NABI KEMBAR (SLAWOMIER MROZECK) DIKETIK UNTUK KEPENTINGAN PENYUTRADARAAN SEMESTER VII Irwan Jamal 2002 Kepala

: Teman-teman dan saudara sewarga! doa saudara-saudara telah didengar! sebentar lagi beliau akan berdiri depan saudara-saudara. beliau, seorang dan satu-satunya nabi. beliau yang kalian tunggu-tunggu! sekarang beliau sudah berada di istana ini. dengan susah payah, beliau telah datang, tepat seperti yang telah diramalkan. beliau telah datang kepada kalian, beliau telah datang untuk kalian. bersiap-siaplah untuk menerima kedatangan beliau. yang buta, harap mengulurkan telinganya bagi yang tuli, dan yang tuli, matanya untuk yang buta. sedangkan bagi yang buta tuli …… hmmm, lupakan saja. beliau akan

muncul

sebagai

manusia,

dan

beliau

sendiri

yang

akan

memproklamirkan berita-berita besar itu, karena beliau serba tahu, dan telah menjajagi masa depan kalian. Beliau akan menunjukkan jalan keselamatan. jangan goyah iman kalian sekarang pada saat-saat terakhir, jagalah sebagaimana kalian telah menjaganya bertahun-tahun, sebagaimana juga bapak-bapak serta kakek-kakekmu. jagalah justru sebentar lagi, karena keresahan kalian akan segera berakhir dan harapan-harapan akan diberi kepastian. sekarang saya akan melangkah turun. saya akan meninggalkan tempatku di istana dan bergaung dengan kalian menyambut beliau yang telah datang. saya akan lepaskan semua simbul-simbul kekuasaan yang telah kalian percayakan kepada saya selama ini. perbolehkan saya mengucapkan pernyataan singkat ini: saat kalian menunggu telah berlalu! (Ia melepas pita dan melemparkannya. Lalu pergi.. Pause Band memainkan sebuah floutish. Dari sebelah kiri dan kanan masuk dua nabi bersamaan dengan langkah langkah yang ritmis serta agung. Mereka buru-buru ke balkon dan bertabrakan dipintu. Mereka saling berpandangan, berbalik, dan keluar dari panggung lebih cepat dari waktu mereka datang. Kepala datang berlari.)

Kepala

: Sebentar! (Ia berlari keluar. Pause, Musik Band. Kedua Nabi muncul dikiri dan kanan. Mereka memandang satu sama lain waktu masuk, kemudian keluar. Kepala berlari-lari keluar masuk balkon.)

Kepala

: Sebentar saja! (Ia keluar, mengusap dahinya. Pause. Dikanan panggung muncul Nabi pertama. Nabi kedua muncul dari kiri panggung, menangkap tepi jubah Nabi pertama, tepat waktu ia melangkah ambang pintu balkon, dan walaupun ia bertahan, ditariknya keluar panggung. Band mulai melagu. Kepala masuk dengan berlari.)

Kepala

: Stop band itu!, intermeso lima menit. hai juru sita! (Masuk juru sita.)

Kepala

: Apa artinya ini ?

Jurusita

: Saya tidak tahu, tuan.

Kepala

: Seharusnya ada satu.

Jurusita

: Bukan salah saya. Keduanya muncul.

Kepala

: Yang mana yang datang duluan ?

Jurusita

: Tidak keduanya, tuan.

Kepala

: Kau terangkan lebih jelas!

Jurusita

: Mereka datang bersama-sama. hanya dari arah yang berbeda. melalui pintu yang berbeda. rasanya saya kaget sendiri melihat keduanya persis sama, tapi saya berkata pada diri saya sendiri, mungkin begitulah seharusnya.

Ketua

: Yang mana yang menurut pendengaranmu … mencurigakan?

Jurusita

: TIDAK DUA-DUANYA, TUAN. KEDUANYA NAMPAK BENAR2 OKEY.

Ketua

: KAU BOLEH PERGI. (Jurusita pergi kepintu kiri panggung) JANGAN BENTAK SIAPA-SIAPA TENTANG INI.

Jurusita

: SAYA AKAN TUTUP MULUT, BOS. (Ia maju beberapa langkh menuju pintu) OH, HAMPIR LUPA, KETIGA ORANG BIJAKSANA (Three Wise Man) ADA DI SINI.

Ketua

: SURUH MEREKA MASUK SEKARANG JUGA.

(Jurusita keluar kepintu kiri.

Bersamaan muncul Tiga Orang Bijaksana ) Melchior

: AKHIRNYA !

Gaspar

: SELAMAT !

Balthazar

: SAYA HARAP KAMI TIDAK TERLALU TERLAMBAT.

Ketua

: SAYA KHAWATIR, ADA BERITA BURUK UNTUK KALIAN.

Melchior

: BELIAU TIDAK DATANG ?

Ketua

: JUSTRU SEBALIKNYA !

Gaspar

: SEMUA TELAH BERLALU ?

Ketua

: BUKAN, JUSTRU BARU MULAI .

Balthazar

: DIMANA BELIAU ?

Ketua

: PERTANYAANNYA DIMANAKAH MEREKA. SAUDARA2, DENGAN SEDIH SAYA

:

KATAKAN BAHWA HARAPAN KITA TELAH TERPENUHI DOBEL. ADA DUA NABI. Ketiga Orang Bijak

: (Dengan satu suara) TAK MUNGKIN !

Ketua

: SULIT DIPERCAYA, TAPI KENYATAAN ADALAH KENYATAAN.

Gaspar

: DULU CUMA ADA SATU.

Ketua

: TAK ADA ARTINYA, SEKARANG ADA DUA.

Melchior

: BELUM PERNAH ADA DALAM PENGALAMAN KITA.

Ketua

: APA YANG DAPAT SAYA PERBUAT ?

Balthazar

: PASTI ADA SESUATU YANG SALAH. YANG DIUMUMKAN CUMA SATU. INI MERUPAKAN TRADISI LAMA. KITA DISEBUT-SEBUT SEBAGAI AHLI-AHLI UNTUK MENJEMPUT.

Ketua

: KAU TIDAK MENGATAKAN SESUATU YANG BARU, PROFESOR. SUDAH TENTU TIDAK MUNGKIN, ADA DUA NABI. KEBENARAN YANG BARU, HARUSLAH SATU, BUKAN KEBENARAN NAMANYA KALAU TIDAK BEGITU. RAKYAT BERHARAP HANYA SATU WAKIL KEBENARAN. SAYANG ……

Gaspar

: SAYA TIDAK MELIHAT KESULITAN. BILA MEREKA ADA DUA, YANG SATU PASTI PALSU.

Ketua

: TIDAK SEGAMPANG ITU. DUA-DUANYA IDENTIK.

Melchior

: APA? DUA-DUANYA SAMA PERSIS ?

Ketua

: SEPERTI PINANG DIBELAH DUA.

Melchior

: KALAU BEGITU KEDUANYA PALSU, ATAU KEDUANYA BENAR.

Gaspar

: PROFESOR YANG TERHORMAT, IZINKAN SAYA UNTUK MENYATAKAN BAHWA ANDA KELIRU. APA YANG TIDAK MERUPAKAN ANTITESE DARI KEBENARAN TIDAK MUNGKIN MERUPAKAN KEPALSUAN. LAGI PULA, TAK ADA KEBENARAN TANPA SUATU ANTITESE DALAM KEPALSUAN. KEBENARAN HANYA ADA SEBAGAI LAWAN LATAR BELAKANG KEPALSUAN. BAGAIMANA LAGI KITA DAPAT MEMBEDAKANNYA ?

Balthazar

: BETUL !

Gaspar

: BILA KEDUANYA SAMA, SULITLAH UNTUK MEMBEDAKAN YANG MANA YANG BENAR.

Balthazar

: BENAR SEKALI !

Ketua

: JADI ANDA LIHAT BETAPA SULITNYA KITA.

Melchior

: PERTAMA MARI KITA SELIDIKI APAKAH KASUS DEMIKIAN INI MUNGKIN. SEJAK

PERMULAAN

DUNIA,

BELUM

PERNAH

ADA

DUA

NABI

MENGKHOTBAHKAN SUA HAL YANG SAMA PERSIS. Ketua

: ITULAH SEBABNYA SAYA MEMBUTUHKAN NASEHATMU.

Balthazar

: KAMI CENDERUNG BERPANDANGAN BAHWA KEDUA-DUANYA TIDAK MUNGKIN BENAR ATAU PALSU, KARENA MEREKA IDENTIK DAN KARENA ADA DUA, KEDUA-DUANYA TIDAK MUNGKIN SEORANG DAN SATU-SATUNYA NABI.

Ketua

: TEPAT !

Melchior

: KITA HARUS BERUNDING.

Ketua

: TAPI BAGAIMANA DENGAN ORANG-ORANG? MEREKA MENGHARAP- KAN SEORANG NABI.

Melchior

: CARI JALAN AGAR MEREKA TETAP SIBUK.

Ketua

: ITU TIDAK GAMPANG. CEPAT! MARI.

(Mereka keluar kanan panggung. Dari kiri masuk Jurusita dan Nabi Pertama) Nabi I

: MENGAPA TIDAK KITA MULAI ?

Jurusita

: ADA PENGUNDURAN.

Nabi I

: SAYA READY.

Jurusita

: ITULAH SEMUA YANG MEREKA BILANG.

Nabi I

: KATAKAN PADA MEREKA, KALAU MEREKA TIDAK MAU MULAI DALAM LIMA MENIT LAGI SAYA AKAN WALK OUT.

Jurusita

: SELAMAT JALAN !

Nabi I

: (Menekan tiap-tiap kata) KAU DENGAR AKU ? SAYA AKAN PERGI !

Jurusita

: SYUKUR. PUJI TUHAN .

Nabi I

: DAN SAYA TIDAK INGIN ADA PENYESALAN NANTI.

Jurusita

: JANGAN TAKUT.

Nabi I

: SAYA AKAN MENUNGGU DI LOBBY. (Ia keluar kiri panggung)

Nabi II

: (Masuk dari kiri) IA SUDAH PERGI ?

Jurusita

: TIDAK SEGAMPANG ITU. (Nabi II menuju balkon) HEI, KAU PIKIR MAU KEMANA KAMU ?

Nabi II

: SAYA PIKIR SAYA MAU LIHAT CUACA.

Jurusita

: CUACA BAGUS, TIDAK HUJAN, TIDAK TERLALU PANAS.

Nabi II

: TERIMA KASIH BANYAK.

Jurusita

: TERIMA KASIH KEMBALI. (P a u s e )

Nabi II

: KAU JURU SITA DI SINI ?

Jurusita

: BARU SEKARANG. DULU SAYA TUKANG KAYU, SAYA MEMBUAT KURSI. TAPI SEKARANG HANYA ADA RUANG BERDIRI DI BUMI INI DAN SEMUA TUKANG KAYU BANGKRUT. ITULAH MUNGKIN SEBABNYA ORANG PADA TIDAK SABAR. KAKI MEREKA SAKIT, DAN TIDAK ADA TEMPAT UNTUK DUDUK. MEREKA SELALU SALING MENGINJAK KAKI SERTA LIPATAN CELANA SATU SAMA LAIN. DAN MAKIN HARI KITA MAKIN BANYAK. KAU LIHAT RAKYAT JELATA DI LAPANGAN ?

Nabi II

: SAAT YANG TEPAT BUAT MUNCUL.

Jurusita

: KAU BUKAN ORANG SATU-SATUNYA. (Ketua muncul dari kanan panggung diikuti primadona berpotongan sangat pendek.)

Nabi II

: (Kepada Ketua) SELAMAT JUMPA, KAPAN KITA MULAI ?

Ketua

: (Ketua mengelak) MAAF. NANTI (Ia pergi kebalkon disambut dengan seruanseruan orang-orang yang tidak senang) Karena sebab-sebab yang di luar kekuasaan kami, saya terpaksa mengundurkan kehadiran Sang Nabi. Sementara itu kita adakan sedikit pertunjukan. (sorak kemarahan dari lapangan kepada primadona) Kau naik (Primadona naik kebalkon dan menyanyikan sebuah lagu opera yang membosankan (kepada Nabi ll): Sekarang, apa saya bisa membantu anda?

Nabi II

: SAYA INGIN BICARA EMPAT MATA DENGAN ANDA.

Ketua

: (kepada Jurusita) TINGGALKAN KAMI (Jurusita melangkah menuju pintu kiri) OH YA, SEKALIAN AMBILKAN PITA SERTA BINTANG SAYA. SAYA AKAN MEMBUTUHKANNYA SEBENTAR.

Jurusita

: KALAU MEREKA TIDAK MAU MENGEMBALIKANNYA ?

Ketua

: GUNAKAN KEKUATAN.

Jurusita

: NGOMONG MUDAH, MENGERJAKANNYA YANG SULIT. (Ia keluar kekiri)

Nabi II

: KETUA, SAYA MAU PROTES.

Ketua

: MENGENAI APA ?

Nabi II

: SAYA TIDAK DIHARGAI SECARA KHUSUS SEBAGAIMANA MESTINYA.

Nabi I

: (masuk dari kiri panggung) SAYA JUGA !

Ketua

: DAN INILAH JAWABAN SAYA: KAU LIHAT SENDIRI BAHWA PROTES KALIAN TIDAK DAPAT DITERIMA (kedua Nabi berdiri berhadapan) APAKAH KALIAN SALING KENAL ?

Nabi II

: ANEH! SEPERTI MELIHAT BAYANGAN DI KACA CERMIN.

Nabi I

: SAYA JUGA MELIHAT SEPERTI DI CERMIN.

Nabi II

: (kepada Ketua) KALAU DIA LAIN SAMA SEKALI, DIA ADALAH BAYANGAN SAYA.

Nabi I

: BAYANGAN YANG ANEH, SAYAPUN BISA BERKATA BEGITU.

Ketua

: AKAN SAYA SELESAIKAN. (mengelilingi yang satu kemudian yang lain)

Nabi II

: WELL?

Nabi I

: APA KESIMPULANMU ?

Ketua

: SAYA YAKIN BAHWA MASING-MASING KAMU ADALAH DIRINYA. SAYA MELIHATMU SECARA TERPISAH.

Nabi I

: (kepada Nabi II) APA YANG HARUS KITA PERBUAT ?

Nabi II

: KITA HARUS MENGADAKAN AGREEMENT.

Nabi I

: YA, ITU SATU-SATUNYA PENYELESAIAN. (mereka keluar kiri. Gaspar masuk dari kanan)

Gaspar

: HARUSKAH PEREMPUAN ITU MENYANYI ?

Ketua

: MENGAPA? APA MENGGANGGUMU ?

Gaspar

: KOLEGA-KOLEGA SAYA MENGELUH. MEREKA TIDAK BISA KONSENTRASI.

Ketua

: MAAF, TAK BISA LAIN. KITA HARUS MENJAGA AGAR PUBLIK TETAP SIBUK. (ejekan serta jeritan dari lapangan. Primadona menghentikan nyanyiannya dan buru-buru masuk. Kepada Primadona) ADA APA?

Primadona

: SAYA TIDAK BISA BEKERJA DENGAN KEADAAN BEGINI.

Ketua

: KAU TIDAK SENANG DENGAN KAMI ?

Primadona

: SAYA SEORANG ARTIS !

Gaspar

: (menengok kelapangan) BENAR-BENAR KACAU.

Ketua

: (keluar keatas balkon) NAMPAKNYA RIBUT SEKALI.

Gaspar

: DENGAN MARAH, SEOLAH MEREKA PUSARAN RAKSASA, ORANG-ORANG ITU BERPUTAR SEKELILING LAPANGAN YANG LUAS ITU. LIHAT DI SEBELAH SANA, DI BAWAH TIANG LAMPU.

Ketua

: MEREKA SEDANG MEMUKULI SI JURUSITA !

Gaspar

: RAKYAT, MEREKA SEDANG BANGKIT.

Ketua

: GEROMBOLAN !

Gaspar

: APA YANG AKAN ANDA PERBUAT ?

Ketua

: KITA HARUS ALIHKAN PERHATIAN MEREKA DENGAN SEGALA JALAN, BERI MEREKA SESUATU YANG MENARIK UNTUK DILIHAT, KALAU TIDAK AKAN MEREKA BUNUH ORANG TUA ITU. (kepada Primadona) SAYA SERAHKAN KEPADAMU.

Primadona

: KAU SURUH AKU MENYANYI LAGI ?

Ketua

: LEPAS BAJUMU.

Primadona

: DI HADAPAN ORANG-ORANG LAKI-LAKI ?

Gaspar

: IA BERADA DI TENGAH-TENGAH MUSUH.

Ketua

: CEPAT. TIDAK BOLEH ADA WAKTU HILANG. (ia mendorong Primadona kebalkon sambil membantu melepaskan pakaiannya. Bila perlu, Primadona boleh memakai pakaian tipis ketat berwarna kulit untuk menunjukkan ketelanjangan. Ia menjeritkan sebuah lagu opera. Sorak gembira dari lapangan) NAMPAKNYA BERHASIL. MEREKA MELEPASKANNYA. (Ketua serta Gaspar meninggalkan balkon. Gaspar dengan lesu membalikkan kepalanya untuk melihat Primadona. Dari sebelah kiri masuk Melchior dan Balthazar)

Melchior

: (kepada Gaspar) KAWAN, APA YANG KAUKERJAKAN. KAMI BARU MENCARIMU KEMANA-MANA, DI MANA KAMU TADI ?

Gaspar

: HMM …… SAYA BARU MEMBANTU MENARIK KESIMPULAN TERAKHIR.

Ketua

: APA KESIMPULANMU ?

Melchior

: BAPAK KETUA YANG TERHORMAT, SEDEMIKIAN JAUH BELUM KAMI MENCAPAI KESEPAKATAN (Primadona menyanyikan lagu dengan keras. Melchior menutup telinganya) TAK DAPATKAH KAU HENTIKAN DIA ?

Ketua

: SABAR. SAAT INI KITA MEMBUTUHKANNYA.

Melchior

: SETELAH MENGHITUNG-HITUNG DENGAN KASAR SEMUA KEMUNGKINANKEMUNGKINAN KAMI RASA BENAR PERSANGKAAN BAHWA INI MERUPAKAN

KASUS PERTAMA DI DUNIA, DIMANA ADA DUA ORANG YANG SAMA PERSIS UNTUK PERTAMA KALI DALAM SEJARAH DUA ORANG TELAH DILAHIRKAN, BUKAN SAJA

FISIKNYA

TAPI JUGA BIOGRAFINYA IDENTIK. AKIBAT

PERSAMAAN BIOFISIK SERTA BIOGRAFINYA, MAKA KEHIDUPAN INTELEKTUIL SERTA SPIRITUIL MEREKA JUGA MUTLAK SAMA, KESAMAAN YANG LUAR BIASA INI TELAH DIMUNGKINKAN OLEH MAHA BANYAKNYA PENDUDUK DUNIA SEKARANG, YANG SEPINTAS LALU DAPAT SAYA KATAKAN, MASIH TERUS MENINGKAT. TAPI YANG PALING MENAKJUBKAN DARI SUDUT ILMIAH BUKANLAH PHENOMENA ITU SENDIRI, TAPI JUSTRU KATEGORI SOSIAL DIMANA TERJADI. KALAU HAL INI DI KALANGAN PETANI, TENTARA, ATAU PEMAIN SEPAK BOLA, ……, MUNGKIN, DARI BESARNYA JUMLAH GOLONGAN TERSEBUT HAMPIR DAPAT DITERIMA. TAPI TIDAK. TAKDIR TELAH MENETAPKAN BAHWA PHENOMENA INI HARUS MENJELMA DALAM DUA BENTUK KEMBAR DARI NABI JENIUS, SUATU DERAJAT ORANG-ORANG YANG SEBAGAI ATURAN UMUM, HANYA MUNCUL SEKALI DALAM SERIBU TAHUN. DI SINI KITA LIHAT PEMBOROSAN YANG KETERLALUAN DARI ALAM, TIDAK ADANYA PLANING YANG RASIONAL. SELAMA BERABAD-ABAD TIDAK ADA, TIBA-TIBA DUA SEKALIGUS. KEMBAR LAGI! DAN LEBIH BURUK LAGI, INI TERJADI PADA SAAT KRISIS, DIMANA KEMANUSIAAN SEDANG MENUNGGU SEORANG UNTUK MENYELAMATKAN. SEKARANG HARAPANNYA TERPENUHI, TAPI DOBEL, (Primadona menyanyi keras) OH, TUHAN. Ketua

: SEMUA ITU BENAR, TAPI SEBAGAI SEORANG YANG BERTANGGUNG JAWAB UNTUK MENGURUS BISNIS (HAL) INI, SAYA TIDAK BISA BERTINDAK APA-APA DENGAN KESIMPULAN SEPERTI ITU. YANG LALU BIAR LALU. YANG SAYA PIKIRKAN ADALAH KELANJUTANNYA.

Balthazar

: ITULAH KESALAHAN KHAS POLITISI-POLITISI PRAKTIS. TINDAKAN EFEKTIF HANYA MUNGKIN DIAMBIL SESUDAH SUATU PHENOMENA DIANALISA DALAM SEBUAH ASPEK-ASPEKNYA. SEBELUM KITA DAPAT BERHARAP MENGAMBIL UKURAN-UKURAN YANG TEPAT KITA HARUS MENENTUKAN SIFAT DARI PHENOMENA ITU.

Ketua

: SAYA MELIHATNYA BEGINI: KITA MEMBUTUHKAN SUATU NABI, DAN YANG ADA

DUA.

YANG

BERARTI

BAHWA

YANG

KEDUA

BUKAN

SAJA

SURPLUS/MUBAZIR, TAPI MERUPAKAN RINTANGAN. Melchior

: YA, TAPI HANYA BILA ANDA MENGAMBIL PANDANGAN PRAGMATIS BAHWA RAKYAT SEDANG MENUNGGU NABI TUNGGAL, KEBENARAN YANG TERBAGI YANG MENJELMA DALAM SATU ORANG, DAN SEBAGAINYA; TAPI MENGAPA TIDAK MEMANDANGNYA DARI SEGI LOGIKA? JADI TAK PEDULI BERAPA JUMLAH MEREKA, KARENA, KARENA KEMBAR, MEREKA MENGKHOTBAHKAN HAL YANG SAMA.

Ketua

: MAKIN BANYAK MAKIN BAIK. KALAU SAMA BAIKNYA, TIDAK SOAL. HANYA HARUS KITA PUTUSKAN APA YANG KITA LAKUKAN DENGAN YANG KEDUA.

Gaspar

: TARUH DI GUDANG.

Ketua

: GUDANG ?

Gaspar

: TARUH SEBAGAI CADANGAN. KALAU-KALAU SAJA ADA SESUATU DENGAN YANG PERTAMA ……

Ketua

: IDE BAGUS.

Balthazar

: MUNGKIN ADA RESIKO. PENGALAMAN MENGAJAR KITA BAHWA LAMBAT ATAU CEPAT ORANG AKAN MENJATUHI NABINYA DENGAN PENYALIBAN. ITU SUDAH MERUPAKAN ACARA BAGAIMANA JADINYA, SETELAH UMAT MEMBINASAKAN YANG PERTAMA, YANG KEDUA MUNCUL SEHAT WALAFIAT SEOLAH-OLAH TIDAK ADA APA-APA. MAKA IA MENJADI YANG PERTAMA LAGI, MESKIPUN IA ADALAH YANG KEDUA. ALANGKAH MENYEDIHKANNYA, ALANGKAH TIDAK SENANG-NYA RAKYAT. TAK ADA LAGI HIKAYAT, TAK ADA LAGI PERISTIWA HISTORIS YANG PASTI. PENDEKNYA, SKANDAL DAN KEKACAUAN.

Ketua

: KITA BISA SINGKIRKAN KEDUANYA KALAU SAMPAI WAKTUNYA YANG SEDANG AKTING DAN YANG DI GUDANG.

Balthazar

: YAKINKAH KAU BAHWA BISA DIKERJAKAN SERENTAK ?

Ketua

: TIDAK, SAYA KHAWATIR TIDAK BISA.

Balthazar

: NAAAH.

Melcior

: SAUDARA-SAUDARA, MARI KITA TIDAK USAH RIBUT-RIBUT. BEGINI SAJA …………………….(p a u s e)

Ketua

: TERUSKAN.

Melchior

: SAYA KIRA LEBIH BAIK ORANG LAIN YANG MELANJUTKAN KALIMAT SAYA.

Balthazar

: …… KITA AKAN ……

Ketua

: BINASAKAN SATU DI ANTARA MEREKA SEKARANG JUGA. MENGAPA BEGITU TELITI? IDEMUKAH ITU PROFESOR ?

Melchior

: SAYA TIDAK MENGUCAPKANNYA……………….(p a u s e)

Ketua

: TAPI YANG MANA ?

Melchior

: DARI SEGI KEMANUSIAAN, SAMA SAJA (Primadona menyanyikan lagu keras) ADUH, SAYA TIDAK TAHAN. TIDAK TAHAN. TIDAK TAHAN (ia menyumbat telinganya)

Ketua

: (mengambil arloji saku berantai) KITA HARUS MENGERJAKAN SESUATU. MANA SIJURUSITA ? SEHARUSNYA IA DI SINI.

Gaspar

: MUNGKIN JALANNYA TERHALANG. MUNGKIN MEREKA MELUKAINYA. (selama dialog ini Primadona terus menyanyi, atau rekaman suaranya saja. Suaranya dinaikkan diturunkan sesuai dengan pembicaraan. Nyanyiannya harus jelas tapi tidak pelan)

Ketua

: (di atas balkon) OH, SIBUSUK. UNTUK ITU RUPANYA KUBAYAR DIA.

Balthazar

: SIAPA?

Ketua

: SI JURUSITA. (Melchior dan Balthazar bergerak sedikit kesamping dan berbisik-bisik)

Gaspar

: (ia telah bergabung dengan ketua di balkon) IA DI BAWAH SANA BERSAMA ORANG-ORANG, MENDENGARKAN KONSERT.

Ketua

: IA SEDANG MELIHAT KITA. (ia membuat gerakan-gerakan untuk menarik perhatian si Jurusita) PURA-PURA TIDAK LIHAT.

Gaspar

: PANDANGAN YANG MENGHARUKAN. KORBAN DAN PENGANIAYAAN-NYA BERSATU, MENDENGARKAN SIRINE.

Ketua

: MENDEGARKAN, SIALAN !

Gaspar

: (merangkulkan tangannya pada Primadona) MADAM, KAU ADALAH ORPHEUS KITA YANG BARU.

Ketua

: APA INI? KAU JUGA, PROFESOR ?

Gaspar

: SENI ADALAH SELURUH JIWAKU.

Ketua

: (membungkuk dari balkon) TIDAK, IA TIDAK MAU BERGERAK. HANYA ADA SATU JALAN. (ia mengangkat tubuh Primadona dan melemparkannya keteras. Nyanyiannya berhenti seperti suara tape bila listriknya dimatikan, makin lambat makin lambat, semakin rendah sampai berhenti sama sekali. Ketua mengangkat kedua tangannya di atas kepala dan menggerakgerakkannya seperti petinju yang menang bertanding sedang menerima sorakan penonton)

Gaspar

: (melangkahkan kaki kirinya keteras) TUNGGU SAYA MADAM !

Ketua

: (memegangnya kembali) PROFESOR ! JANGAN ! JAUH SEKALI JATUHNYA.

Gaspar

: LAGU ITU. SANGAT MEMPESONAKU. (Ketua dan Gaspar kembali)

Melchior

: AKHIRNYA TELAH KAU MATIKAN IA.

Ketua

: SAYA TADI TERPAKSA MENGHENTIKANNYA ATAS KEPENTINGAN PRIBADI. TAPI SEKARANG, DENGAN ORANG-ORANG YANG KEHILANG- AN TONTONAN, TUHAN TAHU APA YANG AKAN MEREKA PERBUAT (Ia melihat arlojinya) SEBELAS LEBIH LIMA, SETENGAH JAM LAGI MEREKA SUDAH MENEMUKAN AKAL. KITA DAPAT BERNAFAS SEBENTAR. SESUDAH ITU KITA AKAN KESULITAN. KITA HARUS DAPAT BERBUAT SESUATU (Jurusita masuk dari kanan, timpang) HARI SUDAH SIANG. MANA PITANYA? (Jurusita menangis terisak, dengan hati-hati mengusap air matanya) MARI-MARI. JANGAN MENANGIS. SAYA TAHU KAU SAKIT.

Jurusita

: BUKAN ITU SEBABNYA, BOS.

Ketua

: KALAU BEGITU MENGAPA KAU TERSEDU-SEDU?

Jurusita

: IA MENYANYI INDAH SEKALI.

Ketua

: TIDAK TAHU MALU! SEUMUR KAMU!

Jurusita

: UMURKU! SAYA LEBIH MUDA DARI KAU, BOS.

Ketua

: AH. MANA PITANYA?

Jurusita

: MEREKA TIDAK MAU MEMBERIKANNYA, BOS.

Ketua

: SAYA BILANG TADI GUNAKAN PAKSAAN.

Jurusita

: SUDAH BOSS .

Ketua

: LALU ?

Jurusita

: MEREKA TIDAK PAHAM.

Ketua

: (kepada Ketiga Orang Bijaksana) KALIAN DENGAR. SITUASI TERNYATA LEBIH GAWAT DARI SAYA DUGA. MEREKA MENOLAK UNTUK MENGEMBALIKAN KEKUASAAN. INI ANARKI!

Jurusita

: APAKAH KAU MASIH MEMBUTUHKAN AKU, TUAN?

Ketua

: LEBIH DARI YANG SUDAH-SUDAH. KAU TELAH MENJALANKAN TUGAS MILITERMU, BUKAN?

Jurusita

: YA TUAN, DI KAVALERI.

Ketua

: BAGUS. KALAU BEGITU KAU TAHU CARANYA MEMOTONG KEPALA.

Jurusita

: TIDAK BEGITU, BOS. SAYA DULU TUKANG MASAK.

Ketua

: SAMA SAJA. KAU MEMOTONG KEPALA-KEPALA AYAM.

Jurusita

: ITU SEMUA REMEH.

Ketua

: PERHATIKAN BAIK-NAIK. NAIKLAH KELOTENG DAN AMBIL KAPAK. BERSIHKAN DAN ASAH SEDIKIT DAN BAWA KEMARI. (Jurusita menyeringai) APA ARTINYA MUKAMU ITU?

Jurusita

: SAYA TAKUT TERKENA ……

Ketua

: OH TIDAK ! KAU DAPAT TERKENA BESOK, KALAU KAU RASA KAU SUKA. SEKARANG INI AKU INGIN AGAR KAU SEHAT WALAFIAT .

Jurusita

: KEINGINAN YANG BAIK. SEMOGA KAU JUGA , BOSS .

(Ia keluar kekiri. Ketiga Orang Bijaksana berbisik satu sama lain dan mereka menuju kepintu kanan) Ketua

: MAU KEMANA KALIAN

MELCIOR

: KAMI MAU MENCUCI TANGAN.

Ketua

: SEKARANG?!

Gaspar

: MUMPUNG ADA KESEMPATAN ……

Ketua

: KAU MAU LARI? (pause) IDE YANG BAGUS JUGA, SAYA PIKIR SEBENTAR. MARI KITA SEMUA PERGI MENCUCI TANGAN.

(Mereka semua keluar . Kedua Nabi masuk) Nabi I

: DIKEBUNKU

BANYAK POHON

PRAMBOS. KALAU

TIDAK SALAH ADA

EMPAT PULUH RIBU DELAPAN RATUS TIGA PULUH DUA BATANG….. Nabi II

: AJAIB. KEBUN KAMI JUGA.

Nabi I

: BERAPA BANYAKNYA ?

Nabi II

: SAMA PERSIS-BILA TIDAK SALAH.

Nabi I

: MENGHERANKAN-SAMA SETIAP DETAIL.

Nabi II

: PAMANKU SUKA SEKALI DENGAN SALAD.

Nabi I

: TANPA BUMBU !

Nabi II

: TIDAK, DENGAN RUSSIAN DRESSING.

Nabi I

: TANPA BUMBU, MAKSUD SAYA IA SUKA DENGAN RUSSIAN DRESSING.

Nabi II

: CELAKA . SAYA KIRA KITA AKAN MENEMUKAN PERBEDAAN.

Nabi I

: MARI KITA JANGAN BERGURAU. KITA MEMANG KEMBAR.

Nabi II

: APA PUNGGUNGMU PEGAL JUGA ?

Nabi I

: SUDAHLAH TAK ADA GUNANYA.

Nabi II

: SAYA CUMA BERFIKIR……….

Nabi I

: SAYA TAHU, TAPI KITA HARUS MENGHADAPI KENYATAAN-KENYATAAN.

Nabi II

: SEMUA SAMA, SAYA INGIN JAWABAN.

Nabi I

: YA PEGAL! PEGAL! PEGAL!

Nabi II

: YA TENTU.

Nabi I

: KAU PIKIR APA TADI? BAHWA AKU TIDAK PEGAL? KALAU KAU MAU TAHU, PUNGGUNGKU PEGAL SEKALI. PUAS? KAU MULAI MENJENGKELKAN AKU.

Nabi II

: KAU JUGA! (Pause. Keduanya ketawa)

Nabi I

: KAU LIHAT, KITA SALING MENJENGKELKAN. MARI KITA HENTIKAN, KITA SUDAH BUNTU.

Nabi II

: SEKARANG APA YANG AKAN TERJADI?

Nabi I

: SAYA DIMINTA MENUNGGU.

Nabi II

: PERCUMA BICARA. SAYA JUGA DIMINTA ……

Nabi I

: SAYA HERAN APA YANG AKAN MEREKA RENCANAKAN.

Nabi II

: SAYA YA …… (Nabi I menutup tangannya kemulut)

Nabi I

: SAYA MUAL.

Nabi II

: SAYA YA…….OH MAAF.

Nabi I

; TIDAK APA-APA. KALAU KAU TAHU, AKU JUGA TAHU.

Nabi II

: DENGAR. SAYA DAPAT AKAL- KAU JUGA ?

Nabi I

: SAYA DAPAT BAYANGKAN …….TAPI COBA TERUSKAN.

Nabi II

: KARENA KITA MEMBAWA MISSI YANG SAMA UNTUK SEMUA UMAT MANUSIA, APA BEDANYA MENYAMPAIKANNYA?

KALAU SALAH SATU

DARI KITA

YANG

Nabi I

: APA YANG MAU KAU KATAKAN?

Nabi II

: SILAHKAN KINI GILIRANMU.

Nabi I

: SAYA SETUJU SEPENUHNYA DENGAN KAMU.

Nabi II

; LALU ? ( Pause. Mereka saling berpandangan. Masuk Kepala mengeringkan tangan dengan handuk, diikuti oleh tiga orang bijaksana yang mengibasngibaskan tangan mereka. Atau mengelapkannya dengan hati-hati pada jubah mereka.)

Balthazar

: COBA SAYA PINJAM HANDUKNYA, TUAN.

Kepala

: INI…OH, TAMU KITA !

Nabi I

: SIAPA TUAN-TUAN INI ?

Kepala

: OH YA MAAF. KAU BELUM KENAL. PROFESSOR BALTHAZAR…..

Balthazar

: SELAMAT JUMPA.

Kepala

; PROFESSOR

MELCHIOR…..

(Melchior

dengan

gugup

mengeringkan

tangannya.) Melchior

: SENANG SEKALI BERJUMPA.

Kepala

: ASSISTEN PROFESSOR GASPAR…. ( Gaspar dengan salah-salah memasukkan handuk kedalam saku)

Gaspar

: SELAMAT…….

Nabi I

: ( Kepada Nabi II) KAU LIHAT BETAPA SEMUA MENJADI RAMAH DENGAN TIBATIBA.

Nabi II

: ANEH BUKAN ? OH BIARLAH. ( Ketiga orang bijaksana mendehem seperti biasanya kalau mereka tidak tahu siapa yang harus memulai pembicaraan)

Kepala

: SAYA SENANG SEKALI KALIAN DALAM KEADAAN BAIK.

Nabi I

: KAMI TELAH MENCAPAI KATA SEPAKAT.

Kepala

: APA YANG KALIAN SEPAKATI, KALAU SAYA BOLEH TAHU?

Nabi I

: KARENA TAK SEORANGPUN DARI KAMI YANG DIPERLENGKAPI UNTUK MEMPROKLAMIRKAN MULAINYA ZAMAN BARU, SAHABAT SAYA DISINI MENGUSULKAN…….

Nabi II

: APA?

Kepala

; BAGUS. ITULAH YANG SAYA SEBUT KERJA SAMA (Kepada Tiga Orang Bijaksana) PILIHAN TIDAK SESULIT YANG SAYA KHAWATIRKAN.(Kepada Nabi II) BENARKAH ITU ?

Nabi II

; PASTI.

Nabi I

; TERIMA KASIH SAHABAT.

Kepala

: ( kepada Nabi I) SELAMAT ! ( kepada ketiga orang bijaksana) BENAR-BENAR JADI LEBIH GAMPANG (kepada Nabi I) SILAHKAN NAIK KE BALKON.

Nabi II

: KECUALI SATU HAL. SAYA TIDAK MENGUSULKAN ITU KEPADANYA. DIALAH YANG MENGUSULKANNYA KEPADAKU.

Kepala

: SATU DARI KALIAN PASTI MAIN-MAIN.

Nabi II

; BUKAN SAYA.

Nabi I

; PIKIR KEMBALI . KAU YANG TADI MULAI.

Nabi II

; TAPI KAU YANG MENGAKHIRI.

Kepala

: MARI KITA JANGAN MEMPERSULIT. RAKYAT MENGINGINKAN–BAGAIMANA SAYA MENGATAKANNYA–JAWABAN SINGKAT.

Melchior

; SAUDARA-SAUDARA IZINKAN SAYA BERKATA-KATA SEBENTAR. IDE BEGITU TIODAKLAH BURUK. KARENA KALIAN BERDUA AKAN MENGATAKAN HAL YANG SAMA, PERSOALAN ORANGNYA TIDAKLAH PENTING.LAGIPULA MERUPAKAN TINDAKAN MULIA UNTUK MENYERAHKAN TEMPAT BAGI ORANG LAIN, KARENA YANG BERSEDIA MUNDUR DAPAT BERISTIRAHAT LEGA KARENA IDENYA-TOHSAMA DENGAN IDE SAHABATNYA-TAK AKAN HILANG SEDIKITPUN, TINDAKANNYA AKAN MENGUNTUNGKAN DENGAN DUA ALASAN , PERTAMA KARENA IA TELAH MENGUNDURKAN DIRI, DENGAN DEMIKIAN MENUNJUKKAN KEMURAHAN HATI, KEDUA TAK ADA SESUATU YANG HILANG.

Balthazar

; TEPAT.

Gaspar

; SUDAH TENTU.

Nabi II

; DENGAR ITU ?

Kepala

; PROFESSOR MELCHIOR BENAR. SAYA SENDIRI MERASA IRI PADA YANG MENGUNDURKAN DIRI. JADI SIAPA YANG AKAN JADI? (Pause panjang. Kepala memutar arlojinya.) SAUDARA SAUDARTA TAK BOLEH ADA WAKTU LUANG. (Sebuah kampak jatuh)

Nabi I

; ADA SESUATU YANG JATUH.

Kepala

; CUMA BAYANGAN.

Nabi II

; SUARANYA SEPERTI BESI.

Kepala

; SAMA SEKALI BUKAN.

Jurusita

; TUAN !

Kepala

; CUMA JURUSITA SAYA .SEKARANG APA ?

Jurusita

; SUDAH KAU AMBIL?

Kepala

; APA YANG KAU MAKSUD ?

Jurusita

: BARANG CELAKA ITU LEPAS DARI TANGAN SAYA.

Kepala

; APA YANG KAU KERJAKAN DIATAS ITU ?

Jurusita

: KAU BILANG. BILANG….

Kepala

; TURUN KESINI CEPAT JANGAN BANYAK BICARA.

Jurusita

: YA TUAN KEPALA (ia menghilang)

Kepala

: MARI KITA KEMBALI KE PERSOALAN KITA (kepada Nabi II) KAU TIDAK INGIN JADI MULIA ?

Nabi II

: SAYA? ADA KESALAH PAHAMAN. PERBOLEHKAN SAYA MENJELASKAN YANG DAPAT SAYA BACA DARI MATAMU. KALAU SAYA SEGAN MEMBERI JALAN KEPADA SAHABAT SAYA, ITU TIDAK BERARTI SAYA MERENDAHKAN SUATU TINDAKAN MULIA TAPI KAU DAPAT JUGA MENGATAKAN KEINGINAN MENAMPAKKAN DIRI DENGAN TINDAKAN MULIA MERUPAKAN TANDA KEBANGGAAN/KESOMBONGAN DAN KEBAJIKAN YANG SEBENARNYA IALAH DENGAN RENDAH HATI MENOLAK TAWARAN UNTUK MENUNJUKKAN KEMULIAAN JIWA. KALAU SAYA MENOLAK UNTUK MUNDUR, ITU BUKAN KARENA SAYA TIDAK INGIN.

Kepala

: KALAU BEGITU APA ALASANMU.

Nabi II

: KARENA SAYA TIDAK BISA?

Kepala

: MENGAPA TIDAK BISA ?

Nabi II

: DENGAN MENGUNDURKAN DIRI KESAMPING. SAYA MENUNJUKKAN KEMULIAN JIWA YANG LEBIH BESAR DARI SAHABAT SAYA, SEPERTI YANG DIKATAKAN OLEH PROFESOR MELCHIOR. DENGAN KATA LAIN SAYA LEBIH UNGGUL DARI KEMBARAN SAYA. ITULAH LETAK KESULITANNYA. SAYA TIDAK BISA MENGIJINKAN SESEORANG YANG LEBIH RENDAH DARI SAYA UNTUK MENJADI NABI, SEBAB AKAN MERUPAKKAN KEJAHATAN BAGI UMMAT

MANUSIA, YANG MENGHARAP SEORANG NABI DENGAN DERAJAD….DENGAN DERAJAT PALING TINGGI. Kepala

: NAH KALAU KAU TIDAK INGIN …

Nabi II

: MAAF SAYA TIDAK BISA

Kepala

: SAMA SAJA. (kepada Nabi II) KALAU BEGITU KAU MUNDUR.

Nabi I

: BAGUS.

Kepala

: BRAVO !

Nabi II

: PASTI AKU MIMPI.

Nabi I

: ITULAH YANG AKU SEBUT KEPUTUSAN.

Balthazar

: MARI.

Gaspar

: OH, ALANGKAH LEGANYA.

Nabi I

: SAYA HANYA GEMBIIRA SEKALI MENOLONG KALIAN, SAUDARA-SAUDARA, DAN MENYENANGKAN PUBLIK….

Kepala

: BAGUS. PERSOALAN SELESAI (kepada Nabi II) SEKARANG KAU, KAU NAIK KE BALKON. (kepada Nabi I) DAN KAU…(ia menepukkan tangannya) JURUSITA. HAI JURUSITA ! DIMANA DIA SEKARANG ?

Nabi I

: DAN UNTUK MEMBERI CONTOH RENDAH HATI DAN PENGORBANAN.

Melchior

: YA, YA, ITU BAGUS.

Nabi I

: TAPI SAYANG…

Kepala

: SAYA ? KAU BUKAN MAU BERKATA KAU TIDAK DAPAT….

Nabi I

: SAMA SEKALI TIDAK, SAYA DAPAT…

Kepala

: APA !

Nabi I

: KAU TIDAK DAPAT MENERIMA PERKATAAN JABATAN SAYA. MENURUT KATA SAHABAT SAYA TADI, KAU TIDAK MUNGKIN MEMBIARKAN SEORANG YANG LEBIH RENDAH DAN TULUS DIANTARA KAMI MENGUNDURKAN DIRI. DAN SIAPA YANG LEBIH MULIA ? SEORANG YANG DENGAN SUKARELA MENGUNDURKAN DIRI.

Balthazar

: TAPI SEORANG YANG MENGUNDURKAN DIRITIDAK DAPAT MENJADI NABI WAKTU IA MENGUNDURKAN DIRI.

Nabi I

: ITULAH SERBA SULITNYA. DAN ITULAH MAKA KAU TAK MUNGKIN MENERIMA PENGUNDURAN DIRI SAYA. SAYA TIDAK DAPT MENYELESAIKANNYA.

Kepala

: (kepada ketiga orang bijaksana) NAH, APA KAU BILANG ? DAPATKAH KAMI ATAU TIDAK.

Nabi I

: APAKAH KAU INGIN MEMILIH ORANG YANG LEBIH RENDAH MENJADI NABI DAN MEMPENSIUNKAN YANG LEBIH BAIK? TIDAK SAUDARA-SAUDARA, SAYA TIDAK PERCAYA. NAMANYA MENIPU UMAT MANUSIA.

Gaspar

: KUSUT, TIDAK BISA DIPECAHKAN!

Ketua

: (kepada Melchior) KATAKAN SESUATU, PROFESOR. BAHWA DIA BERSALAH, BAHWA KEDUANYA BERSALAH. (mendekati Melchior) SELAMATKAN KAMI.

Melchior

: HMMM …… (dengan nada seorang profesor) DENGAN PENUH KEINSYAFAN TERHADAP KEKHAWATIRAN-KEKHAWATIRAN ANDA, SAUDARA-SAUDARA ……YA, DENGAN PENUH KEINSYAFAN …… MESKIPUN ……

Ketua

: YA, MESKIPUN. JANGAN MENDEHEM-DEHEM DAN JANGAN GUGUP.

Melchior

: (kesamping) JANGAN DESAK SAYA. (lebih keras) DENGAN KAMI MOTIF-MOTIF ANDA YANG SEGAN-SEGAN MENGUNDURKAN DIRI …… (kepada Ketua) LEBIH JELAS SEKARANG?

Ketua

: YA, YA, SANGAT JELAS.

Melchior

: DEMI SEGALA SESUATU, ATAU LEBIH BAIK, UNTUK ALASAN SAYA …… (Ia berpikir) YA, DEMI SEGALA SESUATU …… (Ia berpikir) BUKAN, UNTUK ALASAN SAYA …… ATAU BARANGKALI …… (Ia berpikir) BUKAN DEMI …

Ketua

: PUTUSKAN.

Melchior

: MAAF. SAYA KEHILANGAN ALURNYA.

Ketua

: KAU LELAH PROFESOR. (kepada Melchior. Kesamping) BAGUS !

Melchior

: APA YANG KAU INGINKAN DARIKU? AKU CUMA PROFESOR SEDERHANA, IA SEORANG JENIUS.

Ketua

: (Ketua melihat arloji) SEBELAS TIGA PULUH. (Kepada Nabi II dengan tajam) SEKARANG TINGGALKAN KAMI SENDIRI. DAN SAAT INI KALIAN HARUS TURUT APA YANG KAMI KATAKAN. KARENA KAU MENOLAK UNTUK MENYELESAIKAN SECARA DAMAI ANTARA KALIAN BERDUA, KALIAN HARUS MENERIMA KEPUTUSAN KAMI. KAMI YANG AKAN MEMILIH NABI. (Kedua Nabi keluar panggung kiri)

Jurusita

: (lari terengah-engah) BOSS !

Ketua

: WAH, KAU. SIAPA YANG SURUH MENJATUHKAN BARANG ITU? BISA-BISA MEMBUNUH SESEORANG. (ledakan-ledakan dari lapangan)

Jurusita

: BOSS, MEREKA MULAI BOSAN. MEREKA MULAI MELEMPARI LAMPU-LAMPU HALAMAN SEKARANG, TAPI TUHAN YANG TAHU APA YANG DIPIKIRKAN MEREKA SELANJUTNYA. (ledakan-ledakan) COBA DENGAR ITU! MEREKA PUTUS ASA. MEREKA MINUM-MINUM WISKI.

Gaspar

: SAYA SENDIRI TIDAK BEGITU KEBERATAN. RASANYA SAYA TIDAK BEGITU SEHAT.

Ketua

: BELUMLAH MEREKA MEMPEROLEH SEORANG YAHUDI? ATAU ORANG KRISTEN KOLOT? ATAU ORANG AMERIKA? ATAU ORANG NEGRO? SEMACAM ITU. MENGAPA HARUS LAMPU JALANAN?

Jurusita

: ADA SEDIKIT, TAPI MEREKA SUDAH LARI.

Balthazar

: BERI

MEREKA

SUATU

PERMAINAN.

ORANG-ORANG

SELALU

SUKA

PERMAINAN. BINATANG-BINATANG BUAS, GLADIATOR-GLADIATOR. Ketua

: DIMANA DAPAT SAYA PEROLEH GLADIATOR-GLADIATOR?

Balthazar

: ITU URUSANMU.

Ketua

: KITA DAPAT MENCOBANYA. (kepada Jurusita) PERGI CARI SEEKOR SINGA DAN BERGULATLAH DENGAN DIA DI LAPANGAN.

Jurusita

: SINGA ?

Ketua

: MACAN KALAU KAU LEBIH SUKA.

Jurusita

: APAKAH KUCING LORONG TIDAK BISA?

Ketua

: SINGA, AKU BILANG!

Jurusita

: OKEY, BOSS. (Ia keluar)

Ketua

: CEPAT SEKARANG. YANG MANA YANG HARUS KITA BINASAKAN?

Gaspar

: PERUT SAYA SEDIKIT MULAS.

Melchior

: TIDAKKAH LEBIH BAIK ……

Ketua

: HARI BELUM HABIS.

Melchior

: …… KITA BINASAKAN SAJA UMAT MANUSIA. DARI SEGI MORAL INI JAUH LEBIH BAIK DARIPADA ADA TAPI MENURUT KITA JELEK SEKALI?

Balthazar

: SAYA MOHON JANGAN DISETUJUI. KALAU UMAT MANUSIA PUNAH, TAK ADA LAGI SISA MORALITAS. LAGI PULA, KOLEGA TAK ADA LAGI YANG MAU

MENYAKSIKAN KEHEBATANMU. (Dari lapangan terdengar aum singa serta jeritan orang banyak yang menggila) Gaspar

: SAYA BENCI MEREKA! MENGAPA MEREKA TIDAK SALING MEMUSNAHKAN SATU SAMA LAIN? MENGAPA SAYA HARUS MENGERJAKANNYA BUAT MEREKA? MEMBUATKU SAKIT PERUT. MEREKA BUKAN MANUSIA, TIDAK BERES, TIDAK …… SAYA AKAN …… SAYA AKAN …… (mengambil kampak dari lantai dan lari kekiri panggung)

Ketua

: (merintangi jalannya) MAU KEMANA KAMU?

Gaspar

: (mengayunkan kampak) SAYA AKAN MENGHUKUM MEREKA.

Ketua

: GILAKAH KAMU? KITA CUMA HARUS MEMBINASAKAN SATU, KITA TIDAK BOLEH UTIK-UTIK LAIN. SABAR. JANGAN HISTERIS. BERIKAN ITU PADAKU.

Gaspar

: SYARAFKU ! (Ia memberikan kampak itu kepada Ketua dan pergi kesatu sisi)

Balthazar

: KALAU

KITA

BERI

KESEMPATAN

PADA

MEREKA,

MUNGKIN

SATU

DIANTARANYA AKAN MENDAPAT AKAL UNTUKMEMBINASAKAN YANG LAIN. DENGAN BEGITU KITA TIDAK USAH PAYAH-PAYAH. Gaspar

: KEHENDAK TUHAN !

Ketua

: BAIK, MENGAPA TIDAK? HARAPAN TERAKHIR. (Ia menaruh kampak di tengah panggung) KITA SEMBUNYI DI BALKON (satu persatu ketiga orang bijak itu bersembunyi di balkon. Ketua menepukkan tangannya) MARI MASUK ! MARI MASUK ! (Ia juga lari kebalkon bersembunyi. Kedua Nabi masuk dari kiri panggung)

Nabi I

: ANEH, TAK ADA ORANG.

Nabi II

: JELAS SAYA DENGAR MEREKA MEMANGGIL KITA. MEREKA PASTI SUDAH MENGAMBIL PILIHAN. (Singa mengaum. Kedua Nabimendekati kampak. Mereka berhenti beberapa langkah dari kampak itu, menyilangkan tangannya kepunggung seolah-olah mau pergi)

Nabi I

: KAU PIKIR MEMILIH KAMU?

Nabi II

: MENGAPA TANYA?

Nabi I

: TIDAK APA-APA. (Pause. Singa mengaum. Mereka pergi kekiri panggung pojok, masih bersama-sama dan kembali ketengah)

Nabi II

: APAKAH KAU MEMPUNYAI KESAN?

Nabi I

: KESAN APA?

Nabi II

: BAHWA MEREKA TELAH MEMILIH KAMU?

Nabi I

: MENGAPA KAU TANYA?

Nabi II

: KARENA AKU INGIN TAHU. (Mereka berhenti di depan kampak. Singa mengaum. Pelan-pelan mereka mengelilingi kampak, satu di belakang yang lain, tetap pada jarak yang sama dari kampak, Nabi II di depan)

Nabi I

: KAU PIKIR …… AKU ?

Nabi II

: BUKAN.

Nabi I

: KAU ?

Nabi II

: BUKAN.

(Pause. Singa mengaum) Nabi I

: BUKAN AKU ?

Nabi II

: BUKAN.

Nabi I

: AH, KALAU BEGITU KAU.

Nabi II

: BUKAN AKU.

Nabi I

: BUKAN KAU ?

Nabi II

: BUKAN.

Nabi I

: APA MAKSUDMU, DENGAN BUKAN?

Nabi II

: TIDAK SETUJUKAH KAU?

(Pause. Sesudah menyelesiakan satu setengah putaran, mereka pergi lagi berdampingan, kali ini kekanan panggung) Nabi I

: KAU JAWAB DULU.

Nabi II

: MENGAPA AKU ?

Nabi I

: KARENA AKU YANG BERTANYA DULU.

Nabi II

: MENURUT KAU APA JAWABANKU?

Nabi I

: MENURUT KAU, APAKAH MENURUT AKU JAWABANMU?

Nabi II

: AKAN KUKATAKAN PADAMU APA YANG SAYA PIKIR KALAU KAU SUDAH MENGATAKAN PADAKU APA YANG MENURUTMU AKU PIKIR.

(Mereka berhenti) Nabi I

: KAU ?

Nabi II

: AKU.

Nabi I

: AKU?

Nabi II

: KAU. (Pause. Aum singa dan khalayak. Kedua Nabi membalik, bersama-sama mulai lari, tangannya mengulur menuju kampak. Dari kiri panggung masuk Jurusita memakai topi pemedam kebakaran yang mengkilap. Melihat dia, kedua Nabi yang siap membungkuk untuk kembali mengambil kampak, berhenti dan melemaskan badan kembali, membuat gerakan bersama-sama. Tiba-tiba suara singa dan khalayak berhenti)

Jurusita

: TUAN …… (Ia menengok keliling) APA BOSS TIDAK DI SINI?

Nabi I

: KAMI TIDAK MELIHATNYA.

Jurusita

: IA UNTUNG. KALAU SUKA DIA DI SINI, KALAU TIDAK, TIDAK. TIDAK SEPERTI JURUSITA YANG MALANG HARUS SELALU DI TEMPAT.

Ketua

: (datang dari balkon) ADA YANG MELAPOR? APA YANG TIDAK BERES?

Jurusita

: INI DIA BOSSNYA.

Ketua

: SAYA TIDAK MENANYAKAN SIAPA YANG DI SINI, MENGAPA TIDAK BERTARUNG DI SANA?

Jurusita

: CELAKA, BOSS.

Ketua

: KAU KEPAYAHAN?

Jurusita

: BUKAN SAYA – SINGA ITU.

Ketua

: SINGA ITU?

Jurusita

: IA TIDAK ENAK BADAN.

Ketua

: KENAPA DIA?

Jurusita

: IA LEMAS.

Ketua

: SEEKOR SINGA? SIRAJA HUTAN? OMONG KOSONG. KAU PEMALAS, TAK BISA APA-APA, ITULAH KAMU. SAYA TIDAK BISA MENERIMA KETERANGAN SEMACAM ITU.

Jurusita

: TAPI IA BETUL-BETUL LEMAS. MALAH MUNGKIN LEBIH BURUK.

Ketua

: APA ?

Jurusita

: KHALAYAK ORANG-ORANG MENCEKIKNYA. MEREKA MENGINJAK-INJAKNYA SINGA SIAL ITU SAMPAI MATI.

Ketua

: SEEKOR SINGA ?

Jurusita

: ANDA PASTI TIDAK DAPAT MEMBAYANGKAN BOSS, BETAPA BERJEJALNYA DUNIA SEKARANG. MASSA ITU ! APA YANG ANDA KETAHUI TENTANG MASSA? ANDA MEMPEROLEH RUANGAN RESMI, SUASANA RESMI,

KENDARAAN PRIBADI, APARTEMEN DI ISTANA. SEEKOR SINGA TIDAK MEMILIKI ITU SEMUA. Ketua

: SEMOGA ARWAHNYA DITERIMA. KITA AKAN MENYERAHKAN BINTANG LEMBU EMAS SECARA ANUMERTA, TUNGGU DI SINI.

Jurusita

: DIMANA IA AKAN MEMAKAINYA? MEREKA TELAH MENCINCANGNYA. SI TUA YANG CELAKA. IA SEEKOR SINGA KECIL YANG BAIK.

Ketua

: (kepada kedua Nabi) SILAHKAN TINGGALKAN KAMI. (kedua Nabi pergi kekiri panggung) JANGAN. SATU KEKIRI DAN KEKANAN.

Nabi II

: YANG MANA YANG HARUS KEKIRI?

Ketua

: SAMA SAJA. (Nabi II pergi kekiri, Nabi I kekanan. Ketiga Orang Bijaksana, dengan sangat heran, masuk dari balkon. Gaspar telah mengambil handuk dari sakunya dan mengusap jidatnya) KAU LIHAT ITU …… ?

Melchior

: YA. NAH, TIDAK TERLAKSANA.

Balthazar

: MESKIPUN HAMPIR. KALAU TIDAK KARENA SIDUNGU INI --- (kepada Jurusita) MENGAPA KAU NYELONONG KEMARI, BEDEBAH?

Jurusita

: SINGA ITU – GAGAL ……

Ketua

: BIARKAN DIA. DIA HANYA MENJALANKAN TUGAS.

Balthazar

: UDARA PENGAP BENAR …… MAU ADA TAUFAN. (Ia melonggarkan jubahnya)

Melchior

: ANEH. RAKYAT TENANG SEKALI.

Ketua

: SAYA TIDAK PERCAYA PADA CUACA INI. JUGA DENGAN RAKYAT. INI ADALAH KETENANGAN SEBELUM TAUFAN. (Pause. Ketua mendekati Jurusita) PERNAH KAU MAIN ”PRETTY PENNY?”

Jurusita

: DULU, WAKTU SAYA KECIL.

Ketua

: BAGUS.

Jurusita

: TAPI SAYA TIDAK PERNAH MAIN LAGI. SAYA SUDAH TERLALU TUA UNTUK BEGITUAN. BANYAK HAL LAIN YANG PERLU DIKHAWATIRKAN OLEH ORANGORANG DEWASA.

Ketua

: (dengan jenaka) MESKI BEGITU, APA SALAHNYA KITA COBA …… BAGAIMANA?

Jurusita

: ANDA DAN SAYA, BOSS ?

Ketua

: MENGAPA TIDAK?

Jurusita

: AH, KAU BERGURAU BOSS. KITA SUDAH DEWASA. PALING TIDAK SAYA. SAYA TIDAK TAHU TENTANG ANDA.

Ketua

: APA BEDANYA? PADA SETIAP DADA ORANG DEWASA BERSEMBUNYI ANAK KECIL. TIDAKKAH KAU PERNAH MERASA KENAKALAN YANG MENYENANGKAN DALAM DIRIMU?

Jurusita

: (ketawa dengan khawatir) HEE – HEE – HEE.

Ketua

: SEORANG ANAK KECIL?

Jurusita

: HARI INI ANDA LUCU SEKALI, BOSS. SAYA HANYA BERHARAP SETERUSNYA BEGINI.

Ketua

: BAIK, MARI KITA MAIN. AKU JUGA SENANG KEMBALI KEUMUR TAK BERDOSA. (Ia mengambil sepotong gula-gula, terbungkus dalam kertas perak dari sakunya, membuka bungkusnya dan membuka mulut) POP ! (Ia memasukkan gula-gula kemulutnya. Meskipun masih khawatir, Jurusita tertawa gembira) SEKARANG LIHAT BAIK-BAIK! (Ketua menggulung kertas bungkus itu menjadi bola kecil; memegangnya dengan dua jari dan mempertunjukkannya kepada tiap orang yang di belakangnya dan kemudian berputar kepada Jurusita) AMBIL SEKEPING UANG, PEGANG ERAT-ERAT, MANA UANGNYA, KIRI ATAU KANAN?

Jurusita

: ………… (Ia menunjuk tangan kiri Ketua)

Ketua

: TANGAN KIRI ! (Ia membuka tangannya dan mengulurkan kertas)

Jurusita

: NAH, ITU DIA. (Ketiga Orang Bijaksana bertepuk)

Ketua

: KAU MENANG ! UNTUNG !

Jurusita

: (bangga dengan suksesnya) YA, SAYA KIRA SAYA BERUNTUNG. (Ia menaruh bola kertas dalam sakunya, semua ketawa. Suasana riang dan rileks dari sekumpulan orang dengan permainan balon)

Ketua

: LUCU,

BUKAN?

KADANG-KADANG

KITA

MEMERLUKAN

PERINTANG-

PERINTANG WAKTU. Jurusita

: SAYA KEPINGIN……….

Ketua

: YA ?

Jurusita

: KARENA PADA HARI INI BEGITU GEMBIRA, BOSS, DEMIKIAN SANTUN MAKSUD SAYA, BEGITU BERSAHABAT, KALAU TIDAK BERKEBERATAN SAYA INGIN………

Ketua

: (menepuk punggung Jurusita) SILAHKAN. JANGAN TAKUT. KATAKAN SESUKAMU KEPADA SEORANG KAWAN -----

Jurusita

: SAYA INGIN MAIN LAGI. (semua ketawa)

Ketua

: KAU GEMBIRA, BUKAN ? MAIN APA ? PRETTY PENNY LAGI ?

Jurusita

: YA, MENGAPA TIDAK ?

Ketua

: JANGAN, MARI KITA MAIN YANG LAIN. COBA……HM…KAU TAHU MAIN LOMPAT-LOMPAT.

Jurusita

: LOMPAT-LOMPAT ?

Ketua

: LOMPAT-LOMPAT.

Jurusita

: TIDAK BAGAIMANA CARANYA ?

Ketua

; NAH, KAU AMBIL SESUATU YANG TAJAM ---

Jurusita

: GUNTING ?

Ketua

: HM…TERGANTUNG. BOLEH JUGA SESUATU YANG LEBIH BESAR…AH (ia mengambil kampak) INILAH YANG JUSTRU KITA BUTUHKAN. AMBILLAH .

Jurusita

: SULITKAH ?

Ketua

: SANGAT MUDAH. KAU MELOMPAT KESAMPING DAN PENGGAL KEPALA ITU. ANAK KECIL DAPAT MENGERJAKANNYA.

Jurusita

: ITU LOMPAT-LOMPAT ?

Ketua

: YA LOMPAT-LOMPAT.

Jurusita

; (menaruh kampak) TIDAK , TERIMA KASIH.

Ketua

: KAU TIDAK INGIN MAIN LAGI ?

Jurusita

: SAYA LEBIH BAIK PERGI KEGUDANG .

Ketua

: (tiba-tiba keras membentak) LELUCONMU SUDAH CUKUP. KAU KIRA DIMANA KAMU INI ? TAMAN KANAK-KANAK ?

Jurusita

: ANDA YANG MULAI BOSS…..

Ketua

: DIAM ! ORANG SETUA KAMU, BERJINGKRAK-JINGKRAK SEPERTI ANAK INGUSAN .

Jurusita

; BUKAN USUL SAYA.

Ketua

: INI TEMPAT BISNIS . LEMBAGA PENTING. DAN JANGAN LUPA KAU KIRA APA AKU INI. PERAWATMU ?

Jurusita

; SAYA TIDAK BERKATA BEGITU, BOSS. SAYA TIDAK BUTA.

Ketua

: KAU

ADALAH

BAWAHANKU

DAN

ADALAH

TUGASMU

UNTUK

MELAKSANAKAN PERINTAHKU. SEKARANG KAU HARUS BERANGKAT DAN PENGGAL, MENGERTI?

Melchior

: SAYA KIRA LEBIH BAIK KITA MENGENDORKAN KAKI.

Balthazar

: YA, MARI KITA KELUAR KE BALKON.

Gaspar

; SAYA PERLU UDARA SEGAR. (Ketiga orang itu keluar)

Ketua

: (Kepada

Jurusita

dengan lembut) DENGARKAN. TAK SEORANGPUN

MEMINTAMU BERBUAT GANAS. INI ADALAH URUSAN NEGARA, TUGAS KITA TERHADAP KEMANUSIAAN. UNTUK ITULAH KITA BERADA DISINI (Jurusita diam) KAU PUNYA INSTING ? Jurusita

: INSTING ?

Ketua

: BEGINI. PERNAHKAH KAU MERASAKAN SEPERTI MENGERJAKAN SESUATU YANG MENYEBABKAN ORANG DIPENJARA ?

Jurusita

: SAYA , BOSS ?

Ketua

: JANJI, CUMA DIANTARA KITA SAJA DAN KAU .

Jurusita

: YAH, MUNGKIN ,………KADANG-KADANG.

Ketua

: APA MISALNYA ?

Jurusita

: KADANG-KADANG KALAU SAYA MELIHAT ANDA , BOSS, SAYA INGIN ME…ME…(ia membuat gerakan seolah-olah membelah sesuatu menjadi dua) BEGINI ….(ia menekankan kedua tinjunya kepadanya) KEMUDIAN BEGINI….(ia menikamkan kedua tinjunya kedepan dengan keras)

Ketua

: PADA SAYA ? MENGAPA SAYA ?

Jurusita

: KAU TAHU. INGAT MASA LAMPAU.

Ketua

: ITU TIDAK ENAK .

Jurusita

: TAPI SAYA TAK AKAN PERNAH MENGERJAKANNYA……SAYA TIDAK AKAN BERANI, SEMUA ITU CUMA IMAJINASI. LAGIPULA MENGAPA INI SAYA CERITAKAN PADAMU ?

Ketua

: NAH, KITA SEMUA PUNYA INSTING. SUNGGUH MENYEDIHKAN . TAPI INGAT, KITA TIDAK BOLEH MEMBIARKAN MEREKA MENYERET KITA .

Jurusita

: AMPUNI AKU TUHAN !

Ketua

: SAYA SENANG KAU MERASAKANNYA BEGITU. TAPI SEKARANG DENGARKAN. YANG HARUS KAU KERJAKAN SEKARANG INI –KAU AKAN MELAKUKAN DENGAN SENANG HATI ATAU DENGAN OGAH-OGAHAN ?

Jurusita

: MEMENGGAL KEPALA, MAKSUDMU ?

Ketua

: JAWAB .

Jurusita

: TIDAK DENGAN SENANG HATI .

Ketua

: BAGUS. KULIHAT KAU BERMORAL SEHAT, TAPI MENGAPA KAU TIDAK MAU MENGERJAKANNYA DENGAN SENANG HATI ?

Jurusita

: KARENA ----BAGAIMANAPUN ------HATIKU ----

Ketua

: BAGUS, BAGUS SEKALI.. KALAU BEGITU BAIKLAH KAU KERJAKAN .

Jurusita

: MAKSUDMU MESKIPUN HATIKU ?

Ketua

: KALAU KAU SEKEDAR MEMBUNUH BIASA UNTUK MEMUASKAN INSTINGMU, SAYA TIDAK AKAN MENYURUHMU MENGERJAKAN HAL SEMACAM ITU. SEBALIKNYA KAU AKAN KULEMPAR KE PENJARA. TAPI KAU DEMIKIAN BERMORAL.

DAN

MEMPERCAYAKAN

KARENA YANG

KAU

SULIT

INI

DEMIKIAN KEPADAMU.

BERMORAL BUKAN

SAYA UNTUK

KESENANGAN PRIBADI SIAPAPUN TAPI UNTUK KESELAMATAN UMUM. SUDAH TENTU ORANG YANG MENGERJAKANNYA HARUS MENGINGKARI SUARA HATINYA, KALAU TIDAK BEGITU, ARTINYA UNTUK KESENANGAN PRIBADI, BUKAN TINDAKAN KEPAHLAWANAN. KAU AKAN MEMENGGAL, SUARA HATIMU AKAN MENYIKSAMU, DAN SEGALA SESUATU AKAN BERES. Jurusita

: KEMUDIAN AKU HARUS MEMBUNUH ?

Ketua

: KEPENTINGAN-KEPENTINGAN UMUM MEMPUNYAI ISTILAH-ISTILAH UMUM, KEPENTINGAN PRIBADI ISTILAH KHUSUS. KARENA KAU BERTINDAK ATAS KEPENTINGAN UMUM DAN BUKAN UNTUK TUJUAN-TUJUAN PRIBADI, PERKATAAN YANG BARU KAU PAKAI ITU TIDAK KENA. BUKAN MEMBUNUH TAPI MELENYAPKAN.

Jurusita

: BUKANKAH ARTINYA SAMA SAJA ?

Ketua

: YANG DAN TIDAK. BARU SAYA TERANGKAN BEDANYA BUKAN ? MELENYAPKAN. ATAU LEBIH BAIK MELIKUIDIR.

Jurusita

: SULIT DIUCAPKAN. BAHASA ASING ?

Ketua

: SAMA SEKALI BUKAN. INI BENAR-BENAR ASLI . PRIBUMI. NASIONAL.

Jurusita

: SYUKURLAH. SAYA SEORANG PATRIOT. (ia memakai topinya, mengambil kampak. Beberapa langkah kekanan beberapa langkah kekiri) TAPI YANG MANA ?

Ketua

: KAU TELAH MEMILIHNYA. YANG DISEBELAH KIRI (Jurusita bergerak kesebelah kiri) DAN JANGAN LUPA – JANGAN BERNAFSU .

Jurusita

: JANGAN KHAWATIR (ia keluar)

Ketua

: (kepayahan ia menuju kebalkon) ITU DIA. (ia mengusap alisnya) (Masuk Ketiga Orang Bijaksana. Gaspar menyandar di lengan Balthazar)

Melchior

: SAYA HARAP SEMUA SUDAH BERES.

Ketua

: KAU TIDAK PUAS? SAYA INGIN KALIAN MEMBUJUK DIA. SAYA PAKSAKAN DIRIKU DEMI KALIAN DAN SEMUA YANG SAYA PEROLEH CUMA KELUHAN.

Melchior

: SAMA SEKALI TIDAK. KAMI HARGAI SEPENUHNYA ……

Ketua

: ENAK SEKALI JADI ORANG BIJAKSANA, TAPI KALAU URUSAN JADI, SEMUA DISERAHKAN KEPADA KETUA ……

Gaspar

: (dengan nada lemah/groyok) SUDAH BERESKAH SEMUA?

Ketua

: KENAPA DIA?

Balthazar

: IA TIDAK BEGITU SEHAT.

Ketua

: HMM, JIWA PEKA. BAGAIMANA DENGAN AKU? BUKANKAH AKU PUNYA JIWA? APAKAH SANG NEGARAWAN SEPERTI BINATANG? KAU KIRA AKU MENYUKAI

INI?

TAK

SEORANGPUN

MENANYAKAN

BAGAIMANA

PERASAANKU. Melchior

: KITA SEMUA ADALAH MANUSIA. PADA SAAT-SAAT YANG SEBERAT INI PERBOLEHKAN SAYA MENYATAKAN SIMPATI SAYA YANG SEDALAMDALAMNYA KEPADA KITA SEMUA. SEBENTAR LAGI, INSYA ALLAH JERIH PAYAH KITA AKAN BERUBAH. KITA AKAN DAPAT MEMPROKLAMIRKAN NABI. SATU NABI. (Pause. Kepada Balthazar) KAU SEPERTI MERENUNG, PROFESOR.

Balthazar

: SAYA RAGU-RAGU APA KITA MENCUCI TANGAN SUDAH BERSIH BENAR?

Melchior

: APAKAH TADI KAU PAKAI SABUN ?

Balthazar

: TADI MASIH KOTOR.

Ketua

: (mengeluarkan arlojinya) MENGAPA BEGITU LAMA? (Pause. Mereka berdiri tanpa gerak. Ketua melihat arlojinya. Dari panggung kiri terdengar hembusan menyayat hati, kemudian suara sesuatu yang jatuh di lantai. Ketua memasukkan arlojinya kesaku jaket)

Melchior

: HALLELUYAH ! (Gaspar melorot kelengan Balthazar)

Balthazar

: IA LEMAS !

Melchior

: WU, BERES. SEMUA YANG BAIK BERAKHIR DENGAN BAIK. SAYA AKAN JEMPUT DIA. (Ia melangkah kekanan panggung)

Ketua

: TUNGGU. KITA HARUS YAKIN. (Semua menghadap pintu kiri panggung. Jurusita masuk dengan berlari, memakai topeng sambil melambaikan kampak. Di tangan kanannya sebuah topeng/replica kepala Nabi II)

Jurusita

: YANG LAINNYA ! (Ia lari kanan panggung)

Ketua

: (menghalangi jalannya) STOP, STOP. SAYA MELARANG.

Jurusita

: MENGAPA ?

Ketua

: KARENA YANG SATU LAGI TIDAK BERDOSA.

Jurusita

: MANA YANG TIDAK BERDOSA ! (Ia berlari kepanggung kanan)

Ketua

: (menghalangi) JANGAN BERANI-BERANI.

Jurusita

: (masih berheni) TIDAK ADA YANG BERIKUTNYA?

Ketua

: TIDAK.

Jurusita

: PERCUMA.

Ketua

: APA KAMU JADI GILA ?

Jurusita

: SAYA MULAI MENYUKAI PEKERJAAN INI.

Ketua

: TADI JELAS KAU AKAN MENGERJAKANNYA DENGAN ENGGAN.

Jurusita

: MEREKA SELALU MENGATAKAN ITU.

Ketua

: TIDAK DENGAN HATI NURANIMU.

Jurusita

: (memohon) TAK DAPATKAH KAU BERIKAN SESUATU YANG LAIN, BOSS?

Ketua

: TIDAK, SUDAH SELESAI.

Jurusita

: SAYA BARU SAJA WARMING-UP.

Ketua

: PESTA SUDAH SELESAI ! BERIKAN ITU PADAKU DAN PERGILAH DAN SESALILAH PERBUATANMU.

Jurusita

: AW, KAU SELALU BEGITU, BOSS.

Melchior

: RAKSASA HAUS DARAH ! (Jurusita memberikan kepala Nabi II kepada Ketua dan pergi kesudut)

Ketua

: TIDAK RAGU-RAGU LAGI. (Ia menunjukkan kepala itu kepada Ketiga Orang Bijaksana) INI BUKTINYA.

Melchior

: DAPATKAH KAMI LIHAT ? (Ia memeriksa kepala itu) YA, ITULAH DIA.

Ketua

: PEGANG INI SEBENTAR …… (Ia berikan kepala itu kepada Melchior) SAYA AKAN AMBIL NABI YANG LAIN. (Ia pergi kekanan panggung) SEMENTARA ITU, SAUDARA-SAUDARA, RAPIHKAN DIRIMU SEDIKIT. DARI SEKARANG IA AKAN MENJADI SATU-SATUNYA PIMPINAN KITA. YA. BERHAK ATAS KEBESARAN

DAN

PENGHORMATAN.

KITA

HARUS

MENYAMBUT

DIA

DENGAN

PENGHORMATAN TERTINGGI, SAYA YAKIN ITULAH SAUDARA-SAUDARA DATANG. (Ketiga Orang Bijaksana merapikan pakaiannya. Ketua keluar dengan langkah melenggang tapi khidmat. Jurusita duduk di lantai panggung dan memukul-mukul lantai dengan kampak. Suasana mengharap. Terdengar suara angin yang keras tapi pendek. Terdengar langkah-langkah orang.) Balthazar

: MEREKA DATANG ! (Melchior tiba-tiba menyadari bahwa ia masih memegang kepala Nabi II, memegangnya panik, seperti seseorang yang tidak dapat membuang benda yang memalukan. Akhirnya ditaruhnya di lantai dan diam dalam sikap khidmat. Ketua masuk dari kiri. Ia berjalan lambat, menyeret kakinya, tunduk dan murung. Berhenti dekat pintu)

Balthazar

: DIMANA DIA ?

Melchior

: DATANGKAH DIA ? (si Jurusita memainkan kampak, tapi tidak berdiri, ia memnadang yang lain-lain dengan heran. Ketua berdiri tak bergerak dan diam)

Balthazar

: SESUATU TELAH TERJADI ?

Melchior

: MENGAPA IA TAK DATANG ? (Pause) KETUA, APA YANG TERJADI ?

Ketua

: (dengan serak, tanpa mengangkat kepala) MALAPETAKA, SAUDARASAUDARA.

Melchior

: IA LOLOS ?

Ketua

: WAKTU AKU MASUK RUANG LUAS DIMANA TUAN KITA MENJADI HARAPAN KITA, GURU KITA YANG TERCINTA, HARAPAN YANG SUCI … YANG SATU DAN HANYA …… (suaranya pecah) (Jurusita bangun, mendekat dan menyimak)

Melchior

: TERUSKAN.

Ketua

: SAYA MEMBUKA PINTU.

Balthazar

: SAYA DUGA JUGA. BAGAIMANA LAGI KAU MASUK ?

Melchior

: TO THE POINT !

Ketua

: ADA SEBUAH JENDELA DI RUANG ITU.

Balthazar

: TAK ADA YANG BARU. (kepada Melchior) IA MENGINGAT-INGAT.

Ketua

: WAKTU SAYA MASUK, TUAN KITA BANGKIT DENGAN SENYUM YANG LEMBUT. IA BERDIRI, MEGAH DAN TENANG, MULIA DAN INDAH, (meledak) MENGAPA BELIAU TIDAK TIARAP ? PADA SAAT ITU ……

Melchior

: RAMALAN SAYA GELAP.

Ketua

: ANGIN KERAS BERTIUP ……

Melchior

: (menutup muka dengan jubahnya) JANGAN TERUSKAN !

Ketua

: INI DIA. (Ia mengangkat tangannya dan menunjukkan kepala Nabi I yang ia sembunyikan di belakang punggungnya)

Balthazar

: TUAN KITA TERCINTA !

Melchior

: NABI KITA !

Ketua

: MATI.

Jurusita

: DAN MEREKA TIDAK MENGIJINKAN AKU.\ (suatu sambaran kilat dan guruh dikerjakan. Cahaya/lampu jadi redup)

Gaspar

: (tiba-tiba meledak tertawa) TIDAK, INI KETERLALUAN. ABSURD …… (ia pergi kesamping masih tertawa)

Ketua

: SEKARANG KENAPA DIA ?

Melchior

: APAKAH INI WAKTU UNTUK TERTAWA ? WAKTU AL-MASIH MENINGGAL! PENGHINAAN !

Balthazar

: TENANGKAN DIRIMU, GASPAR !

Gaspar

: SAYA TIDAK PERCAYA, KAU DENGAR ? SAYA MENOLAK !

Melchior

: BAGAIMANA KAU TIDAK PERCAYA, PROFESOR …… (Ia menunjuk kepala yang dipegang Ketua) TIDAKKAH ITU MEYAKINKAN KAMU ? KITA HARUS MENGHADAPI KENYATAAN.

Gaspar

: (mengambil kepala Nabi II dari lantai) SELAMAT, KEPALA MUNGIL.

Melchior

: DIA HILANG AKAL.

Balthazar

: SHOCK TENTUNYA.

Gaspar

: (mengacung-acungkan telunjuknya kepada kepala Nabi II) OH, OH, JELEK, BUKAN? TANPA TANGAN, TANPA KAKI …… NABI JELEK ……

Melchior

: IZINKAN SAYA MENGINGATKAN KAU BAHWA ITU BUKAN NABI. YANG NABI, YANG DIPEGANG KETUA.

Gaspar

: OH, MAAF. (kepada kepala Nabi II yang masih dipegangnya) JANGAN KHAWATIR. SAYA TAHU SEGALANYA. SAYA AKAN LARANG MEREKA AKAN MENIMPAHKAN SESUATU KEPADAMU. (Ia mendekati Ketua) BOLEH SAYA AMBIL NABI ITU?

Ketua

: (menyembunyikan kepala Nabi I di belakang punggung) UNTUK APA ?

Gaspar

: IA TEMANKU. AKU INGIN BERMAIN DENGAN DIA.

Balthazar

: GASPAR !

Gaspar

: SAYA MINTA NABI. (Ia tersedu-sedu)

Ketua

: HARUSKAH SAYA ?

Melchior

: LEBIH BAIK KAU SERAHKAN.

Balthazar

: JANGAN LAWAN DIA. KELIHATANNYA DIA KEHILANGAN AKAL.

Gaspar

: (meratap) NA – BI ……

Ketua

: BAIKLAH …… INI, TAPI JANGAN HILANG. (kepada Melchior dan Balthazar) LAGI PULA SUDAH TIDAK ADA GUNANYA.

Gaspar

: OH, SIR. (Ia mundur dengan tergesa-gesa seperti anak kecil takut kepada orang dewasa yang mau merebut mainannya. Jurusita mengikutinya dengan takjub melihat lewat bahunya. Gaspar berhenti. Jurusita di belakangnya. Gaspar berbicara kepada kepala Nabi I yang dipegangnya di tangan kiri) MEREKA TIDAK MAU MEMBERIKANMU KEPADAKU. TAPI UNTUK APA KEPALA INI? SEKARANG, SEKARANG. JANGAN MARAH, PUNYAKU SENDIRI. KALIAN KAWAN-KAWAN, AKAN MENGERTI DENGAN JELAS, SAYA JANJI, KAU SENANG, BOLA MUNGIL? (kepada kepala Nabi II di tangan kanan) DAN KAU, KECIL? (Pause) APA ? (ia menekankan telinganya pada kepala Nabi II, menyimak, tertawa, menganggukkan kepalanya) YA, YA, KAU BETUL. AKAN SAYA KATAKAN PADANYA (Ia membisikkan sesuatu pada telinga Nabi I)

Jurusita

: BOLEH SAYA LIHAT ?

Gaspar

: ANEH ! KITA HARUS LARI ! (menekankan kedua kepala kepadanya, lari kesudut dan menghadapkan mukanya ketembok)

Jurusita

: IA TIDAK BEGITU RAMAH.

Balthazar

: MAULA-MULA PEMBUNUHAN, KEMUDIAN EKSIDEN, DAN SEKARANG GILA. SAYA TIDAK PAHAM.

Ketua

: SAYA PROTES TERHADAP PERKATAAN “PEMBUNUHAN”. YANG BENAR LIKUIDASI.

Balthazar

: BAGAIMANAPUN IA MEMBUSUK.

Melchior

: SAUDARA-SAUDARA, JANGAN DI DEPAN ORANGNYA.

Ketua

: BILA PERASAAN SAUDARA-SAUDARA BEGITU, IZINKAN SAYA MENGATAKAN BAHWA TANGGUNG JAWAB KALIAN SAMA DENGAN TANGGUNG JAWAB SAYA.

Balthazar

: SAYA ?

Ketua

: YA, KAU ! (Balthazar dan Ketua berhadapan dengan sikap tegang, perut merek hampir bersinggungan)

Jurusita

: TAMPAR DIA !

Ketua

: SIAPA SURUH KAU IKUT CAMPUR ?

Jurusita

: SAYA SEDANG BICARA SENDIRI. SAYA INGAT SESUATU. (Ia pergi) TAK SEORANGPUN MAU BICARA LAGI DENGAN SAYA.

Melchior

: SAUDARA-SAUDARA, SAYA MERASA MALU TENTANG KALIAN.

Ketua

: BLOON LAGI !

Balthazar

: TEPAT. KERBAU.

Melchior

: SAYA TAK IZINKAN KAU MENYEBUT SAYA KERBAU. SAYA PROFESOR.

Balthazar

: KERBAU INTELEK.

Melchior

: MAKSUD SAYA BAIK – RENCANA ITU TAK ADA CACATNYA, BETUL-BETUL ILMIAH. TANPA KECELAKAAN YANG MENYEDIHKAN ITU, SEMBURAN ANGIN ITU ……

Gaspar

: KECELAKAAN ? ITU BUKAN KECELAKAAN !

Melchior

: BUKAN

KECELAKAAN?

SIAPA

YANG

MENGIRA

BAHWA

IA

AKAN

MENGHEMBUSNYA ? Gaspar

: KITA. KITA HARUS BISA MERAMALKANNYA. LIHAT KEPALA-KEPALA INI. KEMBAR. LEBIH DARI KEMBAR ! SEOLAH-OLAH SATU ORANG MENJADI SAUDARANYA SENDIRI. DAPATKAH KITA PERCAYAI JALAN HIDUPNYA, YANG SUDAH BERSATU UNTUK SELAMNYA, TIBA-TIBA TERPISAH ?

Ketua

: SAYA MULAI PAHAM.

Gaspar

: KITA

TELAH

MENYATUKAN

MEMPEROLOK-OLOKKAN MEREKA

DALAM

RAHIM

KEKUASAAN IBUNYA.

YANG ATAU

TELAH BAHKAN

SEBELUMNYA, WAKTU PERMULAAN PENCIPTAAN, WAKTU PERMULAAN PENCIPTAAN. TIDAK, LEBIH AWAL LAGI. DALAM PENGERTIAN TUHAN TENTANG PENCIPTAAN, DALAM PENGERTIAN TENTANG PENGERTIAN, DALAM FIRASAT TENTANG FIRASAT.

Melchior

: TAPI TENTANG ANGIN ITU ……

Gaspar

: TIUPAN ANGIN ITU TIDAK PENTING. SEKEDAR SARANA DALAM TANGAN YANG MAHA KUASA. NASIB MEREKA ADALAH SAMA. KALAU SATU MUSNAH, YANG LAIN JUGA HARUS MUSNAH.

Melchior

: KALAU BEGITU SEMUA ADALAH KESALAHAN NASIB.

Gaspar

: OH, TIDAK. KITA SALAH KARENA TIDAK MENDUGA KONSEKUENSI YANG DEMIKIAN JELAS. KITA YANG MENGAMBIL LANGKAH PERTAMA, NASIB HANYALAH MENYELESAIKAN PEKERJAAN KITA KARENA IA HARUS MENGIKUTI HUKUMNYA SENDIRI. KITA, TIGA ORANG BIJAKSANA, DARI TIMUR ! ORANGORANG BIJAKSANA YANG HARUS DIBERHENTIKAN.

Ketua

: ENGKAU BUKAN? SAYA MENDUGA KEKACAUAN INI ADALAH HASIL PERBUATAN KALIAN.

Balthazar

: (mencoba meringan-ringankan persoalan, bicara tentang Gaspar) IA DEMAM.

Melchior

: JANGAN DENGARKAN OCEHAN ORANG GILA.

Gaspar

: ALANGKAH BUTANYA ! SEHARUSNYA SUDAH JELAS BAHWA NASIB MEREKA TAK TERPISAHKAN. OH, CARA YANG BODOH. (Melchior dan Balthazar mencampakkan Gaspar dan menaruh tangan mereka pada mulut Gaspar)

Melchior

: IA TIDAK BOLEH BERBICARA TERLALU BANYAK. NANTI LELAH.

Balthazar

: IA PERLU ISTIRAHAT.

Ketua

: IA SUDAH CUKUP BANYAK BICARA. SEKARANG KITA TAHU SIAPA YANG HARUS MENJAWAB SEMUA INI. Melchior dan Balthazar (satu suara) : MENJAWAB ? KEPADA SIAPA ?

Ketua

: KEPADA PUBLIK YANG MARAH. (kilat, guruh serta seruan dari massa yang semakin keras. Ketua mengangkat tangan dan mengacungkan telunjuknya) KAU DENGAR ITU ? TAUFAN ! (gemuruh massa yang ritmis, lambat seperti bunyi drum, yaitu hempasan sebuah pukulan palu pada pintu istana)

Jurusita

: (di balkon melihat kelapangan) MEREKA MERUSAK PINTU MASUK !

Ketua

: KESABARAN MEREKA SUDAH HABIS.

Melchior

: (masih

membungkam.

Gaspar

dengan

bantuan

Balthazar)

KETUA,

BERBUATLAH SESUATU. SELAMATKAN KITA. Ketua

: PERAN SAYA SUDAH HABIS. TAK ADA SESUATU YANG DAPAT SAYA PERBUAT.

Balthazar

: BARANGKALI KITA

DAPAT MENUNGGU. KALAU SUDAH ADA DUA

KEMUNGKINAN, YANG KETIGA BAKAL DATANG. Melchior

: MUSTAHIL. BETAPA JARANG NABI MUNCUL. SEKALI TIAP LIMA RATUS TAHUN ATAU TUJUH RATUS TAHUN. INI SOAL MENIT !

Jurusita

: (dari balkon) PINTUNYA TIDAK TAHAN, BOSS.

Ketua

: TURUNLAH DAN BUKAKAN. KATAKAN SUPAYA MEREKA MASUK. SAYA AKAN TERANGKAN SEMUANYA. KELOMPOK YANG BERSALAH AKAN MENJAWAB PENGADILAN RAKYAT.

Jurusita

: SAYA BIARKAN MEREKA MASUK ISTANA ? (Melchior dan Balthazar buru-buru kebalkon. Jurusita berhenti mengejar Ketua dan pergi kesatu sisi. Melihat yang lain bubar, ketua berjingkat di atas jarinya di panggung. Sesudah dekat pintu ia melompat lari dan kabur)

Gaspar

: (di atas balkon, tangannya kebawah hingga orang-orang tidak dapat melihat kepala-kepala Nabi) RAKYAT, DENGARKAN ! (jeritan dan drum berhenti. Sepi seluruhnya)

Balthazar

: SUDAH TERLAMBAT. (Melchior dan Balthazar menempatkan diri di sisi lain dari pintu balkon danmelihat keluar dengan hati-hati)

Gaspar

: INILAH NABIMU ! ……APA ? BUKAN INI ? KALAU BEGITU SAYA KELIRU …… MENGAPA MEREKA TERTAWA ?

Jurusita

: MEREKA SELALU BEGITU. BELUM PERNAH KAU DENGAR DIA DI BIOSKOP?

Gaspar

: (mengulurkan kedua kepala) APA LUCUNYA ?

Jurusita

: TUNGGU. COBA SAYA LIHAT. (Ia mendekati serta memeriksa kedua kepala itu penuh perhatian. Tersenyum lembut, menaruh tangan di mulutnya)

Gaspar

: WELL ?

Jurusita

: (terpingkal-pingkal)

MEREKA

……

SEPERTI

……

DIPENGGAL.

(jeritan

kemarahan dari publik) Melchior

: (kepada Gaspar) KAU TELAH MEMBUKANYA. MEREKA SEKARANG TAHU SEMUA BAHWA KITA YANG MEMBINASAKAN NABI-NABI ITU.

Gaspar

: LAGI, PASTIMEREKA GUSAR.

Melchior

: ITULAH TENTUNYA MEREKA TIDAK AKAN MENGAMPUNI KITA.

Jurusita

: SEKARANG MEREKA INGIN BERTINDAK SENDIRI. (Drum beat mulai lagi lebih cepat)

Melchior

: TAPI DIMANA KETUA KITA

?

Jurusita

: IA TELAH KELUAR.

Melchior

: PINTU MANA ?

Jurusita

: (mengambil bola kecil dari kertas perak dari sakunya. Menaruh di tangan kanan dan mengangkat kepalannya) COBALAH TERKA !

Melchior

: JANGAN CENGENG.

Jurusita

: (membuka tangannya dan memperlihatkan bola) KANAN.

Melchior

: (kepada Balthazar) MARI IKUT.

Balthazar

: BAGAIMANA DENGAN GASPAR ?

Melchior

: IA TIDAK AKAN LARI. (Melchior dan Balthazar lari keluar. Balthazar mengambil kampak yang ditinggalkan Jurusita, menyembunyikan di bawah jubahnya kemudian mengejar Melchior. Gaspar berdiri tenang dengan kepala di kedua tangannya. Jurusita keluar dan masuk kembali dengan berjalan mundur menarik sebuah bangku hitam dari kayu yang berat. Menaruh bangku itu di tengah. Ia mendekati Gaspar)

Jurusita

: MAAF. (mengambil kedua kepala dan menaruhnya di atas bangku. Kepada Gaspar dengan bimbang) KAU TIDAK INGAT MANA YANG PERTAMA ?

Gaspar

: SAMA SAJA.

Jurusita

: HARUS TERATUR, DONG. (Ia berpikir-pikir kemudian menukar letak kepalakepala itu. Jeritan publik telah berhenti, tapi pukulan drum terus. Angin berhembus)

Gaspar

: TIUPAN ANGIN LAGI. SAYA MAU PERGI.

Jurusita

: JALAN MANA ?

Gaspar

: KIRI.

Jurusita

: SAYA NASEHATKAN JANGAN. DI SANA BANYAK ORANG.

Gaspar

: TIDAK APA-APA. SAYA AKAN CERITAKAN SEMUA PADA MEREKA. SAYA AKAN MENGAKUI KESALAHAN-KESALAHANKU. SAYA HARAP MEREKA AKAN MEMAHAMI.

Jurusita

: TERSERAH. (Gaspar pergi bergerak. Jurusita mengambil saputangan dan menyapu bangku) APA YANG HARUS SAYA KATAKAN KALAU ADA ORANG BERTANYA ?

Gaspar

: CERITAKAN YANG SEBENARNYA. SELURUHNYA. (keluar)

Jurusita

: ORANG BIJAKSANA. (Melchior dan Balthazar muncul dengan pandangan khawatir) APAKAH KAU KETEMU DIA ? (Diam) ADA APA ? TIDAK ADA KHOTBAH HARI INI ?

Melchior

: DIA LARI KE LOTENG .

Balthazar

: TIDAK, KEBAWAH .

Melchior

: KEATAS .

Balthazar

: MUNGKIN SAYA TADI MENCARI JALAN LAIN .

Melchior

: OH KAU MENCARI JALAN LAIN, YA ?

Jurusita

: OH SIAPA YANG PEDULI ? LALU ?

Melchior

: KEBAWAH.

Balthazar

: KEATAS.

Jurusita

: TO THE POINT SAJA. APA YANG TERJADI ?

Melchior

: IA TERPELESET……

Jurusita

: KEPALANYA ?

Melchior

: TIDAK KAKINYA.

Jurusita

: OH SAYA KIRA.

Melchior

: TAPI JUSTRU SEORANG TUKANG PANGKAS LEWAT ……………

Jurusita

: SIAPA ?

Melchior

: TUKANG PANGKAS SAYA KIRA DIA KESASAR .

Jurusita

: OKE, TUKANG PANGKAS. LALU.

Melchior

: IA MEMEGANG PISAU TERBUKA … (mengharapkan pertanyaan dari Jurusita) BARANGKALI IA DALAM PERJALANAN MAU MENCUKUR SESEORANG .

Jurusita

: TENTUNYA. MENGAPA TIDAK ?

Melchior

: SUATU KEBETULAN YANG MENYEDIHKAN TUKANG PANGKAS ITU LEWAT WAKTU KETUA TERPELESET. KETUA JATUH DIATAS PISAU CUKUR YANG TERBUKA ITU DAN TERPOTONG KEPALANYA.

Balthazar

: SEMOGA ARWAHNYA DIMULIAKAN !

Jurusita

: COBA LIHAT (Balthazar membuka jubahnya dan memberikan kepala kepada jurusita, Jurusita pergi kesatu sisi membawa kepala Ketua) KASIHAN ! KALAU SAYA INGAT SEMUA PERINTAH TOLOL DARI MULUT INI …… AMBIL KAU INI …… BAWA KESANA ……KERJAKAN INI, KERJAKAN ITU, TAK PERNAH

BERHENTI

SEMENITPUN

.

DAN

SEKARANG

SAYA

AKAN

MENGERJAKAN PERIUNTAH YANG PALING TOLOL, HANYA BILA BOSS INI HIDUP LAGI. ALANGKAH ENAKNYA JURUSITA

TANPA BOSS (Ia menaruh

kepala ketua diatas bangku dekat kepala yang lain, ia mundur beberapa langkanh untuk melihat efeknya) SEBENARNYA IA NAMPAK LEBIH BAIK BEGINI. IA KAKINYA BENGKOK. (pada Kedua Orang Bijaksana) KAU TELAH MENGALAHKAN AKU. (Suara drum berhenti. JerItan mengejutkan tercampur dengan anjing menyalak) Balthazar

: APA ITU ?

Jurusita

: OH, SAYA HAMPIR LUPA, PROFESOR GASPAR MENINGGALKAN SEBUAH PESAN. IA PERGI KEBAWAH UNTUK MENEMUI ORANG-ORANG. ADA SESUATU YANG INGIN DIA CERITAKAN PADA MEREKA.

Balthazar

: MENCERITAKAN KEPADA MEREKA ? APA ?

Jurusita

: SAYA TIDAK BEGITU PASTI.

Balthazar

: (mendekati Jurusita dengan tegang) KALAU SAYA KAMU, SAYA AKAN MENCOBA MENGINGAT-INGAT.

Jurusita

: SUATU KENYATAAN, SAYA KIRA.

Melchior& Balthazar

: KENYATAAN APA ?

Jurusita

: SAYA TIDAK TAHU (Melchior dan Balthazar dengan cepat menghampirinya dan menangkap pada bajunya)

Melchior

: BICARA !

Jurusita

: KENYATAAN. SELURUH KENYATAAN !

Melchior

: (melepaskan Jurusita, pada Balthazar) CEPAT ! CEPAT ! (kedua orang itu lari keluar, jeritan dan gonggong anjing hilang sedikit demi sedikit)

Jurusita

: TERGESA-GESA BENAR MEREKA ! MEREKA PASTI INGIN MENDENGARNYA JUGA. PASTI ! TIAP ORANG INGIN MENGETAHUI YANG SEBENARNYA TAK DAPATKAH MEREKA LARI SENDIRI? (Ia keluar menarik sebuah kursi ditangan kiri ia memegang secangkir teh diatas sebuah cawan. Ia meletakannya diujung bangku sehingga ada jarak diantara kepala-kepala itu, ia melepas topi menauhnya diatas kursi, mengaduk teh dengan suara gemelinting suara anjing terdengar lagi) HEY ! HEY ! ISTIRAHAT MAKAN ! PERATURAN ! TIDAK TAHUKAH MEREKA SAYA PERLU ISTIRAHAT ? BAIKLAH TUGAS ADALAH TUGAS

(Ia kebalkon) OKE LEMPARKAN KEMARI ! (keributan berhenti kepala Balthazar terbang di udara) INI DIA BARANGNYA. (turun, naik lagi kebalkon) HEY TAK DAPATKAH KAU MELEMPARNYA SEDIKIT LEBIH CEPAT ? (kepala Melchior melayang) INI DIA ! TERIMA KASIH BANYAK !… OH MANUSIA,MANUSIA BUSUK MEREKA BABAT SEMUA DELEGASI KALU ADA NABI SEKARANG SIAPA YANG AKAN MENYAMBUT ? SAYA TIDAK TAHU BAGAIMANA MENGAJARNYA. SATU, DUA, TIGA, EMPAT, EMPAT KORBAN BELUM TERHITUNG SEEKOR SINGA … LIMA … HEY APA INI ? ADA YANG SALAH (Ia menhitung dengan nada rendah) HILANG SATU (masuk Gaspar membawa kepalanya sendiri) UNTUNG KAU SAYA DALAM KEADAAN SENANG KITA TIDAK BOLEH BERGURAU DISINI. INI TEMPAT BISNIS. (Gaspar tanpa kepala pergi) AKHIRNYA KITA PEROLEH SUATU RANGKAIN. KAU MENGATAKAN BOSS ? (pause) TIDAK SAYA HANYA TERBAYANG (Ia duduk dikursi . kilat, guntur, hujan lebat. Jurusita mengaduk tehnya.) INI PASTI AKHIR DUNIA. (guruh berheti tapi kilat terus memberi cahaya jurusita membuat gerakan upacara meminum dari cangkir dengan suara yang keras. Ia menutup matanya) TAK ADA YANG LEBIH NIKMAT DARI PADA SECANGKIR TEH YANG LEZAT.