ISBN: 978-602-72412-0-6
Pemetaan Tumbuhan Obat yang di Manfaatkan oleh Masyarakat Mancon Sebagai Acuan Awal Upaya Konservasi Ex Situ Arif Prasetyo Wibowo, Claudia Cavalera, Ika Lilis Purwanti, Agus Muji Santoso Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Nusantara PGRI Kediri Jalan KH. Achmad Dahlan No.76 Kota Kediri Email:
[email protected] Abstrak Masyarakat Desa Mancon Wilangan Nganjuk Jawa Timur masih memegang teguh adat dan tradisi budaya termaksud dalam bidang pengobatan yang menggunakan tanamantanaman sekitar. Penelitian ini bertujuan menginventarisasi tumbuhan berkasiat obat yang di manfaatkan oleh masyarakat Desa Mancon Wilangan Nganjuk yang meliputi habitus, organ tumbuhan yang digunakan, manfaat, serta berdasarkan familinya. Teknik pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling yang dilakukan pada bulan Februari sampai bulan Maret 2015. Data dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 30 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat. Tumbuhan obat di Desa Mancon dapat mengobati 9 jenis penyakit dengan habitus pohon (12 jenis), herba atau terna (16 jenis), semak (1 jenis), liana (1 jenis), dan bagian tumbuhan obat yang digunakan yaitu rimpang (4 jenis), daun (15 jenis), buah (4 jenis), daun dan buah (2 jenis), daun dan bunga (1 jenis), seluruh bagian tumbuhan (1 jenis), bunga (2 jenis), dan getah (1 jenis). Sejumlah 27% jenis tanaman obat ditanam dan dipelihara oleh masyarakat sedangkan 73% jenis tanaman obat tersebut tumbuh secara liar dan diserahkan ke alam. Kata kunci: Pemetaan Tumbuhan Obat, Konservasi Ex Situ
I.
PENDAHULUAN
Semakin pesatnya kemajuan zaman semakin banyak pula penyakit yang mulai bermunculan. Dampak negatif dari modernisasi ini memunculkan banyak obat-obatan kimia yang diperjualbelikan kepada masyarakat, obat-obatan kimia tersebut tentu akan menimbulkan efek samping yang beragam jika dikonsumsi terus menurus. Selain itu menurut Attamimi (1997) dampak negatif dari modernisasi berupa perkembangan teknologi dan peningkatan pemdidikan membuat sebagian masyarakat terutama generasi mudanya mengubah pola hidup mereka ke arah yang lebih modern. Masyarakat lebih tertarik terhadap produk di luar budayanya dan meninggalkan pola kehidupan mereka yang tradisioal akibat adanya rasa rendah diri akan kebudayaannya yang dipandang terbelakang. Hal ini membuat pengetahuan tradisioanal, antara lain mengenai pemanfaatan tumbuhan akan hilang sebelum sempat didokumentasikan. Proses hilangnya pengetahuan pemanfaatan tumbuhan tersebut juga didukung karena pengetahuan pemanfaatan tumbuahan hanya dilakukan secara turuntemurun dari generasi satu ke generasi berikutnya. Selain itu laju pembangunan perumahan yang semakin marak membuat lahan yang dulunya terdapat sejumlah spesies tumbuhan yang bermanfaat bagi masyarakat menjadi langka.
411
Pemetaan Tumbuhan Obat yang di Manfaatkan oleh Masyarakat
Seiring dengan berkembangnya trend kembali ke alam atau “back to nature” penggunaan obat tradisional terutama yang berasal dari tumbuh-tumbuhan terus meningkat dan semakin digemari karena lebih murah dan minim efek samping dibandingkan dengan menggunakan obat-obat modern atau obat-obatan dari bahan kimia. Setiap masyarakat lokal memiliki pengetahuan yang berbeda dalam kegiatan penggunaan dan pengolahan sumberdaya alam sesuai adat dan budayanya. Kegiatan penggunaan dan pengolahan sumberdaya alam berbasis budaya yang dilakukan oleh masyarakat lokal disebut juga dengan kearifan tradisional. Melaui kearifan tradisioanal yang dimiliki, masyarakat lokal secara langsung maupun tidak langsung telah ikut berkontribusi dalam melaksanakan kegiatan konservasi terhadap alam sekitar (Handayani, 2010). Beberapa hasil penelitian menyebutkan adanya interaksi atau hubungan antara masyarakat dengan sumberdaya alam disekitarnya khususnya tumbuhan yang berpotensi sebagai obat, antara lain kasus masyarakat sekitar hutan Lambusango Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat 169 jenis (Hamidu, 2009). Studi kasus di Desa Balagede, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, Jawa barat terdapat 74 jenis (Handayani, 2010). Di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak, taman nasional gunung merapi terdapat 47 jenis (Anggana, 2011). Di Desa Sungai Deras Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi terdapat 54 jenis (Lestari, 2011). Di Dusun Turgo, Purwobinangun, Pekem, Sleman terdapat 69 jenis (Arsyah, 2014). Di Desa Mancon Kecamatan Wilangan Kabupaten Nganjuk, masyarakat secara tradisional mengobati berbagai macam penyakit dengan menggunakan tumbuhan yang ada disekitarnya sebagai obat. Pengetahuan atau kearifan tradisional masyarakat Mancon didalam pemanfaatan sumberdaya alam, khususnya tumbuhan obat merupakan kekayaan budaya yang perlu digali agar pengelolaan tradisional tersebut tidak punah. Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan dalam rangka mengumpulkan informasi mengenai potensi tumbuhan berguna serta pemanfaatannya oleh masyarakat Desa Mancon, maka perlu dilakukan pemetaan tumbuhan obat terhadap masyarakat Mancon, baik dalam pemanfaatan terhadap tumbuahan maupun peran masyarakat Desa Mancon dalam melakukan konservasi tumbuhan berguna. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi tumbuhan berkasiat obat yang di manfaatkan oleh masyarakat Desa Mancon Wilangan Nganjuk yang meliputi habitus, organ tumbuhan yang digunakan, manfaat, serta berdasarkan familinya.
II.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mancon Kecamatan Wilangan Kabupaten Nganjuk. Masyarakat yang menghuni lokasi tersebut di atas sebagian besar adalah suku Jawa yang merupakan penduduk asli desa tersebut. Informasi data tentang pengetahuan tradisional masyarakat Desa Mancon dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai obat menggunakan instrumen berupa wawancara dan observasi. Bahan yang digunakan antara lain daftar pertanyaan atau koesioner untuk responden terpilih, buku identifikasi tumbuhan obat (Atlas tumbuhan obat Indonesia jilid 1 sampai 6) untuk identifikasi jenis tumbuhan obat, kamera untuk dokumentasi objek penelitian, serta alat tulis. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data penggunaan tumbuhan obat oleh maysarakat yang
412
ISBN: 978-602-72412-0-6
meliputi nama daerah, nama ilmiah, famili, habitus, bagian yang digunakan, serta manfaat. Data sekunder merupakan catatan mengenai kondisi masyarakat Desa Mancon serta sejumlah literatur atau catatan lain yang terkait. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara secara resmi terstruktur dengan menggunakan kuisioner serta observasi lapangan yang dilakukan dengan melihat langsung kelapangan bagaimana tumbuhan obat tersebut digunakan oleh masyarakat dan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan obat yang ada di Desa Mancon. Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan metode snowball sampling dan jumlah yang diwawancarai sebanyak 7 orang. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif dengan cara mengelompokkan jenis tumbuhan meliputi nama daerah, nama ilmiah, famili, habitus, bagian yang digunakan, serta manfaat. III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Desa Mancon diperoleh 30 jenis tanaman obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1. Jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat Desa Mancon No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
1
Salam
2
Kunir putih
3
Alpukat
4
Jahe
5
Sirih hijau
Syzygium polyanthum Curcuma mangga Persea americana Zingiber officinale Piper betle
6
Keji beling
7
Sangketan
8 9
Jeruk purut Sambiloto
10
Ceplukkan
11
Pare
12
Alang-alang
13
Gingseng
14
Krokot
15
Sosor bebek
16 17
Strobilanthes crispa Achyranthes aspera Cytrus hystrix Andrographis paniculata
Myrtaceae
Bagian yang digunakan Daun
Kencing manis
Zingiberaceae
Rimpang
Diabetes/mules
Lauraceae
Daun
Kencing manis
Zingiberaceae
Rimpang
Piperaceae
Daun
Acanthaceae
Daun
Batuk/menamba h nafsu makan Sakit gigi/mimisan Sakit perut
Amaranthaceae
Daun
Diare/biduran
Rutaceae Acanthaceae
Daun Daun
Solonaceae
Daun/buah
Batuk Kencing manis/darah tinggi Diabetes
Cucurbitaceae
Buah
Diabetes/batuk
Poaceae
Rimpang
Panas/demam
Portulacaceae
Rimpang
Diare/rematik
Portulacaceae
Pegalpegal/demam Panas/sakit kepala Kencing manis/luka Batuk/demam/ay
Crassulaceae
Seluruh bagian tumbuhan Daun
Lidah buaya
Physalis angulata Momordica charantia Imperata cylindrica Tallium paniculatum Portulaca villosa Kalanchoe pinnata Aloe vera
Asphodelaceae
Daun
Meniran
Phyllanthus
Phyllanthaceae
Daun/bunga
413
Manfaat
Pemetaan Tumbuhan Obat yang di Manfaatkan oleh Masyarakat
18
Yodium
19
Jambu biji
20
Mindi
21
Jarak
22
Kamboja
23
Mengkudu
24 25
Luntas Blimbing wuluh
26 27 28 29
Timun Labu Kates Cipir
30
Kucai
urinaria Jatropha multifida Psidium guajava Melia azadarach Ricinus communis Plumeria acuminata Morinda citrifolia Pluchea indica Averrhoa bilimbi Cucumis sativus Sechium edule Carica papaya Psophocarpus tetragonolobus Allium tuberosum
Euphorbiaceae
Getah
an Luka luar
Myrtaceae
Daun
Maag/diare
Meliaceae
Daun
Euphorbiaceae
Daun
Darah tinggi/sakit kepala Gatal-gatal/batuk
Apocynaceae
Bunga
Kencing manis
Rubiaceae
Buah
Asteraceae Oxalidaceae
Daun Daun/buah
Demam/darah tinggi Panas/bau badan Batuk/sakit perut
Cucurbitaceae Cucurbitaceae Caricaceae Fabaceae
Buah Buah Bunga Daun
Darah tinggi Typus Darah tinggi Luka luar
Alliaceae
Daun
Darah tinggi/kolesterol
Dari 24 famili tumbuhan obat yang ditemukan pada penelitian ini, ada beberapa famili yang memiliki dua atau lebih spesies, yaitu Cucurbitaceae tiga spesies, Zingiberaceae dua spesies, Acanthaceae dua spesies, Portulacaceae dua spesies, Euphorbiaceae dua spesies, sedangkan untuk famili yang lainnya masing-masing memiliki satu spesies saja. Untuk lebih jelasnya persentase tumbuhan obat berdasarkan famili dapat dilihat diagramnya pada Gambar 1.
414
ISBN: 978-602-72412-0-6 Gambar 1. Persentase Tumbuhan Obat Berdasarkan Kelompok Famili
Berdasarkan persentase famili yang diperoleh didapatkan hasil persentase tertinggi adalah pada famili Cucurbitaceae yaitu sebesar 12,5%. Hal ini dikerenakan famili Cucurbitaceae mampu tumbuh secara liar, mudah didapatkan dan mudah ditanam dan dikembangbiakan, sehingga masyarakat sekitar cenderung mudah dalam memanfaatkan famili Cucurbitaceae tersebut sebagai obat. Dari 30 jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan, berdasarkan tingkat habitusnya yaitu sebanyak 12 jenis (40%) berhabituskan pohon, 16 jenis (53,33%) berhabitus herba atau terna, 1 jenis (3,33%) berhabitus semak, 1 jenis (3,33%) berhabitus liana. Untuk lebih jelasnya persentase tumbuhan berdasarkan habitus dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Persentase Pemanfaatan Tumbuhan Obat Berdasarkan Habitus
Berdasarkan persentase habitus yang diperoleh didapatkan hasil persentase tertinggi adalah pada habitus herba atau terna. Hal ini karena pada habitus herba atau terna mampu tumbuh dan berkembang secara liar, selain itu tumbuhan yang berhabituskan herba atau terna mudah didapatkan kerena secara umum tumbuhan berhabituskan herba atau terna mampu berkembang baik pada iklim tropis. Sedangkan bagian yang digunakan yaitu sebanyak 4 jenis (13,33%) berupa rimpang, 15 jenis (50%) berupa daun, 4 jenis (13,33%) berupa buah, 2 jenis (6,66%) berupa daun dan buah, 1 jenis (3,33%) berupa daun dan bunga, 1 jenis (3,33%) berupa seluruh bagian tumbuhan, 2 jenis (6,66%) berupa bunga, dan 1 jenis (3,33%) berupa getah. Untuk lebih jalasnya bagian tumbuhan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.
415
Pemetaan Tumbuhan Obat yang di Manfaatkan oleh Masyarakat
Gambar 3. Persentase Pemanfaatan Tumbuhan Obat yang Digunakan Berdasarkan Bagiannya
Berdasarkan persentase bagian yang dimanfaatkan diperoleh hasil persentase tertinggi adalah pada bagian daun yaitu sebanyak 50%. Hal ini karena bagian daun mudah didapatkan dan cara pengolahanya bermacam-macam, misalnya direbus, ditumbuk, dan juga bisa dimakan secara langsung. Tumbuhan obat biasanya dipungut atau diambil dari alam, baik langsung dari hutan maupun dipinggir-pinggir jalan kampung, di ladang atau di pekarangan rumah. Pemungutan ini biasanya dilakukan apabila ada anggota masyarakat yang sakit atau sengaja dikonsumsi untuk menjaga kesehatan tubuh. Penggunaan tumbuhan obat secara tradisional ini banyak dimanfaatkan masyarakat kerena mudah mendapatkannya, masyarakat juga tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar bila dibandingan dengan obat-obatan modern dan disamping itu juga penggunaan tumbuhan obat ini tidak memiliki efek samping bila dibandingkan dengan obat-obat modern. IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ditemukan 30 jenis tumbuhan obat yang tergolong dalam 24 famili yang dimanfaatkan oleh masyarakat, dengan persentase famili terbanyak yaitu pada famili Cucurbitaceae yaitu sebesar 12,5%, sedangkan dari presentase habitus yang terbanyak yaitu pada habitus herba atau terna sebanyak 53,33%, sedangkan pada persentase bagian yang digunakan didapatkan terbanyak pada bagian daun dengan persentase sebesar 50% , dimana pengolahanya masih secara tradisional yaitu hanya berdasarkan kebiasaan dan pengalaman saja. V. DAFTAR PUSTAKA Anggana, AF. 2011. Kajian Etnobotani Masyarakat Di Sekitar Taman Nasional Gunung Merapi. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Arsyah, DC. 2014. Kajian Etnobotani Tanaman Obat (Herbal) dan Pemanfaatannya dalam Usaha Menunjang Kesehatan Keluarga Di Dusun Turgo, Purwobinangun, Pakem, Sleman. [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Attamimi, F. 1997. Pengetahuan Masyarakat Suku Mooi Tentang Pemanfaatan Sumberdaya Nabati di Dusun Maibo Desa Aimas Kabupaten Sorong. [skripsi]. Manokwari: Fakultas Pertanian, Universitas Cenderawasih. Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Jakarta : Trubus Agriwidya .2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta : Trubus Agriwidya .2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Jakarta : Puspa Swara .2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Jakarta : Pustaka Bunda .2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 6. Jakarta : Pustaka Bunda Hamidu, H. 2009. Kajian Etnobotani Suku Buton (Kasus Masyarakat Sekitar Hutan Lambusango Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Handayani, A. 2010. Etnobotani Masyarakat Sekitar Kawasan Cagar Alam Gunung Simpang. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Indriaswari, D. 2013. Studi Etnobotani (Musa paradisiaca) Di Desa Jatirejo Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk. [Skripsi]. Kediri: Universitas Nusantara PGRI Kediri. Lestari, R. 2011. Kajian Etnobotani Masyarakat Suku Kerinci Di Sekitar Hutan Adat Bukit Tinggi Desa Sungai Deras Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Purwanto, Y. 1999. Peran Dan Peluang Etnobotani Masa Kini Di Indonesia Dalam Menunjang Upaya Konservasi Dan Pengembangan Keanekaragaman Hayati. Bogor: Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang Ilmu Hayat. Tjitrosoepomo G. 1988. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
416