0

I.

KATA PENGANTAR

Meskipun tingkat kemiskinan dan diskriminasi telah menurun lebih dari 10 tahun terakhir, namun kesenjangan masih merupakan fenomena yang tidak terbantahkan. Ada lebih dari satu milyar orang yang hidup dalam kemiskinan, kelaparan, didiskriminasi, dan di anggap minoritas. Orang-orang yang hidup pada kondisi inilah yang tidak memiliki akses terhadap perekonomian, tidak bankable, tidak mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan, tidak memperoleh akses terhadap sumber daya alam, tidak memiliki akses terhadap informasi yang tepat guna, bahkan mereka diabaikan hak-hak dasarnya. Inilah yang pada akhirnya membuat The WAHID Institute mengembangkan sebuah gagasan dan strategi baru guna mewujudkan nilai dan cita-cita Gus Dur “Perdamaian tanpa Keadilan adalah Ilusi”, sebuah strategi baru untuk mensasar langsung orang-orang yang hidup pada tingkat kemiskinan dan terdiskriminasi untuk mendapatkan hak-hak mereka dan untuk menciptakan perdamaian tanpa diskriminasi. Rencana strategi ini dilakukan melalui pintu masuk pemberdayaan ekonomi untuk kelompok miskin. Goal yang ingin kami capai adalah kemajuan perdamaian dan toleransi melalui penguatan kondisi ekonomi dan social-politik pada komunitas-komunitas di wilayah-wilayah yang rentan konflik. Melalui lembaran ini, akan kami berikan capaian enam bulan pertama aktifitas dari serangkaian kerja keras tim untuk mewujudkan mimpi besar kami. Laporan enam bulanan ini, kami sajikan melalui aktiitas-aktiitas yang tercakup dalam tiga pondasi besar: Pemberdayaan Ekonomi, Pendidikan dan Pengorganisasian, Kampanye dan Mobilisasi Sumberdaya. Di sini, juga kami sajikan situasi keuangan, tantangan dan peluang yang kami hadapi. Laporan enam bulanan ini kami berikan seluas-luasnya untuk setiap orang dapat mengakses dan membacanya. Juga tidak menutup kemungkinan untuk mereka berpartisipasi di dalam mimpi besar ini. Keterlibatan setiap orang di sini adalah nilai yang begitu berharga untuk merealisasikan gagasan ini.

Jakarta, 30 April 2014

Visna Vulovik

1

II.

RINGKASAN EKSEKUTIF

Sebagai bagian dari program awal, untuk menjalankan program microfinance, awalnya The WAHID Insitute mengandeng pihak Amartha Microfinance dengan lokasi sasaran di daerah Parung, Bogor. Sampai saat ini, anggota yang terlibat sejumlah 36 orang. Kemudian The WAHID Institute melakukan program ini secara mandiri pada Oktober 2013. Daerah sasaran dari Microfinance for Religious and Ethnic Harmony, yang lebih dikenal dengan Koperasi Cinta Damai (KoCiDa) ini memulai pilot projectnya di wilayah Depok dan Bogor. Untuk Depok, kampung sasaran adalah Panggulan, Panggulan Pulo dan Kampung Kandang. Sementara di Bogor ada di daerah Parung Poncol. Jumlah anggota yang terdaftar sejumlah 123 orang. Sejak awal, ditentukan warga yang berhak menerima pembiayaan adalah perempuan yang mempunyai penghasilan dibawah $2 perhari dan pembiayaan tersebut digunakan untuk membangun dan mengembangkan usaha kecil, pendidikan, dan pemenuhan kebutuhan dasar. Selain itu, program ini di design untuk warga yang tinggal diwilayah rawan konflik dengan memiliki latar belakang etnis, suku, agama, ataupun keyakinan yang berbeda. Harapannya, dengan keragaman anggota ini, akan terjalin komunikasi dan kerjasama yang sebelumnya belum pernah terjadi, sehingga nilai-nilai toleransi dan kebersamaan dapat tercipta. Untuk mengurangi resiko perputaran pendapatan kelompok yang tidak tepat waktu, maka sistem seleksi keanggotaan dan pembentukan kelompok dilakukan dengan tanggung renteng. Selain itu, tanggung renteng memiliki keunikan dimana proses silaturahmi antar tetangga akan semakin meningkat “yang dahulu jarang ketemu, jadi sering ketemu. Yang sebelumnya tidak menyapa, kini menjadi berteman.” Karena dalam sistem tanggung renteng, kepercayaan antar anggota kelompok sangat ditekankan. Juga dilakukan pendidikan kritis dan pengorganisasian dengan tujuan untuk mendorong masyarakat pada pemberdayaan dan kemandirian dengan metode pendidikan orang dewasa dan Community Organizing.. Kegiatan ini berjalan sejak tiga bulan terakhir, yaitu sejak Desember 2013. Tujuan besar dari kegiatan ini adalah bagaimana anggota KoCiDa memilki pemahaman kritis dan mampu melakukan perubahan dan menyemai perdamaian di masyarakat. Sampai sejauh ini telah muncul empat orang-orang ibu-ibu anggota KoCiDa yang menjadi Community Leader. Mereka inilah yang bertugas menguatkan pemhaman kritis anggota secara keseluruhan dalam pertemuan yang dilakukan setiap minggunya. Dari pendidikan yang dikombinasikan dengan strategi snowball ini, 30% dari anggota KoCiDa diharapkan mampu menjadi Community Leader baru. Untuk mendesiminasikan gagasan pemberdayaan ekonomi dan perdamaian sekaligus penguatan organisasi, divisi kampanye dan mobilisasi sumberdaya telah melakukan sejumlah kegiatan. Bersama dengan KIAS (Komunitas Adil dan Setara) telah melakukan sejumlah kegiatan persemaian toleransi. Sementara dengan LDD BPM-Katedral dan Urban Poor Concortium (UPC) kerjasama lebih pada aspek pemberdayan ekonomi dan pendidikan kritis untuk urban area. Untuk mobilisasi sumberdaya, KoCiDa sendiri telah mencoba bekerjasama dengan The Body Shop dan Ciputra Enterpreneurship University. Untuk The Body Shop telah terjalin kerjasama dalam bidang pemberdayaan ekonomi perempuan, sedangkan dengan Ciputra University sendiri telah terjalin kerjasama program dalam bidang social enterpreneurhsip. Juga dilakukan penjajagan kerjasama program dengan beberapa lembaga lainnya untuk minsinergikan aspek pembangunan dan perdamaian. 2

Tantangan yang muncul dari Kocida bisa dibagi dua yaitu tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal menyangkut kebutuhan staf lokal KoCiDa untuk meningkatan kapasitasnya dalam mengintegarsikan pendekatan perdamaian dan pembangunan dalam tataran perencanaan maupun implementasi. Tantangan eksternal adalah tantangan yang muncul dari komunitas selama proses pendampingan, diantaranya adalah bagaimana mendorong anggota untuk senantiasa meningkatkan tabungan mereka, sebagai bagian kecil untuk manajemen keuangan. Persoalan ini semakin bertambah berat ketika sebagian suami dari anggota Kocida tersebut bekerja secara serabutan. Alih-alih mampu meningkatkan pendapatan, pada sebagian anggota keikutsertaan mereka dalam Kocida malah menimbulkan ketergantungan baru dalam keluarga. Terlepas dari tantangan tersebut, ada sejumlah peluang yang muncul dalam program ini. Karena sifat kebaruanya, integrasi antara pemberdayaan ekonomi dan perdamaian mendapat dukungan dari banyak pihak. Peluang lainya datang dari komunitas, dimana banyak anggota KoCiDA memiliki potensi sebagai ‘change maker’ dan memiliki kemampuan untuk menciptakan perbaikan di dalam keluarga dan masyarakat. Keterlibatan mereka secara penuh dalam aktivtas Kocida, telah memunculkan kreativitas dan kebersamaan baru yang timbul dari akar rumput.

3

III. APA YANG KITA LAKUKAN Pada bagian berikut kami akan memaparkan proses untuk mencapai tujuan, capaian dan rencana kerja berdasar tiga pilar strategi yang digunakan KoCiDa dalam pemberdayaan dan penyemaian toleransi di masyarakat. Tiga pilar ini lahir proses perjalanan KoCiDa yang selama ini ingin mengitegrasikan pendekatan pembangunan dan perdamaian dalam programnya. a. Pemberdayaan Ekonomi Tujuan utama dari pemberdayaan ekonomi yang dilakukan KoCiDa ini ada dua; mengurangi kesenjangan ekonomi yang sering menjadi pemicu konflik keagamaan dan menguatkan hubungan sosial masyarakat yang berbeda etnis, agama, dan keyakinan melalui aktivitas ekonomi. Karena itulah sejak awal program ini didesain mensasar masyarakat miskin yang berbeda etnis, keyakinan, dan keagamaan di wilayah rawan konflik. Pada saat yang sama, program ini juga didesain bagaimana ekonomi dan taraf hidup anggota bisa meningkat. Sampai sejauh KoCiDa telah memberikan pembiayaan sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk wilayah Kemang, Bogor dimana pembiayaan ini bekerja sama dengan Amartha Microfinance dan sejumlah Rp. 123.000.000,- (seratus duapuluh tiga juta rupiah) dijalankan secara mandiri untuk 123 anggota di wilayah Panggulan, Depok dan Parung Poncol, Bogor. Dari hasil pembiayaan untuk 123 (seratus duapuluh tiga) orang ini, telah berputar di dalam aktifitas kelompok sehingga KoCiDa mampu membiayai lagi 16 (lima belas) orang anggota baru, 2 (dua) orang masuk dalam tahap pembiayaan ke-2. Adapun jumlah tabungan kelompok anggota-anggota KoCiDa telah mencapai Rp. 9.170.500 (Sembilan juta seratus tujuh puluh ribu lima ratus rupiah) untuk tabungan sukarela dan Rp. 3.145.500 (Tiga juta seratus empat puluh lima ribu lima ratus rupiah) untuk tabungan pendidikan. Dari segi diversitas keanggotaan, mayoritas anggota KoCiDa adalah Islam Sunni. Selebihnya, terdapat anggota yang beragama Konghucu, Kristen, dan Katolik. Melalui pertemuan kegiatan 4

ekonomi mingguan, antar tetangga yang dulunya tidak pernah bertegur sapa karena berbeda keyakinan, bisa menerima anggota kelompk dari orang yang berbeda agama. Pembauran ini tidak hanya terjadi di daerah Depok namun juga Bogor yang relative terkenal sebagai daerah intoleran. JUMLAH ANGGOTA BERDASARKAN AGAMA/KEYAKINAN 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0

Islam Suni Islam Syiah Islam Ahmadiyah Agama/Keyakinan

Katolik

Islam Suni

158

Kristen

Islam Syiah

0

Islam Ahmadiyah

0

Katolik

1

Kristen

1

Kristen Konghucu

4

Kristen Konghucu

Modal pembiayaan yang diberikan KoCiDa diprioritaskan kepada kelompok masyarakat yang miskin yang rentan menjadi sasaran provokasi konflik. Selain itu, modal pembiayaan ini juga diprioritaskan kepada warga yang memiliki usaha kecil. Dari 164 (seratus enam puluh empat) anggota KoCiDa, mayoritas adalah mereka yang memiliki usaha kecil, sisanya adalah buruh cuci dan buruh payet/manik-manik. Sementara sebagian kecil lainya adalah Ibu rumah tangga. Dengan lebih memprioritaskan kepada warga yang memiliki usaha kecil inilah, peningkatan pendapatan ekomomi mereka diharapkan bisa tumbuh dengan dengan adanya peningkatan modal usaha dan/atau diversifikasi jenis produk usaha anggota. Pada saat bersamaan, warga yang memiliki niatan untuk membuka usaha baru juga mendapat prioritas. Karena itulah mayoritas anggota KoCiDa dibiayai untuk keperluan usaha, meski tidak dapat dipungkiri bahwa ada sebagian dari anggota yang dibiayai untuk pemenuhan kebutuhan pokok keluarga.

Mata Pencaharian

Kebutuhan Pembiayaan

Buruh Cuci Buruh Payet

11%

PENDIDIKAN

5% 3%

Buruh Pabrik 46%

24%

18% 23%

1% 1%

Karyawan Swasta Ibu Rumah Tangga Usaha Kecil

48%

20%

RENOVASI RUMAH USAHA BIAYA BEROBAT BIAYA SUNAT

5

Prioritas KoCiDa ke depan, pembiayaan itu diperuntukkan bagi usaha, biaya pendidikan dan kesehatan. Karena pembiayaan yang diberikan kepada pengusaha kecil inilah, dampak keberadaan KoCiDa sangat terlihat jelas dalam peningkatan ekonomi kelompok. Untuk meningkatkan kemampuan manajemen dan pendapatan anggota, anggota dimotivasi untuk menabung. Selain memberikan penghargaan kepada anggota dengan tabungan tertinggi, sistem tabungan ini juga akan dijadikan sebagai prasyarat untuk pembiayaan. Untuk penguatan ekonomi secara internal dan merintis keberadaan koperasi bersama, kami juga akan menguatkan hubungan ekonomi antar anggota melalui pertukaran dan jual beli produk usaha antar sesama anggota. b. Pendidikan dan Pengorganisasian Pilar pendidikan dan pengorganisasian ini pada dasarnya merupakan strategi lain untuk mengurangi kesenjangan sosial dan politik. Tanpa adanya pendidikan kritis terhadap anggota kelompok, harapan akan perubahan sosial yang berasal dari masyarakat akan sulit terwujud. Melalui pendidikan, anggota diharapkan mempunyai kesadaran kritis akan hak-haknya dan memilki kepedulian terhadap lingkungan sosialnya sehingga pada akhirnya bisa terlibat dalam pembuatan kebijakan yang memihak pada rakyat. Selain itu, melalui pendidikan kritis ini, diharapkan persemaian nilai-nilai perdamaian dan keadilan akan bisa terwujud dimasyarakat. Tentu saja pendidikan kritis ini tidak hanya ditujukan kepada anggota atau masyarakat luas, tapi juga staf menejmen KoCiDa sendiri. Dari sini diharapkan transfer pengetahuan dari internal ke eksternal bisa terjadi. Untuk membuka pemahaman tentang social entrepreneurship, Tim KoCiDa telah terlibat dalam pelatihan Social Entreprise bersama dengan British Council. Pada saat yang sama, untuk meingkatkan skill manajerial keuangan, KoCiDa juga mengirimkan salah satu orang tim dari komunitas untuk mengenyam kursus 1 semester Akuntansi Dasar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Selain itu, KoCiDa juga mewajibkan timnya untuk magang secara berkala di The WAHID Institute untuk belajar secara mendetail system keuangan lembaga non-profit. Ilmu yang dapat ini diharapkan selain diharapkan mampu menguatkan progam KoCiDa di lembaga, juga bisa ditransfer pada komunitas di wilayah dampingan KoCiDa lainya. Untuk Pendidikan kritis dan pengorganisasian, pertama-tama ditujukan kepada staf lapangan KoCiDa. Pada akhirnya tugas staf lapangan ini bukan hanya mendampingi pertemuan ekonomi mingguan anggota, tapi juga melakukan pendidikan kritis kepada mereka. Sesi pendidikan dan perngoganisasian dilakukan di dalam pertemuan mingguan antar kelompok tabungan. Dalam sesi pertemuan mingguan, petugas lapangan KoCiDa ditraining tentang

6

teknik-teknik pengorganisasian masyarakat. Sesi pembelajaran sendiri mengikuti 10 (sepuluh) tahapan pengorganisasisan Freire dan studi kasus persoalan anggota pada hasil training pertama. Sistem yang digunakan adalah sistem “teh celup”. Satu minggu pertemuan untuk pendalaman teori, minggu berikutnya adalah praktik lapangan. Dalam sesi ini petugas lapangan tidak hanya diajarkan bagaimana mengindentifikasi persoalan warga, tapi juga diminta untuk mencari tim inti (Community Leader) yang hendak dijadikan mitra kerja dan kemudian mencoba mendiskusikan persoalan ini untuk mencari solusi bersama. Pelatihan dengan model “the celup” ini telah berjalan selama tiga bulan terakhir, dimulai sejak Desember 2013. Pada bulan Desember 2013 telah dilakukan monitoring tiga bulanan dalam bentuk pelatihan untuk menggali problem dan persoalan kelompok. Pelatihan ini ditujukan untuk melihat capaian KoCiDa tiga bulan pertama sekaligus menggali problem-problem anggota kelompok. Hasil yang telah di capai pada pelatihan pertama di bulan Desember ini, menyimpulkan bahwa perputaran pembiayaan di dalam kelompok telah berjalan dengan lancar dan problem utama yang muncul di dalam anggota adalah bagaimana meningkatkan pendapatan keluarga dan persoalan pendidikan anak-anak mereka. Selain itu juga muncul persoalan untuk mencapai keluarga yang harmonis.Sampai sejauh ini telah muncul empat Community Leader baru dari anggota kelompok. Selain itu, mereka juga telah melakukan pemetaaan dan identifikasi persoalan (tema generatif) yang ada di kelompok. Untuk menjawab persoalan yang ada dalam kelompok terkait dengan peningkatan dan pengelolaan pendapatan keluarga dan mahalnya biaya pendidikan, pada tanggal 19 April lalu, anggota KoCiDa telah menyelenggarakan pelatihan perdana “Mengelola dan Meningkatkan Pendapatan Keluarga untuk Mencapai Harmoni” bersama Tim dari Ciputra Enterpreneurship University Center. Tujuanya adalah bagaimana anggota kelompok tidak hanya mempunyai pemahaman baru terkait manajemen keuangan keluarga, tapi juga mempunyai kemampuan dan inisiatif baru untuk mengembangkan usaha kecilnya.

7

Dari rencana tindak lanjut dari training pertama ini, ke depannya disepakati bahwa setiap anggota yang mempunyai usaha kecil, untuk membuat rencana usaha. Selain itu, untuk lebih menguatkan ikatan kelompok dan mendorong kemandirian warga, anggota juga didorong untuk membuat usaha bersama. Usaha bersama kelompok ini didasarkan atas potensi dan keahlian yang dimiliki anggota seperti misalnya produksi payet untuk kerudung dan tas dari payet, pembuatan makanan kecil, dan lain sebagainya. Untuk itu, The WAHID Institute telah berkomitmen untuk menjalin kerjasama dengan pihak Ciputra Enterpreneurship University Center untuk melakukan training for trainer untuk para pendamping komunitas. Harapannya, para pendamping ini mampu mendampingi komunitas dalam mengembangkan dan mengelola usaha kecil mereka. Begitupun dengan Ciputra Enterpreneurship University Center, akan senantiasa membantu mengcouch komunitas secara berkala. c.

Kampanye dan Mobilisasi Sumberdaya Untuk mendesiminasikan dan menarik dukungan terkait gagasan pemberdayaan ekonomi dan perdamaian dalam masyarakat luas sehingga visi dan misi keberadaan KoCiDa bisa tercapai, kampanye menjadi suatu yang urgen. Selain itu, diperlukan juga ada mobilisasi sumberdaya, untuk memperkuat organisasi. Mobilisasi sumberdaya yang dimaksud disini bukan hanya uang, tapi juga jaringan untuk membentuk kerjasama strategis.

Untuk kampanye sendiri, KoCiDa telah melakukan sejumlah kegiatan utama seperti pembuatan video profile KoCiDa dan pengembangan website www.kocida.wahidinstitute.org. Tujuan pembuatan dua media kampanye ini selain untuk memperkenalkan keberadaan KoCiDa, juga untuk menarik dukungan masyarakat luas agar bisa terlibat dalam kegiatan KoCiDa. Untuk anggota masyarakat dampingan sendiri, KoCiDa telah mendistribusikan 150 keping video KoCiDa dan stiker “Perdamaian tanpa Keadilan adalah Ilusi-Gus Dur.” Distribusi video sengaja dilakukan kepada anggota, tidak lain untuk menguatkan rasa memiliki anggota terhadap KoCiDa. Sementara stiker sengaja dipilih sebagai media kampanye karena yang menjadi sasaran adalah masyarakat luar. Material kampanye ini diwajibkan untuk ditempel di tempat usaha anggota KoCiDa atau rumah mereka. Harapanya, stiker ini ini akan memberikan efek snowball ‘keterlibatan’ untuk menarik orang luar agar bergabung dengan KoCiDa. Intinya stiker ini menjadi alat bagi masing-masing anggota untuk menjadi agen perdamaian. Disitu mereka bisa mempromosikan misi pemberdayaan KoCiDa, yang bukan hanya sebagai kelompok simpan pinjam tapi sebagai kelompok belajar untuk menjadi agen perubahan di masyarakat.

8

Bersama dengan KIAS (Komunitas Adil dan Setara) dan Gusdurian Depok, KoCiDa telah terlibat dalam diskusi dan pemutaran film di Panggulan guna mengingatkan perspektif toleransi dan perdamaian di masyarakat. Pada saat bersaman, agar pesan perdamaian ini lebih mudah diterima, rintisan tim The WAHID Institute juga mengadakan pemutaran dan diskusi film “Mata Tertutup” pada bulan Oktober 2013 di Panggulan yang kemudian disambung dengan pembagian sembako lebaran. Pesan utama yang ingin disampaikan dalam film ini adalah agar masyarakat tidak terjebak pada paham-paham fundamentalisme Islam yang kini tengah merebak. Selain itu, untuk menyebarluaskan ide dan pemikiran Gus Dur dalam hal pemberdayaan ekonomi dan perdamaian sejak pertama kali KoCiDa telah menggandeng Amartha Microfinance guna menjalankan programnya. Selain itu, KoCiDa juga menjalin kerjasama dengan LDD BPM-Katedral untuk menguatkan strategi pendekatan ekonomi (Credit Union) pada sektor urban area sekaligus menyebarkan misi toleransi dan perdamaian pada kelompok binaan LDD BPM-Katedral. Agar visi dan misi tetap terbawa dalam segenap aktivitas yang dilakukan dan misi pemberdayaan tetap ada dalam segenap aktivitas ekonomi, maka anggota harus dibekali dengan pendidikan kritis. Dalam konteks ini, bersama dengan Urban Poor Concortium (UPC), telah berupaya memodifikasi teknik dan pendekatan pengorganisasian masyarakat untuk urban poor pada rural poor. Penyebarluasan misi ini tidak akan lengkap tanpa ada engagement dengan lembaga lainnya. Untuk itu, KoCiDa telah menjalin relasi dengan The Body Shop dalam kerjasama program pada bidang pemberdayaan perempuan dan social entrepreneurship.

9

IV. TANTANGAN DAN PELUANG Tantangan yang muncul dari KoCiDa bisa dibagi dua yaitu tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal menyangkut persoalan yang dihadapi managemen atau staf KoCiDa secara khusus. Sementara tantangan eksternal adalah tantangan yang muncul dari komunitas selama proses pendampingan. Misi KoCiDa untuk mensinergikan pendekatan ekonomi dan perdamaian, bagaimanapun juga hal ini merupakan pendekatan baru. Karena itu pembelajaran dan improvisasi pengetahuan dan skill secara terus menerus merupakan suatu yang mutlak dilakukan untuk tim KoCiDa. Terlebih dalam model rekrutmen, Kocida lebih memprioritaskan komunitas lokal untuk menjadi staff. Secara konseptual memang banyak pihak yang mengajukan gagasan pemberdayaan ekonomi untuk perdamaian, namun dalam tataran praktis relatif belum ada lembaga di Indonesia yang konsen terhadap isu ini. Apa yang sering terjadi adalah focus pada satu bidang, pemberdayaan ekonomi atau pada perdamaian saja. Pasalnya, untuk pemberdayaan ekonomi komunitas merupakan sesuatu yang butuh perhatian ekstra. Apalagi jika diintegarsikan dengan perdamaian dengan tujuan merajut harmoni antar dua komunitas yang berbeda agama dan keyakinan. Pembelajaran berharga malah kami peroleh dari dokumentasi best lesson learnt dan modul yang diproduksi oleh sejumlah organisasi masyarakat sipil di Afrika yang telah mengintegrasikan aspek pemberdayaan ekonomi dan perdamaian di komunitas. Tantangan eksternal datang dari komunitas untuk meningkatkan pendapatanya. Diantaranya adalah bagaimana mendorong anggota untuk senantiasa meningkatkan tabungan mereka, sebagai bagian kecil untuk manajemen keuangan. Persoalan ini semakin bertambah berat ketika sebagian suami dari anggota KoCiDa tersebut bekerja secara serabutan. Alih-alih mampu meningkatkan pendapatan, pada sebagian anggota keikutsertaan mereka dalam KoCiDa malah menimbulkan ketergantungan baru dalam keluarga. Sementara untuk mensinergikan aktivitas ekonomi dengan perdamaian di komunitas relative tidak ada masalah berarti, karena pada dasarnya komunitas akan mudah mentoleransi perbedaan ketika ada kepentingan bersama diantara mereka, yang dalam hal ini ekonomi dan kebutuhan dasar. Terlepas dari tantangan tersebut, ada sejumlah peluang yang muncul dalam program ini. Karena sifat kebaruanya, integrasi antara pemberdayaan ekonomi dan perdamaian mendapat dukungan dari banyak pihak. Bahkan beberapa dari mereka bersedia untuk membantu mengembangkan program secara sukarela. Pada saat yang sama, motivasi dari pihak luar ini mendapat sokongan penuh dari komunitas sendiri. Banyak dari ibu-ibu anggota KoCiDa ternyata memiliki potensi sebagai ‘change 10

maker’ dan memiliki kemampuan mereka untuk menciptakan perbaikan di dalam keluarga dan masyarakat. Keterlibatan mereka secara penuh dalam aktivtas KoCiDa, telah memunculkan kreativitas dan kebersamaan baru yang timbul dari akar rumput, pengelolaan konsumsi dan pemasaran produk usaha kecil mereka dengan sistem bagi hasil misalnya. Bahkan ada salah satu ibu yang berinisiatif memberikan produksi dagangannya ke pihak luar sebagai bagian brand marketing. Tentu saja, hal ini menimbulkan peluang baru untuk mengembangkan produk usaha komunitas ke pihak luar.

11

V.

PENUTUP

Apa yang kami lakukan terkait dengan pemberdayaan ekonomi ini adalah sebagai bentuk diseminasi misi intelektual almarhum pendiri The WAHID Institute, KH. Abdurrahman Wahid di mana menurutnya “Perdamaian Tidak akan Tercipta tanpa Keadilan.” Kami meyakini bahwa perdamaian, harmoni, dan toleransi Islam akan sulit terwujud, tanpa adanya perjuangan untuk mewujudkan keadilan dan mengurangi kesenjangan di masyarakat. Di usia yang sangat muda ini, KoCiDa terus berupaya mencari strategi yang tepat bagaimana misi pemberdayaan dan ekonomi dan perdamaian bisa selalu berjalan seiring.

12

Semesterly Repot Program Microfinance For Religious and Ethnic ...

Semesterly Repot Program Microfinance For Religious and Ethnic Harmony I.pdf. Semesterly Repot Program Microfinance For Religious and Ethnic Harmony I.

909KB Sizes 0 Downloads 162 Views

Recommend Documents

Fears that ethnic and religious pluralism and alien ...
by historians, the Scopes trial did not signal a defeat or the end of traditional ways. Despite the negative conclusions of the big-city press, it is quite likely that a majority of the American peop~e continued after the trial to oppose the teaching

Religious Attributions, Secular Attributions, and Religious Priming.pdf
God May Save Your Life, but You Have to Find Your Own ... tions, Secular Attributions, and Religious Priming.pdf. God May Save Your Life, but You Have to Find ...

pdf-1323\religious-rivalries-and-the-struggle-for-success-in ...
... apps below to open or edit this item. pdf-1323\religious-rivalries-and-the-struggle-for-success ... christianity-and-judaism-from-brand-wilfrid-laurier-u.pdf.

Escapism, religious luck, and divine reasons for action
In this paper we reply to two recent objections to our original paper. The first is an argument from religious luck offered by. Rusty Jones. The second is an argument from Kyle Swan that alleges that our commitments about the nature of reasons for ac

World Music and Ethnic Performance
:All chapters refer to Titon, Worlds of Music. Date. Reading Due. On the Agenda. Due in Class. T 7/6/99 5:30-10. Introduction: Music Culture as a World of Music. Introduction,. Video: The Time Machine. R 7/8/99 5:30-10. Ch. 10: Discovering and. Docum

Gene Expression and Ethnic Differences
Feb 8, 2007 - 1Ludwig Center and Howard Hughes Medical Institute, .... for Bioinformatics, Salk Institute for Biological Studies, La Jolla, CA 92186, USA. D.

Gene Expression and Ethnic Differences
Feb 8, 2007 - MIC, lists a total of 109 silent mutations out of 2335 .... Genetics LLC, State College, PA 16803, USA. ... Company, Indianapolis, IN 46285, USA.

Ethnic Segmentation and Spanish Language
Thomas C. O'Guinn is Assistant Professor of Advertising at ... through Spanish-language media. Not only .... made fewer mail order purchases (-.0963) and were.

Gender and Group Influence on Microfinance ...
belongs, the total loan size, the number of payments made, and the total amount paid ... $800. 29.6%. The APR reflects the actual loan terms, and not necessarily the ..... small business and by benefiting from the advice and counsel of fellow ...

The Macroeconomics of Microfinance - CiteSeerX
Feb 29, 2012 - microfinance or credit programs targeted toward small businesses. .... entrepreneurs' entry into the small-scale sector but not the large-scale ...... Accounting for Success,” Manuscript, Massachusetts Institute of Technology.

The Macroeconomics of Microfinance - CiteSeerX
Feb 29, 2012 - microfinance or credit programs targeted toward small businesses. .... of the economy—which is not equal to the capital stock of the ..... longitudinal surveys to construct corporate accounts for households in rural and ... ships are

New Microfinance Program.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. New Microfinance Program.pdf. New Microfinance Program.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Details. Comm

Development and Religious Polarization: Abstract
May 26, 2011 - capital formation affects donations to a religious community. .... forced loans. 9The exceptions to this generalization were Britain and the Netherlands where Jews had been granted effective civic equality in the ..... reformer describ