9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS 2.1.1 Bayi Baru Lahir 2.1.1.1 Pengertian BBL Bayi baru lahir juga di namakan neonatus merupakan individu yang sedang berkembang dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstra uterine. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badan nya 2500-4000 gram (Dewi, 2012; h .1)

Bayi baru lahir normal adalah Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37-42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan. (Rukiyah, 2010; h. 2).

2.1.1.2 Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Ciri-ciri BBL normal sebagai berikut : a) Lahir aterem antara 37-42 minggu. b) Berat badan 2500-4000 gram. c) Panjang badan 48-52 cm. 9

10

d) Lingkar dada 30-38 cm. e) Lingkar kepala 33-35 cm. f) Lingkar lengan 11-12 cm. g) Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit. h) Pernafasan ± 40-60x/menit. i) Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup. j) Rambut lanugo tidak trlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna. k) Kuku agak panjang dan lemas l) Nilai APGAR >7. m) Gerak aktif n) Bayi lahir langsung menangis kuat o) Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada daerah pipi dan daerah mulut)sudah terbentuk dengan baik. p) Reflex sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik. q) Reflex moro (gerakan memeluk bila di kagetkan) sudah terbentuk dengan baik. r) Reflek grasping (menggenggam) sudah baik. s) Genetalia

11

a. Pada laki-laki di tandai dengan testis yang berada pada scrotum dan penis yang berlubang. b. Pada perempuan kematangan di tandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta ada nya labia mayora dan minora. t) Eliminasi baik yang ditandai dengan keluar nya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitan dan kecoklatan (Dewi, 2012; h. 2) Table 2.1 Tanda APGAR

Tanda Appearance ( warnakulit)

Nilai :0 Pucat/biru seluruh tubuh

Nilai :1 Tubuh kemerahan ekstremitas biru

Nilai :2 Seluruh tubuh kemerahan

Pulse (denyut jantung )

Tidak ada

<100

>100

Grimace ( refleks) Activity (tonus otot )

Tidak bereaksi

sedikit gerakan

Lumpuh

Ekstremitas sedikit fleksi

Respiration (pernafasan)

Tidak ada

Lembat, tidak teratur

Reaksi melawan menangis Gerakan aktif, ekstremitas fleksi dengan baik Menangis kuat

(Muslihatun, 2010; h. 29) Interprestasi : a. Nilai 1-3 asfiksia berat b. Nilai 4-6 asfiksia sedang c. Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)

2.1.1.3 Tahapan Bayi Baru Lahir : a) Tahap I terjadi segera setelah lahir selama menit menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring

12

apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu. b) Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan prilaku. c) Tahap III disebut tahap periodik, pemeriksaan pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi seluruh tubuh ( Dewi , 2012; h. 3)

2.1.1.4 Reflek Pada Bayi Baru Lahir 1. Reflex moro Reflek dimana bayi akan mengembangkan tangan lebar-lebar dan melebarkan jari-jari, lalu mengembalikan dengan tarikan yang cepat seakan-akan memeluk seseorang. 2. Reflex rooting. Reflek ini timbul karena rangsang taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan memutar kepala seolah mencari putting susu. 3. Reflex sucking Reflek ini timbul bersama reflex rooting untuk menghisap putting susu dan menelan.

13

4. Reflex graps Reflek yang timbul jika ibu jari di letakkan pada telapak tangan bayi, lalu bayi akan menutup telapak tangan nya. Respon yang sama dapat di peroleh ketika telapak kaki di gores dekat ujung jari kaki menyebabkan ujung jari kaki menekuk 5. Reflex tonicneck Reflex yang timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh ke kanan atau kekiri jika di posisikan tengkurap. Reflex ini tidak dapat di lihat pada bayi yang berusia 1 hari. Reflex ini dapat di amati berusia 3-4 bulan. 6. Reflex babinsky Reflex ini akan muncul bila ada rangsangan pada telapak kaki. Ibujari akan bergerak keatas dan jari-jari lain nya membuka. Reflex ini bias nya menghilang setelah 1 tahun. 7. Membengkok kan badan (reflex galant) ketika bayi tengkurap, goresan pada punggung menyebabkan pelvis membengkok ke samping. Reflex ini berkurang pada usia 2-3 bulan. 8. Walking dan stapping Repleks yang timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan spontan kaki melangkah kedepan walau pun bayi tersebut belum bisa berjalan. Refleks ini terkadang sulit

14

diperoleh sebab tidak semua bayo kooperatif. Meskipun secara terus-menerus, refleks ini biasanya dapat dilihat, refleks menginjak biasanya berangsur-angsur menghilang pada usia 4 bulan. 9.

Refleks bauer / merangkak Refleks akan terlihat pada bayi aterm dengan posisi bayi tengkurap. Bayi baru lahir akan melakukan gerakan merangkak dengan menggunakan lengan dan tangkainya. Refleks ini menghilang pada usia 6 minggu. (Rohani, 2011; h. 249-250)

10. Neck righting Refleks bila bayi terlentang, bahu dan badan kemudian pelvis berotasi kearah dimana bayi berputar. Dijumpai selama 10 bulan pertama. 11. Palmar grasp (menggenggam) Letakkan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika refleks lemah atau tidak ada, berikan bayi botol atau dot kerena menghisap akan mengeluarkan refleks. 12. Startle (keget) Bertepuk tangan dengan keras, bayi mengekstensi dan memfleksi lengan dalam berespons terhadap suara yang keras ,tangan tetap rapat. Reflek ini akan menghilang setelah umur

15

4 bulan jika tidak adanya reflek, menunjukan adanya gangguan pendengaran. 13. Ekstrusi Sentuhan lidah dengan ujung spatel lidah , lidah ekstensi kearah luar bila disentuh dijumpai pada umur 4 bulan untuk mengetahui ada sindrom down (uliyah, 2011; h. 151)

2.1.1.5 Penampilan Pada Bayi Baru Lahir Penampilan pada BBL sebagai berikut: a. Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling, perlu dikurangi rangsangan terhadap reaksi rayuan, rangsangan sakit, atau suara keras yang mengejutkan atau suara mainan. b. Keaktifan, Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan yang simetris pada waktu bangun. c. Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang d. Kepala : apakah terlihat simetris. e. Muka wajah, bayi tampak ekspresi. f. Mata : perhatikan kesimetrisan antara mata kanan dan kiri. g. Mulut. Penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu seperti mulut ikan, tidak ada tanda-tanda kebiruan pada mulut bayi. h. Leher,

dada,

abdomen:melihat

adanya

cidera

akibat

persalinan, perhatikan ada tidaknya kelainan pada pernapasan bayi, karena biasanya bayi masih ada pernapasan perut.

16

i. Punggung.Adanya benjolan atau tumor atautulang punggung dengan lekukan yang kurang sempurna j. Kulit dan kuku. Dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan. k. Kelancaran menghisap dan pencernaan. Harus diperhatikan tinja dan kemih diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. (Rukiyah, 2010; h. 3-5) 2.1.1.6 Manajemen Bayi Baru Lahir Normal

BAGAN A :

   

PENILAIAN : Bayi cukup bulan Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium Bayi menangis atau bernafas Tonus otot bayi baik

ASUHAN BAYI BARU LAHIR

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Jaga kehangatan Bersihkan jalan nafas (bila perlu) Keringkan dan tetap jaga kehangatan Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapaun, kira – kira 2 menit* setelah lahir. Lakukan inisiasi menyusui dini dengan cara kontak kulit bayi dengan kulit ibu. Bayi Baru Lahir1% pada kedua mata. BeriPenatalaksanaan salep mata antibiotik tetrasiklin Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, dipaha kiri anteroteral setelah inisiasi menyusui dini. Beri imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuskular, dipaha kanan anterolateral, diberikan kira – kira 1 – 2 jam setelah pemberian vitamin K1

17

a) Penilaian bayi baru lahir Apakah bayi menangis kuat atau bernapas megap megap, apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas, jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap megap atau lemah maka segera lakukan resusitasi pada bayi. (Maryanti, 2010; h. 3) b) Jaga kehangatan bayi 1. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan handuk / kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu. 2. Untuk mencegah terjadinya hipotermi, bayi baru lahir harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering kemudian diletakkan tertelungkup diatas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu. 3. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai tubuh bayi stabil.pada bayi baru lahir cukup bulan dengan berat badan lebih dari 2.500 gram dan menanggis kuat biasa dimandikan ± 24 jam setelah kelahiran dengan tetap mengunakan air hangat. Pada bayi baru lahir beresiko yang berat badan kurang dari 2.500 gram atau keadaannya sangat lemah sebaiknya jangan dimandikan sampai suhu tubuhnya stabil dan mampu mengisap asi dengan baik.

18

4. Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir. Ada empat cara yang membuat bayi kehilangan panas yaitu melalui: a) Konduksi

Panas di hantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi. sebagai contoh: ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang

bayi

pada

saat

tangan

dingin

dan

menggunakan stetoskop dingin untuk BBL. b) Konveksi Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak. sebagai contoh: konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menepatkan BBL dekat jendela atau membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin. c) Radiasi Panas di pancaran dari BBL keluar tubuhnya kelingkun gan yang lebih dingin. sebagai contoh: membiarkan BBL dalam ruangan AC tanp di berikan pemana, membiarkan BBL dalam keadaan telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin (dekat tembok) d) Evaporasi

19

Panas

hilang

melalui

proses

penguapan

yang

bergantung pada kecepatan dan kelembapan udara (pemindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap) (APN, 2008; h. 123). c) Memotong dan mengikat tali pusat 1. Klem dan potong tali pusat setelah dua menit setelah bayi lahir. Lakukan terlebih dahulu penyuntikan oksitosin, sebelum tali pusat di potong. 2. Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu (agar tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Kemudian jepit dengan klem kedua tali pusat yang isinya sudah dikosongkan (sisi ibu), berjarak 2 cm dari tempat jepitan pertama. 3. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril. 4. Ikatan tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkar

kembali

benang

tersebut

mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya

dan

20

5. Lepaskan klem tali pusat dan masukan kedalam larutan klorin 0,5% (APN, 2008; h. 130). d) Inisiasi menyusu dini Untuk mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi, setelah di lahirkan sebaiknya bayi langsung di letakakan di dada ibunya sebelum bayi di bersihkan, sentuhan kulit dengan kulit mampu menghadirkan efek psikologis yang dalam di antara ibu dan anak. Langkah inisiasi menyusu dini: 1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam. Dianjurkan agar tetap melakukan kontak kulit ibu bayi selama 1 jam pertama kelahirannya walaupun bayi telah berhasil menghisap putting susu ibu dalam waktu kurang dari 1 jam. 2) Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan. 3) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan ( APN, 2008; h. 127) e) Pemberian salep mata

21

Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu Pencegahan infeksi tersebut mengandung antibiotic tetracylin 1%.Salep mata harus tepat diberikan pada waktu satu jam setelah kelahiran.Upaya pencegahan infeksi mata

tidak

efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran (APN, 2008; h. 137). f) Pemberian vitamin K1 Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin k injeksi 0,5 ml lintramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat defiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir (APN, 2008; h. 137) g) Cara Pencegahan Infeksi Berikut adalah beberapa cara untuk melakukan pencegahan infeksi 1. Cuci tangan dengan sabun dan air atau gunakan cairan pembersih tangan berbasis alkohol,pada saat sebelum dan sesudah merawat bayi, sesudah melepas sarung tangan, dan sesudah memegang instrument atau barang yang kotor. 2. Beri petunjuk pada ibu dan anggota keluarga lainnya untuk cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.

22

3. Basahi kedua tangan dengan mencuci tangan selama 10-15 detik dengan sabun dan air mengalir, dan keringkan dengan handuk. 4. Membersihkan tangan dengan cairan alkohol. 5. Gunakan alat-alat perlindungan pribadi (Dewi, 2012; h. 16-17) h) Pemberian imunisasi Hepatitis B Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu sampai bayi. Imunisasi Hepatitis B pertama diberikan satu jam setelah pemberian Vitamin K1, pada saat bayi baru berumur 2 jam. Selanjut nya Hepatitis B dan DPT diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Di anjurkan BCG dan OPV diberikan pada saat bayu berumur 24 jam (pada saat bayi pulang dari klinik) atau pada usia 1 bulan (KN). Selanjutnya OPV diberikan sebanyak 3 kali pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu untuk kembali pada jadwal imunisasi brikutnya (APN, 2008; h. 137) i) Pemberian ASI

Rangsangan isapan bayi pada puting akan diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Dimana hormon inilah yang akan memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Pada hari-hari pertama

23

kelahiran bayi, apabila penghisapan puting susu cukup adekuat maka dihasilkan secara bertahap menghasilkan 10100 cc ASI. Produksi ASI akan optimal setelah sehari 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi ASI 700-800 cc ASI per hari (kisaran 600-1000 cc) untuk menambah tumbuh kembang bayi. Produksi ASI mulai menurun (500-700 cc) setelah 6 bulan pertama dan menjadi 400-600 cc pada 6 bulan kedua. Produksi ASI sksm menjadi 300-500 cc pada tahun kedua usia anak (Rukiyah, 2010; h. 25). j) Posisi dan Perlekatan Menyusui Beberapa langkah – langkah menyusui yang benar adalah sebagi berikut : 1) Cuci tangan yang bersih dengn sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di sekitar putting dan berbaring dengan santai. 2) Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur/ kasur ibu harus merasa rileks. 3) Lengan ibu menopang kepala, leher, dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis lurus ), muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung bayi di depan putting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap perut ibu. Bayi seharusnya berbaring miring dengan seluruh tubuhnya menghadap ibu. Kepalanya harus sejajar dengan tubuhnya, tidak

24

melengkung kebelakang/ menyamping, telinga, bahu, dan panggul bayi berada dalam satu garis lurus. 4) Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan mengamati bayi yang siap menyusu: membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh. Bayi harus berada dekat dengan payudara ibu. Ibu tidak harus mencondongkan badan dan bayi tidak merenggangkan lehernya untuk mencapai putting susu ibu. 5) Ibu menyentuhkan putting susunya kebibir bayi, menungu hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap putting susu tersebut. Ibu memegang payudara dengan satu tangan dengan cara meletakan empat jari di bawah payudara dan ibu jari di atas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf “ C ”. semua jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan areola. 6) Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Dagu rapat ke payudara ibu dan hidungnya meyetuh bagian atas payudara. Bibir bawah bayi melengkung keluar. 7) Bayi diletakan menghadap ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus, hadapkan bayi ke dada

25

ibu sehingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke putting susunya dan menungu sampai mulut bayi membuka lebar. 8) Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan putting dari mulut

bayi dengan cara memasukan

kelingking ibu diantara mulut dan payudara. 9) Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk - nepuk punggung bayi (Dewi, 2012; h. 12). k) Pemeriksaan antropometri a. Berat badan b. Lingkar kepala c. Lingkar dada d. Lingkar lengan e. Panjang Badan l) Pemeriksaan fisik bayi Adapun pemeriksaan bayi yang dilakukan adalah sebagian berikut: 1. Kadaan umum 2. Kepala 3. Abdomen 4. Memeriksa adanya pengeluaran mekonium

26

2.1.1.7 Asuhan Neonatus di Rumah Pemberian asuhan neonatus dirumah dilakukan melalui kunjungan bersama dengan kunjungan pada ibu. Kunjungan neonatus ( KN) dilakukan sejak bayi usia satu hari sampai usia 28 hari, kunjungan pertama (KN 1) dilakukan pada hari pertama hingga ke-7 setelah bayi dilahirkan, sedangkan kunjungan kedua ( KN 2) dilakukan pada hari ke 8 hingga ke 28.

Adapun tujuan dari kunjungan

neonatus, yaitu melakukan pemeriksaan ulang pada bayi baru lahir.

1. Kunjungan Neonatal pertama (KN 1) Kunjungan neonates pertama dilakukan pada hari pertama sampai ke-7 setelah kelahiran. Kunjungan dimulai dengan wawancara singkat dengan ibu atau ayah tentang: a. Riwayat maternal, riwayat kelahiran dan perawatan neonatus segera setelah lahiran. b. Observasi orang tua dan lakukan wawancara tentang penyesuaian keluarga. c. Kaji riwayat interval bayi baru lahir: pemberian makan, kewaspadaan, menanggis, dan juga masalah pada usus (intestinal), kantong kemih, serta masalah lainnya. d. Berikan penyuluhan dan pedoman antisipasi. e. Jadwalkan kunjungan dalam 6-8 minggu untuk imunisasi dan chek up lebih lanjut.

27

2. Kunjungan Neonatal kedua (KN 2) Kunjungan kedua dilakukan pada hari ke-8 sampai ke-28 setelah

kelahiran.

Selain

pengkajian

diatas

lakukan

pengamatan apakah bayi tergolong sehat atau tidak.

Tanda tanda bayi sehat diantaranya: a. Bayi lahir segera menanggis b. Seluruh tubuh bayi kemerahan c. Bayi bergerak aktif d. Bayi biasa menghisap putting susu dengan kuat e. Bayi lahir 2500 gram atau lebih f. Setiap sebulan berat badan anak bertambah mengikuti pita hijau pada KMS g. Perkembangan dan kepandaian anak bertambah sesuai usia. h. Anak jarang sakit, gembira, ceria, aktif, lincah dan cerdas. (Yulifah, 2012; h. 93-95) Tanda bayi sakit berat: a. Tidak mau menyusu a. Lesu atau memperlihatkan selama 48 jam b. Bayi belum defekasi selama 48 jam c. Bayi tidak berkemih dalam 24 jam pertama d. Suhu bayi di bawah 360 C

28

e. Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan warna kulit tampak kuning coklat atau persik f. Kejang g. Kaki dan tangan teraba dingin atau bayi demam h. Badan bayi kuning i. Tali pusat basah dan berbau j. Gerakan dua lengan dan kaki lemah k. Berat badan tidak naik l. Pada KMS garis pertumbuhan turun, datar, pindah kepita warna di bawah garis merah atau (BGM) 2.1.1.8 Rencana asuhan bayi usia 2-6 hari Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam asuhan pada bayi, yaitu sebagai berikut: 1. Minum Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung banyak zat gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, baik kualitas maupun kuantitasnya. berikan asi sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi. yaitu 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam) bergantian antara payudara kiri dan kanan. berikan asi saja (asi eksklusif) sampai bayi berusia 6 bulan. selanjutnya pemberian asi diberikan hingga anak berusia 6 bulan. selanjutnya asi diberikan pada anak berusia 2 tahun

29

banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari asi tidak saja dalam keuntungan pertumbuhan dan perkembangan bayi. tetapi juga hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi yang akan memberikan dukungan sangat besar terhadap terjadinya proses pembentukan emosi positif pada anak, dan berbagai keuntungan bagi ibu. 2. Defekasi (BAB) Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah hari ketiga dan keenam feses transisi (berwarna coklat sampai hijau karena adanya mekonium) dikeluarkan sejak hari ketiga sampai keenam. feses dari bayi asi lebih lunak, berwarna kuning emas, dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit. 3. Berkemih (BAK) Fungsi ginjal bayi belum sempurna selama dua tahun pertama kehidupan nya. biasanya terdapat urine dalam jumlah yang kecil pada kandung kemih bayi

saat lahir, tetapi ada

kemungkinan urine tersebut tidak dikeluarkan selama 12-24 jam. berkemih sering terjadi pada periode ini dengan frekuensi 6-10 kali sehari dengan warna urine yang pucat. 4. Tidur Dalam 2 minggu pertama setelah lahir bayi, normal nya sering tidur. Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata

30

tidur selama 16 jam sehari. pada umum nya bayi terbangun sampai malam hari pada usia 3 bulan. Sebaiknya ibu menyediakan selimut dan ruangan yang hangat, serta memastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Jumlah waktu tidur bayi akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia bayi, pola ini dapat berkurang seiring dengan bertambahnya usia bayi, pola ini dapat terlihat pada tabel berikut: Tabel 2.2 perubahan pola tidur Usia

Lama tidur

1 minggu

16,5 jam

1 tahun

14 jam

2 tahun

13 jam

5 tahun

11 jam

9 tahun

10 jam

5. Kebersihan kulit Kebersihan kulit bayi benar-benar dijaga. walaupun mandi dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus dilakukan setiap hari, tetapi bagian-bagian seperti muka, bokong, dan tali pusat perlu dibersihkan secara teratur sebaik nya orang tua maupun orang lain yang ingin memegang bayi diharuskan untuk mencuci tangan terlebih dahulu.

31

6. Keamanan Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga keamanan bayi adalah dengan tetap menjaga nya jangan sekalipun meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. selain itu juga perlu dihindari untuk memberikan apapun kemulut bayi selain asi, karena bayi bisa tersedak dan jangan mengunakan alat penghangat buatan ditempat tidur bayi. (Dewi, 2012; h. 27-31) a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit b. Terlalu hangat >380C atau terlalu dingin <360C c. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama) biru, pucat atau memar d. Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, dan mengantuk berlebihan e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk dan berdarah. f. Terdapat

tanda-tanda

infeksi

seperti

suhu

tubuh

meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan, dan pernapasan sulit g. Tidak BAB dalam 3 hari h. Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bias tenang menangis terus menerus

2.1.1.9 Penyuluhan pada ibu dan keluarga sebelum bayi pulang

32

a) Perawatan tali pusat banyak terdapat tentang cara terbaik untuk merawat tali pusat. Telah dilaksanakan beberapa uji klinis untuk membandingkan cara perawatan tali pusat agartidak terjadi peningkatan infeksi yaitu dengan membiarkan luka tali pusat terbuka dan membersihkan luka hanya dengan air bersih.

Negara

negara

yang

beriklim

tropis

perlu

mewaspadai pengunaan alkohol yang dahulu populer dan terbukti efektif untuk membersihkan tali pusat, karena sesungguhnya alkohol akan mudah menguap didaerah panas dan dengan demikian efektifnya akan menurun. b) Pemberian asi c) Jaga kehangatan bayi berikan bayi pada ibunya secepat mungkin, kontak antara ibu dengan kulit bayi sangat penting dalam rangka menghangatkan serta mempertahankan panas tubuh bayi kehangatan tubuh ibu merupakan sumber panas yang efektif. hal ini terjadi bila ada kontak langsung antara kulit ibu dengan kulit bayi. Prinsip ini dikenal dengan skin to skin kontak atau metode kanguru. Perawatan dengan kanguru merupakan cara efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu kehangatan, keselamatan, kasih sayang, ASI, perlindungan dari infeksi dan stimulasi.

33

d) Tanda-tanda bahaya jika muncul tanda- tanda bahaya, ajarkan ibu untuk: 1. Ibu pertolongan pertama sesuai kemampuan ibu yang sesuai kebutuhan sampai bayi memperoleh perawatan medis lanjutan. 2. Membawa bayi ke RS atau klinik terdekat untuk perawatan tindakan segera. e) Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara memproduksi iminusasi aktif buatan untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan cara memasukan suatu zat ke dalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral. f) Perawatan harian/rutin g) Pencegahan infeksi dan kecelakaan (Dewi, 2012; h. 27-31) 2.1.1.10 Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir harus di waspadai,di deteksi lebih dini untuk segera di lakukan penanganan agar tidak mengancam nyawa bayi, seperti: a) Penafasan sulit atau lebih dari 60 x/m b) Retraksi dada saat inspirasi c) Suhu lebih dari 380C atau kurang dari 36ºC d) Sianosis sentral lidah biru e) Memar atau sangat kuning(terutama pada 24 jam terakhir)

34

f) Sulit minum, kejang-kejang kecil, merintih, perdarahan g) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan berbau busuk (Rukiyah, 2010; h. 5)

2.1.1.11 Skrining Imunisasi TT Imunisasi selama kehamilan sangat penting dilakukan untuk mencegah penyakit yang dapat menyebabkan kematian ibu dan janin. Jenis imunisasi yang diberikan adalah Tetanus Toxoid (TT) yang dapat

mencegah penyakit

tetanus. Selama

kehamilan bila ibu hamil statusnya T0 maka hendaknya mendapatkan minimal 2 dosis (TT1 dan TT2 dengan interval 4 minggu dan bila memungkinkan untuk mendapatkan suntikan TT 3 sesudah 6 bulan berikutnya). bila memungkinkan juga diberikan TT3 dengan interval 6 bulan (bukan 4 minggu/ I bulan). Bagi bumil dengan status T2 maka bisa diberikan satu kali suntikan bila interval suntikan sebelumnya lebih dari 6 bulan. Bila statusnya T3 maka suntikan selama hamil cukup sekali dengan jarak minimal setahun dari suntikan sebelumnya. Ibu hamil dengan status T4 pun dapat diberikan sekali suntikan (TT5) bila suntikan terakhir telah lebih dari setahun dan bagi ibu hamil dengan status T5 tidak perlu di suntik TT lagi karena telah mendapatkan kekebalan seumur hidup (25 tahun).

35

Tabel : Pemberian Suntikan TT Status

Jenis suntikan TT

T0

Belum pernah mendapatkan suntikan TT

T1 T2

TT1 TT2

T3 T4

TT3 TT4

T5

TT5

Interval waktu

4 minggu dari TT1 6 bulan dari TT2 Minimal 1 tahun dari TT3 3 tahun dari TT4

Lama perlindungan

Persentase perlindungan

3 tahun

80 95

5 tahun 10 tahun

99 99

Seumur hidup

(Sulistyawati, 2012; h. 120-121) 2.1.2 Perawatan Tali Pusat 2.1.2.1 Tali Pusat Tali pusat (funikulus umbilikalis) atau disebut juga funis merentang dari umbilicus janin kepermukaan fetal plasenta dan mempunyai panjang 50-55cm. tali pusat membungkus dua buah pembuluh arteri umbilikalis yang mengangkut darah yang sudah diambil oksigennya dari dalam tubuh janin, vena umbilikalis yang tunggal membawa darah yang sudah dibersihkan dari plasenta kedalam janin.pembuluh darah umbilikalis tertanam dalam subtansi gelatinosa yang dikenal dengan nama jeli Wharton. Jeli ini dilindungi pembuluh darah tersebut terhadap kompresi (tekanan) dan membantu mencegah penekukan tali pusat. Jeli Wharton akan mengembang jika terkena udara. (Sodikin, 2012; h. 7) Diameter tali pusat antara 15-20 cm, dengan panjang rata rata antara 50 cm, terdiri atas dua arteri umbilikalis dan satu vena

36

umbilikaslis, bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion, di dalam terdapat jaringan yang lembek, yang dinamakan selai warthon. Selai warthon berfungsi melindungi dua arteri dan satu vena umbulikalis yang berada dalam tali pusat. (Sulistyawati, 2012; h. 47)

2.1.2.2 Fungsi Tali Pusat Tali pusat pada janin berfungsi sebagai alat pernapasan pertukaran gas sepenuhnya di lakukan oleh plasenta. darah mengalir dari plasenta janin melalui vena umbilikalis yang terdapat di dalam tali pusat. jumlah darah yang mengalir melalui tali pusat adalah sekitar 125 ml/kg/BB per menit atau sekitar 500 ml per menit (Sodikin, 2012; h.15).

a) Struktur Tali Pusat Tali pusat normalnya dari tiga bagian, dua arteri dan satu vena dikelilingi. Arteri dan vena umbilikus terlindung dalam sumbu umbilikus. Sumbu tersebut dipenuhi dengan bahan gelatinosa yang disebut jeli wharton, yang membantu mencegah kekusutan. (Deooly, Lamb, Helseth [1986] dalam Romero, Pilu, Jeanty, Ghidini, Hobbins, 2002) dan Hamilton (1985). Sumbu tersebut merupakan perpanjangan dari body stalk pada awal perkembangan embrionik dan mempunyai panjang sekitar 60 cm pada term. Vena umbilikalis sebelah

37

kanan biasanya menghilang pada awal perkembangan janin, yang tertinggal hanya vena umbilikalis sebelah kiri. Pada penampang setiap bagian tali pusat dekat bagian tengahnya terdapat saluran kecil dari vesikel umbilikalis yang di lapisi oleh sel epitel kubis atau pipih. Pada bagian yang berbeda di dekat umbilikalis, terdapat saluran lain yang merupakan sisa dari alantoin. Bagian intra abdominal

vesikel umbilikalis

yang

memanjang

dari

umbilikalis sampai usus biasanya atrofi dan menghilang, namun

kadang

tetap

paten

dan

membentuk

divertikulum Meckel. Kelainan vaskular yang biasanya di ketemukan pada tali pusat manusia adalah tidak adanya satu arteri umbilikalis. Tali pusat (funis) memanjang dari umbilikalis sampai ke permukaan fetal plasenta. Permukaannya berwarna putih kusam, lembap, dan tertutup amnion yang ketiga pembuluh darah umbilikalis dapat terlihat melaluinya. Diameter tali pusat ±1-2,5 cm dengan rata-rata panjang 55 cm, namun memilik rentan panjang antara 30-100 cm. Lipatan dan kelokan

pembulh-pembuluh

darah,

membuatnya

lebih

panjang dari tali pusat, sering menimbulkan nodulasi pada permukaan, atau simpul palsu (varises). Matriks dari tali pusat terdiri dari Jeli Wharton.

38

Setelah proses fiksasi pembuluh pusat akan tampak kosong. Bila difiksasi dalam keadaan distensi normal, tampak pada arteri umbilikalis adanya lipatan intima transversal dari Hoboken yang melintas bagian dari lumennya. Mesoderrm tali pusat, yang berasal dari alantoin, akan menyatu dengan amnion. Sirkulasi darah vena umbilikalis melalui dua rute duktus venosus yang langsung mengosongkan isinya ke vena inferior, serta melalui beberapa pembuluh darah yang lebih kecil ke dalam sirkulasi hepatik janin kemudian ke vena kava inferior melalui vena hepatika. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang tahanan nya lebih kecil. Tahan di dalam duktus venosus diatur oleh suatu klep yang terletak pada bagin awal duktus venosus di umbilikalis dan diinervasi oleh saraf vagus (Sodikin, 2012; h. 12)

b) Fungsi Tali Pusat Fungsi tali pusat adalah: 1. Memberikan makanan kepada janin 2. Ekskresi hormone 3. Respirasi janin, pertukaran O2 dan CO2 antara janin dan ibu 4. Menbentuk hormon estrogen

39

5. Menyalurkan berbagai antibodi dari ibu 6. Sebagai barrier terhadap

janin

dari

kemungkinan

masuknya mikroorganisme/kuman (Sulistyawati, 2012; h. 20).

2.1.2.3 Pemotongan Tali Pusat Pada menejemen aktif persalinan kala tiga tali pusat segera dijepit dan dipotong setelah persalinan. Ini dilakukan untuk memungkinkan intervensi menejemen aktif yang lain Adapun caranya adalah: a) Pada menejemen menunggu, penjepitan tali pusat biasanya di lakukan setelah tali pusat berhenti berdenyut. b) Tali pusat di potong diantara dua klem, yang pertama di tempatkan pada jarak 4 atau 5 cm dari perut bayi, dan yang kedua atau 3 cm dari perut bayi (Sodikin, 2012; h. 39-40)

2.1.2.4 Pengikatan Tali Pusat Klem dan potong tali pusat setelah dua menit setelah bayi baru lahir.Lakukan terlebih dahulu penyuntikan oksitosi, sebelum tali pusat dipotong. Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) (Sodikin, 2012; h. 44)

2.1.2.5 Waktu puputnya tali pusat

40

a) sisa tali pusat yang masih menempel diperut bayi ini akan terlepas dalam waktu 7-10 hari kadang kadang sampai 3 minggu baru terlepas (Budiarti, 2011; h. 48) b) Tali pusat akan puput pada hari ke 5 sampai ke 7tanpa ada komplikasi (Ronald, 2011; h. 40) 2.1.2.6 Perawatan Tali Pusat Perawatan tali pusat harus selalu kering dan bersih. tali pusat merupakan tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman dan bisa terjadi infeksi lokal.perlu perawatan tali pusat sejak manejemen aktif kala III pada saaat menolong kelahiran bayi.sisa tali pusat harus di pertahankan dalam keadaan terbuka dan di tutupi kain bersih secara longgar (Muslihatun, 2010; h. 45) Perawatan tali pusat adalah Tindakan sederhana yang paling penting adalah selalu asepsis cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat (prawirohardjo, 2012; h. 370)

Upaya untuk mencegah infeksi tali pusat sesungguh nya merupakan tindakan sederhana, yang penting adalah tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, dan selalu mencuci

tangan

dengan

menggunakan

air

bersih

dan

menggunakan sabun. Sudah banyak penelitian yang di lakukan untuk meneliti bahan yang di gunakan untuk merawat tali pusat. Perawatan talipusat secara medis menggunakan bahan anti septik yang meliputi alkohol 70% atau anti mikrobial seperti

41

povidon iodin 10% (Betadine), klorheksidin, lodium Tinsor, dan lain-lain yang disebut sebagai cara modern. Sedangkan perawatan talipusat metode tradisional mempergunakan madu, minyak Ghee (India), atau colostrum air susu ibu (Sodikin, 2011; h. 57) Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada Neonatus yangpenting perawatan tali pusat dengan cara yaitu: a) menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih b) cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat c) bersih kan dengan lembut kulit di sekitar tali pusat dengan kapas bersih d) sebungkus dengan longgar / tidak terlalu rapat dengan kasa bersih atau steril popok atau celana bayi harus di ikat dibawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat untuk menghindari dengan feses dan urin e) hindari penggunaan kancing, koin atau uang logam untuk membuat tekan tali pusat. (Prawiroharjo, 2012; h. 370) f. Nasehat Untuk Merawat Tali Pusat Cara memberikan stimulasi bagaimana cara melakukannya antara lain :

42

1) Jangan membungkus tali pusat dan mengoleskan cairan atau bahan apapun,boleh mengoleskan alcohol/betadine jika pemotongan tali pusat tidak terjamin DTT/steril. 2) Jika tali pusat kotor bersihkan hati-hati dengan air DTT lalu keringkan. 3) Jika tali pusat merah atau ada nanah segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir. (Rukiyah, 2011; h. 11)

Salah satu cara yang disarankan WHO dalam perawatan tali pusat adalah dengan menggunakan pembalut kassa bersih yang sering diganti. Tali pusat tidak boleh ditutup rapat dengan menggunakan apapun karena akan menyebabkan tali pusat menjadi lembab. selain memperlambat lepasnya tali pusat penutupan tali pusat juga akan menyebabkan resiko infeksi. Bila terpaksa di tutup, tutup atau ikatlah dengan loggar pada bagian atas tali pusat dengan mempergunakan kassa steril, dan pastikan bagian pangkal tali pusat terkena udara bebas. (Sodikin, 2011; h. 59-61)

2.1.2.7 Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan

43

terhadap infeksi karena system imunitasnya yang masih belum sempurna. a) Kewaspadaan Pencegahan Infeksi Sebaiknya Ibu atau siapapun yang kontak dengan bayi harus memiliki kewaspadaan akan terjadinya penularan infeksi. Kewaspadaan tersebut dapat di bangun melalui hal-hal berikut : 1. Anggaplah setiap orang yang kontak dengan bayi berpotensi menularkan infeksi. 2. Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan basis alkohol sebelum dan sesudah merawat bayi. 3. Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan. 4. Gunakan pakaian pelindung, seperti celemek atau gaun lainnya bila diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya. 5. Bersihkan dan bila perlu lakukan desinfeksi peralatan serta barang yang digunakan sebelum daur ulang. 6. Bersihkan ruang perawatan pasien secara rutin. 7. Letakkan bayi yang mungkin dapat terkontaminasi lingkungan, misalnya bayi dengan diare yang terinfeksi di dalam ruangan khusus (Dewi, 2012; h. 16-17)

2.1.2.8 Cara Pencegahan Infeksi

44

Berikut adalah beberapa cara untuk melakukan pencegahan infeksi a) Cuci tangan dengan sabun dan air atau gunakan cairan pembersih tangan berbasis alkohol, pada saat sebelum dan sesudah merawat bayi, sesudah melepas sarung tangan, dan sesudah memegang instrument atau barang yang kotor. b) Beri petunjuk pada ibu dan anggota keluarga lainnya untuk cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi. c) Basahi kedua tangan dengan mencuci tangan selama 10-15 detik dengan sabun dan air mengalir, dan keringkan dengan handuk. d) Membersihkan tangan dengan cairan alkohol. e) Gunakan alat-alat perlindungan pribadi (Dewi, 2012; h. 1617)

2.1.2.9 Perdarahan Tali Pusat A. Definisi Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul akibat dari trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukan trombus normal. Selain itu, perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi.

45

B. Konsep Dasar Perdarahan tali pusat dapat di sebabkan oleh trauma, ikatan tali pusat yang longgar, atau kegagalan pembentukan thrombus yang normal. Kemungkinan lain sebab perdarahan adalah penyakit perdarahan pada neonatus dan infeksi lokal maupun sistemik. Tali pusat harus diawasi terus-menerus pada hari-hari pertama agar perdarahan yang terjadi dapat tanggulangi secepat nya. (Rukiyah, 2010; h. 276) C. Etiologi Perdarahan tali pusat dapat terjadi karena robekan umbilikus, robekan pembulu darah, serta plasenta previa, dana brubsio plasenta. 1) Robekan umbilikus normnal, yang biasanya terjadi karena: a) Partus presipitatus. b) Adanya trauma atau lilitan tali pusat c) Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan yang yang berlebihan pada saat persalinan. d) Kelainan penolong persalinan yang dapat menyebabkan tersayatnya dinding umbilikus atau plasenta sewaktu SC.

46

2) Robekan umbilikus abnormal, biasanya terjadi karena: a. Adanya hematoma pada umbilikus yang kemudian hematoma tersebut pecah, namun perdarahan yang terjadi masuk kembali kedalam plasenta. Hal ini sangat berbahaya bagi bayi karena dapat menimbulkan kematian pada bayi. b. Varises juga dapat menyebabkan perdarahan ketika varises tersebut pecah. c. Aneruisma pembuluh darah setempat saja karena salah dalam proses perkembangan atau tejadi perkembangan atau terjadi kemunduran dinding pembulu darah. Pada aneurisma, pembulu darah rapuh dan mudah pecah. d. Penatalaksanaan a) Pada perdarahan umbilicus akibat ikatan yang longgar, dapatdi kencangkan kembali pengikat tali pusat.Perdarahan juga di sebabkan oleh jepitan atau tarikan dari klem. Jika perdarahan tidak betrhenti setelah 15-20 menit maka tali pusatnya harus segera dilakukan

beberapa

jahitan

pada

luka

bekas

pemotongan tersebut. b) Perdarahan unbilikus akibat robekan umbilicus harus segera di jahit. Kemudian segera lakukan rujukan untuk mengetahui apakah ada kelainan lain seperti

47

kelainan anatomic pembuluh darah sehingga dapat segera bilakukan tindakan oleh dokteratau rumah sakit. c) Perdarahan pada abrubsio plasenta, plasenta previa dan kelainan lainnya, bidan harus segera merujuk. Bahkan rujukan lebih baik segera dilakukan jika kelainan tersebut sudah diketahui sebelum bayi lahir sehingga

dapat

dilakukan

tindakan

sesegera

mungkin untuk membuat peluang bayi lahir hidup lebih besar. (Rukiyah, 2010; h. 278)

2.2 TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN 2.2.1 Pengertian Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu proses pemecahan masalah yang di gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan serta keterampilan dalam rangkaian / tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada pasien. menejemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, proses di mulai dari penggumpulan dari data dasar dan berahir dengan evaluasi. ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat di aplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat di uraikan lagi menjadi langkah-langkah

48

yang lebih detail dan ini biasa berubah sesuai dengan kebutuhan klien (sulistyawati, 2012; h. 165)

2.2.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney Manajemen Asuhan Kebidanan menurut Varney terdiri dari 7 langkah, yaitu : 2.2.2.1 Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir. I. Pengkajian Pada langkah pertama ini di kumpulkan semua informasi yang akurat dan berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien.

Pengumpulan

data

dilakukan

melalui

anamnesis. Anamnesis adalah pengkajian dalam rangka mendapat kan data tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Anamnesa dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut: a) Allo anamnesis adalah anamnesis yang dilakukan pada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data yang akurat. (Sulistyawati, 2012; h. 166) a. Nama

49

selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil

dengan

nama

panggilan

sehingga

hubungan komunikasi antara bidan dan pasien menjadi lebih baik dan akrab. b. Umur Umur pasien seharusnya didapatkan dari anamnesa dan dicatat untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,

mental

dan

psikisnya

belum

siap.

Sedangkan usia lebih dari 35 tahun adalah masa reproduktif, sedangkan umur lebih dari 35 rentan sekali untuk terjadi perdarahan pada masa nifas. c. Agama Untuk mengetaui keyakinan pasien tersebut untuk memimbing atau mengarahkan pasien untuk berdoa. d. Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkant intelektual seingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikanya. e. Suku/ bangsa Berpengaruh pada sehari-hari.

adat istiadat atau kebiasaan

50

f. Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. g. Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila di perlukan. 1. Pengkajian Data Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir. a. Pengkajian Segera Setelah Lahir Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan

luar

uterus, yaitu dengan

menilai

APGAR, meliputi appearance (warna kulit), pulse (denyut jantung), grimace (reflek atau rangsangan terhadap rangsangan), activity (tonus otot) dan respiratory (usaha bernapas). Pengkajian sudah dimulai sejak kepala tampak dengan diameter besar di vulva (crowning). (muslihatun, 2010; h. 251) b. Pengkajian Keadaan Fisik

51

Setelah pengkajian segera setelah lahir, untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami penyimpangan. (Muslihatun, 2010; h. 251) Data Subyektif bayi baru lahir yang penting dan harus dikaji, adalah: a) Faktor genetik, meliputi kelainan/ganguan metabolik pada keluarga dan sindrom genetic. b) Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat abortus. c) Antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya riwayat perdarahan, preeklamsi, infeksi, gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur mekonium, amnionitis, ketuban pecah dini, perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenin persalinan. Data Objektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan antara lain:

1 Pemeriksaan Umum a) Keadaan umum

52

Yang perlu diperhatikan dalam kondisi umum ini adalah keadaan umum: kesadaran dan tanda-tanda vital (Muslihatun, 2010; h. 274) b) Pernafasan Pernafasan BBL normal 40-60 kali per menit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi (Dewi, 2010; h. 2) c) Suhu Aksila Sekitar 36,50C sampai 37,50C (Muslihatun, 2010; h. 253) d) Warna kulit Bayi baru aterm kelihatan pucat dibanding bayi preterm karena kulit lebih tebal. e) Denyut jantung Denyut jantun BBL normal antara 100-160 kali per menit, tetapi dianggap masih normal jika diatas 160 kali per menit dalam jangka waktu pendek. f) Tonus otot / tingkat kesadaran Rentang normal tingkat kesadaran BBL adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat di tenangkan jika rewel. Bayi dapat di bangunkan jika diam atau sedang tidur. g) Postur dan gerakan.

53

Postur normal BBL dalam keadaan istirahat adalah kepalan tangan longgar, dengan lengan, panggul dan lutut semi fleksi. h) Tali pusat. normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan mengkerut / mengecil dan tali pusat akan puput pada hari ke 5 sampai ke 7 tanpa adanya komplikasi i) Ekstremitas Periksa posisi gerakan reaksi bayi bila ekstremitas disentuh dan pembengkakan (Muslihatun, 2010; h. 253)

2 Pemeriksaan Fisik (Head to toe) a) Kepala Pemeriksaan

ubun-ubun,

sutura,

moulase,

caput

succedaneum, cephal haematoma, hidrosefalus, ubunubun besar, ubun-ubun kecil. b) Muka Pemeriksaan pada muka memperlihatkan simetris atau tidak dan tanda tanda paralis

c) Mata

54

Tujuan mengkaji mata untuk mengetahui bentuk dan fungsi

mata.

Dalam

setiap

pengkajian

selalu

dibandingkan antara mata kanan dan mata kiri, pada tehnik inspeksi yang dikaji adalah konjungtiva pucat atau tidak, mata odem atau tidak, strabismus atau tidak, dan adanya perdarahan subkonjungtiva atau tidak. (muslihatun, 2010; h. 253- 254) d) Telinga Pengkajian telinga secara umum bertujunan untuk mengetahui ada tidaknya keainan Jumlah, bentuk dan kesimetrisan. e) Hidung Hidung

dikaji

untuk

mengetahui

bentuk,

pola

pernapasan dan kebersihan. f) Mulut Tujuan mengkaji mata mulut untuk mengetahui bentuk dan ada tidak nya kelainan yaitu bentuk simetris / tidak, bibir tidak pucat dan kering, tidak ada labio palatoschizis, tidak ada labio schizis.

g) Leher

55

Tujuan mengkaji leher adalah Tidak ada pembesaran kelenjar untuk mengetahui bentuk leher serta organorgan penting yang berkaitan pengkajian inspeksi untuk melihat kelainan kulit apakah pucat, sianosis, ataukah ikterus dan tidak adanya pembengkakan, pemeriksaan palpasi dilakukan untuk melihat adanya pembesaran kelenjar

tyroid,

hemagioma

tanda

abnormalitas

kromosom dan lain lain. h) Dada Dada dikaji untuk mengetahui ada tidaknya kelainan bentuk, puting susu, gangguan pernapasan, bunyi jantung i) Abdomen Dalam melakukan pengkajian abdomen pastikan turgor kulit baik, tidak ada perdarahan tali pusat, tali pusat masih basah, tidak ada benjolan. j) Genetalia Pengkajian pada genetaliaadalah untuk mengetahui kelamin laki laki: panjang penis, testis sudah turun berada dalam skrotum, orivisium, uretra di ujung, kelainan (fimosis, hisposida / epispadia). Kelamin perempuan: labia mayora dan labia minora, klitoris,

56

orivisium vagina, orivisium uretra, dan lain-lain. (Muslihatun, 2010; h. 33-34). k) Anus Pengkajian pada anus bertujuan untuk memastikan anus berlubang, adanya atresiaani, dan mekonium. l) Neuro (a) Reflex moro Reflek dimana bayi akan mengembangkan tangan lebar-lebar

dan

melebarkan

jari-jari,

lalu

mengembalikan dengan tarikan yang cepat seakanakan memeluk seseoran. (b) Reflex rooting. Reflek ini timbul karena rangsang taktil pipi dan daerah mulut, Bayi akan memutar kepala seolah mencari putting susu. (c) Reflex sucking Reflek ini timbul bersama reflex rooting untuk menghisap putting susu dan menelan. (d)Reflex graps Reflek yang timbul jika ibu jari di letakkan pada telapak tangan bayi, lalu bayi akan menutup telapak tangan nya. Respon yang sama dapat di peroleh

57

ketika telapak kaki di gores dekat ujung jari kaki menyebabkan ujung jari kaki menekuk. (e) Reflex babinsky Reflex ini akan muncul bila ada rangsangan pada telapak kaki. Ibu jari akan bergerak keatas dan jarijari lain nya membuka. (Rohani, 2011; h. 251-252) m) Antopometri Bertujuan untuk melihat apakah bayi dalam keadaan normal dengan mengkaji BB, PB, LK, LD, LILA. (Muslihatun, 2010; h. 34)

2.2.2.2 Interpretasi Data Langkah ini dilakukan dengan mengindentifikasi terhadap diagnosis, atau masalah dan kebutuhan bayi berdasarkan data yang telah di kumpulkan pada data dasar subjektif dan objektif (Muslihatun, 2010; h. 254) 1. Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomeklatur diagnosis kebidanan. diagnose di dapatkan dari data subjektif dan data objektif. Contoh: Diagnosis

58

Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan (Muslihatun, 2010; h. 255) 2. Masalah Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis (Sulistyawati, 2012; h. 178) 3. Kebutuhan Kebutuhan adalah hal-hal yang di butuhkan oleh klien belum terdentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang di dapatkan dalam melakukan analisa data Contoh: diagnosis Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai usia kehamilan. (Muslihatun, 2010; h. 255) 2.2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial Langkah ke-3 ini Bidan mengidentifikasi masalah potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang mungkin akan terjadi berdasarkan diagnosa masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan.

2.2.2.4 Tindakan Segera Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis yang sudah di identifikasi sebelumnya, sehingga dapat diambil

59

keputusan ada tidaknya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan ada hal yang perlu di konsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi, contoh nya adalah bayi tidak segera bernafas spontan dalam 30 detik, segera lakukan resusitasi (Muslihatun, 2010; h. 185-255)

2.2.2.5 Perencanaan a. Menurut teori Pada langkah ini di rencanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat meliputi pengetahuan, teori yang up to date, perawatan berdasarkan bukti (evidence based care), serta di validasikan dengan asumsi mengenai apa yang di inginkan dan tidak di inginkan oleh pasien. dalam menyusun perencanaan sebaiknya pasien dilibatkan, karena pada ahirnya penggambilan keputusan dalam melaksanakan suatu rencana asuhan harus di setujui oleh pasien (sulistyawati, 2012; h. 182) Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada bayi baru lahir umumnya sebagai berikut : a. Penilaian sekilas b. Jaga kehangatan c. Cara memotong

60

d. Cara pencegahan infeksi e. Pemberian vit K f. Pemeriksaan fisik bayi

2.2.2.6 Pelaksanaan Tahap ini merupakan tahap mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efektif dan aman (Muslihatun, 2010; h. 256)

2.2.2.7 Evaluasi Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien, kita mengacu kepada beberapa pertimbangan berikut ini menurut (Sulistyawati, 2012; h.186187)

1) Tujuan asuhan kebidanan Meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan 2) Evektifitas tindakan untuk mengatasi masalah Dalam melakukan evaluasi sebeberapa evektif tindakan dan asuhan yang kita berikan kepada pasien.Hasil pengkajian ini kita jadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan asuhan berikutnya.

61

3) Hasil asuhan Hasil asuhan adalah bentuk konkret dari perubahan kondisi pasien dan keluarga yang meliputi pemulihan kondisi pasien, peningkatan pengetahuan dan kemampuan pasien mengenai perawatan diri (Sulistyawati, 2012; h. 187)

2.1.3 LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: 1.

Kewenangan normal : a. Pelayanan kesehatan ibu b. Pelayanan kesehatan anak c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah 3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter

Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan normal tentang pelayanan kesehatan anak meliputi: 1. Ruang lingkup: a. Pelayanan bayi baru lahir

62

b. Pelayanan bayi c. Pelayanan anak balita d. Pelayanan anak pra sekolah 2. Kewenangan: a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat b) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan d) Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah f) Pemberian konseling dan penyuluhan g) Pemberian surat keterangan kelahiran h) Pemberian surat keterangan kematian (http://ummukautsar.wordpress.com)

BAB II.pdf

There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. BAB II.pdf.

140KB Sizes 8 Downloads 472 Views

Recommend Documents

BAB III.pdf
Peningkatan komunikasi dan informasi melalui media radio. 5. Program Pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi. Kegiatannya : 1.

Bab 1 Fungsi.pdf
Page 1 of 2. Stand 02/ 2000 MULTITESTER I Seite 1. RANGE MAX/MIN VoltSensor HOLD. MM 1-3. V. V. OFF. Hz A. A. °C. °F. Hz. A. MAX. 10A. FUSED.

BAB 4 PERNYATAAN.pdf
Page 1 of 148. Read and Download Ebook The Limits Of The Criminal Sanction PDF. The Limits of the Criminal Sanction. PDF. The Limits of the Criminal ...

Bab 1.pdf
Whoops! There was a problem loading more pages. Retrying... Bab 1.pdf. Bab 1.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Displaying Bab 1.pdf.

BAB 1 TRIGONOMETRI.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item.

BAB 2-TIKET.pdf
NOTA TEMPAHAN DAN TIKETAN. SPL 3024. Norazwani Binti Suhaimi (NBS). Kolej Komuniti Hulu Selangor. 1. Page 1 of 1. BAB 2-TIKET.pdf. BAB 2-TIKET.pdf.

Bab-1A-PENDAHULUAN.pdf
agribisnis agribisnis dan agroindustri agroindustri, bioteknologi bioteknologi dan hidroponik hidroponik, visi. pertanian pertanian abad 21. Page 2 of 12 ...

102 Bab 1 dan Bab 2x.compressed.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. 102 Bab 1 dan ...

BAB I.pdf
inti dari upaya untuk memenangkan arena pertarungan di era globalisasi. Keberhasilan penguasaan dalam pengelolaan informasi menjadi kebutuhan.

BAB VI.pdf
Sedangkan apabila dikaitkan dengan visi misi Kabupaten Bojonegoro, pada misi 6. Meningkatkan profesionalisme pelayanan publik dan penyelenggaraan ...

BAB II.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. BAB II.pdf.

BAB 2.pdf
pada bilangan 1000.10. 14. Tentukan banyaknya angka signifikan. pada bilangan 20.0560. Page 3 of 9. BAB 2.pdf. BAB 2.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In.

BAB XIV LINGKARAN.pdf
Page 3 of 5. BAB XIV LINGKARAN.pdf. BAB XIV LINGKARAN.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Displaying BAB XIV LINGKARAN.pdf. Page 1 of ...

BAB-8.-Statistika.pdf
... tersebut diurutkan. a. Data tunggal: x1, x2, x3, ..., xn: median merupakan data ke 1⁄2(n + 1) atau Me = )1n(. 2. X 1 +. b. Data terkelompok: Me = Q2. Q2 = L c. Q.

BAB VII PERBANDINGAN.pdf
Suatu pekerjaan pembangunan rumah jika dikerjakan oleh 8 orang akan selesai. dalam waktu 2 bulan, berapa lama jika pekerjaan pembangunan rumah itu.

LAKIP BAB I.pdf
Pendahuluan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pengadilan Agama Indramayu 2014. 3. Page 3 of 8. LAKIP BAB I.pdf. LAKIP BAB I.pdf. Open.

BAB-10.-Lingkaran.pdf
c. y = –10x + 11 ± 2 101. d. y = –10x ± 2 101. e. y = 10x ± 2 101. Page 3 of 4. BAB-10.-Lingkaran.pdf. BAB-10.-Lingkaran.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In.

Bab 5.pdf
Page 3 of 3. Page 3 of 3. Bab 5.pdf. Bab 5.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Displaying Bab 5.pdf. Page 1 of 3.

BAB V HIMPUNAN.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. BAB V ...

Bab-5.pdf
Whoops! There was a problem loading more pages. Retrying... Bab-5.pdf. Bab-5.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Displaying Bab-5.pdf.

BAB VII PERBANDINGAN.pdf
BAB VII PERBANDINGAN.pdf. BAB VII PERBANDINGAN.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Displaying BAB VII PERBANDINGAN.pdf. Page 1 of ...

Bab 7. Stoikiometri.pdf
Massa Molekul Relatif (Mr) biasanya dihitung menggunakan data Ar. masing-masing atom yang ada dalam molekul tersebut. Mr senyawa = (indeks atom x Ar ...

BAB V HIMPUNAN.pdf
3. Setiap anggota himpunan ditunjukkan dengan noktah atau titik. Page 3 of 8. BAB V HIMPUNAN.pdf. BAB V HIMPUNAN.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In.

BAB 5 KARBON.pdf
Loading… Page 1. Whoops! There was a problem loading more pages. BAB 5 KARBON.pdf. BAB 5 KARBON.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu.