Mereka yang Kalah atau Dikalahkan

BEnnY sUBIanTo Harvard Kennedy School Myanmar Program

s

eperti gurunya –Geoge kahin—atau teman seangkatannya –Daniel lev dan Herbert Feith—Ben anderson adalah seorang engaged scholar yang selalu menunjukkan keberpihakannya kepada kelompok yang kalah atau dikalahkan dalam sejarah. seperti ia tulis dalam pengantar buku Language and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia (1990), Ben berpihak kepada sekelompok mahasiswa yang kebanyakan berkulit gelap di Universitas Cambridge, tengah mendengarkan orasi politik mengecam keputusan perdana menteri anthony Eden yang mendukung prancis dan Israel dalam invasi ke Terusan suez. Tiba-tiba mereka diserang oleh sekelompok mahasiwa Inggris kelas atas sambil menyanyikan lagu “God save the Queen.” peristiwa di Cambridge pada november 1956 adalah penegasan keberpihakan seoarang pemuda Irlandia-Inggris berumur 20 tahun dengan latarbelakang sosial yang penuh privilese, kepada kaum “kalah” atau “dikalahkan.” Barangkali ini adalah ironi –keadaan yang tampak dengan sengaja bertentangan dengan apa yang seharusnya—yang kemudian melekat pada karater Ben anderson dan kerja intelektualnya. keberpihakan kepada yang kalah dalam sejarah sering kali membawa konsekuensi yang tak ringan. keberpihakan itu tampak pula pada karakter George kahin. sikapnya yang mendukung Indonesia pada masa Revolusi telah membuat jengkel Belanda. ketika Cornell tengah mempertimbangkan untuk merekrut kahin sebagai faculty member di Department of Government, 1951, senator Joseph mcCarthy yang dikenal sebagai sangat anti-komunis, langsung menuduh owen lattimore sebagai seorang komunis. lattimore adalah professor dan pembimbing disertasi kahin tentang Revolusi Indonesia di John Hopkins University. pada awal 1950an itu pula paspor kahin pernah dicabut karena kedekatannya dengan lattimore serta kritik yang diarahkan kepada kahin dari pejabat amerika pro-Belanda. pada pertengahan 1960an kahin menjadi pengkritik utama politik intervensi amerika di Vietnam sekaligus secara kritis menggugat kebijakan luar negeri amerika di Indonesia, khususnya keterlibatan amerika dalam pRRI dan permesta, dan perang Vietnam. Demikian pula dengan Herbert Feith yang penuh obsesi untuk melihat Indonesia sebagai negara demokratis. Bahkan pada 1970an ia pun menjadi partisan dalan gerakan perdamaian. Ia menunjukkan simpatinya pada para tahan politik Indonesia setelah 1965 serta pembunuhan orang Cina di kalimantan Barat yang jelas merupakan hasil orkestrasi pihak penguasa militer untuk menumpas pGRs/paraku. sedangkan Daniel lev, dengan caranya yang lebih subtle tak

henti-hentinya mendorong penegakan rule of law di Indonesia. Ben anderson, George kahin, Herb Feith, dan Dan lev adalah sangat kontras bila disandingkan dengan sejumlah nama Indonesianists atau Southeast Asianists konservatif, memihak kelompok mapan dan cenderung teknokratis. kelompok ini jelas tak terusik oleh pembunuhan massal pasca 30 september 1965, invasi dan aneksasi Timor Timur yang diikuti pembantaian politik, pembuhunan terencana kaum kriminal melalu program petrus, maupun kelakuan rezim kleptokratik orde Baru maupun sesudahnya. ada lagi tipe sarjana yang bisa disebut sebagai statusquoist, ia selalu memberikan pembenaran akademis terhadap kondisi politik apa pun yang terjadi di suatu negara tanpa pernah merasa terusik. kelompok ini jelas mengedepankan scholarship, atau bahkan lebih buruk lagi professionalism daripada citizenship, bukan dalam arti kewarganegaraan seseorang sebagaimana terlihat pada paspornya, melainkan seperangkat hak dan kewajiban, seperti partisipasi demokratis untuk menyuarakan kekecewaan maupun ketidakadilan serta berpikir tentang hal-hal yang berkaitan dengan keprihatinan bersama. perjalanan intelektual dan karier akademis Ben anderson sangat ditandai oleh intellectual passion and political engagement yang amat kuat. Ben adalah citizen-scholar paripurna. Ben tak pernah menarik garis demarkasi antara scholarship and politics. sikap ini bertentangan dengan kebanyakan sarjana yang selalu berkilah mengedepankan sikap “bebas nilai” dalam seluruh kegiatan akedemis mapun intelektual mereka. Intellectual passion and political engagement ini pula yang mendorong Ben menulis A Preliminary Analysis of the October 1, 1965 Coup in Indonesia yang sebelumnya terbit dalam bentuk mimeograph dan disebarkan kepada kalangan terbatas dengan sifat konfidensial guna mendapat masukan. Tulisan ini kemudian dikenal sebagai “Cornell paper.” Tulisan tersebut, yang bersifat preliminary, menyiratkan passion Ben untuk bersikap kritis terhadap pengusa militer Indonesia setelah peristiwa 30 september 1965. Ben belum sepenuhnya yakin dengan apa yang ia tulis, tapi political engagement-nya memaksa ia untuk menyebarluaskannya. Demikian pula dengan artikel “How did the Generals Die” yang ia tulis berdasarkan hasil visum et repertum dokter RspaD tentang kondisi mayat para jendral yang dibunuh dalam Gerakan 30 september 1965, yang dengan jelas bertentangan dengan pemberitaan dan propaganda pihak militer tentang kondisi tubuh para jendral yang terbunuh. keberpihakannya kepada kaum kalah atau yang dikalahkan terlihat dari sikapnya terhadap orang Indonesia keturuan Cina atau Tionghoa pada masa orde Baru. Dengan jelas Ben mengakui bahwa orang keturunan Cina di Indonesia mendominasi perekonomian Indonesia berkat dukungan negara maupun jaringan modal Cina di Taiwan, Hong kong, singapore maupun raksasa kapitalis dunia lainnya. namun demikian, di bawah orde Baru orang Cina secara kategoris adalah pihak yang kalah karena selalu diasosiasikan dengan komunisme, dan selama tiga dekade mengalami represi kultural, pelarangan sekolah Cina dan penerbitan dan penggunaan Bahasa Cina, dan yang paling menyakitkan adalah peresmian kata “Cina” sebagai pengganti “Tionghoa” yang Ben anggap sangat derogatory racist. Ben menganggap bahwa “Cina” adalah sepadan dengan “Chink” yang tak lain adalah sebuah ethnic

slur yang memang dimaksudkan untuk melecehkan orang Tionghoa. Ben adalah citizen-scholar besar dengan sumbangan melampau batas disiplin keilmuan dan tak tertandingi dalam hal menjelaskan kerumitan politik dan budaya Indonesia, Filipina dan Thailand. Tak jarang ia menjungkirbalikan sesuatu yang diterima sebagai kebenaran. Untuk itu segala upaya menjadikan Ben sebagai sebuah mitos perlu dihidari. Tak perlu kita mengutak-atik suatu peristiwa politik atau budaya di Indonesia sebagai sesuatu yang dipengaruhi pemikiran Ben, seperti ada yang coba beragumen bahwa Ben berpengaruh terhadap Gerakan mahasiswa 1978 di Bandung dan Jakarta karena tulisannya “last Days of Indonesia's suharto” yang terbit di Southeast Asia Chronicle, 63, Juli-agustus 1978. Ternyata para aktivis mahasiswa 1978 baru membaca tulisan Ben setelah mereka ditahan oleh penguasa orde Baru. sebagai seorang citizen-scholar yang selalu berpihak kepada mereka yang kalah atau dikalahkan, acapkali menimbulkan persoalan siapa yang “kalah” atau “dikalahkan” serta dalam konteks apa? para pengkritik Ben mempertanyakan mengapa Ben berpihak kepada si anu atau kelompok itu yang dianggap “kalah” atau “dikalahkan,” timbul pertanyaan parameter apa yang digunakan Ben?

Benny Subianto.pdf

Cambridge, tengah mendengarkan orasi politik mengecam keputusan perdana menteri. anthony Eden yang mendukung prancis dan Israel dalam invasi ke ...

75KB Sizes 12 Downloads 533 Views

Recommend Documents

Smil, benny andersen.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Smil, benny ...

Smil, benny andersen.pdf
Der skal. afregnes Copydan-vederlag af print. fra "Den indre bowlerhat", Borgen. Page 2 of 2. Smil, benny andersen.pdf. Smil, benny andersen.pdf. Open.

Me and my baby (benny green).pdf
j. œ. œ. bn. n œ. œ. œ. œ. #. #. # œ. œ. #. ‰. œ. bœ. n. j. œ. nœ. # œ. nœ ‰ œ. œ. J œ. bœ. b œ. nœ. œ. œ. œ. œ.. #œ. j. œ. œ. n œ. j. œ. œ. œ. œ. #. Œ ‰ œ.

Benny Hifdul Fawaid_al-Balad Dalam al-Quran.pdf
Benny Hifdul Fawaid_al-Balad Dalam al-Quran.pdf. Benny Hifdul Fawaid_al-Balad Dalam al-Quran.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu.

Watch St. Benny The Dip (1951) Full Movie Online Free ...
Watch St. Benny The Dip (1951) Full Movie Online Free .Mp4____________.pdf. Watch St. Benny The Dip (1951) Full Movie Online Free .Mp4____________.

Guide to Publishing a Scientific Paper - Official Site of Achmad Benny ...
degree from the University of Cambridge and a doctorate in Molecular. Biophysics and ... 2.2.12 Hyphenation and abbreviations 21. 2.2.13 Numbers and ...

Guide to Publishing a Scientific Paper - Official Site of Achmad Benny ...
5.5 Methodology, instrumentation, materials and analytical tools 44. 5.6 Relevance of your study and inferences from your results 44. 6 Materials and Methods.