ISAKAN GADIS GURUN Dhiendy N. Komvecta

Jilbabnya berkibar Dibelai angin dengan gemulai Kakinya tak henti berlari Tangannya tak kunjung melepas Sebuah kitab yang ia pegangi.

Lalu ia terhenti, Menatap hamparan lautan darah menghiasi kaki Melihat sanak terkatung hendak mati Mendengar peluru tulikan hati Menghisap racun penuhi hati.

Lenyap manusia dipandangan mata Goresan sekujur tubuh Berdarah, patah sana sani Cairan merah tenggelamkan asa Terkadang sukar, melukai nurani.

Hisapan untuk hidup Bebas, tanpa sorak sengsara Gadis itu merangkak Harapnya tak pernah redup Terus ia raih, sampai tak lagi teraih.

(Persembahan Siswa Sanggar Sastra Indonesia SMA N 1 Pariaman untuk G-MARS 3 + Jr)

PARA PENGKHIANAT TUHAN Dhiendy N. Komvecta

Kali itu jarinya menyeruak Mengoyak langit bertabir perak Kakinya melangkah berpijak Menapak di permadani dari merah Dan dahulu ia merangkak Sekarang bersorak sambil menyalak Kepala kosong tak berotak Menuruti hasrat yang makin bergejolak.

Ingatlah wahai manusia, Hidup layak Allah berikan Tumpuan Yang Esa serahkan Nirwana Dia janjikan Tapi kau terlena dalam tabunya kenikmatan.

Dan kini nirwana hanyalah angan Karena ibadah tak jua kau laksakan Murka-Nya tinggal nantikan Bersiaplah hati kan digores berdarahkan.

(Persembahan Siswa Sanggar Sastra Indonesia SMA N 1 Pariaman untuk G-MARS 3 + Jr)

PANGGILAN SANG PENGGENGGAM JIWA Dhiendy N. Komvecta

Saat malam menelisik membunuh waktu Saat siang merangsak lesapkan tenang Saat gelap mulai sesakan hati Saat itu jiwa meraung tak berdaya.

Aku berteriak, Menyeru nama-Nya dengan untaian luka Aku terisak, Mengenang di dunia amal tak banyak Aku tersentak, Terbangun saat mati hendak menyesak.

Aku takut, Tak bisa merasa merasa rona surga-Nya Aku terlena, Sampai lupa ajal membelenggu raga Aku tak kuasa, Jahanam mendekat, firdaus pun binasa.

(Persembahan Siswa Sanggar Sastra Indonesia SMA N 1 Pariaman untuk G-MARS 3 + Jr)

Puisi G-MARS.pdf

Page 1 of 3. ISAKAN GADIS GURUN. Dhiendy N. Komvecta. Jilbabnya berkibar. Dibelai angin dengan gemulai. Kakinya tak henti berlari. Tangannya tak kunjung melepas. Sebuah kitab yang ia pegangi. Lalu ia terhenti,. Menatap hamparan lautan darah menghiasi kaki. Melihat sanak terkatung hendak mati. Mendengar ...

12KB Sizes 10 Downloads 139 Views

Recommend Documents

Antologi Dirgahayu Bahasaku Puisi Moden.pdf
Page 3 of 20. Page 3 of 20. Antologi Dirgahayu Bahasaku Puisi Moden.pdf. Antologi Dirgahayu Bahasaku Puisi Moden.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In.