DAMPAK PENINGKATAN RISIKO BENCANA TERHADAP PENCAPAIAN MDGs 4 dan 5 Annual Scientifif Meeting FK UGM 16 Maret 2015 YAKKUM Emergency Unit
DATA • Sebanyak 90 % jumlah korban topan Bangladesh tahun 1991 adalah perempuan dan anak • Anak laki‐laki dan anak perempuan memiliki risiko kematian sebanyak 14 kali lebih besar daripada laki‐laki dewasa • Pada tsunami 2004 di Aceh, sebanyak 77% korban meninggal adalah perempuan
• Gempa Jateng‐DIY 2006 : kebanyakan korban adalah lansia dan anak. • Merapi 1994 : di dusun Turgo, dari 69 korban, mayoritas adalah perempuan lansia dan anak‐ anak • Di Kota Padang : dari total korban meninggal sebanyak 272 orang, sebanyak 164 diantaranya adalah perempuan dan sisanya sebanyak 108 adalah laki‐laki. • Padang Pariaman : di 8 kecamatan dari korban meninggal sebanyak 270 orang, sebanyak 145 orang diantaranya adalah perempuan
• Angka kematian dan kesakitan ibu meningkat pada saat bencana, padahal seharusnya hal itu bisa dicegah • Lembaga kemanusiaan harus sadar akan kebutuhan mendesak ibu hamil di saat tanggap darurat dengan memastikan persalinan yang aman. • Sayangnya data pilah sering tidak tersedia, padahal sangat dibutuhkan
• Dari hasil‐hasil studi menunjukkan pada situasi tidak darurat/tidak bencana pun bayi <2 bulan yang tidak disusui berisiko 6 x lebih besar untuk meninggal, apalagi dalam kondisi darurat/bencana. • Pada saat bencana, angka kematian anak dapat meningkat tajam 2 ‐70 x lebih tinggi dari pada angka kematian biasanya, disebabkan oleh diare, infeksi saluran pernafasan dan kurang gizi. • Terbatasnya bantuan obat dalam bentuk sirup untuk anak‐anak
DI LAPANGAN • Perempuan dan anak terpapar risiko bencana lebih tinggi karena terganggunya akses air bersih, sanitasi, makanan, layanan kesehatan, trauma, risiko sakit dan malnutrisi dan kekerasan. Bahkan sebelum bencana pun mereka telah diposisikan dalam situasi yang timpang. • Kelompok rentan dihadapkan pada dampak bencana yang lebih berat karena memiliki akses, peran dan kontrol yang lebih rendah, baik untuk bertahan hidup maupun memulihkan kehidupan pasca becana
• Stress saat bencana membuat produksi ASI menurun, apalagi jika kesadaran Ibu masih rendah akan manfaat ASI. • Rendahnya dukungan keluarga dan sistem pelayanan kesehatan serta bantuan yang tidak sensitif pada kebutuhan ASI ekslusif bagi bayi dan gizi esensial bagi balita, bumil dan busui. • Banyaknya bantuan dalam bentuk susu formula
• Tidak memiliki ruang privasi untuk menyusui • Kehidupan komunal sementara di barak, apalagi bercampur dengan pria, memberikan kontribusi terhadap tingkat stres yang dialami perempuan, terutama bila perempuan mengandung.
• Ibu hamil yang membutuhkan layanan dan akan melahirkan bayinya kapan saja • Risiko kekerasan seksual meningkat dalam keadaan sosial yang tidak stabil
• Jumlah air bersih dan kamar mandi yang tidak memadai dan kadang tidak dipisahkan antara laki‐laki dan perempuan atau jauh
• Risiko penularan IMS/HIV meningkat karena keterbatasan sarana untuk melaksanakan kewaspadaan universal, meningkatnya risiko kekerasan seksual, dan bertemunya populasi dengan prevalensi HIV/AIDS tinggi dan rendah • Kurangnya akses ke layanan gawat darurat kebidanan komprehensif akan meningkatkan risiko kematian ibu • Pelayanan kesehatan reproduksi dalam kondisi darurat sering kali tidak tersedia karena tidak dianggap sebagai kebutuhan yang mendesak dan bukan merupakan prioritas
Kurangnya pelayanan KB akan meningkatkan risiko kehamilan yang tidak dikehendaki yang sering berakhir dengan aborsi yang tidak aman
Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) • Melalui seperangkat kegiatan prioritas yang dilaksanakan pada fase awal darurat untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kesakitan terutama pada perempuan. • Karena keterbatasan sumber daya dan banyaknya masalah kesehatan lain yang harus ditangani, maka prioritas diberikan pada dukungan untuk proses persalinan, pencegahan dan penanganan kekerasan seksual dan pencegahan penularan IMS dan HIV.
REKOMENDASI • Tidak memisahkan anak dengan penanggung jawab utama • Fasilitas kamar mandi aman dan tidak berbahaya • Sumber air bersih tersedia dan aksesible • Ibu dan anak yang masih menyusu ditempatkan di ruangan yang tertutup dan aman (tidak bercampur dengan laki‐laki dewasa lainnya) atau disediakan ruangan khusus untuk menyusui
• Memastikan tersedianya pelayanan kesehatan termasuk obat serta alat kesehatannya untuk ibu hamil baik untuk pemeriksaan rutin maupun rujukan untuk melahirkan, termasuk dukungan psikososial tersedia bagi korban kekerasan • Di samping kesehatan reproduksi kit, sebaiknya disediakan juga higienis kit yang ditujukan bagi kelompok tertentu yang pada kondisi darurat seringkali tidak terrsedia, seperti: kit untuk wanita usia subur (15‐49 tahun) yang antara lain berisi pembalut wanita, kit untuk ibu hamil, kit untuk ibu melahirkan, dan kit untuk bayi baru lahir.
• Memastikan tersedianya layanan kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana adalah sangat penting karena merupakan hak asasi manusia • Memberikan rekomendasi pada program rehabilitasi dan rekonstruksi pemerintah untuk menyediakan ruang khusus menyusui dalam pembangunan fasilitas publik
• Adanya sistem yang melindungi pengungsi terutama perempuan dari kekerasan seksual, misalnya melalui pengaturan/disain kamp termasuk design kamar mandi laki‐laki dan perempuan yang terpisah, terang dan jaraknya jauh (sesuai SPHERE) dan akses air bersih.
Tidak lupa kebutuhan pasangan suami istri dengan penyediaan kamar "cinta" khusus yang diperhatikan privasinya.
Minimum Initial Service Package (MISP) in Indonesia https://www.youtube.com/watch?v=TPCKm1jL Nbk
SUMBER • Enarson, E. 2000. Gender Equality, Work, and Disaster Reduction : Making the Connection, http://www.onlinewomeninpolitics.org/sourcebook_ files/MDG/Gender%20Equality,%20Work%20and%20 Disaster%20Reduction.pdf • Enarson, E.2006. S W S Fact sheet : Women and Disaster, http://www.socwomen.org/web/images/stories/res ources/fact‐sheets/fact_10‐2006‐disaster.pdf • IUCN, Disaster and Gender Statistics, http://cmsdata.iucn.org/downloads/disaster_and‐ gender_statistics.pdf
• Pusat Penanggulangan Krisis Bencana Kementrian Kesehatan RI, 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana • Dinas Kesehatan Republik Indonesiaa, 2008, Pedoman Praktis Kesehatan Reproduksi pada Penanggulangan Bencana di Indoenesia • Pengalaman respon bencana YEU
Terima kasih YEU Kantor : Jalan Kaliurang Km. 12,5, dn Candi 3 no 34, Yogyakarta (0274 – 882477) Website: www.yeu.or.id Email :
[email protected] FB Page: Yakkum Emergency Unit (www.facebook.com/yakkumemergency)
Twitter : @yeu2001 22