. have a spread distribution and can be found at 1.500- 3.000 meters above sea level, Anaphalis viscida (BL.) DC. have a specific distribution at 2.500-3.000 meters above sea level, and Anaphalis longifolia (BL.) DC. can be found at 1.500-2.000 meters above sea level. Key Words : Diversity, distribution, Anaphalis spp., Merbabu

I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang memilki flora dan fauna dengan tingkat keragaman yang tinggi, yaitu terdapat 325.350 jenis. Flora yang memiliki keragaman tertinggi berasal dari Famili Asteraceae. Anaphalis spp. merupakan anggota Famili Asteraceae yang dilindungi di Indonesia, namun masih kurang diperhatikan baik dari sisi keanekaragaman jenis maupun potensinya. Di kawasan Asia Tenggara dan New Guinea, terdapat 6 spesies Anaphalis yaitu Anaphalis javanica, Anaphalis longifolia, Anaphalis maxima, Anaphalis viscida, Anaphalis helwigii, Anaphalis arfakensis (van Steenis, 2006). Klasifikasi Anaphalis spp. Kingdom Divisio Subdivisio Classis Ordo Familia Genus

: Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Asterales : Asteraceae : Anaphalis 328

Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp.

Spesies

: Anaphalis spp. (van Steenis, 2006)

Morfologi Anaphalis spp. Famili Asteraceae terdiri dari tumbuhan yang berupa perdu dan herba; memiliki daun tunggal atau majemuk dengan tepi daun berlekuk menyirip, menjari, atau berbagi; duduk daun berseling, berhadapan, atau berkarang, dan sering kali membentuk roset pada pangkal batang; karangan bunga bertipe bongkol dan dilindungi oleh suatu seludang (involukrum); kelopak pada umumnya mereduksi dan termodifikasi menjadi pappus. Ciri khas tumbuhan anggota famili ini adalah memiliki 2 jenis bunga, yaitu bunga pita dan bunga tabung. Bunga pita terletak pada bagian tepi bongkol serta berkelamin netral atau betina, sedangkan bunga tabung terletak pada bagian tengah bongkol dan berkelamin ganda. Bongkol bunga yang hanya memiliki bunga pita saja disebut liguliflorae, sedangkan yang memiliki kedua jenis bunga disebut tubiflorae (Tjitrosoepomo, 2007). Anaphalis spp. termasuk kedalam Ordo Asterales, mempunyai bunga yang berkembang di atas dasar bunga yang rata dan berwarna keemasan. Kepala sari dan putik membentuk tabung yang mengumpul menjadi satu dalam wadah (van Leeuwen, 1933). Tumbuhan ini dapat dijumpai dalam bentuk herba dan perdu yang mempunyai banyak cabang dan tingginya 1-4 meter, diameter batangnya ± 8 cm (Desitarani et al., 2014). Batang ditutupi oleh kulit batang yang kasar dan bercelah sehingga dapat menyimpan air. Ranting-rantingnya mendukung daun yang berwarna hijau atau putih keabu-abuan. Pada beberapa spesies dauan berwaran putih keabu-abuan karena adanya trikoma berbentuk seperti wolly, namun ada juga yang tidak memiliki trikoma pada bagian atas permukaan daunnya, sehingga daunnya berwarna hijau. Beberpa spesies mempunyai kelenjar (viscid) pada bagian daunnya (van Steenis, 2006). Persebaran Anaphalis spp. Anaphalis sering tumbuh berkelompok di daerah lereng-lereng bukit atau pada daerah yang topografinya datar. Tumbuhan ini dapat tumbuh di daerah perbatasan antara hutan dan daerah terbuka, karena kebutuhan yang paling penting dari tumbuhan ini adalah cahaya. Selain itu, tumbuhan ini dapat tumbuh pada daerah yang miskin unsur hara karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara ( van Steenis, 2006). Tumbuhan ini juga tumbuh pada daerah berpasir dan berbatu serta daerah sekitar kawah vulkanik. Anaphalis javanica tumbuh pada ketinggian 2.000-3.600 m.dpl, Anaphalis viscida tumbuh pada ketinggian 1.650-3.250 m.dpl, Anaphalis longifolia tumbuh pada ketinggian 1.200-2.850 m.dpl, sedangkan Anaphalis maxima tumbuh pada ketinggian 2.000-2.800 m.dpl. Jenis Anaphalis yang tumbuh endemik di Jawa yaitu Anaphais maxima (Backer & Bakhulzen v.d Brink Jr, 1965).

329

ISBN: 978-602-72412-0-6

Ekologis Anaphalis spp. Anaphalis mempunyai banyak manfaat ekologis, salah satunya adalah sebagai sumber makanan bagi serangga-serangga tertentu. Van Leeuwen (1933) mengemukakan bahwa terdapat ±300 spesies serangga yang berasal dari Ordo Hemiptera, Thysanoptera, Lepidoptera, Diptera, dan Hymenoptera yang ditemui pada bunga Anaphalis. Selain itu kulit batang dari tumbuhan ini bercelah dan mengandung banyak air, sehingga dapat menjadi tempat hidup bagi beberapa jenis lumut dan lichen, seperti Cladinia calycantha dan Cetraria sanguinea. Ranting-ranting tumbuhan ini rapat sehingga mengundang berbagai jenis burung untuk membuat sarang. Demikian pula dengan akarnya yang muncul di permukaan tanah, merupakan tempat hidup cendawan tertentu yang membentuk mikoriza (van Leeuwen, 1933). Selain manfaat ekologis, bunga Anaphalis yang dapat bertahan lama dalam keadaan kering dan mempunyai bau yang khas sering dimanfaatkan sebagai hiasan. Taman Nasional Gunung Merbabu Gunung Merbabu merupakan salah satu gunung vulkanik tua di Indonesia yang saat ini berada pada fase dormansi. Letak geografis Gunung Merbabu yakni pada posisi koordinat 110026'22" BT dan 7027'13" LS serta memiliki ketinggian ± 3.142 m.dpl (Anonim 4, 2009). Taman Nasional Gunung Merbabu mempunyai kawasan seluas ± 5.725 ha yang terletak di Kabupaten Semarang, Magelang dan Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kawasan yang terletak di Kabupaten semarang seluas 1.150 ha, Kabupaten Magelang seluas 2.160 ha dan yang terluas adalah Kabupaten Boyolali seluas 2.415 ha. Batas masing-masing wilayah Taman Nasional ini adalah sebelah utara dibatasi oleh Kabupaten Semarang, sebelah selatan dibatasi oleh Kabupaten Boyolali dan Magelang, sebelah timur dibatasi oleh Kabupaten Boyolali, sedangkan Kabupaten Magelang dan Semarang membatasi wilayah barat. Keadaan Topografi mulai dari bergelombang ringan sampai dengan bergunung (kemiringan mulai dari 8% sampai dengan lebih dari 40%) dengan curah hujan rata-rata/tahun sebesar 2.000 – 3.000 mm dan suhu udara 50 C - 300 C. (Anonim 3, 2013). Gunung ini mempunyai bentuk habitat dengan vegetasi yang eksotis dan memiliki ciri khas tersendiri. Ciri khas tersebut dikarenakan perubahan suhu yang ekstrem setiap hari. Perubahan suhu ini dipengaruhi oleh pergerakan uap air (kabut) yang ada sewaktu-waktu sehingga mengakibatkan kelembaban tinggi dan bersuhu hangat. Kondisi ini sangat cocok sebagai habitat Anaphalis yang memiliki distribusi pada ketinggian 1.600-3.600 m.dpl (van Leeuwen, 1933). Berdasarkan pemaparan di atas, identifikasi mengenai keanekaragaman serta distribusi Anaphalis sangat diperlukan mengingat peran tumbuhan ini sebagai indikator kestabilan kawasan vulkanik di gunung Merbabu, serta mempunyai banyak manfaat ekologis bagi organisme yang lain. Selain itu, pengambilan Anaphalis spp. secara ilegal serta kerusakan habitat akibat kebakaran hutan dapat mengakibatkan kelangsungan hidup tumbuhan ini semakin rentan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi baru mengenai keragaman serta distribusi jenis Anaphalis serta dapat digunakan sebagai sarana konservasi sumber daya hayati yang ada di Gunung Merbabu.

330

Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp.

Gambar 1. Peta Taman Nasional Gunung Merbabu (Anonim 3, 2013).

II. METODE Penelitian ini dilakukan di daerah lereng selatan gunung Merbabu, Boyolali, Jawa Tengah melewati jalur Selo dengan pelaksanaan pengambilan data pada bulan September 2013. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, kompas, Global Positioning System (GPS), peta lereng selatan gunung Merbabu, pasak ukuran 2 meter serta tali rafia untuk pembuatan plot pengambilan data, kamera digital untuk mengambil gambar spesimen di lapangan dan tabel pengamatan untuk mengisi data dan informasi spesimen yang dibutuhkan. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan herbarium (herbarium kit) adalah kertas koran yang digunakan sebagai tempat menata dan meletakan spesimen pada saat di lapangan, etiket gantung dan etiket tempel yang berisi informasi spesimen, benang kasur untuk menggantungkan etiket gantung pada spesimen, isolasi, alat tulis, gunting, buku gambar ukuran A3 serta plastik mika untuk menata spesimen yang telah dikeringkan menggunakan oven. Peralatan yang digunakan untuk mengambil data parameter lingkungan adalah lux meter, soil tester dan termometer, sedangkan untuk membantu identifikasi spesimen digunakan buku identifikasi Anaphalis. Semua peralatan yang dibawa dalam pengambilan sampel dikemas dalam wadah toolbox. Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesimen Anaphalis spp. di Lereng selatan Taman Nasional Gunung Merbabu. Bahan kimia yang digunakan adalah alkohol 70% yang digunakan untuk mengawetkan sampel. Dalam penelitian ini cara kerja dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap lapangan dan tahap laboratorium. A. Pengambilan Data di Lapang Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Visual Encounter Surveys (VES) didalam plot yang sudah dipersiapkan terlebih dulu. Pengambilan data dilakukan pada pagi hari pukul 09.00 WIB sampai sore hari pukul 14.00 WIB, karena kondisi cuaca yang mulai berkabut pada sore hari akan membuat pengambilan data tidak efektif. Pengambilan data dimulai pada ketinggian 1500 mdpl sampai daerah puncak dengan ketinggian 3.000 m.dpl. Kemudian pada range ketinggian tersebut dibagi menjadi 3 buah stasiun, masing-masing stasiun berjarak 500 m.dpl. Pemilihan stasiun dilakukan pada jalur utama Selo di daerah lereng selatan gunung Merbabu. Setiap stasiun diletakkan plot dengan ukuran 2m x 2m,

331

ISBN: 978-602-72412-0-6

sehingga setiap plot luasnya 4 m2. Jumlah plot untuk masing-masing stasiun adalah 10 buah yang diletakkan secara acak berdasarkan pusat distribusi jenis Anaphalis dan pada daerah yang bisa dijangkau. Selama di lapangan ada beberapa data lain yang harus dicatat pula, seperti tanggal dan lokasi pengambilan data, jenis Anaphalis yang ditemukan, stasiun dan plot ditemukan, jumlah individu yang ditemukan, dan letak masing-masing plot dalam stasiun. Data parameter lingkungan yang diambil adalah kelembaban udara, suhu tanah, suhu udara dan intensitas cahaya. 1. Identifikasi di Laboratorium Sampel tumbuhan Anaphalis yang diperoleh dari lapangan kemudian dibuat herbarium. Pembuatan herbarium dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada. Herbarium tersebut kemudian di identifikasi menggunakan buku yang memuat jenis-jenis Anaphalis yang ada di Jawa seperti The Mountain Flora of Java (van Steenis, 2006) dan Flora of Java Volume II ( Backer & Bakhulzen van den Brink Jr, 1965). 2. Analisis Data Data yang diperoleh dari lapangan dianalisis secara destruktif untuk melihat karakteristik spesies Anaphalis di lereng selatan Taman Nasional Gunung Merbabu. Karakteristik ini digunakan untuk melihat kunci determinasinya. Data analisis vegetasi dianalisis dengan indeks nilai penting terdiri dari frekuensi dan densitas yang digunakan untuk menentukan nilai distribusinya. a. Frekuensi jenis Frekuensi jenis dan frekuensi relatif dapat dihitung untuk mengetahui jenis yang paling sering ditemukan di lokasi. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Frekuensi jenis (FM) : 𝐹𝑀 = Frekuensi relatif (FR)

∑𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑒𝑘 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑥 100% ∑𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑒𝑘

: 𝐹𝑅 =

∑𝐹𝑀 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑥 100% ∑𝐹𝑀

b. Densitas jenis Densitas jenis dan densitas relatif dapat dihitung untuk mengetahui kemelimpahan jenis tersebut pada lokasi. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Densitas jenis (DM)

: 𝐷𝑀 =

Densitas relatif (DR)

∑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑥 100% ∑𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡

: 𝐷𝑅 =

∑𝐷𝑀 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑥 100% ∑𝐷𝑀

332

Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp.

c. Nilai penting Nilai penting dihitung untuk melihat seberapa besar pengaruh dari suatu jenis tersebut pada lokasi. Nilai penting dapat dihitung dengan cara : Nilai penting = DR + FR d. Distribusi jenis Dalam penentuan distribusi jenis Anaphalis spp. berdasarkan nilai frekuensi relatif dan distribusi relatifnya, sedangkan penyajiannya dilakukan dengan gambar, yaitu memasukan lokasi penemuan setiap jenis ke dalam peta. Penentuan titik setiap spesies di peta dapat dibantu dengan GPS. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan keanekaragaman jenis Anaphalis spp. serta distribusinya pada lokasi sampling. Berikut mengenai hasil penelitian yang diperoleh. A. Keanekaragaman Anaphalis spp. Berdasarkan hasil pengambilan data dilapangan, maka diperoleh 168 individu Anaphalis spp. Setelah dilakukan proses identifikasi diperoleh 3 spesies Anaphalis, yaitu Anaphalis javanica, Anaphalis longifolia, dan Anaphalis viscida. Tabel 1. Daftar Anaphalis spp. yang ditemukan di lereng selatan Gunung Merbabu, Selo, Boyolali, Jawa Tengah. No Kode Spesies

Nama Spesies

1

Spesies A

Anaphalis longifolia (BL.) DC.

2 3

Spesies B Spesies C

Anaphalis viscida (BL.) DC. Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultz ex Boerl.

Berikut adalah gambar diagram yang menunjukan jumlah individu masing-masing Anaphalis spp. yang ditemukan pada lokasi sampling. Perbandingan Presentase Anaphalis spp. 3%

0%2%

Anaphalis javanica Anaphalis longifolia

95%

Gambar 2. Perbandingan presentase Anaphalis spp. yang ditemui di Lereng Selatan Taman Nasional Gunung Merbabu.

Anaphalis spp. yang paling banyak ditemui adalah Anaphalis javanica yaitu 95% (159 individu). Hal ini dikarenakan Anaphalis javanica dapat tumbuh pada ketinggian 1.600-3.600

333

ISBN: 978-602-72412-0-6

m.dpl sehingga dapat ditemui pada setiap plot sampling. Selain itu, tumbuhan ini adalah satusatunya jenis Anaphalis yang berkayu sehingga memiliki rentang habitat dan toleransi terhadap iklim yang lebih luas. Anaphalis longifolia yang ditemukan sebanyak 3% (6 individu), sedangkan Anaphalis viscida yang paling sedikit ditemukan yaitu 2% (3 individu). Spesimen yang telah teridentifikasi kemudian dibuat deskripsi mengenai karakternya. Berikut deskripsi mengenai jenis Anaphalis yang ditemukan, antara lain : 1. Anaphalis longifolia (BL.) DC.) Kunci Identifikasi : Familia Asteraceae 1a-3b-33b-41b-82b-85b-96b-100b-102b-112a-113a-33 (Anaphalis) 1b-3b (Anaphalis longifolia (BL.) DC.)

(Backer & Bakhulzen v.d Brink Jr, 1965)

(a)

(b)

Gambar 3. (a) daun Anaphalis longifolia (BL.) DC. Yang berbentuk lanset dan (b) bunga Anaphalis longifolia (BL.) DC. (Dokumentasi pribadi).

Anaphalis longifolia merupakan herba yang mempunyai daun yang berwarna putih kelabu namun tidak berkelenjar. Jenis ini dapat dibedakan dari jenis yang lain karena daunnya yang lebih panjang dan dapat mencapai 16 cm. Bongkol bunga jenis ini mempunyai sedikit bunga-bunga cakram biseksualnya Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 1,5 m serta pada pangkal batangnya berkayu, namun tidak membentuk tegakan seperti Anaphalis javanica. 2. Anaphalis viscida (BL.) DC. Kunci Identifikasi : Familia Asteraceae 1a-3b-33b-41b-82b-85b-96b-100b-102b-112a-113a-33 (Anaphalis) 1a-2b (Anaphalis viscida (BL.) DC.) (Backer & Bakhulzen v.d Brink Jr, 1965)

334

Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp.

Gambar 4. Anaphalis viscida (BL.) DC. (Dokumentasi pribadi).

Anaphalis viscida merupakan perdu yang mempunyai ciri-ciri morfologi yang hampir sama dengan Anaphalis javanica. Daun spesies ini mempunyai warna yang lebih hijau pada permukaan atasnya, namu pada permukaan bawahnya memiliki beledu. Anaphalis viscida dapat dibedakan dari jenis Anaphalis yang lainnya karena memiliki daun yang berkelenjar sehingga apabila daunnya diremas akan terasa lengket. Bongkol bunganya berukuran lebih besar dibanding yang lainnya. Tumbuhan berkayu dan jarang membentuk tegakan seperti Anaphalis javanica. 3. Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl. Kunci Identifikasi : Familia Asteraceae 1a-3b-33b-41b-82b-85b-96b-100b-102b-112a-113a-33 (Anaphalis) 1a-2a (Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl. (Backer & Bakhulzen v.d Brink Jr, 1965)

(a)

(b)

(c)

Gambar 5. (a) bunga cakram Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl. yang berwarna kuning, (b) daun Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl. yang berwarna putih kelabu, dan (c) batang yang membentuk tegakan pada Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl. (Dokumentasi pribadi).

Anaphalis javanica mempunyai daun berwarna putih kelabu dan sempit serta mengumpul pada ujung ranting. Tumbuhan ini mempunyai bongol-bongol bunga yang melimpah dengan bunga cakram berwarna kuning. Tumbuhan ini dapat dibedakan dari jenis yang lainnya karena mempunyai batang yang berkayu dan mencapai tinggi 8 m, berdiameter sebesar pergelangan tangan serta membentuk tegakan. I. Distribusi Anaphalis spp. Distribusi Anaphalis spp. dapat dilihat dari hasil perhitungan nilai densitas dan frekuensi relatif yang terdapat pada tabel berikut (Tabel 2).

335

ISBN: 978-602-72412-0-6

Tabel 2. Nilai densitas relatif, frekuensi relatif, dan nilai penting Anaphalis spp. pada lokasi sampling di Lereng Selatan Taman Nasional Gunung Merbabu. NO

Nama Spesies

Densitas relatif

Frekuensi relatif

Nilai penting

1

Anaphalis javanica

94,64 %

87,09%

1,81

2

Anaphalis longifolia

3,57 %

6,45%

0,10

3

Anaphalis viscida

1,78 %

6,45%

0,08

Dari data diatas, distribusi tumbuhan Anaphalis spp. dapat dilihat dari perbandingan nilai densitas relatif dan frekuensi relatif. Spesies Anaphalis javanica memiliki nilai frekuensi relatif yang tinggi, hal ini menunjukan bahwa spesies ini sering ditemukan dalam plot sampling dan distribusinya merata. Nilai densitas relatifnya yang tinggi menunjukan bahwa jumlah individu yang ditemukan dalam plot cukup banyak. Anaphalis longifolia dan Anaphalis viscida mempunyai nilai frekuensi relatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai densitas relatifnya. Sehingga dapat dikatakan kedua spesies Anaphalis ini jarang ditemukan dalam plot sampling dan jumlah individu yang ditemukan sedikit. Nilai penting Anaphalis javanica paling tinggi yaitu 1,81 yang menunjukkan keberadaan spesies ini penting dan berpengaruh terhadap organisme lain dan lingkungan sekitarnya.

Jumlah Individu

Gambar 6. Peta peletakan plot pengambilan data Anaphalis spp. di sepanjang jalur pendakian Selo, Taman Nasional Gunung Merbabu. 80 60 40 20 0

Anaphalis javanica Anaphalis longifolia Anaphalis viscidaData Stasiun Pengambilan

Gambar 7. Distribusi Anaphalis spp. pada setiap stasiun di Lereng Selatan Taman Nasional Gunung Merbabu.

336

Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp.

Gambar 7. Menunjukan distribusi Anaphalis spp. pada setiap stasiun pengambilan data. Anaphalis javanica ditemukan pada semua stasiun mulai dari ketinggian 1.500 – 3.000 m.dpl. Hal ini menunjukan bahwa spesies ini memiliki toleransi yang lebar terhadap faktor lingkungan pada setiap stasiun pengambilan data. Ini sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa Anaphalis javanica dapat tumbuh pada ketinggian 1.600-3.600 m.dpl. Anaphalis longifolia hanya ditemukan pada stasiun pertama dengan ketinggian 1.500-2.000 m.dpl, sedangkan Anaphalis viscida hanya ditemukan pada stasiun kedua dengan ketinggian 2.000-2.500 m.dpl. Ini menandakan bahwa Anaphalis viscida dan Anaphalis longifolia memiliki kisaran toleransi yang sempit terhadap perubahan ketinggian bila dibandingkan dengan Anaphalis javanica. IV. KESIMPULAN Berdasarkan data yang diperoleh dan pembahasan, maka dapat disimpulkan : A. Di lereng selatan Taman Nasional Gunung Merbabu ditemukan 3 jenis Anaphalis yaitu Anaphalis javanica, Anaphalis longifolia, dan Anaphalis viscida. B. Anaphalis javanica memiliki distribusi merata yang dapat ditemukan pada ketinggian 1.500-3.000 m.dpl, Anaphalis viscida mempunyai distribusi yang spesifik yaitu pada ketinggian 2.500-3.000 m.dpl, sedangkan Anaphalis longifolia dapat ditemukan pada ketinggian yang paling rendah yaitu 1.500-2.000 m.dpl. V. DAFTAR PUSTAKA Anonim 1. 2013. Dinas Kehutana Provinsi Jawa Tengah. Artikel Taman Nasional Gunung Merbabu. (http://tamannasionalgunungmerbabu.htm, diakses pada tanggal 3 April 2013). Anonim 2. 2013. Gunung Merbabu Jalur Selo Boyolali Jawa Tengah. Artikel Gunung Merbabu Jalur Selo. (http:// GUNUNG MERBABU JALUR SELO BOYOLALI JAWA TENGAH MERBABU.COM.htm, diakses pada tanggal 3 April 2013). Anonim 3. 2013. Merbabu Jalur Selo. Artikel Merbabu Mountain-Merbabu Jalur Selo. (http:// Merbabu mountain Merbabu - Jalur Selo.htm, diakses pada tanggal 2 April 2013). Anonim 4. 2009. Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu. Artikel Taman Nasional Gunung Merbabu. (http://merbabunationalpark.org/09, diakses pada tanggal 1 April 2013). Backer, C. A. & Bakhulzen van den Brink Jr. RC. 1965. Flora of Java, Volume II. The Netherlands : Wolters-NoorhoffNV-Groningen. Bentham, G. & J. D. Hooker. 1873. Genera plantarum ad exemplaria imprimis in herbariis kewensibus servata definite, volume 2. London : Lovell, Reeve and Co. Brower J. E. & Zar J. H. 1997. Field and Laboratory Methods for General Ecology. Dubuge, Iowa: Wn.C. Brown Company Publisher. Desitarani, H. Wiriadinata, H. Miyakawa, I. Rachman, Rugayah, Sulistiyono, & T. Partomihardjo. 2014. Buku Panduan Lapangan Jenis-Jenis Tumbuhan Restorasi. Jakarta : LIPI. Funk, V. A., Bayer, R. J., Keeley, S. C., Chan, R., Watson, L., Gemeinholzer, B., Schilling, E., Panero, J. L., Baldwin, B. G., Garcia-Jacas, N., Susanna, A. & Jansen, R. K. 2005. Everywhere but Antarctica: using a supertree to understand the diversity and distribution of the Compositae. Biologiske Skrifter . Kusrini, M. D. 2009.Pedoman Penelitian dan Survei Amfibi di Alam. Bogor : Fakultas Pertanian Bogor. Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

337

ISBN: 978-602-72412-0-6

Van leeuwen, W. M. D. 1933. Biology of Plants and Animals Occuring in the Heigher Parts of Mount Pangrango-Gede in West Java. Amsterdam : Uitgave van de N. V. Noord Hollandsche. Van Steenis, C. G. G. J. 1978. The Mountain Flora of Java. Netherlands : E. J. Brill, Leiden.

338

Bag 38. DITA PUTRI PERMATASARI (328-338).pdf

terdapat ±300 spesies serangga yang berasal dari Ordo Hemiptera, Thysanoptera, Lepidoptera,. Diptera, dan Hymenoptera yang ditemui pada bunga ...

866KB Sizes 9 Downloads 196 Views

Recommend Documents

Bag 38. DITA PUTRI PERMATASARI (328-338).pdf
Bag 38. DITA PUTRI PERMATASARI (328-338).pdf. Bag 38. DITA PUTRI PERMATASARI (328-338).pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu.

Bag 63. Endah Permatasari (516-524).pdf
pusat dengan cara menghambat kerja Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), sehingga. pembentukan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH) terhambat. Terhambatnya pembentukan FSH dan LH akan mengakibatkan spermatogenesis berjalan

[email protected]
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. [email protected].

Der DITA-Hype.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Der DITA-Hype.

PUTRI A sd G.pdf
... under http://chess-results.com/tnr250861.aspx?lan=1. Chess-Tournament-Results-Server: Chess-Results. Page 3 of 7. PUTRI A sd G.pdf. PUTRI A sd G.pdf.

% 38 76\
Jul 10, 2001 - Motorola 34262. The resulting circuit requires a voltage divider network (resistors 6 and 8 and capacitor 10) for sensing the AC recti?ed line ...

X IPA 2_11_DITA PUTRI ADITYA.PDF
X IPA 2_11_DITA PUTRI ADITYA.PDF. X IPA 2_11_DITA PUTRI ADITYA.PDF. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Displaying X IPA 2_11_DITA ...

Query Containment under Bag and Bag-Set Semantics
D is a database instance of S. Q2 ⊑ Q1 .... Bag-set semantics: Set-valued database + Bag-operators .... Containment mapping from Q1 to Q2: Every distinct.

Bag Catalogue.cdr -
Item yang ada pada katalog ini tersedia dalam stok maupun indent. Produk yang out of stock dapat dipesan dalam masa 3-4 minggu. Moslemkids Solo. Cahaya Mata Kids Shop [email protected] [email protected]. +6281289416714. +601123615486

L. BAG-GER.
vessel; but it', through failure of the percus~ sion device ... thin plug, disk, or ?lm of this material or its equivalent .... the primer-disk, however, the fuse may be so.

Walker Bag
Top - Match on Line to make complete pattern. Walker Bag. Page 2. Cut 2. Step 1. Tape together here. Top - Match on Line to make complete pattern.

bag-lunch.pdf
Sign in. Page. 1. /. 1. Loading… Page 1. bag-lunch.pdf. bag-lunch.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Displaying bag-lunch.pdf. Page 1 of 1.

Episode 38 - Annemarie Cross
Sep 30, 2016 - WomenInLeadershipPodcast.com |Connect with your Host onTwitter:@AnnemarieCoach. Email: [email protected] ... they're working in their own business and they would love to have their book. To get the time and get thoug

38-Sertifikat_IMA.pdf
Page 3 of 5. 38-Sertifikat_IMA.pdf. 38-Sertifikat_IMA.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Displaying 38-Sertifikat_IMA.pdf. Page 1 of 5.

38.pdf
franchisee. Methodology. A cross-sectional research design, involving a mail questionnaire survey of UK franchise. systems, was employed for data collection. Findings and implications. The paper finds that the franchise systems that select entreprene

Blizzard Bag-Chorus
Find NoisyPlanet on Facebook ... “It's becoming more of a full-day listening experience, as ... Noise-induced hearing loss happens any number of ways, from attending noisy concerts and clubs to using firearms or loud power tools and even.

Popcorn Bag Template.pdf
Page 1 of 1. pop. corn. pop. corn. pop. corn. mariasminis.blogspot.com. Page 1 of 1. Popcorn Bag Template.pdf. Popcorn Bag Template.pdf. Open. Extract.

38.pdf
Page 1 of 8. AN EMPIRICAL INVESTIGATION OF THE IMPACT OF SDB. ON THE RELATIONSHIP BETWEEN OCB AND INDIVIDUAL. PERFORMANCE. Barbara J. Allison, Louisiana Tech University. Richard Steven Voss ' University of Alabama. C. Richard Huston, Louisiana Tech U

bentone ® 38 - Insucolor
40400 Shah Alam. Chou-Ku, Osaka. Hightstown, NJ 08520 USA. Tel.: +32 2 790 76 00. Malaysia. 542-0081 Japan. Tel.: +1 609 443 2500. Fax: +32 2 790 76 60.

Episode 38 - Annemarie Cross
30 Sep 2016 - Hi, I'm your host. Annemarie Cross branding communication strategist also known as the podcasting queen. Joining me on today's show is Stacey Copas, and she not let ... Instead, she has used her life experience and personal philosophies

38.pdf
( Computer Network ) ... (b) The most successful LAN technology is the ——. ... ( 3 ). HS/XII/V/CT/Paper–V/13/54. Page 3 of 12. 38.pdf. 38.pdf. Open. Extract.

38.pdf
102 NICOTEX 4 PAAN FLA T 1X10 76 0 9 432 67 3066 28 21 -. 103 NICOTEX-2 (MINT PLUS) 25XDAB 0 126 117 11683 9 851 49 2 -. 104 NICOTEX-2 CINOMOM 10CHE. 11 0 0 0 11 452 6 57 -. 105 NICOTEX-2 PAN FL 10CHE. 37 0 -9 -253 46 1836 9 21 -. 106 NICOTEX-4 MINT

38%failure.pdf
Eradication attempts have taken place on 51 islands. ranging in size from 0.7 ha Crusoe Island in New. Zealand (Lee 1999) to 800 ha St. Paul Island in the.