Jurnal APLIKASI

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015

ISSN.1907-753X

Simulasi Pengaruh Kemiringan Atap Rumah Terhadap Hujan Pasir Erupsi Gunung Api Tatas, Amien Widodo, Machsus, Muhammad Hafiizh Imaaduddiin Pusat Studi Kebumian, Bencana dan Perubahan Iklim (PSKBPI), ITS Email: [email protected] Abstract Volcanic eruption of Mount Bromo in 2011 caused damage and loss to the community in four surrounding districts, which are Probolinggo, Pasuruan, Malang, and Lumajang. Rain of sand caused the area around mountain top covered with sand up to five kilometers. Sand covered the roofs of residentials as well as public facilities and infrastructures, such as schools and roads. The eruption that occurred in the rainy season caused sand that covered the roofs became more tacky and heavier which caused a heavy load on roofs of residential. Because the roof of the building was not designed for larger loads, it caused the roof structures failed to withstand the load of sand, and consequently a lot of roof structures collapsed. This study was conducted to provide a solution for houses in and around the volcano area, so that in case of rain of sand, the sand can easily slip down and does not accumulate on the roof of the houses. The method of study was to perform simulations of sand rain on different types of roofing, tile soil and concrete, zinc and asbestos. The sand used in this study was taken from the eruption of Mount Bromo in 2011 with dry and wet conditions. The final result obtained was the variation slope of the roof, in which the sand was not accumulated on the roof. Keywords: volcanic sand, slope of the roof, Mount Bromo. Abstrak Letusan vulkanologi Gunung Bromo pada Tahun 2011 memberikan dampak kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di empat kabupaten sekitarnya, yaitu Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Lumajang. Hujan pasir yang terjadi menyebabkan daerah di sekitar puncak tertutup pasir hingga radius lebih dari lima kilometer. Pasir tersebut menutup atap-atap permukiman serta sarana dan prasarana umum lainnya, seperti sekolah dan jalan. Letusan yang terjadi di musim hujan menyebabkan pasir yang menutup atap rumah menjadi lebih lekat dan berat. Hal tersebut menyebabkan beban berat pada atap permukiman. Karena atap bangunan tidak didesain untuk beban yang lebih besar, maka hal tersebut menyebabkan struktur atap tidak mampu menahan beban pasir sehingga atap permukiman banyak yang runtuh. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan solusi bagi rumah-rumah yang berada di sekitar gunung berapi agar apabila terjadi hujan pasir, pasir dapat dengan mudah tergelincir turun sehingga tidak terkumpul di atap rumah. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan simulasi hujan pasir pada berbagai jenis atap, genteng tanah dan beton, seng dan asbes. Pasir yang digunakan adalah pasir yang diambil dari hasil letusan Gunung Bromo di Tahun 2011 dengan kondisi pasir kering dan basah. Hasil akhir penelitian yang diperoleh adalah variasi kemiringan atap sehingga hujan pasir yang mungkin terjadi tidak terkumpul di atas atap. Kata kunci: pasir vulkanik, kemiringan atap rumah, Gunung Bromo.

1. Pendahuluan Gunung Bromo pada tanggal 4 Januari 2011 meletus dengan ditandai adanya lontaran lava pijar dan suara gemuruh. Letusan tersebut juga disertai hujan abu dan pasir, dampak erupsi Gunung Bromo tersebut melanda empat kabupaten

yang langsung berbatasan dengan komplek Pegunungan Tengger. Empat kabupaten tersebut adalah Kabupaten Probolinggo Pasuruan, Malang, serta Lumajang (lihat Gambar 1) (BNPB, 2011). Berdasarkan kajian kerusakan dan kerugian akibat erupsi Gunung

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 1

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015

Bromo (BPBD Provinsi Jawa Timur, 2011), diperkirakan dampak bencana ini adalah senilai lebih dari 156 milyar rupiah. Kerusakan dan kerugian terbesar terjadi dari wilayah Kabupaten Probolinggo. Hal tersebut terjadi karena saat erupsi, arah angin dominan Timur Laut menuju Kabupaten Probolinggo, sehingga yang paling terdampak adalah Kabupaten Probolinggo. Letusan yang disertai dengan hujan pasir yang cukup tinggi mengakibatkan atap rumah, gedung sekolah, tempat peribadatan, dan bangunan-bangunan lainnya di sekitar Gunung Bromo tertutup abu dan pasir. Selain itu, lahanlahan pertanian juga tertutup pasir sehingga gagal panen (lihat Gambar 2) (BPBD Provinsi Jawa Timur, 2011). Hujan pasir yang jatuh di atap bangunan

Jurnal APLIKASI ISSN.1907-753X

tersebut tidak dapat jatuh (merosot) ke bawah, melainkan tertumpuk terus dan menebal. Erupsi yang terjadi di musim hujan tersebut juga menyebabkan pasir semakin erat daya ikatnya satu sama lainnya. Dengan bertambahnya daya ikat pasir, maka perilaku pasir akan semakin kompak, sehingga pasir akan semakin sulit tergelincir ke bawah. Hal tersebut menyebabkan pasir hasil erupsi tetap bertahan di atas atap bangunan. Akibat kandungan air di pasir, maka dapat menyebabkan pasir semakin bertambah berat, atau dengan kata lain berat jenis pasir meningkat. Hal tersebut menyebabkan beban yang dipikul oleh rangka atap juga semakin besar, dan ditambah dengan usia bangunan yang cukup lama sehingga berakibat pada runtuhnya atap bangunan.

Gambar 1. Radius pengaruh erupsi Gunung Bromo, pada jarak 3 km dan 5 km dari pusat erupsi (BNPB, 2011). Halaman 2

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini

Jurnal APLIKASI ISSN.1907-753X

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015

Gambar 2. Akibat hujan pasir di kawasan Gunung Bromo

Mekanisme air menjadi daya ikat antar partikel pasir (Das, 2010) adalah bahwa rongga kecil antar pasir yang terisi air dengan prosentase tertentu akan mengakibatkan adanya tegangan kapiler. Tegangan kapiler tersebut merupakan konsekuensi sifat adanya tegangan permukaan air. Tegangan kapiler yang terjadi tersebut bernilai negatif (menghisap), dan merupakan kebalikan dari tekanan hidrostatika yang bernilai positif (menekan). Semakin besar tegangan kapiler maka semakin besar tegangan efektif antar butiran tanah (Tegangan Total = Tegangan efektif + Tegangan air) dan butiran pasir seperti saling terikat. Namun demikian, apabila airnya sangat banyak, maka pasir akan terpencar kembali karena tegangan hidrostatik menghilangkan tegangan kapiler. Berdasarkan kondisi masalah di permukiman Gunung Bromo tersebut, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui berapa kemiringan atap yang dapat direkomendasikan untuk bangunan di sekitar gunung berapi yang bila terjadi erupsi dan hujan pasir, pasir tidak menumpuk di atap tetapi dapat terge-

lincir jatuh ke bawah. Sehingga tidak menambah beban rangka atap penopangnya, karena dalam perencanaan atap bangunan biasanya tidak pernah dikenakan beban akibat tumpukan pasir. 2. Metodologi Metode yang digunakan adalah dengan membuat simulasi atap rumah sederhana yang dapat disesuaikan tingkat kemiringan atapnya (lihat Gambar 3). Jenis penutup atap yang digunakan untuk melakukan simulasi bervariasi yaitu: atap genteng tanah, atap genteng beton, atap asbes dan atap seng. Material pasir yang digunakan juga bervariasi dari tiga tempat hasil erupsi Gunung Bromo tahun 2011, yaitu dari Desa Ngadisari (dekat Kawah Bromo), Desa Ngadirejo, dan Desa Sambi Kerep. Kondisi pasir yang digunakan juga dibuat bervariasi, yaitu pasir dalam kondisi kering dan dalam kondisi basah. 3. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil simulasi maka diperoleh data seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 3

Jurnal APLIKASI

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015

ISSN.1907-753X

lincir jatuh atau tidak menumpuk di atap dipengaruhi oleh jenis penutup atap, lokasi bangunan dan kondisi pasir. Penutup atap yang digunakan pada penelitian ini meliputi: genteng tanah, genteng beton, asbes, dan seng. Lokasi bangunan yang dimaksudkan di sini terkait lokasi pengambilan sampel pasir, yang pada penelitian ini diambil dari Desa Ngadisari dan Sambikerep. Kondisi pasir disimulasikan dalam kondisi basah dan kondisi kering, untuk mewakili saat kondisi terjadi hujan maupun tidak terkena hujan.

Gambar 3. Alat simulasi kemiringan atap.

Tabel 1 menunjukkan bahwa kemiringan atap untuk bangunan di kawasan gunung api yang membuat pasir terge-

Tabel 1. Hasil Simulasi Kemiringan Atap dengan Berbagai Bahan Penutup Atap dengan Pasir Hasil Erupsi Gunung Api Kemiringan Atap Lokasi pengambilan sampel pasir

Desa Ngadisari

Desa Sambikerep

Kondisi Pasir Jenis Penutup Atap Genteng Tanah

Genteng Beton

Asbes

Seng

Pergerakan Pasir

o

Basah

Kering

o

o

46 o

45

44

Habis

49o

49o

50 o

49 o

o

o

o

39 o

39

42

Basah

Mulai Jatuh

Mulai Jatuh

37

Habis

41o

43o

44 o

44 o

Mulai Jatuh

35o

38o

35 o

37 o

o

o

o

42 o

42

38

Habis

38

Mulai Jatuh

31o

37o

31 o

39 o

Habis

33o

40o

35 o

40 o

Selanjutnya kemiringan atap untuk bangunan yang diperoleh pada simulasi ini dibandingkan dengan kemiringan atap eksisting yang umumnya yang terdapat pada lokasi studi. Berdasarkan hasil survey atau pengamatan lapangan diperoleh umumnya kemiringan atap genteng 30o-35o, dan untuk atap seng atau asbes 10o-15o. Perbandingan kemirigan atap hasil simulasi dengan kemiringan atap eksisting dapat menunjukkan tingkat risiko bencana dari kemiringan atap yang umumnya terdapat Halaman 4

Kering

40

pada kawasan gunung api. Dengan demikian, hasil simulasi ini sangat penting dalam rangka Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ambruknya atap bangunan akibat hujan pasir di kawasan gunung api. Pergerakan pasir bisa terjadi dan mulai jatuh pada sudut kemiringan atap terkecil, sebesar 31o dengan jenis penutup atap seng dan pasir dalam kondisi kering. Pergerakan pasir dalam kondisi kering di atas penutup atap seng ini bisa sampai habis, jika sudut ke-

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini

Jurnal APLIKASI ISSN.1907-753X

miringan atapnya dinaikkan 2o lagi atau menjadi 33o. Sementara pergerakan pasir bisa terjadi dan mulai jatuh membutuhkan sudut kemiringan atap terbesar, sebesar 46o pada jenis penutup atap genteng tanah dan pasir dalam kondisi basah. Pada sudut kemiringan 49o pergerakan pasir bisa sampai habis. Berikut ini penjelasan lebih detail mengenai pengaruh dari variasi jenis penutup atap, lokasi bangunan, dari kondisi pasir terhadap sudut kemiringan atap di kawasan gunung api yang mampu membuat pasir tergelincir jatuh hingga habis. a. Pengaruh Jenis Penutup Atap Hasil simulasi pada Tabel 1 menunjukkan bahwa jenis penutup atap genteng tanah, genteng beton, asbes, dan seng memiliki pengaruh yang berbeda terhadap pergerakan pasir pada sudut kemiringan atap. Untuk jenis penutup atap genteng tanah pergerakan pasir terjadi pada sudut kemiringan atap sebesar 44o (mulai jatuh) dan 49o (habis) pasir dalam kondisi kering, dan sebesar 45o (mulai jatuh) dan 49o (habis) pasir dalam kondisi basah. Untuk jenis penutup atap genteng beton membutuhkan sudut kemiringan atap yang lebih rendah, begitu pula dengan penutup atap asbes dan seng, seperti tampak pada Tabel 1. b. Pengaruh Lokasi Bangunan Hasil simulasi pada Tabel 1 menunjukkan pergerakan pasir pada sudut kemiringan atap jika ditinjau dari lokasi bangunan tempat diambil sampel tanah, yaitu di Desa Ngadisari dan Sambikerep memang ada perbedaan, namun secara

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015

umum relatif sama. Hal ini berarti bahwa perbedaan lokasi pengambilan sampel tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap sudut kemiringan atap. Ini sekaligus berarti bahwa sampel pasir atau abu vulkanik relatif homogen. c. Pengaruh Kondisi Pasir Hasil simulasi pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kondisi kering dan basah memiliki pengaruh yang berbeda terhadap pergerakan pasir pada sudut kemiringan atap. Secara umum, sudut kemiringan atap pada kondisi kering lebih rendah dibandingkan dengan kondisi basah. Ini terjadi hampir pada semua jenis penutup atap, yaitu genteng tanah, genteng beton, asbes, dan seng. Ini menunjukkan bahwa pada kondisi basah lebih beresiko terhadap runtuhnya atap akibat tidak kuat menahan tambahan beban pasir diatasnya. 4. Simpulan Berdasarkan analisis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk bahan atap genteng tanah dan beton, yang kemiringan umumnya adalah 30o-35o direkomendasikan untuk ditambah kemiringan atapnya berturut-turut menjadi sampai dengan 44o dan 49o. Sedangkan jika menggunakan atap asbes atau seng yang kemiringan umumnya adalah 10o15o direkomendasikan untuk memasang atap bangunan dengan kemiringan 42o. Perbedaan lokasi pengambilan sampel pasir, yaitu sekitar 500 meter dari kawah dengan dari desa yang paling jauh terdampak tidak memberikan pengaruh yang signifikan, artinya dapat dikatakan bahwa rekomendasi kemiringan atap tersebut sebaiknya digunakan

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 5

Volume 13, Nomor 2, Agustus 2015

Jurnal APLIKASI ISSN.1907-753X

di lokasi yang memiliki potensi dampak terkena hujan pasir hasil erupsi. Kondisi pasir yang berbeda, kering dan basah, memperlihatkan bahwa perilaku keduanya berbeda yaitu kondisi basah memperlihatkan lebih sulit untuk tergelincir, sehingga dapat dikatakan bahwa pada musim hujan pasir akan lebih berbahaya jika menimpa atap rumah. Daftar Pustaka BNPB. (2011). Peta Penggunaan Topografi dan Penggunaan Lahan di Sekitar Gunung Api Bromo: Radius Pengaruh Erupsi Gunung Bromo. Jakarta. BPBD Provinsi Jawa Timur. (2011). Rencana Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Erupsi Gunung Bromo. Laporan Akhir. Surabaya Das, B. M., (2010). Principle of Geotechnical Engineering, 7th Edition. USA.

Halaman 6

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini

Vol....13. No. 2.1_Ready_Tatas_Pengaruh ...

Vol....13. No. 2.1_Ready_Tatas_Pengaruh Kemiringan Atap Rumah.pdf. Vol....13. No. 2.1_Ready_Tatas_Pengaruh Kemiringan Atap Rumah.pdf. Open. Extract.

379KB Sizes 17 Downloads 167 Views

Recommend Documents

vol13 Rahul Singh.pdf
Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. vol13 Rahul Singh.pdf. vol13 Rahul Singh.pdf. Open. Extract.

vol13 Hatti and Karthik.pdf
Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. vol13 Hatti and Karthik.pdf. vol13 Hatti and Karthik.pdf. Open.

Madden Mobile Hack No Survey No Download No ...
Verification Android Live Free Game Generator Codes Free Game Generator ... Hack For Kindle Fire No Survey Code Generator Madden Mobile Hack Tool For ...

No Home No Homeland HEB.pdf
m.n 18. a z a G. p i r t S. N A E N A R R E T I D E M. A E S. Planned. truck and bus. route convoy. (AMA( .m.n 6. N A D R O J T P Y G E. N O N A B E L. L E A R S I.

Code No
FLUID MECHANICS AND HYDRAULIC MACHINERY. (ELECTRICAL AND ELECTRONICS ENGINEERING). Time: 3hours. Max. Marks: 75. Answer any FIVE ...

Set No:
Code No: NR-320304. III-B.Tech. II-Semester Regular Examinations May-2004 · PRODUCTION TECHNOLOGY - II · (Mechanical Engineering) · Time: 3 Hours.

Set No:
(Common to Computer Science and Information Technology and Computer · Science and Systems Engineering) · Time: 3 hours ... 1 · ) of G. Use set VS for the.

Set No.
III B.Tech I–Semester Regular Examinations, November-2004 .... b) Explain clearly the procedure for signal recovery through holding. Contd..2. Set No. ... b) The terminal of a computer is used to enter alpha – numeric data is connected to.

Set No.
Code No.221104. II-B.Tech. II-Semester Supplementary ... b) Discuss the merits and demerits of Golay cell detectors. 4. Discuss the application of two coil ...

Set No
Answer any FIVE questions ... 3.a) Given the Boolen function f(x,y,z) = xy+x'y'+y'z ... 5.a) Draw the circuit of a crystal controlled clock generator and explain its ...

Set No
H.S.S side and face cutter whose diameter is 150 mm and that has 10 teeth. The · cutting speed is 50m/min and feed is 0.25 mm per tooth. Determine (i) Table feed in · mm/min (ii) Total cutter travel (iii) Time required to machine the slot. 7. Explain

Set No.
3.a) What are porous ceramics? What are they used for? b) Explain the application of Anger electron spectroscopy in the analysis of ceramics · 4.a) Explain the technique of bone growth with electrical stimulation. b) Describe the tissue reactions due

Set No.
b) Explain how to construct the Hamming code for the bit sequence 10011101. 5. a) What are the basic features of IBM's bisync protocol? b) Explain bisync frame format with neat diagram · c) Explain how bisync protocol is used for point-to-point commu

Set No.
to measure up to 1 A. The meter resistance R in is 1 kΩ. Determine the ... b) Compare the performance characteristics of different types of CRO probes. 7.a) Distinguish ... b) Explain the different applications of spectrum analyzer. (Contd…2).

Set No
conical average diameter of 80 cm and width of discharge opening 10cm. 3.a) Compare open circuit versus closed circuit grinding. b) What are Davis zones?

Set No:
Code No: RR- 312302. III B.Tech I-Semester Regular ... Write about the non-viral methods used for DNA injection in gene therapy. ^*^*^. Set No: 3. AjntuWorld.in ...

Set No:
(Common to Bio-Medical Engineering and Electronics and Computer Engineering). Time: 3 ... 1.a) What is meant by Digital signal Processing? What are the ...

Set No:
Why do you consider management as both an art as well as science? 2. What is line ... Define and state the importance of materials management function.

Set No:
does this imply about the expected performance of the FCFS and SSTF disk · scheduling algorithms? 7.a) What are preallocation, dynamic allocation, portion size w.r.t secondary storage · management. b) Describe various file allocation methods. 8. Writ

Set No:
For the following two signals find the power, and rms value, and sketch their PSD ... b) Show that auto-correlation function and energy density spectrum form a ...

Set No:
b) Explain the two parts in condition code register of 68000? How are the ... 1. a) Write an assembly language program to check the password entered through.