JURNAL VISIONER & STRATEGIS

Volume 4, Nomor 2, September 2015 ISSN : 2338-2864 p. 1-8

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Manufaktur Di Indonesia

This study aimed to analyze the influence of Capital Adequacy Ratio (CAR) to the Return On Asset (ROA). The population in this study is a go public commercial bank listed on the Indonesia Stock Exchange 2004-2008 period. The samples used are 17 go public commercial bank listed on the Indonesia Stock Exchange. Samples were taken by purposive sampling with certain criteria, manufacturing companies which categorized in go public commercial bank and minimally at the beginning of 2004 has been listed in the Indonesia Stock Exchange, and has published their financial statements in 2004-2008. The method used in this study using simple regression analysis with test of the hypothesis (t test). Before using simple regression analysis, previously performed test of classical assumption. Based on results of partial hypothesis test (t test) on go public commercial bank, indicates that variable CAR significantly effect on manufacturing profitability. The value of R2 in the regression model obtained for 0.126. This suggests that the influence of independent variable (CAR) on dependent variable (ROA) is 12,6%, and the remaining 87.4% is influenced by other factors. Additionally the value of R is 0.355. If the R value is getting closer to 1, the independent variables (CAR) is increasingly stonger influence on explaining the dependent variable (ROA).

Keywords: CAR, ROA

1

Chairil Akhyar Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Manufaktur Di Indonesia

Chairil Akhyar

terhadap Return On Asset (ROA) pada Manufaktur di Indonesia

PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 dalam (Kasmir, 2008) tentang Manufaktur, Manufaktur adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank menurut UndangUndang RI Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa bank adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, dan aktivitasnya pasti berhubungan dengan masalah keuangan. Kondisi perekonomian yang buruk dianggap berperan terhadap munculnya krisis Manufaktur. Pada tahun 2004-2007 merupakan massa yang paling sulit bagi dunia Manufaktur. Belum selesai masalah krisis moneter tahun 1998, harga minyak dunia meningkat tajam memasuki tahun 2005 mencapai 78 dollar AS. Hal ini disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan (Kompas Edisi 18/9/2007). Upaya untuk menghadapi kondisi seperti yang digambarkan di atas mengharuskan setiap perusahaan Manufaktur mengambil langkah antisipatif. Perusahaan Manufaktur harus menjadi lebih dinamis dalam berbagai hal termasuk meningkatkan kemampuan pelayanan dalam meraih kembali kepercayaan masyarakat yang selama ini menurun. Langkah strategis yang dapat dilakukan adalah dengan cara memperbaiki kinerja bank. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang menjadi dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu menginterpretasikan berbagai kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan di masa mendatang (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. faktor yang berpengaruh terhadap kinerja bank adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2003:121). Semakin tinggi CAR berarti semakin tinggi modal sendiri untuk mendanai aktiva produktif.untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR).

TINJAUAN TEORITIS Bank bersasal dari kata Italia banco yang berarti bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan populer menjadi Bank (Hasibuan, 2002:1). Menurut UndangUndang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 dalam (Kasmir, 2004) tentang Manufaktur, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Kasmir (2004:11), bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank dalam satu periode (Kasmir, 2004:239). Menurut Munawir (2001:2) laporan keuangan pada dasarnya dapat diartikan sebagai hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Analisis rasio keuangan adalah metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu ataupun secara kombinasi dari kedua laporan tersebut (Munawir, 2001:64). Menurut (Tumirin, 2004), analisis rasio keuangan merupakan instrument analisis perusahaan yang menjelaskan berbagai perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan pola perubahan tersebut untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Dengan menggunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan tingkat kinerja suatu bank dan kesehatannya dengan menggunakan perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas suatu bank. Perhitungan rasio untuk menilai posisi kinerja suatu bank, akan memberikan gambaran yang jelas tentang baik dan buruknya operasional suatu bank, yang dinilai dalam aspek ini adalah permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan Bank Indonesia. 2

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Manufaktur Di Indonesia

Chairil Akhyar

sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008:85). Berdasarkan kriteria yang menjadi sampel pada penelitian ini sebanyak 17 Manufaktur, maka jumlah observasi sebanyak 102 (n). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:147) data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

Menurut Kasmir (2004:273) capital (permodalan) merupakan penilaian yang didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (Capital Adequacy Ratio), yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Menurut Hasibuan (2002:56) CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah kebutuhan modal minimum bank dihitung berdasarkan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). CAR menunjukkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber luar bank. Adapun kerangka teoritis penelitian ini dapat diperlihatkan pada gambar di bawah ini :

Defenisi Operasional Variabel Variabel-variabel yang digunakan penelitian ini adalah :

dalam

1. Variabel Bebas (X) Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam varibel dependen dan mempunyai hubungan yang positif dan negatif bagi variabel dependen nantinya.. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah : Capital Adequacy Ratio/ CAR (X) CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2003). CAR merupakan rasio antar jumlah modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risisko (ATMR). Skala pengukuran dengan menggunakan rasio. CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:

Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara dari suatu penilaian yang harus diuji kebenarannya. Berdasarkan rumusan masalah dan uraian sebelumnya maka hipotesis yang dikemukakan disini adalah: H0 : Diduga tidak ada pengaruh secara yang signifikan antara Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Assets (ROA) pada Manufaktur di Indonesia. Ha : Diduga ada pengaruh yang signifikan antara Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Assets (ROA) pada Manufaktur di Indonesia.

CAR = (Modal Sendiri/ATMR)×100% 2. Variabel terikat (Y) yaitu Return On Assets (ROA) Variabel terikat atau variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah ROA. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total assets (total aktiva). Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya,2003). Skala pengukuran dengan menggunakan rasio. ROA dinyatakan dalam rumus berikut:

METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Assets (ROA). Untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis mengambil data pada laporan keuangan Manufaktur di Indonesia dengan mengakses situs www.idx.co.id. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:80). Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh Manufaktur konvensional devisa dan non devisa Indonesia. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:81). Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive

ROA = (Laba Sebelum Pajak/Total Aktiva)×100% Metode Analisis Data Penelitian ini mengggunakan metode regresi sederhana untuk analisis pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Model ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk menentukan variabel 3

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Manufaktur Di Indonesia

pengaturan pagu kredit dan tingkat bunga terhadap bank-bank nasional serta penyertaan kredit likuiditas dalam jumlah yang melimpah sehingga bank-bank komersial hanya berfungsi sebgai penyalur kreditkredit Bank Indonesia. Dengan bertambahnya jumlah bank, persaingan untuk menarik dana dari masyarakat semakin meningkat. Bank-bank memperoleh kebebasan sendiri untuk menciptakan berbagai produk Manufaktur. Akibatnya, bank-bank saling berlomba menawarkan tingkat deposito dan tabungan yang lebih tinggi. Semuanya berlomba untuk “menyedot” dana masyarakat sebanyak-banyaknya dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan.

bebas yang mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Model yang dimaksud adalah sebagai berikut: LnY = a + b1LnX1 + e Dimana: LnY a b LnX1 e

Chairil Akhyar

= ROA = Konstanta = Koefisien Regresi Variabel X = CAR = Faktor pengganggu/error term

Uji Asumsi Klasik • Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat bahwa suatu data terdistribusi dengan normal atau tidak. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram. Metode yang lebih handal adalah dengan uji grafik profitability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal membentuk suatu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusinya data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2006).

Pengujian Asumsi Klasik • Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi suatu data terdistribusi dengan normal atau tidak. Untuk melihat normal atau tidaknya data penelitian, bisa kita lihat pada grafik normal probability plot

Pengujian Hipotesis • Uji Parsial (Uji-t) Pengujian ini dilakukan berdasarkan perbandingan nilai thitung masing-masing koefisien regresi dengan nilai ttabel (nilai kritis) dengan tingkat signifikan 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k-1), dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel. a. Jika thitung < ttabel (n-k-1), maka Ho diterima artinya variabel independent (CAR) tidak berpengaruh terhadap variabel dependent (ROA). b. Jika thitung > ttabel (n-k-1) (n-k-1), maka Ho ditolak dan menerima Ha artinya variabel independent (CAR) berpengaruh terhadap variabel dependent (ROA).

Gambar 1. Grafik Normal Probability Plot Dari grafik normal probability plot di atas dapat disimpulkan bahwa data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, sehingga dari kedua grafik di atas menunjukkan bahwa secara grafik model regresi memenuhi asumsi normalitas.

HASIL PENELITIAN

Analisis Regresi Linier sederhana Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda yang berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar variabel CAR terhadap ROA dengan persamaan regresi: LnY = a + bLnX. Untuk melihat hasil estimasi model penelitian data yang diolah dengan bantuan program SPSS (Statistical Package For The Social Science), maka diperoleh hasil perhitungan analisis regresi seperti yang ditunjukkan pada Tabel berikut ini.

Industri Manufaktur telah mengalami pasang surut. Dimulai pada tahun 1983, ketika berbagai macam deregulasi mulai dilakukan pemerintah, kemudian bisnis Manufaktur berkembang dengan pesat pada kurun waktu 1988-1996. Pada pertengahan tahun 1997 indutri Manufaktur akhirnya terpuruk sebagai imbas dari terjadinya krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia. pada era sebelum deregulasi Pakjun 1983, industri Manufaktur nasional ditandai dengan campur tangan Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam 4

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Manufaktur Di Indonesia

Chairil Akhyar

Tabel 1 Hasil Analisis Regresi Linier sederhana Variabel Independen

Koefisien Regresi (β)

Standard Error

Konstanta

1,225

0,754

1,624

1,660

0,107

LnCAR (X)

0,389

0,123

3,153

1,660

0,002

Sign t

Sumber: Data Sekunder, 2014 (diolah). positif (searah) yang memberi arti bahwa setiap kenaikan CAR sebesar 100% maka menyebabkan ROA meningkat sebesar 38,9% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa CAR memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. CAR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko. Semakin kecil resiko maka laba akan meningkat. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan semakin baik. Demikian sebaliknya, semakin rendah dana sendiri maka akan semakin tinggi resiko dan semakin rendah laba bank. Maka semakin besar CAR keuntungan bank juga akan semakin besar.

Berdasarkan hasil analisis model regresi dalam Tabel, maka dapat disusun ke dalam persamaan regresi linier berganda berikut ini; LnY = a + b LnX Æ Y = 1,225+ 0,389CAR Dari persamaan regresi di atas dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut: • Konstanta sebesar 1,225 (122,5%) artinya; jika variabel Capital Adequacy Ratio Terhadap besarnya Return On Asset adalah sebesar 122,5%. • Nilai koefisien regresi CAR sebesar 0,389 menunjukkan hubungan positif (searah) yang memberi arti bahwa setiap kenaikan CAR sebesar 100% maka menyebabkan ROA meningkat sebesar 38,9% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. • Koefisien korelasi sebesar 0,355 (R = 35,5%), artinya tingkat keeratan hubungan antara variabel Return On Asset dengan variabel Capital Adequacy Ratio Terhadap adalah 35,5%. • Berdasarkan tabel, maka koefisien korelasi yang ditemukan untuk Return On Asset (Y) sebesar 35,5% termasuk kategori rendah. Jadi terdapat hubungan yang rendah antara Return On Asset dengan Capital Adequacy Ratio • Nilai R2 atau koefisien determinasi merupakan ukuran yang menyatakan kontribusi dari variabel independen dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen. Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai dari koefisien determinasi sebesar 0,126 (R2 = 12,6%), hal ini menjelaskan bahwa besarnya perubahan (variasi) dari Return On Asset dalam perusahaan Manufaktur mampu dijelaskan oleh variabel Capital Adequacy Ratio Terhadap Pendapatan Operasional sebesar 12,6% sedangkan sisanya 87,4% dijelaskan oleh variabel lain di luar dari penelitian ini (error term).

PENUTUP Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio) terhadap ROA (Return On Asset) pada perusahaan Manufaktur di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Koefisien korelasi sebesar 0,355 (R = 35,5%), artinya tingkat keeratan hubungan antara variabel Return On Asset dengan variabel Capital Adequacy Ratio adalah 35,5% (derajat hubungan yang rendah). 2. Nilai R2 atau koefisien determinasi merupakan ukuran yang menyatakan kontribusi dari variabel independen dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen. Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai dari koefisien determinasi sebesar 0,126 (R2 = 12,6%), hal ini menjelaskan bahwa besarnya perubahan (variasi) dari Return On Asset dalam perusahaan Manufaktur mampu dijelaskan oleh variabel Capital Adequacy Ratio sebesar 12,6% sedangkan sisanya 87,4% dijelaskan oleh variabel lain di luar dari penelitian ini (error term). 3. Nilai koefisien regresi CAR sebesar 0,389 menunjukkan hubungan positif (searah) yang memberi arti bahwa setiap kenaikan CAR sebesar 100% maka menyebabkan ROA meningkat sebesar 38,9% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (X) Terhadap Return On Asset Berdasarkan hasil perhitungan variabel CAR diperoleh nilai thitung sebesar 3,153. Sedangkan nilai ttabel sebesar 1,660 dengan tingkat siginfikan 0,002 lebih kecil dari taraf signifikan pada α = 0,05. Dengan demikian, thitung > ttabel yang berarti secara parsial hipotesis H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran CAR berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Nilai koefisien regresi CAR sebesar 0,389 menunjukkan hubungan 5

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Manufaktur Di Indonesia

Chairil Akhyar

Disamping itu laporan keuangan tersebut hendaknya juga disampaikan kepada masyarakat sebagai bentuk akuntabilitas Manufaktur kepada publik. 2. Pihak BI hendaknya lebih meningkatkan manajemen pengadministrasian pelaporan keuangan dari masing-masing bank yang menjadi tanggung jawabnya. Pengadministrasian secara komputerisasi hendaknya terus ditingkatkan, baik dengan meningkatkan kualitas software, hardware, maupun personalia pengelolanya. 3. Kepada peneliti berikutnya agar penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah Manufaktur dan periode pengamatannya agar hasil penelitian yang diperoleh lebih akurat dan valid.

4. Berdasarkan hasil perhitungan variabel CAR diperoleh nilai thitung sebesar 3,153. Sedangkan nilai ttabel sebesar 1,660 dengan tingkat siginfikan 0,002 lebih kecil dari taraf signifikan pada α = 0,05. Dengan demikian, thitung > ttabel yang berarti secara parsial hipotesis H0 ditolak dan Ha diterima. Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Perusahaan Manufaktur hendaknya meningkatkan manajemen pelaporan keuangannya dengan cara melaporkan semua data dan informasi keuangannya secara lengkap kepada BI.

6

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Manufaktur Di Indonesia

Chairil Akhyar

REFERENSI Arikunto, Suharsini. (2002). “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan”. Penerbit Bineka Cipta. Jakarta. Brigham, Eugene f, Joel F. Houston.(2006) “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Edisi ke 10. Jakarta. Christianti, Ari (2006). Penentuan Perilaku Kebijakan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta : Hipotesis Static Trade Off atau Pecking Order Theory. Simposium Nasional Akuntansi IX (SNA IX). Padang. Ghozali, Imam. (2005). “Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Penerbit Badan Pusat universitas Dipenogoro. Semarang. Harmono, (2009) “Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard”. Penerbit, PT. Bumi Aksara.Cetakan Pertama. Hartono, (1990). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Dan Pengaruh Struktur Modal Terhadap Biaya Modal Pada PD. Bank Pasar Di Karisidenan Surakarta. Skripsi sarjana. Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta. Hidayat, Taufik. (2009). Analisis Rasio Keuangan terhadap Return saham pada perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara Medan. Husnan, Suad. (2001) “Pembelanjaan Perusahaan (Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”, Liberty, Yogyakarta. Husnan, Suad. Pudjiastuti (2004). “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Cetakan 4. Penerbit UUP AMP. Yogyakarta. Martono, D. Agus Harjito. (2007) “Manajemen Keuangan”. Edisi Pertama. Cetakan Keenam. Penerbit EKONISIA.Yogyakarta. Nurrahman, Muhammad Hafidz. (2004). Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan Tingkat Pertumbuhan terhadap Struktur Modal. Skripsi Sarjana (Tidak Diplubikasikan). Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UNY. Putra, Dikky Mahisa. (2005). Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Sarjana. Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta. Rakhmawati. (2008) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar di Bursa efek Jakarta. Skripsi sarjana.Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Riyanto, Bambang (2001) “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”. Edisi Keempat. Cetakan Ketujuh. BPFE. Yogyakarta. Saidi. (2004). Jurnal Bisnis Dan Ekonomi. Vol. 11. STIE Stikubank. Semarang. Santoso, Singgih. (2010). “Statistik Parametrik konsep dan aplikasi dengan SPSS”. Alex Media Komputindo. Jakarta. Sartono, R. Agus. (2001) “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”, Edisi 4. Cetakan pertama. BPFE. Yogyakarta. Setyo, Budi (2004). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Skripsi. Universitas Negeri Semarang. 7

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Manufaktur Di Indonesia

Chairil Akhyar

Sofiati. (2001). Pengaruh Timbal Balik antara Hutang dan Ekuitas terhadap Struktur Modal Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta. KOMPAK. No.1. Januari 2001. Hal : 40-56. Sriwardany. (2006). Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijaksanaan Struktur Modal dan Dampaknya Terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur Tbk, Tesis Pascasarjana Universtias Sumatera Utara, Medan. Van, Horne, James C,John M. Wachowicz. (2005) “Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan”, Edisi 12. Salemba. Jakarta. (2007) “Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan”, Edisi 12.Buku 2. Jakarta. www.idx.co.id. 28 Februari 2011, 13.20 Wib.

8

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

JURNAL VISIONER & STRATEGIS

Volume 4, Nomor 2, September 2015 ISSN : 2338-2864 p. 85-95

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 TanganTangan Aceh Barat Daya

Teaching management plays an important role on process of teaching success at education institutions because it is a measure of the success of nation. The research aimed at understanding the process of teaching plan, teaching, and student’s teaching evaluation. This research used qualitative approach by using descriptive method. The data were collected by observation, interview, and documentation study. The subjects of this research principal and teachers. The result of this research showed that: 1) the public elementary school 12 have not made implementation of plan because anew school established in 2012. The planned next academic year 2015/2016. 2) In the learning process teacher use texbooks, to meet the needs of teaching and learning activities, then explaining the materials by means of whiteboard, giving a chance to students to ask questions, delivering conception in order and vote, the teachers close the meeting by giving conclusion and tasks. 3) Teaching evaluation was emphasized on cognitive, affective, and psychomotor assessed with written form of homework, midterm test, and final examination. The evaluation was based on assessment guideline determined by the education departement both item and assessment grade that would be handed in to the school in each semester.

Keywords: Teaching, Management

85

Sayni Nasrah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

Sayni Nasrah

perkembangan pendidikan karena guru dapat membentuk kompetensi dasar siswa. guru diharapkan berpikir logis, kritis, dan menguasai materi serta mampu melaksanakan dan mengkomunikasikan materi pelajaran dengan baik. Serta guru juga harus kreatif dalam memgkombinasi metode mengajar dan punya daya inovasi dalam dunia pendidikan. Guru juga harus memperhatikan pelaksanaan tugas secara profesional. Undang-Undang No.14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 60 bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: a. Melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat; b. Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; c. Meningkatkan dan mengembangkan kulaifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perekembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; d. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosio ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; e. Menjujung tinggi peraturan undang-undang, hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan etika; dan f. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

PENDAHULUAN Perkembangan dunia global sekarang ini telah menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan pokok/primer dan tidak dapat dianggap sebagai kebutuhan sekunder. Seiring dengan perubahan kebutuhan tersebut, kian hari semakin bayak lembagalembaga pendidikan yang menyediakan pendidikan bagi masyarakat, tentunya dengan kualitas lulusan yang beragam, dan kualitas ini sangat tergantung pada kualitas lembaga tersebut, termasuk di dalamnya sekolah dasar. Pendidikan Indonesia diharapkan memiliki kesiapan dalam menghadapi tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang akan datang, maka dalam rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) 2005-2025, pemerintah mencanangkan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) bangsa ini, sehingga memiliki daya saing yang seimbang dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini. dengan menyadari penuh kenyataan itulah, maka Departemen Pendidikan melahirkan visinya, yaitu Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif 2025. Selama kurun waktu pembangunan tersebut, seluruh tenaga dan pikiran dicurahkan dalam rangka mengemban misi yang pada hakekatnya adalah mewujudkan pendidikan yang mampu membangun insan Indonesia cerdas dan konpetitif, yang berkeadilan, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat lokal dan global. Misi itulah yang menyemangati motto Departemen Pendidikan kedepan, yaitu Pendidikan Bermutu Untuk Semua. Siagian (2006:45): Melalui perencanaan sumberdaya manusia yang matang, produktivitas kerja dari tenaga yang sudah ada dapat ditingkatkan. Hal ini dapat diwujudkan melalui adanya penyesuaian tertentu, seperti peningkatan disiplin kerja, peningkatan keterampilan sehingga setiap orang menghasilkan sesuatu yang berkaitan langsung dengan kepentingan organisasi. Pembangunan Nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab. Menurut Notoatmodjo (2005: 5) manajemen sumberdaya manusia berasal dari dua kata yaitu to manage (mengelola, mengurus, menata, mengatur atau mengendalikan), dan sumber daya manusia yaitu human resources, manpower (tenaga kerja, pegawai, personalia). Dengan demikian manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai kegiatan mengelola tenaga kerja mulai dari pengadaan, pengembangan, pemeliharaan, sampai pada pemutusan kerja. Hasil dan dampak yang dirasakan masyarakat Peran guru disekolah sangat penting. Dengan kemampuan profesional guru sangat menentukan

Dinas pendidikan harus memperhatikan kualitas guru sebagai ujung tombak, dituntut untuk profesional sehingga dapat menjalankan fungsi akademiknya menuju aktualisasi keunggulan dan kemampuan optimal. Untuk itu upaya peningkatan kualitas kompetensi guru. Pemerintah menetapkan dalam Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 72 ayat 1 dan 2, menetapkan bahwa: 1. Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, melakukan evaluasi pembelajaran, membimbing dan melatih, melakukan penelitian, melakukan tugas tambahan, serta melakukan pengabdian kepada masyarakat. 2. Beban kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya sepadan dengan 12 (dua belas) satuan kredit semester dan sebanyakbanyaknya 16 (enam belas) satuan kredit semester. Belajar adalah suatu usaha sadar dari manusia untuk merubah pola fikir dari tidak tau menjadi tau sehingga dapat membentuk pola tingkah laku yang baik. Trianto (2010:5) menjelaskan “keberhasilan penyelenggaraan pendidikan formal secara umum dapat diindikasikan apabila kegiatan belajar mampu membentuk pola tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat dievaluasi melalui pengukuran tes dan nontes”. Dalam mengembangkan tanggung jawab dan menjalankan tugasnya, sebagai pengajar, guru harus 86

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

Sayni Nasrah

pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi (analisis) dokumen

memiliki berbagai bentuk kompetensi spesifik, yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Pada dasarnya strategi pembelajaran meliputi seluruh kegiatan/tahapan-tahapan pembelajaran yaitu mencakup persiapan/ perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut. Riyanto (2010:141) menjelaskan “pada dasarnya, tahapantahapan kegiatan pembelajaran mencakup persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut”. Perencanaan pembelajaran, kegiatannya dilakukan mulai dari mempersiapkan bahan, merencanakan bahan mengajar, persiapan mengajar, hadir di kelas sesuai jadwal, serta memberi nilai dengan objektif sesuai dengan ketentuan lembaga. Hamalik (2005:10) “Sistem pengajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan”. Dalam proses pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang proses belajar mengajar (PBM), umumnya prosedur pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga langkah yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup Evaluasi pada dasarnya menegaskan begitu pentinga perencanaan pendidikan dan hasilnya. Selanjutnya untuk memperlancar kegiatan PBM. Setiap siswa itu pada hakikatnya memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Persoalan ini perlu diketahui oleh guru. Harjanto (2010:277) menjelaskan “Secara umum dapat dikatakan evaluasi pengajaran adalah penilaian/penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum. Hasil penilaian ini dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif.” Realitas menunjukkan tidak semua guru menjalankan tugas dengan baik sebagai suatu tuntutan tugas dan keprofesionalan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Manajemen Pembelajaran, Khususnya Guru Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan, Aceh Barat Daya”. Sekolah Dasar (SD) Negeri 12 Tangan-Tangan, Aceh Barat Daya (ABDIYA) yang menjadi objek penelitian, karena merupakan sekolah baru berdiri yaitu tahun 2012. Sehingga bisa mendorong sekolah tersebut untuk membuat manajemen pembelajaran yang baik.

HASIL PENELITIAN Wawancara dilakukan dengan Kepsek dan Guru. Adapun hasil wawancara dan observasi manajemen pembelajaran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Perencanaan Pembelajaran (Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Dari hasil wawancara peneliti dengan Kepsek bahwa: perencanaan pembelajaran itu sangat penting , namun untuk SD Negeri 12 Tangan-Tangan belum membuat RPP karena merupak sekolah yang baru berdiri yaitu tahun 2012. Sehingga Kepsek memprioritaskan kebutuhan yang lebih mendesak. Minsalnya, kursi, Guru bakti, buku cetak. Menurut Kepsek penyusunan RPP sangat penting untuk meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu tahun depan akan membuat RPP dengan anggran yang telah dialokasikan sekolah. Sedangkan menurut wawancara dengan guru yang mengajar dari awal berdirinya sekolah tersebut yaitu sebagai guru bakti menyadari, sangat penting adanya RPP. Guru tersebut juga menjelaskan dengan adanya RPP sangat membantu PBM dalam mencapai target materi pembelajaran secara tepat waktu. Namun seperti yang sudah ibu ketahui bahwa sekolah kami ini baru berdiri tahun 2012. Jadi bayak kekurangan, dan menurut bapak Kepsek tahun depan kami para guru akan diberi pelatihan un tuk membuat RPP. Masih menurut guru tersebut, bahwa bapak Kepsek juga sudah menganggarkan alokasi dana untuk pembuatan RPP. Ini menandakan rencanaan pelatiahan RPP sangat serius untuk dilaksanakan ditahun depan. Proses Belajar Mengajar Menurut kajian melalui observasi yang peneliti lakukan berkaitan dengan PBM, guru masuk tepat waktu. Dalam PBM guru ada membuka pembelajaran dengan cara bertanya tentang keseharian siswa, misalnya sudah makan dirumah, sudah siapkan PR, sudah siap untuk belajar dan pertanyaan yang semisal dengan itu. Dalam menyajikan materi guru menjelaskan dengan bahasa Indonesia dan meberi penekanan dengan bahasa daereh agar mereka paham, dan diikuti pemberian latihan. Guru juga menutup PBM dengan memberikan PR. PBM berlangsung aktif, efektif, komunikatif serta tidak monoton dengan cara memberikan perhatian penuh pada setiap murud, dengan cara mendatangi satu persatu kemeja para siswa. Jika diperlukan pembimbingan khusus semisal membuat angka tertentu maka guru juga ikut membantu dengan cara memegang tangan siswa. Dan tak lupa guru juga mengapresiasi siswa yang mendapat nilai bagus dan

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Manajemen Pembelajaran Guru SD Negeri 12 Tangan-Tangan ABDYA?” METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Subjek penelitian yaitu Kepala Sekolah (Kepsek) dan Guru. Teknik 87

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

Sayni Nasrah

apakah sekolah swasta atau negeri, karena gagal merencanakan bererti merencanakan kegagalan. Dan dinas juga sudah mengalokasikan dana untuk pelalitahan, worshop lokakarya dalam membuat RPP. Sebelum guru tampil di depan kelas mengelola PBM, terlebih dahulu harus sudah merancang pengorganisasian bahan pembelajaran yang akan disampaikan dan sekaligus bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya PBM. Hamalik (2005:11) “tugas seorang perancang sistem adalah mengorganisasi orang, material, dan prosedur agar tujuan belajar tercapai secara efesien”. Guru yang akuntabel adalah guru yang siap dengan sejumlah bahan pengajaran guna membantu siswa menuju penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Guru hendaknya menguasai bahan pengajaran wajib, bahan penunjang, sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus, yang telah dirumuskannya, serta selaras dengan perkembangan mental siswa, ilmu dan teknologi. Kemampuan guru dalam menyusun program pembelajaran merupakan salah satu model dari perencanaan pembelajaran. Uno (2009:1) menjelaskan “perencanaan adalah hubungan antara apa (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, lokasi sumber”. Perencanaan merupakan rumusan yang harus dibuat oleh guru karena asumsi dari perencanaan adalah perubaha kearah yang lebih baik. Dalam perencanaan dikenal model-model perencanaan dengan tujuan untuk memudahkan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hamalik (2005:59-75) menyatakan bahwa “ model-model perencanaan ada empat yaitu: perncanaan pengajaran versi PBTE, perencanaan pengajaran sistem sistemis, perencanaan pengajaran model davis, prosedur pengembangan sistem instruksional (PSSI)”. Kemampuan guru dalam membuat program pembelajaran merupakan wujud profesionalisme guru yang tidak boleh diabaikan. Adapun menurut Usman (2009:82) “model perencanaan pendidikan ada empat yaitu model komprehensif, model pembiayaan dan kekreatifan biaya, model PPBS (plnning, programming, budgeting system), dan model target setting”. Ada beberapa komponen dalam PBM. Komponenkomponen itu misalnya guru, siswa, metode, alat/teknologi, saran, tujuan. Untuk mencapai tujuan, masing-masing komponen itu akan saling merespons dan memengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Sehingga tugas guru adalah bagaimana harus mendesain dari masing-masing komponen agar menciptakan PBM yang lebih optimal. Dengan demikian guru selanjutnya akan dapat mengembangkan PBM yang lebih dinamis untuk mencapai tujujan yang diharapkan. Dalam silabus, merupakan panduan ketika guru mengajar, dan merupakan kewajiban bagi setiap lembaga pendidikan. Dari silabus maka lahirlah RPP

memotivasi siswa yang lain agar bias lebih baik. Sarana dan prasarana dalam PBM juga mendukung dengan menggunakan papan tulis dan ruang yang nyaman. Berdasarkan wawancara dengan Kepsek diketahui bahwa tingkat kedisiplinan dalam PBM, sangat disiplin dari sisi ketepatan jam mulai PBM. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Meskipun dengan segala keterbatasan sebagai sekolah baru. Hasil wawancara dengan Kepsek juga menjelaskan, dalam PBM Waupun guru tidak punya RPP namun guru tetap mengajar sesuai materi karean menggunakan buku paket, dan bagi anak SD materi yang diajarkan sesuai dengan standar potensi dasar. Bahkan dituntut para guru yang mengajar itu harus kreatif dan inovatif dalam PBM, meskipun ada RPP. Evaluasi Proses Pembelajaran Hasil wawancara dengan Kepsek, guru: standar penilain ditetapkan oleh dinas baik bobot maupu item penilaian, yaitu mengacu pada tiga penilain kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik yang masing-masing harus memenuhi bobot kreteria ketuntasan minimal(KKM) 70. Maka jika siswa belum mencapai KKM maka akan diadakan remedial. Hasil wawancara dengan Kepsek, guru juga menambahkan bentuk ujian dalam penilaian siswa ditentukan dinas yaitu ujian tulisan dalam yang mencakup penilian afektif, kognitif dan psikomotorik. Setiap guru diakhir semester harus menyerahkan nilai akhir semester kepada sekolah untuk inventaris. Dalam rangka mewujudkan penilaian yang sehat dan baik maka kepsek mewajibkan para guru untuk mengawas saat ujian akhir semester dan mendampingi saat ujian yang telah ditetapkan sekolah. PEMBAHASAN Dalam pembahasan hasil penelitian akan diupayakan menginterpretasikan hasil temuan penelitian yang diperoleh di lapangan. Hal ini berdasarkan persepsi dari tujuan utama penelitian kualitatif untuk memperoleh pemaknaan atas realita atau kenyataan yang sebenarnya. Penelitian ini tentang manajemen pembelajaran. Secara sistematis dapat dipaparkan hasil penelitian yang membahas tiga permasalahan yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini, yaitu: (1) perencanaan pembelajaran (2) proses belajar mengajar (3) pelaksanaan evaluasi belajar mengajar. Perencanaan Pembelajaran (Penyusunan RPP) Perencanaan PBM sangat penting, karena segala sesuatu itu harus disiapkan dengan baik, tidak terkecuali PBM. Agar dalam mengajar memiliki kesamaan materi antara kelas satu dengan kelas yang lainnya. Bahkan sekolah-sekolah yang sudah lama berdiripun diwajibkan oleh dinas pendidikan untuk membuat perencanaan. Dengan tidak melihat lagi 88

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

Sayni Nasrah

memenuhi kriteria yang diharapkan. Hal ini menjadi sebuah masukan bagi SD Negeri 12 Tangan-Tangan dan sekolah lain, mengingat manajemen perencanan sangan penting karena gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan. Manajemen perencanaan bisa melalui pelatihan dan bimbingan khusus agar manajemen perencanaan yang diharapkan dapat berjalan dengan baik.

untuk menuntun guru dalam PBM agar efektif dan efesien. Perencanaan diperlukan dalam berbagai bentuk organisasi, sebab perencanaan ini merupakan proses dasar manajemen di dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Perencanaan diperlukan dalam setiap jenis kegiatan baik itu kegiatan organisasi, perusahaan maupun kegiatan dimasyarakat, dan perencanaan ada dalam setiap fungsi-fungsi manajemen, karena fungsi-fungsi tersebut hanya dapat melaksanakan keputusankeputusan yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Menurut Usman (2009:65) “perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada satu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan”. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia termasuk guru maka dibutuhkan perencanaan yang baik. Peningkatan keterampilan personal dan pengembangan sumber daya manusia yang berkompeten merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan profesionalisme dalam melaksanakan kegiatan PBM. Hal ini harus mendapat perhatian khusus dari pihak pemerintah melalui dinas dalam upaya meningkatkan keterampilan dan pengembangan kemampuan melalui penyusunan silabus dan RPP yang difasilitasi oleh sekolah. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Uno (2009:3) perlunya perencanaan adalah: 1. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran; 2. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem; 3. Perencanaan desain pembelajaran diacukan bagaimana sesorang belajar; 4. Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perorangan; 5. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini aka nada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran; 6. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar; 7. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan suatu variable pembelajaran; 8. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Proses Belajar Mengajar Menurut kajian melalui observasi yang peneliti lakukan berkaitan dengan PBM, guru masuk tepat waktu. Dalam pembelajaran guru membuka pembelajaran dengan cara bertanya tentang keadaan pribadi siswa, pada akhir pertemuan sebelumnya guru menutup pembelajaran dengan cara memberikan tugas rumah. Dalam pengamatan peneliti juga dalam PBM meskipun guru tidak menggunakan RPP, namun materi pembelajaran tetap tercapai karena menggunakan panduan buku paket. PBM berlangsung aktif, efektif, komunikatif serta tidak monoton dengan cara memberikan perhatian penuh pada setiap murud, dengan cara mendatangi satu persatu kemeja para siswa. Jika diperlukan pembimbingan khusus semisal membuat angka tertentu maka guru juga ikut membantu dengan cara memegang tangan siswa. Dan tak lupa guru juga mengapresiasi siswa yang mendapat nilai bagus dan memotivasi siswa yang lain agar bisa lebih baik. Sarana dan prasarana dalam PBM juga mendukung dengan menggunakan papan tulis dan ruang yang nyaman. Berdasarkan wawancara dengan Kepsek, guru diketahui bahwa tingkat kedisiplinan dalam PBM, berjalan disiplin dari sisi ketepatan jam mulai pembelajaran. Disamping perencanaan yang baik, guru juga berkewajiban untuk melaksanakan PBM dengan baik dan secara maksimal. Kesiapan semua elemen dalam struktur organisasi pendidikan yang dimulai dari sistem manajemen perencanaan sampai pada peningkatan kemampuan serta profesionalitas guru untuk menghasilkan output yang baik dan siap berkompetisi. Guru harus memperhatikan prinsipprinsip belajar yang merupakan kunci dalam pembelajaran. Dimyanti dan Mudjiono (2010:42) menjelaskan “prinsip-prinsip belajar itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individu”. Ada beberapa hal pokok yang berkaitan dengan keberhasilan PBM di sekolah. PBM akan berjalan efektif dan efisien apabila semua yang terlibat dalam PBM telah menggunakan dan menjalankan sesuai dengan silabus dan RPP yang telah disusun dalam PBM. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebutlah yang mempengaruhi hasil pembelajaran. Berikut akan diuraikan tentang kedua faktor penghambat belajar.

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap SD Negeri 12 Tangan-Tangan semester depan 2015/2016 benar-benar membuat RPP. Hal ini diharapkan bisa membuat pelaksanaan pendidikan dan pengajaran yang merupakan salah satu dari cara untuk meningkatkan mutu pendidikan. Maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran dalam hal menyusun RPP pada SD Negeri 12 Tangan-Tangan, belum memenuhi perencanaan yang baik dengan kata lain belum 89

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

Sayni Nasrah

Sikap siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, dan sabar. c. Bersifat psikomotor Psikomotor antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada anak sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Winkel (2009:70) menjelaskan “kebutuhan itu dapat merupakan biologis, seperti kebutuhan akan mengistirahatkan tubuh atau mendapatkan bahan makanan”. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar. Anak yang memiliki kecacatan fisik (panca indera atau fisik) tidak akan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Meskipun juga ada anak yang memiliki kecacatan fisik namun nilai akademiknya memuaskan. Kecacatan yang diderita anak akan mempengaruhi psikologisnya. Perasaan yang menghantui anak dapat membuat prestasinya menurun. Namun ada juga anak yang menjadikan kekurangannya sebagai motivasi untuk maju. Cacat fisik membuat anak tidak dapat malakukan aktivitas pembelajaran dengan baik. d. Minat. Secara sederhana minat merupakan kecenderungan kegairahan yang tinggi atau besar terhadap sesuatu. minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran. e. Bakat Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum bakat didefisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Berkaian dengan belajar didefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seseorang siswa untuk belajar. Dengan demikian bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung

Suryabrata (2010:233) menjelaskan “faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, yang digolongkan faktor nonsosial dan sosial. Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, dan inipun bisa digolongkan dalam faktor fisiologis dan psikologis”. 1. Faktor internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal meliputi faktor fisik/biologis serta faktor psikologis. a. Bersifat kognitif Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dan antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi siswa dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan dengan organ lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi dari seluruh aktivitas manusia. Winkel (2009:72) menjelaskan “belajar kognitif cirri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan suatu bentuk prestasi yang mewakili semua objek yang dihadapi, entah objek itu orang, benda atau kejadian/pristiwa”. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar anak, karena menentukan kualitas belajar siswa. Riyanto (2010:85) “para aliran nativisme berpendapat bahwa perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir….”. Semakin tinggi intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu untuk meraih sukses dalam pembelajaran. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain seperti orang tua, guru, dan masyarakat. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya. b. Bersifat afektif Afektif antara lain seperti labilnya emosi dan sikap dalam proses belajar sikap dapat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Winkel (2009:71) menjelaskan “belajar afektif salah satu cirinya ialah belajar menghayati nilai dari suatu objek yang dihadapi melalui alam perasaan….”. 90

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

Sayni Nasrah

kesuksesan proses pembelajaran. Guru yang menerapkan metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan dan perbedaan individual peserta didik akan dapat memperlancar dan menyukseskan intraksi belajar mengajar di kelas. c. Kurikulum Kurikulum yang kurang tepat dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menimbulkan kesukaran belajar. Kurikulum sangat penting dan selalu ada dalam sebuah instansi pendidikan. Kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan perkembangan psikologi anak. Menurut Mulayasa (2009:22) “kurikulm adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidkan”. Faktor kurikulum juga memegang peranan penting dalam memperlancar proses belajar mengajar di kelas. Kurikulum yang disusun sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan mental, sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa, masyarakat, dan dunia kerja, serta sesuai dengan kebutuhan guru sebagai pendidik dan pembelajaran di kelas akan mendukung pencapaian proses belajar mengajar yang optimal dan maksimal, sehingga suatu lembaga pendidikan akan lebih berkualitas. d. Penerapan disiplin Disiplin adalah suatu bentuk tingkah laku di mana seseorang menaati suatu peratutran dan kebiasaan-kebiasaan sesuai dengan waktu dan tempatnya. Dan ini hanya dapat dicapai dengan latihan dan percobaanpercobaan yang berulang-ulang disertai dengan kesungguhan seseorang, termasuk guru maupun siswa. Di samping itu, sukses juga ditentukan oleh disiplin atau tidaknya seseorang meraih segala sesuatu dan meletakkan sesuatu di tempat yang layak. Disiplin tak terlepas dari optimalisasi waktu. Agung (2010:58) menjelaskan “pemanfaatan waktu merupakan hal yang penting dalam merancang dan menyiapkan bahan ajar/materi pelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran”. Tanpa disiplin, seseorang tak akan mampu menyelesaikan segala apa yang telah direncanakannya. Dia tak akan mampu melakukan sebuah strategi secara berkesinambungan untuk meraih tujuan jika tidak punya disiplin. Beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan guru dalam kegiatan PBM adalah tercermin dalam keluaran hasil belajar. satu indikator keberhasilan dalam kegiatan proses belajar

proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masingmasing. Karena itu bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakuakan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri. Bingham (Sunarto dan Hartono 2008:117) “bakat menitik beratkan pada kondisi atau seperangkat sifat-sifat yang dianggap sebagai tanda kemampuan individu untuk menerima latihan, atau seperangkat respon seperti kemampuan bahasa, music dan sebagainya”. 2. Faktor eksternal Selain faktor internal, faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi faktor lingkungan sosial dan non-sosial. a. Lingkungan Sekolah Pendidikan di sekolah bukan sekedar bertujuan untuk melatih siswa supaya siap meneruskan ke jenjang pendidikan berikutnya, melainkan untuk membentuk siswa manjadi manusia sejati. Proses pembentukan manusia sejati sudah mulai sejak anak hidup dalam keluarga, kemudian dilanjutkan di sekolah, di masyarakat. Riyanto (2010:84) “…permulaan jiwa anak itu adalah bersih semisal kertas putih, yang kemudian sedikit demi sedikit terisi oleh pengalaman”. Di sekolah, untuk membentuk manusia sejati ada salah satu harapan dari guru yaitu memiliki kemampuan belajar tinggi dan disiplin sehingga mereka membuat belajar itu lebih mudah dan menyenangkan. Namun harapan itu tidak akan terwujud jika lingkungan pendidikan seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas tidak mendukung. Faktor-faktor yang dapat menghambat belajar di Universitas adalah: b. Metode mengajar Dalam mengajar guru memerlukan metode yang cocok. Metode ini dimaksudkan agar materi yang disampaikan oleh guru terasa menarik dan smahaiswa mudah menyerapnya. Riyanto (2010:82) menjelaskan “menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristik”. Faktor metode dan strategi serta pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, juga mempengaruhi kelancaran dan 91

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

Sayni Nasrah

perkembangan pribadi seseorang. Masyarakat memiliki peranan yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Peran yang telah disumbangkan dalam rangka tujuan pendidikan nasional yaitu berupa ikut membantu menyelenggarakan pendidikan, menyediakan lapangan kerja, biaya, prasarana dan sarana serta membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Ihsan (2010:33) menjelaskan “pendidikan masyarakat adalah usaha sadar yang juga memberikan kemungkinan perkembangan social, kultur, keagamaan, kepercayaan terhadap tuhan yang maha Esa, keterampilan, keahlian (profesi), yang dapat dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia untuk mengembangkan dirinya dan membangun masyarakat”. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa juga mempengaruhi proses pembelajaran. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran, dan banyak teman sebaya di lingkungan yang tidak kuliah dapat menjadi faktor yang menimbulkan kesukaran belajar bagi siswa. Riyanto (2010:86) menjelaskan “…perkembanan itu semata-mata tergantung pada faktor lingkungan, sedangkan faktor kawan tidak memainkan peran sama sekali”. Misalnya siswa tidak memiliki teman belajar dan diskusi maka akan merasa kesulitan saat akan meminjam buku atau alat belajar yang lain. h. Lingkungan keluarga Keluarga merupakan tempat pertama kali seseorang belajar. Oleh karena itu, lingkungan keluarga sangat mempengaruhi proses belajar seseorang. Ihsan (2010:57) menjelaskan “keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa”. Di samping itu hubungan orang tua dan anak juga harus diperhatikan. Hubungan yang tidak harmonis antara orang tua dan anak akan membuat anak tidak betah di rumah. Dengan begitu anak tidak akan bisa melaksanakan aktivitas belajarnya dengan baik. Dengan demikian hendaknya menjalin hubungan antara orang tua dan anak sebagai hubungan persahabatan. Keadaan ekonomi keluarga juga berpengaruh terhadap pembelajaran. Meskipun tidak mutlak, namun membuat perasaan minder. Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar seseorang. Ihsan (2010:57) menjelaskan “bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia”. Keharmonisan keluarga sangat mempengaruhi

mengajar itu adalah terjadinya perubahan pada diri peserta didik. Perubahan tersebut mencakup perubahan aspek pengetahuannya (Cognetif), aspek sikap (afektif), dan aspek keterampilannya (psikomotorik). Menurut Usman (2009:328)” apabila semua pihak dapat menerima rencana yang telah dibuat, maka setiap orang harus memotivasi dirinya secara berkesinambungan agar rencana tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan perkiraan dan waktu yang telah ditentukan”. e. Keterbatasan sarana prasarana Sekolah untuk membentuk manusia sejati ada salah satu harapan dari guru yaitu memiliki kemampuan belajar tinggi dan disiplin sehingga mereka membuat belajar itu lebih mudah dan menyenangkan. Namun harapan itu tidak akan terwujud jika sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung,listrik, kursi, papan tulis, spidol, kamar mandi dan lain sebagainya tidak ada. Terlebih lagi di era teknologi seperti sekarang ini sara prasarana haruslah diperhatikan seperti proyektor LCD, laptop/komputer, jaringan internet dan sebagainya. Suryobroto (2010:114) menjelaskan “prasarana pendidikan berperan dalam proses belajar mengajar walaupun secara tidak langsung”. Faktor gedung daya tampung suatu kelas merpakan faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasil proses pembelajaran. Daya tampung suatu kelas melebihi yang semestinya dapat mengakibatkan proses belajar mengajar tidak dapat berjalan secara maksimal dan optimal. f. Hubungan siswa dengan guru maupun teman Suasana sebuah kelas didukung oleh peran guru dan siswa yang lain. Agung (2010;71 ) menjelaskan “kehidupan komunitas kelas yang kurang berkembang, monoton, interaksi searah dan sejenisnya, bukan hanya akan dianggap kurang mengasikkan tetapi juga kurang membawa semangat”. terkecil di dalam lingkungan sekJika suasana kelas tidak mendukung, maka dapat menghambat proses pembelajaran. Hubungan siswa dengan guru, siswa dengan teman juga perlu dibangun sedemikian rupa sehingga tercipta suasana ynag baik dan nyaman bagi siswa. Guru memberikan tugas untuk siswa merupakan hal yang wajar. Tetapi siswa akan merasa jenuh dengan tugas yang terlalu banyak. Keberhasilan belajar siswa juga didukung oleh sarana dan prasarana yang ada. Sarana dan prasarana yang memadai juga membantu tercapainya hasil belajar yang maksimal. g. Lingkungan sosial masyarakat Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar pengaruhnya terhadap 92

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

Sayni Nasrah

guru diakhir semester harus menyerahkan daftar nilai kepada sekolah sebagai inventarisasi. Evalusi berasal dari kata evaluation, Kata tersebut diserap dalam bahasa Indonesia dengan penyesuaian lafal menjadi evaluasi yaitu pengukuran, penilaian walaupun sebenarnya mempunyai perbedaan tapi intinya sama tentang evaluasi. Dimyanti dan Mudjiono (2010:221) menjelaskan “evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian/atau pengukuran”. Sebagai upaya untuk membangun pendidikan yang lebih maju, maka diperlukan perbaikan secara sistemik terhadap pendidikan. Diantara upaya-upaya tersebut secara praktis bisa dikategorikan menjadi tiga bagian besar yaitu: menggunakan perencanaa, pelaksanaan, dan pengevaluasian, dari ketiga unsur tersebut selalu terkait dan terpadu, karena untuk melaksanakan tindakan kependidikan harus didasarkan pada perencanaan yang matang, kemudian dipraktekan/dilaksanakan, dari perencanaan dan pelaksanaan tersebut diadakan evaluasi, evaluasi ini untuk mengukur, mengamati dan sebagai bahan untuk memperbaiki rangkaian kegiatan kependidikan tersebut. Dimyanti dan Mudjiono (2010:221) menjelaskan Tujuan utama dari evaluasi pembelajaran adalah jumlah informasi atau data tentang jasa, nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran. Sejumlah informasi atau data yang diperoleh melalui evaluasi pembelajaran inilah yang kemudian difungsikan dan ditujukan untuk pengembangan dan akreditasi. Evaluasi mempunyai peranan penting sebagai arah perbaikan dalam pembangunan sistem pendidikan, evaluasi dalam proses pendidikan berkaitan dengan kegiatan mengontrol sejauh mana hasil yang telah dicapai sesuai dengan program yang telah direkayasa dalam kurikulum pendidikan, evaluasi merupakan alat legitimasi meningkatkan atau mempertahankan standar pembelajaran. UU Sisdiknas 2003 menjelaskan tentang evaluasi dalam pendidikan Nasional pada pasal 57,58 dan 59. Dari pasal-pasal tersebut di jelaskan evaluasi yang dilakukan oleh berbagai komponen misalkan pada pasal 57 aat satu dan dua menjelaskan evaluasi secara umum pada ayat 1 dan 2 sebagai berikut: 1. Ayat 1, Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Ayat 2, Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan non formal untuk semua jenjang, satuan dan jenis pendidikan.

terbentuknya watak anak. Keluarga yang tidak harmonis akan memberi dampak negatif pada anak dalam belajar. hasil lapangan ditemukan, kegiatan pembelajaran sudah dilaksanakan, namun belum semua dapat terpenuhi terutama pembuatan RPP. Namunpun demikian kendala bukanlah alasan untuk membenarkan keterbatasan dan merasa cukup. Oleh karena itu melalui penelitian ini peneliti mendorong SD Negeri 12 Tangan-Tangan melalui Kepsek semester depan 2015/2016 segera membuat RPP. i. Pembuka dan Penutup dalam Pembelajaran Pembukaan dalam pembelajaran menjadi hal yang penting. Dalam mengawali pembelajaran, seorang pengajar/guru diharuskan mengecek kondisi kelasnya apakah sudah siap digunakan untuk perkulaiahan. Setelah kondisi kelas siap, baru guru dapat memulai pembelajaran dengan membuka perkulaiahan dengan memotivasi siswa dengan cara mengaitkan apa yang sudah diketahuinya dengan apa yang akan dipelajarinya. Menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui apa yang akan dipelajari atau dilakukannya selama kegiatan pembelajaran juga bisa dilakukan untuk membuka pembelajaran. Menutup pembelajaran juga penting diperhatikan guru dalam mengakhiri pembelajaran. Diantaranya ada guru menutup pembelajaran dengan menyimpulkan materi yang dibahas pada pertemuan tersebut, ada juga memberikan tugas dengan cara mengumpulkan materi pembelajaran pada pertemuan berikutnya, dan ada juga dengan membuat pertanyaan seputar materi untuk melihat sejauh mana siswa menyerap materi pembelajaran, sehingga memungkinkan untuk mencari metode yang tepat dalam pembelajaran. Berdasarkan pokok kajian dan tujuan yang diteliti berkaitan dengan pembuka dan penutup dalam pembelajaran bila dibandingkan antara keadaan sebenarnya dengan teori-teori pendukung, maka dapat dikatakan sudah berjalan. Menurut hasil penelitian yang diperoleh bahwa, pihak sekolah berperan aktif dalam memonitoring pelaksanaan PBM. Evaluasi PBM Hasil wawancara dengan Kepsek, guru: standar penilaian yang digunakan dalam menentukan nilai siswa ditetapkan oleh dinas baik item maupun bobot penilaian. Kognitif, Afektif dan Psikomotorik. Dengan nilai ketuntasan minimal adalah 70. Hasil wawancara dengan Kepsek, guru juga menambahkan bentuk ujian atau remedial bagi siswa yang tidak mencapai nilai ketuntasan munimal. Setiap

Sedangkan pada pasal-pasal berikutnya yaitu pasal 58 dan 59 lebih menjelaskan tentang gambaran evaluasi yang dilakukan oleh bagian-bagian tersendiri, misalkan evaluasi yang dilakukan oleh pendidik (pasal 58 ayat 1), evaluasi yang dilakukan oleh satuan 93

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

pendidikan (pasal 58ayat 2), pasal 59 ayat 1 mengenai evaluasi pemerintah daerah terhadap satuan pendidikan, dan pasal 2 nya tentang evaluasi yang dilakukan oleh masyarakat dan atau organisasi profesi. Dari penjabaran mengenai evaluasi pembelajaran, setidaknya bisa disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran bertujuan untuk mengukur, menimbang dan mengetahui sejauh mana keberhasilan, kendala dan hambatan dalam sistem pengajaran yang telah dirumuskan dalam kurikulum, silabus, RPP dan evaluasi ini merupakan bagian terpenting dalam membangun secara sistemik PBM, dengan landasan pada dasar-dasar utama tujuan pendidikan. Usman mengjelaskan (2009:657) “evaluasi kinerja pendidik harus memperhatikan pencapaian prestasi dan perubahan-perubahan peserta didik”. Penyusunan rencana evaluasi pada umumnya mencakup kegiatan. Merumuskan tujuan dari kegiatan evaluasi itu sendiri. Menentukan aspek-aspek yang akan dievaluasi. Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan evaluasi. Menyusun dan menentukan alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam kegiatan evaluasi. Menentukan tolok ukur, norma atau kreteria yang akan dipergunakan dalam rangka memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi. Berdasarkan pokok-pokok kajian dalam penelitian ini, telah diperoleh beberapa hal yang berkaitan dengan evaluasi pembelajaran, bahwa evaluasi pembelajaran telah dilakukan dengan baik karena mengikuti bobot dan item penilaianyang ditentukan dinas. Menurut hasil penelitian yang diperoleh bahwa, komitmen dan usaha semua pihak untuk mengembangkan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran terlaksana, meskipun belum membuat RPP, namun PBM dan evaluasi pembelajaran tidak sekedar teori-teori dalam buku, melainkan juga hal yang harus dipraktikkan dalam dunia pendidikan.

Sayni Nasrah

PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh di lapangan dan pembahasan pada bab sebelumnya tentang manajemen pembelajaran di SD N 12 TanganTangan, ABDYA yang dapat disimpulkan sebagai berikut: SD Negeri 12 Tangan-Tangan, ABDYA dalam perencanaan pembeljaran belum membuat RPP. Namun materi tetap tercapai karena menyesuaikan dengan sekolah lain melalui buku paket, karena pihak sekolah menyadari pentingnya membuat peremcanaan kegiatan pembelajaran, Kepsek berkomitmen untuk membuat RPP semester depan yaitu tahun ajaran 2015/2016 meskipun sekolah ini baru berdiri tahun 2012. Dalam PBM guru menggunakan buku paket, untuk memenuhi kebutuhan kegiatan belajar mengajar guru terlebih dahulu membuka pembelajaran dengan bertanya tentang keseharian siswa, kemudian memaparkan materi pembelajaran dengan menggunakan bahasa Indonesia dan ditambah penekanan dengan bahasa daereh supaya lebih paham, memberikan siswa kesempatan bertanya dan serta memberikan latihan, dan guru menutup pembelajaran dengan menyimpulkan, dan memberi PR. Pada umumnya PBM disiplin. Bagi guru yang tidak disiplin akan dipanggil secara porsonil oleh Kepsek untuk diberi nasehat. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran di SD Negeri 12 Tangan-Tangan, ABDYA diadakan dalam bentuk tertulis dari pekerjaan rumah/tugas, ujian tengah semester dan ujian akhir semester dengan menggunakan pedoman penilaian yang ditetapkan Dinas baik item maupum bobot penilaian yang akan diinventarisir, yaitu setiap akhir semester guru harus menyerahkan daftar nilai akhir semester ke sekolah

94

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

Sayni Nasrah

REFERENSI

Agung, Iskandar. (2010). Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru. Jakarta : Bestari Buana Murni. Dimyati, Mudjiono. (2009), Belajar dan Pembelajran. Jakatra: PT Rineka Cipta. ………………….. (2010), Belajar dan Pembelajran. Jakatra: PT Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. (2005). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT bumi Aksara. Harjanto. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Reneka Cipta. Ihsan, Fuad. (2010). Dasar-Dasar Kependidikan (komponen MKDK). Jakarta: PT Reneka Cipta. Kementrian, R. I. (2006). Menuju Pendidikan Nasional Jangka Panjang 2025. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Mulyasa, E. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah). Jakarta: Bumi Aksara Notoatmodjo, Soekiddjo. (2005). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Reneka Cipta. Nasution, Zulkarnain. (2010). Manajemen Humas Di Lembaga Pendidikan. Malang: UMM Press. Riyanto, yatim. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Siagian, S.P. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. .................... (2008), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sugiyono. (2005). Metode penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta. Suryosubroto. (2010). Manajemen Pendidikan Di sekolah. Jakatra: Reneka Cipta Suryabrata, Sumadi. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo persada. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Guru. Jakarta: CV. Tamita Utama. Undang-undang Nomor 20 tahun 2005 Tentang Guru dan Guru. Jakarta: CV. Tamita Utama. Uno, B, Hamzah. (2009). Perencanaan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Usman, Husaini. (2009). Manajemen. Teori, Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Winkel, W.S. (2009). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

.

95

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

96

Sayni Nasrah

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

JURNAL VISIONER & STRATEGIS

Volume 4, Nomor 2, September 2015 ISSN : 2338-2864 p. 97-105

Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Toko Bahan Bangunan Ud. Sinar Jaya Aceh Utara

Service quality is the characteristics or properties of a product or service that affects the ability to satisfy consumer needs. Customer loyalty is loyalty to a person of a particular good or service. Customer loyalty is a manifestation and extension of consumer satisfaction, although it is not absolute customer satisfaction result. Purpose of this study was to determine the magnitude of the effect of service quality on customer loyalty at the store of building materials of UD. Sinar Jaya North Aceh. Location of the study was conducted at UD. Sinar Jaya North Aceh, Banda Aceh-Medan road, Syamtalira Bayu, North Aceh. The population in this study is the whole community of North Aceh and surrounding areas who buy building materials at UD. Sinar Jaya North Aceh, and based on the Slovin’s formula, researchers took a sample of 80 respondents. Methods of analysis in this study is to use a simple linear regression model to see how great influence of the service quality on customer loyalty. Processing of research data obtained by the correlation coefficient (R) of 0.630, with a correlation coefficient of this there is a strong relationship between quality of service (X) with customer loyalty (Y) is equal to 63%. For the coefficient of determination (R2) was obtained for 0.397 or 39.7% and the balance of 60.3% influenced by other variables that are not observed in this study (error term). Based on testing t, t values obtained for the quality of service (X) of 7,169, it is greates than ttable of 1,990, which means the quality of service (X) effect on customer loyalty (Y). So it can be concluded that, the quality of service have a significant effect on customer loyalty. Keywords: Quality of Service, Customer Loyalty

97

Teuku Edyansyah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Pelanggan

Teuku Edyansyah

daerah atau kota. Keadaan seperti ini menyebabkan pembangunan di perkotaan, menjadi hal yang harus diperhatikan dengan ketersediaan bahan-bahan bangunan. Dengan demikian masyarakat dapat memenuhi kebutuhan akan bahan bangunan yang mudah tersedia di sekitar masyarakat tersebut. Loyalitas pelanggan memiliki hubungan yang kuat dengan kualitas layanan. Terjadinya loyalitas pada pelanggan disebabkan adanya pengaruh kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan terhadap produk tersebut yang terakumulasi secara terus-menerus disamping adanya persepsi tentang kualitas. Kualitas pelayanan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen terhadap tingkat pelayanan yang dipersepsikan (perceived service) dengan tingkat pelayanan yang diharapkan (expected service). Kebutuhan akan bahan bangunan semakin hari semakin meningkat seiring membaiknya perekonomian masyarakat. Hal ini di pertegas dengan banyaknya permintaan akan rumah hunian baru maupun lama yang kemudian di renovasi. Oleh karena banyaknya permintaan tersebut maka kebutuhan berbagai macam bahan bangunan pun semakin meningkat. UD. Sinar Jaya adalah salah satu toko yang bergerak di bidang pengadaan bahan bangunan, seperti semen, besi, pipa maupun alat-alat listrik. Adapun berbagai macam cara pemasaran yang dilakukan oleh UD. Sinar Jaya agar produk yang dipasarkan dapat diterima di masyarakat, yaitu dengan menjaga dan memperhatikan kualitas layanan yang diberikan agar konsumen merasa nyaman dalam membeli bahan-bahan bangunan di UD. Sinar Jaya, yang dalam hal ini yang menjadi konsumen UD. Sinar Jaya adalah masyarakat yang berada di wilayah Aceh Utara dan sekitarnya. Dengan melihat kondisi tersebut, maka UD. Sinar Jaya harus berlomba-lomba merebut hati calon konsumen dengan bersaing dengan toko-toko bahan bangunan yang lainnya di Aceh Utara. UD. Sinar Jaya harus gencar dalam memasarkan produknya, disamping itu perusahaan juga harus berusaha meningkatkan kemampuanya dalam meraih volume penjualan untuk mencapai keuntungan yang diinginkan dari hasil penjualanya dengan memperhatikan dan menjaga kualitas layanan yang diberikan kepada konsumennya.

PENDAHULUAN Perkembangan dunia ekonomi di Indonesia telah mengalami kemajuan yang pesat begitu pula dengan perkembangan properti saat ini yang semakin meningkat. Pada setiap tahun, bisnis properti terus berkembang dikarenakan untuk merespon animo masyarakat yang sangat tinggi dalam pemenuhan akan kebutuhan perumahan dan permukiman. Rumah bukan sekedar bangunan untuk tempat beristirahat setelah seharian melakukan berbagai aktivitas, akan tetapi rumah merupakan keseimbangan yang harmonis antara bangunan, lingkungan dan penghuninya. Oleh karena itu, pembangunan perumahan dan pemukiman diberbagai daerah terus meningkat setiap tahunnya. Dengan lajunya pembangunan di segala bidang, baik ekonomi, sosial, budaya, serta di tambah dengan percepatan perkembangan pertumbuahan penduduk maka harus di imbangi dengan fasilitas yang mumpuni. Pelanggan merupakan sosok individu atau kelompok yang mempunyai peran urgent bagi perusahaan. Hal ini disebabkan keberadaan pelanggan mempunyai akses terhadap eksistensi produk di pasaran sehingga semua kegiatan perusahaan akan diupayakan untuk bisa memposisikan produk agar dapat diterima oleh pelanggan. Eksistensi kebutuhan yang sifatnya heterogen kemudian menjadi dasar bagi pelanggan untuk melakukan tindakan pemilihan atas tersedianya berbagai alternatif produk. Tindakan pelanggan itu sendiri merupakan suatu refleksi dari rangkaian proses tahapan pembelian dimana implikasi atas tindakannya tersebut akan mengantarkan pada suatu penilaian bahwa produk dapat diterima oleh pasar atau justru terjadi penolakan oleh pasar. Konsumen dan pelanggan merupakan mitra utama bagi pemasar. Pelanggan (Customer) berbeda dengan konsumen (Consumer), seorang dapat dikatakan sebagai pelanggan apabila orang tersebut mulai membiasakan diri untuk membeli kembali atau membeli ulang produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Kebiasaan tersebut dapat dibangun melalui pembelian berulang dalam jangka waktu tertentu, apabila dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pembelian ulang maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pelanggan tetapi sebagai seorang pembeli. Dalam waktu beberapa tahun terakhir, Pertumbuhan penduduk di beberapa tempat maupun daerah terus mengalami peningkatan pertumbuhan, hal ini ditandai dengan adanya pembukaan lahan baru yang dijadikan untuk pembangunan tempat tinggal maupun perumahan-perumahan dan toko-toko. Dan ini merupakan beban yang berat bagi penduduk kota pada umumnya dalam hal pembagian dan pemanfaatan lahan yang ada, namun beban ini juga ada pada pemilik toko bahan bangunan menjadi sulit dalam hal yang berhubungan dengan penyediaan bahan bangunan bagi konsumen. Pertumbuhan penduduk yang cepat di perkotaan lebih banyak disebabkan oleh adanya urbanisasi dan pemekaran

TINJAUAN TEORITIS Kualitas Banyak kriteria atau ukuran kualitas yang bervariasi dan cenderung terus dapat berubah sepanjang waktu, maka tidaklah mudah untuk mendefinisikan kualitas secara tepat. Soetjipto (1997:44) mengatakan bahwa kualitas secara konvensional menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti performance, kehandalan, mudah dalam penggunaan, dan estetika. Sedangkan definisi kualitas secara strategic adalah sesuatu yang 98

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Pelanggan

Teuku Edyansyah

layanan untuk mengembangkan loyalitas pelanggannya. Layanan yang berkualitas rendah akan menanggung resiko pelanggan tidak setia. Jika kualitas layanan diperhatikan, bahkan diperkuat dengan periklanan yang intensif, loyalitas pelanggan akan lebih mudah diperoleh. Kualitas layanan menjadi faktor kunci untuk menciptakan loyalitas pelanggan jangka panjang. Layanan menurut Kotler (2002:29) adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain. Pada dasarnya jasa tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa mungkin berkaitan dengan produk fisik atau tidak. Wilson (2004:15) berpendapat bahwa layanan merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari suatu pihak kepihak lain. Pada dasarnya jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan, dimana interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut. Kualitas adalah sejauh mana produk memenuhi spesifikasi-spesifikasinya (Lupiyoadi, 2001:17). Sedangkan kualitas layanan menurut American Society for Quality Control adalah keseluruhan ciriciri dan karakteristik-karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ditentukan atau bersifat laten (Lupiyoadi, 2001:18). Menurut Tjiptono (2006:51) layanan merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Menurut Parasuraman (1998:8), kualitas layanan yang diterima konsumen dinyatakan dalam ukuran besarnya ketidaksesuaian antara harapan dan keinginan konsumen dengan tingkat persepsi mereka. Kualitas layanan merupakan ukuran selisih antar perbedaan antara harapan konsumen dengan layanan yang diberikan oleh perusahaan. Perusahaan berusaha memberikan pelayanan yang berkualitas kepada konsumen. Oleh karena itu pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan lingkungan yang dapat menilai kualitas layanan yang diberikan suatu perusahaan kepada konsumen, karena konsumen merasakan langsung bagaimana pelayanan yang diberikan. Tjiptono (2006:53) menyimpulkan bahwa citra kualitas layanan yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang/persepsi penyedia jasa melainkan berdasarkan persepsi/sudut pandang pelanggan. Hal ini dikarenakan pelangganlah yang mengkonsumsi serta menikmati jasa layanan, sehingga merekalah yang seharusnya menentukan kualitas jasa. Persepsi pelanggan mengenai kualitas jasa merupakan penilaian menyeluruh terhadap keunggulan suatu jasa layanan. Olson (2003:17) berpendapat bahwa bagi pelanggan kualitas layanan adalah menyesuaikan diri dengan spesifikasi yang dituntut pelanggan. Pelanggan memutuskan bagaimana kualitas yang dimaksud dan menentukan apa yang dianggap penting. Pelanggan mempertimbangkan suatu kualitas layanan. Dari definisi beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan adalah ciri,

mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan. Tjiptono (2006:36) merumuskan bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Konsep kualitas itu sendiri sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah suatu ukuran seberapa jauh suatu produk mampu memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan (Tjiptono, 2006:38). Kotler (1997:49) berpendapat bahwa kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Ini berarti bahwa kualitas yang baik bukan dilihat dari penyedia jasa, melainkan berdasar pada persepsi pelanggan. Hutabarat (2003:29) mendefenisikan kualitas sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pendapat lain mengenai pengertian konsep kualitas dikemukakan oleh Gasperz (2002:76) yang mengatakan bahwa kualitas adalah suatu standart yang harus dicapai oleh seseorang atau sekelompok atau lembaga atau organisasi mengenai kualitas sumber daya manusia, kualitas cara kerja, proses dan hasil kerja atau produk yang berupa barang dan jasa. Dengan demikian, berkualitas mempunyai arti memuaskan kepada yang dilayani, baik internal maupun eksternal, dalam arti optimal pemenuhan atas tuntutan atau persyaratan pelanggan atau masyarakat. Pengertian yang dikemukakan Gasperz (2002) menunjukkan bahwa konsep kualitas berkaitan erat dengan pencapaian standart atau target yang diharapkan atau tuntutan dari pihak pelanggan yang dilayani. Dalam kaitan ini terlihat bahwa konsep kualitas terkait erat dengan pelanggan atau masyarakat yang dilayani. Sebagian ahli membahas konsep kualitas dalam kaitannya dengan pelanggan atau yang lazim disebut juga dengan istilah konsep kualitas berfokus pada pelanggan modern. Pengertian kualitas menurut Supranto (2001) adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Keunggulan suatu produk jasa sangat tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut apakah sudah sesuai dengan keinginan dan harapan pelanggan. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kualitas Layanan Salah satu faktor penting yang dapat membuat pelanggan puas adalah kualitas layanan. Kualitas layanan ini mempunyai pengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Pemasar dapat meningkatkan kualitas 99

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Pelanggan

Teuku Edyansyah

karakteristik atau sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan konsumen. kualitas pelayanan juga menjadi ukuran sebagai tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginan pelanggan. Ini berarti apabila jasa atau pelayanan yang diterima (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan. Sebaliknya, apabila jasa atau pelayanan yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan, maka kualitas jasa atau pelayanan akan dipersepsikan buruk. Konsep Loyalitas Pelanggan Istilah loyalitas pelanggan sebetulnya berasal dari loyalitas merek yang mencerminkan loyalitas pelanggan pada merek tertentu. Istilah loyalitas sudah sering kita dengar. Seperti emosi dan kepuasan, loyalitas merupakan konsep lain yang nampak mudah dibicarakan dalam konteks sehari-hari, tetapi menjadi lebih sulit ketika dianalisis maknanya. Pada dasarnya mempertahankan loyalitas terhadap merek dari pelanggan menjadai hal penting untuk kelangsungan hidup produk dan ini sering menjadi strategi yang lebih efektif dari pelanggan baru, disamping itu juga telah diperkirakan bahwa biaya untuk menarik pelanggan baru enam kali lipat lebih besar dari pada mempertahankan pelanggan yang telah ada (Aaker, 2000:11). Menurut Loudon (2000:37), loyalitas (kesetiaan) yang dituntut atau diberikan seseorang terhadap seseorang adalah sah dan hendaknya tulus karena sesuatu tingkat kepatuhan dan kesetiaan tertentu untuk menjalankan progran organisasi. Lupiyoadi (2001:21) mengatakan bahwa loyalitas produk merupakan tingkat dimana seorang pelanggan mempertahankan sikap yang positif terhadap produk, memiliki komitmen terhadap produk dimasa yang akan datang. Tingkat loyalitas pada produk tinggi adalah salah satu dari asset yang paling besar yang dapat dipunyai oleh pemasar, ini adalah sikap yang sangat mendukung menolak perubahan sehingga membuat jalan masuk pesaing sulit sekaligus mahal. Ketika loyalitas kuat, maka tantangan adalah menemukan cara-cara ”menendang” konsumen keluar dari rutinitas ini dan seringkali perlu untuk menawarkan insentif keuangan yang rendah, namun loyalitas harus diusahakan dan dipelihara melalui komitmenkomitmen yang berkesinambungan dari kepuasan pelanggan sehari-hari. Parasuraman (1998:12) menyatakan bahwa pelanggan yang setia adalah mereka yang sangat puas dengan produk tertentu sehingga mempunyai antusiasme untuk memperkenalkannya kepada siapapun yang mereka kenal. Selanjutnya, pada tahap berikutnya, pelanggan yang loyal tersebut akan memperluas “kesetiaan” mereka kepada produkproduk lain buatan produsen yang sama. Sedangkan menurut Payne (2000:11), berpendapat bahwa

loyalitas sebagai suatu perilaku yang diharapkan atas suatu produk atau layanan yang antara lain meliputi kemungkinan pembelian lebih lanjut atau perubahan perjanjian layanan, atau sebaliknya seberapa besar kemungkinan pelanggan akan beralih kepada pemilik merek lain atau penyedia layanan lain. Menurut Loudon (2000:45) konsep tentang loyalitas perlu diperjelas sebelum pengembangan metode operasionalisasi (pengukuran) dilakukan secara memadai. Klarifikasinya melibatkan ide yang berkaitan dengan pendekatan attitudinal sebagai komitmen psikologis dan pendekatan behavioural yang tercermin dalam perilaku beli aktual. Menurut Engel, (2004:31) loyalitas berkembang mengikuti tiga tahap yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Tinjauan ini memperkirakan bahwa konsumen menjadi loyal lebih dulu pada aspek kognitifnya, kemudian afektif dan akhirnya pada aspek konatif. Dalam hal ini ketiga aspek tersebut harus selaras, meskipun dalam literatur tentang disonansi memperlihatkan tidak semua kasus mengalami hal yang sama. Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan secara umum dapat diartikan sebagai kesetiaan seseorang suatu barang atau jasa tertentu. Loyalitas pelanggan merupakan manifestasi dan kelanjutan dari kepuasan konsumen walaupun tidak mutlak merupakan hasil kepuasan konsumen. loyalitas mempunyai pola pembelian ulang pada produk tertentu yang merupakan loyalitas sesungguhnya atau loyalitas pada produk tunggal. Loyalitas pelanggan merupakan mesin penggerak kesuksesan suatu bisnis. Namun usaha mempertahankan konsumen yang merupakan bagian penting dalam menciptakan loyalitas pelanggan bukanlah merupakan hal yang sederhana, karena perusahaan harus mengintegrasikan semua dimensi bisnis dan menentukan bagaimana sebaiknya menciptakan nilai (creating value) bagi pelanggannya. Dengan menciptakan nilai bagi pelanggannya akan membangun loyalitas pelanggan dan mempertahankannya. Pengaruh kualitas layanan terhadap loyalitas pelanggan Kualitas layanan merupakan evaluasi pelanggan tentang kesempurnaan kinerja layanan. Menurut Wilson (2000:23), kualitas pelayanan mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan. Jadi dengan peningkatan kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan maka kepuasan pelanggan akan tercipta. Lebih lanjut (Basu, 2002:12) berpendapat ketika pelayanan yang diberikan mampu memenuhi pengharapan pelanggan, maka pelanggan yang bersangkutan akan merasa puas. Bila ditinjau dari sudut pandang perusahaan, salah satu cara efektif dalam melakukan diferensiasi adalah melalui jasa atau pelayanan yang diberikan (Tjiptono, 2006:59). Parasuraman (1998:15) berpendapat bahwa kualitas pelayanan interen dengan kepuasan

100

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Pelanggan

Teuku Edyansyah

2. Wawancara. Dalam metode ini penulis melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang dapat memberikan informasi tentang data yang penulis butuhkan berkaitan dengan judul yang penulis ajukan. 3. Angket (questioner). Mengajukan daftar sederetan pertanyaan-pertanyaan melalui angket yang diberikan kepada karyawan sesuai dengan judul penelitian ini dengan menggunakan skala likert. 4. Telaah perpustakaan (library review). Cara ini penulis lakukan dengan mengumpulkan data-data secara teori yang dikemukakan oleh para ahli dari buku-buku yang ada diperpustakaan dan literaturliteratur lain.

pelanggan, dimana meningkatnya (semakin positif) kualitas pelayanan digunakan sebagai refleksi dari meningkatnya kepuasan pelanggan. Sementara itu, Payne (2003:29) membuktikan bahwa kualitas pelayanan sebagaimana dirasakan oleh pelanggan, mempengaruhi kepuasan dan pada gilirannya kepuasan pelanggan mempengaruhi loyalitas. METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di UD. Sinar Jaya Aceh Utara jalan Medan-Banda Aceh Syamtalira Bayu, Aceh Utara, dan yang menjadi subjek penelitian yaitu masyarakat Aceh Utara dan sekitarnya yang membeli bahan-bahan bangunan di UD. Sinar Jaya Aceh Utara. Populasi dan Sampel Populasi adalah suatu keseluruhan pengamatan atau objek yang menjadi perhatian kita dengan menggambarkan sesuatu yang bersifat ideal atau kritis (Nazir, 1998:4). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Aceh Utara dan sekitarnya yang membeli bahan-bahan bangunan di UD. Sinar Jaya Aceh Utara yaitu sebanyak 401 konsumen. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya (Nazir, 1998:5). Untuk menghitung besarnya sampel, digunakan rumus Slovin menurut Umar (2002:14):

n=

N 1 + Ne 2

Keterangan: n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi e = Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir. (Tingkat kesalahan yang diambil sebesar 10%) Berdasarkan rumus di atas, maka dapat di hitung besarnya sampel sebagai berikut:

401 n= = 80,039 = 80 responden 1 + ( 401 × 0,12 ) Berdasarkan perhitungan rumus Slovin maka diperoleh jumlah yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 80 responden. Dan teknik pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan teknik Accindental sampling. Motode Pengumpulan Data 1. Observasi (pengamatan/pendekatan) yaitu merupakan secara langsung pada objek penelitian yaitu di toko bahan bangunan UD. Sinar Jaya Aceh Utara.

Metode Analisis Data Data yang diperoleh akan dihitung dan di analisis sesuai model yang ada kaitannya. Untuk melihat pengaruh, penulis menggunakan model regresi linear sederhana untuk melihat seberapa besar pengaruh kualitas layanan terhadap loyalitas pelanggan. Adapun persamaan regresi linear sederhananya yaitu dengan formulasinya sebagai berikut: Y = b0 + bX + εi Dimana: Y b0 b X εi

= Dependent variable (loyalitas pelanggan) = Konstanta = Koefisien regresi = Independent variable (kualitas layanan) = Error term

Definisi Operasional Variabel 1. Kualitas layanan (X). Merupakan upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan penyampainnya untuk mengimbangi harapan pelanggan. 2. Loyalitas pelanggan (Y). Merupakan Tingkat dimana seorang pelanggan mempertahankan sikap yang positif terhadap produk, memiliki komitmen terhadap produk dimasa yang akan datang. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk menentukan tingkat signifikansi variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dalam hal ini kualitas layanan menggunakan uji t atau ttest. Dengan nilai signifikan yang ditetapkan yaitu pada tingkat keyakinan 95% atau pada tingkat kesalahan (alpha) 0,05, yang tercantum pada hasil olahan data dengan program SPSS dengan ketentuan jika hasil penelitian dan pengolahan data untuk uji t (ttest), apabila thitung > ttabel, maka penelitian ini harus menerima H1 dan menolak H0, artinya kualitas layanan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Dan jika sebaliknya thitung < ttabel maka H0 diterima dan menolak H1 yang artinya kualitas layanan tidak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan.

101

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Pelanggan

Teuku Edyansyah

HASIL PENELITIAN Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau Valid tidaknya suatu kuesioner. Mengukur tingkat validitas dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai Product Moment, jika hasilnya menunjukkan rhitung > rtabel maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid.

No. 1.

2

Tabel 1 Pearson Correlation Variabel rhitung Kualitas Layanan (X) X.1.1. (Pertanyaan 1 0,634 X.1.2. (Pertanyaan 2) 0,502 X.1.3. (Pertanyaan 3) 0,650 X.1.4. (Pertanyaan 4) 0,687 X.1.5. (Pertanyaan 5) 0,702 X.1.6. (Pertanyaan 6)  0,601 X.1.7. (Pertanyaan 7)  0,752 X.1.8. (Pertanyaan 8)  0,702 X.1.9. (Pertanyaan 9)  0,576 X.1.10. (Pertanyaan 10)  0,400 Loyalitas Pelanggan (Y) Y.1 (Pertanyaan 1) 0,641 Y.2 (Pertanyaan 2) 0,645 Y.3 (Pertanyaan 3) 0,673 Y.4 (Pertanyaan 4) 0,597 Y.5 (Pertanyaan 5) 0,403

1 2

Y = 1,389 + 0,602X + εi a. Konstanta (a) sebesar 1,389, hal ini menunjukkan bahwa jika kualitas layanan (X) dianggap konstan atau tidak mengalami perubahan, maka loyalitas pelanggan (Y) adalah sebesar 1,389. b. Koefisien variabel kualitas layanan (X) sebesar 0,602 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000, hal ini menunjukkan bahwa variabel kualitas layanan (X) berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan yang maksudnya jika UD. Sinar Jaya meningkatkan kualitas layanan sebesar 1%, maka loyalitas pelanggan juga akan meningkat sebesar 0,602%.

rtabel

0,2199

0,2199

Uji Reliabilitas Suatu konstruk atau variabel dikatakan realible jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2002).

No

Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat dilihat koefisien variabel kualitas layanan (X) dan konstanta yang menjadi observasi penelitian ini adalah koefisien nilai konstanta sebesar 1,389 dan koefisien kualitas layanan (X) sebesar 0,602. Hasil dari analisis regresi linear sederhana dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2 Nilai Cronbach Alpha Cronbach Ktr Variabel Alpha Kualitas 0,822 Reliable Layanan (X) Loyalitas 0,723 Reliable (Perlanggan (Y)

Analisis Regresi Linear Sederhana Tabel 3 Hasil Analisis Regresi sederhana No Keterangan Koefisien t hitung Sig. Konstanta 1,389 4,364 0,000 1 Kualitas 0,602 7,169 0,000 Layanan (X) R = 0,630 Ftabel = 3,963 R2 = 0,397 Fhitung = 51,401 Adjusted R2 = 0,389 Sig F = 0,000 t tabel = 1,990

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau kuat lemahnya hubungan antar variabel dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (R). Dari pengolahan data penelitian diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,630. Ini berarti bahwa hubungan antara kualitas layanan terhadap loyalitas pelanggan pada UD. Sinar Jaya Aceh Utara mempunyai hubungan yang tinggi sebesar 63%. Dan untuk mengetahui seberapa besar peranan kualitas layanan (X) dalam mempengaruhi loyalitas pelanggan (Y), dapat dilihat pada nilai R2 sebesar 0,397 atau 39,7% dan sisanya sebesar 60,3% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak terobservasi pada penelitian ini (error term). Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk menentukan tingkat signifikansi variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dalam hal ini variabel kualitas layanan (X) menggunakan uji t atau ttest. Berdasarkan hasil olah data dengan SPSS untuk uji t atau ttest, diperoleh nilai thitung senilai 7,169. Jadi nilai thitung 7,169 > ttabel 1,990, dimana dapat disimpulkan bahwa variabel bebas kualitas layanan (X) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat loyalitas pelanggan (Y) dengan tingkat signifikan 0.000. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini menerima H1 yaitu variabel kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan (Y). PENUTUP Kesimpulan 1. Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,630, dimana nilai koefisien korelasi ini terdapat hubungan yang erat antara kualitas layanan (X) dengan loyalitas pelanggan (Y) yaitu sebesar 63%. 2. Untuk nilai koefisien determinasi (R2) diperoleh sebesar 0,397, yang artinya 39,7% loyalitas

102

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Pelanggan

Teuku Edyansyah

pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dan sisanya sebesar 60,3% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak terobsevasi dalam penelitian ini (error term). 3. Untuk pengujian dengan uji t atau ttest, diperoleh nilai thitung 7,169 > ttabel 1,990, yang dapat disimpulkan bahwa nilai thitung lebih besar dari pada nilai ttabel, yang artinya kualitas layanan berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas pelanggan pada toko bahan bangunan UD. Sinar Jaya Aceh Utara. Saran 1. UD. Sinar Jaya Aceh Utara harus mempertahankan kualitas layanan seperti yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya sesuai yang diharapkan pelanggan, karena kualitas layanan terbukti berpengaruh terhadap peningkatan loyalitas pelanggan, maka kualitas

103

layanan oleh karyawan UD. Sinar Jaya Aceh Utara dapat ditingkatkan melalui pelayanan prima, yang meliputi kecepatan, ketepatan dan komunikasi antara penjual dan pelanggan, sehingga pelanggan merasa nyaman. Pihak UD. Sinar Jaya Aceh Utara juga harus mempertahankan dan juga meningkatkan yang berkenaan dengan daya tarik fisik yang berupa kebersihan toko, kenyamanan dan kemanan toko yang harus dimiliki UD. Sinar Jaya Aceh Utara sehingga pelanggan akan merasa puas dan loyal terhadap UD. Sinar Jaya Aceh Utara. 2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah variabel penelitian lainnya sehingga hasil penelitian lebih baik dan hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai referensi bagi yang mengadakan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kualitas layanan dan loyalitas pelanggan.

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Pelanggan

Teuku Edyansyah

REFERENSI Aaker A David. (2000). Ekuaitas Merek. Edisi Indonesia. Mitra Utama. Jakarta. Assauri, Sofjan, (2007). Manajemen Pemasaran. Dasar, Konsep dan Strategi. Penerbit PT. Rajagrafinda Persada, Jakarta. Basu, S (2002). Loyalitas Pelanggan, Sebuah Kajian Konseptual. Sebagai Panduan bagi peneliti, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Dharmmesta, (2005). “Loyalitas Pelanggan: Sebuah Kajian Konseptual Sebagai Panduan Bagi Peneliti,” Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol 14. Dick dan Basu (2001). Manajemen Pemasaran Jasa: Teori dan Praktek. Edisi Pertama. Salemba Empat, Jakarta. Engel, James F. Dkk., Terjemahan F.X. Budiyanto., (2004), Perilaku Konsumen. Binarupa Aksara, Jakarta. Gasperz, V, (2002), Manajemen Kualitas: Penerapan Konsep-Konsep Kualitas dalam Manajemen Bisnis Total, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hasan, M. Iqbal. (2002). Metode Penelitian dan Aplikasinya. Cetakan I, Mei. Ghalia Indonesia. Hutabarat, Jemsly. (2003). Visi Kualitas Jasa "Membahagikan Pelanggan" : Kunci Sukses Bisnis Jasa. Penerbit Gramedia. Jakarta. Kotler, Philip. (1997). Manajemen Pemasaran. Erlangga. Jakarta. ------------------. (2000). Manajemen Pemasaran. Edisi Milinium, jilid 1. Prenhallindo. Jakarta. ------------------. (2002). Manajemen Pemasaran Jilid I dan 2 (Terjemahan Benjamin Molan). Prenhallindo. Jakarta. Loudon, David, (2000). Consumer Behaviour, Edisi ke lima, Mc Graw Hill Book Co Singgapura. Lupiyoadi, Rambat, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta. Nazir, (1998). Pengantar Metode Statistika. Cetakan ke sembilan, Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta. Olson, Peter, (2003). Consumer Behavior and Marketing Strategy, Richard D. Irwan Inc, Boston, Edisi Ketiga. Parasuraman, A. Zeithaml, V.A., Berry L.L. (1998). “SERVQUAL: A Multiple-Item Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality”. Journal of Retailing, Vol. 64, Spring. Payne, Adrian. (2000). The Essence of Service Marketing: Pemasaran Jasa. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Sadi (2009). Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kualitas Produk Terhadap Loyalitas Pelanggan Tahu Bakso Ibu Pudji. Program Studi Magister Agribisnis, Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro, Semarang

104

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Pelanggan

Teuku Edyansyah

Saputro, Ropinov. (2010). Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Dan Kepercayaan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi Pada PT. Nusantara Sakti Demak). Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Semarang. Soetjipto, Budi W. (1997). “Service Quality”. Manajemen Usahawan. Lembaga Management FE UI. Jakarta. Stanton, W.J. dan Lamarto, (2005). Prinsip Pemasaran, Erlangga, Jakarta. Sugiyono, (2002). Metode Penelitian Bisnis. CV. Alvabeta, Bandung. Supranto, J. (2001). Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Meningkatkan Pangsa Pasar. Rineka Cipta. Jakarta. Swastha Basu DH. dan Irawan. (2008). Manajemen Pemasaran Modern. Liberty. Yogyakarta. Tjiptono, Fandy. (1997). Prinsip-prinsip Total Quality Service. Andi Offset. Yogyakarta. ----------------------, (2006). Pemasaran Jasa, Bayumedia Publishing, Malang. Umar, Husein. (2002). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis. Cetakan 3. PT Grafindo Persada. Jakarta. Wilson, (2004). Pemasaran Jasa (Terjemahan), Erlangga. Jakarta.

105

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Pelanggan

Teuku Edyansyah

106

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

JURNAL VISIONER & STRATEGIS

Volume 4, Nomor 2, September 2015 ISSN : 2338-2864 p. 107-113

Praktek Akuntansi dan Peluang Implementasi Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada UMKM di Kabupaten Bireuen

This study aimed to analyze the accounting practices conducted by SMEs and opportunities implementation of Financial Accounting Standards Entities Without Public Accountability (SAK ETAP). This study used a qualitative approach. Data collected through observation, interviews, and documentation. Data were analyzed through the stages of data reduction, data display, and conclusion drawing / verification.The results showed SMEs are already making the accounting records of their business transactions. Only a small proportion of SMEs that make the balance sheet and income statement. SMEs not using generally accepted accounting in recording transactions and preparing financial statements. SMEs opportunities to implement the Financial Accounting Standards Entities Without Accountability (SAK ETAP) is still difficult to realize because SMEs do not understand the accounting and also do not know about SAK ETAP. SMEs are advised to use generally accepted accounting to record transasksi its business and prepare financial statements. Other related parties are expected to provide training and assistance to SMEs for the preparation of financial statements in accordance SAK ETAP. Keywords: Financial Statements, SAK ETAP, SMEs

 

  

107 

Iswadi Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

PENDAHULUAN Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan suatu entitas usaha yang mampu untuk tetap berkembang dalam kondisi ekonomi yang lemah. Pengalaman krisis ekonomi dan moneter telah membuktikan bahwa UMKM mempunyai peranan dan kontribusi yang nyata. Kedudukan yang strategis UMKM tidak terbantahkan dalam Perekonomian Nasional/Daerah dalam meningkatkan Penyerapan dan kesempatan kerja, Kesempatan usaha, serta Pendapatan bagi sebagian besar masyarakat (Bank Indonesia, 2012). Hamid (2010) menyebutkan faktor penghambat internal UMKM adalah lemah dari segi permodalan dan manjerial. Sofiah dan Murniati (2014) menyebutkan salah satu permasalahan UMKM adalah sulitnya akses ke perbankan untuk mendapatkan tambahan modal dikarenakan UMKM tidak memahami pentingnya menyusun laporan keuangan. Narsa, dkk (2012) menyebutkan kualitas sumber daya manusia pada UMKM membuat mereka asing terhadap sektor keuangan formal sehingga umumnya mereka terjebak pada sumber-sumber dana informal yang lebih sering membuat penderitaan panjang bagi UMKM. Dalam penyaluran kredit ke sebuah unit bisnis, lembaga keuangan membutuhkan informasi yang reliabel sehingga keputusan untuk meminjamkan dana bagi suatu bisnis atau perusahaan telah didukung oleh informasi yang memadai. Jumingan (2011) menyebutkan salah aspek yang dipertimbangkan bank dalam pemebrian kredit adalah aspek keuangan. Aspek keuangan tercermin pada laporan keuangan. Mayoritas UMKM belum memiliki laporan keuangan yang memadai karena akuntansi dipandang rumit. Untuk menyederhanakan standar akuntansi bagi UMKM, pada Tahun 2009, diterbitkanlah Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang diperuntukkan bagi entitas bisnis yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan. SAK ETAP ini lebih sederhana dan lebih mudah dipahami oleh para pelaku UMKM dibandingkan dengan PSAK umum yang lebih rumit. SAK ETAP berlaku efektif mulai tanggal 1 januari 2011. Kabupaten Bireuen secara topografi berada sebagai jangkar yang menghubungkan Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Pidie, dan Kabupaten Bener Meriah. Kabupaten Bireuen juga dikenal dengan kota juang dan kota dagang. Kondisi ini tentu saja menjadi peluang pengembangan UMKM sehingga menjadi menarik untuk dikaji tentang Praktek Akuntansi dan Peluang Implementasi Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada UMKM di Kabupaten Bireuen. Definisi UMKM yang digunakan dalam penelitian ini merujuk kepada definisi

berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

TINJAUAN PUSTAKA Laporan Keuangan dan Tujuannya Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, dimana laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan secara umum mengenai kenaikan laba atau rugi operasi perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Jumingan (2011), menyatakan bahwa laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi didalam perusahaan. Transaksi dan peristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolongkan, dan diringkaskan dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai tujuan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (Revisi 2009), “Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.” Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP (2009:2) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akunatnbilitas Publik dan Ruang Lingkupnya Ikatan Akuntan Indonesia (2009) menyebutkan SAK ETAP sebagai Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan, dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Dua kriteria yang menentukan apakah suatu entitas tergolong entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP) yaitu: tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) bagi pengguna eksternal. Penelitian Terdahulu Penelitian Alfitri (2014) memberikan bukti (1) pemahaman perajin mebel tentang SAK ETAP masih rendah karena sebagian besar mereka tidak memahami dan tidak mengetahui secara lansung dari 108 

 

Praktek Akuntansi dan Peluang Implementasi Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas

Adanya persepsi bahwa tanpa laporan keuanganpun, usaha tetap berjalan dan memberi penghasilan.

pihak yang berwenang tentang SAK ETAP. Mereka juga tidak mengetahui pencatatan dan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan ilmu akuntansi yang disebabkan oleh pendidikan perajin mebel yang rendah, tidak memahami pentingnya pencatatan dan penyusunan laporan keuangan, dan kurang efektifnya sosialisasi dari pihak berwenang tentang SAK ETAP, (2) sebagian besar perajin mebel tidak melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan, beberapa dari mereka mengakui melakukan pencatatn keuangan yang sederhana sesuai dengan kebutuhan mereka. Penelitian Setiady (2012) menunjukkan bahwa sebagian reponden UMKM garmen yang ada di Pusat Grosir Surabaya telah siap mengimplementasikan SAK ETAP dan sebagian besar lainnya tidak siap mengimplementasikan SAK ETAP. Sebagian besar UMKM yang siap adalah perusahaan yang telah memiliki sistem akuntansi yang cukup rapi dan tertata. Dalam penelitian Narsa, dkk (2012) ditemukan bahwa sebagian besar pelaku UMKM masih menganggap penting laporan keuangan yang tertib dan disiplin sehingga member harapan kemungkinan UMKM menerapkan standar akuntansi dalan usahanya. Kendala-kendala UMKM tidak mempunyai laporan keuangan sesuai dengan standar SAK-ETAP ialah sebagai berikut: Tidak adanya catatan transaksi yang baik dan tertib; Ketiadaan catatan transaksi tersebut karena sebagian besar pelaku UMKM tidak memahami bentuk catatan transaksi keuangan itu seperti apa; Karena kekurangpahaman tersebut maka memunculkan persepsi bahwa catatan keuangan suatu hal yang rumit dan sulit diterapkan pada usaha mereka; Nama Unit Usaha UD. Zaki Motor UD.Maba Rimo Munandar Yusuf Ali Warung Kopi Umar Aziz Motor Kitty Bayi

Iswadi

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Peneliti menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini karena fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer serta pertanyaan penelitian yang berkenaan dengan “why” dan “how” (Yin, 1997). Penelitian kualitatif menurut Maleong (1994) berakar pada latar belakang alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, menga dakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan teori- teori dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data. Rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak: peneliti dan subjek penelitian. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka teknik yang digunakan adalah trianggulasi. Sugiono (2012) menyebutkan trianggulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Jumlah responden dan jenis usaha yang dijalankan adalah:

Bidang Usaha Perdagangan/Jasa Sparepart mobil dan service Sembako Pakaian Bahan Bangunan Pakaian Minuman Sepeda Motor Bekas Pakaian Bayi

Pemilik Marsyidi Amiruddin A.Thaib Muhammad Nur Yusuf Ali Umar Aziz Syamsuddin Ibnu

Lokasi Usaha Matang Glumpang Dua Matang Glumpang Dua Bireuen Matang Glumpang Dua Bireuen Bireuen Bireuen Bireuen

Pengujian Keabsahan Data Uji keabsahan data dalam penelitian ini meliputi uji, credibility (validitas internal), transfersibility (validitas eksternal), dan confirmability (obyektivitas). Uji kredibilitas dilakukan melalui perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, trianggulasi, diskusi teman sejawat, analisis kasus negatif. member check (pengecekan anggota).

Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif berdasarkan konsep Miles and Huberman (1984) dalam Sugiono (2012) yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Tahapan analisis data terdiri dari tiga tahapan, yaitu: data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan/verifikasi).

109

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Praktek Akuntansi dan Peluang Implementasi Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas

Iswadi

Laporan laba rugi disusun secara sederhana dengan cara total penjualan dikurangi dengan berbagai biaya yang dikeluarkan. Muhammad Nur menyebutkan usahanya dijalankan secara sederhana, tidak pernah mencatat uang masuk dan uang keluar, untuk mengetahui berapa jumlah uang masuk dan uang keluar dalam satu hari dilakukan dengan menghitung jumlah uang pada faktur yang telah dibayarkan dan faktur penjualan yang sudah dilunaskan, sedangkan faktur pembelian yang belum dibayarkan (masih berhutang pada supplier) dan faktur penjualan yang belum dilunaskan pelanggang (piutang) belum diperhitungkan sebagai kas keluar ataupun kas masuk. Laporan keuangan tidak pernah disusun dengan alasan tidak memahami cara membuatnya. Yusuf Ali menyebutkan usahanya yang sudah dijalankan puluhan tahun tidak pernah membuat laporan keuangan secara tepat dan sesuai dengan aturan akuntansi, yang dicatat hanya uang masuk dan uang keluar saja yang terjadi setiap hari dan tidak pernah menghitung laba bersih yang diperoleh pada setiap tahun, usahanya dianggap memiliki laba dengan alasan usahanya tetap berjalan sudah puluhan tahun dan ini memberibukti usahanya sukses. Usahanya pernah meminta bantuan akuntan untuk menyusun neraca dan laba rugi untuk kepentingan mendapatkan kredit di bank. Neraca dan laba rugi disusun secara baik agar dipandang layak oleh bank untuk mendapatkan kredit. Yusuf Ali menyatakan tidak membuat laporan keuangan karena tidak memahami akuntansi dan juga menyita waktunya dalam melayani pelanggang karena disibukkan oleh aktivitas pencatatan. Ibnu menguraikan usahanya yang bergerak di bidang pakaian dan peralatan bayi baru berjalan selama empat tahun yang masih memiliki pegawai dua orang termasuk dirinya belum pernah membuat laporan keuangan, transaksi yang dicatat hanya transaksi penjualan saja sedangkan transaksi pembelian barang tidak pernah dicatat, faktur pembelian digunakan untuk mengetahui jumlah uang yang dikeluarkan. Usaha ini tidak pernah membuat laporan keuangan karena tidak mengerti dan juga tidak memiliki staf akuntansi. Selain itu, laporan keuangan juga dipandang tidak penting karena usahanya kecil. Umar sebagai pengusaha warung kopi menyebutkan membuat catatan pembukuannya setiap hari baik uang masuk maupun uang keluar. Ini dilakukan untuk mengetahui berapa penjualan per hari dan pembelian kebutuhan warung setiap hari, catatan akuntansi yang dibuat sangat sederhana tidak mengikuti kaedah akuntansi. Catatan ini pun dibuat sebagai bentuk pertanggungjawabannya terhadap pemilik modal, dia hanya sebagai pengelola saja dengan sistem bagi hasil. Laporan keuangan tidak pernah disusun karena tidak memahami cara membuatnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pencatatan Akuntansi dan Persepsi UMKM terhadap Urgensitas Laporan Keuangan Pencatatan transaksi usaha dan penyusunan laporan keuangan pada sebuah entitas bisnis sangat penting untuk mengetahui kinerja keuangan yang dicapai dalam satu periode tertentu. Melalui laporan keuangan, pemilik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap sebuah unit usaha dapat mengetahui posisi keuangan, laba usaha, dan bahkan likuiditas dan solvabilitas unit usaha tersebut. Bagi usaha mikro-kecil-menengah, laporan keuangan usaha dipandang belum begitu penting bagi mereka tetapi traksaksi yang terjadi perlu untuk dicatat. Marsyidi menyatakan semua transaksi dalam satu hari dicatat pada sore hari ketika toko sudah ditutup, begitu juga pengeluaran yang terjadi pada hari itu dikumpulkan dan dicatat pada sore hari hari untuk mengetahui penerimaan uang dan pengeluarannya dalam satu hari. Kami tidak membuat laporan keuangan usaha karena tidak memahami cara membuatnya dan usahanya tidak besar sehingga tidak begitu penting membuat laporan keuangan. Amir mengatakan usahanya membuat catatan transaksi usaha dalam bentuk uang masuk dan uang keluar dalam buku catatan kas, setiap penjualan dicatat pada posisi debet dan setiap pengeluaran dicatat pada posisi kredit. Laporan keuangan tidak pernah dibuat karena usahanya berskala kecil dan itu juga tidak penting bagi kami, yang penting kami mengetahui laba yang diperoleh dalam satu tahun. Ketika ditanyakan bagaimana cara menghitung laba pada akhir tahun, Amir menyatakan menghitung semua pendapatan dalam satu tahun dikurangi semua pengeluaran termasuk pengeluaran kas untuk pembelian barang dalam satu tahun termasuk menghitung berapa barang yang masih tersisa di toko sebagai persediaan. A.Thaib menguraikan usahanya yang bergerak di bidang penjualan pakaian hanya membuat catatan penjualan setiap hari, pada akhir setiap bulan dijumlahkan total penjualan dalam satu bulan, penjulan tahunan merupakan penjumlahan dari total penjualan setiap bulan. Laporan keuangan tidak pernah dibuat dengan alas an tidak paham. Laba tahunan dihitung dengan total penjualan dalam satu tahun dikurangi berbagai biaya yang dikeluarkan seperti biaya gaji, listrik, air, dan total pembelian barang yang telah ddikurangi dengan barang yang masih tersedia di toko. Aziz Syamsuddin yang bergerak di bidang usaha jual beli sepeda motor bekas mengatakan mencatat setiap transaksi pembelian dan penjualan sepeda motor tetapi tidak pernah membuat laporan keuangan secara lengkap. semua transaksi dicatat menurut tanggal terjadinya, pencatatan dilakukan pada computer yang disediakan untuk itu. Catatan yang dibuat mencakup tanggal transaksi, keterangan, debet dan kreditnya. 110

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Praktek Akuntansi dan Peluang Implementasi Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas

Iswadi

sehingga pelaku usaha lebih fokus pada kegiatan pengelolaan usaha rutin sehari-hari (misalkan pembelian barang dagangan, mengurus tenaga kerja, mengurus transaksi penjualan, dan lain-lain sebagainya). Berdasarkan gambaran di atas, UMKM di Kabupaten Bireuen masih sulit untuk bisa menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Hal ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran UMKM untuk membuat pembukuan dan laporan keuangan atas hasil usahanya bahkan mereka tidak tahu dan tidak paham tentang SAK ETAP ini. Kalau diamati dari kecenderungan praktek akuntansi yang dijalankan oleh UMKM selama ini yang masih cenderung menggunakan tata buku single entry, masih jauh harapan UMKM untuk menerapkan SAK ETAP.

Analisis Peluang Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Akuntan Publik (SAK ETAP) Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada prinsipnya bertujuan membantu perusahaan kecil menengah dalam menyediakan laporan keuangan yang tetap relevan, andal, dan berguna bagi pihakpihak yang berkepentingan secara sederhana. Usaha Mikro Kecil Menengah di Kabupaten Bireuen tidak semua membuat laporan keuangan, hanya sebagian kecil saja yang membuat laporan keuangan utama yang meliputi neraca dan laporan laba rugi, itupun sebagiannya tidak membuat secara berkelanjutan sepanjang umur perusahaan. Sebagiannya itu hanya membuat laporan keuangan utama ketika dimintakan oleh pihak eksternal seperti bank ketika perusahaan tersebut mengajukan permohonan kredit modal usaha. Secara mayoritas, hampir dapat dipastikan usaha kecil menengah di Kabupaten Bireuen membuat catatan akuntansi atas transaksi usahanya. Sebagian UMKM membuat catatan transaksi usahanya secara sederhana dalam bentuk buku khusus tunggal (single entry) tanpa mengikuti ketentuan standar akuntansi yang berlaku umum. Beberapa alasan UMKM tidak membuat pembukuan termasuk laporan keuangan berdasarkan akuntansi yang berlaku umum adalah: 1. Pengetahuan pelaku usaha UMKM tentang akuntansi yang sangat minim, mayoritas mereka tidak memahami akuntansi dengan baik sehingga tidak mampu membuat pembukuan transaksi usaha dan laporan keuangan. 2. Tidak memiliki staf akuntansi untuk mencatat transaksi usaha dan membuat laporan keuangan. Menambahkan staf akuntansi akan menjadi beban tambahan bagi mereka dalam membayar gaji padahal usahanya hanya berskala kecil menengah. 3. Adanya anggapan bahwa pencatatan transaksi yang lengkap termasuk membuat laporan keuangan tidak diperlukan karena tanpa membuat pembukuanpun mereka sudah meyakini usahanya memperoleh keuntungan setiap tahun. 4. Membutuhkan waktu lama untuk melakukan kegiatan pencatatan yang rapi dan teratur, .

Kesimpulan dan Keterbatasan Penelitian Usaha Mikro Kecil Menengah di Kabupaten Bireuen umumnya sudah membuat catatan akuntansi transaksi usahanya. Hanya sebagian kecil saja UMKM yang membuat laporan keuangan minimum yang dibutuhkan (neraca dan laporan laba rugi), itupun sebagiannya membuatnya ketika dimintakan oleh pihak eksternal. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kabupaten Bireuen belum menggunakan akuntansi yang berlaku umum dalam mencatat transaksi dan menyusun laporan keuangan. Peluang UMKM di Kabupaten Bireuen untuk menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas masih sulit diwujudkan mengingat mereka tidak memahami akuntansi dan juga belum mengetahui tentang SAK ETAP. Disarankan kepada UMKM untuk menggunakan akuntansi yang berlaku umum untuk mencatat transasksi usahanya serta menyusun laporan keuangan secara benar. Kepada pemerintah dan pihak terkait lainnya diharapkan dapat memberikan pelatihan dan pendampingan bagi UMKM untuk perlunya laporan keuangan usaha serta menyusunnya berdasarkan SAK ETAP. Penelitian ini belum bisa digenaralisasi karena belum teruji secara statistik. Penelitian berikutnya disarankan menggunakan pendekatan kunatitatif sehingga hasilnya dapat digenaralisasi

111

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Praktek Akuntansi dan Peluang Implementasi Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas

Iswadi

Referensi Alfitri, Arri. (2014), Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada UMKM Perajin Mebel Desa Gondangsari Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten, Jupe UNS,Vol.2,Nomor 2 Hamid, Edy Suandi. (2010), Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif, Simposium Nasional Ikatan Akuntan Indonesia.(2009).Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas (SAK ETAP). Salemba Empat, Jakarta. Juminggan. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Bumi Aksara, Jakarta. Maleong, Lexi J, (1994). Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya,Bandung Narsa, I Made., Agus Widodo, dan Sigit Kurnianto (2012).“Mengungkap Kesiapan UMKM Dalam Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (PSAK-ETAP) Untuk Meningkatkan Akses Modal Perbankan”. Majalah Ekonomi dan Bisnis. Universitas Airlangga. Republik Indonesia. (2008). Undang-undang, 2008 No. 20 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Depkeu. Jakarta. Setyadi, Marry. (2012). Telaah Kesiapan dan Prospek Implementasi SAK ETAP: Studi kasus pada Pengusaha UMKM Garmen dipusat Grosir Surabaya. Jurnal Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya. Sofiah, Nurhayati, Murniati, Aniek. (2014), Persepsi Pengusaha UMKM Keramik Diyono atas Informasi Akuntansi Keaungan Berbasis Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP),Jurnal JIBEKA, Vol. 8, No. 1 Sugiyono.(2012). “Memahami Penelitian Kualitatif”. Alfabeta,Bandung. Yin, Robert K. (1997). Studi Kasus (Desain dan Metode). Rajagrafindo Persada, Jakarta

 

 

112

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

JURNAL VISIONER & STRATEGIS

Volume 4, Nomor 2, September2015 ISSN : 2338-2864 p. 9-15

Etiket Jamuan Makan

One of the duties of secretary are arranging the reception and represent the managers to receptions. Therefore secretary should be understand and master the procedure of table manner as the host as well as an invitation.. Presentation of etiquette table manner should be reflected the norms of that was believed as to be true, as a setting space, the table of honor, smooth services, menu, food serving, and the manner of banquets should pay attention and as well as the rules of the common banquest in the protocol, such as, the plan to seat, how to sit, how to use the dinner set, how to eat, how to speak and clothing shold be worn. Overall regulations this rule is not intended to impede the course of the banquets.The mastery manners show personality and adjustment secretary in the association. Key Words: Etiquette, Manners. .

9

Hamdiah, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

Etiket Jamuan Makan

Hamdiah

keseluruhan dipengaruhi oleh lingkungan seperti agama, norma dan adat istiadat setempat.

PENDAHULUAN Sekretaris professional dalam menjalankan tugasnya harus menampilkan aneka macam tanggung jawab dengan penuh kompetensi, dapat dipercaya dan berkepribadian (Huchinson dan Milano, 1991). Berbagai tugas yang dijalankan meliputi tugas perkantoran, tugas resepsionis, tugas keuangan, tugas sosial dan tugas insidentil (Sutiyoso,199). Salah satu tugas sosial dan tugas insidentil adalah mengatur penyelenggaraan jamuan yang diselenggarakan oleh perusahaan dan menghadiri berbagai jamuan mewakili perusahaan/pimpinan. Untuk itu sekretaris harus mempunyai kemampuan yang cermat dalam mengatur penyelenggaraan jamuan sebagai tuan rumah (host) dan menghadiri jamuan makan sebagai tamu (undangan) dengan menjaga etiket dan prilaku dan mampu membawa diri selama perjamuan. Setiap negara mempunya tata cara sendiri dalam menjamu tamu, tetapi secara internasional diakui bahwa Prancis merupakan asal dari berbagai aturan jamuan makan dan menyebar ke Eropa Barat dan Amerika. Di masa pemerintahan Raja Louis IV sering diadakan jamuan makan di istana kerajaan. Jamuan makan ini tidak saja diperuntukkan untuk kalangan bangsawan, pejabat istana juga untuk menghormati tamu-tamu raja dari negara asing atau untuk pesta di lingkungan kerajaan. Selama mengikuti jamuan makan, undangan harus menaati aturan-aturan yang dibuat oleh fihak istana. Ketentuan ini tercantum dalam kartu undangan yang dalam bahasa Prancis disebut Etiqutte yang memiliki arti kartu undangan. Pada kartu undangan tersebut dicantumkan aturanaturan yang harus dipatuhi seperti tata busana, cara bersikap, tata cara makan dan sebagainya. Etiquette atau etiket dapat diartikan sebagai sopan santun, tata krama, tata pergaulan atau prilaku yang pantas. Etiket merupakan cara suatu perbuatan harus dilakukan oleh manusia (Bertens, 2004). Etiket bersifat relatif, yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa dianggap sopan dalam kebudayaan lain Etiket ini diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk dalam jamuan makan. Dalam perkembangannya etiket jamuan makan ini menyebar ke berbagai pelosok, tidak hanya diterapakan pada kalangan bangsawan tetapi juga sudah diterapkan oleh masyarakat kebanyakan sebagai nilai-nilai pergaulan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Pengaturan Ruangan dan Meja Ruangan jamuan harus mempertimbangkan jumlah tamu kehormatan dan jumlah tamu secara keseluruhan disesuaikan dengan luas ruangan yang ada.. Pengaturan ruang jamuan ini tidak dapat dilakukan secara sembarangan seperti, tata letak dan bentuk meja tamu kehormatan ( Head Table), letak dan meja tamu kebanyakan, jenis kelamin dan umur, dekorasi dan ruang pertunjukan jika ada. 1. Ukuran Bentuk dan letak meja serta kursi sangat mempengaruhi tata laksana pelayanan. Umumnya ukuran lebar meja adalah 90 cm, jarak antar meja minimal 2 m, panjang kursi 46 cm, tiap tamu memerlukan tempat 75 cm dan lorong untuk lalu lalang minimal 1 m. Ukuran ini dianggap layak agar tamu leluasa bergerak dan menghindari sentuhan badan tamu antara meja satu dengan tamu meja lainnya. Di atas meja suadah diatur keseluruhan peralatan makan yang digunakan selama jamuan makan. 2. Peralatan Makanan dan Penataan Meja Peralatan makan yang akan digunakan harus berstandar Internasional berupa Glassware dan Silverware dan Chinaware. Peralatan Glassware adalah peralatan makanan dan minuman yang terbuat dari kaca, silverware adalah peralatan makanan dan minuman yang terbuat dari stainlees steel, logam, silver gold atau plastik sedangkan Chinaware adalah peralatan makan dan minuman yang terbuat dari keramik.

Gambar: Tata Meja Jamuan Makan Sumber: Triwidodo (2004) Keterangan Gambar :

TINJAUAN TEORITIS

1. 2. 3. 4. 5.

Jamuan makan umumnya diselenggarakan pada waktu malam hari, meskipun siang hari tetap dapat dilakukan. Pada jamuan makan saat ini, telah banyak sekali perubahan yang dilakukan baik menyangkut kartu undangan, tata meja, susunan menu, sistem pelayanan maupun tata busana yang secara

Guest Napkin Dinner Knife Dinner Fork Soup Spoon Dessert Knife

6. Dessert Fork 7. Dessert Spoon 8. Dessert Fork 9. B & b Plate 10. Butter Speader

11. Water Goblet 12. White Wine 13. Red Wine

Pada umumnya, peralatan dan langkah yang perlu diambil dalam menata meja diawali dengan penyerasikan letak meja dan kursi yang telah diyakin 10

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Etiket Jamuan Makan

Hamdiah

11) Meletakkan white wine glass di sebelah atas dinner knife dengan jarak 1 cm dari ujung mata pisau. Gelas ini digunakan untuk minum anggur putih. 12) Meletakkan red wine glass dibelakang white wine glass atau disesuaikan dengan ketersediaan tempat pada meja. Gelas ini dipergunakan untuk minum anggur putih. 13) Meletakkan red wine glass. Gelas ini dipergunakan untuk minum anggur merah.

kebersihannya. Berikut pemasangan melleton/silencer di atas meja yang berfungsi sebagai peredam bunyi pada waktu meletakkan peralatan makan dan juga untuk menjaga agar taplak meja yang dipasang tidak bergeser posisinya disebabkan oleh permukaan meja yang licin. Molleton/silencer ini ada yang terbuat dari kain laken, tetapi ada pula yang dari karet. Ukurannya disesuaikan dengan dimensi meja yang ada. Selanjutnya pemasangan taplak yang sesuai dengan ukuran meja yang ada dengan patokan, bagian taplak yang menggantung disisi meja yang panjangnya berkisar antara 20-30 cm. Adapun keterangan peralatan dan langkah menata meja sesuai gambar diatas sebagai berikut: 1) Meletakkan serbet makan yang sudah dibentuk secara menarik (topi, pisang, kipas, dan sebagainya). 2) Meletakkan dinner knife di sebelah kanan serbet makan dengan posisi tegak lurus terhadap sisi meja, sedangkan mata pisau menghadap ke dalam (ke arah serbet makan). 3) Meletakkan dinner fork di sebelah kiri serbet makan dengan posisi tegak lurus terhadap sisi meja, ujung gagang garpuberjarak 1 cm dari sisi meja, sedangkan garpu menghadap ke atas. 4) Meletakkan soup spoon disebelah kanan dinner knife dengan jarak sekitar 1 cm, posisi tegak lurus terhadap sisi meja (sejajar dinner knife), Ujung gagang sendok berjarak 1 cm dari sisi meja (sejajar ujung gagang dinner knife), sedangkan mata sendok menghadap keatas, untuk makan sup. 5) Meletakkan desert knife di sebelah kanan soup spoon dengan jarak 1 cm, posisi tegak lurus terhadap sisi meja (sejajar dinner knife dan soup spoon), sedangkan mata pisau menghadap kedalam (kearah soup spoon). 6) Meletakkan dessert fork di sebelah kiri dinner fork dengan jarak sekitar 2 cm lebih tinggi dari dinner fork. 7) Meletakkan dessert spoon dengan jarak sekitar 30 cm dari sisi meja, posisi sejajar dengan sisi meja, gagang sendok sebelah kanan, sedangkan mata sendok menghadap keatas. 8) Meletakkan dessert fork dengan jarak 1 cm, di bawah dessert spoon posisi sejajar dengan sisi meja dan dessrt spoon, gagang garpu sebelah kiri, sedangkan mata garpu menghadap keatas. 9) Meletakkan bread & butter plate di sebelah kiri dessert fork dengan jarak sekitar 1 cm, sedangkan dari sisi meja adalah 5 cm, posisi terbuka. Dipergunakan sebagai tempat roti dan mentega. 10) Meletakkan butter spreader/bread knife di atas bread & butter plate bagian kanan dengan posisi tegak lurus terhadap sisi meja, simetris, mata pisau menghadap keluar. Dipergunakan untuk mengoleskan mentega pada roti sewaktu kita memakainya.

Pembagian Waktu Makan a. Makan Pagi (Breakfast) antara pukul 07.00-08.00 b. Makan Pagi menjelang siang (Brunch) antara pukul 09.00-10.00 c. Jamuan Kopi Pagi Hari (Coffee Morning) antara pukul 10.00- 11.00 d. Makan Siang (Lunch) antara pukul 12.00- 14.00 e. Jamuan Teh/kopi Sore Hari (Afternoon Tea) antara pukul 16.00-18.00 f. Makan Malam (Dinner) antara pukul 17.30- 19.00 g. Makan Tengah Malam (Supper) antara pukul 24.00- keatas. Menu Secara umum menu merupakan daftar makanan yang disediakan oleh penyedia jasa. Dalam bahasa Inggris menu diistilahkan dengan Bill of fare yang berarti bon makanan. Adapun menu dalam bahasa Perancis disebut Le Menu yang berarti catatan atau daftar makanan yang disediakan kepada tamu. Melalui menu, tamu dapat mengetahui makanan apa saja yang disediakan oleh tuan rumah (host). Begitu pula daftar menu yang disediakan oleh sebuah usaha jasa boga, pelanggan dapat mengetahui makanan apa saja yang dapat dipesan sesuai dengan selera. Menu pada jamuan makan adalah sebuah daftar makanan dan minuman yang akan dihidangkan dan diletakkan di atas meja makan setiap tamu. Susunan menu dituliskan pada sebuah kartu dengan desain yang menarik sesuai dengan tema jamuan. Tamu akan mengetahui hidangan yang disediakan dalam penyelenggaran jamauan makan tersebut. Di dalam penyusunan menu terhadap tamu yang berbeda bangsa, penyusun menu sudah harus mempunyai informasi tentang makanan apa saja yang menjadi kegemaran dan pantangan sehingga sesuai dengan selera makan tamu. Pada awalnya, menu terdiri dari 13 macam hidangan yang disajikan dengan sangat mewah. Menu ini disebut dengan susunan menu klasik dengan urutan atau giliran hidangan berupa : 1. Cold Appetizer Cold Appetizer adalah hidangan pembuka dingin dengan suhu maksimal 15º C, rasa gurih dan asam dihidangkan untuk menimbulkan selera makan. Ukuran hidangan dalam porsi kecil dan ringan, ± 80 gram. Contoh, Salad, Avocado Vinaigrette, Asinan, dan sebagainya. 11

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Etiket Jamuan Makan

Hamdiah

Bentuk dan susunan menu klasik ini mengalami berbagai perkembangan karena dirasakan semakin kurang sesuai dengan fungsi makanan sehingga muncul Menu Modern yang terdiri dari tiga sampai lima menu saja. Adapun giliran tiga menu terdiri dari cold appetizer, main course (hidangan utama) dan dessert. Giliran empat menu terdiri.dari cold appetizer, soup, main course (hidangan utama) dan dessert. Adapun giliran lima menu terdiri.dari: a. Cold appetizer b. Soup c. Hot appetizer d. Main course (hidangan utama) e. Dessert.

2. Soup (Clear Soup atau Thick Soup) Soup merupakan makanan yang berkuah berfungsi sebagai pembuka makanan, seperti Cream of Vegetable Soup, Soto, Sayur Asem dan sebagainya. 3. Hot Appetizer Hot Appetizer adalah hidangan pembuka panas dengan rasa gurih dan asam. Dihidangkan dengan suhu 50-70º C dan dalam porsi kecil ± 80 gram. Contoh, Aneka Canape, Lumpia, Pastel dan sebagainya. 4. Fish Fish adalah hidangan dari hasil laut, seperti ikan, udang, kepiting dan kerang. Contoh. Poached Salmon, Otak-Otak Ikan, Sate Udang dan sebagainya. 5. Large Joint Large Joint adalah hidangan yang dibuat dari daging atau ayam dalam bentuk fillet atau potongan kecil yang dimasak dengan tehnik selain panggang. Contoh, Beef Stroganoff, Ayam Betutu 6. Cold Entrée Cold Entrée adalah hidangan penyela dingin dengan suhu 15ºC,terbuat dari daging, ikan, unggas yang dimasak dengan saus dan dihidangkan pula dengan saos. Contoh, Lobster Cooktail, Stuffed Egg Rusian Salad. 7. Hot Entrée Hot Entrée adalah hidangan penyela panas yang terbuat dari daging hewan yang dimasak dan dihidangkan dengan saos dalam suhu panas. Contoh, Brown Beef Stew, Gulai kambing, Semur Daging dan sebagainya. 8. Shorbet Shorbet adalah es krim yang berasal dari buahbuahan seperti Mango Shorbet, Strawberry Shorbet, Lemon Shorbet dan sebagainya. 9. Roast Roast adalah hidangan yang terbuat dari hewani dengan cara dipanggang secara utuh atau dengan potongan besar.Contoh, Roas Leg Of Lamb, Ayam Panggang 10. Vegetable, Potato,Rrice or Pasta Hidangan ini terdiri dari sayur mayor dengan kentang beserta nasi atau pasta 11. Sweet Dishes Sweet Dishes adalah berupa panganan (kue) yang rasanya manis baik berupa kue basah maupun kue kering. Contoh Apple Pie, Cake, Kue Lapis dan lainnya. 12. Savoury Savoury adalah makanan kecil dengan rasa gurih yang dihidangkan beralaskan roti panggang (toast) atau roti kering asin (crakers). Contoh, Canape, Seafood Savery dan sebagainya. 13. Desset Dessert adalah hidangan penutup dengan rasa manis, dapat berupa buah-buahan, es krim coklat/vanilla, pudding dan sebagainya.

Disamping urutan makanan ada pula urutan minuman (baverage) yaitu: a. Sebelum makan Minuman ini dapat berupa juice, soft drink, cocktail, mocktail dan sebagainya b. Selama makan Minuman ini dapat berupa mineral water, juice dan soft drink c. Setelah makan Minuman ini dapat berupa juice, kopi dan teh Aturan Penyajian Berbagai sistem penyajian dapat dipergunakan dalam suatu jamuan, tetapi pada dasarnya berlaku aturan sebagai berikut. a. Semua undangan akan mulai/selesai maka secara bersama dengan meja utama (head table) sebagai patokan. b. Makanan yang sudah diporsikan diatas piring akan disajikan dari sebelah kanan, kecuali roti dan salad karena menurut tata meja ada di sebelah kiri. c. Wanita selalu dilayani terlebih dahulu kecuali kalau protokoler menghendaki lain d. Alat makan yang telah selesai dipergunakan akan diambil dari sebelah kanan kecuali piring roti dan salad. e. Urutan pelayanan dilakukan menurut arah jarum jam. Cara Duduk Agar tidak salah dalam mengambil tempat duduk, sebaiknya melihat denah yang mungkin terlampir pada kartu undangan atau ditempel pada papan pemberitahuan yang ditempat kan disekitar pintu masuk ruang jamuan. Seorang pramusaji akan membantu menerik kursi sedikit kebelakang pada waktu akan duduk. Segera setelah pramusaji mengambilkan kursi pada posisi semula maka masuk dari sebelah kiri kursi dan duduk dengan memperhatikan hal-hal berikut ini : a. Posisi kursi diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu jauh ataupun terlalu dekat dengan sisi meja sehiungga dengan demikian memungkinkan untuk tetap bersandar pada kursi dan duduk dengan tegak, posisi ini membuat makanan akan 12

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Etiket Jamuan Makan

Hamdiah

adanya protokoler yang mengahruskan suatu jamuan resmi, semua undangan harus mulai dan selesai makan secara bersama sama. Oleh karena itu setiap undangan harus memperhatikan keadaan pada waktu makan agar jangan sampai memperlambat jalannya perjamuan disebabkan oleh pembicaraan yang berlarut-larut. Mengenai cara berbicara ini ada beberapa hal penting yang berguna untuk diketahui, antara lain sebagai berikut :

dapat secara lancar mengalir dalam perut karena tidak adanya usus yang terlipat. b. Posisi tangan tetap menggantung, dalam arti kedua siku tidak berada diatas meja, tetapi cukup pergelangan tangan saja atau lebih keatas sedikit. c. Posisi kaki adalah normal tidak melipat dan tidak pula menumpang satu diatas yang lain. Satu kaki agak ke depan dan tegak lurus dengan lantai. Sangat penting untuk diketahui bahwa setiap undangan tanpa kecuali tidak diperkenankan meninggalkan tempat duduk selama jamuan berlangsung dengan apapun

a. Hindarkan berbicara pada waktu terdapat makanan pada mulut. b. Hindarkan berbicara dengan gerak tangan yang berlebihan apalagi sambil memegang alat makan. c. Hindarkan berbicara sambil melihat atau menunjukkan kearah seseorang atau meja lain agar tidak terjadi salah paham. d. Hindarkan memotong pembicaraan orang lain tunggu sampai yang bersanggkutan selesai dan minta maaf untuk menggangu sebentar. e. Hindarkan untuk menguasai pembicaraan dengan jalan memberi kesempatan pada yang lain untuk berbicara. f. Hindarkan berbicara dengan suara yang terlampau keras dan lemah. g. Hindarkan sikap yang berlebihan pada waktu berbicara, sikap wajar adalah yang lebih baik.

Cara Menggunakan Alat Makan Pada dasarnya alat makan dapat dibedakan antara sendok, garpu, dan pisau. a. Sendok Alat ini dipergunakan untuk makanan yang mengandung cairan terutama sekali sup. Disamping itu, makan penutup juga sering mempergunakan sendok sebagai alat makannya. Dalam penggunaanya sendok dipegang dengan tangan kanan.. b. Garpu Dipergunakan untuk menusuk dan menyuapkan makanan kemulut apabila dipergunakan berpasangan dengan sendok atau pisau maka garpu dipegang dengan tangan kiri. Adakalanya suata jenis makanan hanya memerlukan garpu saja sebagai alat makan dalam hal ini alat makan dipegang dengan tangan kanan (contoh : shrimp cocktail ). c. Pisau Dipergunakan untuk memotong makanan, bukan untuk menyuapkan makanan ke mulut. Dalam penggunaannya dipegang dengan tangan kanan. Sutau hal yang penting diperhatiakan pada waktu memotong makanan ialah agar pisau ditempatkan tepat disisi mata garpu penusuk makanan.

Keadaan Darurat di Meja Makan. Adakalanya ketika sedang makan bersama, terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk itu ada hal-hal tertentu yang harus diperhatikan: a. Apabila makanan terjatuh di meja makan, segera ambil dan letakkkan di pinggir piring makan atau B&b plate. Jika makanan tersebut kering maka dapat diambil dengan tangan dan bila makanan basah maka diambil dengan garpu atau sendok. Apabila makanan terjatuh di lantai, lupakan saja. b. Apabila air tertumpah di meja makan, minta maaf kepada tuan rumah dan tuan rumahpun akan segera menenangkan suasana. Jangan panik dan tetap duduk di kursi. c. Apabila termakan benda keras atau tulang, maka ambil tulang atau benda keras tersebut dengan dua jari yaitu ibu jari dan jari telunjuk dan letakkan di pinggir piring atau piring B&b plate. Jika bijibijian cukup diambil dengan sendok dari mulut. d. Apabila mendapatkan helai rambut atau benda lainnya di makanan, tutup benda tersebut di piring dan jangan berkata apapun teruskan makan seolaholah tidak ada yang terjadi e. Untuk makanan yang terselip digigi, jangan mengeluarkannya dihadapan tamu jamuan meski di tutup dengan serbet, tunggu sebentar dan permisi ke toilet untuk mengeluarkannya. f. Minta maaf jika bersin atau tersedak selama jamuan.

Tata Cara Makan Beberapa cara penting yang harus diperhatikan pada waktu makan adalah sebagai berikut : a. Meja makan akan dipakai sebagai patokan untuk mulai atau selesai makan. b. Posisi tubuh tidak terlalu membungkuk sehingga mulut yang mendekat kearah makanan, bukan makanan yang dibawa kearah mulut. c. Guna menghindari bunyi yang keluar maka pada waktu mengunyah makanan mulut harus tertutup rapat. d. Jangan terlalu banyak menyuapkan makanan ke mulut sehingga mengakibatkan mulut mengelembung pada waktu mengunyah. e. Selama makan, alat yang dipergunakan harus selalu berada pada posisi yang benar. Cara Bicara Diantara para undangan, berbicara satu sama lain adalah suata hal yang sangat menyenangkan. Dengan 13

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Etiket Jamuan Makan

Hamdiah

mulai persiapan peralatan, pengaturannya, acara hingga pelaksanaan yang secermat mungkin. Adanya protokoler membuat tamu merasa tentram, karena mengetahui apa yang harus dilakukan sehingga tidak bimbang dan gelisah dalam perjamuan. Begitu pula dengan menghadiri jamuan makan sekretaris harus memperhatikan dan mentaati aturan-aturan umum jamuan, sekretaris harus pandai membawa diri dan menjaga etiket selama perjamuan.

PENUTUP Kesimpulan Pada saat menjamu tamu, penyajian jamuan makan harus mengikuti aturan penyajian yang mencerminkan norma sopan santun sehingga tamu merasa dihargai. Sebagai tuan rumah (host), sekretaris harus dapat menyelenggarakan segala persiapan,

14

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Etiket Jamuan Makan

Hamdiah

REFERENSI

Bertens, 2004 .”Etika”. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hutehinson, Betty and Milano, Carrol (1991), Secretarial Practice Made Sample, Doubleday, New York. Ernawati, Ursula. 2004. “Pedoman Lengkap Kesekretarisan”. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Sutiyoso. 1991. “Sekretaris Yang Cekatan”. Penerbit Mutiara Sumber Widya, Jakarta Triwidodo.Titik, Kristanto.2004.”Pengembangan Kepribadian Sekretaris”. Penerbit PT Gramedia Widiasaran Indonesia, Jakarta. Wursanto, Ignatius.2006. “Kompetensi Sekretaris Professional”. Penerbit Andi, Yogyakarta

15

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Etiket Jamuan Makan

Hamdiah

16

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

JURNAL VISIONER & STRATEGIS

Volume 4, Nomor 2, September 2015 ISSN : 2338-2864 p. 17-24

Studi Tentang Pendapatan Orang tua Terhadap Kemampuan Siswa dalam Belajar Bahasa Inggris

This research was done to know the study of parents’ income toward students’ ability in learning English. The purpose of this research is to find out the influance of parents’ income toward students’ ability in learning English. Family’s income is one of the students’ backgrounds that effect the students’ success in learning English at college. The test and questionares were used as an intrument to collect the data and information. The population of this study was the first semester students of Economic faculty of Malikussaleh university was taken as the sample for this study. The data collected was analyzed by using the statiscal procedures. The anova analysis was used to test the hyothesis that the students who are coming from better ecomic family income will have higher capabilty in the English than those who come from lower economic family income. This finding revealed that the students from lower family income have the equal abilty in learning English with the students from middle or higher family income one. Keywords: Family income, Abilty, Learning English.

17

Hanif Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

Studi Tentang Pendapatan Orang tua Terhadap Kemampuan Siswa dalam Belajar Bahasa Inggris

Hanif

tingkat yang lebih tinggi frustrasi dan kejengkelan dengan anak-anak mereka, dan anak-anak ini lebih cenderung memiliki perkembangan lisan miskin dan menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dari distractibility dan permusuhan di dalam kelas. Pernyataannya didukung oleh Dahl (2005) dengan mengatakan bahwa "khususnya, anak-anak tumbuh di keluarga miskin cenderung memiliki lingkungan rumah advese atau menghadapi tantangan lain yang akan terus mempengaruhi perkembangan mereka bahkan jika pendapatan keluarga adalah untuk incraese substansial". Terkait dengan permasalahan di atas, beberapa temuan, bagaimanapun, adalah berbeda di lapangan. Ada beberapa siswa yang berhasil dalam studi mereka meskipun mereka berasal dari status keluarga ekonomi lemah. Selain status ekonomi, banyak faktor lain juga melihat pengaruh keberhasilan siswa dalam studi mereka; motivasi, strategi belajar dan proses belajar. Hal ini dapat dilihat dari apa yang Ryan et al (2006: 4) ditemukan: charateristics anak invidual sering muncul prediktor sebagai importan keberhasilan sekolah. Bukti menunjukkan bahwa berbagai karakteristik individu, yaitu harga diri, inspirasi pendidikan dapat meningkatkan kemampuan bahasa mereka. Setiap siswa memiliki potensial untuk menjadi seorang pembelajar yang sukses dan mencapai keberhasilan tugas belajar bahasa Inggris ketika memperoleh pengetahuan, tergantung pada mereka bagaimana untuk mengintegrasikan srategi pembelajaran.

PENDAHULUAN Metode pengajaran dan latar belakang siswa adalah faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan siswa. Mahasiswa di setiap perguruan tinggi di Indonesia yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Mereka berbeda dalam banyak hal; status keluarga mereka, budaya mereka dan bahasa yang mereka gunakan di rumah. Sementara itu, status keluarga biasanya berhubungan dengan pendapatan keluarga, tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan status sosial. Pendapatan keluarga adalah salah satu 'latar belakang yang mempengaruhi siswa siswa sukses dalam belajar bahasa Inggris. Mahasiswa berbeda dengan waktu yang mereka habiskan untuk belajar dan bekerja tergantung pada status keuangan keluarga dan perhatian orang tua terhadap pendidikan. Orang tua menghadapi tantangan besar untuk memberikan perawatan yang optimal dan pendidikan bagi anak-anak mereka. Anak-anak lebih mungkin untuk berhasil secara akademis jika orang tua mereka mendukung pembelajaran mereka secara aktif. Namun, tantangan yang dirasakan antara keluarga miskin bahwa mereka harus sruggle dalam menyediakan kebutuhan dasar untuk membantu anggota keluarga mereka. Para siswa dengan pendapatan keluarga rendah sering kekurangan keuangan, dukungan sosial dan pendidikan daripada siswa dari keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi. Mereka yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah harus membantu orang tua mereka bekerja paruh waktu untuk mendapatkan uang untuk mendukung kehidupan mereka. Sebaliknya, siswa yang berasal dari status ekonomi yang lebih baik tidak perlu melakukannya. Orang tua mereka dapat memberikan mereka dengan kebutuhan belajar di rumah seperti pembaca yang baik bahasa Inggris, buku pelajaran, buku latihan, dan materi lain yang berhubungan dengan subjek di sekolah. Mereka juga dapat menyekolahkan anaknya ke kursus bahasa Inggris dan atau memberikan tutor pribadi di rumah untuk memperkuat anak-anak mereka bekerja dilakukan untuk sekolah. Valdez (2001) menyatakan dalam esainya bahwa: di rumah, keterlibatan orang tua dalam pembelajaran anak-anak mereka untuk memperkuat kemampuan anak untuk pertumbuhan intelektual dan memungkinkan mereka untuk masuk akal dari kegiatan sehari-hari, sehingga memperdalam pemahaman mereka tentang matematika, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini umumnya percaya bahwa siswa dari status pendapatan keluarga kelas tinggi dan menengah yang lebih baik mengekspos lingkungan di rumah belajar karena ketersediaan fasilitas belajar tambahan. Sebaliknya, siswa dari pendapatan keluarga yang rendah tidak memiliki fasilitas belajar seperti, sehingga kesempatan untuk mendapatkan yang lebih baik dari kelas pendidikan mungkin tidak sangat mudah. Selain itu, Parker (1999: 4) menulis bahwa orang tua berpenghasilan rendah dikaitkan dengan

TINJAUAN TEORITIS Teori Dasar Pemikiran Situasi kemampuan ekonomi orang tua untuk membayar biaya, sewa dan mendukung anak-anak mereka saat belajar adalah penentu utama kemampuan untuk mengakses pendidikan. Sementara akses pendidikan ditentukan oleh faktor-faktor lain, salah satu keuangan yang signifikan. Karolyn (1998: 15) menyatakan bahwa program pendidikan dini memiliki efek yang lebih besar bagi penduduk yang kurang beruntung secara ekonomi, terutama karena anak-anak ini berasal dari rumah dengan lingkungan belajar yang lebih rendah kualitas. Definisi berisiko siswa bervariasi antara pendidik. Menurut Costello (1996: 2): Siswa ditempatkan 'berisiko' ketika mereka experiance sebuah mismath signifikan antara keadaan dan kebutuhan mereka, dan kapasitas atau kesediaan sekolah untuk menerima, menampung, dan menanggapi mereka dengan cara yang mendukung dan memungkinkan pertumbuhan sosial, emosional, dan intelektual maksimal dan pengembangan. Kondisi pendapatan keluarga yang rendah selalu kekurangan makanan dan pakaian. Orang tua sangat sibuk untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, sehingga mereka tidak punya waktu untuk mendorong anak-anak mereka untuk belajar. Mereka tidak dapat 18

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Studi Tentang Pendapatan Orang tua Terhadap Kemampuan Siswa dalam Belajar Bahasa Inggris

Hanif

Lubienski (2006: 71) mengatakan, "dengan memberikan kesempatan belajar yang adil untuk penduduk yang berbeda akan membantu mempersempit kesenjangan prestasi. Ada kekuatan ekonomi di komunitas menunjukkan pengaruh yang kuat". Selanjutnya, ia menemukan bahwa hampir 50% dari varians dalam tarif uji lewat ditentukan oleh kesempatan sructure demografi seperti modal keuangan, modal manusia (tingkat pendidikan orang tua), modal budaya (status dan expectacy), dan modal geografis (tingkat dari melihat pengaruh urban), daripada oppotunity yang sructure memberikan d dalam sekolah (ekonomi kesempatan sructure). Sebagai English (2002: 34) menulis bahwa, demografis kesempatan sructure sebagian besar dipengaruhi oleh faktor ekonomi, kesempatan dan memiliki dampak kuat pada tingkat prestasi siswa.

memberikan anak-anak mereka dengan fasilitas belajar. Hasilnya adalah anak-anak mereka malas untuk belajar bahasa Inggris terutama karena kurangnya fasilitas belajar dan dorongan. Menurut Ogwu (2004: 24) orang tua yang status sosial ekonomi tinggi dapat memberikan anak-anak mereka dengan buku anakanak yang berkualitas tinggi dan mainan untuk mendorong mereka dalam berbagai kegiatan belajar mereka di rumah. Crinic dan Lamberty (1994: 94) percaya bahwa, memisahkan sifat kelas sosialekonomi, etnicity dan ras mungkin mengurangi berbagai sering memperkaya experiances dianggap pra-syarat untuk menciptakan kesiapan belajar antara anak-anak kelas sosial. Status ekonomi keluarga karena itu dapat merujuk pada posisi tersebut dalam hubungan dengan posisi sosial dan ekonomi orang tua menempati berbagai posisi di antara kelompokkelompok dalam masyarakat. Posisi ini tampak dalam hubungan terhadap prestasi pendidikan.

Klasifikasi Kelas Sosial Menurut Adler (1993: 45) status sosial ekonomi secara tradisional diukur dengan pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan. Dengan menggunakan kriteria ini, klasifikasi sosial dikelompokkan. Banyak sebutan telah dikembangkan untuk mengkategorikan berbagai tingkat kontinum kelas sosial. Tiga sebutan yang paling populer adalah: 1. Tiga subkelompok: kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah 2. Lima subkelompok: kelas atas, kelas menengah atas, kelas bawah-menengah, kelas atas pekerja, dan kelas bawah-kerja. 3. Enam subkelompok: upper-kelas atas, kelas atas bawah, kelas menengah atas, menengah kelas bawah, uper-kelas bawah dan kelas bawahbawah. Subkelompok ini dianggap hanya sebagai label luar negeri. Mereka tidak dapat menjelaskan berbagai pattert dapat ditemukan dalam setiap tingkat kelas atau melakukan keadilan untuk seorang individu yang dikategorikan sebagai di tingkat kelas tertentu. Mereka hanya cukup untuk menunjukkan perbedaan kelompok utama dalam gaya hidup yang berkaitan dengan faktor-faktor seperti latar belakang rumah, ras, pendidikan, pendapatan, dan status pekerjaan. Perhitungan sosial kontroversi. Menurut Anderson (1995: 26),

Status Sosial Ekonomi Penelitian lain dilakukan oleh Lubienski (2006) menemukan bahwa status sosial-ekonomi mempengaruh prestasi siswa; siswa dari keluarga sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung untuk mendapatkan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa dengan status sosial-ekonomi rendah. Pertama-tama, penelitian ini menemukan bahwa kesenjangan tampaknya terikat lebih erat dengan status sosial-ekonomi dari ras, karena siswa dengan status sosial ekonomi tinggi cenderung memiliki akses yang lebih baik ke komputer, dan alat-alat seperti kalkulator, buku, kamus belajar dll Guru dapat memberikan masukan yang lebih baik bagi siswa untuk meningkatkan prestasi belajar mereka. Budaya siswa yang kurang beruntung tidak dapat menerima pendidikan yang memadai karena pengalaman terbatas dengan apa yang guru katakan. Experiances sekolah ini yang memperkuat kekurangan menghambat diri esteen dan memberikan sedikit motivasi seperti apa dunia nyata memberikan (Bakken, 2002: 5). Selanjutnya, Bakken (2002: 7) menambahkan bahwa: "Banyak siswa yang tidak memiliki akses yang mudah ke situasi belajar yang lebih baik percaya belajar bahasa Inggris kebanyakan menghafal subjek yang menambah prestasi mereka rendah. Namun, siswa menjauh dari keyakinan ini karena mereka belajar lebih banyak dan lebih dalam. Semakin lama mereka tetap di sekolah, semakin jauh di bawah tingkat kelas avarage mereka jatuh, akhirnya putus, menjadi tunggakan, dan mungkin bergabung dengan massa pemuda pengangguran ". Anak-anak di bawah skala sosial ekonomi umumnya mencapai hal jauh di bawah tingkat normal. Beberapa faktor yang disarankan sebagai faktor mengapa siswa gagal memenuhi persyaratan standar. Kadang-kadang, orang-orang muda tidak melihat hubungan antara kegiatan sehari-hari sekolah dan kesempatan yang terbuka bagi mereka di masa depan.

“klasifikasi akhirnya dibagi menjadi tiga kelompok sosial yang berbeda yaitu dicap sebagai 'tinggi', tengah 'dan rendah' ,. Indikator kelas sosial daerah residcupatential dan oion orang tua merupakan indeks sosial di kanan mereka sendiri, sedangkan bekerja/perbedaan menganggur digunakan sebagai sedikit modifikasi dari indeks kerja”. Pengaruh Orang Tua Heller dan Fantuzzo (1993: 22) membahas bagaimana peran orang tua yang paling awal dan paling abadi melihat pengaruh bahwa anak-anak mereka dalam hidup mereka. Mereka menjelaskan bahwa sampai usia 18, anak-anak hanya menghabiskan 13% dari jam bangun mereka di sekolah dan 87% dari waktu mereka dengan keluarga. 19

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Studi Tentang Pendapatan Orang tua Terhadap Kemampuan Siswa dalam Belajar Bahasa Inggris

Hanif

siswa yang kurang beruntung sering melihat tujuan kurang dalam tugas pembelajaran berbasis keterampilan dari siswa diuntungkan karena sering kesenjangan antara sekolah dan rumah. Oleh karena itu, anak-anak miskin lebih mungkin untuk tertinggal jauh dan tidak pernah bergerak melewati praktek berulang-ulang dari keterampilan dasar. Banyak siswa menderita deprivantion dalam hal kebutuhan ekonomi, pengembangan pribadi, dan kualitas pendidikan mereka. Para siswa yang tingkat orang tua berpenghasilan rendah, meningkatkan ketegangan antara studi dan pekerjaan mereka dalam mendukung orang tua mereka. Siswa tidak punya pilihan selain bekerja untuk mendukung pendapatan orang tua mereka. Sulit untuk siswa dari pendapatan keluarga lebih rendah untuk sukses bersaing di sekolah untuk mendapatkan keterampilan kualifikasi yang lebih baik. Rendahnya tingkat pendapatan dan utang dapat memiliki konsekuensi serius bagi pribadi siswa. Siswa dari pendapatan keluarga rendah berada pada risiko mengembangkan harga diri yang rendah karena kurangnya sarana keuangan dan ketidakmampuan untuk sepenuhnya dalam kegiatan sosial. Bersaing tuntutan belajar dan bekerja adalah sumber utama stres bagi siswa. Siswa dari keluarga yang lebih rendah pendapatan khawatir tentang pertemuan tenggat waktu kursus dan bekerja cukup pergeseran untuk menutupi biaya hidup mereka. Akibatnya, siswa dicegah dari memaksimalkan tingkat pendidikan mereka karena tekanan keuangan dan waktu. Siswa sering menghilangkan diri dari tidur memiliki dampak signifikan pada mental dan fisik kesejahteraan siswa. Kesulitan keuangan telah dilakukan pada students'ability untuk fokus pada studi mereka. Komitmen kerja sering mengganggu siswa, kemampuan untuk menghadiri kelas dan untuk menyelesaikan tugas penilaian dan penelitian.

Menurut Sandra (2001: 32), keluarga memainkan peran yang berarti dalam keberhasilan pendidikan anak-anak dan antarmuka di keluarga dan sekolah merupakan elemen yang harus diperhitungkan ketika examing kinerja sekolah anak-anak: yaitu, orang tua dan guru adalah pendidik, tetapi tidak semua pendidikan sekolah. Orang tua memainkan peran kunci dalam meningkatkan pemahaman dan sekolah prestasi anak-anak mereka. Namun, sekolah harus memainkan peran kunci dalam mengembangkan ideide, yang akan mendorong partisipasi yang lebih besar dan pengaruh dalam kehidupan anak-anak mereka. Selanjutnya, Heller dan Fantuzzo (1993: 30) mencatat bahwa guru yang meliputi partisipasi orang tua dalam kelas mereka pada secara teratur akan memiliki dua hasil: 1. Orang tua turun lebih positif tentang kontribusi dan kemampuan mereka dalam diri mereka, dan 2. Siswa menunjukkan perbaikan dalam bidang prestasi dan sikap akademik. Benjamin (1993: 44) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang paling penting yang melihat pengaruh prestasi anak di sekolah, khususnya tingkat membaca, adalah tingkat pendidikan orang tua. Ditemukan bahwa tingkat avarage kemampuan lebih rendah untuk siswa dengan orang tua yang tidak lulus dari sekolah tinggi. Ditemukan peran pendidikan orang tua berhasil lebih besar dalam memberikan anak-anak mereka dengan keterampilan kognitif yang mempromosikan prestasi di sekolah. Martin (1990) mengatakan bahwa orang tua yang tidak berpendidikan tinggi memiliki kecenderungan untuk menjadi lebih terisolasi dan takut komitmen dan tanggung jawab ketika mereka memasuki dalam kehidupan akademik anak- anak mereka. Pengaruh Pekerjaan Orang Tua Sebagian orang di Indonesia bekerja di bidang pertanian, terutama yang tinggal di pedesaan dan beberapa pegawai negeri di kantor pemerintah. Para petani masih menggunakan sistem tradional dalam budidaya pertanian mereka yaitu menggunakan pekerja dalam pekerjaan mereka. Hasilnya adalah banyak petani kemiskinan menggarisbawahi hidup. Oleh karena itu, banyak orang tua meminta anak-anak mereka untuk bekerja di lahan pertanian untuk membantu mereka. Masalahnya menjadi lebih kompleks jika orang tua meminta anak-anak mereka untuk bekerja selama waktu sekolah. Prestasi siswa di sekolah menjadi lebih rendah terutama dalam bahasa Inggris. Berpenghasilan rendah orang tua sebagai faktor kontekstual untuk membantu kinerja pemahaman. Heidenrick mengutip dari Natzke (2002: 4) mengatakan bahwa anak-anak dengan kondisi ekonomi yang tidak bagus memiliki kesulitan dalam sistem sekolah karena keadaan keluarga. Di lingkungan keluarga membatasi persepsi, concepual, dan experiance linguistik siswa dalam tahun –tahun awal mereka, kurang siap mereka untuk bersekolah. Selain itu, Knapp (1990: 58) mengatakan bahwa,

Pengaruh Pendidikan Orang Tua Menurut Drazen (1992: 11), dalam sebuah penelitian mengukur prestasi siswa dan hubungannya dengan keluarga berdiri sosial ekonomi, tingkat pendidikan orang tua merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi prestasi belajar siswa. Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab pertama menuju pendidikan anak mereka. Orang tua harus meningkatkan, melindungi, dan mendidik anak-anak mereka, yang tidak begitu mudah untuk diimplementasikan. Hal ini didukung oleh Zappala (2002: 17) yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki orang tua dengan niversity kualifikasi mencapai tingkat yang lebih tinggi dari prestasi akademik dari siswa yang tidak memiliki orangtua dengan kualifikasi universitas. Tugas orang tua adalah memberikan lingkungan pendidikan di rumah. Hal ini dapat langsung dihubungkan dengan tingkat pendidikan orang tua. Meskipun orang tua mengirim anak-anak mereka ke sekolah formal, orang tua mereka mempengaruhi 20

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Studi Tentang Pendapatan Orang tua Terhadap Kemampuan Siswa dalam Belajar Bahasa Inggris

Hanif

Selain itu, anak-anak dari status keluarga yang lebih rendah memiliki lebih rendah atau kurang kesempatan untuk mengembangkan kinerja bahasa mereka daripada anak-anak dari status yang tengah atau lebih tinggi keluarga. Perbedaan mungkin disebabkan oleh cara orang tua mereka berpikir, terutama ibu mereka dalam berkomunikasi dengan anak-anak mereka. Bahasa anak berkembang melalui pelabelan lingkungan nya, yaitu, deskripsi dan reaksi terhadap rangsangan audiovisual.

prestasi siswa di sekolah. Liat (1998) menemukan bahwa sebagian besar anak-anak berbicara dan bertindak seperti orang tua mereka dan melakukan hal-hal yang mereka lihat dilakukan di rumah mereka. Setiap orang tua memiliki cara yang berbeda untuk mengobati anak-anak mereka dalam mendukung dan encouranging anak-anak mereka dalam belajar. Kemampuan orang tua untuk berhasil mendukung pencapaian anak-anak mereka, sebagian besar berkaitan dengan kemampuan mereka untuk anak terjangkau di rumah. Orang tua berpendidikan baik dapat membantu mengembangkan kompetensi akademik dan sosial di rumah dengan encounraging kebiasaan belajar yang baik dan membantu anak-anak mereka dengan tugas pekerjaan rumah. Manfaat keterlibatan orang tua bisa akademis, sosial dan emosional. Selain itu, ketika orang tua menyampaikan harapan akademik yang tinggi untuk anak-anak mereka, anak-anak memiliki harapan yang tinggi untuk diri mereka sendiri. Orang tua dari siswa berprestasi lebih mungkin, namun, untuk berpartisipasi dalam kegiatan govermance sekolah dan sekolah daripada orang tua dari avarage atau berjuang siswa dan keterlibatan orang tua di rumah dan di sekolah berkorelasi positif dengan tingkat pendidikan orang tua. (Miller, 2001: 13).

METODE PENELITIAN Definisi Operasional Penelitian ini mencoba untuk menyelidiki pengaruh status ekonomi orang tua dalam proses pembelajaran bahasa Inggris siswa. Sejak belajar Bahasa Inggris tidak lepas dari proses belajar, dan proses pembelajaran itu sendiri akan diuraikan sebagai berikut. Perubahan belajar di disposisi manusia atau kemampuan, yang dapat mempertahankan, dan yang tidak hanya ascribable untuk proses Gagne pertumbuhan (196: 5). Jenis perubahan yang disebut belajar adalah perubahan perilaku, dan kesimpulan pembelajaran dibuat dengan membandingkan apa yang perilaku dapat pameran setelah pengobatan tersebut. Sementara itu, di Wikipedia (2006) belajar explaned sebagai proses mendapatkan pemahaman yang mengarah ke modifikasi sikap dan perilaku melalui acquaisition pengetahuan, keterampilan dan nilainilai, melalui studi dan experiance. Proses pembelajaran bahasa Inggris tergantung pada lingkungan siswa terutama keluarga mereka, pendapatan hal ini keluarga. Menurut Granzow (1999: 208) pendapatan adalah uang yang diterima, sebagai gaji dari pekerjaan, atau sebagai bunga tabungan.

Siswa dari Keluarga Penghasilan Rendah Keluarga yang berpenghasilan rendah telah diberi label dengan cara yang berbeda, itu label dengan anak-anak dengan keluarga miskin, status ekonomi rendah dan mahasiswa. Menurut Castello (1996: 2), anak-anak yang ditempatkan "berisiko" ketika pengalaman mereka tidak sesuai yang berpengrauh signifikan antara keadaan dan kebutuhan mereka. Banyak anak-anak adalah korban kondisi ini, yang mereka tidak dapat mengendalikan. Di mana mereka tinggal, bagaimana mereka dibesarkan, dan jumlah uang keluarga mereka memiliki dampak sejauh mana mereka bisa belajar. Kondisi pendapatan keluarga yang rendah selalu kekurangan makanan dan pakaian. Orang tua sangat sibuk untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, sehingga mereka tidak memiliki cukup waktu untuk mendorong anak-anak mereka untuk belajar. Mereka tidak dapat memberikan anak-anak mereka dengan fasilitas belajar. Hasilnya adalah bahwa anak-anak mereka malas untuk belajar bahasa Inggris terutama karena kurangnya fasilitas belajar dan encourangement. Taylor (2003: 17) mengatakan bahwa kesulitan ekonomi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan pengangguran yang berhubungan dengan depresi orangtua, pesimisme tentang masa depan dan masalah perkawinan. Stress orangtua seperti mempengaruhi praktik membesarkan anak secara negatif. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah tidak dapat sepenuhnya berkonsentrasi untuk studi mereka. Mereka tidak hanya fokus pada studi mereka tetapi juga pada kehidupan sehari-hari mereka.

HASIL PENELITIAN Pendekatan studi kasus yang didukung dengan pengumpulan data kuantitatif diadopsi untuk reaserch ini. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes dan angket untuk siswa semester pertama fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Malikussaleh. Tes diberikan untuk mendapatkan nilai, yang berhubungan dengan latar belakang siswa dalam mencari tahu apakah ada hubungan antara latar belakang siswa, dalam hal ini, pendapatan orang tua mereka, ke arah kemampuan mereka dalam belajar bahasa Inggris. Pada saat yang sama, kuesioner yang dibagikan kepada para siswa untuk mendapatkan orang tua latar belakang mereka seperti apa pekerjaan orang tua mereka, berapa banyak uang orang tua mereka diterima per bulan dan seterusnya. Akhirnya, data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan prosedur statistik yang dianjurkan.

21

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Studi Tentang Pendapatan Orang tua Terhadap Kemampuan Siswa dalam Belajar Bahasa Inggris

Hanif

kesalahan adalah 5.52. Ini meants bahwa nilai F hitung lebih kecil dari nilai F tabel (2,19 <3,33 <5,52). mengingat fakta bahwa nilai F hitung lebih kecil dari nilai tabel untuk 5% dan 1% kesalahan, oleh karena itu, hipotesis nol (Ho) diterima dan Ha ditolak. Akibatnya, penelitian ini menegaskan bahwa siswa mempunyai kemampuan yang sama dalam belajar bahasa Inggris baik dengan pendapatan yang lebih tinggi atau lebih rendah. Pendapatan orang tua siswa tidak berpengaruh banyak terhadap kemampuan belajar bahasa Inggris me

PENUTUP Kesimpulan Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan orang tua tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan siswa dalam belajar bahasa Inggris dari mahasiswa semester pertama di fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Malikussaleh. Hasil tes menunjukkan kemampuan sama dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penulis. Dari analisis Annova atas, nilai F hitung 2.19 dan F tabel untuk 5% error 3.33 dan untuk 1%

22

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Studi Tentang Pendapatan Orang tua Terhadap Kemampuan Siswa dalam Belajar Bahasa Inggris

Hanif

REFERENSI

Adler,

NE. 1993. Socioeconomic inequalities in Health: NO (http://tip.psycho;ogy.org/lave.html) (accessed on January 8, 2015)

Easy

Solution.

(online)

Anderson, P.J. 1995. Community School and Parent Dynamic: A synthesis of Literature and Activities (online) (http:// www.uic.edu/classes/ 1997.pdf) (accessed on January 14, 2015) Bakken,

Aleah. 2002. the socioeconomic Status of Learners (online) (http://www.charis.wlc.edu/publications/symposium_ spring02/bakken.pdf) (accessed on January 20, 2015)

Benjamin, l.A. 1993, “parents’ literacy and their Children’s success in School: Recent Research, Promising Practices, and Research Implications”. U.S. Department of Education, New Orleans Clay, M. 1998.”By Different Path to Common Outcomes”. New York Sternhouse Publication Costello, M.A. 1996. Critical Issue: Providings Effective Schoolong for Student at Risk. (online) (http://www.ncrel.org,) (accessed on December 05, 2014) Crinic, K & Lamberty, G. 1994, Reconsidering School Readiness: Conceptual and Applied Perceptive. Early Education and Development volume 5, No.2. Dahl, Gordon. 2005. The Impact of Family Income on Child Achievement, (online), (http://www. Irp.wisc.edu/publication/dps/pdfs/dp130505.pdf) (accessed on December 17, 2014) Drazen, S. 1992. “Student Achievement and family and community Poverty: Twenty years of Education reform”. New Oreland, Los Angeles English, F.W. 2002. On the Intractability of the Achievement Gap in Urban Schools and The Discursive Practice of Continuing Racial Discrimination. Education and Urban Society 3, No 34 Gagne, Robert M. 1995. “The condition of Learning, United States of America: Holt”. Rinehart and Winston, Inc. Granzow, Bill. 1999. “English Pocket Dictionary”, Arkola Publishing Company Heller, L .R, & Fantuzzo, J.W 1993. Reciprocal peer Tutoring and Parent Partnership: Does parent involvement Make A difference? School Psychology Review, Volume 3. No. 22 Kimle & Garmezy. 2007. “Advance in Personality Assessment”. Disaster Research Centre, Ohio University Knapp, M. S and Shield, P. M. 1990. “Recovering Academic Institute Instruction for the Children of Poverty”. Phil Delta Kappan Inc Lave, C. 1994. “Travel by Households without Vehicles”, in 1990 NPTS Travel Mode Special Reports. Washington, D.C. Lubienski, S. 2002. A Closer Look at Black-White Mathematic Gap: Intersection of Race and SES in NAEP Achievement and Instructional Practice Data. The Journal Of Negro Education, Volume 4. No.71 Martin, N.K 1990. “Factors Influencing the social, Emotional, and Academic Development of High School College-Pre Students”. New Orleans, Los Angeles

23

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Studi Tentang Pendapatan Orang tua Terhadap Kemampuan Siswa dalam Belajar Bahasa Inggris

Hanif

Miller, 1993. Research the Effectiveness of Sensory Integration. Sensory: Integration Quarterly, Volume 21. No. 2 (online) (http://www.sinetwork.org/research/effectiveness.html. ) accessed on May 23, 2014) Mualler, D.P. 1993. “Family Supports of Southeast Asian Refugee Children Upon Kindergarten Entry”. New Orleans, LA. Taylor Ronal D. 2003. “Economic and Social Correlates of the Socio-emotional Adjustment of AfricanAmerican Adolescent”, Temple University

24

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Membaca-Cepat-Pemahaman Mahasiswa Universitas Malikussaleh  

Juni Ahyar, Syahriandi JURNAL VISIONER & STRATEGIS

Volume 4, Nomor 2, September 2015 ISSN : 2338-2864 p. 25-33

Membaca-Cepat-Pemahaman MahasisWa Universitas Malikussaleh

This study focused on the ability of fast-reading-comprehension Malikussaleh University students. Which is desirable in this study is the extent of the student's ability to read-fast-book reading comprehension. The method used in this research is descriptive quantitative method. Data collection techniques is the technique of rapid-test reading-comprehension reading text. Such techniques form of text reading to the students and also given a booklet containing questions about the reading. Of this technique is seen is the number of words per minute that is able to be read by students. Furthermore, words per minute was associated with persntase number of correct answers given problem. From the results of the data are then analyzed using the formula speed reading comprehension. From this formula, it was noted later reading skill levels of the students at the University Malikussaleh. The results obtained in this study were almost all the students are still at the elementary level in reading comprehension, which is in the range of <140 kpm or 93.3% of the total number of data sources. Then, the reading comprehension of students who are at junior level only about 1.2%, which is in the range of 140-175 kpm. Furthermore, the ability of reading comprehension of students who are at the high school level only 5.2%. Finally, the level of students' ability in reading comprehension that should be at the level of the students just one of 330 students who become sources of data, or only 0.3%. So, when seen from a category value of speed reading comprehension ability, ability Unimal students in the category is very less, which is in the range 0-44.

Keywords: fast-reading-comprehension

25

Juni Ahyar*, Syahriandi, *Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

Membaca-Cepat-Pemahaman Mahasiswa Universitas Malikussaleh

Juni Ahyar, Syahriandi

betapa pentingnya kegiatan membaca tersebut. Masyarakat sudah meninggalkan kebiasaaankebiasaan membaca, baik membaca surat kabar sewaktu pagi, membaca bacaan-bacaan ringan, dsb. sehingga dalam hal informasi pun masyarakat Indonesia juga tertiggal. Juraida (2005:11) menyatakan bahwa, membaca merupakan suatu proses penerimaan komunikasi dengan pengujaran dan penafsiran kode ujaran dari penulis kepada membaca, dalam menentukan dan memahami makna, pesan, pikiran, ide atau gagasan penulis, baik yang tersurat maupun yang tersirat dengan menggunakan berbagai teknik dan metode yang sesuai. Di lingkungan kampus, penulis juga mendapati rendahnya kemampuan membaca para mahasiswa. Mahasiswa ketika ditugaskan untuk membaca buku teks sebanyak 5 halaman, mereka menghabiskan waktu rata-rata 25-30 menit (hal ini terlihat pada kelas yang penulis ampu). Padahal, idealnya kemampuan membaca untuk 1 halaman (300 kata) sekitar 2-3 menit. Jadi, untuk 3 halaman memerlukan waktu sekitar 15 menit. Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis akan meneliti sejauh mana tingkatan membaca-cepatpemahaman mahasiswa Universitas Malikussaleh. Tingkatan membaca cepat yang ideal untuk mahasiswa sekitar 350 – 400 kpm (tanpa disertai pemahaman), kemudian jika ditambah pemahaman sekitar 70%, tingkatan membaca mahasiswa 245 – 280 kpm.:

PENDAHULUAN Penyebaran informasi melalui media tulis sekarang ini semakin cepat, baik melalui media cetak, seperti buku, majalah, jurnal, maupun melalui media elektronik (online), seperti e-book, surat kabar online. Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh melalui kemampuan membaca. Kemampuan membaca seseorang merupakan alat yang sangat vital untuk menangkap segala informasi yang ada di berbagai media tersebut. Dengan membaca, kita dapat mengenal dunia. Membaca, membuka jendela dunia. Dua buah pernyataan di atas merupakan jargon yang sering kita dengar hampir setiap hari. Jargon-jargon tersebut begitu menarik dan memotivasi siapa saja yang mendengarnya. Namun, pada kenyataannya masih sangat banyak masyarakat yang malas membaca sehingga minat membaca menjadi rendah. Kemalasaan dalam membaca bukan hanya terlihat pada masyarakat biasa, melainkan juga terlihat pada masyarakat pelajar, khususnya mahasiswa. Dari kemalasan membaca tersebut dapat berakibat terhadap rendahnya kemampuan membaca. Berdasarkan Programme for International Student Assessment/PISA (2009), kemampuan membaca remaja Indonesia rata-rata adalah 402, di bawah skor rata-rata negara Organization for Economic Cooperation and Development (493). Indonesia menempati peringkat ke-58 dari 65 negara peserta studi PISA 2009. Dengan begitu, Indonesia berada di bawah Montenegro (408), Yordania (405), dan Tunisia (404) (Tempo, Sabtu, 22 Oktober 2011). Masih berdasarkan studi PISA, dari enam tingkatan (level) kemampuan membaca dan menghubungkan satu atau banyak informasi, baik yang bertalian maupun bertentangan, lebih dari 50 persen siswa Indonesia berada pada level ke-2. Adapun kemampuan menafsirkan dan memadukan informasi skornya hanya 399 atau peringkat ke-56 dari 65 negara. Bagaimana dengan tingkat kemampuan memadukan atau menginterpretasikan informasi? Lebih parah lagi., Lebih dari 50 persen siswa Indonesia menempati peringkat di bawah level ke-2 (Tempo, Sabtu, 22 Oktober 2011). Selanjutnya, berdasarkan DetikNews pada artikel “RI Terendah di PISA, WNA: Indonesian Kids Don't Know How Stupid They Are”, pada tahun 2012 PISA juga mengeluarkan survei bahwa Indonesia menduduki peringkat paling bawah dari 65 negara, dalam pemetaan kemampuan matematika, membaca dan sains. Di bidang kemampuan membaca, Indonesia mendapatkan skor 396 dan di bidang kemampuan sains mendapatkan skor 382 (DetikNews, Sabtu, 08 Februari 2014). Dari data di atas terlihat begitu rendahnya kemampuan membaca masyarakat Indonesia dibandingkan dengan negara lainnya. Masyarakat Indonesia sudah tidak sudah kurang memperhatikan

TINJAUAN TEORITIS Pengetian Membaca Menurut Tarigan (1986:11) “Membaca adalah suatu proses yang dilakukan sert dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media katakata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pendangan sekilas, agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik”. Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa (Wikipedia, 2010). Dari beberapa definisi membaca yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu aktivitas yang melibatkan penglihatan, ingatan, kecerdasan, dan pemahaman untuk memperoleh informasi yang disampaikan penulis melalui lambang-lambang. Tujuan Membaca Membaca mempunyai tujuan karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak 26

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Membaca-Cepat-Pemahaman Mahasiswa Universitas Malikussaleh

Juni Ahyar, Syahriandi

mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, dosen seharusnya menusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca mahasiswa itu sendiri. “Secara umum tujuan membaca mencakup empat tujuan berbahasa berikut. Pertama, tujuan penalaran, menyangkut kesanggupan berpikir dan pengungkapan nilai serta sikap sosial budaya pendeknya identitas dan kepribadian seseorang. Kedua tujuan instrumental, meyangkut penggunaan bahasa yang dipelajari itu tujuan-tujuan material konkret, umpamanya supaya tahu memakai alat, memperbaiki kerusakan mesin. Ketiga, tujuan integratif, menyangkut seseorang menjadi suatu anggota masyarakat yang tujuan kebudayaan terdapat pada orang yang secara ilmiah ingin mengetahui dan memperdalam pengetahuannya tentang kebudayaan atau masyarakat” (Budinuryanta, dkk. dalam Widiyati, 2005:15). Selanjutnya, tujuan membaca menurut Blanton dalam Setiowati (2007:13) adalah untuk: (1) kesenangan, (2) menyempurnakan membaca nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi baru dengan yang telah diketahuinya, (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, (8) menampilkan suatu ekspreimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, (9) menjawab pertanyaanpertanyaan yang spesifik. Menurut Kusmiati (2007:15), “Tujuana utama membaca adalah menangkap idea tau makna yang terkandung dalam suatu bacaan. Membaca tanpa mengetahui struktur bahasa dapat mengacaukan pemahaman isi bacaan. Oleh karena itu, pengajaran membaca hendaknya diarahkan pada peningkatan membaca itu sendiri jangan dikacaukan dengan aspek dan tujuan lainnya”. Selanjutnya Tarigan (1986:7) menyatakan tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna arti erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan atau intensif kita dalam membaca.

psikologi, membaca sebagai proses sensori, membaca sebagai proses perceptual, membaca sebagai proses perkembangan, dan membaca sebagai proses perkembangan keterampilan. Sebagai proses psikologi, perkembangan membaca akan dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya psikologi pembaca, seperti intelegensi, usia mental, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, bahasa, ras, kepribadian, sikap, pertumbuhan fisik, kemampuan persepsi, dan tingkat kemampuan membaca (Harras, 2010). Membaca merupakan proses berpikir. Untuk dapat memahami bacaan, pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya kemudian ia membuat kesimpulan dengan menghubungkan isi yang terdapat dalam materi bacaan. Untuk itu, ia harus mampu berpikir secara sistematis, logis, dan kreatif. Membaca Cepat Membaca cepat merupakan teknik membaca dengan memindahkan padangan mata secara cepat, kata demi kata, frasa demi frasa, atau baris demi baris. Teknik membaca cepat bertujuan agar pembaca dapat memahami bacaan dengan cepat. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membaca cepat. Hal-hal tersebut berupa: a. konsentrasi saat membaca; b. menghilangkan kebiasaan membaca dengan bersuara dan bibir bergerak; c. perluas jangkauan mata ketika membaca; d. tidak mengulang-ulang bacaan. Selain beberapa hal di atas, membaca cepat juga dapat dilatih dengan menggunakan beberapa buah metode. Metode-metode yang digunakan dalam berlatih membaca cepat adalah a. metode kosakata; metode yang berusaha untuk menambah kosa kata, b. metode motivasi; metode yang berusaha memotivasi pembaca (pemula) yang mengalami hambatan, c. metode gerak mata; metode yang mengembangkan kecepatan membaca dengan menigkatkan kecepatan gerak mata. Kemudian, faktor-faktor yang menghambat kecepatan membaca juga harus diminimalisasikan. Faktor-faktor hambatan tersebut antara lain: a. vokalisai atau berguman ketika membaca; b. membaca dengan menggerakan bibir tetapi tidak bersuara; c. kepala bergerak searah tulisan yang dibaca; d. subvokalisasi; suara yang biasa ikut membaca di dalam pikiran kita; e. jari tangan selalu menunjuk tulisa yang sedang kit abaca; f. gerakan mata kembali pada kata-kata sebelumnya.

Proses Membaca Proses membaca menurut Burns dkk., dalam Setiowati (2007:13) merupakan proses yang kompleks. Proses ini melibatkan ssejumlah kegiatan fisik dan mental. Proses membaca ada Sembilan aspek, yaitu sensori, perceptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, dan gagasan. Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indra penglihatan. Membaca bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan suatu hasil berbagai proses yang tergabung ke dalam suatu sikap pembaca yang aktif. Proses membaca yakni membaca sebagai proses 27

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Membaca-Cepat-Pemahaman Mahasiswa Universitas Malikussaleh

Juni Ahyar, Syahriandi

Tingkatan Kecepatan Membaca Sebelum menghitung, ada baiknya kita perhatikan kode yang akan digunakan berikut ini. a) K : Jumlah kata yang dibaca b) Wm : Waktu tempuh baca dalam satuan menit c) Wd : Waktu tempuh baca dalam satuan detik d) B : Skor bobot perolehan tes yang dapat dijawab dengan benar e) SI : Skor ideal atau sekor maksimal f) kpm : Kata per menit

METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Penggunaan metode ini dipandang sesuai karena metode ini dapat dipakai untuk mendeskripsikan hasil penilaian tingkat membaca mahasiswa. Jadi, penggunaan metode kuantitatif deskriptif untuk mendeskripsikan kemampuan membaca-cepat-pemahaman mahasiswa Universitas Malikussaleh. Penelitian ini dilakukan pada enam fakultas yang ada di lingkungan Universitas Malikusaleh, Yaitu Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Hukum, Fakultas ISIP, dan Fakultas PSPD. Mahasiswa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini berjumlah 330 orang. Dalam penggunakan metode tersebut, penulis menyiapkan beberapa hal yang mendukung dalam penggunakan metode tersebut. hal-hal tersebut berupa: • Mempersiapkan permasalahan dalam penelitian, • Mempersiapkan alat-alat/instrumen dalam pengumpulan data, • Megumpulkan data, yang dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan mengklasifikasikannya • Mengambil kesimpulan akhir.

Kecepatan membaca seseorang dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Membaca cepat bukan hanya untuk menyelesaikan bacaan sebanyak-banyaknya dengan waktu yang secepat-cepatnya, melainkan juga dituntut untuk memahami isi bacaan. Untuk itu muncullah apa yang disebut Kecepatan Efektif Membaca (KEM). KEM adalah perpaduan kemampuan motorik visual (kecepatan) dengan kemampuan kognitif seseorang dalam membaca.

Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes adalah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka (Margono, 2000:170). Teknik pengumpulan data berupa tes digunakan untuk memperoleh data tentang kecepatan membaca-cepatpemahaman mahasiswa universitas Malikussaleh. Sebelum pengumpulan data dilakukan, peneliti terlebih dahulu menyiapkan teks bacaan untuk menentukan tingkat kecepatan membaca-cepatpemahaman mahasiswa dan instrumen penelitian. Teks bacaan tersebut sekitar 3 halaman (900 kata). Jumlah tersebut, berdasarkan teori, hanya memerlukan waktu sekitar 4-6 menit.

Menghitung Persentase Pemahaman Isi Untuk mengetahui pemahaman isi seseorang atas apa yang dibacanya dapat menggunakan rumus:

Menghitung KEM Untuk menghitung KEM seseorang menggunakan rumus seperti di bawah ini:

dapat

Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif dengan menggunakan statistik sederhana. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data adalah sebagai berikut. • Menghitung nilai kecepatan membaca pemahaman mahasiswa dari tiap-tiap fakultas. • Menghitung persentase dari tiap-tiap fakultas dan universitas. • Setelah nilai rata-rata diperoleh, selanjutnya ditetapkan kategori nilai rata-rata berdasarkan hasil membaca mahasiswa.

Kecepatan membaca di atas masih harus disertai pemahaman isi minimal 70%, Studi di Amerika didapat kecepatan membaca: Tingkat SD : 200 kpm Tingkat SMP : 200 – 250 kpm Tingkat SMA : 250 – 350 kpm Tingkat PT : 350 – 400 kpm Jika harus disertai pemahaman isi bacaan minimal 70%, KEM-nya sebagai berikut: Tingkat SD : 200 x 70% = 140 kpm Tingkat SMP : 200 – 250 x 70% = 140 – 175 kpm Tingkat SMA : 250 – 350 x 70% = 175 – 245 kpm Tingkat PT : 350 – 400 x 70% = 245 – 280 kpm 28

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Membaca-Cepat-Pemahaman Mahasiswa Universitas Malikussaleh

Juni Ahyar, Syahriandi

Penetapan tingkat kemampuan mahasiswa dalam membaca-cepat-pemahaman berpedoman pada klasifikasi penilaian yang ditetapkan oleh Depdiknas sebagai berikut.

HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil lembar soal dan bacaan yang digunakan sebagai alat untuk mengukur kecepatan membaca pemahaman mahasiswa Universitas Malikussaleh, diperoleh berbagai macam ragam nilai mahasiswa, dan dari nilai-nilai itu terlihat tingkatan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Adapun nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Klasifikasi Nilai Kemampuan Membaca-Cepat-Pemahaman Kategori Nilai Keterangan A 85 – 100 SangatBaik B 70 – 084 Baik C 60 – 069 Cukup D 45 – 059 Kurang E 00 – 044 SangatKurang

Tabel 2. Nilai Kemampuan Mahasiswa Universitas Malikussaleh No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.

MHS A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI AJ AK AL AM AN

Teknik 359 222 200 200 200 148 133 133 133 133 118 118 118 118 118 115 106 106 106 106 104 104 100 100 100 100 100 99 99 92 92 92 92 89 89 89 87 82 81 81

FAKULTAS ISIP Ekonomi 200 178 200 178 178 155 178 155 178 133 178 118 178 118 178 118 133 118 118 118 118 118 118 111 118 111 118 106 115 106 104 106 104 106 100 104 100 104 100 104 89 104 89 104 89 104 89 104 89 104 81 104 78 104 78 104 78 100 78 100 78 100 75 100 74 99 72 99 71 92 68 92 62 92 62 92 59 89 55 89

Pertanian 189 133 133 124 118 118 104 99 93 89 89 89 89 89 89 82 82 81 78 74 74 74 72 68 67 63 58 57 57 56 56 56 53 53 52 52 45 44 44 37 29

Hukum 222 200 155 133 133 111 104 104 89 78 74 71 59 59 53 45 44 44 36 36 36 30 30 22

PSPD 106 92 89 87 74 67 59 59

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Membaca-Cepat-Pemahaman Mahasiswa Universitas Malikussaleh

41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98.

AO AP AQ AR AS AT AU AV AW AX AY AZ BA BB BC BD BE BF BG BH BI BJ BK BL BM BN BO BP BQ BR BS BT BU BV BW BX BY BZ CA CB CC CD CE CF CG CH CI CJ CK CL CM CN CO CP CQ CR CS CT

80 76 75 74 74 72 72 71 68 67 67 64 64 63 62 59 59 59 59 59 58 58 56 56 55 54 54 54 53 53 53 53 53 51 51 49 48 44 43 43 34 32 27 27 26 22

Juni Ahyar, Syahriandi

36 36 34 33 30 26 20

54 54 54 53 53 49 48 44 44 37 32 27 27 18

30

89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 89 87 82 80 80 78 74 74 74 74 74 74 74 74 74 71 71 71 71 71 67 67 64 63 62 59 59 59 59 59 58 58 56 56 56 56 56 56 56 56 54 53 53 53 53 53 53 52

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Membaca-Cepat-Pemahaman Mahasiswa Universitas Malikussaleh

99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. Jumlah

Juni Ahyar, Syahriandi

CU CV CW CX CY CZ DA DB DC DD DE DF DG N=86

N=47

N=54 Tingkat SD Tingkat SMP Tingkat SMA Tingkat PT

Dari tabel nilai di atas terlihat bermacam ragam nilai kecepatan membaca mahasiswa Universitas Malikussaleh dari berbagai fakultas. Dari beberapa fakults tersebut terlihat hanya seorang mahasiswa yang memperoleh nilai yang sesuai dengan tingkat kemampuan membaca perguruan tinggi. Nilai tersebut sudah termasuk nilai pemahaman. Tingkatan nilainilai tersebut dapat di lihat di bawah ini

No 1. 2. 3. 4.

Tingkat SD SMP SMA PT Jumlah

51 49 45 44 43 43 37 36 36 34 30 28 26 N=111

N=24

N=8

: 200 x 70% = 140 kpm : 200 – 250 x 70% = 140 – 175 kpm : 250 – 350 x 70% = 175 – 245 kpm : 350 – 400 x 70% = 245 – 280 kpm

Berdasarkan tingkatan nilai itu, penulis mengelompokkan berdasarkan fakultas dan menjumlahkan jumlah mahasiswa pada tingkatan berapa, lalu mempersentasekannya. Penggolongan nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Tingkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Fakultas FT % FP % FISIP % FE % FH % PSPD % 80 93 46 97,9 46 85,2 107 96,4 21 87,5 8 100 1 1,16 0 0 0 0 2 1,8 1 4,17 0 0 4 4,65 1 2,13 8 14,8 2 1,8 2 8,33 0 0 1 1,16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 86 100 47 100 54 100 111 100 24 100 8 100

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir semua mahasiswa masih berada pada tingkatan SD dalam membaca pemahaman, yaitu pada range < 140 kpm atau 93,3% dari jumlah keseluruhan sumber data. Kemudian, kemampuan membaca pemahaman mahasiswa yang berada pada tingkatan SMP hanya sekitar 1,2%, yaitu pada range 140 – 175 kpm. Selanjutnya, kemampuan membaca pemahaman mahasiswa yang berada pada tingkat SMA hanya 5,2%. Terakhir, tingkatan kemampuan mahasiswa dalam membaca pemahaman yang seharusnya pada tingkatan mahasiswa hanya satu orang dari 330 mahasiswa yang menjadi sumber data atau hanya 0,3%. Jadi, jika dilihat dari kategori nilai kemampuan membaca cepat pemahaman, kemampuan mahasiswa Unimal berada pada kategori sangat kurang, yaitu berada pada range 0-44.

Jlh.

%

308 4 17 1 330

93,3 1,2 5,2 0,3 100

PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hampir semua mahasiswa masih berada pada tingkatan SD dalam membaca pemahaman, yaitu pada range < 140 kpm atau 93,3% dari jumlah keseluruhan sumber data. Kemudian, kemampuan membaca pemahaman mahasiswa yang berada pada tingkatan SMP hanya sekitar 1,2%, yaitu pada range 140 – 175 kpm. Selanjutnya, kemampuan membaca pemahaman mahasiswa yang berada pada tingkat SMA hanya 5,2%. Terakhir, tingkatan kemampuan mahasiswa dalam membaca pemahaman yang seharusnya pada tingkatan mahasiswa hanya satu orang dari 330 mahasiswa yang menjadi sumber data atau hanya 0,3%. Jadi, jika dilihat dari kategori nilai kemampuan membaca cepat pemahaman, kemampuan mahasiswa Unimal berada pada kategori sangat kurang, yaitu berada pada range 0-44. 31

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Membaca-Cepat-Pemahaman Mahasiswa Universitas Malikussaleh

Juni Ahyar, Syahriandi

2.

Saran 1. Diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengambil kebijakan oleh para pimpinan untuk dapat menyediakan berbagai macam fasilitas yang dapat menunjang kemampuan membaca.

32

hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk melaksanakan pelatihan atau pengebangan kemampuan membaca para mahasisw

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Membaca-Cepat-Pemahaman Mahasiswa Universitas Malikussaleh

Juni Ahyar, Syahriandi

REFERENSI

Depdiknas. 2001. “Kamus Besar Bahasa Indonesia” Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Hack.

2010. Standar Penulisan Bahasa Aceh yang Ditetapkan hack.nanggroe.com/, diakses tanggal 1 Maret 2011).

Pemerintah

Indonesia.

(http://

Hanafiah, Adnan M. dan Makam, Ibrahim. 1984. “Struktur Bahasa Aceh”. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud. Kusmiati, Yenni. 2007. “Pelaksana Pembelajaran Membaca pada Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Banda Aceh”. Skripsi. Banda Aceh:FKIP Unsyiah. Margono, S. 2000. “Metodologi Penelitian Pendidikan”. Jakarta: Rineka Cipta. Setiowati, Tutik. 2007. “Keterampilan Membaca Nyaring melalui Media Komik Berbahasa Jawa”. Semarang: Unnes. Sulaiman, Budiman dkk. 1979. “Kedudukan dan Fungsi Bahasa Aceh di Aceh”. Jakarta: Pusat Bahasa. Tarigan, Henry Guntur. 1986. “Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa”. Bandung: Angkasa.

33

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

JURNAL VISIONER & STRATEGIS

Volume 4, Nomor 2, September 2015 ISSN : 2338-2864 p. 35-42

Pengaruh Iklan Produk Pesaing Dan Ketidakpuasan Konsumen Terhadap Keputusan Perpindahan Merek Telepon Selular Di Kota Lhokseumawe

The purpose of this study was to analyze the effect of a competitor's product advertisement and consumer dissatisfaction against the decision of switching mobile phone brands in Lhokseumawe city, and to analyze the dominant factors that influence the decision of switching mobile phone brands in Lhokseumawe city.This study uses primary data as much as 96 respondents. Sampling technique in this research is accidental sampling technique. Results of the research hypothesis testing, simultaneously indicates the variable competitor's product advertisement and consumer dissatisfaction significantly influence the decision of switching mobile phone brands in Lhokseumawe city, Furthermore, in partial, consumer dissatisfaction is the most dominant variable that influence on the mobile phone brand switching decision in Lhokseumawe city.

Keywords: advertisement, consumer dissatisfaction, brand switching decision

35

Khairina Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

Pengaruh Iklan Produk Pesaing Dan Ketidakpuasan Konsumen Terhadap Keputusan Perpindahan Merek Telepon Selular Di Kota Lhokseumawe

Khairina

bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Bagian pemasaran pada suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting dalam rangka mencapai besarnya volume penjualan, karena dengan tercapainya sejumlah volume penjualan yang diinginkan berarti kinerja bagian pemasaran dalam memperkenalkan produk telah berjalan dengan benar. Menurut Stanton (2001:94) pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli yang potensial.

PENDAHULUAN Telepon selular akhir-akhir ini telah menunjukkan suatu gejala bahwa seseorang menggunakan telepon selular untuk memenuhi kebutuhan berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama anggota kelompoknya. Seseorang cenderung menggunakan telepon selular bukan hanya untuk berkomunikasi saja akan tetapi lebih dari itu, malah mereka membeli telepon selular melihat dari berbagai macam fitur dan aplikasi yang ditawarkan dalam produk telepon selular tersebut. Oleh karena itu dituntut perusahaan untuk lebih kreatif dalam mengkomunikasikan produk telepon selular melalui iklan supaya konsumen sebelum memutuskan untuk membeli produk, sudah ada preferensi merek telepon selular apa mau dibeli. Sekarang sangat banyak iklan produk telepon selular yang beredar di media baik media cetak maupun media elektronik. Bahkan dengan banyak nya iklan tersebut membuat konsumen cenderung beralih mencoba produk pesaing karena kemungkinan aplikasi dan fitur yang ditawarkan lebih menggiurkan dengan harga yang lebih miring. Selain itu konsumen juga cenderung berpindah merek karena mereka tidak puas dengan kinerja produk, aplikasi tidak lengkap serta harganya terlalu mahal. Apalagi sekarang banyak juga bermunculan smartphone yang lebih aplikatif serta dilengkapi dengan program blackberry messenger. Sehingga cenderung konsumen melakukan keputusan perpindahan merek.

Pengertian Manajemen Pemasaran Penanganan proses pertukaran memerlukan waktu dan keahlian yang banyak. Manajemen pemasaran akan terjadi apabila sekurang-kurangnya satu pihak dari pertukaran potensial memikirkan cara untuk mendapatkan tanggapan dari pihak lain sesuai dengan yang diinginkannya. Dengan demikian, manajemen pemasaran dapat diartikan : Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi. Menurut Kotler dan Amstrong (2008: 14) “Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran dengan maksud untuk mencapai sasaran organisasi” Definisi ini mengakui bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang mencakup barang, jasa dan gagasan yang tergantung pada pertukaran dengan tujuan menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terkait. Adi (2006: 6) mengatakan bahwa: “Manajemen pemasaran adalah suatu analisis, perencana, pelaksanaan serta kontrol programprogram yang telah direncanakan dalam hubungannya dengan pertukaran-pertukaran yang diinginkan terhadap konsumen yang dituju untuk memperoleh keuntungan pribadi maupun bersama”. Manajemen pemasaran dapat diterapkan pada semua bidang usaha. Dalam manajemen terdapat fungsi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan atau penerapan serta pengawasan. Tahap perencanan merupakan tahap yang menentukan terhadap kelangsungan dan kesuksesan suatu organisasi pemasaran. Proses perencanaan merupakan satu proses yang selalu memandang ke depan atau pada kemungkinan masa akan datang termasuk dalam pengembangan program, kebijakan dan prosedur untuk mencapai tujuan pemasaran. Manajemen pemasaran merupakan suatu kegiatan bisnis yang dilakukan oleh individu maupun kelompok untuk

TINJAUAN TEORITIS Pemasaran Pemasaran adalah proses bisnis yang dinamis karena merupakan sebuah proses integrasi yang menyeluruh dan bukan gabungan aneka fungsi dan pranata yang sesuai (Angipora, 2002:5), Kemudian menurut Kotler (2009:11) menyatakan bahwa “pemasaran adalah suatu proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukar produk dan jasa yang bernilai denga pihak lain”. Selanjutnya Alma (2006:1) mengemukakan bahwa “pemasaran adalah segala kegiatan untuk menyampaikan barang-barang ke tangan (rumah tangga) dan ke konsumen industri, tetapi tidak termasuk kegiatan perubahan bentuk barang”. Lamb, dkk (2001:98) “pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi dan distribusi sejumlah ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi”. Kemudian Swasta dan Irawan (2005:10) mendefinisikan konsep pemasaran sebuah falsafah bisnis yang menyatakan 36

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Iklan Produk Pesaing Dan Ketidakpuasan Konsumen Terhadap Keputusan Perpindahan Merek Telepon Selular Di Kota Lhokseumawe

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dan masyarakat. Pemasaran melibatkan semua orang dalam perusahaan yang bekerja untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada, orientasi ini semakin disadari sebagai kunci peningkatan manajemen pemasaran untuk membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Khairina

Merek Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler dan Keller (2008:332) mendefenisikan merek sebagai “nama, istilah, tanda, symbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing. Sedangkan Bruce J Walker dalam Sunyoto (2012:102) merek adalah suatu nama, istilah, tanda atau desain atau gabungan semua yang diharapkan mengidentifikasikan barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjualan. Sebenarnya bila orangorang menggunakan kata merek, mereka selalu berfikir tentang nama merek atau suatu produk atau jasa yang berhubungan dengan nama-nama merek terkenal. Merek lebih dari sekadar jaminan kualitas karena di dalamnya tercakup enam pengertian sebagai berikut (Durianto. dkk, 2003:87): 1. Atribut produk Seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain dan lain-lain. Merek mengingatkan pada atribut tertentu. 2. Manfaat Dalam hal ini atribut merek diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau manfaat emosional. 3. Nilai Merek juga menyatakan nilai produsen. 4. Budaya Merek mewakili budaya tertentu. 5. Kepribadian Merek mencerminkan kepribadian tertentu, misalnya mencerminkan kepribadian seorang yang terkenal. 6. Pemakai Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.

Pengertian Bauran Pemasaran Bauran pemasaran menurut Kotler (2003:15) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran. Untuk mencapai tujuan pemasaran digunakan seperangakat alat pemasaran yang disebut sebagai bauran pemasaran yaitu 4P yaitu product, price, place, dan promotion. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2001:71) Bauran Pemasaran merupakan serangkaian alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan produk, harga, tempat, promosi yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran. Kotler dan Amstrong (2001:346) adapun pengertian masing-masing unsur dari bauran pemasaran adalah : 1. Product (produk), adalah produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. 2. Price (harga), adalah sejumlah uang atau pengorbanan yang dikeluarkan untuk suatu produk baik berupa barang maupun jasa atau sejumlah nilai yang konsumen tukarkan untuk memperoleh manfaat dari pengguna produk tersebut. 3. Place (tempat), adalah saluran dari suatu lembaga dimana seorang penjual memasarkan produknya ke pemakai atau konsumen akhir. 4. Promosi adalah suatu komunikasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal, sehingga membeli dan tetap mengingat produk tersebut”.

Loyalitas Merek (Brand Loyalty) Mowen dan Minor (2002:108), mendefinisikan loyalitas merek yaitu sejauh mana seorang pelanggan menunjukkan sikap positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen pada merek tertentu, dan berniat untuk terus membelinya di masa depan. Loyalitas merek, sudah lama menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, merupakan satu rujukan keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek. Ini mencerminkan bagaimana seorang pelanggan mungkin akan beralih ke merek lain terutama jika merek tersebut membuat suatu perubahan, baik dalam harga atau dalam unsure-unsur produk. Bila loyalitas merek meningkat, kerentanan kelompok pelanggan dari serangan kompetitif bisa dikurangi. Ini merupakan satu indikator dari ekuitas merek yang nyata-nyata terkait dengan laba masa depan, karena loyalitas merek secara langsung ditafsirkan sebagai penjualan masa depan (Aaker, 1997:57). Dari definisi tersebut mencerminkan bagaimana seseorang pelanggan mungkin tidak akan beralih ke merek lain jika merek tersebut membuat suatu perubahan, baik dalam harga maupun unsur dalam produk. Loyalitas dapat didefinisikan berdasar perilaku membeli (Griffin, 2003:31). Pelanggan yang loyal adalah orang yang:

Pengertian Produk Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk itu meliputi objek secara fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, ide, atau bauran dari semua bentuk-bentuk tadi (Kotler dan Armstrong, 2008:346). Produk merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam konteks ini produk bisa berupa apa saja yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potensial untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan (Tjiptono, 2005:31). Produk adalah apa saja yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan dalam hal penggunaan, konsumsi (Boyd, dkk, 2000:264).

37

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Iklan Produk Pesaing Dan Ketidakpuasan Konsumen Terhadap Keputusan Perpindahan Merek Telepon Selular Di Kota Lhokseumawe

1. Melakukan pembelian berulang secara teratur. 2. Membeli antar lini produk dan jasa. 3. Mereferensikan kepada orang lain. 4. Menunjukkan kekebalan terhadap produk dari pesaing.

Khairina

Tujuan Periklanan Menurut Durianto, dkk (2003:3) tujuan periklanan yang berkaitan dengan sasarannya dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Iklan untuk memberi informasi (informative), kepada khalayak tentang seluk beluk tentang suatu produk. Biasanya, iklan dengan cara ini dilakukan secara besar-besaran pada tahap awal peluncuran suatu jenis produk dengan tujuan membentuk permintaan awal. Hal ini sangat penting bagi perusahaan karena bila konsumen tidak mengetahui produk dari suatu perusahaan tentu akan mengurangi permintaan konsumen. 2. Iklan untuk membujuk (persuasive), dilakukan dengan tahap kompetitif. Dalam era globalisasi dan pasar bebas berbagai produk sejenis tentu akan membanjiri pasar dengan merek yang berbeda-beda. Keadaan ini tentu akan menyebabkan tingkat persaingan semakin meningkat. Karena itu sangat dibutuhkan kehadiran suatu iklan yang mampu menarik minat beli dari konsumen. Tujuannya adalah membentuk permintaan selektif merek tertentu. Dalam hal ini perusahaan melakukan persuasi tidak langsung dengan memberikan informasi tentang kelebihan produk yang dikemas sedemikan rupa sehingga menimbulkan perasaan menyenangkan yang akan merubah pikiran orang untuk melakukan tindakan pembelian. Iklan yang baik tidak hanya mampu mendorong dan mempengaruhi perilaku pembeli tetapi juga memfasilitasi proses pembelian. Pada umumnya, iklan yang bersifat persuasive ini digunakan untuk merek yang siklus kehidupannya pada tahap pertumbuhan (growth stage). 3. Iklan untuk mengingatkan (reminding), yaitu untuk menyegarkan informasi yang pernah diterima masyarakat. Iklan jenis ini sangat penting bagi produk yang sudah matang. Bentuk iklan jenis ini adalah iklan penguat (reinforcement advertising) yang bertujuan meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka telah melakukan pilihan yang benar. Umumnya iklan jenis ini digunakan pada fase kedewasaan (maturity) suatu merek.

Perpindahan Merek Perpindahan merek adalah pola pembelian yang dikarakteristikkan dengan perubahan atau pergantian dari satu merek ke merek yang lain (Peter dan Olson, 2000:89). Perpindahan merek muncul diakibatkan oleh persepsi negatif terhadap kualitas produk, harga, ketidakpuasan dengan kinerja produk secara keseluruhan, layanan dan kenyamanan yang tidak memadai di tempat penjualan, hambatan fisik maupun psikologis untuk mendapatkan produk, dan memang ada maksud (intention) untuk berhenti mengkonsumsi brand yang biasa dipakai dan ingin memakai brand lain (Prasetijo dan Ihalauw, 2005:97). Adanya iklan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya keputusan perpindahan merek (Deighton dalam Haryono dan Soesanto, 2011:4). Konsumen yang hanya mengaktifkan tahap kognitifnya dihipotesiskan sebagai konsumen yang paling rentan terhadap perpindahan merek karena adanya rangsangan pemasaran (Dharmmesta. dkk, 2002:91). Kristianto (2011:130) perpindahan merek terjadi pada konsumen disebabkan karena ingin mencobacoba, faktor harga, dan keinginan konsumen itu sendiri. Pengertian Periklanan Iklan merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan (Durianto, dkk, 2003:1). Menurut Kotler (2003:277) Periklanan merupakan segala bentuk penyajian bukan pribadi dan promosi tentang gagasan, barang, atau jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu. Menurut Kismono (2001:376) Iklan merupakan komunikasi nonpersonal yang dibiayai sponsor melalui berbagai media. Media yang dapat digunakan meliputi : surat kabar, televisi, direct mail, radio, majalah, outdoor displays dan lain-lain. Sedangkan Simamora (2000:756), iklan adalah komunikasi nonpribadi melalui bermacam-macam media yang dibayar oleh sebuah perusahaan bisnis atau organisasi nirlaba atau individu yang dalam beberapa cara teridentifikasi dalam pesan periklanan dan berharap menginformasikan atau membujuk anggota-anggota dari pemirsa tertentu. Menurut Kotler (2003:72), iklan bertujuan untuk membangun kesadaran akan pentingnya suatu produk atau jasa, membantu meyakinkan pelanggan dalam membeli dan membedakan suatu jasa dengan jasa lain yang ditawarkan.

Sedangkan menurut Kotler (2003:72), iklan bertujuan untuk membangun kesadaran akan pentingnya suatu produk atau jasa, membantu menyakinkan pelanggan dalam membeli dan membedakan suatu jasa dengan jasa lain yang ditawarkan. Pengertian Perilaku Konsumen Kotler (2003:183), mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut: ”perilaku konsumen adalah bagaimana konsumen memberi jawaban terhadap ciri-ciri produk yang berbeda, harga, daya tarik, periklanan dan sebagainya”. Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:7) perilaku konsumen adalah ”proses yang dilalui seseorang dalam mencari, 38

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Iklan Produk Pesaing Dan Ketidakpuasan Konsumen Terhadap Keputusan Perpindahan Merek Telepon Selular Di Kota Lhokseumawe

Khairina

normal adalah haus dan lapar akan meningkat hingga mencapai suatu ambang rangsang dan berubah menjadi suatu dorongan berdasarkan pengalaman yang sudah ada. Seseorang telah belajar bagaimana mengatasi dorongan itu dan dia didorong kearah satu jenis objek yang diketahui akan memuaskan dorongan itu. b. Pencarian informasi Konsumen mungkin tidak berusaha secara aktif dalam mencari informasi sehubungan dengan kebutuhannya. Seberapa jauh orang tersebut mencari informasi tergantung pada kuat lemahnya dorongan kebutuhan, banyaknya informasi yang dimiliki, kemudahan memperoleh informasi, tambahan dan kepuasan yang diperoleh dari kegiatan mencari informasi. Biasanya jumlah kegiatan mencari informasi meningkat tatkala konsumen bergerak dari keputusan situasi pemecahan masalah yang terbatas kepemecahan masalah yang maksimal. c. Evaluasi alternatif Informasi yang didapat dari calon pembeli digunakan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai alternatif-alternatif yang dihadapinya serta daya tarik masing-masing alternatif. Produsen harus berusaha memahami cara konsumen mengenal informasi yang diperolehnya dan sampai pada sikap tertentu mengenai produk merek dan keputusan untuk membeli. d. Keputusan pembelian Produsen harus memahami bahwa konsumen mempunyai cara sendiri dalam menangani informasi yang diperolehnya dengan membatasi alternatif-alternatif yang harus dipilih atau dievaluasi untuk menentukan produk mana yang akan dibeli. e. Perilaku setelah pembelian Apabila barang yang dibeli tidak memberikan kepuasan yang diharapkan, maka pembeli akan merubah sikapnya terhadap merek barang tersebut menjadi sikap negatif, bahkan mungkin akan menolak dari daftar pilihan.

membeli, menggunakan dan mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya”. Definisi lain perilaku konsumen adalah ilmu yang mempelajari tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide (Mowen dan Minor, 2002:6). Sedangkan Swastha dan Handoko (2000:10) mengatakan perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan tertentu. Ketidakpuasan Konsumen Jika produsen melebih-lebihkan manfaat suatu produk maka harapan konsumen tidak akan tercapai sehingga mengakibatkan ketidakpuasan (Kotler, 2003:89). Kristianto (2011:33) Dalam ketidakpuasan yang timbul pada konsumen, terdapat dua keputusan utama yang muncul pada konsumen, dalam hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Tidak mengambil tindakan (take no action) Dengan tidak mengambil tindakan konsumen memutuskan untuk berada dalam situasi tidak puas. Dalam situasi seperti ini konsumen tidak mengambil tindakan, namun konsumen memiliki kecenderungan untuk bersikap kurang senang terhadap perusahaan atau merek produk tersebut. 2. Mengambil tindakan (take action) Ada lima hal yang dilakukan konsumen yang mengambil tindakan jika merasa tidak puas yaitu akan melakukan komplain kepada perusahaan, berhenti membeli produk tersebut, memperingatkan teman agar tidak menggunakan produk tersebut, komplain kepada pemerintah, dan menuntut melalui jalur hukum. Proses Keputusan Pembelian Konsumen Pengertian keputusan pembelian, menurut Kotler dan Armstrong (2008: 226) adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan. Menurut Kotler (2009:204), dalam memenuhi kebutuhan konsumen akan berada dalam suatu proses keputusan pembelian yang terdiri dari lima tahap yaitu: a. Pengenalan masalah Proses membeli dengan pengenalan masalah atau kebutuhan pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dan keadaan yang diinginkanya. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari luar. Misalnya kebutuhan orang

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Data Serta Model Analisis Data Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen di Kota Lhokseumawe yang melakukan perpindahan merek telepon selular dari merek yang satu ke merek yang lain. Adapun teknik sampling dilakukan dengan non probabilty sampling dengan metode metode accidental sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan bagi siapa saja yang bertemu dengan peneliti dan dianggap sesuai untuk dijadikan sumber data dan dijadikan sampel (Sugiyono, 2005). Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 96 responden. Adapun model analisis data 39

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Iklan Produk Pesaing Dan Ketidakpuasan Konsumen Terhadap Keputusan Perpindahan Merek Telepon Selular Di Kota Lhokseumawe

yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh faktor iklan produk pesaing dan ketidakpuasan konsumen keputusan perpindahan merek telepon selular di Kota Lhokseumawe adalah dengan analisis regresi berganda dengan bantuan program software SPSS (Statistical Package For Social Science) dengan persamaan sebagai berikut

Khairina

Tabel 2. Hasil Pengujian Secara Parsial a

Coefficients  

  Model 

Y = ß0 + ßX1 + βX2 + e. 1 

Dimana : Y X1 X2 ß0 ß1 e

= keputusan perpindahan merek = iklan produk pesaing = ketidakpuasan konsumen. =intercept. = parameter Regresi. = error term

t‐tabel 

thitung 

Sig. 

(Constant)

1,986 

7,096 

0,000

Iklan produk  pesaing (X1) 

1,986 

3,663 

0,000 

Ketidak puasan  Konsumen (X2) 

1,986 

7,337 

0.000 

 

HASIL PENELITIAN

a. Dependent Variable: Keputusan Perpindahan merek Telepon 

Koefisien Korelasi dan Determinasi Koefisien korelasi berguna untuk melihat sejauhmana hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil analisis nilai koefisien korelasi (R) ditemukan sebesar 0,690. Nilai ini menggambarkan terdapat hubungan variabel independen yang terdiri dari iklan produk pesaing dan ketidakpuasan konsumen terhadap variabel dependen yaitu keputusan perpindahan merek telepon selular sebesar 69%. Kemudian koefisien determinasi (Adjusted R Square) digunakan untuk mengukur sejauhmana variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Hasil analisis diperoleh nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0,465. Nilai ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen yang terdiri dari iklan produk pesaing dan ketidakpuasan konsumen dapat menjelaskan variabel dependen yaitu keputusan perpindahan merek telepon selular sebesar 46,5%, sedangkan sisanya 53,5% dipengaruhi oleh variabel lain di luar dari model penelitian ini

Selular 

Berdasarkan hasil uji parsial seperti yang disajikan pada Tabel 2, dapat dijelaskan bahwa variabel iklan produk pesaing (X1) memiliki nilai thitung > ttabel sebesar 3,663 > 1,986 dengan tingkat signifikansi 0,000 < α = 0,05, maka hipotesis menolak H0 dan menerima Hi hal ini berarti bahwa periklanan pesaing berpengaruh secara signifikan dalam keputusan perpindahan merek telepon selular di Kota Lhokseumawe. Selanjutnya variabel ketidakpuasan konsumen (X2) memiliki nilai thitung > ttabel sebesar 7,337 dengan tingkat signifikansi 0,000 < α = 0,05, maka hipotesis menolak H0 dan menerima Hi, hal ini berarti bahwa ketidakpuasan konsumen berpengaruh secara signifikan dalam keputusan perpindahan merek telepon selular di Kota Lhokseumawe. Sedangkan persamaan regresi berganda dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini:

Tabel 1. Koefisien Korelasi dan Determinasi

Tabel 3. Hasil Uji Regresi Berganda Unstandardized Coefficients Model B 1 (Constant) 1.677 Iklan Produk 0.224 Pesaing (X1) Ketidakpuasan Konsumen(X2) 0.434

Model

Adjusted Std. Error of R R Square R Square the Estimate 1 ,950 ,476 ,465 ,27567 a. Predictors: (Constant), periklanan pesaing, ketidakpuasan konsumen Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah) Pengujian Secara Parsial (Uji t) Uji secara parsial (Uji t) dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen secara statistik. Adapun hasil pengujian secara parsial dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

a.

Dependent Variable: Keputusan Perpindahan merek Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (Data diolah) 40

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Iklan Produk Pesaing Dan Ketidakpuasan Konsumen Terhadap Keputusan Perpindahan Merek Telepon Selular Di Kota Lhokseumawe

Khairina

Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa hasil persamaan regresi berganda sebagai berikut : PENUTUP Y=1,677+0.224X1+0,434X2

Kesimpulan Keputusan perpindahan merek telepon selular di Kota Lhokseumawe dipengaruhi oleh variabel iklan produk pesaing dan ketidakpuasan konsumen, hal ini bisa disebabkan oleh iklan yang ditayangkan oleh pesaing lebih menarik dan konsumen tidak puas terhadap merek yang sudah digunakan.

Nilai kostanta sebesar 1,677 hal ini berarti bahwa jika variabel iklan produk pesaing (X1), dan ketidakpuasan konsumen (X2), konstan maka keputusan perpidahan merek telepon selular di Kota Lhokseumawe sebesar 1.677. Variabel iklan produk pesaing (X1) mempunyai nilai koefisien sebesar 0,224, hal ini berarti apabila iklan produk pesaing meningkat 1 satuan dalam skala likert, maka keputusan perpindahan merek telepon selular meningkat sebesar 0,224. Selanjutnya variabel ketidakpuasan konsumen (X2) mempunyai nilai koefisien sebesar 0,434, hal ini berarti apabila persepsi meningkat 1 satuan dalam skala likert, maka keputusan perpindahan merek telepon selular juga meningkat sebesar 0,434.

Saran Perusahaan hendaknya terus memperbaiki isi dan  pesan dari  iklannya supaya  lebih menarik,  kemudian  kinerja  produk  juga  lebih  ditingkatkan  supaya  perusahaan  dapat  menekan  ketidakpuasan  konsumen terhadap suatu merek tertentu. 

41

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Iklan Produk Pesaing Dan Ketidakpuasan Konsumen Terhadap Keputusan Perpindahan Merek Telepon Selular Di Kota Lhokseumawe

Khairina

REFERENSI Alma, Buchari. (2006). Kewirausahaan “Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Bagi Mahasiswa dan Masyarakat Cetakan Kesepuluh”. Penerbit Alfabeta. Bandung. Angipora, Marius. (2002). Dasar-Dasar Pemasaran Edisi Kedua. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Durianto, Darmadi, Sugiarto dan Tony Sitinjak. (2003). Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Brand Equity dan Perilaku Merek. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Ferrinadewi, Erna, 2008. Merek dan Psikologi Konsumen, Yogyakarta: Graha Ilmu, Yogyakarta. Griffin, Jill, (2003). Costumer Loyalty Menumbuhkan Dan Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan, Erlangga, Jakarta. Kotler, Philip. (2009). Manajemen Pemasaran Jilid I (Edisi Kesebelas). Penerbit Indeks. Jakarta. Kotler, Philip dan Gary Amstrong. (2008). Prinsip-Prinsip Pemasaran. PT. Erlangga. Jakarta. Kristianto, Paulus Lilik. (2011). Psikologi Pemasaran. Cetakan 1. CAPS. Yogyakarta. Lamb, Charles W. Jr., Joseph F, Hair, Jr dan Carl McDaniel. (2001). Marketing Jilid I (Alih Bahasa David Octavia) penerbit Salemba Empat. Jakarta. Mowen dan Minor. (2002). Perilaku Konsumen Jilid I Edisi Ke 5. Erlangga. Jakarta. Peter. J.P dan Olson, J.C. (2000). Consumer Behavior : Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Erlangga. Jakarta. Prasetijo, Ristiyanti dan Ihalauw, John. (2005). Perilaku Konsumen. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Robbins, Stephen, (1996), Perilaku Organisasi, PT Indeks, Kelompok Gramedia, Jakarta. Schiffman, leon. And Kanuk, Leslie Lazar. (2004). Perilaku Konsumen edisi ketujuh. Indeks, Jakarta. Sigit, Soehardi. (2002). Pengantar Metodologi Penelitian Sosial-Bisnis-Manajemen, Cetakan Ketiga, Yogyakarta: Penerbit Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Simamora, Bilson. (2001). Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Stanton, William J. (2001). Prinsip Pemasaran. Penerbit Erlangga. Jakarta. Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Sunyoto, Danang. (2012). Dasar-dasar Manajemen Pemasaran. Cetakan Pertama,. CAPS. Yoyakarta Swasta, Basu dan Irawan. (2005). Manajemen Pemasaran Modern. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Tjiptono, Fandy. (2005). Brand Management & Strategi. Penerbit Andi. Yogyakarta.

42

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Iklan Produk Pesaing Dan Ketidakpuasan Konsumen Terhadap Keputusan Perpindahan Merek Telepon Selular Di Kota Lhokseumawe

43

Khairina

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

JURNAL VISIONER & STRATEGIS

Volume 4, Nomor 2, September 2015 ISSN : 2338-2864 p. 43-54

Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM)

This research was conducted at PT. Iskandar Muda fertilizer, in order to see the effect of leadership, compensation and competency on the performance of employees at PT. Iskandar Muda fertilizer. The research sample as many as 91 employees. The sampling technique using random sampling techniques. Data obtained from questionnaires as much as 91 respondents and processed with SPSS. The model used in this research is multiple linear regression. The research results obtained Fcount at 35.001 and 2.710 Ftabel simultaneously it demonstrates leadership variables, compensation and competency significantly influence the performance of employees at PT. Iskandar Muda fertilizer. The coefficient of determination (R2) of 0.547 means that the independent variable leadership, compensation and competency is able to explain the dependent variable (Y) employee performance that is equal to 54.7% ,. Based on test results obtained tcount variable t of leadership at a significant level of 5,305 to 0,000, tcount variable compensation amounted to 1,219 on a significant level of 0.226 and competence variables tcount of 1,421 at significant level 0.159 to 1.662 ttabel. This indicates, only partial leadership variables that significantly influence employee performance and competency, while compensation does not affect on the performance employees at PT. Iskandar Muda fertilizer. Keywords: Leadership, Compensation, Competencies, Employee Performance

43

Marbawi* , Widya *Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM)

Marbawi, Widya

berkomunikasi dengan bawahannya supaya tujuan organisasi itu bisa tercapai secara efektif dan efisien. Ketangguhan suatu perusahaan baik itu pemerintah, bisnis maupun masyarakat tergantung pada kepemimpinan yang mampu memberikan motivasi yang benar dan menarik dalam keikutsertaan manajer dan karyawan dalam pengambilan keputusan. Sehingga mereka memiliki fondasi yang kuat dalam perusahaan seperti rasa ikut memiliki, rasa ikut bertanggung jawab, dan mengawasi diri untuk memberikan yang terbaik baik bagi perusahaannya. Dibalik fondasi tersebut tertanam unsur nilai-nilai luhur mengenai persepsi SDM terhadap kerja antara lain bahwa: kerja itu ibadah, kerja itu baik, kerja itu kepuasan, kerja itu menyenangkan, dan kerja itu kebutuhan hidup. Sehingga dalam bekerja karyawan akan menyadari bahwa ia berhubungan dengan lingkungan tempat kerjanya sehingga harus menjaga sikap saling menghormati, menyayangi dan sekaligus bersaing secara sehat. PT. Pupuk Iskandar Muda merupakan salah satu perusahaan besar yang termasuk ke dalam perusahaan BUMN yang bergerak dibidang pengolahan bahanbahan kimia menjadi pupuk yang nantinya digunakan oleh petani, khusunya yang berada di wilayah Provinsi Aceh. PT. Pupuk Iskandar Muda juga merupakan satu-satunya pabrik pupuk yang masih beroperasi di daerah Aceh. Beberapa tahun belakangan ini diketahui PT. Pupuk Iskandar Muda juga mengalami kendala yang sama dalam hal bahan baku gas yang masih terlalu mahal dipasaran. Namun dengan campur tangan pemerintah masalah tersebut kini sudah teratasi dengan disubsidinya bahan baku gas oleh pemerintah. Pemerintah menjamin ketersedian gas untuk PT. Pupuk Iskandar Muda hingga dua tahun mendatang. Selain kendala dalam hal bahan baku, PT. Pupuk Iskandar Muda juga mengalami kendala lain seperti; adanya karyawan yang setelah beberapa tahun bekerja namun keluar dan memilih berkarir di luar negeri seperti Abu Dhabi, Qatar, Kuwait, dan Malaysia. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh jumlah gaji, fasilitas beserta kompensasi atau tunjangan yang ditawarkan oleh perusahaan asing jauh lebih besar dan iklim kerja yang jauh lebih kondusif. Pada tahun 2014 ini managemen PT. Pupuk Iskandar Muda juga berencana mengefektifkan kinerja perusahaan dan karyawannya dengan berencana mengurangi jumlah karyawan yang mulanya berjumlah 1100 karyawan menjadi 995 karyawan. (sumber : Bagian SDM PT. PIM 2014). Fenomena negatif atau masalah yang sering dihadapi karyawan PT. PIM adalah pemimpin belum memiliki rasa perduli terhadap karyawan, pemimpin belum terbuka kepada karyawan dan pemimpin belum dapat berpartisipasi terhadap karyawan. Hal inilah yang dirasakan oleh PT. Pupuk Iskandar Muda terhadap permasalahan kepemimpinan. Idealnya seorang pimpinan suatu unit kerja dapat mengetahui masalah-masalah yang dihadapi karyawannya. Secara umum tanggapan positif lebih dominan, namun masih

PENDAHULUAN Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya walaupun tidak menutup kemungkinan mengharapkan kemakmuran dan kesejahteraan sebagai tujuan lainnya. Sejak awal perusahaan didirikan, para pimpinan perusahaan sudah menetapkan maksud dan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan tersebut dapat dicapai jika perusahaan mampu beroperasi dengan mencapai laba yang ditargetkan. Perusahaan merupakan suatu kegiatan organisasi bisnis, serta agar tetap bertahan dan mampu bersaing dengan kompetitor perlu melakukan upaya untuk mengelola sumber daya yang dimiliki terutama sumber daya manusia yang sampai saat ini masih menjadi penentu keberhasilan sebuah perusahaan. Faktor manusia sangat berperan dalam pencapaian tujuan organisasi. Sumber daya terpenting dalam organisasi adalah sumber daya manusia. Melihat manusia sebagai komponen paling esensial dalam setiap langkah organisasi, maka sepatutnya manajemen perusahaan memberikan pembinaan dan dorongan untuk meningkatkan kemampuan kerja karyawan. Tenaga kerja merupakan asset bagi sebuah perusahaan. Organisasi sebagai bentuk persekutuan dua orang atau lebih yang bekerja sama perlu meningkatkan kinerja karyawan dalam upaya pencapaian tujuan. Peningkatan kinerja karyawan akan berdampak pada pencapaian efektivitas dan evisiensi organisasi. Menyadari arti pentingnya manusia dalam perusahaan maka keberadaannya perlu dilindungi dalam hal keamanan, kesehatan dan kesejahteraan. Manusia dalam bekerja mendambakan suatu kepuasan kerja baik itu segi materil maupun dalam segi moril. Kerja merupakan suatu sarana untuk menuju ke arah terpenuhinya kepuasan pribadi dengan jalan memperoleh kekuasaan dan menggunakan kekuasaan itu terhadap orang lain. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pada masingmasing individu. Siagian (2003:2) menyatakan bahwa ”keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun berbagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada mutu kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi itu sendiri”. Pendapat itu mencerminkan betapa besar peran kepemimpinan dalam suatu organisasi, sehingga seorang pemimpin diharapkan mempunyai kemampuan untuk memotivasi, mengarahkan, mempengaruhi dan 44

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM)

mereka suka kelompok”.

ada juga yang memberikan tanggapan negatif pada sistem kepemimpinan Kajian awal yang berhubungan dengan kepemimpinan terhadap 40 karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda. Salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan oleh perusahaan atau organisasi terkait dengan peran sumber daya manusia adalah masalah kompensasi. Khususnya kompensasi telah menjadi isu sentral yang banyak dibahas dalam berbagai literature sumber daya manusia Hal ini dikarenakan masalah kompensasi akan berhubungan dengan kemampuan karyawan untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya seharihari. Selain itu, masalah kompensasi juga mengindikasikan kebijakan perusahaan atau organisasi dalam memperlakuakan para karyawannya secara adil. Sistem kompensasi diperusahaan PT. Pupuk Iskandar Muda menitikberatkan pada pemberian hak atau penghargaan bagi karyawan dalam pelaksanaan pekerjaannya, dan pemberiannya diharapkan dapat memberikan rasa kepuasan dari setiap karyawan dalam memenuhi kebutuhan dan kesejahteraannya. Perusahaan memberikan jumlah kompensasi berdasarkan pada tingkat jabatan, semakin tinggi tingkat jabatannya semakin tinggi jumlah kompensasi yang diterima, ini semua terkait dengan beban kerja dan tanggung jawab masingmasing karyawan. Pemasalahan karyawan dalam kinerja antara lain karyawan belum mampu untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target yang ditetapkan, masih ada karyawan pulang lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan . Berdasarkan hasil penelitian awal yang berhubungan dengan kinerja karyawan terhadap 40 orang karyawan yang memberikan tanggapan negatif dan tanggapan positif.

Marbawi, Widya

berusaha

mencapai

tujuan-tujuan

Kompensasi Menurut Sedarmayanti (2009:23) mengatakan bahwa kompensasi adalah “segala sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagai balas jasa untuk kerja mereka.” Pendapat lain tentang kompensasi diungkapkan oleh Davis dan Werther dialih bahasakan oleh Mangkuprawira (2004:196), yaitu “sesuatu yang diterimakaryawan sebagai penukar dari kontribusi jasa mereka pada perusahaan” Kompetensi Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, perilaku yang harus dimiliki seseorang dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya (Pramudyo, 2010). Sedangkan menurut Rivai dan Sagala (2009: 308), kompetensi merupakan keinginan untuk memberikan dampak pada orang lain dan kemampuan untuk mempengaruhiorang lain melalui strategi membujukdan memengaruhi. Kinerja Kinerja mempunyai berbagai macam pengertian, diantaranya adalah : Malthis dan Jackson (2006:378) mengemukakan bahwa : “Kinerja karyawan pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan.” Sedangkan menurut Ruky (2006:15) mengemukakan bahwa : “Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsifungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.” Kerangka Konseptual Dalam menunjang pengelolaan aktivitas pada PT. Pupuk Iskandar Muda maka salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah peningkatan hasil kerja karyawan, oleh karena itulah maka salah satu faktor yang berpengaruh adalah penerapan kinerja karyawan. Dimana dengan adanya faktor kepemimpinan, kompensasi dan kompetensi karyawan akan berdampak pada peningkatan kinerja kaaryawan. Hubungan antar-antar varibel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Tujuan Penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang ada maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan kinerja karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kompensasi kinerja karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kompetensi kinerja karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda. TINJAUAN TEORITIS Kepemimpinan Menurut Rost, Joseph C dalam Triantoro Safaria, (2004:3): “Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya”. Kepemimpinan didefinisikan juga oleh Terry, George R dalam Kartini Kartono, (2005:57) yaitu:“kegiatan mempengaruhi orang-orang agar

Gambar 1. Kerangka Konseptual

45

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM)

Marbawi, Widya

anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yaitu teknik sampling. Menurut Husein Umar (2002: 145) pengertian sampel adalah bagian terkecil dari suatu populasi. Dalam penelitian ini penentuan jumlah sampel adalah 91 orang karyawan. Penentuan besar sampel yang di ambil dalam penelitian ini dengan cara menggunakan rumus Slovin dalam sebagai berikut:

Kerangka penelitian ini digunakan untuk mempermudah jalan pemikiran terhadap permasalahan yang dibahas, terkait dengan hubungan antara kepemimpinan, kompensasi dan kompetensi terhadap kinerja karyawan. Hipotesis Hipotesis merupakan suatu ide untuk mencari fakta yang harus dikumpulkan. Hipotesis adalah suatu pertanyaan sementara atau dugaan yang paling memungkinkan yang masih harus dicari kebenarannya. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu maka dapat disusun sebuah hipotesis sebagai berikut : H1 = Diduga Kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada perusahaan PT. Pupuk Iskandar Muda. H2 = Diduga Kompensasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada perusahaan PT. Pupuk Iskandar Muda. H3 = Diduga Kompetensi berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada perusahaan PT. Pupuk Iskandar Muda.

n= Dimana: n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat di tolerir (tingkat kesalahan yang diambil sebesar 10%)

n= n= = 90,87 = 91 orang

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penetian Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di perusahaan PT. Pupuk Iskandar Muda yang berlokasi di JL.Medan-Banda Aceh PO BOX 21, Kreung Geukueh Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara, sekitar 274 km sebelah timur Kota Banda Aceh, dan penelitian ini selesai dilaksanakan pada tanggal 2 Juli 2015.

Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan jenis sumber data yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yaitu suatu metode di mana peneliti menyusun daftar pertanyaan secara tertulis kemudian dibagikan kepada responden untuk memperoleh data yang berhubungan dengan kegiatan penelitian. Isi kuesioner terdiri dari: 1. Identitas responden, yaitu mengenai nama, jenis kelamin, usia, pendidikan dan bagian (jabatan pekerjaan). 2. Pertanyaan mengenai tanggapan responden terhadap variabel: pengaruh kepemimpinan, kompensasi, kompetensi, dan kinerja karyawan pada PT. Pupuk Iskandar Muda.

Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer, dari persepsi para responden terhadap variabel-variabel yang digunakan. Modus komunikasi dengan responden dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang diserahkan langsung kepada responden.

Teknik Analisis Data Pengolahan data dalam penelitian ini dengan menggunakan program SPSS for windows. Dalam penelitian ini menggunakan Regresi linier berganda, yaitu:

Populasi Menurut Sugiyono (2011) populasi adalah adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasi adalah keseluruhan para karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda Krueng Geukueh Aceh Utara yang berjumlah 995 orang.

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Di mana: Y a b1, b2, b3 X1 X2 X3 e

Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut (Sugiyono,2008:81). Sementara Husaini Usman (2008:43) mengemukakan sample adalah sebagian 46

= Kinerja Karyawan = Konstanta = Koefisien Regresi = Kepemimpinan = Kompensasi = Kompetensi = error term

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM)

Marbawi, Widya

Tabel 1 Operasional Variabel dan Indikator No

Variabel

1.

Kepemimpinan (X1)

Dimensi

Indikator

• Kepemimpinan Pengarah (Directive Leadership) • Kepemimpinan Pendukung (Supportive Leadership) • Kepemimpinan Partisipatif (participative leadership) • Kepemimpinan Berorientasi Prestasi (AchievementOriented Leadership) Menurut Veithzal (2003:305)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

2.

Kompensasi (X2)

• Kompensasi Langsung • Kompensasi tidak Langsung Menurut Dessler Indriyatni (2009)

dalam

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

3

Kompetensi (X3)

1. 2. 3. 4.

Kompetensi Intelektual Kompetensi Emosional Kompetensi Sosial Kompetensi Spiritual

1. 2. 3. 4.

Menurut Spencer dan Spencer 1993:34) dalam Likdanawati, (2012:18)

5. 6. 7. 8.

4

Kinerja karyawan (Y)

1. 2. 3.

Kuantitas Kualitas Ketepatan waktu Menurut Dharma (2001:154)

47

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Perencanaan Pengawasan terhadap pekerjaan karyawan Kepedulian terhadap karyawan Keterbukaan terhadap karyawan Partisipasi pemimpin dalam tugas karyawan Keteladanan Memberi penghargaan Memberi bonus Upah Gaji Bonus Insentif THR (Tunjangan Hari Raya) Program Asuransi Program pensiun. Bayaran saat tidak masuk kerja. Kemampuan karyawan Tingkat keingin tahuan karyawan Pengendalian diri Kepedulian dalam membantu Kemampuan mempengaruhi orang lain Membangun jaringan kerjasama Kemampuan bersikap fleksibel atau adaptif Tingkat kesadaran diri yang tinggi Disiplin Pengetahuan Penyesuaian Diri Produktivitas kerja Penggunaan waktu Beban Kerja Ketepatan Pencapaian Target

Skala Ukur

Likert

Likert

Likert

Likert

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM)

Marbawi, Widya

Gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa titik - titik tersebar ke berbagai arah, baik diatas maupun bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga layak dipakai untuk memprediksi Kinerja Karyawan di PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM) berdasarkan variabel Kepemimpinan, Kompensasi dan Kompetensi

HASIL PENELITIAN Uji Asumsi Klasik Pengujian terhadap asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah suatu model regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk melakukan penaksiran, dalam penelitian ini digunakan tiga asumsi klasik yang akan diuji yaitu normalitas, multikolonieritas dan heteroskedastisitas.

Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat interkorelasi yang sempurna diantara beberapa variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi. Uji multikoloniaritas menggunakan nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = I/tolerance) dan menunjukkan adanya koloniaritas yang tinggi. Kriterianya adalah: • Tolerance value < 0,10 atau VIF > 10 terjadi multikolinearitas • Tolerance value > 0,10 atau VIF < 10 tidak terjadi multikolinearitas

Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, adapun uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan grafik normal probability plot berikut ini.

Berdasarkan hasil dari masing-masing variabel independen dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Hasil Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics

Gambar 1, Grafik Probability Plot Sumber: Data Primer, 2015 (diolah).

Toleranc e

VIF

Kepemimpinan (X1)

.507

1.971

Kompensasi (X2)

.420

2.383

Model

Berdasarkan Grafik normal probability plot di atas menunjukkan bahwa model regresi yang diperoleh berdistribusi normal, dimana data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.

1

Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari suatu pengamatan kepengamatan lainnya. Untuk mengetahui terdapatnya heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik Scatterplot antara lain variabel dependen (ZPRED dengan residual (ZRESID) yaitu sebagai berikut:

(Constant)

Kompetensi (X3) .501 1.996 Dependent Variable: Kinerja Karyawa (Y) Sumber: Data Primer, 2015 (diolah) Berdasarkan hasil Tabel 2 di atas maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel independen memiliki nilai tolerance > 0,10 begitu juga dengan hasil perhitungan yang dimiliki oleh nilai VIF menunjukkan nilai VIF < 10. Jadi dalam model ini tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dan model layak digunakan karena tidak mengalami masalah multikolinearitas. Analisis Regresi Liner Berganda Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda yang berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar variabel Kompensasi, Keahlian dan Motivasi Kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan. Untuk melihat hasil estimasi model

Gambar 2 Scatterplot Sumber: Data Primer, 2015 (diolah) 48

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM)

Marbawi, Widya

Karyawan sebesar 0,432 dengan asumsi variabel lain tetap. Nilai koefisien Kompensasi sebesar 0,128 menunjukkan hubungan positif (searah) yang memberi arti bahwa setiap kenaikan Kompensasi sebesar satu satuan skala likert maka menyebabkan tingkat Kinerja Karyawan meningkat sebesar 0,128, sebaliknya bila Kompensasi menurun sebesar satu satuan skala likert maka akan menurunkan Kinerja Karyawan sebesar 0,128 dengan asumsi variabel lain tetap. Nilai koefisien Kompetensi sebesar 0,108 menunjukkan hubungan positif (searah) yang memberi arti bahwa setiap kenaikan kompetensi sebesar satu satuan skala likert maka menyebabkan tingkat Kinerja Karyawan meningkat sebesar 0,108, sebaliknya bila Kompetensi menurun sebesar satu satuan skala likert maka akan menurunkan Kinerja Karyawan sebesar 0,108 dengan asumsi variabel lain tetap.

penelitian data yang diolah dengan bantuan program SPSS (Statistical Package For The Social Science). Berdasarkan hasil analisis model regresi Tabel 3, maka dapat disusun kedalam persamaan matematis sebagai berikut : Y = 1,423 + 0,431X1 + 0,128X2 + 0,108 X3 Nilai konstanta sebesar 1,423 artinya jika variabel Kepemimpinan, Kompensasi dan Kompetensi dianggap konstan, maka besarnya Kinerja Karyawan adalah sebesar 1,423 Nilai koefisien regresi Kepemimpinan sebesar 0,431 menunjukkan hubungan positif (searah) yang memberi arti bahwa setiap kenaikan Kepemimpinan sebesar satu satuan skala likert maka menyebabkan Kinerja Karyawan meningkat sebesar 0,431, sebaliknya bila Kepemimpinan menurun sebesar satu satuan skala likert maka akan menurunkan Kinerja

Tabel 3. Analisis Model Regresi Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model

a

Std. Error

1

1.423

.289

Kepemimpinan (X1)

.431

.081

Kompensasi (X2)

.128

(Constant)

Kompetensi (X3) .108 Sumber: Data Primer, 2015 (diolah)

t

Sig.

4.919

.000

.537

5.305

.000

.105

.136

1.219

.226

.076

.145

1.421

.159

semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan semakin lemah untuk menerangkan variasi variabel terikatnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa besarnya koefisien determinasi berganda (R2) berada diantara 0 atau 1 atau 0≤ R2 ≤1.

Koefisien Korelasi (R) dan Determinasi (R2) Koefisien determinasi digunakan untuk melihat kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi berganda (R2). Dengan kata lain nilai koefisien R2 digunakan untuk mengukur besarnya sumbangan variabel bebas terhadap variasi variabel terikatnya.

Tabel 5. Nilai Koefisien Diterminasi R R Adjusted Std. Error of Square R Square the Estimate 1 .740a .547 .531 .28488 a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan (X1), Kompensasi (X2), Kompetensi (X3) b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan (Y) Sumber: Data Primer, 2015 (diolah) Model

Tabel 4. Kriteria Koefisien Korelasi No Nilai r Kriteria 1

0,00 s.d. 0,29

Korelasi Sangat Lemah

2

0,30 s.d. 0,49

Korelasi Lemah

3

0,50 s.d. 0,69

Korelasi Cukup

4

0,70 s.d. 0,79

Korelasi Kuat

5

0,80 s.d. 1,00

Korelasi Sangat Kuat

Beta

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,740 menunjukkan bahwa kuat hubungan antara variabel Kepemimpinan (X1), Kompensasi (X2) dan Kompetensi (X3) terhadap variabel Kinerja Karyawan (Y) sebesar 74%. Nilai R2 adalah 0,547 (54,7%), hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel Kepemimpinan, Kompensasi (X2) dan Kompetensi (X3) terhadap variabel Kinerja Karyawan (Y) sebesar 54,7%, sedangkan sisanya sebesar 45,3% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel Kepemimpinan (X1), Kompensasi (X2) dan Kompetensi (X3).

Jika R2 diperoleh dari perhitungan semakin besar atau mendekati 1 maka dapat dikatakan bahwa sumbangan dari variabel bebas terhadap variabel terikat semakin besar. Itu berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan variabel terikatnya. Sebaliknya jika R2 semakin kecil atau mendekati 0 maka dapat dikatakan sumbangan dari variabel bebas terhadap variasi variabel terikatnya 49

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM)

Marbawi, Widya

terhadap Kinerja karyawan pada PT. Pupuk Iskandar Muda Hal ini bermakna bahwa Kompetensi (X3) tidak berpengaruh terhadap Kinerja karyawan pada PT. Pupuk Iskandar Muda. Walaupun perusahaan menerapkan prinsip-prinsip kompetensi seperti dengan adanya Kemampuan karyawan, Tingkat keingin tahuan karyawan, Kemampuan memahami dan mendengar, Kepedulian dalam membantu, Kemampuan Mempengaruhi orang lain, membangun dan memelihara jaringan kerjasama, Kemampuan bersikap fleksibel atau adaptif, Tingkat kesadaran diri yang tinggi. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Wdiyatmini, Hakim, (2008) kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja

Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Dari Tabel di atas 3 dapat dilihat juga bahwa nilai thitung dari Kepemimpinan adalah sebesar 5,305 dengan nilai signifikannya adalah 0,000, sedangkan nilai ttabel sebesar 1,987, maka keputusannya secara parsial Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja karyawan pada PT. Pupuk Iskandar Muda. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa variabel Kepemimpinan (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan (Y), hal ini bermakna bahwa semakin bagus Kepemimpinan (X1) dalam menerapkan konsep-konsep dari pada Kepemimpinan maka semakin tinggi Kinerja Karyawan pada PT. Pupuk Iskandar Muda. Hal ini berarti seorang pemimpin yang mampu membuat Perencanaan, Pengawasan terhadap pekerjaan karyawan, Kepedulian terhadap karyawan, Keterbukaan terhadap karyawan, Partisipasi pemimpin dalam tugas karyawan, Keteladanan, Memberi penghargaan dan Memberi bonus. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Christilia O. Posuma (2013) Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi, kompensasi dan kepemimpinan berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja karyawan. Namun pada pengujian parsial variabel kepemimpinan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini berarti bahwa kepemimpinan yang ada masih kurang baik, itu dikarenakan masih kurangnya komunikasi antara pemimpin dan karyawan.

Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi, dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 35,011 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 pada taraf kepercayaan 95%. Sedangkan Ftabel diperoleh nilai sebesar 2,710 pada α = 0,05. Dengan demikian Fhitung > Ftabel yaitu 34,785 > 2,710 dan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Dari hasil uji F ini berarti Kepemimpinan, Kompensasi dan Kompetensi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Pupuk Iskandar Muda. Penelitian ini sejalan oleh penelitian oleh Christilia O. Posuma (2013) Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi, kompensasi dan kepemimpinan berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja karyawan.

Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Dari Tabel di atas 3 dapat dilihat juga bahwa nilai thitung dari Kompensasi adalah sebesar 1,219 dengan nilai signifikannya adalah 0,226, sedangkan nilai ttabel sebesar 1,987 Maka keputusannya secara parsial Kompensasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja karyawan pada PT. Pupuk Iskandar Muda Hal ini bermakna bahwa Kompensasi (X2) tidak berpengaruh pada PT. Pupuk Iskandar Muda. Walaupun PT. Pupuk Iskandar Muda menerapkan prinsip-prinsip kompensasi seperti dengan adanya Upah, Gaji, Bonus, Insentif, THR (Tunjangan Hari Raya), Program Asuransi, Program pensiun, Bayaran saat tidak masuk kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristina Nugi Keran (2002) yaitu Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh terhadap kinerja karyawan kecuali variabel kompensasi

Tabel 6. Uji Simultan (Uji F) ANOVAb Sum of Mean Model df F Squares Square 1 Regression 8.524 3 2.841 35.011 Residual 7.060 87 .081 Total 15.584 90 a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan Kompensasi (X1), Kompetensi (X3) b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan (Y) Sumber: Data primer, 2015 (diolah)

PENUTUP Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis melalui kuisioner maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut: 2. Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Pupuk Iskandar Muda dengan besarnya nilai thitung untuk kepemimpinan sebesar 5,305 dan nilai signifikan sebesar 0,000. 3. Kompensasi tidak berpengaruh tidak signifikan tetapi berhubungan terhadap kinerja karyawan pada PT. Pupuk Iskandar Muda dengan besarnya

Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan Dari Tabel di atas 3 dapat dilihat juga bahwa nilai thitung dari Kompensasi adalah sebesar 1,421 dengan nilai signifikannya adalah 0,159, sedangkan nilai ttabel sebesar 1,987 Maka keputusannya secara parsial Kompetensi tidak berpengaruh tidak signifikan 50

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Sig. .000a

(X1),

Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM)

nilai thitung Untuk Kompensasi yaitu 1,219 dan nilai signifikan sebesar 0,226. 4. Kompetensi tidak berpengaruh tidak signifikan tetapi berhubungan terhadap kinerja karyawan pada PT. Pupuk Iskandar Muda dengan besarnya nilai thitung untuk Kompetensi kerja yaitu 1,421 dan nilai signifikan sebesar 0,159.

Marbawi, Widya

5. Berdasarkan hasil uji parsial variabel Kepemimpinan merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda nilai thitung dari kepemimpinan yaitu sebesar 5,305 pada α = 0,000.

51

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM)

Marbawi, Widya

REFERENSI Agung, A. M. Lilik. (2007). Human Capital Competencies Sketsa-Sketsa Praktik Human Capital Berbasis Kompetensi.: PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Anoraga, Pandji. (2007) Pengantar Bisnis: Pengelolaan Bisnis Dalam Era Globalisasi.: Rineka Cipta. Jakarta. Azwar, Saifuddin.( 2004). Reliabilitas dan Validitas.: Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta. Becker, Brian E., et al. The HR Scorecard (2009): Mengaitkan Manusia, Strategi dan Kinerja.: Erlangga. Jakarta. Brahmasari, I. dan Suprayetno, A. (2008). Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada PT. Pei Hai International Wiratama Indonesia). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 10, No 2, September 2008:124-135. Cokroaminoto. (2007). http://Cokroaminoto.wordpress.com/2007/28/menyusun-standarkinerja-karyawanrespon-untuk-sausan/#comment-750. Darsono, Siswandoko T. Manajemen (2011) Sumber Daya Manusia Abad 21. : Nusantara Consulting. S. Nitisemito, Alex. Jakarta. Dharma, Agus.( 2001) Manajemen Supervisi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Emmyah. (2009) Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Politeknik Negeri Ujung Pandang, Tesis. STIA LAN Press. Makasar. Friska. (2004) Kepemimpinan Dalam Organisasi. Universitas Sumatera Utara. Medan Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Gomes, Faustino Cardoso. (2003) Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Andi. Yogyakarta. George, J. M., G. R. Jones. (2002) Understanding and Managing Organizational Behavior.: Prentice Hall. New Jersey. Gujarati. (2003) Basic Econometric. The Mc Graw-Hill Companies New York. Hadari, Nawawi.( 2003) Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan.: Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hamzah, B Uno. (2011) Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan.: Bumi Aksara. Jakarta. Handoko. T. Hani.(2003). Manajemen. Cetakan Kedelapanbelas. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Hariandja, Marihot Tua Efendi.( 2007). Manajemen Sumber Daya Manusia: Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai: Grasindo. Jakarta. Hasibuan, Malayu S.P. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi.: Bumi Aksara. Jakarta. Hutapea, Parulian dan Nurianna Thoha.( 2008) Kompetensi Plus, Teori, Desain, Kasus dan Penerapan untuk HR dan Organisasi yang Dinamis.: PT. Gramedia. Jakarta. 52

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM)

Marbawi, Widya

Kristina, Nugi Keran. (2012) Pengaruh Motivasi Kerja, Kompetensi, dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan di Yayasan Bintang Timur Tangerang, Tesis.: Univ Esa Unggul Press. Jakarta. Kusumastuti, Dyah. (2001 ) “Manajemen Sistem Pengenbangan Sumber Daya Dosen Sebagai Penjamin Mutu Di Perguruan Tinggi” Disertasi.: PPS UPI Bandung. Bandung. Lastanti, Sri. (2005) Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi Vol.5 No.1. Likdanawati, (2012) Pengaruh Kompetensi dan Komitmen Organisasional Terhadap Orientasi Pelanggan Para Karyawan Pada PT Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM) Aceh Urara. Tesis.: Universitas Sriwijaya. Palembang. Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. (2005) Sumber Daya Manusia Perusahaan. Remaja Rosdakarya: Bandung.. Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu.( 2006) Evaluasi Kinerja SDM. Eresco. Jakarta. __________(2009) Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia.. Penerbit Refika Aditama. Bandung. Mangkuprawira, Sjafri. Horison Bisnis (2009), Manajemen dan Sumber Daya Manusia. PT. Gramedia. Jakarta. Mathis, Jackson. (2000) Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba Empat. Jakarta. Mathis, R. L. (2002). Manajeman Sumber Daya Manusia. Jilid 1 dan 2. Alih Bahasa: Bayu Brawira.. Salemba Empat. Jakarta. Moeheriono. (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi.. Ghalia Indonesia. Bogor. Mondy, R Wayne.( 2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jilid 1 Edisi Sepuluh. Erlangga. Jakarta. Notoatmojo, Soekodjo.( 2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta. Jakarta. O. Posuma, Christilia (2013). Kompetensi, kompensasi, dan kepemimpinan pengaruhya terhadap kinerja karyawan pada rumah sakit Ratumbuysang manado, Jurnal EMBA Vol.1 No.4 Desember 2013, Hal. 646-656 Panggaben, Mutiara S. (2002) Manajemen Sumber Daya Manusia: Ghallia Indonesia . Jakarta. Prabowo. (2005) Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Komitmen Organisas Melalui Keadilan Organisasi dan Kepuasan Kerja para Guru Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta di Jakarta. Media Riset Bisnis dan Manajemen Vol. 5 No. 2. Rivai, Veithzal. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan: Dari Teori ke Praktik. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. __________.(2006). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan: Dari Teori ke Praktik. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. __________.(2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan: Dari Teori ke Praktik. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Robbins, Stephen P.( 2006). Perilaku Organisasi. Alih Bahasa: Benyamin Molan. Edisi Kesepuluh. Kelompok Gramedia. Penerbit PT. Indeks. Jakarta.

53

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM)

Marbawi, Widya

Sastrohadiwiryo, Bejo Siswanto.( 2003). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administrative dan Operasional.: Bumi Aksara. Jakarta. Siagian, P. Sondang.(2004) Manajemen Sumber daya manusia.: Bumi Aksara. Jakarta. Simamora, Henry. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia.: SIE YKPN. Yogyakarta. Sudarmanto. (2009). Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM.. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Sugiyono. Metode (2008). Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.: Alfabeta. Bandung. Suhaimi, Edi. (2013) Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan Kantor Pusat Operasional (KPO) PT. Bank Aceh Banda Aceh. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan. Sundjaja, Ridwan.S. dan Inge Barlian.( 2003). Manajemen Keuangan; Jilid 2 edisi IV: Literata Lintas Media. Medan. Sutrisno, Hadi. (2001) Metodologi Research untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis dan Disertasi, Jilid Tiga.: Andi. Yogyakarta. Sutrisno, Edy. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, Cetakan Pertama: Kencana Prenada Media Group. Jakarta. __________. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, Cetakan Pertama: Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Suwarni, Anik. (2008) Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kompetensi dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Dosen di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sahid Surakarta, Tesis: Univ. Sebelas Maret Press. Surakarta. Suwatno, Donni Juni Priansa. (2011). Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis: Alfabeta Bandung.. Ulfa. (2010). Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Situasional Terhadap Kinerja Karyawan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Umar, Husein.( 2002). Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen: PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Usman, Husaini.( 2006). Pengantar Statistika: PT Bumi Aksara. Jakarta. Usman, Husaini. (2008). Manajemen, Teori, Praktek dan Riset Pendidikan: Bumi Aksara. Jakarta. Wayan Niko Susanta,(2013). Pengaruh Kompensasi dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan pada jasa kontruksi di Denpasar.Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil, Volume 2, No. 2, April 2013 Wibowo. (2006). Manajemen Kinerja. Edisi Ketiga: Penerbit Rajawali Pers. Jakarta. __________. (2010). Manajemen Kinerja. Edisi Ketiga. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.

54

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

JURNAL VISIONER & STRATEGIS

Volume 4, Nomor 2, September 2015 ISSN : 2338-2864 p. 55-63

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Mikro Di Wilayah Kota Lhokseumawe

The purpose of this study was to analyze the most significant factor in influencing the performance of Micro Enterprises in Lhokseumawe city. These factors are capital, management coaching, education and training. The object of research is the manager of Micro Enterprises in Lhokseumawe city. The research location is in in Lhokseumawe city. Analysis tools used are: the correlation coefficient, determination coefficient and multiple regression analisys. Hypothesis testing is done with a partially t-test and F-test to the whole. The results showed that the correlation value of 73% and the value of determination (effect) by 53%. the result of F-test, Fcount Value of 82,238 (Sig. 0,000) and Ftabel value of 2,565, it can be concluded that the F count> F table, so Hi accepted. the result of t-test found, tcount of capital variable of 3,842 (Sig. 0,009), management coaching variable 4.552 (Sig. 0,000), education and training variable 2,655 (Sig. 0.010) and ttable value of 2.0129, we can conclude that the t count> t table and Hi accepted. To support the performance of Micro Enterprises in Lhokseumawe city increased, then the factor management development aid should be the main focus (as the dominant factor) than capital factors and education and training factors.

Keywords: Micro Enterprises, Capital, Management Development, Education and Training.

55

Marzuki Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Mikro Di Wilayah Kota Lhokseumawe

Marzuki

mendengar adanya bantuan dari pemerintah kota, sehingga dapat dikatakan Usaha Mikro tersebut lahir secara musiman saja. Menetapkan bahwa Usaha Mikro sebagai badan usaha dan sekaligus gerakan ekonomi rakyat mempunyai tujuan untuk memajukan kesejahteraan masyarakat pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Selain itu, Usaha Mikro juga ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Agar Usaha Mikro dapat melaksanakan fungsi dan peranannya secara efektif, maka kepada Usaha Mikro perlu diberikan status badan hukum setelah akta pendiriannya memperoleh pengesahan dari pemerintah. Menurut Chaniago (1994) “Usaha Mikro sebagai suatu perkumpulan yang bermasyarakatkan orangorang pribadi atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada masyarakat. dengan bekerja sama kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para masyarakatnya”. Pada dasarnya fungsi Usaha Mikro Indonesia dapat dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu: fungsi sosial (memupuk kehidupan bermasyarakat sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang meliputi rasa persaudaraan dan meningkatkan kerja sama) dan fungsi ekonomis (memperjuangkan kemakmuran yang merata bagi seluruh masyarakatnya). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Usaha Mikro merupakan suatu perkumpulan yang bermasyarakatkan orang-orang/ badan hukum yang memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk keluar dan masuk sebagai masyarakat dengan bekerjasama secara kekeluargaan (gotong royong), menjalankan usaha untuk mensejahterakan masyarakatnya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Ada beberapa jenis Usaha Mikro berdasarkan fungsinya yaitu sebagai berikut : • Usaha Mikro Konsumsi Usaha Mikro ini didirikan untuk memenuhi kebutuhan umum sehari-hari para masyarakatnya. Yang pasti barang kebutuhan yang dijual di Usaha Mikro harus lebih murah dibandingkan di tempat lain karena Usaha Mikro bertujuan untuk mensejahterakan masyarakatnya. • Usaha Mikro Jasa Fungsinya adalah untuk memberikan jasa keuangan dalam bentuk pinjaman kepada para masyarakatnya. Tentu bunga yang dipatok harus lebih rendah dari tempat meminjam uang yang lain. • Usaha Mikro Produksi Bidang usahanya adalah membantu penyediaan bahan baku, penyediaan peralatan produksi, membantu memproduksi jenis barang tertentu serta membantu menjual dan memasarkan hasil produksi tersebut. Sebaiknya masyarakatnya terdiri atas unit produksi yang sejenis. Semakin banyak jumlah penyediaan barang maupun penjualan barang maka semakin kuat daya tawar terhadap suplier dan pembeli. (http :www.//akucintaUsaha Mikro.blogspot.com).

PENDAHULUAN Untuk memperkuat struktur ekonomi Usaha mikro, maka perlu diperkuat sektor industri yang harus didukung oleh sektor pertanian yang baik. Dalam perkembangan perekonomian nasional, hanya pengusaha-pengusaha besar saja yang menguasai kegiatan perekonomian, sedangkan yang lainnya hanya sebagai pengikut saja, peran dan Usaha Mikro tersebut antara lain: jumlah Usaha Mikro dan besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi, potensi yang dikandung dalam penyerapan tenaga kerja relatif besar dan mampu menciptakan lebih banyak kesempatan kerja, memiliki kemampuan dalam meman faatkan bahan baku lokal serta mampu meng hasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga yang terjangkau. Pada dasarnya modal merupakan sumber dana yang berfungsi untuk menjalankan kegiatan operasional sebuah perusahaan. Pengelolaan modal sangat tergantung pada konsep atau tujuan yang direncanakan oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki orientasi pada laba selalu menekankan efisiensi modal dalam setiap pengeluarannya, maka pengelolaan modal dalam suatu perusahaan menuntut adanya profesionalisme dari seluruh komponen perusahaan. Jika modal tersebut dikelola atau diatur dengan baik maka dapat menunjang kelancaran aktivitasaktivitas perusahaan yang pada akhirnya akan diperoleh keuntungan yang optimal, maka dalam hal ini pembinaan manajemen untuk mengelola usaha di dalam Usaha Mikro sangat dibutuhkan adanya berupa pelatihan agar dapat tercapainya tujuan Usaha Mikro. Dalam kaitan inilah maka peran semua pihak dalam mengembangkan Usaha Mikro harus konsisten agar perekonomian mempunyai pondasi yang kuat dari bawah. Langkah nyata yang harus diwujudkan dalam mengembangkan Usaha Mikro adalah melakukan pembinaan. Pembi naan terhadap Usaha Mikro harus segera dilakukan, mengingat banyak sekali kendala yang dihadapi oleh Usaha Mikro, seperti: sector Usaha Mikro tidak mampu menganalisis pasar, kurangnya pengetahuan mengenai hukum dan peraturan sehingga banyak produk barang dari yang dianggap hasil jiplakan atau tiruan, lemahnya struktur permodalan dan akses ke sumber dana terlalu birokrasi. Pemerintah Kota Lhokseumawe meru pakan instansi pemerintah yang dalam menjalankan setiap kegiatannya juga memer ukan suatu tahapan-tahapan proses yaitu prose dur yang telah ditetapkan sebelumnya agar semua kegiatan yang akan dilaksanakan nantinya dapat lebih teratur dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Namun saat ini, sedikitnya sekitar 120 Usaha Mikro di Kota Lhokseumawe tidak aktif, Usaha Mikro yang tidak aktif tersebut akan di black list. Usaha Mikro tersebut tergolong dalam Usaha Mikro bermasalah. Sebagian besar Usaha Mikro di Lhokseumawe itu lahir karena 56

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Mikro Di Wilayah Kota Lhokseumawe

Kinerja adalah hal yang terpenting bagi berjalannya suatu kegiatan perusahaan, karena kinerja mempunyai arti penting yang di dalamnya terdapat sasaran yang akan dilaksanakan yang menyangkut sistem perencanaan atau target kerja itu sendiri. Menurut Mangkunegara (2005): “kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya”. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (2003): “kinerja merupakan cara, perilaku dan kemampuan kerja.” Menurut Mardiasmo (2002): “kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai”. Menurut Sedarmayanti (2007) menyatakan “kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang atau suatu sistem berupa sasaran atau target yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan yang dijadikan tolak ukur karyawan/ seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam menjalankan aktifitasnya.

Marzuki

METODE PENELITIAN

Kerangka Penelitian Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja Usaha Mikro, lihat gambar 1. Kerangka penelitian di atas menunjukkan dimana yang menjadi variabel bebas adalah modal (X1), pembinaan manajemen (X2), dan pendidikan dan pelatihan (X3) serta yang menjadi variabel terikat adalah kinerja (Y).

Objek penelitian adalah kinerja Usaha Mikro di Wilayah Kota Lhokseumawe. Lokasi penelitian ini dilakukan pada Usaha Mikro di Wilayah Kota Lhokseumawe. Ruang lingkup penelitian ini terbatas hanya pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Usaha Mikro di Wilayah Kota Lhokseumawe, faktor-faktor terse but yaitu Modal, Pembinaan Manajemen, Pendi dikan dan Pelatihan. Pembatasan ini dilakukan dengan alasan untuk menghindari terjadinya bias penelitian dan memperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Usaha Mikro di Wilayah Kota Lhok seumawe. Dari populasi di atas maka metode penarikan sampel menggunakan simple random sampling sebanyak 50 responden Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui interview kepada para responden (pengurus Usaha Mikro) serta hasil jawaban atas kuisioner yang diberikan. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data skunder yang berasal dari instansi terkait (DISPERINDAKOP Kota Lhok seumawe) dengan didukung berbagai kajian literatur ilmiah lainnya seperti jurnal. Penelitian ini didasarkan pada fakta yang ada dan berguna untuk mencari keterangan-keterangan secara aktual. Keterangan tersebut diperoleh melalui: • Metode observasi dan wawancara yaitu mengadakan tanya jawab kepada para pengurus Usaha Mikro di wilayah Kota Lhokseumawe. • Metode kuisioner, yaitu suatu cara untuk mendapatkan data dengan menyebarkan kuisioner yang memuat berbagai macam pertanyaan yang terkait dan memiliki relevansi dengan penelitian ini.

Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesa dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : H01 : Modal, manajemen, pendidikan dan pelatihan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja Usaha Mikro di Wilayah Kota Lhokseumawe. Hi1 : Modal, manajemen, pendidikan dan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kinerja Usaha Mikro di Wilayah Kota Lhokseumawe. H02 : Faktor modal adalah bukan faktor dominan yang dapat mempengaruhi secara signifikan kinerja Usaha Mikro di Wilayah Kota Lhokseumawe. Hi2 : Faktor modal adalah faktor yang dominan yang dapat mempengaruhi secara signifikan kinerja Usaha Mikro di Wilayah Kota Lhokseumawe.

Definisi Operasional Variabel Variabel Dependen yaitu variabel terikat, dilambangkan dengan Y yaitu kinerja, “Kinerja merupakan hasil kerja keras secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya” (Mangkunegara, 2005), yang diukur dalam skala likert. Variabel Independen yaitu variabel tidak terikat/ bebas, dilambangkan dengan X dimana variabel tersebut adalah : • Modal dilambangkan dengan X1; Modal dalam Usaha Mikro merupakan modal yang terbentuk dari simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan simpanan pokok atau simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan, cadangan, dan sisa hasil usaha yang belum dibagikan (Rudianto, 2006). Modal di ukur dengan rupiah dan dipersepsikan dengan skala likert. • Pembinaan manajemen dilambangkan dengan X2; “Manajemen adalah Pengelolaan suatu pekerjaan 57

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Mikro Di Wilayah Kota Lhokseumawe

Marzuki

(Ghozali: 2005). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis: H0 : Data residual berdistribusi normal Hi : Data residual tidak berdistribusi normal

untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara menggerakkan orang-orang lain untuk bekerja”. “Manajemen juga didefinisikan sebagai proses karena semua manajer, tanpa memperdulikan kecakapan atau ketrampilan khusus mereka, harus melaksanakan kegiatankegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan-tujuan yang mereka inginkan” (Herujito, 2004), yang diukur dalam skala likert. • Pendidikan dan pelatihan (SDM) dilambangkan dengan X3; “Pendidikan dan Pelatihan merupakan suatu tindakan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan seorang pegawai untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu” (Tohardi, 2002), yang diukur dalam skala likert.

Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen), model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Multikolinearitas di sini dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas mejadi variabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF>10 (Ghozali:2005). Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Pendeteksian dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan SRESID dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual. Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi (Ghozali:2005).

Tabel 1. Kerangka Penelitian Model Analisis Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Usaha Mikro di Wilayah Kota Lhokseumawe maka digunakan beberapa peralatan statistik yang proses pengolahan datanya menggunakan program Statistical Package for The Social Science (SPSS). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda (multiple regression analisis) yaitu untuk mengetahui besarnya masing-masing nilai koefisien variabel bebas terhadap variabel terikat. Model regresi Linear berganda diformulasikan sebagai berikut :

Teknik Analisis Pengujian hipotesa tentang kemampuan variabel bebas dalam memprediksi variabel terikat masa mendatang dapat menggunakan alat analisis statistik berupa uji F dan uji t. • Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel modal, pembinaan manajemen, pendidikan dan pelatihan secara serentak/bersama-sama mempunyai pengaruh dalam memprediksi perubahan kinerja. Dasar pengambilan keputusan adalah: H0 akan ditolak atau Hi diterima jika nilai signifikansi F atau p value < 5 %. • Uji t digunakan untuk mengetahui apakah secara individu variabel modal, pembinaan manajemen, pendidikan dan pelatihan mempunyai pengaruh terhadap perubahan kinerja, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Dasar

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ei Dimana : Y : Kinerja Usaha Mikro binaan a : Konstanta regresi b1,2,3 : Koefisien regresi variabel X1 : Modal X2 : Pembinaan manajemen X3 : Pemberian pendidikan dan pelatihan ei : error term / variable pengganggu Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Salah satu cara untuk melihat normalitas dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) 58

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Mikro Di Wilayah Kota Lhokseumawe

Marzuki

Ketika dikonfirmasi kepada para responden menyangkut alasan mereka dalam menggeluti usaha ini, pada umumnya melakukan usaha ini karena alasan menguntungkan dari segi finansial yang artinya mereka benar-benar yakin akan usaha yang mereka geluti dengan responden sebanyak 25 orang (50 persen). Selain itu 6 orang (12 persen) menyatakan usaha tersebut digeluti karena penuh dengan tantangan, 7 orang responden (14 persen) menjawab dikarenakan tidak adanya/ tidak memiliki pekerjaan lain, disisi lain 12 orang (24 persen) menyatakan sebagai usaha sampingan saja dikarenakan para responden tersebut selain sebagai pengurus juga mempunyai pekerjaan lain. Jenis Usaha Mikro yang dijalankan beragam, dari hasil jawaban kuisioner para responden yang dipilih secara acak, jenis Usaha Mikro yang banyak dijalankan adalah jenis perdagangan usaha jasa sebanyak 38 responden (76 persen). Untuk jenis Usaha Mikro pertanian dan perkebunan sebanyak 6 responden (12 persen), Usaha Mikro perikanan sebanyak 2 responden (4 persen), dan jenis Usaha Mikro yang bergerak di bidang pembuatan kerajinan tangan sebayak 4 responden (8 persen). Gambaran bahwa kendala utama yang dihadapi oleh pengurus Usaha Mikro dan merupakan masalah yang sangat berarti adalah aspek permodalan (modal yang terbatas) sebanyak 68 persen. Selain itu, para responden menyatakan bahwa aspek manajemen dan keahlian proses pengolahan juga merupakan kendala dengan tingkat persentase sebanyak 22 persen, sedangkan untuk kendala pemasaran produk disepakati oleh 10 persen dari para responden. Para responden menyatakan bahwa 62 persen kendala yang dihadapi tersebut tidak mampu diselesaikan sendiri oleh para pengurus Usaha Mikro. Oleh karena itu program yang dijalankan Dinas perindustrian, Perdagangan dan Usaha Mikro merupakan salah satu jalan yang menjadi solusi dalam meminimkan kendala-kendala tersebut. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang dimiliki Usaha Mikro sebanyak antara 5-10 orang tenaga kerja namun ada juga beberapa Usaha Mikro mempekerjakan tenaga kerja lain diluar pengurus dengan tingkat respon sebanyak 42 persen. Rata-rata jumlah omset (pendapatan kotor) yang dihimpun oleh para pengurus Usaha Mikro perbulannya rata-rata antara Rp. 1-5 juta sebanyak 38 persen. Ada juga beberapa Usaha Mikro yang mendapatkan omset perbulan antara Rp. 5-10 juta sebanyak 13 responden (26 persen). Bahkan 14 responden (28 persen) menyatakan omset yang berhasil mereka bukukan dalam satu bulan di atas 10 juta. Para responden memiliki pandangan bahwa besarnya omset yang berhasil mereka peroleh tergantung pada jumlah masyarakat Usaha Mikro yang aktif dan didukung oleh Dewan Pembina dan pengurus yang cakap dalam mengurus Usaha Mikro. Jika dilihat dari jumlah masyarakat Usaha Mikro yang

pengambilan keputusan adalah: H0 ditolak atau Hi diterima jika nilai signifikan t atau p value < 5%. Pengujian Hipotesis Kriteria pengujian adalah menggunakan uji-t dan uji-F: 1) Bila ttest>t tabel maka H0 ditolak dan Hi diterima 2) Bila ttestFtabel maka H0 ditolak dan Hi diterima 4) Bila Ftest
Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Mikro Di Wilayah Kota Lhokseumawe

aktif maka rata-rata setiap Usaha Mikro memiliki masyarakat antara 10-25 orang masyarakat

Marzuki

Uji Heterokedastisitas Asumsi heterokedastisitas mensyaratkan bahwa gangguan yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homokedastisitas, yaitu semua gangguan memiliki varian yang sama untuk semua observasi (Gujarati, 1995). Pendeteksian heterokedastisitas dilaku kan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Pendeteksian dapat dila kukan dengan melihat ada tidaknya pola ter tentu pada grafik scatterplot. Bila ada pola ter tentu (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah ter jadi heterokedastisitas, sebaliknya bila tidak ada pola yang jelas, serta titiktitik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Gho zali:2005). Hasil pengujian secara grafik memperlihatkan bahwa titik-titik yang berada pada grafik scatterplot tidak membentuk suatu pola yang jelas, dan cenderung menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model.

Pengujian Normalitas Data Dari hasil output data yang menggu nakan analisis uji sample Kolmogorov-Smirnov, maka hasil yang didapat pada kolom parameter normal (µ) untuk faktor Modal (X1) sebesar 4,2567; faktor Pembinaan Manajemen (X2) sebesar 4,3582; faktor Pendidikan dan Pelatihan (X3) sebesar 4,1731; dan faktor Kinerja (Y) sebesar 4,0821. Standar Deviasi (σ) faktor Modal (X1) sebesar 0,45634; faktor Pembinaan Manajemen (X2) sebesar 0,45731, faktor Pendidikan dan Pelatihan (X3) sebesar 0,54260; dan faktor Kinerja (Y) sebesar 0,32752, serta pada kolom asymp. Sig/asymptotic significance dua sisi terdapat hasil faktor Modal (X1) sebesar 0,467, faktor Pembinaan Manajemen (X2) sebesar 0,135, faktor Pendidikan dan Pelatihan (X3) sebesar 0,114, dan faktor Kinerja (Y) sebesar 0,294 atau dengan kata lain terdapat probabilitas di atas 0,05 dari asymp. Sig/asymptotic significance dua sisi yang hanya sebesar 0,05 (X1 0,467, X2 0,135, X3 0,114 dan Y 0,294 > 0,05), dengan demikian dapat dibuktikan bahwa H0 ditolak. Dari hasil uji tersebut di atas maka dapat diartikan bahwa distribusi data Modal (X1), Pembinaan Manajemen (X2), dan Pendidikan dan Pelatihan (X3) serta Kinerja (Y) adalah normal dan dapat dipergunakan dalam penelitian ini.

Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-faktor yang mempengaruhi ki nerja Usaha Mikro di Kota Lhokseumawe ditu jukan untuk melihat sejauh mana faktor yang mempengaruhi kinerja Usaha Mikro di wilayah Kota Lhokseumawe. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini menganalisis pe ngaruh modal (X1), pembinaan manajemen (X2), dan pendidikan dan pelatihan (X3) yang menjadi variabel bebas (Independent Variable) sementara Kinerja dilambangkan dengan (Y) dan sekaligus merupakan variabel terikat (Dependent Variable). Melalui hasil pengolahan data dapat diinterpretasikan juga bahwa variabel yang paling signifikan (dominan) dari variabel-variabel penelitian ini adalah faktor pembinaan manajemen. Dari ketiga koefisien faktor dapat diformulasikan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Uji Multikolinieritas Adanya multikolieritas dalam model persamaan regresi yang digunakan mengakibat kan ketidaktepatan estimasi. Hal ini mengarah kan kesimpulan untuk menerima hipotesis nol, koefisien regresi menjadi tidak signifikan, dan standar deviasi sangat sensitif terhadap perubahan data (Gujarati, 1995). Pendeteksian ada tidaknya multikoli nieritas yang tinggi antar variabel independen dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance (TOL). Tabel menunjukkan nilai VIF dan TOL yang diperoleh dari perhitungan. Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada tabel tersebut, nilai VIF untuk semua variabel bebas kurang dari 10. Berdasarkan rule of thumb bahwa nilai VIF yang tergolong tidak berbahaya adalah kurang dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa pendeteksian bedasarkan nilai VIF tidak terjadi multikolinieritas. Role of thumb-nya, jika nilai TOL lebih besar dari 0,10 maka tidak terdapat multikolinieritas yang tinggi antar variabel bebas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap variabel bebas tidak mengalami multikolinieritas dalam model.

Y = 2,627 + 0,373 X1 + 0,637 X2 + 0,304 X3 1) Konstanta sebesar 2,627, artinya jika tidak adanya modal, pembinaan manajemen, dan pendidikan dan pelatihan, maka besarnya nilai kinerja Usaha Mikro di Kota Lhokseumawe adalah sebesar 2,627. 2) Koefisien regresi modal (X1) sebesar 0,373, artinya setiap peningkatan 1% modal secara relatif akan meningkatkan nilai kinerja Usaha Mikro sebesar 0,373%, dengan asumsi variabel pembinaan manajemen (X2) dan variabel pendidikan dan pelatihan (X3) konstan. Dengan demikian semakin besar modal yang diperoleh akan dapat meningkatkan kinerja Usaha Mikro. 3) Koefisien regeresi pembinaan manajemen (X2) sebesar 0.637, artinya setiap kenaikan 1% kemampuan pembinaan manajemen akan mempengaruhi nilai kinerja Usaha Mikro sebesar

Tabel 1 Nilai VIF dan TOL antar Variabel Independen Variabel Independen TOL VIF Modal 0,620 1,614 Manajemen 0,792 1,263 Pendidikan dan Pelatihan 0,716 1,397 Sumber : hasil penelitian dan pembahasan 60

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Mikro Di Wilayah Kota Lhokseumawe

0,637%. Variabel modal (X1) dan variabel pendidikan dan pelatihan (X3) konstan. 4) Untuk koefisien regresi pendidikan dan pelatihan (X3) sebesar 0,304, artinya bahwa setiap kenaikan 1% tingkat pendidikan dan pelatihan (X3) akan mempengaruhi kinerja Usaha Mikro sebesar 0,304% pula, dengan asumsi variabel modal (X1) dan variabel pembinaan manajemen (X2) konstan.

Marzuki

Selain uji parsial seperti yang telah dijelaskan di atas, pengujian secara keseluru han/ simultan juga dilakukan dengan menggu nakan uji F dari hasil pengolahan data diper oleh nilai Fhitung sebesar 82,238. Di sisi lain Ftabel sebesar 2,565. Dengan demikian maka Fhitung>Ftabel (82,238>2,565), maka hipotesa nul (H0) ditolak dan hipotesa alternative (Hi) diterima. Artinya faktor modal, pembinaan manajemen, dan pendidikan dan pelatihan berpengaruh terhadap kinerja Usaha Mikro. Berdasarkan uji-uji yang telah diterapkan dalam penelitian maka implikasi yang tergambarkan atau merujuk pada perumusan masalah, faktor modal yang selama ini menjadi masalah dari para pengurus Usaha Mikro atau yang selalu menjadi kendala paling utama yang dihadapi Usaha Mikro ternyata bukanlah suatu kendala dalam memajukan Usaha Mikro. Kendala utama dari kemajuan Usaha Mikro sekaligus sebagai faktor dominan adalah faktor pembinaan manajemen dimana koefisien X1 (modal) sebesar 0,373, koefisien X2 (pembinaan manajemen) sebesar 0,637, dan koefisien X3 (pendidikan dan pelatihan) sebesar 0,304. Dari hasil pengolahan data diperoleh bahwa ketiga variable memiliki nilai thitung yang lebih besar daripada nilai ttabel (2,0129). Dengan demikian maka hipotesa nol (H0) ditolak dan hipotesa alternative (Hi) diterima. Diperoleh juga nilai Fhitung sebesar 82,238 dan Ftabel sebesar 2,565, dengan demikian maka Fhitung>Ftabel dengan demikian maka hipotesa nol (H0) ditolak dan hipotesa alternatif (Hi) diterima.

Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determi nasi (R2) Koefisien korelasi (R) sebesar 0,731 atau 73% yang bermakna bahwa modal, pembinaan manajemen, dan pendidikan dan pelatihan mempunyai hubungan sangat erat dengan peningkatan kinerja Usaha Mikro di Kota Lhok seumawe, sedangkan Koefisien Determi nasi (R2) sebesar 0,534 atau 53% ini mencermin kan bahwa variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel independen atau dengan kata lain bahwa ketiga faktor tersebut memiliki pengaruh (R2) terhadap kinerja Usaha Mikro sebesar 53%, sedangkan selebihnya yaitu sebesar 0,466 atau 47% dijelaskan oleh faktorfaktor lain diluar dari variabel yang dijadikan indikator kinerja Usaha Mikro di Kota Lhokseumawe. Uji Hipotesis Mengacu pada hipotesis, maka proses pengujian dilakukan dengan uji-t. Dari hasil pengolahan data diperoleh bahwa ketiga faktor memiliki nilai thitung yang lebih besar daripada nilai ttabel (2,0129). Dengan demikian maka hipotesa nol (H0) ditolak dan hipotesa alternative (Hi) diterima. Lebih jelasnya sebagai berikut: • Variabel modal (X1) mempunyai nilai thitung sebesar 3,842 sedangkan ttabel sebesar 2,0129. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa thitung>ttabel dengan tingkat signifikan sebesar 0,009 atau probabilitas dibawah 5%, dengan kata lain pengujian hipotesis ini menerima Hi1 dan menolak H01. Ini berarti variabel modal berpengaruh secara positif terhadap kinerja Usaha Mikro. • Variabel manajemen (X2) mempunyai nilai thitung sebesar 4,552 sedangkan ttabel sebesar 2,0129. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa thitung>ttabel dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 atau probabilitas dibawah 5%, dengan kata lain pengujian hipotesis ini menerima Hi2 dan menolak H02. Ini berarti variabel manajemen berpengaruh secara positif terhadap kinerja Usaha Mikro. • Variabel pendidikan dan pelatihan (X3) mempunyai nilai thitung sebesar 2,655 sedangkan ttabel sebesar 2,0129. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa thitung>ttabel dengan tingkat signifikan sebesar 0,010 atau probabilitas dibawah 5%, dengan kata lain pengujian hipotesis ini menerima Hi3 dan menolak H03. Ini berarti variabel pendidikan dan pelatihan berpengaruh secara positif terhadap kinerja Usaha Mikro.

PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pemba hasan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa aspek permodalan yang selama ini menjadi masalah dari para pengurus Usaha Mikro ternyata bukanlah suatu kendala dalam memajukan Usaha Mikro. Kendala utama dari kemajuan Usaha Mikro sekaligus sebagai faktor dominan adalah faktor pembinaan manajemen. 2. Ketiga faktor (modal, manajemen dan pendidikan dan pelatihan) mampu mempengaruhi kinerja Usaha Mikro sebesar 53 persen. Sisanya disebabkan oleh pengaruh dari faktor lainnya. 3. Faktor modal (X1) memiliki koefisien sebesar 0,373, faktor pembinaan manajemen (X2) memiliki koefisien sebesar 0,637 dan faktor pendidikan dan pelatihan (X3) memiliki koefisien sebesar 0,304. 4. Dari hasil pengolahan data diperoleh bahwa ketiga variabel memiliki nilai thitung yang lebih besar daripada nilai ttabel (2,0129). Dengan demikian maka hipotesa nol (H0) ditolak dan hipotesa alternative (Hi) diterima. 5. Diperoleh nilai Fhitung sebesar 82,238 dan Ftabel sebesar 2,565. Dengan demikian maka Fhitung>Ftabel

61

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Mikro Di Wilayah Kota Lhokseumawe

dengan demikian maka hipotesa nol (H0) ditolak dan hipotesa alternatif (Hi) diterima.

Marzuki

harus mendapat perhatian yang lebih besar dari pemerintah Kota Lhokseumawe. 2. Selain ketiga faktor di atas, sebaiknya para pengurus Usaha Mikro juga memperhatikan berbagai peluang dan kesempatan yang ada (ikut serta dalam pameran-pameran yang diadakan di daerah sekitarnya).

Saran Mengacu pada hasil pembahasan, maka dapat disarankan bahwa : 1. Agar kinerja Usaha Mikro mngalami peningkatan, sebaiknya Usaha Mikro-Usaha Mikro tersebut

62

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Mikro Di Wilayah Kota Lhokseumawe

Marzuki

REFERENSI Anonymous, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta. Chaniago, Arifinal, Pengertian Usaha Mikro, Jenis Usaha Mikro dan Fungsinya, (online) http:/akucintaUsaha Mikro.log spot.com. Djarwanto, 2001. Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan. BPFE, Yogyakarta. Ghozali, Imam, 2005. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi 3, Badan Penerbir UNDIP, Semarang. Gujarati, Damodar (Sumarno Zain), 1995, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta. Herujito, M Yayat, 2004, Dasar-Dasar Manajemen, PT Grasindo, Jakarta. Ibham, Aslam, Pengertian Usaha Mikro, Jenis Usaha Mikro dan Fungsinya, (online) http:/akucintaUsaha Mikro.logspot. com. Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan daerah, Penerbit Andi, Yogyakarta. Marisa, 1997, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Murti, Sumarni dan Soeprihanto Jhon, 1998, Pengantar Bisnis : Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan, FE UGM, Yogyakarta. Nurbaiti, Intan C.R., Zusma W., 2002, Laporan Hasil Penelitian : Peranan Kemitraan Proyek Vital dalam Peningkatan Produktifitas Industri Kecil Binaan di Aceh Utara, Politeknik Negeri Lhokseumawe. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 Tahun 1997 Tentang Kemitraan, Jakarta. Rudianto, 2006, Akuntansi Usaha Mikro, Grasindo, Jakarta. Samryn L. M, 2001, Akuntansi Manajerial, Rajawali Persada, Jakarta. Syahrial dan Aryati , 2004, Jurnal Ekonomi dan Bisnis : Ekonis, Vol. 1 No. 1 Februari 2004, Jurusan Tata Niaga, Politeknik Negeri Lhokseumawe. Tohardi, Ahmad, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan 1, Mandar Maju, Bandung. Undang-undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil, Jakarta. Undang-undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 Tentang Usaha Mikro, Jakarta.

63

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

JURNAL VISIONER & STRATEGIS

Volume 4, Nomor 2, September 2015 ISSN : 2338-2864 p. 65-72

Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Perilaku Belajar Mahasiswa

The purpose of this study was to examine the effect of emotional intelligence and spiritual intelligence on the learned behavior. This study used a survey method obtained from questionnaires. Population in this research is final year students of Accounting Department Economic Faculty University of Malikussaleh. The number of samples taken in this study were 95 final year students of Accounting Department Economic Faculty University of Malikussaleh. Measurements of emotional intelligence consists of selfknowledge, self-control, motivation, empathy and social skills. Measurement of spiritual intelligence consists of divinity, trust, leadership, learning, futureoriented, and regularity. Meanwhile, the measurement of learned behavior consists of the habit of following the lesson, the habit of reading books, visits to the library, and the habits of the exam. The analysis of data using multiple linear regression with SPSS version 20. The test results indicate that emotional intelligence and spiritual intelligence significant positive effect on learning behavior.

Keywords: Emotional intelligence, Spiritual intelligence, Learning behavior

65

Hendra Raza Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Perilaku Belajar Mahasiswa

Hendra Raza

pengaruh kecerdasan spiritual terhadap perilaku belajar. Kontribusi penelitian ini akan dapat memberikan masukan kepada perguruan tinggi dam mahasiswa agar dapat mengembangkan kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) serta merubah perilaku belajar mahasiswa.

PENDAHULUAN Pendidikan tinggi yang diselenggarakan di perguruan tinggi ditujukan untuk mendidik mahasiswa agar dapat bekerja sebagai seorang tenaga profesional yang memiliki pengetahuan di bidangnya. Perguruan tinggi berusaha untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas maka perguruan tinggi harus terus meningkatkan kualitas pada sistem pendidikannya. Ananto (2008) menyatakan bahwa pembelajaran yang hanya berpusat pada kecerdasan intelektual tanpa menyeimbangkan sisi spiritual akan menghasilkan generasi yang mudah putus asa, depresi, suka tawuran bahkan menggunakan obat-obat terlarang, sehingga banyak mahasiswa yang kurang menyadari tugasnya sebagai seorang mahasiswa yaitu tugas untuk belajar. Kurangnya kecerdasan spiritual dalam diri seorang mahasiswa akan mengakibatkan mahasiswa kurang termotivasi untuk belajar dan sulit untuk berkonsentrasi, sehingga mahasiswa akan sulit untuk memahami suatu mata kuliah. Mereka yang hanya mengejar prestasi berupa nilai atau angka dan mengabaikan nilai spiritual, akan menghalalkan segala cara untuk mendapakan nilai yang bagus, mereka cenderung untuk bersikap tidak jujur seperti mencontek pada saat ujian. Oleh karena itu, kecerdasan spiritual mampu mendorong mahasiswa mencapai keberhasilan dalam belajarnya karena kecerdasan spritual merupakan dasar untuk mendorong berfungsinya secara efektif kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ). Selain kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ), perilaku belajar selama di perguruan tinggi juga mempengaruhi prestasi akademik seorang mahasiswa. Kebiasaan atau perilaku belajar mahasiswa erat kaitannya dengan penggunaan waktu yang baik untuk belajar maupun kegiatan lainnya. Menurut Hanifah dan Syukriy (2001), belajar yang efisien dapat dicapai apabila menggunakan strategi yang tepat, yakni adanya pengaturan waktu yang baik dalam mengikuti perkuliahan, belajar di rumah, berkelompok ataupun untuk mengikuti ujian. Perilaku belajar yang baik dapat terwujud apabila mahasiswa sadar akan tanggung jawab mereka sebagai mahasiswa, sehingga mereka dapat membagi waktu mereka dengan baik antara belajar dengan kegiatan di luar belajar. Jumlah mahasiswa aktif pada Prodi Akuntansi Universitas Malikussaleh dari tahun 2007-2012 adalah 679 mahasiswa. Pada tahun 2011 hingga 2012 mengalami peningkatan, hal tersebut disebabkan daya tampung dan keinginan mahasiswa yang mengambil Prodi Akuntansi sangat besar. Kecerdasan intelektual hanya memberi kontribusi 20 persen terhadap kesuksesan hidup seseorang dan sisanya 80 persen bergantung pada kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritualnya. Bahkan dalam hal keberhasilan kerja, kecerdasan intelektual hanya berkontribusi empat persen (Goleman, 2005).Penelitian ini bertujuan ingin meneliti tentang pengaruh kecerdasan emosional dan

TINJAUAN TEORITIS Kecerdasan Emosional Pandangan baru yang berkembang mengatakan bahwa ada kecerdasan lain di luar kecerdasan intelektual (IQ) seperti bakat, ketajaman sosial, hubungan sosial, kematangan emosi dan lain-lain yang harus dikembangkan juga. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan emosional (EQ) (Melandy dan Aziza, 2006). Kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog bernama Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire Amerika untuk menerangkan kualitaskualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Taufiq (2008:77), mendifenisikan kecerdasan emosional adalah sebagian besar cara ekspresi emosi kita merupakan pola yang diwarisi, yang pada mulanya mempunyai nilai kelangsungan hidup, misalnya ekspresi rasa muak atau penolakan yang di dasarkan pada usaha organisme untuk melepaskan diri dari sesuatu yang tidak menyenangkan. Menurut Goleman (2005:512), kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Robbins & Judge (2008:335), mengatakan bahwa kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi emosional. Salovey dan Mayer (1990) dalam Mu’tadin (2002), mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga dapat membantu perkembangan emosi dan intelektual. Kecerdasan Spiritual Zohar dan Marshall (2007:4), menegaskan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain. Kecerdasan spiritual memungkinkan seseorang untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri dan orang lain (Zohar & Marshall, 2002:12). Wujud dari kecerdaan spiritual ini adalah sikap moral yang dipandang luhur 66

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Perilaku Belajar Mahasiswa

oleh pelaku (Ummah dkk, 2003:43). Matinya etika lama dan seluruh kerangkan pikiran yang mendasarinya, memberi kesempatan yang berharga untuk menciptakan ajaran etika baru berdasarkan SQ (Zohar & Marshall, 2002:175). Alder (2001:3), mendefenisikan kecerdasan spiritual adalah salah satu yang sangat diakui sebagai suatu suatu yang bersifat genetic (factor keturunan) dan tidak berubah. Menurut Ginanjar (2005:47), kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ dan SQ secara komprehensif.

Hendra Raza

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 angkatan 2007, 2008, 2009, dan 2010 atau mahasiswa tingkat akhir yang telah menempuh 120 sistem kredit semester (SKS), karena mahasiswa tersebut sudah mengalami proses pembelajaran yang lama dan telah mendapat manfaat maksimal dari pengajaran akuntansi (Rachmi, 2010). Berikut ini data yang didapatkan dari Prodi Akuntansi Universitas Malikussaleh tahun 2013 :

Perilaku Belajar Suwardjono (2004), menyatakan bahwa belajar di perguruan tinggi merupakan suatu pilihan srategik dalam mencapai tujuan individual seseorang. Semangat, cara belajar, dan sikap mahasiswa terhadap belajar sangat dipengaruhi oleh kesadaran akan adanya tujuan individual dan tujuan lembaga pendidikan yang jelas. Kuliah merupakan ajang untuk mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa dalam proses belajar mandiri. Pengendalian proses belajar lebih penting daripada hasil atau nilai ujian. Jika proses belajar dijalankan dengan baik, nilai merupakan konsekuensi logis dari proses tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar memilki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Belajar merupakan sebuah perubahan relatif permanen dalam perilaku, yang timbul dari pengalaman, dan hal tersebut merupakan suatu bagian penting dari manajemen industry (Winardi 2001:141). Ahmadi (1993) dalam Hanifah dan Syukriy (2001), lebih jauh menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam diri manusia, sehingga apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dapat dikatakan padanya telah berlangsung proses belajar. Menurut Giyono (1993) dalam Hanifah dan Syukriy (2001), kebiasaan belajar dapat berlangsung melalui tiga cara yaitu: memperoleh reinforcement, Classical conditioning, Belajar Moderen, apabila model ini mendapat reinforcement terhadap tindakanya, maka akan menjadi kebiasaan.

Dari data di atas diketahui jumlah populasi yang akan dijadikan subjek penelitian berjumlah 334 mahasiswa yang dihitung mulai dari angkatan tahun 2007-2010. Notoatmodjo (2010:116), sampel adalah sebagian dari populasi. Penelitian ini mengambil sampel mahasiswa dari Prodi Akuntansi Universitas Malikussaleh. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode probability sampling. Metode ini dilakukan dengan memilih beberapa mahasiswa pada Prodi Akuntansi Universitas Malikussaleh. Adapun teknik sampling yang digunakan dalam mengambil sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Random Sampling dengan pengambilan sampling secara sederhana atau yang lebih dikenal dengan nama Simple Random. Menurut Soekidjo (2010:127), Tingkat kepercayaan untuk menentukan sampel adalah 90% - 95%, Sedangkan tingkat batasan tolerance error adalah 5% - 10%. Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah menggunakan rumus Slovin (Riduwan, 2005) sebagai berikut:

Kerangka Konseptual Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen, yaitu kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman akuntansi.

Keterangan: n : jumlah sampel N : jumlah populasi e : batas toleransi kesalahan 8.7% (error tolerance)

Tabel 1 Data Populasi Penelitian NO TAHUN JUMLAH 1 2007 38 2 2008 84 3 2009 121 4 2010 91 334 JUMLAH Sumber : Prodi Akuntansi Unimal 2013

n = 334 / ( 1 + 0,0872 ) n = 334 / 3,52 n = 94,828

Gambar 1 Kerangka Konseptual 67

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Perilaku Belajar Mahasiswa

Hendra Raza

yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 55 orang atau 57,9%. Sedangkan yang terendah adalah responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu 40 orang atau 42,1%. Dengan ini menunjukkan bahwa mahasisiwa yang memberikan persepsi lebih banyak adalah mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki.

Dengan demikian, maka besarnya jumlah sampel yang akan diambil adalah 95 orang. Operasional Variabel Definisi operasional variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : • Kecerdasan Emosional (X1) Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel kecerdasan emosional adalah dengan menggunakan kuisoner yang diadopsi dari (Melandy dan Aziza 2006), yang dikembangkan menjadi 5 dimensi yaitu: Pengenalan Diri, Pengendalian Diri, Motivasi, Empati, Keterampilan Sosial.Instrumen ini menggunakan lima skala likert dari sangat tidak setuju (point 1) sampai dengan sangat setuju (point 5). • Kecerdasan Spiritual (X2) Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya.Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel kecerdasan spiritual adalah dengan menggunakan kuesioner yang diadopsi dari (Hersan Ananto 2008). Instrumen SQ dalam penelitian ini dikembangkan menjadi 6 dimensi yaitu: Prinsip ketuhanan, kepercayaan yang teguh, berjiwa kepemimpinan, berjiwa pembelajar, berorientasi masa depan, prinsip keteraturan. Instrumen ini menggunakan lima skala likert dari sangat tidak setuju (point 1) sampai dengan sangat setuju (point 5). • Perilaku Belajar (X3) Perilaku belajar sering juga disebut kebiasaan belajar, merupakan dimensi belajar yang dilakukan individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis dan spontan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel perilaku belajar adalah dengan menggunakan kuisioner yang diadopsi dari (Suryaningsum dkk 2008), yang dikembangkan menjadi 4 dimensi, yaitu: Kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan, kebiasaan menghadapi ujian. Instrumen ini menggunakan lima skala likert dari sangat tidak setuju (point 1) sampai dengan sangat setuju (point 5).

Hasil Uji Validitas Uji validitas atas variabel kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar dilakukan dengan mengkorelasikan skor-skor pada masingmasing item pertanyaan dengan skor totalnya, melalui Pearson Correlation. Seluruh item pertanyaan variabel independent dan variabel dependent menunjukkan bahwa semua item valid, karena dapat dikatakan valid bila nilai R hasil > dari R tabel yaitu 0,170. Hasil Uji Reabilitas Dari hasil perhitungan uji reliabilitas dapat diketahui bahwa variabel kecerdasan emosional, kompetensi spiritual, dan perilaku belajar dikatakan reliable karena cronbath alphanya 0,836, 0,850 dan 0,907 dimana lebih besar dari 0.60. Uji Normalitas Data Gambar di baah menunjukkan data membentuk pola yang menyebar normal digaris diagonal dan membentuk suatu pola mengikuti arah garis diagonal sehingga dapat dinyatakan bahwa data telah terdistribusi secara normal dan model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 2 Normal Propability Plot Uji Multikolinieritas Dalam enelitian ini nilai VIF dan Tolerance dapat dilihat pada Tabel di bawah ini: Tabel 2 Uji Multikolinieritas Collinearity Statistics Varibel Independen Tolerance VIF Kecerdasan 0,483 2,071 Emosional Kecerdasan 0,382 2,619 Spiritual Perilaku Belajar 0,406 2,465 Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah,2013)

HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Karakteristik Responden Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin dan yang telah menempuh 120 sistem kredit semester (SKS). Responden adalah mahasiswa akuntansi strata satu dari perguruan tinggi negeri yaitu UNIMAL (Universitas Malikussaleh) sebanyak 95 responden, kelompok yang terbanyak menjadi responden adalah 68

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Perilaku Belajar Mahasiswa

Dari hasil pengujian yang ditunjukkan pada Tabel di atas tampak bahwa variable independen Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Perilaku Belajar memliki nilai Tolerance berturut sebesar 0,483, 0,382 dan 0,406 > 0.1 dengan nilai VIF berturut sebesar 2,071, 2,619 dan 2,465 < 10. Ini menunjukkan bahwa variabel Kecerdasan Emosional (X1), Kecerdasan Spiritual (X2) dan Perilaku Belajar (X3) terbebas dari gejala multikolinieritas.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang ditunjukkan oleh Tabel di atas dapat dilihat koefisien masing-masing variabel dan konstanta yang menjadi observasi penelitian ini adalah koefisien nilai konstanta sebesar 18,638, koefisien X1 sebesar 0,085, koefisien X2 0,110. Selanjutnya pada tabel diatas juga dapat dilihat bahwa nilai thitung untuk kecerdasan emosional (X1) sebesar 2,259 , untuk kecerdasan spiritual (X2) sebesar 2,855. Untuk mengetahui tingkat signifikansi secara parsial pada tingkat kepercayaan 95% pengujian hipotesis dengan uji t dilakukan dengan membandingkan antara thitung dengan ttabel. Sebagai berikut: • Pengaruh variabel kecerdasan emosional terhadap perilaku belajar. Secara parsial (uji t) yang diperoleh dari nilai Thitung pada persamaan regresi linear berganda menyatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh signifikan (nyata) terhadap perilaku belajar, dikarenakan Thitung sebesar 2,259 dan Ttabel (n-k-1, 5% uji satu pihak) = 1,662 di mana Thitung > Ttabel dengan nilai signifikansi 0,026 dibawah 0,05. Hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional dalam diri seorang mahasiswa akan semakin meningkatkan perilaku belajar mahasiswa itu sendiri. Hal ini sama seperti yang disebutkan oleh Ananto (2008) yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi sangat terbantu jika memiliki kecerdasan emosional. • Pengaruh variabel kecerdasan spiritual terhadap perilaku belajar. Secara parsial (uji t) yang diperoleh dari nilai Thitung pada persamaan regresi linear berganda menyatakan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh secara signifikan (nyata) terhadap perilaku belajar, dikarenakan Thitung = 2,855 dan Ttabel (n-k-1, 5% uji satu pihak) = 1,662 di mana Thitung > Ttabel dengan nilai signifikansi 0, 005 dibawah 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa akuntansi memiliki kecerdasan spiritual didalam memahami akuntansi. Hal ini dikarenakan oleh keyakinan mahasiswa akuntansi bahwa kecerdasan spiritual tersebut sangat diperlukan didalam segala aspek pendidikan khususnya akuntansi. Hasil ini sama seperti yang disebutkan oleh Panangian (2012), yang menyebutkan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh ketika seorang mahasiswa dihadapi dengan kondisi dan situasi apapun dalam memahami pembelajaran akuntansi, karena kecerdasan spiritual merupakan salah satu kecerdasan pelengkap dari kecerdasan intelektual yang menjadikan seseorang menjalani roda kehidupan lebih bermakna dan bermanfaat pada orang-orang disekitar mereka. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi

Uji Heteroskedastisitas Grafik scatterplots memperlihatkan titik-titik menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi tingkat pemahaman akuntansi berdasarkan masukan variabel independen kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan perilaku belajar.

Gambar 3 Grafik Scatterplot Analisis Regresi Linear Berganda Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual terhadap perilaku belajar pada mahasiswa prodi akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Malikussaleh. Oleh karena itu digunakan analisis regresi linear berganda untuk menganalisis pengaruhnya. Hasil analisis linear berganda dengan program SPSS versi 20 diperoleh sebagai berikut: Tabel 3 Analisis Regresi Linear Berganda Variabel

Koefisien

thitung

Sig.

Constant

18,638

7,434

0,000

X1

0,085

2,259

0.026

0,110 X2 DF = 95-3-1 = 91 R = 0,513 R2 = 0,239 ttabel =1,662

2,855

0,005

Hendra Raza

Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah,2013) 69

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Perilaku Belajar Mahasiswa

yang mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi mampu mengintegrasikan kekuatan otak dan hati manusia dalam membangun karakter dan kepribadian yang tangguh berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan (Umiarso, 2011:59).

Hendra Raza

PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan menunjukkan bahwa variabel kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku belajar.

70

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Perilaku Belajar Mahasiswa

Hendra Raza

REFERENSI

Abdullah, (2001). Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Akuntansi, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Volume 1, No. 3, 63-86 Agustian, Ary Ginanjar, (2005). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual, New Edition, Penerbit Arga, Jakarta. Alder, Harry. (2001). Pacu EQ dan IQ anda , Erlangga . Jakarta Ananto, Hersan. (2008). Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.Solo. Baharuddin. (2010). Pendidikan Dan Psikologi perkembangan. Ar-Ruzz Media : Jogjakarta. Balkaoui, Ahmed Riahi. (2000). Teori Akuntansi Edisi Pertama. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Clutterbuck. (2003). The power of Empowerment. Jakarta. PT.Bhuana Ilmu Populer. Cooper, R.K. and Sawaf, A. (1999). Executive EQ. Kecerdasan Emosional Dalam Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Darwin, charless, (2008). Pengantar Psikologi jilid 8. Erlangga. Jakarta Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Ketiga. Badan Penerbit Universitas Dipenogoro: Semarang. Goleman, Daniel (2005). kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi . penerbit Gramedia . Jakarta. Goleman, Daniel (2007). Social Intellegence. Penerbit : Gramedia . Jakarta. Gujarati, Damodar, (2001). Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta Hanafiah dan syukri, (2001). Perilaku Belajar dan Kecerdasan Emosi Dalam Mempengaruhi Stres Mahasiswa Dalam Pemahaman Akuntansi. http; //pustakaakuntansiku.wordpress.com . Diakses pada tanggal 18 april 2013. Harahap, Sofyan Syafri. (2005). Teori Akuntansi. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Harahap (2003). Pengertian Pemahaman Akuntansi Menurut Para Ahli. www.tiwi’s blogspot.com. Di akses tanggal 30 juli 2013. Kleso (2002). .Pengertian Pemahaman Akuntansi Menurut Para Ahli. www.tiwi’s blogspot.com. Di akses tanggal 30 juli 2013. Marita, Suryaningrum, S dan Naafi, Hening S. (2007). Kajian Empiris Atas Perilaku Belajar Dan Kecerdasan Emosional Dalam Mempengaruhi Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi XI: Pontianak. Mardahlena, (2007). Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Skripsi, Universitas Budi Luhur. Melandy, Rissyo dan Aziza, Nurna. (2006). Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Kepercayaan Diri Sebagai Variabel Pemoderasi. Simposium Nasional Akuntansi IX: Padang.

71

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Perilaku Belajar Mahasiswa

Hendra Raza

Mu’tadin, Zainun, (2002). Mengenal kecerdasan remaja pada usia dini. www.e.psikologi.com. Di akses tanggal 15 april 2013. Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodelogi Rev.Jakarta:Rineka Cipta, 2010.

penelitian

kesehatan

/

Soekidjo

Notoatjmodjo.-Ed.

Nuraini, Maya (2007). Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar Mahasiswa Akuntansi Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Jurnal BETA Gresik, Maret. http://eprints.uny.ac.id. Di akses tanggal 19 april 2013. Pangestu, Arie. (2009). Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Sosial dan Kecerdasan Intelektual Terhadap Pemahaman Akuntansi. UPN Veteran Jakarta. Rachmi, Filia. (2010). Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Prilaku Belajar Terhadap Tingakat Pemahaman Akuntansi. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro: Semarang. Riduwan.(2005). Rumuspenentuanjumlahsampel. http://skripsimahasiswa.blog spot.com/2012/12/. Di akses tanggal 2 Oktober 2013. Soemarso.( 2000 ). Pengantar Akuntansi. PT. rineka cipta. Jakarta Suwardjono. (2005). Prilaku belajar mahasiswa di perguruan tinggi. www.sumardjono.com. Di akses tanggal 14 april 2013. Trisnawati, Eka Indah dan Suryaningrum Sri, (2003), Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi”, Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya. Wahab, Abdul dan umiarso, (2011). Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual, Jogjakarta: ArRuzz Media. Winardi (2001). Motivasi dan Permotivasian dalam manajemen. Rajawali Pers Jakarta. Yosep, Iyus. (2005). Pentingnya ESQ (Emosional & Spiritual Quotion) Bagi Perawat Dalam Manajemen Konflik. Disampaikan pada Cerdas, Kreatif, Berwawasan Dan Mandiri (Cerebri) Kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad: Bandung. http://dc153.4shared.com/doc/6O7ttZIP/preview.html. Di akses tanggal 17- April 2013. Zohar, Danah dan Marshal, Ian , (2007). Kecerdasan spiritual, Terjemahan Rahmani Astuti, Ahmad najib, Ahmad Baiquni, Penerbit Mizan, Bandung. .

72

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Perilaku Belajar Mahasiswa

73

Hendra Raza

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

JURNAL VISIONER & STRATEGIS

Volume 4, Nomor 2, September 2015 ISSN : 2338-2864 p. 73-83

Pengaruh Kesadaran Merek dan Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian Pakaian Di wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe

The purpose of this study was to analyze the effect of brand awareness and perception of quality influence on clothes purchase decisions in the area of Lhokseumawe municipality either partially or simultaneously. Location of research conducted in the area of Lhokseumawe municipality, Aceh. The population in this study were all light Clothes consumer society in municipality Lhokseumawe. Sampling technique uses accidental sampling with a sample size of 100 respondents. Data was collected by questionnaire method. Data analysis methods using multiple linear regression analysis. The test results show t count for the variable brand awareness of 2.507 with a significance level of 0.014 and tcount variable quality perception of 6.021 with a significance level of 0.000. Results showed tcount> t table, so partially brand awareness and perceived quality significantly influence the purchasing decisions of clothing in municipality Lhokseumawe. The test results simultaneously obtained Fcount value of 29.674 with a significance level of 0.000. F-test results indicate that the F count> F table (29.674> 3.09). Thus the results showed that brand awareness and perception of quality simultaneously significant effect on light clothing purchase decisions in the area of Lhokseumawe municipality.

Keywords: Brand Awareness, Perceived Quality, and Purchase Decision

73

Rahmaniar Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

Pengaruh Kesadaran Merek dan Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian Pakaian Di wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe

Rahmaniar

terhadap keputusan pembelian Pakaian di wilayah Pemerintahan kota Lhokseumawe.

PENDAHULUAN Dalam beberapa tahun terakhir ini berbagai macan jenis produk beredar di pasar, seperti makanan ringan, alat kosmetik, Pakaian, dan lainnya di Indonesia. Dengan adanya berbagai produk baik dari dalam negeri maupun luar negeri mengalami perkembangan yang pesat. Para konsumen jega sangat antusias mengkonsumsikannya dan bagi mereka Merek bukan hanya sebuah nama, simbol, gambar atau tanda yang tidak berarti. Merek merupakan identitas sebuah produk yang dapat dijadikan sebagai alat ukur apakah produk itu baik dan berkualitas. Konsumen melihat sebuah merek sebagai bagian yang paling penting dalam sebuah produk, dan merek dapat menjadi sebuah nilai tambah dalam produk tersebut (Kotler, 2000:285). Karena itu merek merupakan aset penting dalam sebuah bisnis. Meskipun merek bersifat intangible, tapi nilai sebuah merek lebih dari pada sesuatu yang tangible. Demikian juga untuk persepsi, konsumen memiliki persepsi tersendiri terhadap suatu merek produk. Sehingga salah satu faktor yang juga mempengaruhi menggunakan suatu merek adalah faktor persepsi kualitas. Menurut Durianto, dkk. (2000:101) perceived quality terkait erat dengan keputusan pembelian, maka perceived quality dapat mengefektifkan semua elemen program pemasaran khususnya program promosi. Beberapa produk Pakaian yang bermunculan di pasaran antara lain Mizone, Pro Sweat, Powerade Isotonik, Kino Sweet, Vitazone, Optima Sweet, cap kaki tiga, lasega, dan lain-lain. Sejauh ini upaya promosi memang cukup efektif untuk meningkatkan kesadaran merek dan persepsi kualitas pocari sweet di kalangan masyarakat. Hal ini didukung dengan adanya indeks merek terkenal (Top Brand Index) Pakaian di Indonesia. Tingginya minat konsumen terhadap produk tertentu juga disebabkan karena konsumen menyadari bahwa sebagai merek yang menjadikan kawula muda sebagai target pasar utama tersebut mau tidak mau harus terus beradaptasi terhadap perkembangan di lingkungan konsumennya, sehingga menargetkan untuk tetap relevan dengan konsumen pada masa tertentu.

TINJAUAN TEORITIS Pemasaran dapat mencakup berbagai aktivitas yang bertujuan untuk mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan konsumen. Apabila seorang pemasok dapat mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga dan mendistribusikan produknya secara baik serta mempromosikan produk-produk tersebut secara efektif, maka produk tersebut akan terjual dengan mudah. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan penting dan mempunyai peranan yang memberikan andil besar bagi perusahaan dalam dunia usaha. Aspek pemasaran sangat penting unuk mendukung terciptanya suatu perusahaan yang handal dalam memenangkan persaingan dengan perusahaan yang lain terutarna perusahaan sejenis. Jadi tidaklah mengherankan apabila suatu perusahaan pada saat ini memfokuskan pada aspek pemasaran sebagai usaha dalam memenuhi kebutuhan para konsumen. Saat ini perusahaan-perusahaan sukses pada berbagai tingkatan umumnya memiliki satu kesamaan yaitu mereka selalu berfokus kepada konsumen dan sangat berkomitmen pada, pemasaran. Perusahaanperusahaan tersebut memberikan dedikasi yang sepenuhnya mtuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen dalam pasar yang ditetapkan. Pemasaran memiliki arti gang lebih dari sekedar menjual dan mengiklankan suatu jenis produk. Mengerti, menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyalurkan nilai dan kepuasan konsumen adalah inti dari cara berfikir dan pelaksanaan pemasaran modern. Pemasaran telah berperan secara kritis dalam menentukan kesuksesan dari setiap perusahaan, baik kecil ataupun besar, laba maupim nirlaba, nasional ataupun secara global. Saladin (2003:1) mengatakan pemasaran adalah "suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan". Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik (misalnya mobil), jasa yang dipasarkan (misalnya cukur), orang (misalnya Michael Jordan), tempat (misalnya Hawai), organisasi (misalnya Yayasan Jantung Amerika) (Kotler dan Amstrong, 1997:52). Menurut Swastha, (2004:94) produk didefinisikan sebagai suatu sifat yang komplek baik dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan, dan pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhannya. Selanjutnya

Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan tersebut di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah, yaitu : 1. Bagaimanakah Pengaruh kesadaran merek dan persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian Pakaian di wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe, berpengaruh secara parsial dan simultan ? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh kesadaran merek dan persepsi kualitas berpengaruh secara simultan 74

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kesadaran Merek dan Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian Pakaian Di wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe

Rahmaniar

satunya iklan, yang mereka kembangkan di berbagai media, baik media cetak maupun elektronik. Konsumen juga akan merasa puns jika perusahaan memberikan yang lebih dari sekedar manfaat produknya saja, maka pemasar dengan alat pemasarannya menggunakan promosi penjualan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan pembelian. Maka pemasar harus mampu memahami dan mempelajari perilaku konsumen. Sebuah keputusan membeli terjadi melalui proses perilaku yang terdiri dari lima tahap, yaitu: pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Kelima tahap ini menunjukan bahwa proses pembelian dimulai jauh dari sebelum saat dilaksanakannya pembelian dan memiliki konsekuensi jauh setelah pembelian. Sumber-sumber informasi merupakan pengaruh yang relatif berbeda-beda sesuai dengan jenis produk dan ciri-ciri membeli. Pada umumnya dikatakan bahwa konsumen menerima sebagian besar informasi tentang sebuah produk dari sumber-sumber yang bersifat niaga yakni sumber-sumber yang dikuasai oleh pemasar. Namun sebaliknya penerimaan informasi yang paling efektif cenderung datang dari sumber-sumber pribadi. Setiap sumber bisa melaksanakan fungsi yang berbeda dalam mempengaruhi keputusan membeli. Informasi yang bersifat niaga biasanya berfungsi pemberitahuan dan sumber pribadi berfungsi pengukuhan dan atau penilaian. Sebagai contoh, para dokter sering belajar tentang obat-obatan dari sumber yang bersifat niaga, namun kemudian dia beralih kepada dokter lain untuk infomasi penilaian. Tahap penilaian keputusan menyebabkan konsumen membentuk pilihan mereka diantara beberapa mereka yang tergabung dalam perangkat pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk suatu maksud membeli dan cenderung membeli merek yang disukainya. Namun demikian, dua faktor lainnya dapat mencampuri maksud membeli itu dengan keputusan membeli. Konsumen cenderung membeli merek yang sudah dikenal karena mereka merasa aman dengan sesuatu yang dikenal. Dengan kata lain, sebuah merek yang dikenal mempunyai kemungkinan bisa diandalkan, kemantapan dalam bisnis, dan kualitas yang bisa dipertanggungjawabkan. Aaker dalam Durianto, dkk (2004:54) mengatakan kesadaran merek merupakan kesanggupan seorang pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori atau produk tertentu“. Bagian dari suatu kategori produk perlu ditekankan karena terdapat suatu hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan. Kesadaran merek memiliki empat tingkatan akan pencapaian kesadaran di benak konsumen. Tingkatan kesadaran merek yang paling rendah adalah brand recognition (pengenalan merek) atau disebut juga sebagai tingkatan pengingatan kembali dengan bantuan. Tingkatan berikut adalah

Umar (1997:209) menyatakan produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan atau dikonsumsikan yang dapat memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan. Di samping barang yang dibentuk secara fisik, yang termasuk ke dalam produk adalah jasa atau layanan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa produk lebih dari sekedar sesuatu yang ditawarkan kepada konsumen, dalam pemasaran produk bisa didefinisikan sebagai suatu ide/gagasan yang dapat dikombinasikan kepada konsumen bahwa yang ingin mereka beli bukan suatu produk, akan tetapi adalah solusi untuk masalah yang mereka hadapi. Pemasaran biasanya mengklasifikasikan produk berdasarkan bemacam-macam karakteristik produk. Kotler dan Amstrong (1997:54) mengklasifikasikan produk menjadi dua karakteristik produk yaitu (1) Produk berdasarkan daya tahan dan wujud (2) Produk berdasarkan penggunaannya. Dalam kegiatan pemasaran konsumen memegang peranan yang sangat penting, tanpa konsumen pemasaran tidak akan dapat dijalankan karena pada dasarnya konsumenlah yang menciptakan pasar. Menurut Shadili dan Echols (1997:142) konsumen berasal dari bahasa Inggris, asal kata consume artinya menggunakan sedangkan consumer adalah orang yang menggunakan (konsumen) atau sering disebut pengguna. Konsumen merupakan individu yang masing-masing mempunyai sifat yang berbeda-beda, sehingga merupakan suatu hal yang kompleks dan, tidak mudah untuk mempelajari suatu perilaku konsumen. Berikut ini beberapa pengertian tentang konsumen yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Menurut Fuadi (2001:227) "konsumen adalah pengguna akhir dari suatu produk yaitu setiap pengguna barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan". Swastha (1992:12) mengartikan "konsumen sebagai individu-individu yang melakukan pembelian untuk memenuhi kebutuhan pribadinya atau konsumsi rumah tangga". Secara umum, pengertian konsumen diartikan secara berbeda tergantung sudut pandang orang yang membicarakannya, namun pemahaman terhadap konsumen itu sendiri tetap menghasilkan persepsi yang sama. Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsumen adalah individu atau kelompok yang melakukan pembelian terhadap barang atau jasa dengan tujuan memenuhi kebutuhan baik kebutuhannya secara pribadi atau orang lain bahkan makhluk hidup lainnya selain manusia, dan tidak untuk dijual kembali melainkan untuk dikonsumsi. Konsumen dalam melakukan keputusan pembelian terhadap suatu produk atau jasa sering dihadapkan pada berbagai macam pilihan produk atau jasa yang sejenis, keterbatasan informasi yang ada dimanfaatkan oleh pemasar dengan melakukan promosi salah 75

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kesadaran Merek dan Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian Pakaian Di wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe

Rahmaniar

mempunyai satu sifat yang sama. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang mengkonsumsi Pakaian di wilayah pemko Lhokseumawe. Sampel adalah sebagian dari jumlah yang karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005:56). Teknik penentuan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling. Pengertian dari purposive sampling adalah teknik sampel yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau pengambilan sampel untuk tujuan tertentu (Riduwan, 2008:63). Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menentukan sampel adalah karena jumlah konsumen Pakaian tidak teridentifikasi, maka penentuan sampel dengan menggunakan teknik accidental sampling. Menurut Sugiyono (2005:56) sampel aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan sampel, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Penentuan jumlah sampel menggunakan sampel besar yaitu n > 30 (Djarwanto, 1999 : 4) yaitu 100 orang. Menurut Nazir (1998:221) jumlah sampel ditetapkan atas pertimbangan pribadi, dengan catatan bahwa sampel tersebut cukup mewakili populasi dan pertimbangan biaya dan waktu. Dalam penelitian ini diperlukan sejumlah data yang relevan dengan masalah penelitian. Ada dua jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. • Data primer Data primer adalah data yang berasal langsung dari sumber data yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan masalah penelitian yang akan diteliti. Sumber data primer pada penelitian ini didapat dari penyebaran angket yang berisi kuesioner kepada masyarakat Kota Lhokseumawe yang dijadikan sampel penelitian. • Data sekunder Semua data yang tidak langsung diperoleh dari sumber pertama penelitian didefinisikan sebagai data sekunder. Data ini erat kaitannya dengan masalah yang diteliti. Data sekunder dalam penelitian digunakan sebagai pendukung data primer. Dalam hal ini data sekunder berupa gambaran umum Kota Lhokseumawe.

tingkatan brand recall (pengingatan kembali merek) atau tingkatan pengingatan kembali merek tanpa bantuan, karena konsumen tidak perlu dibantu untuk mengingat merek. Tingkatan berikutnya adalah merek yang disebut pertama kali pada saat pengenalan merek tanpa bantuan yaitu top of mind (kesadaran puncak pikiran). Top of mind adalah kesadaran merek tertinggi yang merupakan pimpinan dari berbagai merek yang ada dalam pikiran konsumen. Pengenalan maupun pengingatan merek akan melibatkan upaya medapatkan identitas nama dan menghubungkannya ke kategori produk Kerangka Berpikir Kesadaran merek merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keputusan pembelian konsumen. Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. Semakin konsumen mengenali dan mengingat suatu produk, semakin besar kemungkinan konsumen akan membeli produk tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka dikembangkan kerangka berpikir sebagai berikut :

Gambar 1 Kerangka penelitian Hipotesis Berdasarkan dari permasalahan yang diuraikan di atas, serta dari hasil penelitian-penelitian terdahulu, maka hipotesis yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho1 : Kesadaran merek dan persepsi kualitas tidak berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap keputusan pembelian pakaian di wilayah pemko Lhokseumawe. Ha1 : Kesadaran merek dan persepsi kualitas berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap keputusan pembelian Pakaian di wilayah pemko Lhokseumawe.

Metode Pengumpulan Data. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode angket yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan atau kuisioner kepada responden. Alasan menggunakan metode ini adalah bahwa subyek penelitian merupakan orang yang paling tahu tentang dirinya, dan pernyataan subyek yang diberikan adalah benar dan dapat dipercaya. Jawaban atas daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden dibuat dengan menggunakan skala likert, yaitu rentangan 1 sampai dengan 5, dimana nilai 1 adalah pernyataan

METODE PENELITIAN Dalam melakukan penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah dalam wilayah pemerintahan Kota Lhokseumawe, dan yang menjadi objek penelitian adalah masyarakat di 68 desa di empat kecamatan yang ada pemko Lhokseumawe. Menurut Hadi (2001:182) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang paling sedikit 76

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kesadaran Merek dan Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian Pakaian Di wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe

sangat tidak sesuai dan nilai 5 adalah pernyataan sangat sesuai. Dalam melakukan pengukuran data penulis menggunakan skala likert. Menurut Sugiyono (2004:86) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut variabel penelitian. Dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, dimana jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari yang sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata antara lain : Tabel 1 Skala Pengukuran Data Pilihan Jawaban Skor Sangat setuju Setuju Netral Tidak setuju Sangat tidak setuju

Rahmaniar

Uji Validitas Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu alat tes melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997:55). Suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat tersebut mengukur apa yang sebenarnya hendak diukur. Uji validitas merupakan suatu pengujian terhadap ketepatan instrumen pengukuran yang akan digunakan dalam penelitian. Uji ini dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana ketepatan instrumen penelitian sehingga memberikan informasi yang akurat. Validitas dalam penelitian ini dicari dengan criteria internal yaitu mengkorelasikan skor masing-masing dengan skor totalnya. Cara yang digunakan untuk menghitung korelasi skor masingmasing item dengan skor totalnya adalah dengan program SPSS memakai teknik korelasi product moment, dimana setiap pertanyaan akan diuji apakah memiliki hubungan dan signifikan dengan pertanyaan lainnya. Jika pertanyaan memiliki hubungan dan signifikan maka pertanyaan dinyatakan valid. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 1997:4). Uji ini dimaksudkan untuk mengukur instrumen penelitian guna mengetahui konsistensi alat ukur. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan internal consistency yaitu mencobakan instrumen pengukuran sekali saja kemudian data yang didapat dianalisis dengan menggunakan uji statistik dalam hal ini yaitu menggunakan alpha cronbach, jika koefisien alpha cronbach > 0,60 maka konstruk variabel dikatakan reliabel (Ghozali, 2001:68). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

5 4 3 2 1

Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah : • Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang diduga secara bebas berpengaruh terhadap variabel dependen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kesadaran merek (X1) adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert. Persepsi kualitas (X2) adalah persepsi pelanggan atas atribut yang dianggap penting baginya. Persepsi pelanggan merupakan penilaian, yang tentunya tidak selalu sama antara pelanggan satu dengan lainnya. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert. • Variabel Dependen Variabel Dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (variabel independen). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian (Y). Keputusan pembelian adalah tindakan yang dilakukan konsumen untuk membeli Pakaian dengan indikator : pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli dan perilaku sesudah pembelian.

Uji Asumsi Klasik Dalam uji asumsi klasik ini model analisis yang digunakan akan menghasilkan estimator yang tidak bias apabila memenuhi beberapa asumsi klasik sebagai berikut: 1. Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebasnya mempunyai distribusi normal atau tidak. Salah satu cara untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak adalah dengan uji one sample kolmogrov-smirnov test (Nurgiyantoro dkk, 2004: 118). Hasil normalitas diketahui dari nilai signifikansi > 0,05 berarti menunjukkan model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. 2. Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya 77

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kesadaran Merek dan Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian Pakaian Di wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe

hubungan signifikan antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien regresi bertanda negatif berarti hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen adalah hubungan terbalik. Sedangkan uji F digunakan untuk menguji secara simultan apakah semua variabel independen yang digunakan dalam model regresi secara bersama-sama dapat mempengaruhi variabel dependen. Jika F hitung lebih besar daripada F tabel maka seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen, begitu pula sebaliknya.

korelasi atar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas terjadi karena adanya suatu hubungan linear yang sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa variabel atau semua variabel bebas. Dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah dalam model regresi ini terdapat multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Pedoman dari suatu persamaan regresi yang bebas dari gejala multikolinearitas adalah: • Jika masing-masing variabel independen mempunyai nilai VIF kurang dari atau sama dengan 10 • Jika masing-masing variabel independen mempunyai angka tolerance mendekati 1 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variable terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali 2001:69).

HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Karakteristik Responden Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang mengkonsumsi Pakaian ringan dan data dikumpulkan dengan mendistribusikan kuesioner kepada responden dengan hasil kuesioner dari responden bahwa untuk frekuensi jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki berjumlah 62 orang dan perempuan berjumlah 38 orang. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, SMP/Sederajat berjumlah 7 orang, SMA/Sederajat berjumlah 72 orang dan Sarjana berjumlah 21 orang. Karakteristik responden berdasarkan umur, < 20 tahun berjumlah 25 orang, 21-30 tahun berjumlah 50 orang dan 31-40 berjumlah 25 orang. Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan, belum kawin berjumlah 47 orang dan kawin berjumlah 53 orang. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan, pedagang berjumlah 27 orang, PNS berjumlah 18, pegawai swasta berjumlah 30 orang dan lain-lain berjumlah 25 orang. Karakteristik responden berdasarkan penghasilan per bulan, < Rp.500.000 berjumlah 25 orang, Rp.1.000.000-Rp.1.499.000 berjumlah 38 orang, Rp.1.500.000-1.999.000 berjumlah 29 orang, dan Rp.2.000.000-Rp.2.499.999 berjumlah 8 orang.

Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode analisis koefisien regresi berganda untuk menganalisis pengaruh kesadaran merek dan persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian dengan rumus sebagai berikut: Y

= a + b1 X1 + b 2 X 2 + e

Keterangan: Y a b1-2 X1 X2 e

Rahmaniar

Uji Validitas Uji validitas merupakan suatu pengujian terhadap ketepatan instrumen pengukuran yang akan digunakan dalam penelitian. Validitas dalam penelitian ini dicari dengan mengkorelasikan skor masing-masing dengan skor totalnya. Cara yang digunakan untuk menghitung korelasi skor masing-masing item dengan skor totalnya adalah dengan program SPSS memakai teknik korelasi product moment. Setiap pertanyaan akan diuji apakah memiliki hubungan dan signifikan dengan pertanyaan lainnya. Jika pertanyaan memiliki hubungan dan signifikan maka pertanyaan dinyatakan valid. Hasil perhitungan uji validitas terhadap pernyataan variabel kesadaran merek dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut:

= Keputusan Pembelian = Konstanta = Koefisien = Kesadaran Merek = Persepsi Kualitas = error term

Pengujian Hipotesis Dalam pengujian hipotesis tersebut maka uji hipotesis satu, dua, dan tiga mengenai ada tidaknya pengaruh signifikan dari masing-masing variabel independent terhadap variabel dependen digunakan uji t dengan tingkat signifikansinya 5 % dan df = n-k-1. Uji t ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel. Apabila nilai t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak, hal ini berarti ada 78

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kesadaran Merek dan Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian Pakaian Di wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe

0,000 (< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ketiga butir pertanyaan valid dan dapat dipercaya untuk mengambil data penelitian. Hasil perhitungan uji validitas terhadap pertanyaan variabel keputusan pembelian dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut :

Tabel 2 Uji Validitas Kesadaran Merek Kesadaran Merek Ketika membutuhkan untuk membeli Pakaian, saya akan segera mengingat Pakaian ringan

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Ketika ditanya mengenai merek Pakaian, merek yang saya ingat dengan cepat

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

Saya mengingat salah satu iklan Pakaian yang ditampilkan lewat media elektronik. Kesadaran Merek

.724(**) .000

Tabel 4 Uji Validitas Keputusan Pembelian

100

Keputusan Pembelian

.778(**) .000 100

Saya yakin memilih Pakaian sebagai pilihan pertama ketika memutuskan untuk membeli produk Pakaian.

.811(**) .000

N

Alternatif merek Pakaian lain kurang menjadi pertimbangan bagi saya ketika memutuskan untuk membeli Pakaian

100

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

1 100

Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2015) Berdasarkan Tabel diatas, hasil uji validitas untuk variabel kesadaran merek menunjukkan bahwa ketiga butir pertanyaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap variabel kesadaran merek. Hal ini terlihat dari nilai signifikan ketiga butir pernyataan sebesar 0,000 (< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa masingmasing pernyataan valid dan dapat dipercaya untuk mengambil data penelitian. Hasil perhitungan uji validitas item pernyataan variabel persepsi kualitas dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut:

Pakaian adalah paling sesuai dengan kebutuhan saya. Kualitas Pakaian lebih tinggi daripada Pakaian merek lain. Persepsi Kualitas

N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

.853(**) .000 100 .841(**) .000 100

Saya membeli Pakaian karena keinginan sendiri sesuai dengan kebutuhan saya

Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

Keputusan Pembelian

Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

N

.773(**) .000 100 1 100

Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2015) Berdasarkan table diatas, hasil uji validitas untuk variabel keputusan pembelian menunjukkan bahwa ketiga butir pertanyaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. Hal ini terlihat dari nilai signifikan ketiga butir pertanyaan sebesar 0,000 (< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ketiga butir pertanyaan valid dan dapat dipercaya untuk mengambil data penelitian.

Persepsi Kualitas Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

Pearson Correlation

N

Tabel 3 Uji Validitas Persepsi Kualitas Pakaian adalah merek yang paling popular dalam kategorinya.

Rahmaniar

.831(**) .000 100

Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika masingmasing pertanyaan dijawab responden secara konsisten atau stabil dari waktuke waktu. Suatu kuesioner dikatakan handal jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 (Ghozali, 2005). Adapun secara ringkas hasil uji reliabilitas ditunjukkan dalam Tabel berikut ini :

.686(**) .000 100 .732(**) .000 100 1

Tabel 5 Uji Reliabilitas Cronbach's Variabel N of Items Alpha Kesadaran Merek 0.647 3 Persepsi Kualitas 0.608 3 Keputusan Pembelian 0.761 3 Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2015)

100

Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2015) Berdasarkan Tabel diatas, hasil uji validitas untuk variabel persepsi kualitas menunjukkan bahwa ketiga butir pertanyaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap variabel persepsi kualitas. Hal ini terlihat dari nilai signifikan ketiga butir pertanyaan sebesar 79

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kesadaran Merek dan Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian Pakaian Di wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe

Berdasarkan Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dua variabel independen dan satu variabel dependen memiliki nilai Cronbach’s Alpha untuk kesadaran merek sebesar 0,647, persepsi kualitas sebesar 0,608, dan keputusan pembelian sebesar 0,761 (nilai Cronbach’s Alpha > 0,60). Dengan demikian pengukuran reliabilitas menunjukkan bahwa konstruk/variabel sudah reliabel.

Tolerance

(Constant) Kesadaran 0,887 1,127 Merek Persepsi 0,887 1,127 Kualitas Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2015) Dari Tabel di atas terlihat bahwa nilai VIF sebesar 1,127 dan nilai tolerance sebesar 0,887. Hasil di atas menunjukkan nilai VIF < 10 dan tolerance > 0,1 dan menandakan tidak ada terjadi hubungan antara kesadaran merek dengan persepsi kualitas pada penelitian ini atau dengan kata lain model dalam penelitian tidak terjadi multikolinearitas. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat grafik. Menurut Ghozali (2005) jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskesdastisitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar di bawah ini :

Unstandardized Residual 100 Std. Deviation

Most Extreme Differences

Absolute Positive Negative

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

VIF

1

Tabel 6 Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Mean

Tabel 7 Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics

Model

Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebasnya mempunyai distribusi normal atau tidak. Salah satu cara untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak adalah dengan uji one sample kolmogrov-smirnov test (Nurgiyantoro dkk, 2004: 118). Hasil normalitas diketahui dari nilai signifikansi > 0,05 berarti menunjukkan model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji normalitas menggunakan uji one sample kolmogrov-smirnov test dapat dilihat pada Tabel di bawah :

N Normal Parameters(a,b)

Rahmaniar

.0000000 .40485182 .118 .049

Gambar 2 Uji Heteroskedastisitas

-.118 1.181

Scatterplot

.123

Dependent Variable: Keputusan Pembelian 2

Regression Studentized Residual

Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2015) Berdasarkan Tabel di atas, hasil uji normalitas menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,123. Nilai signifikan > 0,05, maka disimpulkan data berdistribusi dengan normal dan bersifat linier.

1

0

-1

-2

-3

-4 -4

-3

-2

-1

0

1

2

Regression Standardized Predicted Value

Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Apabila terjadi korelasi maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas (Ghozali, 2005). Hasil perhitungan uji multikolineritas dapat dilihat pada Tabel di bawah :

Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2015) Berdasarkan Gambar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini berdasarkan gambar grafik dimana titik-titik yang ada dalam grafik tidak membentuk pola tertentu yang jelas dan titik-titik tersebut tersebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y.

80

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kesadaran Merek dan Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian Pakaian Di wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe

Berdasarkan Tabel di atas, koefisien korelasi (R) sebesar 0,616; yang bermakna kuatnya hubungan (korelasi) antara kesadaran merek dan persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian Pakaian di wilayah pemerintahan Kota Lhokseumawe. Sedangkan koefisien determinasi (adjusted R Square) sebesar 0,380; artinya kesadaran merek dan persepsi kualitas memiliki kemampuan dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian Pakaian di wilayah pemko Lhokseumawe sebesar 38,0%. Selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain di luar model penelitian ini. Pengujian hipotesis secara simultan dapat dilihat pada Tabel diatas, nilai Fhitung sebesar 29,674 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan nilai Ftabel dengan tingkat signifikan 5% dan df2=n-k (1003= 97) serta df1=k-1 (3-1=2) diperoleh sebesar 3,09. Hasil uji-F menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel (29,674 > 3,09). Sehingga hasil menunjukkan bahwa kesadaran merek dan persepsi kualitas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen Pakaian di wilayah pemko Lhokseumawe. Pengujian secara parsial diperoleh thitung untuk variabel kesadaran merek sebesar 2,507 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,014. Sedangkan nilai ttabel pada tingkat kepercayaan 95% (α=5%) dan df=nk (100-3=97) diperoleh nilai ttabel sebesar 1,66. Hasil menunjukkan thitung > ttabel yaitu 2,507 > 1,984, sehingga kesadaran merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Pakaian di wilayah pemko Lhokseumawe. Sedangkan hasil uji-t variabel persepsi kualitas diperoleh thitung sebesar 6,021 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan nilai ttabel pada tingkat kepercayaan 95% (α=5%) dan df=nk (100-3=97) diperoleh nilai ttabel sebesar 1,66. Dengan demikian thitung > ttabel yaitu 6,021 > 1,984, dalam artian persepsi kualitas berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Pakaian di wilayah pemerintahan kota Lhokseumawe.

Hasil Regresi Linier Berganda Pengaruh Kesadaran Merek dan Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian, Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas (gaya hidup dan demografi) dan satu variabel terikat yaitu keputusan pembelian. Untuk mengetahui hasil penelitian ini digunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel di bawah ini : Tabel 8 Hasil Regresi Linier Berganda Model

1

(Constant) Kesadaran Merek Persepsi Kualitas df= 100-3=97 R = 61,6% Adj RSquare= 38,0% ttabel (0,05/2) = 1,984 Fhitung = 29,674 Ftabel = 3,09

Unstandardized Coefficients Std. B Error 0.468 0.520

T

Sig.

0.900

0.370

0.268

0.107

2.507

0.014

0.668

0.111

6.021

0.000

Rahmaniar

Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2015) Berdasarkan pada Tabel di atas, maka diperoleh persamaan regresi linier berganda adalah :

Y = 0,468 + 0,268 X 1 + 0,668 X 2 Dari persamaan dapat dilihat nilai konstanta (a) sebesar 0,468 artinya jika variabel kesadaran merek dan persepsi kualitas dianggap konstan, maka nilai rata-rata keputusan pembelian konsumen Pakaian di wilayah pemko Lhokseumawe sebesar 0,468. Koefisien variabel kesadaran merek (b1) sebesar 0,268, berarti jika nilai kesadaran merek meningkat sebesar 1 satuan, maka keputusan pembelian konsumen Pakaian di wilayah pemerintahan Kota Lhokseumawe akan meningkat sebesar 0,268 (dengan asumsi variabel persepsi kualitas dianggap konstan). Peningkatan kesadaran merek ini terjadi ketika konsumen langsung mengingat Pakaian isotonik Pocari Sweat ketika ingin mengkonsumsi Pakaian yang diinginkan, konsumen sangat ingat dengan cepat merek Pakaian dan mengingat iklan Pakaian yang ditampilkan pada media elektronik. Untuk koefisien variabel persepsi kualitas (b2) sebesar 0,668, berarti jika nilai persepsi kualitas meningkat sebesar 1 satuan, maka keputusan pembelian Pakaian di Kota Lhokseumawe akan meningkat sebesar 0,668 (dengan asumsi kesadaran merek dianggap konstan). Peningkatan persepsi kualitas terjadi ketika konsumen mepersepsikan bahwa Pakaian ringan sangat populer, sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan konsumen, dan kualitasnya lebih tinggi dibandingkan merek Pakaian lainnya.

PENUTUP Kesimpulan 1. Hasil pengujian secara parsial diperoleh thitung untuk variabel kesadaran merek sebesar 2,507 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,014 dan thitung variabel persepsi kualitas sebesar 6,021 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan nilai ttabel pada tingkat kepercayaan 95% (α=5%) dan df=n-k (100-3=97) diperoleh nilai ttabel sebesar 1,66. Hasil menunjukkan thitung > ttabel, sehingga secara parsial kesadaran merek dan persepsi kualitas berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Pakaian di wilayah pemko Lhokseumawe. 2. Hasil pengujian hipotesis secara simultan diperoleh nilai Fhitung sebesar 29,674 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan nilai Ftabel dengan tingkat signifikan 5% dan df2=n-k 81

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kesadaran Merek dan Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian Pakaian Di wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe

Rahmaniar

pesan yang disampaikan itu harus lebih berbeda dibandingkan merek pesaingnya dan menempatkan merek Pakaian sebagai top of mind bagi para konsumen. 2. Perusahaan juga harus meningkatkan persepsi kualitas produk Pakaian yang positif dipikiran konsumen pada setiap segmen pasar yang dituju, karena persepsi pelanggan merupakan penilaian, yang tentunya tidak selalu sama antara pelanggan yang satu dengan yang lainnya. Usaha yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan persepsi kualitas produk Pakaian yang positif tersebut adalah dapat dengan cara melakukan inovasi produk. Misalnya menciptakan Pakaian dengan berbagai macam rasa, seperti Pakaian rasa anggur, rasa melon dan lain-lain.

(100-3= 97) serta df1=k-1 (3-1=2) diperoleh sebesar 3,09. Hasil uji-F menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel (29,674 > 3,09). Sehingga hasil menunjukkan bahwa kesadaran merek dan persepsi kualitas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Pakaian di wilayah pemko Lhokseumawe. Saran 1. Perusahaan perlu meningkatkan kesadaran merek yang menjadi salah satu faktor penting yang berpengaruh secara langsung terhadap keputusan pembelian. Usaha yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kesadaran merek adalah dengan cara menyampaikan pesan yang lebih mudah diingat oleh para konsumen dan

82

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kesadaran Merek dan Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian Pakaian Di wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe

Rahmaniar

REFERENSI Azwar.(1997). Reliabilitas dan Validitas, Liberty, Yogyakarta Durianto, Darmadi, Sugiarto, Sitinjak, Tony. (2004). Strategi Menaklukkan Pasar melalui Riset Ekuisitas dan Perilaku Merek. Gramedia. Jakarta. Djarwanto, (1999), Statistik Nonparametrik, BPFE Yogyakarta. Fuadi (2001), Dasar-dasar Pemasaran, Cetakan Pertama, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, Badan Penerbitan UNDIP, Semarang Hadi, Sutrisno (2001), Metodologi Reset II, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kotler, Philip (2000), Marketing Jilid I (Terjemahan Herujat; Purwoko), Erlangga, Jakarta Kotler, Philip dan Amstrong, Gary (1997), Manajemen Pemasaran (Principle of Marketing 7 C), Edisi Bahasa Indonesia, Jilid 1, Penerbit Prenhallindo. Kotler, Philip. (1992). Manajemen Pemasaran; Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Edisi kedelapan, salemba empat, Jakarta. Nazir, Muhammad. (1998). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Nurgiyantoro, Burhan; Gunawan; dan Marzuki. (2004). Statistik Terapan. UGM Press. Yogyakarta. Riduwan, Akdon. (2008). Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika. Alfabeta. Bandung. Saladin, Djaslim (2004), Manajemen Pemasaran Modern, Penerbit Liberty Offset, Yogyakarta. Shadilin dan Echols (1997), http://Ziakhatidah.blogspot.com/2010/04/Pengertiankonsumen.html, Diakses pada Tanggal 16 Juli, 2010. Sugiyono (2005), Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Kedelapan, Penerbit Alfabeta, Bandung. Swastha, Basu, D.H., (2004), Azas-azas Marketing, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Swastha, Basu (1992), Manajemen Pemasaran, Analisis Perilaku Konsumen, Liberty, Yogyakarta. Umar, Hussein (1997), Metodelogi Penelitian Aplikasi Pemasaran, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

83

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Pengaruh Kesadaran Merek dan Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian Pakaian Di wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe

84

Rahmaniar

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Jurnal Visi Vol.4 No.2 September 2015.pdf

There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Jurnal Visi Vol.4 ...

1MB Sizes 12 Downloads 246 Views

Recommend Documents

Jurnal Visi Vol.3 No.2 September 2014.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Jurnal Visi Vol.3 ...

JURNAL PILAR SEPTEMBER 2015.pdf
TEKNIK PENYELEKSIAN KEPUTUSAN MENGGUNAKAN ANALYTIC HIERARCHICAL ... DENGAN METODE TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL.

VISI MISI.pdf
Meningkatkan pelayanan administrasi yang prima;. 13. Menigkatkan kualitas SDM aparatur;. 14. Terinventarisirnya kebutuhan sarana dan prasarana. 15.

Newsimsi2015-No2.pdf
Grand Palace. * Marking І. Schedule. Today. IMSO 2015 participants are warmly welcomed. Page 2 of 2. Newsimsi2015-No2.pdf. Newsimsi2015-No2.pdf. Open.

VISI DAN MISI.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Main menu.

INFINITUM VOL4 NUM1 VIRTUAL.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. INFINITUM VOL4 NUM1 VIRTUAL.pdf. INFINITUM VOL4 NUM1 VIRTUAL.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Details

jurnal rosmiarti.pdf
No preview available. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. jurnal rosmiarti.pdf. jurnal rosmiarti.pdf.Missing:

Jurnal Konflik.pdf
En este estudio se propone un cuestionario breve en lengua española para medir conflicto. trabajo – familia, que tiene en cuenta las dos direcciones ...

Jurnal Yuliani.pdf
Email : [email protected]. Berkala Teknik diterbitkan 2 (dua) kali setahun pada bulan Maret dan September. Redaksi menerima artikel dalam bidang ...

jurnal filsafat.pdf
(1820-1903 M), dan Roger Bacon (1214-1294 M). 4. RASIONALISME. Rasionalisme adalah faham atau aliran yang berdasar rasio, ide-ide yang masuk. akal.

jurnal konduktometri.pdf
which coupled with PVC pipe as a host. For conductancy measurements, such electrode has been. connected with current source and electrical multimeter.

Jurnal database.pdf
Management System (DBMS), perangkat. keras komputer, media ... System definition. Cakupan dari sistem ... internal, membuat file basis data. kosong dan ...

jurnal bisma.pdf
Keywords: liquidity risk, risk management, stress testing, contingencyfunding pran -. I. PINDAHULUAN. Sebagai lembaga intermediasi keuangan,. f:?i*1n menghadapi berbagai ,t.ito u*f,u yoog. oapat. ,menyebabkan potensi kerugian apabila. nsrKo tersebut

Jurnal Psikologi.pdf
Biodata Penulis 159. Page 1 of 1. Jurnal Psikologi.pdf. Jurnal Psikologi.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Displaying Jurnal Psikologi.pdf.

JURNAL INTERNASIONAL.pdf
12 students, teachers, and educational administrators, still need deeper understanding of. the new technology's application in K-12 education. In addition, this ...

jurnal softskill.pdf
Penulis menganalsis ketiga situs internet tersebut dengan alat penganalisa situs. internet, yaitu Similarweb dan Alexa. Penulis menggunakan dua alat analisa ...

Jurnal Akhwat.pdf
Page 3 of 106. 2 Akhwat. Versi E-Book Gratis. Daftar Isi Daftar Isi. Ibroh. 'Amrah bintu 'Abdirrahman. Hafshah bintu Sirin. Amanah menjaga 'Iffah. Konsultasi.

JURNAL NASIONAL.pdf
UNTUK MENGOPTIMALKAN INTERNALISASI PENDIDIKAN. AGAMA HINDU KELAS VIII SMP NEGERI 1 SINGARAJA. TAHUN AJARAN 2010/2011. Abstrak.

JURNAL INTERNASIONAL.pdf
... (through the internet-mail,. CD-ROMs, databases, videoconferencing); using process skills; aiding explanation of concepts; and. communicating ideas {power ...

Template Jurnal Handayani.pdf
Template Jurnal Handayani.pdf. Template Jurnal Handayani.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Displaying Template Jurnal Handayani.pdf.

Format Jurnal Teknologi.pdf
Whoops! There was a problem loading more pages. Whoops! There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps.

Visi-residen-2015-12Okt.pdf
Page 2 of 39. Pengantar. • Jaminan Kesehatan Nasional talah berada di. tahun ke 2. • Ada kemungkinan akan gagal mencapai tujuan. karena masalah supply ...

September
Sep 1, 2017 - September. 2017. Badminton Open Gym. Sunday. Monday. Tuesday. Wednesday. Thursday. Friday. Saturday. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Lindbergh.

Jurnal Alfi Rahman.pdf
Whoops! There was a problem loading more pages. Whoops! There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps.