KONSEP DHALÂL DALAM AL-QUR’AN (Suatu Kajian Tafsir Tematik)

Tesis Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam IImu Agama Islam

Oleh: Ratno Ghani. S.Ag. NIM.99.2.00.1.05.01.0121

Pembimbing: Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dr. A. Wahib Mu’thi, MA.

PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS PROGRAM PASCASARJANA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2005

PENGESAHAN Tesis dengan judul: “KONSEP DHALÂL DALAM AL-QUR’AN (Suatu Kajian Tafsir Tematik)“ yang disusun oleh Ratno Ghani, S.Ag. NIM. 99.2.00.1.05.01.0121, telah diujikan pada tanggal 25 Juli 2005 dan telah dilakukan perbaikan sebagaimana saran dan masukan yang disampaikan oleh tim penguji.

Jakarta, 9 November 2005

Tim Penguji Penguji I

Penguji II

Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.

Dr. A. Wahib Mu’thi, MA.

Penguji III

Penguji IV

Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, MA.

Prof. Dr. Abdul Aziz Dahlan

PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS PROGRAM PASCASARJANA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2005

ii

PERSEMBAHAN

Karya Tesis ini dipersembahkan

Kepada:

Kedua Orang Tercinta KH. M. Miswandi Hj. Siti Muthmainnah

Istri Tersayang Siti Nurhamidah

iii

KATA PENGANTAR Syukur al-hamdulillah, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis berhasil menyelesaikan studi S-2 sampai pada penulisan Tesis untuk memperoleh gelar Magister dalam IImu Agama Islam pada Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sangat menyadari bahwa selama penulisan karya ini, tak terhitung bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak, baik perorangan maupun lembaga. Oleh karena itu, menjadi kewajiban penulis untuk menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka semua tanpa terkecuali. Ucapan terima kasih ini pertama-tama penulis sampaikan kepada Bapak Direktur, segenap Asisten Direktur dan Dosen Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliaulah yang paling banyak memberikan dorongan, motivasi, arahan dan tentunya bekal ilmu kepada penulis selama penulis mengikuti program studi S-2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. dan Dr. A. Wahib Mu’ti, MA. adalah dua orang dosen penulis yang sekaligus bertindak sebagai pembimbing dalam menyusun tesis ini. Bimbingan dan arahan-arahan yang tulus dari kedua beliau tersebut sangat menolong penulis menyelesaikan karya ini. Kepada keduanya, penulis menghaturkan banyak terima kasih. Kepada kedua orang tua penulis, yang telah melahirkan, memelihara dan .mendidik penulis dengan penuh kasih sayang, kepada keduanya penulis persembahkan karya kecil ini sebagai salah satu wujud baktinya kepada beliau berdua. Tak lupa penulis senantiasa memanjatkan do'a semoga Tuhan merahmati, mengasihi, dan mengampuni dosa-dosa keduanya, dan menentramkan kehidupan keduanya di dunia dan diakhirat. Kepada semua pihak yang namanya tidak sempat disebut satu-demi satu, yang turut memberi andil bagi terselesaikannya penulisan karya ini, penulispun tidak lupa mengucapkan terimakasih. Penulis sangat menyadari bahwa karya ini hanyalah langkah awal dari upaya tanpa akhir untuk mengembangkan diri dan memberi dedikasi dalam

iv

keilmuan, khususnya ilmu keagamaan. Meskipun begitu penulis tetap berharap kiranya karya sederhana ini ada manfaatnya bagi nusa dan bangsa; bagi agama; dan bagi kemanusiaan pada umumnya. Akhirnya kepada Allah jualah, penulis mempersembahkan puja-puji dan syukur tak terhingga karena atas rahmat dan taufiq-Nyalah, penulisan karya ini dapat terselesaikan dengan baik.

v

ABSTRAK TESIS KONSEP DHALÂL DALAM AL-QUR’AN (Suatu Kajian Tafsir Tematik) Oleh: Ratno Ghani, S.Ag. Kajian tafsir al-Qur’an telah banyak dilakukan oleh para penafsir terdahulu, namun bukan berarti kajian terhadap al-Qur’an sudah tidak diperlukan lagi, akan tetapi justru perlu diperbanyak lagi kajian yang lebih mendalam dan komprehensif terhadap tema-tema tertentu yang terdapat dalam al-Qur’an, sehingga pada akhirnya al-Qur’an dapat lebih mudah dipahami secara utuh dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu topik yang banyak diungkap di dalam al-Qur’an, dan menurut hemat penulis sangat penting adalah tentang dhalâl ( ‫) ﻀﻼ ل‬. Seorang mukmin yang aktif dan rutin menjalankan shalat fardhu yang lima waktu, setidaknya berdo’a memohon kepada Allah SWT. agar ditunjukkan kepada jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah Allah anugerahi nikmat; bukan (jalan) orangorang yang dimurkai Allah dan bukan (pula) jalan orang-orang yang sesat sebanyak tujuh belas kali dalam sehari semalam Dari segi bahasa (etimologi) lafazh ( ‫ ) ﻀﻼ ل‬merupakan lawan lafazh al-hudâ ( ‫ ) ﺍﻟﻬﺩ ﻯ‬atau al-rasyâd ( ‫) ﺍﻟﺭ ﺸﺩ‬, dikatakan: ‫ﺍﻀﻠﻠﺕ ﻓﻼﻨﺎ ﺍﺫﺍﻭﺠﻬﺘﻪ ﻟﻠﻀﻼل‬ ‫ ﻋﻥ ﺍﻟﻁﺭ ﻴﻕ‬: aku telah menyesatkan Fulan, yaitu apabila aku telah mengarahkannya sesat dari jalan yang sebenarnya; Abu Manshur berkata: pada dasarnya pada percakapan orang Arab pemaknaan lafazh dhalâl dalam bentuk lain juga berkembang seperti: ‫ ﺃﻀﻠﻠﺕ ﺍﻟﺸﻲ ﺍﺫﺍ ﻏﻴﺒﺘﻪ‬dan ‫ ﺩﻓﺘﻪ‬, ‫ ﺃﻀﻠﻠﺕ ﺍﻟﻤﻴﺕ‬: aku telah menyesatkan sesuatu, yaitu apabila aku telah menghilangkannya, dan aku telah menyesatkan mayat, yaitu apabila telah menguburkannya. Sedang menurnt istilah (terminology) dhalâl berarti keluar/ menyimpang dari jalan yang lurus, baik penyimpangan itu disengaja ataupun tidak, sedikit ataupun banyak. Dengan demikian dhalâl atau kesesatan itu berlaku untuk semua jenis kesalahan. Dalam al-Qur’an banyak disebutkan bahwa syaithan dengan segala daya dan upayanya selalu berupaya agar dapat menyesatkan anak manusia; diantaranya adalah firman Allah yang artinya sebagai berikut: “Dan aku (syaithan) benarbenar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allah), lalu mereka benar-benar merubahnya. Barang siapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata“ (QS. al-Nisâ’, 4:19). Selain syaithan, hawa nafsu juga menjadi sumber kesesatan dan selalu mengajak untuk berbuat suk atau jahat. Allah berfmnan: “.. .maka janganlah kamu mengikuti keinginan hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran“... (QS. Al-Nisâ’,4:135). dan masih banyak lagi ayat lain yang menjelaskan tentang hal ini.

vi

Disamping terjadi pada manusia biasa kesesatan atau kebingungan juga biasa terjadi kepada orang yang alim, ahli ibadah dan bahkan terjadi pada seorang yang mengaku dirinya sebagai rasul. Untuk itulah dhalâl sangat menarik untuk diteliti. Dari latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan pokok-pokok masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Apa dan bagaimana konsep dhalâl yang dapat dipahami dari ayat-ayat alQur’an? . 2. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan manusia bisa menjadi sesat? 3. Bagaimana cara keluar dari kesesatan? Ruang lingkup penelitian ini adalah tafsir tematik yang akan mengkaji suatu kata kunci tertentu dari al-Qur’an untuk ditemukan konsep makna dari alQur’an mengenai kata kunci tersebut Dengan demikian yang dimaksud konsep dalam penelitan ini adalah mencari topik-topik pembicaraan dari suatu ayat yang mengandung lafazh dhalâl dan menemukan hubungan-hubungannya dalam kesemua ayat al-Qur’an yang memuat lafazh dhalâl sehingga dapat dilihat pengertian, konteks dan penggunaan al-Qur’an terhadap lafazh dhalâl Penelitian ini diharapkan akan sangat berguna sebagai sumbangan kepada masyarakat dengan menghadirkan sebuah pemahaman yang komprehensif dan pandangan al-Qur’an yang lebih utuh mengenai konsep dhalâl , suatu istilah yang benar-benar menjadi peringatan bagi seorang muslim yang diidentikkan dalam Islam sebagai penempuh jalan lurus. Sepanjang kajian penulis, belum ditemukan penelitian ilmiah yang khusus membahas atau meneliti masalah dhalâl . Kebanyakan hasil penelitian yang penulis temui, menempatkan dhalâl hanya dalam sub bab yang sempit dari suatu tema tertentu. Misalnya dari hasil disertasi Harifuddin Cawidu yang telah diterbitkan oleh Penerbit Bulan Bintang dengan judul Konsep Kufr dalam alQur ’an, di sana dhalâl dibahas dalam sub-bab term-term yang secara tidak langsung menunjuk kekafiran Sumber data penelitian ini yang pertama adalah mushaf al-Qur’an. Dalam hal ini, mushaf yang digunakan adalah al-Qur’an dan terjemahannya yang diterbitkan oleh khâdim al-Haramain al-Syarîfain Fahd bin’ Abd al-Azîz alSu’ûdiyah Mâlik al-Mamlakah al-’Arabiyah al-Su’ûdiyah. Guna mempermudah pelacakan ayat-ayat al-Qur’an digunakan al-Mu’jam al-Mufahras li alfazh alQur ’an al-Karîm karya Muhammad Fuâd al-Bâqi. Sumber data berikutnya adalah bahan analisis data meliputi kitab-kitab tafsir Metode tafsir yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsir maudhû ’i (tafsir tematik) dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menetapkan masalah yang akan dibahas 2. Menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang tersebar di berbagai surat yang berkaitan dengan obyek kajian. 3. Menyusunnya dengan sistematis menurut kerangka pembahasan yang telah disusun. 4. Memberikan uraian dan penjelasan dengan ilmu bantu yang relevan dengan masalah yang dibahas, dengan sebab turunnya dan munasabatnya (baca: tafsir

vii

al-Qur’an dengan al-Qur’an) 5. Melengkapi uraian tersebut dengan mengemukakan hadits-hadits Rasulullah SAW. (baca: tafsir al-Qur’an dengan hadits) dan merujuk pada ungkapanungkapan bahasa arab dalarn menjelaskan ayat-ayat tersebut. 6. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian sarna atau mengkonsultasikan antara ’âm (umum) dan khâsh (khusus), muthlaq dan muqayyad (terikat) dan yang tampak bertentangan. Setelah dilakukan pembahasan dan analisis ditemukan bahwa dhalâl dalam al-Qur’an digunakan baik dalam pengertian makna bahasanya yaitu bingung, hilang, lenyap dan sia-sia maupun dalam makna metaforisnya yaitu tersesat pada jalan kehidupan yang tidak sesuai dengan petunjuk Allah (hidâyah). Ketersesatan tersebut meliputi: pertama, orang-orang yang betul-betul menolak hidâyah dan memilih jalannya sendiri yaitu orang-orang kafir, sebagaimana dalam surat al-Baqarah ayat 90 berikut ini:

‫ ﻤِﻥ‬‫لَ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻨﹶﺯ‬‫ ﻴ‬‫ﺎ ﺃَﻥ‬‫ﻐﹾﻴ‬‫ ﺒ‬‫لَ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺎ ﺃَﻨﹾﺯ‬‫ﻭﺍ ﺒِﻤ‬‫ﻜﹾﻔﹸﺭ‬‫ ﻴ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﺍ ﺒِﻪِ ﺃَﻨﹾﻔﹸﺴ‬‫ﻭ‬‫ﺎ ﺍﺸﹾﺘﹶﺭ‬‫ﻤ‬‫ﺒِﺌْﺴ‬ ‫ﻟِﻠﹾﻜﹶﺎﻓِﺭِﻴﻥ‬‫ﺏٍ ﻭ‬‫ﻠﹶﻰ ﻏﹶﻀ‬‫ﺏٍ ﻋ‬‫ﻭﺍ ﺒِﻐﹶﻀ‬‫ﺎﺀ‬‫ﺎﺩِﻩِ ﻓﹶﺒ‬‫ ﻋِﺒ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺸﹶﺎﺀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻠﹶﻰ ﻤ‬‫ﻠِﻪِ ﻋ‬‫ﻓﹶﻀ‬ ‫ﻬِﻴﻥ‬‫ ﻤ‬‫ﺫﹶﺍﺏ‬‫ﻋ‬ Alangkah buruknya (perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendakiNya di antara harnba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan.(al-Baqarah,2 : 90). Kedua adalah orang-orang musyrik

‫ﺍ‬‫ﻌِﻴﺩ‬‫ﻠﹶﺎﻟﹰﺎ ﺒ‬‫لﱠ ﻀ‬‫ ﻀ‬‫ ﺒِﺎﻟﻠﱠﻪِ ﻓﹶﻘﹶﺩ‬‫ﺸﹾﺭِﻙ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ُ ﻭ‬ Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (al-Nisâ’, 4: 116) Konsep orang-orang musyrik lebih menunjuk kepada orang-orang Arab di zaman Rasulullah SAW. Ciri-ciri mereka berpaham politeisme, paganisme dan tidak memiliki kitab suci atau pun pseudo kitab suci. Jadi mereka yang memiliki kitab suci atau pseudo kitab suci, meskipun tampak berpaham wathaniyyât tidak dapat dianalogikan dengan al-Musyrikûn. Ketiga adalah orang-orang beriman yang tidak sepenuh hati dalam mengikuti hidayah sebagaimana dijalani orang-orang munafiq.

viii

ِ‫ﺒِﻴل‬‫ ﺍﻟﺴ‬‫ﺍﺀ‬‫ﻭ‬‫لﱠ ﺴ‬‫ ﻀ‬‫ ﻓﹶﻘﹶﺩ‬‫ ﻤِﻨﹾﻜﹸﻡ‬‫ﻠﹾﻪ‬‫ﻔﹾﻌ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻠﹶﻨﹾﺘﹸﻡ‬‫ﺎ ﺃَﻋ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﺘﹸﻡ‬‫ﺎ ﺃَﺨﹾﻔﹶﻴ‬‫ ﺒِﻤ‬‫ﻠﹶﻡ‬‫ﺃَﻨﹶﺎ ﺃَﻋ‬‫ﻭ‬. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu (orang-orang beriman) yang melakukannya (membantu orang-orang kafir), maka sesungguhnya dia telah terse sat dari jalan yang lurus. (al-Mumtahanah: 1) Dan keempat dhalâl juga meliputi orang-orang yang masih kebingungan karena belum mendapat hidayah sebagaimana dialami para calon anbiyâ

‫ﻯ‬‫ﺩ‬‫ﺎ ﻓﹶﻬ‬‫ﺎﻟ‬‫ ﻀ‬‫ﻙ‬‫ﺩ‬‫ﺠ‬‫ﻭ‬‫ﻭ‬ Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. (al-Dhuha: 7) Diantara hubungan dhalâl dengan makna bahasanya yaitu sia-sia yaitu bahwa jalan sesat tersebut tidak akan mengantarkan seseorang sampai ketujuan sehingga apa yang dilakukan oleh orang-orang yang menempuh jalan sesat akan sia-sia dan mereka akan terombang-ambing dalam kebingungan. Faktor-faktor yang menyebabkan dhalâl adalah hawa nafsu yang tidak terkontrol dan mendominasi pola fikir dan pola hidup manusia. Seseorang yang dikuasai hawa nafsu menjalani pola kehidupan yang materialis dan individualis sehingga hidupnya dipenuhi dengan persaingan mendapatkan prestise dan kebanggaan duniawi yang berwujud harta dan anak semata. Hidup bermegahmegahan dan menumpuk harta ini dapat mengenai siapa saja, kalau hal tersebut mengenai orang yang beriman maka ia akan tersibukkan dalam kehidupan duniawi dan melalaikan kehidupan ukhrawi sehingga imannya akan mengeropos menjadi orang beriman yang setengah hati atau munafiq bahkan akan dapat melalaikan imannya dan murtad. Kalau pola hidup yang didominasi oleh hawa nafsu di atas mengenai orang-orang kafir dan musyrik maka ia akan menjadi semakin sombong, membanggakan diri dan keturunannya dihadapan Rasulullah bahkan Allah dan suka membantah hidayah atau kebenaran tanpa argumen yang ilmiah. Dhalâl juga disebabkan oleh faktor lingkungan. Seseorang yang tidak mengikuti trend budaya dan pola hidup yang umum dan sedang berlaku dimasyarakat cenderung dijauhi oleh anggota masyarakat lain. Fenomena tersebut sangat terasa bagi komunitas kesukuan Arab di mana hubungan ketergantungan antar anggota masyarakat dalam menjaga keberlangsungan kehidupan sangat tinggi. Selain faktor budaya, dhalâl juga disebabkan oleh pengaruh propaganda misionaris dari agama-agama lain seperti Nasrani dan Yahudi yang disebut ahl alkitâb. Diantara mereka ada yang keras perlawanannya terhadap Islam dan secara terprogram menyesatkan seseorang. Jalan keluar dari dhalâl adalah mengendalikan hawa nafsu dan mengbangkitkan jiwa ketenangan (al-nafs al-Muthmainnah). Dengan jiwa yang

ix

tenang seseorang akan dapat mengontrol perilaku hidupnya, selalu mengevaluasi dan membenahi diri sehingga akan selalu mencari pola hidup yang lebih baik. Mereka akan selalu bertaubat dari segala kebingungan dan kesesatan dan kembali ke jalan Allah dengan penuh keyakinan. Hidup dengan berpedoman hidayah Allah dan menjalaninya dengan penuh keyakinan dibuktikan dengan mewujudkan pola hidup yang seimbang dunia akhirat, tidak bermegah-megahan, memperhatikan kaum dhuafa dan senantiasa berbuat kebaikan terhadap lingkungan.

x

PEDOMAN TRANSLITERASI A. Konsonan Arab ‫ﺀ‬ ‫ب‬ ‫ت‬ ‫ث‬ ‫ج‬ ‫ح‬ ‫خ‬ ‫د‬ ‫ذ‬ ‫ر‬ ‫ز‬ ‫س‬ ‫ش‬ ‫ص‬ ‫ض‬

Latin ̀ B T ts j h kh d dz r z s sy sh dh

Arab ‫ط‬ ‫ظ‬ ‫ع‬ ‫غ‬ ‫ف‬ ‫ق‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫ة‬

Latin Th Zh ‘ Gh F Q K L M N W H Y ah;at

B. Vokal Pendek 1. a=ََ_ 2. u=ِِ_ 3. u=ُ_

D. Vokal Panjang 1. â=َ‫ا‬ 2. û=ُ‫و‬ 3. Î=‫ى‬

C. Diftong 1. aw=َ‫و‬ 2. ay=َ‫ى‬

E. Pembauran (‫)ال‬ 1. al-Syams = ‫اﻟﺸﻤﺲ‬ 2. al-Kitab = ‫اﻟﻜﺘﺎب‬

F. Tasydid ( ّ ) Rabbana = ‫رﺑﻨﺎ‬ G. Kata Arab yang di Indonesiakan Kata, nama, istilah, yang telah populer di dalam bahasa Indonesia ditulis sesuai ejaan Indonesia, seperti, Allah, hadits Muhammad, sahabat, ulama, setan, makna dan lain sebagainya.

xi

H. Singkatan 1. swt. 2. saw. 3. r.a. 4. H. 5. M. 6. w.

= Subhânah wa-Ta’âla = Shallâ Allâh ‘layh wa Sallam = Radhy Allâh ‘Anhu/ ‘Anha = Hijriyah = Masehi = wafat

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................

ii

HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................

iii

KATA PENGANTAR ..............................................................................

iv

ABSTRAK TESIS ....................................................................................

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ...............................................................

xi

DAFTAR ISI ............................................................................................

xiii

BAB I.

BAB II.

PENDAHULUAN ..........................................................

1

A. Latar Balakang ..........................................................

1

B. Perumusan Masalah ..................................................

5

C. Pembatasan Masalah .................................................

5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...............................

6

E. Kajian Pustaka ..........................................................

7

F. Metodologi Penelitian ...............................................

9

G. Sistematika Pembahasan ...........................................

12

MAKNA DAN PENGUNGKAPAN DHALÂL DALAM AL-QURAN ...................................................................

14

A. Makna Dhalâl ...........................................................

14

B. Makna dan Pengertian Dhalâl dalam al-Qur’ an .......

17

B.1. Kufr ...................................................................

17

B.2. Syirk ..................................................................

27

B.3. Nifâq ..................................................................

31

B.4. Kebingungan Para Calon Nabi ...........................

33

B.5. Hilang dan Lenyap .............................................

35

B.6. Sia-sia ................................................................

37

B.7. Lupa ..................................................................

38

B.8. Hancur ...............................................................

39

xiii

C. Lafazh-Lafazh yang Semakna (Sinonim) dengan Dhalâl 40

BAB III

BAB IV

C.1. Ghay ................................................................

40

C.2. Zaygh ...............................................................

42

C.3. ‘Amiha .............................................................

43

C.4. Ghaflah ............................................................

44

C.5. Thaghâ .............................................................

46

SEBAB-SEBAB TERJADINYA KESESATAN .............

49

A. Analisa Konsep Kesesatan dalam al-Qur’an ..............

49

B. Sebab-sebab Kesesatan .............................................

56

B.1. Hawa Nafsu ......................................................

56

B.2. Pengaruh Eksternal dari Lingkungan Sosial ......

72

AKIBAT-AKIBAT PERILAKU DHALÂL DAN JALAN KELUAR DARI DHALÂL ..............................................

78

A. Akibat-akibat Perilaku Dhalâl ...................................

78

B.1. Akibat Dhalâl dalam Perilaku Keagamaan .......

83

B.2. Akibat Dhalâl dalam Praktek Penegakan Moral dan Hukum .......................................................

91

B.3. Akibat Dhalâl dalam Perlakuan terhadap Perempuan .......................................................

93

B. Jalan Keluar dari Dhalâl ..........................................

94

B.1. Pengendalian Diri atau Mengekang Hawa Nafsu

94

B.2. Bertaubat dan Mengikuti Petunjuk Allah dengan Penuh Keyakinan ............................................. BAB V

98

PENUTUP ...................................................................... 102 A. Kesimpulan ............................................................... 102 B. Saran-Saran .............................................................. 104

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 106 DAFTAR

HIMPUNAN

AYAT-AYAT

AL-QUR’AN

YANG

MENGANDUNG LAFAZH DHALÂL ..................................................... 109

xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur`an al-karim bagi umat Islam adalah kitab suci yang diyakini mutlak kebenarannya. Oleh sebab itu, ia dijadikan sebagai haluan dan pedoman dalam kehidupannya. Kitab suci ini menempati posisi sentral, sebagai inspirator dan pemandu semua aktifitas mereka semenjak berabad-abad lamanya. Al-Qur`an memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan aqidah, syari`ah dan akhlak, dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsipil mengenai persoalan-persoalan tersebut; dan Allah menugaskan Rasul SAW., untuk memberikan keterangan lengkap mengenai dasar-dasar itu. 1 Allah berfirman: Kami menurunkan kepadamu al-Dzikr (al-Qur`an) untuk kamu terangkan kepada manusia apa-apa yang diturunkan kepada mereka agar mereka berfikir (QS. 16:44) Al-Qur`an sendiri menyatakan dirinya sebagai ‫اﻟﻜﺘﺎب‬

(al-Kitâb) yang

berarti buku (QS. 2:2), ‫( ھﺪى‬hudâ) yang berarti petunjuk (QS. 27:2), ‫( اﻟﻔﺮﻗﺎن‬alFurqân) yang berarti pembeda, ‫( رﺣﻤﺔ‬Rahmah) yang berarti rahmat (QS. 17:82), ‫( ﺷﻔﺎء‬Syifâ`) yang berarti obat penawar (QS. 17:82), ‫( اﻟﺬﻛﺮ‬al-dzikr) yang berarti peringatan (QS. 21:50), juga atribut ‫( ﺗﺒﯿﺎﻧﺎ ﻟﻜﻞ ﺷﯿﺊ‬QS. 16: 89) dan ‫ﺗﻔﺼﯿﻼ ﻟﻜﻞ ﺷﯿﺊ‬ (QS. 12:111) yang berarti penjelasan tentang segala sesuatu.2 Sebagai kitab suci yang tetap relevan dengan berbagai situasi, kondisi dan tempat (shâlih li kulli zamân wa makân) al-Qur`an yang berisikan 1 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur`an ( Bandung: Mizan, 1993) h. 35 2 Muhammad Rasyîd Ridhâ, Al-Wahy al-Muhammady (Kairo: Maktabah al-Qâhirah, 1960) h.126128

1

seperangkat konsep, prinsip-prinsip pokok, aturan-aturan umum yang merangsang tumbuhnya daya aktif manusia untuk menafsirkan dan menginterpretasikannya agar diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan. Usaha kreatif dan produktif umat Islam yang merupakan respon positif terhadap rangsangan al-Qur`an ini telah melahirkan karya-karya tafsir yang tak ternilaikan, karya-karya tersebut sangat variatif dalam metodenya (tharîqah)3 dan corak penafsirannya (al-wân al-tafsîr).4 Variasi-variasi penafsiran tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, basis keilmuan dan aliran madzhab penafsir. Pada saat ini sudah banyak sekali karya kitab tafsir yang telah ditulis oleh para mufassirin terdahulu, baik itu berupa tafsir bi al-ma`tsûr, bi al-ra`yi, tahlîly, maudhû’i, dan yang lainnya. Di antara mereka ada yang menafsirkan seluruh alQur`an yakni mulai surat al-Fâtihah sampai surat al-Nâs, menafsirkan surat-surat dan ayat-ayat tertentu, bahkan banyak yang menafsirkan tema-tema tertentu yang terdapat dalam al-Qur`an. Meskipun kajian tafsir al-Qur`an telah banyak dilakukan oleh para penafsir terdahulu, namun bukan berarti kajian terhadapa al-Qur`an sudah tidak diperlukan lagi, akan tetapi justru perlu diperbanyak lagi kajian yang lebih mendalam dan komprehensif terhadap tema-tema tertentu yang terdapat dalam al-

3

Tafsir ditinjau dari segi bentuknya dikelompokkan menjadi tiga yaitu: pertama tafsir bi alma`tsûr, yaitu tafsir yang berasal dari ayat al-Qur`an sendiri yang menjelaskan ayat yang lainnya, bersumber dari riwayat Nabi (hadits) dan riwayat para sahabat. Kedua tafsir bi al-ra`yi, yaitu tafsir dari ijtihad penafsirnya dengan melalui pemahaman aspek-aspek kebahasaan, asbab al-nuzul, nasakh mansukh dan lain sebagainya. Ketiga tafsir bi al-isyari, yaitu jenis penafsiran yang bersumber dari isyarat yang ada di balik symbol-simbol kebahasaan (ayat), dan tafsir ini banyak digunakan oleh suluk sufi (Muhammad ‘Abd al-Adzîm al-Zarqâni, Manâhil al-‘Irfân fî ‘Ulûm alQur`ân (Isa al-Bâby al-Habîby wa syurakâuhu, tth.) Juz II, h. 78-79 4 Dalam ‘Ulûm al-tafsîr dikenal beberapa corak penafsirannya (alwân al-tafsîr) yaitu corak sastra bahasa, corak falsafi, corak fiqhi, corak ilmy, corak tasawuf dan corak budaya kemasyarakatan.

2

Qur`an, sehingga pada akhirnya al-Qur`an dapat lebih mudah dipahami secara utuh dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu topik yang banyak diungkap di dalam al-Qur`an, dan menurut hemat penulis sangat penting adalah tentang dhalâl ( ‫) ﺿﻼل‬. Seorang mu`min yang aktif dan rutin menjalankan shalat fardhu yang lima waktu, setidaknya berdo`a memohon kepada Allah SWT. agar ditunjukkan kepada jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah Allah anugerahi nikmat; bukan (jalan) orangorang yang dimurkai Allah dan bukan (pula) jalan orang-orang yang sesat 5 sebanyak tujuh belas kali dalam sehari semalam. Berkenaan dengan do`a di atas ada beberapa pertanyaan yang pantas kita ajukan, dan selanjutnya kita yang mencari jawabannya dalam al-Qur`an. Pertama: Siapakan yang dimaksudkan oleh al-Qur`an sebagai orang-orang yang telah dianugerahi nikmat, dan bagaimana pula karakteristiknya?. Kedua: Siapakah yang dimaksudkan oleh al-Qur`an sebagai orang-orang yang telah dimurkai oleh Allah, dan bagaimana pula karakteristiknya?. Ketiga: Siapakah yang dimaksudkan al-Qur`an sebagai orangorang yang sesat, serta bagaimana pula karakteristiknya. Dari segi bahasa (etimologi) lafazh ( ‫ ) ﺿﻼل‬merupakan lawan lafazh alhudâ ( ‫ ) اﻟﮭﺪى‬atau al-rasyâd ( ‫) اﻟﺮﺷﺎد‬, dikatakan: ‫أﺿﻠﻠﺖ ﻓﻼﻧﺎ إذا وﺟﮭﺘﮫ ﻟﻠﻀﻼل ﻋﻦ اﻟﻄﺮﯾﻖ‬ : aku telah menyesatkan Fulan, yaitu apabila aku telah mengerahkannya sesat dari jalan yang sebenarnya; Abu Manshûr berkata: pada dasarnya pada percakapan orang Arab pemaknaan lafazh dhalâl dalam bentuk lain juga berkembang sperti: ‫ أﺿﻠﻠﺖ اﻟﺸﯿﺊ إذا ﻏﯿﺒﺘﮫ‬dan ‫ دﻓﻨﺘﮫ‬,‫ أﺿﻠﻠﺖ اﻟﻤﯿﺖ‬: aku telah menyesatkan sesuatu, yaitu

5

Lihat Surat al-Fâtihah, 6-7

3

apabila aku telah menghilangkannya, dan aku telah menyesatkan mayat, yaitu apabila telah menguburkannya. 6 Sedang menurut istilah (terminology) dhalâl berbarti keluar/ menyimpang dari jalan yang lurus, baik penyimpangan itu disengaja ataupun tidak, sedikit ataupun banyak. Dengan demikian dhalâl atau kesesatan itu berlaku untuk semua jenis kesalahan.7 Dalam al-Qur`an banyak disebutkan bahwa syaithan dengan segala daya dan upayanya selalu berupaya agar dapat menyesatkan anak manusia; diantaranya adalah firman Allah yang artinya sebagai berikut: “Dan aku (syaithan) benarbenar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allah), lalu mereka benar-benar merubahnya. Barang siapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata” (QS 4:19). Selain setan, hawa nafsu juga menjadi sumber kesesatan dan selalu mengajak untuk berbuat suk atau jahat. Allah berfirman: “…maka janganlah kamu mengikuti keinginan hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran”… (QS. 4:135). Dalam ayat lain Allah juga berfirman: “…. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, sebab dia akan menyesatkannmu dari jalan Allah…” (QS. Shâd:26), dan masih banyak lagi ayat lain yang menjelaskan tentang hal ini. Lihat: QS. Al-Najm:84, QS al-Nâzi’at: 40-41, QS. Al-A’râf:176, QS. Al-Qashas:50, dan ayat-ayat yang lain. Ibn Manzhûr al-Anshârî, Lisân al-‘Arab, XI (Mesir: Dâr al-Mishriyat li al-Ta`lîf wa al-Nasyr: tt) h. 390-391 7 Al-Râghib al-Ashfahani, Mu’jam Mufradât Alfâzh al-Qur`ân (Beirut: Dar al-Fikr: tt) h.306 6

4

Disamping terjadi pada manusia biasa kesesatan juga biasa terjadi kepada orang yang alim, ahli ibadah dan bahkan terjadi pada seorang yang mengaku dirinya sebagai rasul. B. Perumusan Masalah Merujuk pada kenyataan-kenyataan pada uraian di atas, maka pertanyaan mendasar yang mengemuka adalah “Bagaimana konsep dhalâl dalam al-Qur`an?”, pertanyaan ini mencakup beberapa masalah sebagai berikut: 1.

Apa dan bagaimana konsep dhalâl yang dapat dipahami dari ayat-ayat al-Qur`an?.

2.

Faktor apa saja yang dapat menyebabkan manusia bisa menjadi sesat?.

3.

Bagaimana cara keluar dari kesesatan?

C. Pembatasan Masalah Ruang lingkup penelitian ini adalah tafsir tematik yang akan mengkaji suatu kata kunci tertentu dari al-Qur`an untuk ditemukan konsep makna dari alQur`an mengenai kata kunci tersebut. Konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menunjuk pada beberapa pengertian diantaranya, rancangan atau program surat dsb., ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret, dan gambaran mental dari obyek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal-hal lain8.

8

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Edisi II (Jakarta: Balai Pustaka, 1995) h. 520

5

Dalam penelitian ini, yang dimaksud konsep adalah sebagaimana dalam pengertian istilah linguistik yang telah dikembangkan oleh ahli tafsir tematik. Sebagaimana dinyatakan oleh Machasin, dosen Sejarah Pemikiran Dalam Islam UIN Yogya yang concern dalam kajian al-Qur`an bahwa metode tematik atau maudhû’i berusaha untuk menangkap konsep al-Qur`an mengenai sesuatu, seperti keadilan,

kebahagiaan

dan

kepemimpinan.

Hal

itu

dilakukan

dengan

mengumpulkan semua kata yang dipakai al-Qur`an untuk menunjukkan pengertian atau topik tertentu dan semua ayat yang mempergunakannya.9 Dengan demikian yang dimaksud konsep dalam penelitan ini adalah mencari topik-topik pembicaraan dari suatu ayat yang mengandung lafazh dhalâl dan menemukan hubungan-hubungannya dalam kesemua ayat al-Qur`an yang memuat lafazh dhalâl sehingga dapat dilihat pengertian, konteks dan penggunaan al-Qur`an terhadap lafazh dhalâl.

D. Tujuan dan Keguanaan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.

Untuk mengetahuai bagaimana konsep dhalâl yang dapat dipahami dari ayat-ayat al-Qur`an.

2.

Untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat menyebabkan manusia bisa menjadi sesat?.

3.

Untuk mengetahui jalan keluar dari kesesatan? Penelitian yang demikian diharapkan akan sangat berguna:

9

Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, Penerjemah: Agus Fahri Husein dkk. (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997) h. xiv

6

1. Sebagai sumbangan kepada masyarakat dengan menghadirkan sebuah pemahaman yang komprehensif mengenai pandangan al-Qur`an terhadap suatu masalah dari istilah-istilah kunci yang dikandungnya. Dengan metode tafsir tematik, penelitian ini akan menghadirkan pemahaman yang lebih utuh mengenai konsep dhalâl, suatu istilah yang benar-benar menjadi peringatan bagi seorang muslim yang diidentikkan dalam Islam sebagai penempuh jalan lurus. 2. Dengan posisi al-Qur`an yang demikian sentral yaitu sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat Islam, maka pemahaman terhadap al-Qur`an tidak hanya cukup pada pemahaman tekstual saja. Tafsir tematik ini diharapkan dapat meneliti kandungan makna dari suatu tema atau istilah dalam alQur`an seperti dhalâl dan mengetahui bagaimana konteks serta operasi atau kinerja dari istilah tersebut dalam masyarakat pada masa turunnya wahyu sehingga istilah tersebut berfungsi dan hidup di masyarakat. Dengan pemahaman seperti ini, masyarakat yang hidup di zaman sekarang yang jauh dari masa pewahyuan akan mendapat pemahaman yang sesuai dengan realitas kesejarahannya sehingga al-Qur`an benar-benar dapat membumi sebagi pedoman hidup.

E. Kajian Kepustakaan Sepanjang kajian penulis, belum ditemukan penelitian ilmiah yang khusus mebahas atau meneliti masalah dhalâl. Kebanyakan hasil penelitian yang penulis temui, menempaktkan dhalâl hanya dalam sub bab yang sempit dari suatu tema tertentu. Misalnya dari hasil disertasi Harifuddin Cawidu yang telah 7

diterbitkan oleh Penerbit Bulan Bintang dengan judul Konsep Kufr dalam alQur`an,

di sana dhâlal dibahas dalam sub-bab term-term yang secara tidak

langsung menunjuk kekafiran. Kajian tersebut cukup mereduksi konsep dhalâl yang merupakan istilah yang independent dalam al-Qur`an. Dhalâl dalam alQur`an memiliki fungsi sejajar dengan istilah-istilah kunci lainnya seperti kafir, karena dhâlal digunakan untuk menunjuk satu perilaku manusia atau suatu komunitas sebagaimana dalam akhir surat al-Fâtihah. Selain dari hasil disertasi di atas, penulis juga mendapati pembahsan dhalâl sebagai sub-bab dari kajian Toshihiko Izutsu dalam kedua bukunya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Tiara Wacana yang berjudul Relasi Tuhan Dan Manusia serta Etika beragama dalam Al-Qur`an. Dalam kedua buku ini Izutsu telah mengkaji dhalâl dalam suatu bagian dari tema besar yaitu turunnya ayat-ayat dari Tuhan. Sebagai respon yang ditimbulkan dari turunnya ayat ini adalah munculnya masyarakat yang membenarkannya dan mengimaninya dan masyarakat yang mendustakannya yaitu kafir. Menurut Izutsu iman dipahami sebagai Ihtidâ`, maka lawannya kufr, jelaslah dapat diartikan dengan tersesat dari jalan yang benar. Istilah khas yang digunakan dalam al-Qur`an ini adalah merupakan kata kerja dhalla (nominal dhalâlah atau dhalâl).10 Dengan demikian Izutsu telah menempatkan dhalâl dalam posisi yang sentral sebagaimana istilah-istilah lain dalam al-Qur`an. Namun metode yang digunakan Izutsu adalah metode semantik yang mengkaji pandangan dunia (weltanschaung) dari al-Qur`an atas tema tertentu 10

Toshihiko Izutsu, Etika Beragama dalam Qur`an, Penerjemah: Manshuruddin Djoely (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995) h. 212

8

seperti hubungan antara Tuhan dan manusia. Sehingga ayat-ayat yang mengandung lafazh dhalâl dalam kajian ini tidak dilihat dalam totalitasnya namun juga dilihat dalam hubungannya dengan konsep-konsep lain dalam hubungannya dengan tema tersebut. Kajian ini sebagaimana dikatakan oleh Machasin dalam pengantar tebitan buku Izutsu yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menyatakan bahwa metode yang digunakan oleh Izutsu ini dapat dipergunakan untuk memperkokoh landasan pemahaman terhadap konsep-konsep al-Qur`an yang diusahakan oleh metode tematik. Hal itu karena metode semantik berusaha menangkap pandangan dunia al-Qur`an melalui analisis terhadap istilah-istilah kunci yang dipakai al-Qur`an sedangkan metode tafsir tematik berusaha menangkap konsep al-Qur`an mengenai tema atau suatu kata kunci.11

F. Metodologi Penelitian F.1. Sumber Data Sumber data penelitian ini yang pertama adalah mushaf al-Qur`an. Dalam hal ini, mushaf yang digunakan adalah al-Qur`an dan terjemahannya yang diterbitkan oleh khâdim al-Haramain al-Syarîfain Fahd bin ‘Abd al-Azîz al-Su’ûdiyah Mâlik al-Mamlakah al-‘Arabiyah al-Su’ûdiyah. Guna mempermudah pelacakan ayat-ayat al-Qur`an digunakan al-Mu ’jam al-Mufahras li alfâzh al-Qur`ân al-Karîm karya Muhammad Fuad al-Bâqi.

11

Izutsu, Relasi Tuhan, h. xv

9

Sumber data berikutnya adalah bahan analisis data meliputi kitab-kitab tafsir yaitu: 1. Tafsîr al-Qur`ân al-‘Azhîm, karya ‘Imâd al-Dîn Abî al-Fidâ` Ismâ’îl Ibn Katsîr, Kuwait: Jam’iyyâh Ihyâ` al-Turâts al-Islâmiy, 1998 2. al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur`ân, Karya Abî ‘Abd Allah Muhammad bin Ahmad al-Anshârî, al-Qurthûbî, Beyrut: Dâr al-Fikr, 1994 3. Fî Dzilâl al-Qur`ân, Karya Sayid Quthb Mesir: Dâr al-Syurûq, 1992 4. Al-Mîzân fî Tafsîr al-Qur`ân, Karya Muhammad Husain alThabâthabâ`î, Beyrût: Muassasah al-A’lamî, 1991. Sebagai rujukan untuk analisis makna kata-kata dan term-term tertentu dari ayat-ayat al-Qur`an, maka digunakan 1. Lisân al-‘Arab karya Ibn Manzhûr al-Anshârî (w. 1232-1311 M), 2. al-Mufradât fi Gharîb al-Qur`ân 3. al-Mu`jam Mufradât alfâdh al-Qur`ân karya Abu al-Qâsim alHusain Ibn al-Râghib al-Ashfahâny (w. 502 H). Sumber rujukan berikutnya yang tidak kalah pentingnya adalah untuk melacak sebab turunnya ayat. Sebagai sumber data mengenai asbâb alnuzûl dipergunakan kitab Asbâb al-Nuzûl karya Abu Hasan ‘Aly Ibn Ahmad al-Wâhidy al-Naisabûry (w. 468 H). dan karya-karya ilmiah lainnya yang dianggap representatif sebagai data pelengkap yang diperlukan dalam penelitian ini..

10

F.2. Metode dan Analisis Data Obyek penelitian ini adalah ayat-ayat al-Qur`an dan berfokus kepada sebuah tema, maka pendekatan yang dipilih adalah pendekatan ilmu tafsir. Ilmu tafsir mengenal beberapa metode dan corak penafsiran yang masing-masing mempunyai ciri khas. Para ahli tafsir membaginya menjadi empat metode dalam menafsirkan al-Qur`an, yaitu metode tahlîly, metode ijmâly, metode muqârin, dan metode maudhû’i.12 Metode tafsir yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsir maudhû’i (tafsir tematik).13 Dalam penelitian ini penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menetapkan masalah yang akan dibahas 2. Menghimpun ayat-ayat al-Qur`an yang tersebar di berbagai surat yang berkaitan dengan obyek kajian. 3. Menyusunnya dengan sistematis menurut kerangka pembahasan yang telah disusun. 4. Memberikan uraian dan penjelasan dengan ilmu bantu yang relevan dengan masalah yang dibahas, dengan sebab turunnya dan munasabatnya (baca: tafsir al-Qur`an dengan al-Qur`an) 12

Lihat: M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur`an, (Bandung: Mizan, 1992), cet. ke-2,h. 71-74 Metode ini berusaha mencari jawaban al-Qur`an tentang suatu masalah tertentu dari berbagai macam tema doctrinal, sosial, dan kosmologi dengan jalan menghimpun ayat-ayat yang yang dimaksud, lalu mengaanalisanya lewat ilmu ilmu-ilmu bantu yang relevan dengan masalah yang dibahas, untuk kemudian melahirkan konsep yang utuh dari al-Qur`an tentang tema tersebut. Lihat Abd al-Hayy al-Farmâwy, al-Bidâyah fi al-Tafsîr al-Maudhû’i, (Mesir: Maktabah al-Jumhûriyah, 1977) h. 52. Bandingkan dengan ‘Ali al-‘Aridl, Tarîkh ‘Ilm al-Tafsîr wa Manhaj al-Mufassirîn, alih bahasa oleh Akrom, Sejarah dan Metodologi Tafsir, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), cet ke-1, h. 41 13

11

5. Melengkapi uraian tersebut dengan mengemukakan hadits-hadits Rasulullah SAW. (baca: tafsir al-Qur`an dengan hadits) dan merujuk pada ungkapan-ungkapan bahasa arab dalam menjelaskan ayat-ayat tersebut. 6. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian sama atau mengkonsultasikan antara ‘am (umum) dan khash (khusus), muthlaq dan muqayyad (terikat) dan yang tampak bertentangan.

G. Sistematika Pembahasan Rumusan hasil penelitian ini disusun dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut. BAB I

: Merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang dan perumusan masalah, pembatasan masalah, kajian pustaka, metodologi penelitian, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II

: Membahas tentang makna dhalâl, pengungkapan lafazh dhalâl dalam al-Qur`an, lafazh-lafazh yang semakna atau berdekatan makna dengan lafazh dhalâl serta lafazh-lafazh yang merujuk pada kesesatan.

BAB III

: Membahas sebab-sebab terjadinya kesesatan, yang meliputi analisa konsep kesesatan dalam al-Qur`an dan sebab-sebab terjadinya kesesatan.

12

BAB IV

: Dalam bab ini penulis membahas akibat-akibat perilaku dhalâl, yang meliputi akibat dhalâl dalam perilaku keagamaan, praktek penegakan moral dan hukum, serta perlakuan terhadap perempuan. Sub bab berikutnya adalah jalan keluar dari dhalâl yang meliputi pengendalian diri atau mengekang hawa nafsu dan bertaubat dengan mengikuti petunjuk Allah dengan penuh keyakinan.

BAB V

: Penutup yang mengemukakan kesimpulan dari seluruh pembahasan sebelumnya, yang sekaligus merupakan jawaban dari pokok-pokok masalah yang dikemukakan, saran, dan daftar pustaka.

13

BAB II MAKNA DAN PENGUNGKAPAN DHALÂL DALAM AL-QUR`AN

A. Makna Dhalâl Dhalâl secara etimologi berasal dari bahasa arab dengan fi’il atau kata kerja “ dhalla – yadhillu” ( ‫)ﺿَﻞﱠ – ﯾَﻀِﻞﱡ‬, lafazh dhalâl (‫ )ﺿﻼل‬yang juga mempunyai bentuk lain yaitu dhalâlah (‫ )ﺿﻼﻟﺔ‬adalah mashdar atau kata benda abstrak. Susunan tersebut mengikuti wazan fa ’ala – yaf’ilu seperti dharaba yadhribu. Selain wazan di atas, ada versi lain yaitu fa ’ila – yaf’alu seperti ta ’iba – yat’abu sehingga menjadi dhalla – yadhallu (ُ‫َﯾﻀَﻞ‬- ‫)ﺿﻞ‬. Kata dhalâl dalam bahasa Indonesia biasanya diterjemahkan dengan kata “sesat”, pemaknaan dhalâl sebagaimana dimaksud di atas merupakan lawan kata dari ihtadâ “ ‫ “ اھﺘﺪى‬yang berarti “mendapatkan petunjuk”, yang berarti pula batil, menyimpang dari agama, menyimpang dari yang haq atau keluar dari jalan yang lurus. Kata dhalâl dalam penggunaannya dalam bahasa arab mempunyai beberapa arti yang beragam dan berbeda; di antaranya: 1). Berarti “hilang” seperti ungkapan “ ‫ ﺿﺎع وذھﺐ‬:‫ ”ﺿﻞ اﻟﺸﻲء ﻋﻨﮫ‬sesuatu itu telah hilang darinya; 2). Berarti “gagal atau tidak berhasil” seperti ungkapan “ ‫ ﺿﻞ ﺳﻌﯿﮫ‬: ‫ “ ﻟﻢ ﯾﻨﺠﺢ‬seseorang itu telah gagal usahanya; 3). Berarti “ sia-sia/menyia-nyiakan “ seperti ungkapan “ ‫ أﺿﺎﻋﮫ‬: ‫ اﻟﺸﻲء‬- ‫ “ أﺿﻞ‬seseorang itu telah menyia-nyiakan sesuatu; 4). Berarti “ lupa” seperti ungkapan” ‫ اي ﻧﺴﯿﮫ‬:‫ اﻟﺮﺟﻞ‬- ‫ “ ﺿﻞ‬Zaid telah lupa kepada seseorang;

14

5).berarti “hancur/ menghancurkan“ seperti ungkapan “‫ اي أھﻠﻜﮫ‬:‫ اﻟﺸﻲء‬- ‫“ أﺿﻞ‬ Seseorang telah menghancurkan sesuatu; 6). Berarti “ bingung”. Apabila dikaitkan dengan arti benda materi, kata al-dhalal (‫ )اﻟﻀﻠﻞ‬berarti air yang mengalir dibawah padang pasir atau di bawah pohon yang tidak terkena sinar mata hari (‫ ﻻ ﯾﺼﯿﺒﮫ اﻟﺸﻤﺲ‬,‫ اﻟﻤﺎء اﻟﺬى ﯾﺠﺮى ﺗﺤﺖ اﻟﺼﺨﺮة أو ﺗﺤﺖ اﻟﺸﺠﺮة‬: ‫) اﻟﻀﻠﻞ‬.14 Sedangkan dhalâl secara terminologi menurut al-Râghib al-Ashfahânî adalah “ Menyimpang dari jalan yang haq/benar/lurus, baik disengaja atau lupa, baik penyimpangan itu sedikit ataupun banyak”. Kesesatan atau dhalâl, bisa terjadi kepada siapapun, baik orang kafir, fasik, munafiq ataupun orang mukmin, dan bahkan bisa

terjadi pada seorang nabi atau rasul, meskipun perbedaan

pengertian sesat atau dhalâl antar dua kelompok tersebut sangatlah jauh. Menurut al-Ashfahânî juga, bahwa berjalan mengikuti jalan yang lurus (shirâth almusthaqîm) yang diridhai oleh Allah sangatlah sulit untuk dilakukan.15 Dari asal bahasa dan perkembangan penggunaan lafadz dhalâl sebagaimana kajian para filolog di atas, Thosihiko Izutsu menyimpulkan bahwa dalam kajian tentang jangkauan konsep dhalâl tidak dapat lepas dari prinsip penting yang saling berlawanan yaitu “lurus” dan “bengkok”. Kedua prinsip tersebut memiliki makna yang bernilai sangat penting setelah al-Qur`an menggunakan dhalâl dalam kancah religius. Jalan lurus adalah bernilai positif karena merupakan jalannya orang-orang beriman yang mengikuti agama Allah dan jalan bengkok adalah bernilai negatif karena menggambarkan orang-orang kafir yang senantiasa berlawanan dengan agama Allah yang lurus. Louis, Ma’lûf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-Adab wa al-A’lam (Beirut: Dâr al-Masriq, 1994) h.452 15 Al-Râghif al-Ashfahânî, Mu’jam Mufradât alfâzh al-Qur ’ân, (Beirut: Dâr al-Fikr, t.t) h.307

14

15

Konsep jalan lurus dan bengkok yang dikembangkan al-Qur`an terhadap lafadz dhalâl menurut Izutsu bukan hal yang baru dalam khazanah kosakata Arab. Bangsa Arab Jahiliyah yang tinggal di gurun pasir sudah memiliki masalah dengan teknik mengetahui jalan lurus dan benar supaya tidak tersesat. Di wilayah padang pasir dimana penduduknya tinggal bersuku-suku, mengetahui jalan yang benar apalagi ketika berjalan di wilayah suku lain merupakan satu masalah besar. Mereka berhadapan dengan padang pasir yang luas tanpa batas dan penuh bahaya (ahwal) yang mereka gambarkan dan sungguh-sungguh mereka rasakan sebagai monster yang ganas yang siap menerkam dan memangsa tiap saat. Maka dapat dimengerti bila orang-orang Arab jahiliyah sudah mengembangkan seperangkat jaringan konseptual yang mengacu pada hudâ dan jalan.16 Mencermati pengertian dhalâl di atas, dapat diketahui bahwa lafazh tersebut merupakan kata-kata arab yang bersifat umum, dapat dipergunakan dalam berbagai tingkat pembicaraan. Kata tersebut dapat dipergunakan menurut pengertian kongkrit, misalnya “ kehilangan jalan pada saat bepergian di padang pasir” dan dapat juga dipergunakan dalam pengertian kiasan. Dan dalam kasus pengertan kiasan ini, kita dapat membedakan antara dua tingkat pembicaraan yang berbeda; religius dan non-religius atau sekular. Tentang penggunaan non-religius terhadap kata ini dalam al-Qur’an sendiri memberikan beberapa contoh, yang salah satu di antaranya menunjukkan tentang cinta Ya’qub yang berlebihan terhadap Yusuf dibandingkan dengan anakanak yang lain, yakni saudara-saudara Yusuf. (yaitu) ketika mereka berkata: 16

Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, Pendekatan Semantik terhadap al-Qur`an, Penerjemah: Agus Fachri H, dkk (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1997) h. 157-158

16

“Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat) sesungguhnya ayah kita dalam kekeliruan (dhalâl) yang nyata. ( QS. Yusuf: 8). Dalam al-Qur’an kata sesat (dhalâl) jauh lebih sering dipergunakan menurut pengertian religius. Kita menemukan pertentangan konsep yang mendasar antara dhalla dan ihtida yang dinyatakan dimana-mana dalam al-Qur’an dengan cara yang sangat tegas. B. Makna dan Pengertian Dhalâl dalam al-Qur`an Dalam al-Qur`an lafdz dhalâl dengan berbagai kata turunannya sebagaimana terungkap dalam pembahasan dhalâl menurut bahasa di atas terulang sebanyak 191 kali.17 Setelah dilakukan pengkajian terhadap lafadz dhalâl dan kata turunannya yang berada dalam konteks ayat-ayat al-Qur`an, ditemukan makna dan pengertian dhalâl yang berbeda-beda. Berikut ini akan diuraikan bentuk-bentuk makna dan pengertian dhalâl dalam konteks ayat-ayat al-Qur`an. B.1. Kufr Allah SWT. telah mengutus seorang utusan (Rasul) dan menurunkan sebuah kitab sebagai petunjuk jalan yang lurus sebagaimana ditegaskan dalam Surat al-Isra` ayat 9, S. al-Nisâ` ayat 174-175, dan al-Syurâ ayat 52.

‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺅْﻤِﻨِﻴﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺸﱢﺭ‬‫ﺒ‬‫ﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ ﺃَﻗﹾﻭ‬‫ﺩِﻱ ﻟِﻠﱠﺘِﻲ ﻫِﻲ‬‫ﻬ‬‫ ﻴ‬‫ﺍﻥ‬‫ﺀ‬‫ﺫﹶﺍ ﺍﻟﹾﻘﹸﺭ‬‫ ﻫ‬‫ﺇِﻥ‬ ‫ﺍ‬‫ﺍ ﻜﹶﺒِﻴﺭ‬‫ﺭ‬‫ ﺃَﺠ‬‫ﻡ‬‫ ﻟﹶﻬ‬‫ﺎﺕِ ﺃَﻥ‬‫ﺎﻟِﺤ‬‫ ﺍﻟﺼ‬‫ﻠﹸﻭﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻌ‬‫ﻴ‬ 17

Muhammad Fu`ad ‘Abd al-Bâqî, al-Mu`jam al-Mufahras li alfâzh al-Qur`ân al-Karîm (Beirut: Dâr al-Fikr, 1981) h. 421-424

17

Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, (alIsrâ`: 9)

‫ﺍ‬‫ ﻨﹸﻭﺭ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﻟﹾﻨﹶﺎ ﺇِﻟﹶﻴ‬‫ﺃَﻨﹾﺯ‬‫ ﻭ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺎﻥ‬‫ﻫ‬‫ﺭ‬‫ ﺒ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺎﺀ‬‫ ﺠ‬‫ ﻗﹶﺩ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃَﻴ‬‫ﻴ‬ ‫ ﻓِﻲ‬‫ﻡ‬‫ﺨِﻠﹸﻬ‬‫ﺩ‬‫ﻴ‬‫ﻭﺍ ﺒِﻪِ ﻓﹶﺴ‬‫ﻤ‬‫ﺘﹶﺼ‬‫ﺍﻋ‬‫ﻨﹸﻭﺍ ﺒِﺎﻟﻠﱠﻪِ ﻭ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ ﻓﹶﺄَﻤ‬.‫ﺒِﻴﻨﹰﺎ‬‫ﻤ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘﹶﻘِﻴﻤ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻁﹰﺎ ﻤ‬‫ﻪِ ﺼِﺭ‬‫ ﺇِﻟﹶﻴ‬‫ﺩِﻴﻬِﻡ‬‫ﻬ‬‫ﻴ‬‫لٍ ﻭ‬‫ﻓﹶﻀ‬‫ ﻭ‬‫ﺔٍ ﻤِﻨﹾﻪ‬‫ﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺭ‬ Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mu`jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an). Adapun orangorang yang beriman kepada Allah dan berpegang kepada (agama)-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya. (al-Nisâ: 174-175).

Istilah jalan lurus sebagai jalannya orang Islam, orang yang mengikuti petunjuk Allah yaitu ayat-ayat yang turun dari-Nya berupa al-Qur`an sudah mengakar diubun-ubun umat Islam karena istilah tersebut telah menjadi bagian dari surat al-Fâtihah ayat ke-6 yang menjadi bacaan wajib dalam shalat.

َ‫اھْﺪِﻧَﺎ اﻟﺼﱢﺮَاطَ اﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﯿﻢ‬ Tunjukilah kami jalan yang lurus, (al-Fâtihah 6)

18

Dengan ayat ini menurut al-Thabâthabâ`î dalam tafsirnya al-Mîzân Allah telah menetapkan untuk semua makhluqnya sebuah jalan dimana mereka menggunakan jalan tersebut untuk titian menuju kepada Allah. Hal itu karena sebagaimana keterangan surat al-Insyiqâq ayat 6 bahwa pada prinsipnya manusia itu dalam perjalan menuju Tuhannya.

ِ‫ﻠﹶﺎﻗِﻴﻪ‬‫ﺎ ﻓﹶﻤ‬‫ﺤ‬‫ ﻜﹶﺩ‬‫ﻙ‬‫ﺒ‬‫ ﺇِﻟﹶﻰ ﺭ‬‫ ﻜﹶﺎﺩِﺡ‬‫ ﺇِﻨﱠﻙ‬‫ﺎﻥ‬‫ﺎ ﺍﻟﹾﺈِﻨﹾﺴ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃَﻴ‬‫ﻴ‬ Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.(al-Insyiqâq 6)

Namun Allah menerangkan bahwa jalan tersebut tidak satu dengan pengikut yang satu pula, namun telah terbagi dalam dua golongan yaitu dua jalan. Sebagaimana diterangkan dalam surat Yâsîn ayat 60-61:

‫ﻭ‬‫ﺩ‬‫ ﻋ‬‫ ﻟﹶﻜﹸﻡ‬‫ ﺇِﻨﱠﻪ‬‫ﻁﹶﺎﻥ‬‫ﻭﺍ ﺍﻟﺸﱠﻴ‬‫ﺩ‬‫ﺒ‬‫ ﻟﹶﺎ ﺘﹶﻌ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ﻡ‬‫ﺍﺩ‬‫ﻨِﻲ ﺀ‬‫ﺎﺒ‬‫ ﻴ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ ﺇِﻟﹶﻴ‬‫ﺩ‬‫ﻬ‬‫ ﺃَﻋ‬‫ﺃَﻟﹶﻡ‬ (٦١)‫ﺘﹶﻘِﻴﻡ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻁﹲ ﻤ‬‫ﺫﹶﺍ ﺼِﺭ‬‫ﻭﻨِﻲ ﻫ‬‫ﺩ‬‫ﺒ‬‫ﺃَﻥِ ﺍﻋ‬‫(ﻭ‬٦٠)‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻤ‬ Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. (Thâhâ ayat 60-61)

Dengan demikian yang dimaksud ayat 5 dari surat al-Fâtihah di atas menurut al-Thabâthabâ`î adalah sebagai do'a dan ibadah dengan ikhlas. Karena ibadah dan do'a adalah cara terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah agar 19

terhindar dari jalan yang sebaliknya, sebagaimana dijelaskan dalam surat alBaqarah ayat 186 dan surat Ghâfir ayat 60 bahwa Allah pasti akan mengabulkan do'a hambanya karena Allah itu dekat dengan mereka. 18 Mengenai sifat dari jalan lurus telah dijelaskan oleh kelanjutan ayat dari surat al-Fâtihah sebagai jalan orang-orang yang mendapat nikmat.

‫ﻬِﻡ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﺕ ﻋ‬ ‫ ﹶ‬‫ﻤ‬‫ ﺃَﻨﹾﻌ‬‫ﺍﻁﹶ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺼِﺭ‬ (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; (al-Fâtihah 7)

Menurut Ibn Katsîr tafsir dari ayat di atas berhubungan dengan surat alNisâ` ayat 69 berikut ini:

‫ ﻤِﻥ‬‫ﻬِﻡ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻡ‬‫ ﺃَﻨﹾﻌ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻊ‬‫ ﻤ‬‫ﻭلَ ﻓﹶﺄُﻭﻟﹶﺌِﻙ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﻁِﻊِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻭ‬ ‫ﻓِﻴﻘﹰﺎ‬‫ ﺭ‬‫ ﺃُﻭﻟﹶﺌِﻙ‬‫ﻥ‬‫ﺴ‬‫ﺤ‬‫ ﻭ‬‫ﺎﻟِﺤِﻴﻥ‬‫ﺍﻟﺼ‬‫ﺍﺀِ ﻭ‬‫ﺩ‬‫ﺍﻟﺸﱡﻬ‬‫ ﻭ‬‫ﻴﻘِﻴﻥ‬‫ﺩ‬‫ﺍﻟﺼ‬‫ ﻭ‬‫ﻴﻥ‬‫ﺍﻟﻨﱠﺒِﻴ‬ Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (alNisâ`: 69) Dengan mengutip riwayat dari al-Dhahhâk dari ibn ‘Abbâs bahwa yang dimaksud ayat shirâth al-dhîna an’amta ‘alayhim adalah dengan mentaati Allah,

18 Muhammad Husain al-Thabâthabâ`î, Al-Mîzân fî Tafsîr al-Qur`ân, (Beyrût: Muassasah alA’lamî, 1991) Juz 1, h. 30-31

20

beribadah kepada Allah dari golongan Malaikat-malaikat Allah, para nabi, alshiddîqîn, para syâhid dan orang-orang yang shalih.19 Sedangkan lawan dari jalan lurus tersebut adalah jalan orang-orang yang dimurkai Allah dan jalan orang-orang yang sesat, sebagaimana ditegaskan pada akhir surat al-Fâtihah

َ‫ﻏَﯿْﺮِ اﻟْﻤَﻐْﻀُﻮبِ ﻋَﻠَﯿْﮭِﻢْ وَﻟَﺎ اﻟﻀﱠﺎﻟﱢﯿﻦ‬ bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.(al-Fâtihah: 7)

Dalam tafsir Ibn Katsîr dinyatakan bahwa yang dimaksud al-maghdhûb

‘alayhim adalah orang-orang Yahudi dan al-dhâllîn adalah menunjuk kepada kaum Nasrani. Kedua jalan dari kedua golongan ini sama-sama jalan yang sesat.20 Orang-orang Yahudi dijadikan mascot sebagai orang yang menempuh jalan sesat dan dimurkai Allah (al-maghdhûb ‘alayhim) sebagaimana penjelasan dari ayat berikut ini:

‫ﻏﹶﻀِﺏ‬‫ ﻭ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻨﹶﻪ‬‫ ﻟﹶﻌ‬‫ﻥ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻤ‬‫ﺔﹰ ﻋِﻨﹾ ﺩ‬‫ﺜﹸﻭﺒ‬‫ ﻤ‬‫ ﺫﹶﻟِﻙ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ ﺒِﺸﹶﺭ‬‫ﺌُﻜﹸﻡ‬‫لْ ﺃُﻨﹶﺒ‬‫ﻗﹸلْ ﻫ‬ ‫ ﺸﹶﺭ‬‫ ﺍﻟﻁﱠﺎﻏﹸﻭﺕﹶ ﺃُﻭﻟﹶﺌِﻙ‬‫ﺩ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬‫ ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﺨﹶﻨﹶﺎﺯِﻴﺭ‬‫ ﹶﺓ ﻭ‬‫ﺩ‬‫ ﺍﻟﹾﻘِﺭ‬‫ﻡ‬‫ل ﻤِﻨﹾﻬ‬ َ ‫ﻌ‬‫ﺠ‬‫ﻪِ ﻭ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬ ِ‫ﺒِﻴل‬‫ﺍﺀِ ﺍﻟﺴ‬‫ﻭ‬‫ ﺴ‬‫ﻥ‬‫لﱡ ﻋ‬‫ﺃَﻀ‬‫ﻜﹶﺎﻨﹰﺎ ﻭ‬‫ﻤ‬ ‘Imâd al-Dîin Abî al-Fidâ` Ismâ’îl bin Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân al-‘Azhîm, (Kuwait: Jam’iyyâh Ihyâ` al-Turâts al-Islâmiy, 1998) Juz I, h. 43 20 Ibin Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân, Juz I, h. 44

19

21

Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?" Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (al-Mâ`idah : 60)

Orang-orang Yahudi adalah termasuk golongan umat nabi Musa as. maka mereka digolongkan sebagai ahl-kitâb karena mereka pernah menerima jaran monoteisme. Namun sebagaimana dikisahkan dalam ayat di atas mereka termasuk golongan orang sesat yang dimurkai oleh Allah karena golongan Yahudi pada masa Nabi Muhammad SAW. hanya mempercayai Taurat namun tidak mempercayai Injil yang dibawa nabi Isa as. dan al-Qur`an. Lebih dari itu, kepercayaan mereka sendiri terhadap Taurat juga tidak utuh, mereka sering mendustakannya sehingga menimbulakan kekacauan di masyarakat sebagaimana keterangan surat al-Baqarah ayat 85 dan 90.21

ُ‫ل‬‫ﻔﹾﻌ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ ﻤ‬‫ﺍﺀ‬‫ﺯ‬‫ﺎ ﺠ‬‫ﺽٍ ﻓﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ ﺒِﺒ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺘﹶﻜﹾﻔﹸﺭ‬‫ﺽِ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏِ ﻭ‬‫ﻌ‬‫ ﺒِﺒ‬‫ﺃَﻓﹶﺘﹸﺅْﻤِﻨﹸﻭﻥ‬ ‫ ﺇِﻟﹶﻰ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺩ‬‫ﺭ‬‫ﺔِ ﻴ‬‫ﺎﻤ‬‫ ﺍﻟﹾﻘِﻴ‬‫ ﻡ‬‫ﻭ‬‫ﻴ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻨﹾﻴ‬‫ﺎﺓِ ﺍﻟﺩ‬‫ﻴ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻱ‬‫ ﺇِﻟﱠﺎ ﺨِﺯ‬‫ ﻤِﻨﹾﻜﹸﻡ‬‫ﺫﹶﻟِﻙ‬ ‫ﻠﹸﻭﻥ‬‫ﻤ‬‫ﺎ ﺘﹶﻌ‬‫ﻤ‬‫ ﺒِﻐﹶﺎﻓِلٍ ﻋ‬‫ﺎ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻤ‬‫ﺫﹶﺍﺏِ ﻭ‬‫ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﺃَﺸﹶﺩ‬ Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan

21

Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân, Juz I, h. 167. Lihat juga Ali ‘Imrân ayat 21, 70, 98, dan 112.

22

pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat. (al-Baqarah : 85)

َ‫ ل‬‫ﻨﹶﺯ‬‫ ﻴ‬‫ﺎ ﺃَﻥ‬‫ﻐﹾﻴ‬‫ ﺒ‬‫لَ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺎ ﺃَﻨﹾﺯ‬‫ﻭﺍ ﺒِﻤ‬‫ﻜﹾﻔﹸﺭ‬‫ ﻴ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﺍ ﺒِﻪِ ﺃَﻨﹾﻔﹸﺴ‬‫ﻭ‬‫ﺎ ﺍﺸﹾﺘﹶﺭ‬‫ﻤ‬‫ﺒِﺌْﺴ‬ ‫ﻠﹶﻰ‬‫ﺏٍ ﻋ‬‫ﻭﺍ ﺒِﻐﹶﻀ‬‫ﺎﺀ‬‫ﺎﺩِﻩِ ﻓﹶﺒ‬‫ ﻋِﺒ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺸﹶﺎﺀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻠﹶﻰ ﻤ‬‫ﻠِﻪِ ﻋ‬‫ ﻓﹶﻀ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬ ‫ﻬِﻴﻥ‬‫ ﻤ‬‫ﺫﹶﺍﺏ‬‫ ﻋ‬‫ﻟِﻠﹾﻜﹶﺎﻓِﺭِﻴﻥ‬‫ﺏٍ ﻭ‬‫ﻏﹶﻀ‬ Alangkah buruknya (perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan.(al-Baqarah : 90). Sedangkan kaum Nasrani dinyatakan sebagai al-dhâllîn sesuai dengan keterangan Surat al-Mâidah ayat 77 berikut ini:

ٍ‫ﻗُﻞْ ﯾَﺎأَھْﻞَ اﻟْﻜِﺘَﺎبِ ﻟَﺎ ﺗَﻐْﻠُﻮا ﻓِﻲ دِﯾﻨِﻜُﻢْ ﻏَﯿْﺮَ اﻟْﺤَﻖﱢ وَﻟَﺎ ﺗَﺘﱠﺒِﻌُﻮا أَھْﻮَاءَ ﻗَﻮْم‬ ِ‫ﺴﺒِﯿﻞ‬ ‫ﻗَﺪْ ﺿَﻠﱡﻮا ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻞُ وَأَﺿَﻠﱡﻮا ﻛَﺜِﯿﺮًا وَﺿَﻠﱡﻮا ﻋَﻦْ ﺳَﻮَاءِ اﻟ ﱠ‬ Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus." (al-Mâidah 77). Menurut ibn Katsîr, dikelompokkannya orang-orang nashrani kedalam kelompok orang-orang sesat dikarenakan mereka berlebih-lebihan dalam

23

menghormati Isa as. Allah hanya memerintahkan untuk mentaatinya sebagai Rasul, tetapi orang-orang Nasrani telah mengangapnya sebagi Tuhan selain Allah. Hal demikian karena mereka mengikuti pembesar-pembesar (syuyûkh) yaitu pembesar kesesatan yang telah mendahului mereka dari orang yang sesat yang telah keluar dari jalan yang lurus dan benar ke jalan yang salah dan sesat.22 Baik orang Yahudi maupun Nasrani jelas digolongkan sebagai orang Kafir, karena meskipun mereka pernah menerima dan mempelajari wahyu dari Allah yang berarti mereka mempercayai pokok-pokok aqidah yang juga diyakini dalam Islam, namun kepercayaan mereka tidak utuh dan penuh dengan penyimpangan-penyimpangan.23 Dengan keterangan dari surat al-Fâtihah dan penafsirannya di atas menjadi jelas bahwa dalam mengarungi bahtera kehidupan ini manusia disuguhkan kepadanya dua jalan. Mereka yang percaya kepada apa yang dikirimkan Allah akan dipimpin dan dibimbing ke jalan yang lurus dan sebaliknya mereka yang menolaknya akan tetap berada dalam jalan yang sesat, gelap dan pengap. Penegasan ini sesuai dengan pesan Surat Yûnus ayat 108.

‫ﺘﹶﺩِﻱ‬‫ﻬ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﻯ ﻓﹶﺈِﻨﱠﻤ‬‫ﺘﹶﺩ‬‫ﻥِ ﺍﻫ‬‫ ﻓﹶﻤ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﻕﱡ ﻤِﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺎﺀ‬‫ ﺠ‬‫ ﻗﹶﺩ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃَﻴ‬‫ﻗﹸلْ ﻴ‬ ‫ﻜِﻴل‬‫ ﺒِﻭ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﺎ ﺃَﻨﹶﺎ ﻋ‬‫ﻤ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻀِلﱡ ﻋ‬‫ﺎ ﻴ‬‫لﱠ ﻓﹶﺈِﻨﱠﻤ‬‫ ﻀ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻟِﻨﹶﻔﹾﺴِﻪِ ﻭ‬ Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al Qur'an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan 22 23

Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân, Juz II, h. 114 Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr dalam al-Qur`an (Jakarta: Bulan Bintang, 1991) h. 173

24

barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu". (Yûnus: 108) Menurut ibn Katsîr dengan ayat di atas Allah ta ’âla memerintahkan Nabi agar memberitahukan kepada manusia bahwa apa yang dibawa olehnya dari sisi Allah itu merupakan kebenaran yang tidak diragukan lagi. Orang yang mendapat petunjuk maka manfaatnya adalah bagi dirinya sendiri dan barangsiapa yang sesat maka kemudharatannya berpulang pada dirinya juga. 24 Analisis yang dilakukan oleh Toshihiko Izutsu menyatakan bahwa alQur`an telah merumuskan konsep ‘iman’ berkaitan dengan beberapa konsep kunci, diantaranya yang penting adalah ihtidâ. Mempercayai adalah mendapat petunjuk dari Allah. Dengan demikian iman dipahami sebagai ihtidâ dan lawannya kufr jelas dapat diartikan dengan tersesat dari jalan yang benar.25 Manusia menurut penelitian Izutsu berada dalam kebebasan untuk merespon hidayah yang turun sehingga dapat memilih untuk ihtidâ berarti mengikuti bimbingan yang telah ditawarkan atau dhalâl dengan menyimpang dari jalan yang benar dengan menolak mengikuti bimbingan yang telah ditawarkan kepadanya.26 Mengingat kesesatan merupakan pilihan bagi manusia maka kesesatan itu bukan hanya fenomena pada masa Muhammad SAW. tetapi kebanyakan manusia sebelum kehadiran Rasulullah Muhammad SAW. sudah dalam keadaan sesat, sebagaimana diterangkan dalam surat Ali -‘Imran 164. 24

Ibin Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân, Juz II, h. 567 Toshihiko Izutsu, Etika Beragama dalam Qur`an, Penerjemah: Manshuruddin Djoely (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995) h. 212 26 Izutsu, Relasi Tuhan, h. 153 25

25

‫ﺘﹾﻠﹸﻭ‬‫ ﻴ‬‫ ﺃَﻨﹾﻔﹸﺴِﻬِﻡ‬‫ﻭﻟﹰﺎ ﻤِﻥ‬‫ﺴ‬‫ ﺭ‬‫ﺙ ﻓِﻴﻬِﻡ‬ ‫ ﹶ‬‫ﻌ‬‫ ﺇِﺫﹾ ﺒ‬‫ﺅْﻤِﻨِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﻰ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﻋ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻥ‬‫ ﻤ‬‫ﻟﹶﻘﹶﺩ‬ ُ‫ ل‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ ﻜﹶﺎﻨﹸﻭﺍ ﻤِﻥ‬‫ﺇِﻥ‬‫ ﹶﺔ ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﺤِﻜﹾﻤ‬‫ ﻭ‬‫ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﻠﱢﻤ‬‫ﻌ‬‫ﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﻜﱢﻴﻬِﻡ‬‫ﺯ‬‫ﻴ‬‫ﺎﺘِﻪِ ﻭ‬‫ﺍﻴ‬‫ ﺀ‬‫ﻬِﻡ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬ ٍ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﻤ‬‫ﻟﹶﻔِﻲ ﻀ‬ Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (‘Ali-‘Imrân: 164)

Maksud akhir ayat di atas bahwa sebelum datangnya Rasul, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Yaitu berada dalam penyelewengan dan kebodohan yang jelas, nyata dan terang bagi setiap orang.27 Jalan yang sesat, yaitu jalan kekafiran penentang jalan yang lurus menjadi satu peringatan bagi umat Islam sehingga meraka terus berdo'a dan berusaha agar terhindar dari kesesatan atau kekafiran tersebut. Berdo'a dan memohon petunjuk untuk tetap berada di jalan yang lurus melekat dalam kewajiban umat Islam karena do'a tersebut menjadi bagian dari surat yang wajib dibaca umat Islam ketika shalat yaitu surat al-Fâtihah.

َ‫اھْﺪِﻧَﺎ اﻟﺼﱢﺮَاطَ اﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﯿﻢ‬ Tunjukilah kami jalan yang lurus, (al-Fâtihah 6) 27

Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân, Juz I, h. 553

26

Sebagaimana tafsir ibn Katsîr yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan al-shirâth al-mustaqîm adalah Islam, agama Allah, jalan yang telah ditunjuki oleh para Nabi dan para Sahabat dan orang-orang shalih yang telah dinugerahi nikmat iman, maka konsekuensi dari do'a tersebut adalah mengimani dan mengikut dengan sepenuh hati isi al-Qur`an. Perilaku tersebut akan menghindarkan umat Islam dari kesesatan karena sebagaimana urutan ayat dalam Surat al-Fâtihah yang dimulai dengan ayat 6 sampai 7 di atas menjadi jelas bahwa lawan dari jalan agama Allah atau Islam.adalah jalan orang-orang kafir yang menunjuk pada pengertian sebagai jalan yang dhalâl B.2. Syirk Konsep dhalâl juga meliputi pengertian syirk yaitu mempersekutukan Allah dengan selain-Nya. Penegasan ini termuat dalam al-Qur`an surat al-Nisâ` ayat 116.

‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﺸﹶﺎﺀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ ﻟِﻤ‬‫ ﺫﹶﻟِﻙ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺎ ﺩ‬‫ ﻤ‬‫ﻐﹾﻔِﺭ‬‫ﻴ‬‫ ﺒِﻪِ ﻭ‬‫ﻙ‬‫ﺸﹾﺭ‬‫ ﻴ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ﻐﹾﻔِﺭ‬‫ ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇِﻥ‬ ‫ﺍ‬‫ﻌِﻴﺩ‬‫ﻠﹶﺎﻟﹰﺎ ﺒ‬‫لﱠ ﻀ‬‫ ﻀ‬‫ ﺒِﺎﻟﻠﱠﻪِ ﻓﹶﻘﹶﺩ‬‫ﺸﹾﺭِﻙ‬‫ﻴ‬ Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauhjauhnya. (al-Nisâ`: 116) Konsep Syirk merupakan bagian dari kufr dari sisi penentangannya terhadap Allah dan Rasulnya. Pada zaman nabi Muhammad SAW masyarakat 27

yang dikategorikan musyrik ini secara keras menolak untuk menyembah kepada Allah SWT, mereka tetap melanjutkan kebiasaannya untuk menyembah berhala. Menurut riwayat dari Ibn Jarîr dari Al-Dhahhâk bahwa orang-orang musyrik berkata, “Para malaikat adalah anak perempuan Allah, sesungguhnya kami menyembah mereka agar mereka mendekatkan kami kepada Allah secara lebih intim”. Al-Dhahhâk berkata, “Maka mereka menjadikan para malaikat sebagai tuhan, membuatkan patung-patungnya dalam sosok wanita, kemudian mereka berhakim dan menaatinya”.28 Dalam catatan sejarah, berhala-berhala yang dibikin oleh masyarakat Arab tersebut dianggap sebagai dewa-dewa kecil yang disebut anak perempuan Tuhan, ibu-bapak Tuhan dan sahabat-sabat Tuhan. Tiga diantaranya yang paling terkenal di Makkah adalah Latta, Uzzah, dan Manat.29 Penuturan keadaan masyarakat Makkah yang Politeis tersebut terdapat dalam surat al-Najm ayat 18-23.

‫ﺍﻟﻠﱠﺎﺕﹶ‬

‫ﺘﹸﻡ‬‫ﺃَﻴ‬‫(ﺃَﻓﹶﺭ‬١٨)‫ﻯ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻟﹾﻜﹸﺒ‬

ِ‫ﻪ‬‫ﺒ‬‫ﺭ‬

ِ‫ﺎﺕ‬‫ﺍﻴ‬‫ﺀ‬

‫ﻤِﻥ‬

‫ﺃَﻯ‬‫ﺭ‬

‫ﻟﹶﻘﹶﺩ‬

‫ ﺍﻟﹾﺄُﻨﹾﺜﹶﻰ‬‫ﻟﹶﻪ‬‫ ﻭ‬‫ ﺍﻟﺫﱠﻜﹶﺭ‬‫( ﺃَﻟﹶﻜﹸﻡ‬٢٠)‫ﻯ‬‫ﻨﹶﺎﺓﹶ ﺍﻟﺜﱠﺎﻟِﺜﹶﺔﹶ ﺍﻟﹾﺄُﺨﹾﺭ‬‫ﻤ‬‫(ﻭ‬١٩)‫ﻯ‬‫ﺯ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻫ‬‫ﺘﹸﻤ‬‫ﻴ‬‫ﻤ‬‫ ﺴ‬‫ﺎﺀ‬‫ﻤ‬‫ ﺇِﻟﱠﺎ ﺃَﺴ‬‫ ﻫِﻲ‬‫( ﺇِﻥ‬٢٢) ‫ﻯ‬‫ﺔﹲ ﻀِﻴﺯ‬‫ﻤ‬‫ ﺇِﺫﹰﺍ ﻗِﺴ‬‫( ﺘِﻠﹾﻙ‬٢١) ‫ ﺇِﻟﱠﺎ ﺍﻟﻅﱠﻥ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺘﱠﺒِﻌ‬‫ ﻴ‬‫ﻠﹾﻁﹶﺎﻥٍ ﺇِﻥ‬‫ ﺴ‬‫ﺎ ﻤِﻥ‬‫ ﺒِﻬ‬‫لَ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺎ ﺃَﻨﹾﺯ‬‫ ﻤ‬‫ﺎﺅُﻜﹸﻡ‬‫ﺍﺒ‬‫ﺀ‬‫ ﻭ‬‫ﺃَﻨﹾﺘﹸﻡ‬ (٢٣) ‫ﻯ‬‫ﺩ‬‫ ﺍﻟﹾﻬ‬‫ﻬِﻡ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﺎﺀ‬‫ ﺠ‬‫ﻟﹶﻘﹶﺩ‬‫ ﻭ‬‫ﻯ ﺍﻟﹾﺄَﻨﹾﻔﹸﺱ‬‫ﻭ‬‫ﺎ ﺘﹶﻬ‬‫ﻤ‬‫ﻭ‬

28

Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân, Juz I, h. 726-727 Faruq Sherif, al-Qur`an Menurut al-Qur`an, Penerjemah: MH Assagaf dan Nur Hidayah (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001) h. 171 29

28

Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?. Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadaadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaansangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka. (al-Najm: 20-23)

Menyembah berhala dan semua benda-benda selain Allah jelas dinilai sebagai kesesatan karena berhala-hala itu adalah benda mati yang tidak bisa memberi manfaat apa-apa kepada manusia, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Haj ayat 12.

ُ‫ﯾَﺪْﻋُﻮ ﻣِﻦْ دُونِ اﻟﻠﱠﮫِ ﻣَﺎ ﻟَﺎ ﯾَﻀُﺮﱡهُ وَﻣَﺎ ﻟَﺎ ﯾَﻨْﻔَﻌُﮫُ ذَﻟِﻚَ ھُﻮَ اﻟﻀﱠﻠَﺎل‬ ُ‫اﻟْﺒَﻌِﯿﺪ‬ Ia menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak (pula) memberi manfaat kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (al-Haj:12)

Orang beriman yang menyembah satu Tuhan Allah dinilai sebagai pejalan di jalan yang lurus bukan yang sesat digambarkan sebagai manusia yang berfikir logis dan sehat. Orang beriman tidak akan menyembah selain Allah karena Allah adalah Tuhan yang sesungguhnya yang akan sanggup melindunginya dari segala bahaya, sedangkan berhala-berhala yang diciptakan dan disembah oleh orangorang musyrik jelas tidak akan memberikan manfaat apa-apa, apalagi 29

perlindungan dari segala yang menimpa manusia, sebagaimana diterangkan dalam surat Yasin 23-24 dan al-An’am 57.

‫ﻨﱢﻲ‬‫ ﻟﹶﺎ ﺘﹸﻐﹾﻥِ ﻋ‬‫ﺭ‬‫ ﺒِﻀ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﺤ‬‫ﻥِ ﺍﻟﺭ‬‫ﺭِﺩ‬‫ ﻴ‬‫ﺔﹰ ﺇِﻥ‬‫ﺍﻟِﻬ‬‫ﻭﻨِﻪِ ﺀ‬‫ ﺩ‬‫ﺃَﺘﱠﺨِﺫﹸ ﻤِﻥ‬‫ﺀ‬ (٢٤)ٍ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﻤ‬‫(ﺇِﻨﱢﻲ ﺇِﺫﹰﺍ ﻟﹶﻔِﻲ ﻀ‬٢٣)ِ‫ﻨﹾﻘِﺫﹸﻭﻥ‬‫ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ﺌًﺎ ﻭ‬‫ ﺸﹶﻴ‬‫ﻡ‬‫ﺘﹸﻬ‬‫ﺸﹶﻔﹶﺎﻋ‬ Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya, jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku?. Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata. (Thâhâ:23-24)

‫ﻭﻥِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻗﹸلْ ﻟﹶﺎ ﺃَﺘﱠﺒِﻊ‬‫ ﺩ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻋ‬‫ ﺘﹶﺩ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺩ‬‫ﺒ‬‫ ﺃَﻋ‬‫ﻗﹸلْ ﺇِﻨﱢﻲ ﻨﹸﻬِﻴﺕﹸ ﺃَﻥ‬ ‫ﺘﹶﺩِﻴﻥ‬‫ﻬ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺎ ﺃَﻨﹶﺎ ﻤِﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻠﹶﻠﹾﺕﹸ ﺇِﺫﹰﺍ ﻭ‬‫ ﻀ‬‫ ﻗﹶﺩ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺍﺀ‬‫ﻭ‬‫ﺃَﻫ‬ Katakanlah: "Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah". Katakanlah: "Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk".(al-An’âm: 57) Menurut sebuah penelitian, orang-orang musyrik lebih menunjuk kepada orang-orang Arab di zaman Rasulullah SAW. Ciri-ciri mereka berpaham politeisme, paganisme dan tidak memiliki kitab suci atau pun pseudo kitab suci. Jadi mereka yang memiliki kitab suci atau pseudo kitab suci, meskipun tampak berpaham wathaniyyât tidak dapat dianalogikan dengan al-Musyrikûn. Untuk itu pengikut Majusi dan Sabi`un tetap tergolong sebagi ahl-kitab.30

30

Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr, h. 168

30

B.3. Nifâq Dalam beberapa ayat yang memuat kata dhalâl dapat ditemukan bahwa konsep dhalâl tidak hanya ditujukan untuk golongan manusia yang secara penuh menentang jalan Allah. Sebagaimana diterangkan dalam surat al-Mumtahanah ayat 1 berikut ini dhalâl juga ditujukan kepada orang-orang beriman karena melakukan perbuatan yang merugikan agama Allah. Diantara segolongan umat Islam karena kecintaannya pada dunia yang berlebih masih tidak luput dari perbuatan yang mengikuti hawa nafsunya sampai mau bekerjasama dengan lawan (kaum kuffar), sehingga tidak peduli bila perbuatan mereka itu akan berakibat buruk buat kelangsungan dakwah Islam. Orang-orang beriman inilah yang disebut sebagai orang munafiq.

ْ‫ﯾَﺎأَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ ءَاﻣَﻨُﻮا ﻟَﺎ ﺗَﺘﱠﺨِﺬُوا ﻋَﺪُوﱢي وَﻋَﺪُوﱠﻛُﻢْ أَوْﻟِﯿَﺎءَ ﺗُﻠْﻘُﻮنَ إِﻟَﯿْﮭِﻢ‬ ْ‫ﺑِﺎﻟْﻤَﻮَدﱠةِ وَﻗَﺪْ ﻛَﻔَﺮُوا ﺑِﻤَﺎ ﺟَﺎءَﻛُﻢْ ﻣِﻦَ اﻟْﺤَﻖﱢ ﯾُﺨْﺮِﺟُﻮنَ اﻟﺮﱠﺳُﻮلَ وَإِﯾﱠﺎﻛُﻢ‬ َ‫ﺳﺒِﯿﻠِﻲ وَاﺑْﺘِﻐَﺎء‬ َ ‫أَنْ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮا ﺑِﺎﻟﻠﱠﮫِ رَﺑﱢﻜُﻢْ إِنْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺧَﺮَﺟْﺘُﻢْ ﺟِﮭَﺎدًا ﻓِﻲ‬ ْ‫ﻣَﺮْﺿَﺎﺗِﻲ ﺗُﺴِﺮﱡونَ إِﻟَﯿْﮭِﻢْ ﺑِﺎﻟْﻤَﻮَدﱠةِ وَأَﻧَﺎ أَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﻤَﺎ أَﺧْﻔَﯿْﺘُﻢْ وَﻣَﺎ أَﻋْﻠَﻨْﺘُﻢ‬ ِ‫ﺴﺒِﯿﻞ‬ ‫وَﻣَﻦْ ﯾَﻔْﻌَﻠْﮫُ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻓَﻘَﺪْ ﺿَﻞﱠ ﺳَﻮَاءَ اﻟ ﱠ‬ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk 31

berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. (al-Mumtahanah: 1) Menurut riwayat ayat tersebut turun berkenaan dengan perbuatan Hathib bin Abi Balta`ah. Ia adalah seorang muhajirin yang juga pernah ikut dalam perang badar. Ketika Nabi membuat keputusan untuk menyerang Makkah (fath Makkah) Hathib bin Abi Balta`ah hendak membocorkan rencana Nabi tersebut kepada kaum Kafir Makkah. Balta’ah merasa tidak sebagaimana sahabat muhajirin lain yang punya kerabat di Makkah yang bisa melindungi harta bendanya, sehingga ia bermaksud membuat jasa baik kepada orang-orang kafir Makkah agar mereka melindungi harta dan keluarganya. 31 Ayat tersebut turun untuk melarang orang-orang beriman bersahabat, bekerjasama dengan orang-orang musyrik dan kafir atau bahkan mengangkat mereka sebagai pemimpinnya. Larangan ini karena orang-orang beriman yang bekerjasama dengan orang-orang kafir atau bahkan mengangkat orang-orang kafir sebagai pemimpinnya maka orang-orang beriman tersebut telah dikatagorikan sebagai masuk golongan orang kafir. Maka tindakan orang beriman tersebut dinilai sebagai tindakan yang sesat sebagaimana sesatnya orang-orang kafir dan musyrik.32

31

Abî al-Hasan ‘Alî bin Ahmad al-Wâhidî al-Naysâbûrî, Asbâb al-Nuzûl (ttp: Maktabah wa Mathba’ah al-Manâr, tth)h. 239-240 32 Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân, Juz IV, h. 443

32

Dalam analisis Faruq Sherif, al-Qur`an lebih banyak menyebutkan kemunafikan dalam konteks peristiwa sejarah atau orang-orang tertentu. Orangorang munafiq dicirikan dalam sejarah sebagai orang yang memiliki iman yang palsu. Pada peristiwa ketika Nabi memerangi musuh-musuhnya, orang-orang munafiq meskipun secara lahiriah mengaku beriman, tetapi menunjukkan tingkah laku permusuhan. Mereka bekerjasama (kooperatif) dengan orang-orang kafir bahkan menentang rencana-rencana Nabi.33

B.4. Kebingungan Para Calon Nabi Dhalâl dalam al-Qur`an juga digunakan untuk menunjukkan masa lalu para nabi dan rasul Allah sebelum turunnya wahyu sebagai hidayah atau petunjuk. Dalam konteks ini lafazh dhalâl sangat jelas dipertentangkan dengan hudâ. Tergambar dalam ayat-ayat berikut ini bahwa para nabi itu dulunya juga mengalami kebingungan bahkan kekeliruan tetapi kemudian diberi petunjuk (hudâ) oleh Allah.

‫ﺎ ﻓَﮭَﺪَى‬‫وَوَﺟَﺪَكَ ﺿَﺎﻟ‬ Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. (al-Dhuhâ: 7)

Dalam tafsir ibn Katsîr diterangkan bahwa sebagian mufassir menjelaskan maksud ayat tersebut adalah keterangan bahwa Muhammad SAW. pada masa

33

Faruq Sherif, al-Qur`an, h. 176

33

kecil ketika masih tinggal di Makkah juga dalam keadaan sesat (dhalla) kemudian kembali.34 Pada surat al-Syu’arâ` juga diterangkan tentang Musa as. yang mengatakan bahwa beliau dulunya juga dalam kesesatan.

َ‫ﻗَﺎلَ ﻓَﻌَﻠْﺘُﮭَﺎ إِذًا وَأَﻧَﺎ ﻣِﻦَ اﻟﻀﱠﺎﻟﱢﯿﻦ‬ Berkata Musa: "Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf. (al-Syu’arâ`: 20)

Dikotomi sesat dan mendapat petunjuk dalam masa lalu para nabi juga tergambar dalam surat al-An`âm ayat 77. Dalam ayat tersebut diceritakan bahwa dalam perjalananya mencari Tuhan yang tidak kunjung memuaskan, Ibrahim berujar bahwa apabila tidak mendapat petunjuk dari Tuhan maka pastilah Ibrahim akan berada dalam kesesatan.

‫ﻓَﻠَﻤﱠﺎ رَأَى اﻟْﻘَﻤَﺮَ ﺑَﺎزِﻏًﺎ ﻗَﺎلَ ھَﺬَا رَﺑﱢﻲ ﻓَﻠَﻤﱠﺎ أَﻓَﻞَ ﻗَﺎلَ ﻟَﺌِﻦْ ﻟَﻢْ ﯾَﮭْﺪِﻧِﻲ‬ َ‫رَﺑﱢﻲ ﻟَﺄَﻛُﻮﻧَﻦﱠ ﻣِﻦَ اﻟْﻘَﻮْمِ اﻟﻀﱠﺎﻟﱢﯿﻦ‬ Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orangorang yang sesat". (al-An’âm: 77)

34

Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân, Juz IV, h.676

34

Dalam kisah nabi Ya`qub yang mencintai anaknya Yusuf secara berlebihan di atas saudaranya yang lain dinilai oleh keluarga Ya`qub sebagai sesat (dhalâl) karena telah menimbulkan sikap yang membeda-bendakan kepada anakanaknya.

ِ‫ﻗَﺎﻟُﻮا ﺗَﺎﻟﻠﱠﮫِ إِﻧﱠﻚَ ﻟَﻔِﻲ ﺿَﻠَﺎﻟِﻚَ اﻟْ َﻘﺪِﯾﻢ‬ Keluarganya berkata: "Demi Allah, sesungguhnya kamu masih dalam kekeliruanmu yang dahulu". (Yûsuf: 95)

Menurut Ibn ‘Abbas bahwa yang dimaksud dhalâlika al-qadîm adalah bahwa Ya`qub berada dalam kesalahannya yang dahulu.35 C.

B.5. Hilang dan Lenyap Kata

dhalâl

dalam

al-Qur`an

tidak

hanya

digunakan

untuk

mengungkapkan suatu konsep-konsep yang bermuatan religius. Dhalâl dalam alQur`an juga terbukti digunakan sebagaimana makna asalnya dalam bahasa Arab, diantaranya hilang.

‫ﺎﻜﹸﻡ‬‫ﺎ ﻨﹶﺠ‬‫ ﻓﹶﻠﹶﻤ‬‫ﺎﻩ‬‫ ﺇِﻟﱠﺎ ﺇِﻴ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻋ‬‫ ﺘﹶﺩ‬‫ﻥ‬‫لﱠ ﻤ‬‫ﺭِ ﻀ‬‫ﺤ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﺭ‬‫ ﺍﻟﻀ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺴ‬‫ﺇِﺫﹶﺍ ﻤ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍ‬‫ ﻜﹶﻔﹸﻭﺭ‬‫ﺎﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﺈِﻨﹾﺴ‬‫ﻜﹶﺎﻥ‬‫ ﻭ‬‫ﺘﹸﻡ‬‫ﻀ‬‫ﺭ‬‫ ﺃَﻋ‬‫ﺭ‬‫ﺇِﻟﹶﻰ ﺍﻟﹾﺒ‬ Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan Kamu ke

35

Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân, Juz III, h. 636

35

daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih. (al-Isrâ`: 67)

Menurut Ibn Katsîr dhalla dalam ayat tersebut berarti dzahaba (hilang) yaitu hilanglah dari hati mereka setiap benda-benda yang mereka sembah selain Allah.36 Pada ayat lain yaitu Surat al-A’râf ayat 37 dhalla berarti lenyap.

‫ﺎﺘِﻪِ ﺃُﻭﻟﹶﺌِﻙ‬‫ ﺒِﺂﻴ‬‫ ﻜﹶﺫﱠﺏ‬‫ﺎ ﺃَﻭ‬‫ﻠﹶﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻜﹶﺫِﺒ‬‫ﻯ ﻋ‬‫ﻥِ ﺍﻓﹾﺘﹶﺭ‬‫ ﻤِﻤ‬‫ ﺃَﻅﹾﻠﹶﻡ‬‫ﻥ‬‫ﻓﹶﻤ‬ ‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻭﺍ‬‫ﻡ‬‫ﻨﹶﻬ‬‫ﻓﱠﻭ‬‫ﺘﹶﻭ‬‫ﻠﹸﻨﹶﺎ ﻴ‬‫ﺴ‬‫ ﺭ‬‫ﻡ‬‫ﺘﹾﻬ‬‫ﺎﺀ‬‫ﺘﱠﻰ ﺇِﺫﹶﺍ ﺠ‬‫ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏِ ﺤ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ ﻨﹶﺼِﻴﺒ‬‫ﻡ‬‫ﻨﹶﺎﻟﹸﻬ‬‫ﻴ‬ ‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻭﺍ ﻋ‬‫ﺸﹶﻬِﺩ‬‫ﻨﱠﺎ ﻭ‬‫ﻠﱡﻭﺍ ﻋ‬‫ﻭﻥِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻗﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﻀ‬‫ ﺩ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻋ‬‫ ﺘﹶﺩ‬‫ﺎ ﻜﹸﻨﹾﺘﹸﻡ‬‫ ﻤ‬‫ﻥ‬‫ﺃَﻴ‬ ‫ ﻜﹶﺎﻨﹸﻭﺍ ﻜﹶﺎﻓِﺭِﻴﻥ‬‫ﻡ‬‫ ﺃَﻨﱠﻬ‬‫ﺃَﻨﹾﻔﹸﺴِﻬِﻡ‬ Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Orang-orang itu akan memperoleh bahagian yang telah ditentukan untuknya dalam Kitab (Lauh Mahfuzh); hingga bila datang kepada mereka utusan-utusan Kami (malaikat) untuk mengambil nyawanya, (di waktu itu) utusan Kami bertanya: "Di mana (berhala-berhala) yang biasa kamu sembah selain Allah?" Orang-orang musyrik itu menjawab: "Berhala-berhala itu semuanya telah lenyap dari kami," dan mereka mengakui terhadap diri mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir. (al-A’râf :37)

Menurut ibn Katsîr maksud dhalla dalam ayat tersebut adalah lenyap atau hilang dari kita sehingga kita tidak dapat mengharapkan manfaat dan kebaikan dari sesembahan yang kita sembah selain Allah.37 36

Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân ,Juz III, h. 71

36

Dhalâl dalam al-Qur`an yang bermakna lenyap atau hilang juga terdapat dalam Surat Ghâfir ayat 74 dan surat al-Ahqâf ayat 28.

ْ‫ﻓَﻠَﻮْﻟَﺎ ﻧَﺼَﺮَھُﻢُ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ اﺗﱠﺨَﺬُوا ﻣِﻦْ دُونِ اﻟﻠﱠﮫِ ﻗُﺮْﺑَﺎﻧًﺎ ءَاﻟِﮭَﺔً ﺑَﻞ‬ َ‫ﺿَﻠﱡﻮا ﻋَﻨْﮭُﻢْ وَذَﻟِﻚَ إِﻓْﻜُﮭُﻢْ وَﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮا ﯾَﻔْﺘَﺮُون‬ Maka mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai Tuhan untuk mendekatkan diri (kepada Allah) tidak dapat menolong mereka. Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap dari mereka? Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan. (al-Ahqâf :26)

B.6. Sia-Sia Dhalâl dalam al-Qur`an yang menunjukkan makna asalnya dalam bahasa Arab, diantaranya juga berarti sia-sia.

‫ ﻡ‬‫ ﺃَﻨﱠﻬ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺒ‬‫ﺴ‬‫ﺤ‬‫ ﻴ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻨﹾﻴ‬‫ﺎﺓِ ﺍﻟﺩ‬‫ﻴ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﻴ‬‫ﻌ‬‫لﱠ ﺴ‬‫ ﻀ‬‫ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨﹾﻌ‬‫ ﺼ‬‫ﺴِﻨﹸﻭﻥ‬‫ﺤ‬‫ﻴ‬ Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaikbaiknya. (al-Kahfi: 104)

Menurut Ibn Katsîr mereka mengerjakan perbuatan yang sia-sia (bâthilah) di luar yang disyariatkan Allah.38

37 38

Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân , Juz II, h. 285 Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân, Juz III, h. 143-144

37

Dhalâl dalam al-Qur`an yang bermakna sia-sia juga terdapat dalam surat al-Ra’d ayat 14 dan al-Fîl ayat 2.

ٍ‫ﺀ‬‫ ﺒِﺸﹶﻲ‬‫ﻡ‬‫ ﻟﹶﻬ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺘﹶﺠِﻴﺒ‬‫ﺴ‬‫ﻭﻨِﻪِ ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ ﺩ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻋ‬‫ﺩ‬‫ ﻴ‬‫ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻕﱢ ﻭ‬‫ﺓﹸ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻭ‬‫ﻋ‬‫ ﺩ‬‫ﻟﹶﻪ‬ ‫ﺎﺀ‬‫ﻋ‬‫ﺎ ﺩ‬‫ﻤ‬‫ﺎﻟِﻐِﻪِ ﻭ‬‫ ﺒِﺒ‬‫ﻭ‬‫ﺎ ﻫ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻠﹸﻎﹶ ﻓﹶﺎﻩ‬‫ﺒ‬‫ﺎﺀِ ﻟِﻴ‬‫ﻪِ ﺇِﻟﹶﻰ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺎﺴِﻁِ ﻜﹶﻔﱠﻴ‬‫ﺇِﻟﱠﺎﻜﹶﺒ‬ ٍ‫ﻠﹶﺎل‬‫ ﺇِﻟﱠﺎ ﻓِﻲ ﻀ‬‫ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓِﺭِﻴﻥ‬ Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) do`a yang benar. Dan berhalaberhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan do`a (ibadat) orangorang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka. (al-Ra’d: 14)

ٍ‫أَﻟَﻢْ ﯾَﺠْﻌَﻞْ ﻛَﯿْﺪَھُﻢْ ﻓِﻲ ﺗَﻀْﻠِﯿﻞ‬ Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka`bah) itu sia-sia?, (al-Fîl: 2) B.7. Lupa Dhalâl dalam al-Qur`an yang menunjukkan makna asalnya dalam bahasa Arab, diantaranya juga berarti lupa, sebagaimana dalam ayat berikut ini:

ْ‫ﻰ ﻓَﺎﻛْﺘُﺒُﻮهُ وَﻟْﯿَﻜْﺘُﺐ‬‫ﯾَﺎأَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ ءَاﻣَﻨُﻮا إِذَا ﺗَﺪَاﯾَﻨْﺘُﻢْ ﺑِﺪَﯾْﻦٍ إِﻟَﻰ أَﺟَﻞٍ ﻣُﺴَﻤ‬ ْ‫ﺑَﯿْﻨَﻜُﻢْ ﻛَﺎﺗِﺐٌ ﺑِﺎﻟْﻌَﺪْلِ وَﻟَﺎ ﯾَﺄْبَ ﻛَﺎﺗِﺐٌ أَنْ ﯾَﻜْﺘُﺐَ ﻛَﻤَﺎ ﻋَﻠﱠﻤَﮫُ اﻟﻠﱠﮫُ ﻓَﻠْﯿَﻜْﺘُﺐ‬

38

ْ‫وَﻟْﯿُﻤْﻠِﻞِ اﻟﱠﺬِي ﻋَﻠَﯿْﮫِ اﻟْﺤَﻖﱡ وَﻟْﯿَﺘﱠﻖِ اﻟﻠﱠﮫَ رَﺑﱠﮫُ وَﻟَﺎ ﯾَﺒْﺨَﺲْ ﻣِﻨْﮫُ ﺷَ ْﯿﺌًﺎ ﻓَﺈِن‬ َ‫ﺳﻔِﯿﮭًﺎ أَوْ ﺿَﻌِﯿﻔًﺎ أَوْ ﻟَﺎ ﯾَﺴْﺘَﻄِﯿﻊُ أَنْ ﯾُﻤِﻞﱠ ھُﻮ‬ َ ‫ﻛَﺎنَ اﻟﱠﺬِي ﻋَﻠَﯿْﮫِ اﻟْﺤَﻖﱡ‬ ‫ﻓَﻠْﯿُﻤْﻠِﻞْ وَﻟِﯿﱡﮫُ ﺑِﺎﻟْﻌَﺪْلِ وَاﺳْﺘَﺸْﮭِﺪُوا ﺷَﮭِﯿﺪَﯾْﻦِ ﻣِﻦْ رِﺟَﺎﻟِﻜُﻢْ ﻓَﺈِنْ ﻟَﻢْ ﯾَﻜُﻮﻧَﺎ‬ ‫رَﺟُﻠَﯿْﻦِ ﻓَﺮَﺟُﻞٌ وَاﻣْﺮَأَﺗَﺎنِ ﻣِﻤﱠﻦْ ﺗَﺮْﺿَﻮْنَ ﻣِﻦَ اﻟﺸﱡﮭَﺪَاءِ أَنْ ﺗَﻀِﻞﱠ‬ ‫إِﺣْﺪَاھُﻤَﺎ ﻓَﺘُﺬَﻛﱢﺮَ إِﺣْﺪَاھُﻤَﺎ ا ْﻟﺄُﺧْﺮَى‬ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. (al-Baqarah: 282) Menurut Ibn Katsîr dhalla dalam ayat tersebut berarti lupa yakni apabila salah seorang diantara dua perempaun itu lupa (nasiyat) akan kesaksiannya.39 B.8. Hancur Dhalâl dalam al-Qur`an yang menunjukkan makna asalnya dalam bahasa Arab, diantaranya juga berarti hancur.

39

Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân, Juz I, h. 438

39

ْ‫وَﻗَﺎﻟُﻮا أَﺋِﺬَا ﺿَﻠَﻠْﻨَﺎ ﻓِﻲ اﻟْﺄَرْضِ أَ ِﺋﻨﱠﺎ ﻟَﻔِﻲ ﺧَﻠْﻖٍ ﺟَﺪِﯾﺪٍ ﺑَﻞْ ھُﻢْ ﺑِﻠِﻘَﺎءِ رَﺑﱢﮭِﻢ‬ َ ‫ﻛَﺎﻓِﺮُون‬ Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah hancur di dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru”. Bahkan (sebenarnya) mereka ingkar akan menemui Tuhannya. (al-Sajdah: 10) Menurut Ibn Katsîr dhalalnâ dalam ayat tersebut berarti tamazzaqat (tercabik-cabik), tafarraqat (tercerai berai) dan dzahabat (hilang).40 C. Lafadz-lafadz yang Semakna (Sinonim) dengan Dhalâl Lafadz dhalâl dalam al-Qur`an memiliki beberapa padanan kata atau sinonim yang digunakan dalam konteks yang hampir sama dalam ayat-ayat alQur`an. Padanan kata lafadz dhalâl tersebut ditemukan memiliki makna dan pengertian yang sama dengan konsep dhalâl sebagaimana diuraikan di atas. Berikut ini akan diuraikan beberapa padanan kata lafadz dhalâl beserta makna dan pengertiannya dalam konteks ayat-ayat al-Qur`an. C.1. Ghay Lafadz ghay adalah salah satu padanan kata dhalâl yang mengandung arti sama yaitu berjalan pada kesesatan menyimpang dari jalur yang benar. Sebagaimana terdapat dalam al-Qur`an surat al-Syu`arâ’ ayat 90-97 berikut ini.

40

Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân, Juz III, h. 599

40

ْ‫(وَﻗِﯿﻞَ ﻟَﮭُﻢ‬٩١)َ‫(وَﺑُﺮﱢزَتِ اﻟْﺠَﺤِﯿﻢُ ﻟِﻠْﻐَﺎوِﯾﻦ‬٩٠)َ‫وَأُزْﻟِﻔَﺖِ اﻟْﺠَﻨﱠﺔُ ﻟِﻠْﻤُﺘﱠﻘِﯿﻦ‬ ْ‫(ﻣِﻦْ دُونِ اﻟﻠﱠﮫِ ھَﻞْ ﯾَﻨْﺼُﺮُوﻧَﻜُﻢْ أَو‬٩٢)َ‫أَﯾْﻦَ ﻣَﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻌْﺒُﺪُون‬ َ‫(وَﺟُﻨُﻮدُ إِﺑْﻠِﯿﺲ‬٩٤)َ‫(ﻓَﻜُﺒْﻜِﺒُﻮا ﻓِﯿﮭَﺎ ھُﻢْ وَاﻟْﻐَﺎوُون‬٩٣)َ‫ﯾَﻨْﺘَﺼِﺮُون‬ ‫(ﺗَﺎﻟﻠﱠﮫِ إِنْ ﻛُﻨﱠﺎ ﻟَﻔِﻲ‬٩٦)َ‫(ﻗَﺎﻟُﻮا وَھُﻢْ ﻓِﯿﮭَﺎ ﯾَﺨْﺘَﺼِﻤُﻮن‬٩٥)َ‫أَﺟْﻤَﻌُﻮن‬ (٩٧)ٍ‫ﺿَﻠَﺎلٍ ﻣُﺒِﯿﻦ‬ dan (di hari itu) didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertakwa, dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat", dan dikatakan kepada mereka: "Di manakah berhala-berhala yang dahulu kamu selalu menyembah (nya) selain Allah? Dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka sendiri?" Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat, dan bala tentara iblis semuanya. Mereka berkata sedang mereka bertengkar di dalam neraka: "demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, (al-Syu`arâ’: 90-97)

Menurut al-Qurthuby dalam tafsirnya bahwa yang dimaksud al-ghâwîn dalam ayat tersebut adalah orang-orang kafir yang sesat dari petunjuk (hudâ).41 Dengan demikian ghawâ dalam ayat tersebut digunakan sebagaimana konsep dhalâl yang diperlawankan dengan hudâ. Konsep ghawâ sebagai padanan kata dhalâl yang dilawankan dengan hudâ secara jelas digunakan dalam surat Thâhâ ayat 121-122.

Abî ‘Abd Allah Muhammad bin Ahmad al-Anshârî al-Qurthûbî, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur`ân (Beyrut: Dâr al-Fikr, 1994) Juz VII, h. 109

41

41

ِ‫ ﻕ‬‫ﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﺎ ﻤِﻥ‬‫ﻬِﻤ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﺨﹾﺼِﻔﹶﺎﻥِ ﻋ‬‫ﻁﹶﻔِﻘﹶﺎ ﻴ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻤ‬‫ﺁﺘﹸﻬ‬‫ﻭ‬‫ﺎ ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﺕﹾ ﻟﹶﻬ‬‫ﺩ‬‫ﺎ ﻓﹶﺒ‬‫ﻓﹶﺄَﻜﹶﻠﹶﺎ ﻤِﻨﹾﻬ‬ ِ‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ ﻓﹶﺘﹶﺎﺏ‬‫ﻪ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﺎﻩ‬‫ﺘﹶﺒ‬‫ ﺍﺠ‬‫(ﺜﹸﻡ‬١٢١)‫ﻯ‬‫ ﻓﹶﻐﹶﻭ‬‫ﻪ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﻡ‬‫ﺍﺩ‬‫ﻰ ﺀ‬‫ﺼ‬‫ﻋ‬‫ﻨﱠﺔِ ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﺠ‬ (١٢٢)‫ﻯ‬‫ﺩ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬ Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. (Thâhâ :121-122)

Kedurhakaan Adam karena telah melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah pohon khuldi dinyatakan dalam ayat tersebut sebagai perbuatan yang sesat (ghawâ) dan ketika Adam bertaubat dan diterima oleh Allah, maka Tuhan memberinya petunjuk (hudâ). C.2. Zaygh Padanan kata lafadz dhalâl berikutnya yang digunakan dalam al-Qur`an adalah zaygh yang memuat salah satu konsepsi dhalâl yaitu penyimpangan dari jalan yang benar42. Contoh dari penggunaan zaygh yang memuat konsepsi tersebut adalah terdapat dalam surat Ali-‘Imrân 7-8.

ِ‫ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏ‬‫ ﺃُﻡ‬‫ﻥ‬‫ﺎﺕﹲ ﻫ‬‫ﻜﹶﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺎﺕﹲ ﻤ‬‫ﺍﻴ‬‫ ﺀ‬‫ ﻤِﻨﹾﻪ‬‫ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏ‬‫ﻙ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ل ﻋ‬ َ ‫ ﺍﻟﱠﺫِﻱ ﺃَﻨﹾﺯ‬‫ﻭ‬‫ﻫ‬ ‫ ﻤِﻨﹾﻪ‬‫ﻪ‬‫ﺎ ﺘﹶﺸﹶﺎﺒ‬‫ ﻤ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺘﱠﺒِﻌ‬‫ﻎﹲ ﻓﹶﻴ‬‫ﻴ‬‫ ﺯ‬‫ ﻓِﻲ ﻗﹸﻠﹸﻭﺒِﻬِﻡ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺎﺕﹲ ﻓﹶﺄَﻤ‬‫ﺘﹶﺸﹶﺎﺒِﻬ‬‫ ﻤ‬‫ﺃُﺨﹶﺭ‬‫ﻭ‬ 42

Izutsu, Etika Beragama, h. 220

42

‫ﺍﺴِﺨﹸﻭﻥ‬‫ﺍﻟﺭ‬‫ ﻭ‬‫ ﺇِﻟﱠﺎ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﺘﹶﺄْﻭِﻴﻠﹶﻪ‬‫ﻠﹶﻡ‬‫ﻌ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﻤ‬‫ ﺘﹶﺄْﻭِﻴﻠِﻪِ ﻭ‬‫ﺘِﻐﹶﺎﺀ‬‫ﺍﺒ‬‫ ﺍﻟﹾﻔِﺘﹾﻨﹶﺔِ ﻭ‬‫ﺘِﻐﹶﺎﺀ‬‫ﺍﺒ‬ ‫ ﺇِﻟﱠﺎ ﺃُﻭﻟﹸﻭ‬‫ﺫﱠﻜﱠﺭ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﻤ‬‫ﻨﹶﺎ ﻭ‬‫ﺒ‬‫ ﻋِﻨﹾﺩِ ﺭ‬‫ﻨﱠﺎ ﺒِﻪِ ﻜﹸلﱞ ﻤِﻥ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ﻘﹸﻭﻟﹸﻭﻥ‬‫ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﻌِﻠﹾﻡِ ﻴ‬ ‫ﻨﹾﻙ‬‫ ﻟﹶﺩ‬‫ ﻟﹶﻨﹶﺎ ﻤِﻥ‬‫ﺏ‬‫ﻫ‬‫ﺘﹶﻨﹶﺎ ﻭ‬‫ﻴ‬‫ﺩ‬‫ ﺇِﺫﹾ ﻫ‬‫ﺩ‬‫ﻌ‬‫ﻨﹶﺎ ﺒ‬‫ﻨﹶﺎ ﻟﹶﺎ ﺘﹸﺯِﻍﹾ ﻗﹸﻠﹸﻭﺒ‬‫ﺒ‬‫(ﺭ‬٧)ِ‫ﺎﺏ‬‫ﺍﻟﹾﺄَﻟﹾﺒ‬ (٨)‫ﺎﺏ‬‫ﻫ‬‫ ﺃَﻨﹾﺕﹶ ﺍﻟﹾﻭ‬‫ﺔﹰ ﺇِﻨﱠﻙ‬‫ﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺭ‬ Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (‘Ali ‘Imrân: 7-8) C.3. ‘Amiha Padanan kata lafadz dhalâl selanjutnya yang digunakan dalam al-Qur`an adalah ‘amiha yang memuat salah satu konsepsi dhalâl yaitu bergelimang dalam kesesatan dengan membabi buta.43 Penggunaan lafadz ‘amiha dalam konsep tersebut dapat dilihat dalam surat al-Naml ayat 4:

43

Izutsu, Etika Beragama, h. 220

43

‫ﻭﻥ‬‫ﻬ‬‫ﻤ‬‫ﻌ‬‫ ﻴ‬‫ﻡ‬‫ ﻓﹶﻬ‬‫ﻡ‬‫ﺎﻟﹶﻬ‬‫ﻤ‬‫ ﺃَﻋ‬‫ﻡ‬‫ﻨﱠﺎ ﻟﹶﻬ‬‫ﻴ‬‫ﺓِ ﺯ‬‫ ﺒِﺎﻟﹾﺂﺨِﺭ‬‫ﺅْﻤِﻨﹸﻭﻥ‬‫ ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺇِﻥ‬ Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan). (al-Naml: 4)

Ibn Katsîr menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan fahum ya ’mahûn dalam ayat tersebut adalah fahum yatîhûn fi dhalâlihim (maka mereka bergelimang dalam kesesatan mereka).44 C.4. Ghaflah Padanan kata lafadz dhalâl selanjutnya yang digunakan dalam al-Qur`an yang cukup penting untuk menjadi bahan kajian adalah ghaflah. Al-Qur`an menggunakan lafadz ghaflah baik dalam pengertian asal makna bahasanya yaitu kelengahan atau kecerobohan, maupun dalam konsep keagamaan yaitu menyimpang dari jalur hidayah. Contoh penggunaan lafadz ghaflah dalam al-Qur`an dengan makna bahasanya adalah dalam surat Yûsuf ayat 13:

‫ﺃَﻨﹾﺘﹸﻡ‬‫ ﻭ‬‫ ﺍﻟﺫﱢﺌْﺏ‬‫ﺄْﻜﹸﻠﹶﻪ‬‫ ﻴ‬‫ﺃَﺨﹶﺎﻑﹸ ﺃَﻥ‬‫ﻭﺍ ﺒِﻪِ ﻭ‬‫ﺒ‬‫ ﺘﹶﺫﹾﻫ‬‫ﻨﹸﻨِﻲ ﺃَﻥ‬‫ﺯ‬‫ﺤ‬‫ل ﺇِﻨﱢﻲ ﻟﹶﻴ‬ َ ‫ﻗﹶﺎ‬ ‫ ﻏﹶﺎﻓِﻠﹸﻭﻥ‬‫ﻨﹾﻪ‬‫ﻋ‬ Berkata Ya`qub; "Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah daripadanya." (Yûsuf 13)

44

Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur`an, Juz III, h. 470

44

Lafadz ghaflah dalam al-Qur`an surat al-A’râf ayat 178-179 digunakan dalam konsep keagamaan untuk secara langsung menunjuk golongan orang yang sesat (dhalâl).

‫ﻭﻥ‬‫ﻔﹾﻘﹶﻬ‬‫ ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ ﻗﹸﻠﹸﻭﺏ‬‫ﻡ‬‫ﺍﻟﹾﺈِﻨﹾﺱِ ﻟﹶﻬ‬‫ ﻭ‬‫ ﺍﻟﹾﺠِﻥ‬‫ﺍ ﻤِﻥ‬‫ ﻜﹶﺜِﻴﺭ‬‫ﻨﱠﻡ‬‫ﻬ‬‫ﺃْﻨﹶﺎ ﻟِﺠ‬‫ ﺫﹶﺭ‬‫ﻟﹶﻘﹶﺩ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ ﺒِﻬ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻌ‬‫ﻤ‬‫ﺴ‬‫ ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ﺍﺫﹶﺍﻥ‬‫ ﺀ‬‫ﻡ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ ﺒِﻬ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺼِﺭ‬‫ﺒ‬‫ لَﺍ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻴ‬‫ ﺃَﻋ‬‫ﻡ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺒِﻬ‬ ‫ ﺍﻟﹾﻐﹶﺎﻓِﻠﹸﻭﻥ‬‫ﻡ‬‫ ﻫ‬‫لﱡ ﺃُﻭﻟﹶﺌِﻙ‬‫ ﺃَﻀ‬‫ﻡ‬‫لْ ﻫ‬‫ﺎﻡِ ﺒ‬‫ ﻜﹶﺎﻟﹾﺄَﻨﹾﻌ‬‫ﺃُﻭﻟﹶﺌِﻙ‬ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tandatanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orangorang yang lalai. (al-A’râf :179) Mereka disebut al-ghâfilûn karena meninggalkan untuk mengambil pelajaran (tadabbur) dan mengabaikan adanya surga dan neraka.45 Ghaflah sebagaimana dhalâl juga digunakan dalam al-Qur`an untuk menunjukkan kondisi umat terdahulu yang sesat sebelum datangnya wahyu alQur`an. Konsep ini dapat dikaji dalam surat Yûsuf ayat 3:

‫ﺍﻥ‬‫ﺀ‬‫ﺫﹶﺍ ﺍﻟﹾﻘﹸﺭ‬‫ ﻫ‬‫ﻙ‬‫ﻨﹶﺎ ﺇِﻟﹶﻴ‬‫ﻴ‬‫ﺤ‬‫ﺎ ﺃَﻭ‬‫ﺹِ ﺒِﻤ‬‫ ﺍﻟﹾﻘﹶﺼ‬‫ﻥ‬‫ﺴ‬‫ ﺃَﺤ‬‫ﻙ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ ﻨﹶﻘﹸﺹ‬‫ﻥ‬‫ﻨﹶﺤ‬ ‫ ﺍﻟﹾﻐﹶﺎﻓِﻠِﻴﻥ‬‫ﻠِﻪِ ﻟﹶﻤِﻥ‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ﺕ ﻤِﻥ‬ ‫ ﻜﹸﻨﹾ ﹶ‬‫ﺇِﻥ‬‫ﻭ‬ 45

al-Qurthûbî, al-Jâmi’, Juz IV, h.

45

Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur'an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui. (Yûsuf: 3) C.5. Thaghâ Di antara padanan kata lafadz dhalâl selanjutnya yang digunakan dalam al-Qur`an yang sangat sentral adalah konsep thaghâ. Thaghâ menurut arti bahasanya adalah sewenang-wenang, meluap, bergelombang atau melewati batas, sebagaimana dalam surat al-‘Alaq ayat 6 dan surat Thâhâ ayat 81, berikut ini:

‫ﻁﹾﻐﹶﻰ‬‫ ﻟﹶﻴ‬‫ﺎﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﺈِﻨﹾﺴ‬‫ﻜﹶﻠﱠﺎ ﺇِﻥ‬ Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, (al‘Alaq: 6)

‫ﻃﯿﱢﺒَﺎتِ ﻣَﺎ رَزَﻗْﻨَﺎﻛُﻢْ وَﻟَﺎ ﺗَﻄْﻐَﻮْا ﻓِﯿﮫِ ﻓَﯿَﺤِﻞﱠ ﻋَﻠَﯿْﻜُﻢْ ﻏَﻀَﺒِﻲ‬ َ ْ‫ﻛُﻠُﻮا ﻣِﻦ‬ ‫وَﻣَﻦْ ﯾَﺤْﻠِﻞْ ﻋَﻠَﯿْﮫِ ﻏَﻀَﺒِﻲ ﻓَﻘَﺪْ ھَﻮَى‬ Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaanKu menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia. (Thâhâ: 81)

Dari arti bahasa tersebut, al-Qur`an menggunakan lafadz thaghâ dalam pengertian keagamaan yang menunjukkan jalan kesesatan sebagaimana lafadz dhalâl. Penggunaan al- Qur`an terhadap lafadz thaghâ yang menunjuk pada jalan

46

kesesatan lawan dari jalan lurus terdapat dalam surat al-A’râf ayat 186, Thâhâ ayat 24 dan Hûd 112 berikut ini:

َ‫ﻣَﻦْ ﯾُﻀْﻠِﻞِ اﻟﻠﱠﮫُ ﻓَﻠَﺎ ھَﺎدِيَ ﻟَﮫُ وَﯾَﺬَرُھُﻢْ ﻓِﻲ ﻃُﻐْﯿَﺎﻧِﮭِﻢْ ﯾَﻌْﻤَﮭُﻮن‬ Barangsiapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. (al-A’râf : 186)

‫اذْھَﺐْ إِﻟَﻰ ﻓِﺮْﻋَﻮْنَ إِﻧﱠﮫُ ﻃَﻐَﻰ‬ Pergilah kepada Fir’aun; sesungguhnya ia telah melampaui batas". (Thâhâ : 24)

Fir’aun diklaim sebagai thaghâ karena ia telah melakukan pelanggaran berat (maksiat), sombong, kafir dan melampaui batas.46

ٌ‫ﻓَﺎﺳْﺘَﻘِﻢْ ﻛَﻤَﺎ أُﻣِﺮْتَ وَﻣَﻦْ ﺗَﺎبَ ﻣَﻌَﻚَ وَﻟَﺎ ﺗَﻄْﻐَﻮْا إِﻧﱠﮫُ ﺑِﻤَﺎ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮنَ ﺑَﺼِﯿﺮ‬ Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Hûd: 112)

Al-Qur`an juga secara tegas menyatakan bahwa kesesatan itu adalah jalan syaithan, sebagaimana dalam surat al-Nisâ` 60 dan 76 berikut ini.

46

al-Qurthûbî, al-Jâmi’, Juz VI, h. 112

47

ْ‫أَﻟَﻢْ ﺗَﺮَ إِﻟَﻰ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﯾَﺰْﻋُﻤُﻮنَ أَﻧﱠﮭُﻢْ ءَاﻣَﻨُﻮا ﺑِﻤَﺎ أُﻧْﺰِلَ إِﻟَﯿْﻚَ وَﻣَﺎ أُﻧْﺰِلَ ﻣِﻦ‬ ِ‫ﻗَﺒْﻠِﻚَ ﯾُﺮِﯾﺪُونَ أَنْ ﯾَﺘَﺤَﺎﻛَﻤُﻮا إِﻟَﻰ اﻟﻄﱠﺎﻏُﻮتِ وَﻗَﺪْ أُﻣِﺮُوا أَنْ ﯾَﻜْﻔُﺮُوا ﺑِﮫ‬ ‫وَﯾُﺮِﯾﺪُ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنُ أَنْ ﯾُﻀِﻠﱠﮭُﻢْ ﺿَﻠَﺎﻟًﺎ ﺑَﻌِﯿﺪًا‬ Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauhjauhnya.(al-Nisâ: 60)

ِ‫ﺳﺒِﯿﻞ‬ َ ‫ﺳﺒِﯿﻞِ اﻟﻠﱠﮫِ وَاﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﻛَﻔَﺮُوا ﯾُﻘَﺎﺗِﻠُﻮنَ ﻓِﻲ‬ َ ‫اﻟﱠﺬِﯾﻦَ ءَاﻣَﻨُﻮا ﯾُﻘَﺎﺗِﻠُﻮنَ ﻓِﻲ‬ ‫اﻟﻄﱠﺎﻏُﻮتِ ﻓَﻘَﺎﺗِﻠُﻮا أَوْﻟِﯿَﺎءَ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنِ إِنﱠ ﻛَﯿْﺪَ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنِ ﻛَﺎنَ ﺿَﻌِﯿﻔًﺎ‬ Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah. (al-Nisâ`: 76)

Menurut ‘Alî al-Shâbûnî maksud ayat wa al-ladzîna kafarû yuqâtilûna fî sabîl al-thâghût adalah bahwa orang-orang kafir berperang di jalan syaithan yang mengajak pada kekafiran dan kesesatan (al-thughyân).47

47

Muhammad ‘Alî al-Shâbûnî, Shafwah al-Tafâsîr (Mesir, Dâr al-Shâbûnî, tth) Jilid 1, h. 290

48

BAB III SEBAB-SEBAB TERJADINYA KESESATAN

A. Analisa Konsep Dhalâl dalam al-Qur ̀an Berdasarkan data yang telah dipaparkan dalam Bab II mengenai Makna dan Pengungkapan Lafazh Dhalâl dalam al-Qur ̀an, maka dapat dilakukan analisa bahwa lafazh dhalâl secara bahasa berarti sesat, bingung dan sia-sia. Pengungkapan lafazh dhalâl dalam al-Qur ̀an yang berbeda-beda bentuk katanya (tashrîf) seperti dalam bentuk fi’il mâdhî, fi’il mudhâri’ dan a mr baik tsulâtsî maupun rubâ ’i, bentuk mashdar, dan fâ ’il telah membawa pergeseran makna. Dalam bentuk fi’il madhî tsulâtsy mujarrad, dhalla memiliki dua makna yakni makna lâzim (tidak membutuhkan maf’ûl bih) seperti ‫( ﺿﻞ اﻟﺸﻲ‬sesuatu telah hilang/ lenyap) dan makna muta ’addi (membutuhkan maf’ûl bih) seperti ‫ﺿﻞ ﻓﻼن‬ ‫( اﻟﻄﺮﯾﻖ‬fulan kehilangan jalan/ tersesat). Bentuk tersebut digunakan dalam al-Qur ̀an misalnya pada surat al-Baqarah ayat 108, surat al-Nisâ’ ayat 116 dan 136, surat alMâ’idah ayat 12 dan 105. Dalam bentuk fi’il mâdhi tsulâtsi mazîd dengan menambah huruf hamzah qath’i diawalnya yang berfungsi li al-ta ’diyah sehingga lafazh dhalla menjadi adhalla (‫) أﺿﻞ‬. Pada bentuk ini lafazh dhalla yang semula berarti sesat berubah menjadi menyesatkan. Contoh penggunaannya dalam al-Qur ̀an adalah dalam surat alNisâ ̀ ayat 88, surat Thâhâ ayat 79, al-Rûm ayat 29, dan surat Yâsin ayat 62.

49

Dalam bentuk fi’il mudhâri’ tsulâtsi mujarrad yaitu yadhillu (‫ ) ﯾﻀﻞ‬memiliki beberapa makna. Makna yadhillu yang pertama adalah tidak mendapat petunjuk. Penggunaannya dalam al-Qur ̀an ada pada surat al-An’âm ayat 117, surat Yûnus ayat 108, dan surat al-Isrâ ̀ ayat 15. Makna yadhillu kedua adalah salah dalam menempatkan sesuatu, contoh dalam al-Qur ̀an adalah pada surat Thâhâ ayat 52. Ketiga adalah bermakna lupa, contoh dalam al-Qur ̀an adalah pada surat al-Baqarah ayat 282. Dalam bentuk fi’il mudhâri’ tsulâtsi mazîd yaitu yudhillu (‫ )ﯾﻀﻞ‬memiliki makna menyesatkan atau mendapatinya dalam kesesatan, sebagaimana dalam surat al-Baqarah ayat 26, al-An’âm ayat 144, al-Taubah ayat 115, al-Ra’d ayat 127 dan Ibrâhîm ayat 4 dan 27. Dalam bentuk ism fâ ’il mufrad dari fi’il lâzim yaitu dhâll ( ‫ ) ﺿﺎل‬dan dalam bentuk jamak yaitu dhâllûn ( ‫ ) ﺿﺎﻟﻮن‬memiliki beberapa arti, yaitu pertama orang yang bingung. Penggunaan lafazh dan makna tersebut ada dalam surat al-Dhuhâ ayat 7. Kedua bermakna orang yang tidak mendapat petunjuk, contohnya terdapat dalam surat Ali ‘Imrân ayat 90, al-Hijr ayat 56, dan al-Wâqi’ah ayat 51. Dalam bentuk ism fa ’il mufrad dari fi’il muta ’adi yaitu mudhill ( ‫ ) ﻣﻀﻞ‬dan dalam bentuk jamak yaitu mudhillûn ( ‫ ) ﻣﻀﻠﻮن‬memiliki arti orang yang menyesatkan orang lain dari petunjuk. Penggunaannya dalam al-Qur ̀an terdapat dalam surat alQashash ayat 15, al-Zumar ayat 37 dan al-Kahfi ayat 51.

50

Dalam bentuk ism tafdhîl yaitu adhallu (‫ )اﺿﻞ‬memiliki arti lebih tersesat. Penggunaannya dalam al-Qur ̀an terdapat dalam surat al-Mâ ̀idah ayat 60, al-A’râf ayat 179, al-Isrâ ̀ ayat 72 dan al-Furqân ayat 34, 42, dan 44.48 Kata dhalâl bila diikuti kata sifat kabîr merujuk pada perilaku kufr atau mendustakan rasul, yaitu terdapat pada surat al-Mulk ayat 9. Sedangkan bila diikuti 'Athf ( ‫ ) ﻋﻄﻒ‬wa su'ur merujuk pada perilaku sombong, seperti pada surat al-Qomar ayat 24. Kata dhalâl bila di ikuti kata sifat ba' îd biasanya merujuk pada perilaku kufur atau orang kafir, seperti pada surat Ibrahîm ayat 3 dan 18, surat as-Syurâ ayat 18, surat Qâf ayat 27, an-Nisâ ayat 136, dan al-Haj ayat 12. disamping itu juga merujuk pada perbuatan syirk seperti pada surat an-Nisâ ayat 116. Kata dhalâl ketika di ikuti kata sifat mubîn biasanya merujuk kepada beberapa perilaku diantaranya adalah perilaku kufr seperti pada surat ali-'Imran ayat 164, al-An'âm ayat 74, al-A'râf ayat 60, surat Saba' ayat 24, Yâsîn ayat 47 dan alJumu'ah ayat 2. Perilaku munafiq pada surat al-Qashash ayat 85. Perilaku berhati keras pada surat az-Zumar ayat 22. Perilaku zhulm yaitu pada surat Maryam ayat 38, surat Luqmân ayat 11. Perilaku salah yaitu pada surat Yûsuf ayat 30. Dhalâl secara bahasa berada dalam suatu konsep tentang perjalanan di wilayah padang pasir, sehingga kesesatan, kebingungan dan kesia-siaan yang dimaksud adalah ketika seseorang bepergian atau menempuh satu perjalanan dan

Lihat Mu’jam alfâzh al-Qur ’an al-Karîm juz 2, h. 117-122 dan al-Munjid fî al-Lughah wa al-A’lâm, h.452-454

48

51

salah dalam memilih jalan yang digunakan maka ia akan tersesat, terjebak dalam kebingungan hingga sia-sia perjalanannya dan waktu yang telah ia habiskan. Konsep tentang perjalanan yang menyangkut pengetahuan mengenai jalan yang lurus dan benar yang akan mengantarkan seseorang ke tujuan tersebut begitu kuat melekat dalam budaya Arab yang memiliki wilayah gurun pasir. Bahkan sebagaimana dituturkan oleh Izutsu, karena sulitnya menentukan arah ketika berada ditengah padang pasir yang tak bertepi, maka keahlian seseorang untuk mengenali tanda-tanda jejak tertentu sehingga dapat menentukan arah merupakan satu keahlian tersendiri yang dapat dibanggakan. 49 Konteks lafazh dhalâl dalam bahasa Arab yaitu seseorang yang sedang bepergian dan salah dalam memilih jalan sehingga tersesat digunakan dan diperluas oleh

al-Qur ̀an dalam satu konteks seseorang yang mengarungi jalan kehidupan.

Sebagaimana para pelancong, orang-orang yang sedang menempuh kehidupan di dunia ini apabila salah dalam memilih jalan maka ia juga akan mengalami jalan kehidupan yang tersesat. Al-Qur̀an menggunakan kata dhalâl untuk menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak memilih jalan Islam sebagaimana ditunjukkan oleh Tuhan melalui Rasulnya dengan diturunkannya kitab petunjuk (al-hudâ; nama lain dari al-Qur ̀an) akan tersesat karena menempuh jalan yang salah. Sebagaimana penggunaannya dalam budaya arab yang meletakkan dhalâl sebagai lawan dari jalan yang benar dan lurus, dalam al-Qur ̀an juga menggunakan

Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, Pendekatan Semantik Terhadap al-Qur ’an, Penerjemah: Agus Fahri Husen dkk. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997) h. 160 49

52

dhalâl sebagai lawan dari shirâth al-mustaqîm (jalan lurus). Namun penggunaan, alQur ̀an menunjukkan tidak pada konteks dan makna asalnya yaitu untuk orang sedang bepergian melintasi padang pasir, tetapi al-Qur ̀an menggunakan makna metaforisnya pada konteks orang yang beriman kepada Allah. Orang yang beriman disebut sebagai orang yang akan menempuh jalan lurus karena mengikuti petujuk-Nya dan orang yang tidak mengikuti petunjuk tersebut adalah orang kafir yang bakal tersesat. Sebagaimana dalam surat Yûnus, 10:108 dan surat al-Nisâ ̀, 4 : 136 berikut ini:

ِ‫ﺘﹶﺩِﻱ ﻟِﻨﹶﻔﹾﺴِﻪ‬‫ﻬ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﻯ ﻓﹶﺈِﻨﱠﻤ‬‫ﺘﹶﺩ‬‫ﻥِ ﺍﻫ‬‫ ﻓﹶﻤ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﻕﱡ ﻤِﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺎﺀ‬‫ ﺠ‬‫ ﻗﹶﺩ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃَﻴ‬‫ﻗﹸلْ ﻴ‬ ٍ‫ﻜِﻴل‬‫ ﺒِﻭ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﺎ ﺃَﻨﹶﺎ ﻋ‬‫ﻤ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻀِلﱡ ﻋ‬‫ﺎ ﻴ‬‫لﱠ ﻓﹶﺈِﻨﱠﻤ‬‫ ﻀ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻭ‬ Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (al-Qur’an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu”. (Yûnus, 10:108)

ِ‫ﻭﻟِﻪ‬‫ﺴ‬‫ﻠﹶﻰ ﺭ‬‫ل ﻋ‬ َ ‫ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏِ ﺍﻟﱠﺫِﻱ ﻨﹶﺯ‬‫ﻭﻟِﻪِ ﻭ‬‫ﺴ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻤِﻨﹸﻭﺍ ﺒِﺎﻟﻠﱠﻪِ ﻭ‬‫ﻨﹸﻭﺍ ﺀ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃَﻴ‬‫ﻴ‬ ِ‫ﻡ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﻴ‬‫ﻠِﻪِ ﻭ‬‫ﺴ‬‫ﺭ‬‫ﻜﹸﺘﹸﺒِﻪِ ﻭ‬‫ﻠﹶﺎﺌِﻜﹶﺘِﻪِ ﻭ‬‫ﻤ‬‫ ﺒِﺎﻟﻠﱠﻪِ ﻭ‬‫ﻜﹾﻔﹸﺭ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫لُ ﻭ‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ل ﻤِﻥ‬ َ ‫ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏِ ﺍﻟﱠﺫِﻱ ﺃَﻨﹾﺯ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍ‬‫ﻌِﻴﺩ‬‫ﻼﹶﻻﹰ ﺒ‬‫لﱠ ﻀ‬‫ ﻀ‬‫ﺍﻵﺨِﺭِ ﻓﹶﻘﹶﺩ‬ Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian,

53

maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (al-Nisâ ̀,4:136)

Dari kedua ayat tersebut dapat dinyatakan bahwa al-Qur ̀an diturunkan sebagai kebenaran yang nyata yang menjadi petunjuk dari Tuhan kepada manusia, maka barangsiapa mengimaninya maka ia akan mendapati kebaikan yaitu berada dalam jalan kehidupan yang benar dan lurus. Sebaliknya orang-orang yang tidak mempercayainya maka berarti orang tersebut telah mencelakai dirinya sendiri karena ia telah telah memilih jalan yang sesat. Kondisi orang beriman yang memilih jalan kebenaran dan mendapati petunjuk dari Tuhan lawan dari orang kafir yang mendustakan kebenaran tersebut digambarkan Izutsu dalam sebuah skema sebagai berikut:50

I.

Ihtidâ ` ||

dhalâl oposisi ←   → || sesat

Dibimbing kejalan yang lurus

II.

Tashdîq ←   →

Takdzîb Mendustakan

Konsep hidâyah menurut Thabâthabâ’i terdiri dari dua bentuk, yaitu hidâyah yang berupa fitrah kemanusiaan atau naluri baik dalam setiap manusia dan hidâyah yang berupa petunjuk yang diturunkan Allah melalui Nabi Muhammad SAW. berupa

50

3 lzutsu, Relasi Tuhan, h. 156

54

al-Qur ̀an al-karim. Sesuai dengan fitrahnya manusia sudah mengimani adanya Tuhan yang satu dimana segala sesuatu yang wujud ini berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Namun manusia dengan fitrahnya saja tidak

mampu untuk

menyempurnakan keimanannya dalam perbuatan nyata yang baik dan akhlaq yang mulia, untuk itulah diperlukan kehadiran para Nabi untuk membawa hidâyah kedua yang berupa wahyu dari Allah. Sehingga kehidupan manusia akan menjadi sempurna. Dengan hidâyah pertama yang juga disebut hidâyat al-Sâbiqah manusia akan memiliki aqidah yang benar dan dengan hidâyah yang kedua yang juga disebut hidâyat al-lâhiqah manusia akan dapat mewujudkan amal perbuatan yang shalih. 51 Dhalâl yang merupakan oposisi dari ihtidâ ’ dalam pengungkapan al-Qur ̀an tidak hanya menunjukkan konsep tentang kafir sebagai lawan dari iman. Sebagaimana terungkap dalam Bab II yang mengklasifikasikan cakupan makna dhalâl dalam al-Qur ̀an maka dhalâl meliputi makna yang sangat luas, yaitu kufr, syirk, nifâq, perbuatan para calon anbiyâ

dan masyarakatnya sebelum mendapat

wahyu seperti membunuh anak-anak sendiri, diperbudak oleh hawa nafsu, dan menghalangi orang ke jalan Allah. Orang-orang kafir, musyrik dan munafiq dikategorikan sebagai orang-orang sesat karena berhubungan dengan makna kesia-siaan dan kebingungan. Sebagaimana makna dhalâl dalam bahasa yaitu sia-sia karena jalan yang dipilih oleh mereka adalah bukan jalan yang benar yang dapat mengantarkannya ketujuan. Menurut analisis

Muhammad Husain al-Thabâthabâ’i, AI-Mîzân fi Tafsîr al-Qur ’ân, (Beyrut: Muassasah al.A’lami, 1991) Juz 1, h.47- 48

51

55

Harifuddin Cawidu dengan menggunakan dhalâl, al-Qur ̀an

ingin menunjukkan

bahwa pada hari perhitungan kelak, orang-orang kafir akan kehilangan tuhan-tuhan palsu yang mereka buat-buat (dhalla ’anhum mâ kânû yaftarûn). Dengan demikian amal perbuatan yang mereka bangun selama di dunia pada hakikatnya tidak mempunyai kenyataan, tidak riil, dan sia-sia. 52

B. Sebab-sebab Kesesatan B.l. Hawa Nafsu Hawa nafsu adalah kata majemuk yang sudah menjadi bagian dari kosa kata bahasa Indonesia. Hawa nafsu berasal dari bahasa arab hawa dan nafs. Hawa berarti hasrat (desire), tingkah (caprice) atau kecenderungan dalam diri seseorang untuk bersikap. Di dalam al-Qur ̀an, lafazh hawâ digunakan untuk menyatakan keinginan sesorang untuk menyimpang dari kebenaran, sebagaimana dapat dicontohkan dalam surat al-Furqân ayat 43:53

‫ﻜِﻴﻠﹰﺎ‬‫ﻪِ ﻭ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ ﺃَﻓﹶﺄَﻨﹾﺕﹶ ﺘﹶﻜﹸﻭﻥ‬‫ﺍﻩ‬‫ﻭ‬‫ ﻫ‬‫ﻪ‬‫ﻥِ ﺍﺘﱠﺨﹶ ﹶﺫ ﺇِﻟﹶﻬ‬‫ﺕ ﻤ‬ ‫ ﹶ‬‫ﺃَﻴ‬‫ﺃَﺭ‬ Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (al-Furqân,25:43)

52

Hafiduddin Cawidu, Konsep Kufr dalam al-Qur an , (Jakarta: Bulan Bintang, 1991) h. 72 M. Dawam Raharjo, Eksiklopedi al-Qur ’an, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci (Jakarta: Paramadina, 1996) cet. I, h. 251 53

56

Sedangkan nafs dalam bahasa Arab berarti diri atau pribadi. Al-Qur ̀an sering menggunakannya dalam pengertian jiwa (soul), pribadi (person), diri (self atau selves), disamping arti lainnya lafazh nafs tersebut memiliki dua kecenderungan yaitu pada kejahatan dan kebaikan. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur ̀an surat Yûsuf ayat 53:

‫ﺤِﻴﻡ‬‫ ﺭ‬‫ﻲ ﻏﹶﻔﹸﻭﺭ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﻲ ﺇِﻥ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﺤِﻡ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ﻭﺀِ ﺇِﻟﱠﺎ ﻤ‬‫ﺓﹲ ﺒِﺎﻟﺴ‬‫ﺎﺭ‬‫ ﻟﹶﺄَﻤ‬‫ ﺍﻟﻨﱠﻔﹾﺱ‬‫ﺉُ ﻨﹶﻔﹾﺴِﻲ ﺇِﻥ‬‫ﺭ‬‫ﺎ ﺃُﺒ‬‫ﻤ‬‫ﻭ‬ Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Yûsuf, 12:53) Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa, nafs itu pada umumnya mendorong kepada keinginan-keinginan rendah yang menjurus kepada hal-hal yang negatif. Namun ada pula nafs yang mendapat rahmah, yang membawa kepada kebaikan.54 Lafazh hawâ yang berarti hasrat nafs yang berarti diri, ketika masuk dalam bahasa Indonesia dan kedua kata tersebut digabungkan menjadi satu kata majemuk memiliki arti yang sedikit berbeda. Hawa nafsu dalam bahasa Indonesia sudah menunjuk pada keinginan keras yang berkecenderungan pada perbuatan-perbuatan yang kurang bermutu, negatif atau bahkan perbuatan jahat seperti melepaskan marah dan pelampiasan seksual.55

54

Dawam Raharjo, Eksiklopedi, h. 250-251 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995) h. 433 55

57

Sebagaimana surat Yûsuf ayat 53 di atas, al-Qur ̀an sendiri menyebutkan tiga kategori kecenderungan nafsu yang sesuai dengan tingkat perkembangan manusia. Pertama adalah al-nafs al-ammârah (Q.s. Yûsuf, 12:53) menunjukkan manusia yang berada pada tingkat kebinatangan yang cenderung untuk hanyut dalam naluri rendahnya. Kedua adalah al-nafs al-lawwâmah (Q.s. al-Qiyâmah 75:2), pada tahap ini manusia mulai menyadari salah dan dosanya karena telah mengenal petunjuk ilahi. Pada tahap kedua ini seseorang memasuki jiwa kemanusiaan. Tahap ketiga adalah alnafs al-muthma ’innah (Q.s. al-Fajr; 27) dimana manusia mencapai tingkat tertinggi ketika jiwa ketuhanan telah merasuk ke dalam kepribadian seseorang yang telah mengalami kematangan jiwa.56 Dengan kutipan di atas maka dapat diambil garis besar bahwa hawa nafsu berada pada tingkatan pertama, dimana pada tahap ini manusia pada naluri kebinatangan dan tahap kedua meskipun manusia memasuki jiwa kemanusiaan tetapi ia dihadapkan kepada dua kecenderungan yaitu terpengaruh kuat oleh nafsu kebinatangan atau pada jiwa ketuhanan yang membawanya pada ketenangan. Hawa nafsu yang didominasi oleh naluri kebinatangan tersebut jelas akan mempengaruhi manusia untuk menolak petunjuk Allah dan menolak berjalan di jalan yang benar. Manusia yang jiwanya didominasi oleh hawa nafsu akan berjalan sesuai kemauannya sendiri yang tidak ada pembimbingnya sehingga ia selalu tertipu pada jalan yang sesat. Sebagaimana terdapat dalam surat al-An’âm ayat 56:

56

Dawam Raharjo, Eksiklopedi, h. 265

58

‫ ﻗﹶﺩ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺍﺀ‬‫ﻭ‬‫ ﺃَﻫ‬‫ﻭﻥِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻗﹸلْ ﻟﹶﺎ ﺃَﺘﱠﺒِﻊ‬‫ ﺩ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻋ‬‫ ﺘﹶﺩ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺩ‬‫ﺒ‬‫ ﺃَﻋ‬‫ﻗﹸلْ ﺇِﻨﱢﻲ ﻨﹸﻬِﻴﺕﹸ ﺃَﻥ‬ ‫ﺘﹶﺩِﻴﻥ‬‫ﻬ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺎ ﺃَﻨﹶﺎ ﻤِﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻠﹶﻠﹾﺕﹸ ﺇِﺫﹰﺍ ﻭ‬‫ﻀ‬ Katakanlah: “Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah”. Katakanlah: “Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk”. (al-An’âm, 6: 50)

Hawa nafsu yang merupakan representasi dari al-nafs al-lawwâmah yang sesuai dengan surat Yûsuf ayat 53 cenderung mendorong manusia pada perbuatan negatif sesuai dengan id dalam teori Psikoanalisa Freud. Id adalah naluri primitif bagian bawah sadar dari sebuah kepribadian. Ia merupakan gudang yang berisikan dorongan-dorongan yang paling dasar dalam kepribadian seseorang. Id bekerja secara tidak rasional, bersifat impulsive dan mendorong ekspresi dan grafitasi tanpa mempedulikan apa akibatnya tanpa mempertimbangkan apakah keinginan seseorang itu cukup realistis atau secara moral dapat dipertanggungjawabkan.57 Sesuai dengan surat Ali ’Imrân ayat 14, manusia memang dibekali potensi yang berupa keinginan pada kesenangan duniawi:

‫ﺓِ ﻤِﻥ‬‫ﻘﹶﻨﹾﻁﹶﺭ‬‫ﺍﻟﹾﻘﹶﻨﹶﺎﻁِﻴﺭِ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻨِﻴﻥ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﺎﺀِ ﻭ‬‫ ﺍﻟﻨﱢﺴ‬‫ﺍﺕِ ﻤِﻥ‬‫ﻭ‬‫ ﺍﻟﺸﱠﻬ‬‫ﺏ‬‫ ﻟِﻠﻨﱠﺎﺱِ ﺤ‬‫ﻥ‬‫ﻴ‬‫ﺯ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨﹾﻴ‬‫ﺎﺓِ ﺍﻟﺩ‬‫ﻴ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺘﹶﺎﻉ‬‫ ﻤ‬‫ﺙِ ﺫﹶﻟِﻙ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺎﻡِ ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﺄَﻨﹾﻌ‬‫ﺔِ ﻭ‬‫ﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺴ‬‫لِ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺍﻟﹾﺨﹶﻴ‬‫ﺔِ ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﻔِﻀ‬‫ﺏِ ﻭ‬‫ﺍﻟﺫﱠﻫ‬ ِ‫ﺂﺏ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻥ‬‫ﺴ‬‫ ﺤ‬‫ﻩ‬‫ ﻋِﻨﹾﺩ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻭ‬

57

Dawam Raharjo, Eksiklopedi, h. 266

59

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang temak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (̀Ali ’Imrân, 3:14)

Menurut

Sayid

Quthb,

kata

zuyyina

dalam

awal

ayat

tersebut

mengindikasikan bahwa setiap manusia dari asalnya memiliki potensi dasar yang tidak dapat diingkari berupa kesenangan duniawi yaitu kecintaan kepada wanitawanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatangbinatang temak dan sawah ladang. Potensi tersebut disampaikan oleh Tuhan agar manusia mengetahui karakter-karakternya dan menempatkannya pada tempat yang tidak melebihi batas sehingga terwujud kehidupan yang mulia dan terhormat.58 Mengingat kesenangan duniawi adalah bagian dari potensi dasar manusia dari asalnya maka mendapatkan kesenangan duniawi di atas tidaklah dilarang dalam al-Qur ̀an, sebagaimana dalam surat al-A’râf ayat 32:

‫ﻕِ ﻗﹸلْ ﻫِﻲ‬‫ﺯ‬‫ ﺍﻟﺭ‬‫ﺎﺕِ ﻤِﻥ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﻁﱠﻴ‬‫ﺎﺩِﻩِ ﻭ‬‫ ﻟِﻌِﺒ‬‫ﺝ‬‫ ﺯِﻴﻨﹶﺔﹶ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺍﻟﱠﺘِﻲ ﺃَﺨﹾﺭ‬‫ﻡ‬‫ﺭ‬‫ ﺤ‬‫ﻥ‬‫ﻗﹸلْ ﻤ‬ ٍ‫ﻡ‬‫ﺎﺕِ ﻟِﻘﹶﻭ‬‫لُ ﺍﻟﹾﺂﻴ‬‫ ﻨﹸﻔﹶﺼ‬‫ﺔِ ﻜﹶﺫﹶﻟِﻙ‬‫ﺎﻤ‬‫ ﺍﻟﹾﻘِﻴ‬‫ﻡ‬‫ﻭ‬‫ﺔﹰ ﻴ‬‫ﺎ ﺨﹶﺎﻟِﺼ‬‫ﻨﹾﻴ‬‫ﺎﺓِ ﺍﻟﺩ‬‫ﻴ‬‫ﻨﹸﻭﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ﻟِﻠﱠﺫِﻴﻥ‬ ‫ﻭﻥ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﻴ‬ Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah 58

Sayid Quthb, FîZhilâl al-Qur ’ân (Mesir: Dâr al-Syurûq, 1992) Juz. 1 h. 373-374

60

dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (al-A’râf 7: 32)

ِ‫ﺭ‬‫ ﺒِﻐﹶﻴ‬‫ﻐﹾﻲ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﺈِﺜﹾﻡ‬‫ ﻭ‬‫ﻁﹶﻥ‬‫ﺎ ﺒ‬‫ﻤ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ ﻤِﻨﹾﻬ‬‫ﺭ‬‫ﺎ ﻅﹶﻬ‬‫ﺍﺤِﺵﹶ ﻤ‬‫ ﺍﻟﹾﻔﹶﻭ‬‫ﻲ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﻡ‬‫ﺭ‬‫ﺎ ﺤ‬‫ﻗﹸلْ ﺇِﻨﱠﻤ‬ ‫ﺎ ﻟﹶﺎ‬‫ﻠﹶﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻤ‬‫ ﺘﹶﻘﹸﻭﻟﹸﻭﺍ ﻋ‬‫ﺃَﻥ‬‫ﻠﹾﻁﹶﺎﻨﹰﺎ ﻭ‬‫لْ ﺒِﻪِ ﺴ‬‫ﻨﹶﺯ‬‫ ﻴ‬‫ﺎ ﻟﹶﻡ‬‫ ﺘﹸﺸﹾﺭِﻜﹸﻭﺍ ﺒِﺎﻟﻠﱠﻪِ ﻤ‬‫ﺃَﻥ‬‫ﻕﱢ ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬ ‫ﻭﻥ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﺘﹶﻌ‬ Yang dilarang adalah sikap melampaui batas, pemborosan, keserakahan, perusakan, pelanggaran HAM dan sikap-sikap a-sosial, sebagaimana surat Thâhâ ayat 81 dan surat al- A’râf ayat 33

Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaanKu menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaanKu, maka sesungguhnya binasalah ia. (Thâhâ, 20: 81)

ْ‫ﻠِل‬‫ﺤ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﺒِﻲ ﻭ‬‫ ﻏﹶﻀ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﺤِلﱠ ﻋ‬‫ﺍ ﻓِﻴﻪِ ﻓﹶﻴ‬‫ﻟﹶﺎ ﺘﹶﻁﹾﻐﹶﻭ‬‫ ﻭ‬‫ﻗﹾﻨﹶﺎﻜﹸﻡ‬‫ﺯ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ﺎﺕِ ﻤ‬‫ﺒ‬‫ ﻁﹶﻴ‬‫ﻜﹸﻠﹸﻭﺍ ﻤِﻥ‬ ‫ﻯ‬‫ﻭ‬‫ ﻫ‬‫ﺒِﻲ ﻓﹶﻘﹶﺩ‬‫ﻪِ ﻏﹶﻀ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬ Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah

61

dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (al- A’râf, 7:33)

Perbuatan di atas adalah bentuk-bentuk kesesatan dan akibat manusia terlalu menuruti nafsu rendahnya untuk selalu serakah, tidak memperdulikan hak orang lain dan senantiasa mengabaikan petunjuk Tuhannya. Pada ayat lain diisyaratkan bahwa orang yang memiliki kecintaan yang berlebihan kepada harta benda akan berpotensi terjerumus pada kekafiran. Mereka akan selalu sibuk untuk menambah harta dan mempertahankan kemegahannya. 59 Sebagaimana dalam surat al-Hadîd ayat 20:

ِ‫ﺍل‬‫ﻭ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﺄَﻤ‬‫ﺘﹶﻜﹶﺎﺜﹸﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﻨﹶﻜﹸﻡ‬‫ﻴ‬‫ ﺒ‬‫ﺘﹶﻔﹶﺎﺨﹸﺭ‬‫ﺯِﻴﻨﹶﺔﹲ ﻭ‬‫ ﻭ‬‫ﻭ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ ﻭ‬‫ﺎ ﻟﹶﻌِﺏ‬‫ﻨﹾﻴ‬‫ﺎﺓﹸ ﺍﻟﺩ‬‫ﻴ‬‫ﺎ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻭﺍ ﺃَﻨﱠﻤ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﺍﻋ‬ ‫ﻜﹸﻭﻥ‬‫ ﻴ‬‫ﺍ ﺜﹸﻡ‬‫ﻔﹶﺭ‬‫ﺼ‬‫ ﻤ‬‫ﺍﻩ‬‫ ﻓﹶﺘﹶﺭ‬‫ﻬِﻴﺞ‬‫ ﻴ‬‫ﻪ ﺜﹸﻡ‬ ‫ﺎﺘﹸ‬‫ ﻨﹶﺒ‬‫ ﺍﻟﹾﻜﹸﻔﱠﺎﺭ‬‫ﺏ‬‫ﺠ‬‫ﺙٍ ﺃَﻋ‬‫ﺜﹶلِ ﻏﹶﻴ‬‫ﻟﹶﺎﺩِ ﻜﹶﻤ‬‫ﺍﻟﹾﺄَﻭ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎﺓﹸ‬‫ﻴ‬‫ﺎ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﺍﻥ‬‫ﻭ‬‫ﺭِﻀ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻭ‬‫ﺓﹲ ﻤِﻥ‬‫ﻐﹾﻔِﺭ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ ﺸﹶﺩِﻴﺩ‬‫ﺫﹶﺍﺏ‬‫ﺓِ ﻋ‬‫ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﺂﺨِﺭ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻁﹶﺎﻤ‬‫ﺤ‬ ِ‫ﻭﺭ‬‫ ﺍﻟﹾﻐﹸﺭ‬‫ﺘﹶﺎﻉ‬‫ﺎ ﺇِﻟﱠﺎ ﻤ‬‫ﻨﹾﻴ‬‫ﺍﻟﺩ‬ Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (al-Hadîd, 57 : 20)

59

Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr, h. 96

62

Sebagaimana dijelaskan dalam Bab II, dhalâl tidak hanya meliputi orangorang kafir, musyrik dan munafiq, tetapi orang-orang yang beriman bahkan para calon nabi pun juga pernah mengalami kesesatan atau minimal kebingungan. Hal tersebut diantaranya disebabkan oleh godaan hawa nafsu sebagaimana yang dialami oleh Nabi Ya ̀qub yang mencintai salah satu anaknya Yûsuf secara berlebihan sehingga menimbulkan kecemburuan pada anak-anaknya yang lain. Kisah ini disampaikan al-Qur ̀an dalam surat Yûsuf ayat 95:

ِ‫ ﺍﻟﹾﻘﹶﺩِﻴﻡ‬‫ﻠﹶﺎﻟِﻙ‬‫ ﻟﹶﻔِﻲ ﻀ‬‫ﻗﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﺘﹶﺎﻟﻠﱠﻪِ ﺇِﻨﱠﻙ‬ Keluarganya berkata: “Demi Allah, sesungguhnya kamu masih dalam kekeliruanmu yang dahulu”. (Yûsuf, 12: 95)

Dari ayat di atas jelas hawa nafsu adalah faktor pendorong yang telah menjadikan manusia berada pada kesesatan dan jauh dari petunjuk Tuhan. Manusiamanusia yang telah sesat tidak hanya mengabaikan petunjuk dari Tuhan, bahkan rasionalitas akalnya sendiri telah mereka abaikan sehingga mereka melakukan perbuatan-perbuatan asusila dan a-sosial yang membabi buta. Sebagaimana surat alRûm ayat 29:

‫ﻡ‬‫ﺎ ﻟﹶﻬ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫لﱠ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﺃَﻀ‬‫ﻥ‬‫ﺩِﻱ ﻤ‬‫ﻬ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﺭِ ﻋِﻠﹾﻡٍ ﻓﹶﻤ‬‫ ﺒِﻐﹶﻴ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﺍﺀ‬‫ﻭ‬‫ﻭﺍ ﺃَﻫ‬‫ ﻅﹶﻠﹶﻤ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻊ‬‫لِ ﺍﺘﱠﺒ‬‫ﺒ‬ ‫ ﻨﹶﺎﺼِﺭِﻴﻥ‬‫ﻤِﻥ‬

63

Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun. (al-Rûm, 30 : 29)

Karena orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya cenderung tidak rasional dan bahkan tidak menggunakan akal sehatnya, maka jalan hidup yang mereka tempuh identik dengan jalan syaithân. Pada Bab II telah dipaparkan lafazh- lafazh yang bersinonim dengan dhalâl dan diantaranya adalah thaghâ yang memiliki arti dasar melampaui batas, terombang-ambing, dan meluap. Sebagaimana dalam surat al-’Alaq ayat 6 dijelaskan bahwa setiap manusia pada prinsipnya memiliki potensi untuk selalu melampaui batas dalam artian berlebih-lebihan dalam kesenangan duniawi dan lupa akan asalnya yang telah menciptakan dan memberinya rizqi.

‫ﻁﹾﻐﹶﻰ‬‫ ﻟﹶﻴ‬‫ﺎﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﺈِﻨﹾﺴ‬‫ﻜﹶﻠﱠﺎ ﺇِﻥ‬ Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, (al’Alaq, 96 :6) Maksud ayat tersebut adalah ingin menunjukkan bahwa yang maha memberi dan membuat kaya adalah Allah sebagaimana Allah telah menciptakannya, membuatnya unggul dibanding makhluk lain dan memberinya pengetahuan. Tetapi pada umumnya manusia tidak bersyukur waktu diberi sehingga menjadi kaya. Tidak

64

mengetahui dari mana nikmat tersebut berasal, yaitu asal yang telah menciptakannya, memberinya ilmu pengetahuan dan rizqi. 60 Dan orang-orang yang tidak dapat mengendalikan diri sehingga dapat mengikuti petunjuk Allah, maka ia identik dengan mengikuti jalan syaithân karena dasarnya hanyalah menuruti nafsu rendahnya, sebagaimana keterangan surat al-Nisâ ̀ ayat 51 mereka bahkan lebih percaya jalan thâghût daripada jalan Allah.

ِ‫ﺍﻟﻁﱠﺎﻏﹸﻭﺕ‬‫ﺕِ ﻭ‬‫ ﺒِﺎﻟﹾﺠِﺒ‬‫ﺅْﻤِﻨﹸﻭﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏِ ﻴ‬‫ﺎ ﻤِﻥ‬‫ ﺃُﻭﺘﹸﻭﺍ ﻨﹶﺼِﻴﺒ‬‫ ﺇِﻟﹶﻰ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ ﺘﹶﺭ‬‫ﺃَﻟﹶﻡ‬ ‫ﺒِﻴﻠﹰﺎ‬‫ﻨﹸﻭﺍ ﺴ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻯ ﻤِﻥ‬‫ﺩ‬‫ﺅُﻟﹶﺎﺀِ ﺃَﻫ‬‫ﻭﺍ ﻫ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫ ﻟِﻠﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻘﹸﻭﻟﹸﻭﻥ‬‫ﻴ‬‫ﻭ‬ Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thâghût, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. (al-Nisâ ̀, 4: 51).

Karena kebenaran itu sudah pasti dan jelas apabila manusia mau mengikuti akal sehatnya maka Allah menegaskan dalam surat al-Baqarah ayat 256 bahwa tidak ada paksaan dalam mengikuti jalan Allah.

‫ﺅْﻤِﻥ‬‫ﻴ‬‫ ﺒِﺎﻟﻁﱠﺎﻏﹸﻭﺕِ ﻭ‬‫ﻜﹾﻔﹸﺭ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ ﻓﹶﻤ‬‫ ﺍﻟﹾﻐﹶﻲ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺸﹾﺩ‬‫ ﺍﻟﺭ‬‫ﻥ‬‫ﻴ‬‫ ﺘﹶﺒ‬‫ﻴﻥِ ﻗﹶﺩ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﻟﺩ‬‫ﺍﻩ‬‫ﻟﹶﺎ ﺇِﻜﹾﺭ‬ ‫ﻠِﻴﻡ‬‫ ﻋ‬‫ﻤِﻴﻊ‬‫ ﺴ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ ﻟﹶﻬ‬‫ﺎﻡ‬‫ﺜﹾﻘﹶﻰ ﻟﹶﺎ ﺍﻨﹾﻔِﺼ‬‫ﺓِ ﺍﻟﹾﻭ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ ﺒِﺎﻟﹾﻌ‬‫ﻙ‬‫ﺴ‬‫ﺘﹶﻤ‬‫ﺒِﺎﻟﻠﱠﻪِ ﻓﹶﻘﹶﺩِ ﺍﺴ‬ Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah 60

Sayid Quthb, Fî Zhilâl, Juz. 6, h.3942

65

jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thâghût dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (al-Baqarah, 2: 256) Syaithân yang bersekutu dengan hawa nafsu tidak hanya menyusup dalam jasad orang-orang kafir dan musyrik sehingga mereka tetap kafir, namun juga menyusup dalam jasad orang-orang beriman sehingga mereka dalam kebingungan sampai tersesat kejalan yang salah. Tergelincirnya manusia dari kenikmatan dan kehormatan yang tinggi karena berada di jalan Allah sehingga masuk dalam kehinaan dan penyesalan dituturkan dalam drama kosmik yaitu jatuhnya Adam as, dari surga yang megah ke bumi yang penuh tantangan. Kenyataan yang dialami Adam dan Hawa tersebut sebagai hukuman dari Allah atas kecerobohannya yang telah tergoda oleh hawa nafsunya sehingga melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah khuldi. Kisah ini diceritakan dengan gamblang pada surat al-Baqarah,2:35-37:

‫ﺎ‬‫ﺒ‬‫ﻟﹶﺎ ﺘﹶﻘﹾﺭ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺙﹸ ﺸِﺌْﺘﹸﻤ‬‫ﻴ‬‫ﺍ ﺤ‬‫ﻏﹶﺩ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ﻜﹸﻠﹶﺎ ﻤِﻨﹾﻬ‬‫ﻨﱠ ﹶﺔ ﻭ‬‫ ﺍﻟﹾﺠ‬‫ﻙ‬‫ﺠ‬‫ﻭ‬‫ﺯ‬‫ﺕ ﻭ‬ ‫ ﺃَﻨﹾ ﹶ‬‫ﻜﹸﻥ‬‫ ﺍﺴ‬‫ﻡ‬‫ﺎﺁﺩ‬‫ﻗﹸﻠﹾﻨﹶﺎ ﻴ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ ﻜﹶﺎﻨﹶﺎ‬‫ﺎ ﻤِﻤ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﺠ‬‫ﺎ ﻓﹶﺄَﺨﹾﺭ‬‫ﻨﹾﻬ‬‫ ﻋ‬‫ﻁﹶﺎﻥ‬‫ﺎ ﺍﻟﺸﱠﻴ‬‫ﻤ‬‫ﻟﱠﻬ‬‫ ﻓﹶﺄَﺯ‬‫ ﺍﻟﻅﱠﺎﻟِﻤِﻴﻥ‬‫ﺓﹶ ﻓﹶﺘﹶﻜﹸﻭﻨﹶﺎ ﻤِﻥ‬‫ﺭ‬‫ﺫِﻩِ ﺍﻟﺸﱠﺠ‬‫ﻫ‬ ‫ ﺇِﻟﹶﻰ‬‫ﺘﹶﺎﻉ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﺘﹶﻘﹶﺭ‬‫ﺴ‬‫ﺽِ ﻤ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﺄَﺭ‬‫ﻟﹶﻜﹸﻡ‬‫ ﻭ‬‫ﻭ‬‫ﺩ‬‫ﺽٍ ﻋ‬‫ﻌ‬‫ ﻟِﺒ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﻀ‬‫ﻌ‬‫ﺒِﻁﹸﻭﺍ ﺒ‬‫ﻗﹸﻠﹾﻨﹶﺎ ﺍﻫ‬‫ﻓِﻴﻪِ ﻭ‬ ‫ﺤِﻴﻡ‬‫ ﺍﻟﺭ‬‫ﺍﺏ‬‫ ﺍﻟﺘﱠﻭ‬‫ﻭ‬‫ ﻫ‬‫ﻪِ ﺇِﻨﱠﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﺎﺕٍ ﻓﹶﺘﹶﺎﺏ‬‫ﻪِ ﻜﹶﻠِﻤ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻡ‬‫ﺍﺩ‬‫ﺤِﻴﻥٍ ﻓﹶﺘﹶﻠﹶﻘﱠﻰ ﺀ‬ Dan Kami berfirman: “Hai Adam diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan

66

kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaithân dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan” .Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (al-Baqarah, 2:35-37) Para ulama memang memperdebatkan apakah syaithân yang menggoda manusia itu ada dalam diri manusia sendiri sebagaimana hawa nafsu yang tidak dapat dilihat secara kasat mata atau berada di luar diri manusia yang tampil sebagai sosok penggoda yang dapat dilihat kehadirannya. Menurut Thabâthabâ ̀î dalam konteks Adam sebagaimana surat al-Baqarah ayat 35-37 di atas, syaithân memang tampil di luar dirinya sebagai musuh yang akan menggoda Adam. Hal ini sesuai keterangan ayat 117 dalam Surat Thâhâ bahwa:

‫ﻨﱠﺔِ ﻓﹶﺘﹶﺸﹾﻘﹶﻰ‬‫ ﺍﻟﹾﺠ‬‫ﺎ ﻤِﻥ‬‫ﻨﱠﻜﹸﻤ‬‫ﺨﹾﺭِﺠ‬‫ ﻓﹶﻠﹶﺎ ﻴ‬‫ﺠِﻙ‬‫ﻭ‬‫ﻟِﺯ‬‫ ﻭ‬‫ ﻟﹶﻙ‬‫ﻭ‬‫ﺩ‬‫ﺫﹶﺍ ﻋ‬‫ ﻫ‬‫ ﺇِﻥ‬‫ﻡ‬‫ﺎﺁﺩ‬‫ﻓﹶﻘﹸﻠﹾﻨﹶﺎ ﻴ‬ Maka kami berkata: “Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. (Thâhâ, 20: 117) Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah SWT. memperlihatkan syaithân kepada Adam dan Hawa sebagai sosok yang dapat dilihat secara kasat mata. Penafsiran ini didukung oleh pemyataan Surat al-A‘râf yang menyatakan bahwa

67

sebelum Adam dan Hawa memakan buah khuldi, mereka telah saling melakukan dialog dengan syaithân sebagaimana dialog antar sesama manusia.

‫ﺕﹾ‬‫ﺩ‬‫ ﹶﺓ ﺒ‬‫ﺭ‬‫ﺎ ﺫﹶﺍﻗﹶﺎ ﺍﻟﺸﱠﺠ‬‫ﻭﺭٍ ﻓﹶﻠﹶﻤ‬‫ﺎ ﺒِﻐﹸﺭ‬‫ﻤ‬‫ﻟﱠﺎﻫ‬‫ ﻓﹶﺩ‬‫ ﺍﻟﻨﱠﺎﺼِﺤِﻴﻥ‬‫ﺎ ﻟﹶﻤِﻥ‬‫ﺎ ﺇِﻨﱢﻲ ﻟﹶﻜﹸﻤ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﻤ‬‫ﻗﹶﺎﺴ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ ﺃَﻟﹶﻡ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﺒ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻫ‬‫ﻨﹶﺎﺩ‬‫ﻨﱠﺔِ ﻭ‬‫ﻕِ ﺍﻟﹾﺠ‬‫ﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﺎ ﻤِﻥ‬‫ﻬِﻤ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﺨﹾﺼِﻔﹶﺎﻥِ ﻋ‬‫ﻁﹶﻔِﻘﹶﺎ ﻴ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻤ‬‫ﺁﺘﹸﻬ‬‫ﻭ‬‫ﺎ ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﻟﹶﻬ‬ ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ ﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺩ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ ﻟﹶﻜﹸﻤ‬‫ﻁﹶﺎﻥ‬‫ ﺍﻟﺸﱠﻴ‬‫ﺎ ﺇِﻥ‬‫ﺃَﻗﹸلْ ﻟﹶﻜﹸﻤ‬‫ﺓِ ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﺎ ﺍﻟﺸﱠﺠ‬‫ ﺘِﻠﹾﻜﹸﻤ‬‫ﻥ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ﻜﹸﻤ‬‫ﺃَﻨﹾﻬ‬ Dan dia (syaithân) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”, maka syaithân membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya auratauratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: ”Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaithân itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” (Al- ̀A‘râf, 7:21-22)

Ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa Allah memperlihatkan syaithân kepada Adam dan Hawa secara kasat mata. Seandainya Adam dan Hawa tidak melihat syaithân seperti kita ketika ragu-ragu maka keduanya akan berkata kepada Tuhan, “Ya Tuhan kami sesungguhnya kami tidak merasa atas kehadiran syaithân, karena bisikan-bisikannya itu datang dari pikiran kami dan kami tidak sengaja mengingkari apa yang Engkau telah wasiatkan kepada kami untuk waspada dari bisikan syaithân”.

68

Dengan demikian dalam konteks Adam dan Hawa serta para nabi yang mendapatkan perlindungan dari Allah (ma ’shûm) mereka dapat melihat syaithân dengan kasat mata. Sedangkan bagi manusia pada umumnya, syaithân tidak hadir dan nampak dengan kasat mata.61 Syaithân menggoda manusia dengan jalan membisikkan rayuannya dalam hati, sebagaimana dinyatakan dalam surat al-Nâs.

ِ‫ﻭﺭِ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱ‬‫ﺩ‬‫ ﻓِﻲ ﺼ‬‫ﻭِﺱ‬‫ﺴ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﱠﺫِﻱ ﻴ‬ yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. (al-Nâs, 114:5)

Orang-orang yang dikuasai oleh hawa nafsu dan tegoda oleh syaithân akan menjadi bingung, tidak menggunakan akal sehat, dan mereka seringkali juga memiliki kepribadian yang tidak positif yang cenderung semaunya sendiri, sombong, membanggakan diri, selalu tidak bisa melihat hal-hal barn yang positif dan lain sejenisnya, sebagaimana kisah kehadiran Musa yang ditolak oleh Fir’aun dan antekanteknya, dalam surat al-Mu ̀minûn ayat 45-47:

‫ﺫﹶﺍﺏِ ﺍﻟﻨﱠﺎﺭ‬‫ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻭﺀ‬‫ ﺴ‬‫ﻥ‬‫ﻭ‬‫ﻋ‬‫ﻕ ﺒِﺂلِ ﻓِﺭ‬ ‫ﺎ ﹶ‬‫ﺤ‬‫ﻭﺍ ﻭ‬‫ﻜﹶﺭ‬‫ﺎ ﻤ‬‫ﺌَﺎﺕِ ﻤ‬‫ﻴ‬‫ ﺴ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻗﹶﺎﻩ‬‫ﻓﹶﻭ‬ ‫ ﺃَﺸﹶﺩ‬‫ﻥ‬‫ﻭ‬‫ﻋ‬‫ل ﻓِﺭ‬ َ ‫ﺍ‬‫ﺨِﻠﹸﻭﺍ ﺀ‬‫ﺔﹸ ﺃَﺩ‬‫ﺎﻋ‬‫ ﺍﻟﺴ‬‫ ﺘﹶﻘﹸﻭﻡ‬‫ﻡ‬‫ﻭ‬‫ﻴ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺸِﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺍ ﻭ‬‫ﻭ‬‫ﺎ ﻏﹸﺩ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻀ‬‫ﺭ‬‫ﻌ‬‫ﻴ‬ ‫ﻭﺍ ﺇِﻨﱠﺎ ﻜﹸﻨﱠﺎ ﻟﹶﻜﹸﻡ‬‫ﺭ‬‫ﺘﹶﻜﹾﺒ‬‫ ﺍﺴ‬‫ ﻟِﻠﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻔﹶﺎﺀ‬‫ﻌ‬‫ﻘﹸﻭلُ ﺍﻟﻀ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨﱠﺎﺭِ ﻓﹶﻴ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺎﺠ‬‫ﺘﹶﺤ‬‫ﺇِﺫﹾ ﻴ‬‫ﺫﹶﺍﺏِ ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬

61

al-Thabâthabâ’i, AI-Mîzân, Juz 1, h.132-133

69

‫ﺎ‬‫ﻭﺍ ﺇِﻨﱠﺎ ﻜﹸلﱞ ﻓِﻴﻬ‬‫ﺭ‬‫ﺘﹶﻜﹾﺒ‬‫ ﺍﺴ‬‫ ﺍﻟﻨﱠﺎﺭِ ﻗﹶﺎلَ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺎ ﻤِﻥ‬‫ﻨﱠﺎ ﻨﹶﺼِﻴﺒ‬‫ ﻋ‬‫ﻐﹾﻨﹸﻭﻥ‬‫ ﻤ‬‫لْ ﺃَﻨﹾﺘﹸﻡ‬‫ﺎ ﻓﹶﻬ‬‫ﻌ‬‫ﺘﹶﺒ‬ ِ‫ﺎﺩ‬‫ ﺍﻟﹾﻌِﺒ‬‫ﻥ‬‫ﻴ‬‫ ﺒ‬‫ﻜﹶﻡ‬‫ ﺤ‬‫ ﻗﹶﺩ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇِﻥ‬ Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa tandatanda (kebesaran) Kami, dan bukti yang nyata, kepada Fir’aun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takabur dan mereka adalah orang-orang yang sombong. Dan mereka berkata: “Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?” Maka (tetaplah) mereka mendustakan keduanya, sebab itu mereka adalah termasuk orang-orang yang dibinasakan. (al- Mu ̀minûn, 40:45-48). Sebagai puncak dari kesombongan mereka, adalah rasa percaya dirinya yang berlebihan sehingga mereka merasa benar sendiri bahkan tidak butuh Tuhan dan kebenaran serta petunjuk dari Allah. Mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan lebih memilih jalan kesesatan, sebagaimana keterangan surat al-A‘râf ayat 146:

‫ﺍ ﻜﹸلﱠ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ ﻴ‬‫ﺇِﻥ‬‫ﻕﱢ ﻭ‬‫ﺭِ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺽِ ﺒِﻐﹶﻴ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﺄَﺭ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺭ‬‫ﺘﹶﻜﹶﺒ‬‫ ﻴ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺎﺘِﻲ‬‫ﺍﻴ‬‫ ﺀ‬‫ﻥ‬‫ﺭِﻑﹸ ﻋ‬‫ﺄَﺼ‬‫ﺴ‬ ‫ل‬ َ ‫ﺒِﻴ‬‫ﺍ ﺴ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ ﻴ‬‫ﺇِﻥ‬‫ﺒِﻴﻠﹰﺎ ﻭ‬‫ ﺴ‬‫ﺘﱠﺨِﺫﹸﻭﻩ‬‫ﺸﹾﺩِ ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ﺒِﻴلَ ﺍﻟﺭ‬‫ﺍ ﺴ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ ﻴ‬‫ﺇِﻥ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺅْﻤِﻨﹸﻭﺍ ﺒِﻬ‬‫ﺔٍ ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ﺍﻴ‬‫ﺀ‬ ‫ﺎ ﻏﹶﺎﻓِﻠِﻴﻥ‬‫ﻨﹾﻬ‬‫ﻜﹶﺎﻨﹸﻭﺍ ﻋ‬‫ﺎﺘِﻨﹶﺎ ﻭ‬‫ﻭﺍ ﺒِﺂﻴ‬‫ ﻜﹶﺫﱠﺒ‬‫ﻡ‬‫ ﺒِﺄَﻨﱠﻬ‬‫ﺒِﻴﻠﹰﺎ ﺫﹶﻟِﻙ‬‫ ﺴ‬‫ﺘﱠﺨِﺫﹸﻭﻩ‬‫ ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻐﹶﻲ‬ Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat (Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terns menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayatayat Kami dan mereka selalu lalai daripadanya. (Al- ̀A‘râf,7:146)

70

Pada penelitian Izutsu juga disebutkan bahwa diantara kesombongan orang kafir adalah wataknya yang suka membantah. Mereka selalu skeptis dan rasionalistis sehingga tidak mudah tunduk pada firman-firman Tuhan yang dibawa oleh Nabi. Apa yang disampaikan Nabi dianggap bertentangan dengan apa yang dianggap oleh akalnya benar, seperti teori keesaan Tuhan atau kebangkitan setelah mati. Menurut jalan pikiran mereka yang skeptis merupakan sesuatu yang tidak dapat diterima. Watak suka membantah dan mendebat kebenaran dari orang-orang yang memilih jalan kesesatan ini tercermin dalam al-Qur ̀an surat al- Mu ̀minûn ayat 4-5:62

‫ﺕﹾ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﺒِﻠﹶﺎﺩِ ﻜﹶﺫﱠﺒ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ ﺘﹶﻘﹶﻠﱡﺒ‬‫ﻙ‬‫ﺭ‬‫ﻐﹾﺭ‬‫ﻭﺍ ﻓﹶﻠﹶﺎ ﻴ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫ﺎﺕِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺇِﻟﱠﺎ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺍﻴ‬‫ﺎﺩِلُ ﻓِﻲ ﺀ‬‫ﺠ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﻤ‬ ‫ﺄْﺨﹸﺫﹸﻭﻩ‬‫ ﻟِﻴ‬‫ﻭﻟِﻬِﻡ‬‫ﺴ‬‫ﺔٍ ﺒِﺭ‬‫ﺕﹾ ﻜﹸلﱡ ﺃُﻤ‬‫ﻤ‬‫ﻫ‬‫ ﻭ‬‫ﺩِﻫِﻡ‬‫ﻌ‬‫ ﺒ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺍﺏ‬‫ﺯ‬‫ﺍﻟﹾﺄَﺤ‬‫ﻡ ﻨﹸﻭﺡٍ ﻭ‬ ‫ ﻗﹶﻭ‬‫ﻡ‬‫ﻠﹶﻬ‬‫ﻗﹶﺒ‬ ِ‫ ﻋِﻘﹶﺎﺏ‬‫ﻑﹶ ﻜﹶﺎﻥ‬‫ ﻓﹶﻜﹶﻴ‬‫ﻡ‬‫ﻕﱠ ﻓﹶﺄَﺨﹶﺫﹾﺘﹸﻬ‬‫ﻭﺍ ﺒِﻪِ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺤِﻀ‬‫ﺩ‬‫ﺎﻁِلِ ﻟِﻴ‬‫ﻟﹸﻭﺍ ﺒِﺎﻟﹾﺒ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺠ‬‫ﻭ‬ Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orangorang yang kafir. Karena itu janganlah pulang balik mereka dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain memperdayakan kamu. Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka telah mendustakan (rasul) dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu; karena itu Aku azab mereka. Maka betapa (pedihnya) azab-Ku? (al- Mu ̀minûn,40:4-5)

62

Toshihiko Izutsu, Etika Beragama, h. 247-248

71

B.2 Pengaruh Eksternal dari Lingkungan Sosial Sebab lain dari kesesatan mereka adalah sebab lingkungan sosial baik ikatan pada tradisi yang diyakini secara buta maupun hubungan sosial politik dengan para pemimpin suku atau bangsanya yang tidak membebaskan. Seperti dicontohkan pada masyarakat Arab klasik menjelang datangnya Islam, struktur masyarakatnya adalah masyarakat kesukuan. Semua anggota suku dianggap satu saudara yang tunduk kepada satu kekuasaan yang dipegang oleh seorang kepala suku. Hak milik perseorangan hanyalah atas kemah dan perabot rumah tangga yang digunakan dalam keseharian mereka. Air, padang rumput dan tanah adalah kepunyaan bersama dari suatu suku. Dengan struktur sosial kesukuan di atas, maka suatu kecelakaan besar yang menimpa diri sesorang, jika ia dipecat sebagai anggota suatu suku. Tiap orang yang berada di luar kesatuan suatu suku pada hakekatnya telah kehilangan segala haknya termasuk hak mendapatkan perlindungan keamanan dari suku tersebut.63 Ketakutan menentang aturan suatu suku apalagi menentang tradisi yang berlaku yang dapat berakibat fatal dengan dipecatnya seseorang dari anggota suku, membuat sebagian masyarakat Arab menolak kehadiran agama baru yang dibawa Muhammad SAW. sebagaimana disinggung dalam surat al-Baqarah ayat 170 bahwa alasan mereka menolak petunjuk dari Allah adalah keteguhan mereka untuk berpegang kepada tradisi nenek moyangnya:

63

Philip K. Hitti, Dunia Arab, Penerjemah: Usuludin Hutagalung dan O.D.P. Sihombing (Bandung: Sumur Bandung,tt) h. 21-22

72

‫ﻟﹶﻭ‬‫ﻨﹶﺎ ﺃَﻭ‬‫ﺎﺀ‬‫ﺍﺒ‬‫ﻪِ ﺀ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻨﹶﺎ ﻋ‬‫ﺎ ﺃَﻟﹾﻔﹶﻴ‬‫ ﻤ‬‫لْ ﻨﹶﺘﱠﺒِﻊ‬‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﺒ‬‫لَ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺎ ﺃَﻨﹾﺯ‬‫ﻭﺍ ﻤ‬‫ ﺍﺘﱠﺒِﻌ‬‫ﻡ‬‫ﺇِﺫﹶﺍ ﻗِﻴلَ ﻟﹶﻬ‬‫ﻭ‬ ‫ﻭﻥ‬‫ﺘﹶﺩ‬‫ﻬ‬‫ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ﺌًﺎ ﻭ‬‫ ﺸﹶﻴ‬‫ﻘِﻠﹸﻭﻥ‬‫ﻌ‬‫ ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ﻡ‬‫ﺎﺅُﻫ‬‫ﺍﺒ‬‫ ﺀ‬‫ﹶﻜﺎﻥ‬ Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” (al-Baqarah, 2 :170) Dalam suatu komunitas yang begitu kental dimana hubungan antar individu berada dalam saling ketergantungan yang kuat seperti masyarakat kesukuan Arab pada masa awal Islam menentang pada tradisi merupakan pilihan yang beresiko tinggi. Salah-salah mereka akan diusir dari sukunya dan tidak diakui sebagai anggota suku tersebut yang berarti kehilangan segala haknya sebagai anggota suku. Sebagaimana dialami oleh Nabi Muhammad SAW. sendiri. Sepeninggal Abu Thalib, paman nabi yang gigih membela nabi meskipun beliau tidak mau masuk Islam, Abu Lahab yang juga paman nabi beserta pemimpin kaum Quraisy membuat keputusan untuk menarik perlindungannya kepada Muhammad dengan alasan bahwa Muhammad telah kehilangan hak perlindungan karena penegasan Muhammad bahwa nenek moyang kaum Quraisy akan masuk neraka.64 Kegigihan Nabi Muhammad dan kaumnya untuk terus menentang tradisi dan merintis jalan baru yang tidak sesat disemangati oleh turunnya ayat-ayat al-Qur ̀an yang berisi kisah nabi-nabi terdahulu yang juga mendapat tantangan dari penganut 64

W. Montgomery Watt, Pengantar Stud; Al-Qur an , Penerjemah: Taufiq Adnan Ama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995) h. 16

73

tradisi masyarakat. Sebagaimana dialami oleh Ibrahim yang diancam oleh kaumnya karena menentang tradisi yang dipegang ayah dan keluarganya dalam surat al-An’âm, 80-81 berikut ini:

ِ‫ ﺒِﻪ‬‫ﺎ ﺘﹸﺸﹾﺭِﻜﹸﻭﻥ‬‫ﻟﹶﺎ ﺃَﺨﹶﺎﻑﹸ ﻤ‬‫ﺍﻥِ ﻭ‬‫ﺩ‬‫ ﻫ‬‫ﻗﹶﺩ‬‫ﻭﻨﱢﻲ ﻓِﻲ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻭ‬‫ﺎﺠ‬‫ ﻗﹶﺎلَ ﺃَﺘﹸﺤ‬‫ﻪ‬‫ﻤ‬‫ ﻗﹶﻭ‬‫ﻪ‬‫ﺎﺠ‬‫ﺤ‬‫ﻭ‬ ‫ﻑﹶ‬‫ﻜﹶﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺎ ﺃَﻓﹶﻠﹶﺎ ﺘﹶﺘﹶﺫﹶﻜﱠﺭ‬‫ﺀٍ ﻋِﻠﹾﻤ‬‫ﻲ ﻜﹸلﱠ ﺸﹶﻲ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﺴِﻊ‬‫ﺌًﺎ ﻭ‬‫ﻲ ﺸﹶﻴ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﺸﹶﺎﺀ‬‫ ﻴ‬‫ﺇِﻟﱠﺎ ﺃَﻥ‬ ‫ﻜﹸﻡ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫لْ ﺒِﻪِ ﻋ‬‫ﻨﹶﺯ‬‫ ﻴ‬‫ﺎ ﻟﹶﻡ‬‫ ﺒِﺎﻟﻠﱠﻪِ ﻤ‬‫ﻜﹾﺘﹸﻡ‬‫ ﺃَﺸﹾﺭ‬‫ ﺃَﻨﱠﻜﹸﻡ‬‫ﻟﹶﺎ ﺘﹶﺨﹶﺎﻓﹸﻭﻥ‬‫ ﻭ‬‫ﻜﹾﺘﹸﻡ‬‫ﺎ ﺃَﺸﹾﺭ‬‫ﺃَﺨﹶﺎﻑﹸ ﻤ‬ ‫ﻭﻥ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ ﺘﹶﻌ‬‫ ﻜﹸﻨﹾﺘﹸﻡ‬‫ﻥِ ﺇِﻥ‬‫ﻕﱡ ﺒِﺎﻟﹾﺄَﻤ‬‫ﻥِ ﺃَﺤ‬‫ ﺍﻟﹾﻔﹶﺭِﻴﻘﹶﻴ‬‫ﻠﹾﻁﹶﺎﻨﹰﺎ ﻓﹶﺄَﻱ‬‫ﺴ‬ Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: “Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahansembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)? Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?” (al-An’âm, 6:80-81) Selain dari komunitas masyarakat sendiri, al-Qur ̀an juga menuturkan adanya kesesatan yang disebabkan oleh upaya sistematis dari para ahl al-kitâb untuk saling menyesatkan sebagaimana diterangkan dalam Surat al-Mâ ̀idah ayat 77, al-Nisâ ̀ ayat 60, dan Surat Nûh ayat 24.

74

‫ﻡٍ ﻗﹶﺩ‬‫ ﻗﹶﻭ‬‫ﺍﺀ‬‫ﻭ‬‫ﻭﺍ ﺃَﻫ‬‫ﻟﹶﺎ ﺘﹶﺘﱠﺒِﻌ‬‫ﻕﱢ ﻭ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺭ‬‫ ﻏﹶﻴ‬‫لَ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏِ ﻟﹶﺎ ﺘﹶﻐﹾﻠﹸﻭﺍ ﻓِﻲ ﺩِﻴﻨِﻜﹸﻡ‬‫ﺎﺃَﻫ‬‫ﻗﹸلْ ﻴ‬ ِ‫ﺒِﻴل‬‫ﺍﺀِ ﺍﻟﺴ‬‫ﻭ‬‫ ﺴ‬‫ﻥ‬‫ﻠﱡﻭﺍ ﻋ‬‫ﻀ‬‫ﺍ ﻭ‬‫ﻠﱡﻭﺍ ﻜﹶﺜِﻴﺭ‬‫ﺃَﻀ‬‫لُ ﻭ‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ﻠﱡﻭﺍ ﻤِﻥ‬‫ﻀ‬ Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-Iebihan (melampaui batas) dengan eara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (al-Mâ ̀idah, 5:77) Ayat tersebut menjelaskan bahwa para ahl al-Kitâb sengaja menyimpangkan kebenaran yaitu dengan menghormati Isa, as. secara berlebihan. Isa adalah manusia biasa yang diangkat oleh Allah sebagai rasul-Nya dan Allah tidak memerintahkan mereka untuk mentaati Isa tidak lebih dari seorang Rasul, namun para ahl al-Kitâb telah merekayasa kebenaran tersebut dan menghormati Isa as. sebagai Tuhan.65 Pada kisah Nabi Nuh juga disebutkan usaha pemimpin-pemimpin kafir dengan kesombongannya untuk terus menyesatkan manusia dari generasi kegenarasi.

‫ﻟﹶﺎ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺍﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻟﹶﺎ ﺴ‬‫ﺍ ﻭ‬‫ﺩ‬‫ ﻭ‬‫ﻥ‬‫ﻟﹶﺎ ﺘﹶﺫﹶﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﺘﹶﻜﹸﻡ‬‫ﺍﻟِﻬ‬‫ ﺀ‬‫ﻥ‬‫ﻗﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﻟﹶﺎ ﺘﹶﺫﹶﺭ‬‫ﺍ ﻭ‬‫ﺎﺭ‬‫ﺍ ﻜﹸﺒ‬‫ﻜﹾﺭ‬‫ﻭﺍ ﻤ‬‫ﻜﹶﺭ‬‫ﻤ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻠﹶﺎﻟﹰﺎ ﻤِﻤ‬‫ ﺇِﻟﱠﺎ ﻀ‬‫ﻟﹶﺎ ﺘﹶﺯِﺩِ ﺍﻟﻅﱠﺎﻟِﻤِﻴﻥ‬‫ﺍ ﻭ‬‫ﻠﱡﻭﺍ ﻜﹶﺜِﻴﺭ‬‫ ﺃَﻀ‬‫ﻗﹶﺩ‬‫ﺍ ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﻨﹶﺴ‬‫ﻕ ﻭ‬ ‫ﻭ ﹶ‬‫ﻌ‬‫ﻴ‬‫ﺙ ﻭ‬ ‫ﻐﹸﻭ ﹶ‬‫ﻴ‬ ‫ل‬ َ ‫ﻗﹶﺎ‬‫ﺍ ﻭ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻭﻥِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺃَﻨﹾﺼ‬‫ ﺩ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻡ‬‫ﻭﺍ ﻟﹶﻬ‬‫ﺠِﺩ‬‫ ﻴ‬‫ﺍ ﻓﹶﻠﹶﻡ‬‫ﺨِﻠﹸﻭﺍ ﻨﹶﺎﺭ‬‫ ﺃُﻏﹾﺭِﻗﹸﻭﺍ ﻓﹶﺄُﺩ‬‫ﺨﹶﻁِﻴﺌَﺎﺘِﻬِﻡ‬ ‫ﻀِﻠﱡﻭﺍ‬‫ ﻴ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ ﺘﹶﺫﹶﺭ‬‫ ﺇِﻥ‬‫ﺍ ﺇِﻨﱠﻙ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻴ‬‫ ﺩ‬‫ ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓِﺭِﻴﻥ‬‫ﺽِ ﻤِﻥ‬‫ﻠﹶﻰ ﺍﻟﹾﺄَﺭ‬‫ ﻋ‬‫ ﻟﹶﺎ ﺘﹶﺫﹶﺭ‬‫ﺏ‬‫ ﺭ‬‫ﻨﹸﻭﺡ‬ 65

Lihat Sayyid Quthb, Fî Zhilâl, Juz II, h. 946

75

‫ﺍ‬‫ﺍ ﻜﹶﻔﱠﺎﺭ‬‫ﻭﺍ ﺇِﻟﱠﺎ ﻓﹶﺎﺠِﺭ‬‫ﻠِﺩ‬‫ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﻙ‬‫ﺎﺩ‬‫ﻋِﺒ‬ dan melakukan tipu-daya yang amat besar”. Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wood, dan jangan pula suwaa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”. Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. Disebabkan kesalahankesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. Nub berkata: ”Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hambaMu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma’ siat lagi sangat kafir. (Nûh, 71: 22-27) Pemimpin-pemimpin mereka orang-orang kafir telah melakukan rekadaya untuk menentang kebenaran dengan sekeras-kerasnya. Mereka memerintahkan kepada masyarakatnya agar jangan sekali-kali tergoda oleh dakwah Nuh dan meninggalkan sesembahan mereka yaitu kepada berhala-hala. Dalam ayat di atas disebutkan berhala yang terkenal dikalangan mereka yaitu wâd, suwâ, yaghûts, ya ûq dan nasr. Pada ayat 24, Allah menegaskan bahwa pemimpin mereka telah menyesatkan makhluk dan manusia yang sangat banyak, dan dengan pernyataan mereka agar masyarakat tidak meninggalkan berhala-berhala mereka, maka Nabi Nuh berdo'a kepada Allah agar tidak ditambahkan bagi orang-orang yang zhâlim itu selain kesesatan. Pada ayat 26 dan 27 nabi Nuh juga memohon agar Tuhan tidak membiarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi, karena jika mereka

76

dibiarkan tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba Allah dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat masiat lagi sangat kafir. Do'a ini dimohonkan karena Nabi Nuh yang telah tinggal bersama mereka ribuan tahun mengetahui betul adat kebiasaan mereka. Ayah dari anak-anak mereka senantiasa berwasiat agar tidak mengikuti Nuh karena ia pembohong, maka ketika ayahnya meninggal, tumbuh anak tersebut dan memegang apa yang diwasiatkan ayahnya, begitu juga mereka nanti akan mewasiatkan kepada anaknya.66

66

Muhammad ’Alî al-Shâbûnî, Shafwah al-Tafâsîr (Mesir: Dâr al-Shâbûnî, tth.) Jilid III, h. 454-455

77

BAB IV AKIBAT -AKIBAT PERILAKU DHALÂL DAN JALAN KELUAR DARI DHALÂL

A. Akibat-akibat Perilaku Dhalâl Pada bab ini akan dilakukan analisa terhadap sejumlah perilaku kesesatan yang terjadi pada masyarakat Arab baik menjelang datangnya Islam maupun selama dakwah Nabi Muhammad SAW. Perilaku-perilaku masyarakat Arab periode tersebut penting untuk diungkap dan dilakukan analisa karena akan dapat mengungkap sejumlah konteks dan pola hubungan ayat-ayat al-Qur̀an yang turun dengan masyarakat yang dituju pada masa turun al-Qur̀an. Sebagaimana metode yang ditawarkan oleh Muhammad Abed Al-Jabiri, bahwa untuk menjadikan ayat al-Qur̀an relevan dengan dirinya, peneliti harus meletakkan ayat tersebut dalam konteks sosialnya yang lebih spesifik yaitu konteks masyarakat tempat ayat tersebut turun.67 Jazirah Arab secara geografis terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian tengah dan bagian tepi. Bagian tengah terdiri dari tanah pegunungan yang amat jarang dituruni hujan, penduduknya tidak menetap karena selalu mengembara mencari daerah yang ada hujan dan mencari padang rumput untuk menggembala binatang ternak. Penduduk yang mendiami bagian tengah ini disebut kaum Badui, yaitu penduduk gurun (padang pasir). Unta dan biri-biri adalah binatang ternak yang umumnya menjadi andalan kehidupan Badui. Air susunya untuk diminum, dagingnya untuk dimakan dan kulitnya untuk pakaian serta tenda perkemahan. 67

Muhammad Abed Al-Jabiri, Post Tradisionalisme Islam, Penerjemah: Ahmad Baso (Yogyakarta: LkiS, 2000) h. 42

78

Adapun jazirah Arab bagian tepi adalah merupakan sebuah pita kecil yang melingkari jazirah Arab. Pada bagian tepi ini hujan turun hampir dengan teratur, maka penduduknya tiada mengembara. Mereka menetap dan mendirikan kota dan kerajaan sehingga terbinalah sebuah kebudayaan. Penduduk daerah ini disebut "Ahlul Hadhar" (penduduk negeri).68 Wilayah padang pasir adalah daerah yang kejam dan mengerikan, hawanya kering dan tanahnya mengandung garam. Tidak ada sungai yang mengalir seeara tetap dan bermuara ke laut, yang ada hanyalah wadi-wadi yang hanya ada air ketika hujan turun. Sifat yang tak mengenal putus asa dan tahan ujilah yang memberi kemungkinan bagi kaum Badui yang mendiami padang pasir untuk bertahan hidup. Mereka tidak pernah mengenal kehidupan bermasyarakat. Rasa penghormatan atas hak milik bersama hanya melingkungi hak milik keluarga, begitu juga disiplin serta ketaatan atas perintah dan kekuasaan bukanlah termasuk soal yang dijunjung tinggi.69 Karena di padang pasir tidak ada badan resmi atau pemerintah yang mengaturnya, maka individu-individu yang terhubung dalam satu garis keturunan atau dalam satu kerabat membentuk satu kekuatan dalam satu klan atau suku. Kabilah atau suku inilah yang merupakan satu kesatuan yang mengikat warganya dalam ikatan darah atau keturunan untuk melakukan perlindungan dari penganiyaan dan tindakan sewenang-wenang dari siapa saja. Bila salah seorang dari warganya atau dari pengikut-pengikutnya dianiaya orang atau dilanggar

68

Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1992) h. 32 Philip K. Hitti, Dunia Arab, Penerjemah: Usuludin Hutagalung dan O.D.P Sihombing (Bandung: Sumur Bandung, tt) h. 14-16 69

79

haknya, maka menjadi kewajiban atas kabilah atau suku tersebut untuk menuntut balas. Dari sinilah seringkali peperangan antar suku terjadi.70 Jazirah Arab bukanlah hanya padang pasir, sebagaimana dijelaskan di muka Jazirah Arab terdiri dari daerah gurun yang berada di wilayah tengah dan daerah subur yang sering turun hujan serta kota dagang yang berada di wilayah tepi. Untuk itulah menurut Montgomery Watt mengaitkan sejarah Islam hanya dengan masyarakat padang pasir yang tak bermasyarakat merupakan tindakan yang menyesatkan. Pendapat Montgomery tersebut didasarkan pada kenyataan ayat-ayat al-Qur̀an yang lebih sering menunjuk pada kesibukan orang-orang dagang di kota Makkah, sebagaimana surat Quraisy71 berikut ini:

‫ﺕِ ﺍﻟﱠﺫِﻱ‬‫ﻴ‬‫ﺫﹶﺍ ﺍﻟﹾﺒ‬‫ ﻫ‬‫ﺏ‬‫ﻭﺍ ﺭ‬‫ﺩ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﻑِ ﻓﹶﻠﹾﻴ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺼ‬‫ﻠﹶﺔﹶ ﺍﻟﺸﱢﺘﹶﺎﺀِ ﻭ‬‫ ﺭِﺤ‬‫ﺵٍ ﺇِﻴﻠﹶﺎﻓِﻬِﻡ‬‫ﻴ‬‫ﻟِﺈِﻴﻠﹶﺎﻑِ ﻗﹸﺭ‬ ٍ‫ﻑ‬‫ ﺨﹶﻭ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻡ‬‫ﻨﹶﻬ‬‫ﺍﻤ‬‫ﺀ‬‫ﻭﻉٍ ﻭ‬‫ ﺠ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﻤ‬‫ﺃَﻁﹾﻌ‬ Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergiah pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka ̀b ah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (Quraisy, 106: 1-4) Ayat tersebut memang ditujukan kepada suku Quraisy yang mendiami kota Makkah dan menunjukkan salah satu kebiasaan penduduknya yaitu berdagang. Pada musim panas mereka melakukan perjalanan ke utara yaitu ke Syam dan pada musim dingin mereka berjalan ke selatan yaitu ke negeri Yaman.

70

Syalabi, Sejarah, h. 33-34 W. Montgomery Watt, Pengatar Stud; Al-Qur'an, Penerjemah: Taufik Adnan Amal (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995) h. 4-5

71

80

Kota Makkah memegang peranan penting dalam perniagaan setelah Yaman 72 dijajah oleh bangsa Habsyi dan kemudian oleh bangsa Persia. Para penjajah dapat menguasai jalur laut, namun jalur darat di Jazirah Arab dapat dikuasai oleh Makkah. Letak kota Makkah memang strategis yaitu ditengah-tengah Jazirah Arab yang menghubungkan antara daerah utara dan selatan. Keadaan buminya yang kering dan tandus telah juga membuat penduduknya suka merantau untuk berniaga.73 Makkah sejak awal memang telah mengenal pemerintahan, di antara sukusuku yang telah memegang kekuasaan di Makkah ialah suku-suku Amaliqah, yaitu sebelum Nabi Ismail dilahirkan. Kemudian datang ke Makkah suku-suku Jurhum. Suku Jurhum dapat mengalahkan Amaliqah dan mengusimya dari Makkah. Pada masa suku Jurhum berkuasa inilah Ismail kecil bersama ayahnya Nabi Ibrahim datang ke Makkah. Mereka membangun kàbah dan menyerukan manusia untuk ttlengerjakan haji sehingga Makkah berkembang menjadi kota suci selain kota transit perniagaan. Pemerintahan Makkah-pun telah terbagi kedalam dua urusan utama, suku Jurhum memegang kendali politik dan peperangan dan keturunan Ismail mengurusi sepenuhnya Baitullah dan urusan-urusan keagamaan.74 Selain kota dagang Makkah, ada beberapa wilayah lain di Jazirah Arab yang sudah mengalami pertumbuhan sosial dan kebudayaan yang tinggi, diantaranya adalah negeri Yaman. Yaman terkenal dengan daerah pertanian. Di daerah ini hujan turun dengan teratur, tanahnya subur dan penduduknya telah 72

'Imâd al-Dîin Abî al-Fidâ' ismâ'îl bin Katsîr, Tafsir al-Qur' ân al- 'Azhîm, (Kuwait: Jam'iyyâh Ihya' al-Turâts al-Islâmiy, 1998) Juz. 4, h. 44-45 73 Syalabi, Sejarah, h. 52-53 74 Syalabi, Sejarah, h. 47-48

81

mengembangkan sistim irigasi dengan membangun waduk atau bendungan. Karena kondusifnya daerah ini, maka Yaman tidak hanya tumbuh sebagai daerah pertanian tetapi juga perdagangan dan telah pernah memegang peranan penting dalam kelancaran perniagaan Timur dan Barat. Stabilitas penduduk di daerah ini, juga memungkinkan berkembangnya pemerintahan yang kuat. Di antara kerajaan penting yang telah berdiri di Yaman adalah Màin, Qutban, Sabà dan Himyar.75 Di samping Yaman, ada pula sejumlah oase di Arabia barat yang telah berkembang menjadi daerah pertanian. Yang terpenting diantara oase-oase tersebut adalah Yatsrib yang kemudian dikenal dengan nama Madinah. Panenan utama daerah ini adalah kurma dan biji-bijian lain.76 Pada masa menjelang kelahiran Islam Jazirah Arab telah berkembang menjadi daerah yang mengalami krisis kemanusiaan yang parah. Di daerah utara, suku-suku Badui memang sejak awal sudah tidak mengenal kehidupan bermasyarakat apalagi berpemerintahan, kehidupan mereka mengembara dan menjarah untuk bertahan hidup. Kepada penduduk yang mendiami wilayah gurun itulah sangat tepat di alamatkannya masa jahiliyah yang disebutkan dalam sejarah Islam yaitu masa kegelepan dan kebodohan. Pada Arab selatan meskipun daerah ini adalah daerah kaya yang mengenal budaya dan kehidupan sosial, namun jaminan moral dan kehidupan yang lebih beradab sudah pula hancur. Kekerasan, penjarahan, penindasan, pelanggaran hukum, kesewenang-wenangan yang kuat terhadap yang lemah, laki-laki terhadap perempuan merupakan kehidupan yang biasa bahkan menjadi budaya mereka. Di bawah ini akan diungkapkan perilaku

75 76

Ibid, h. 36 Montgomery Watt, Pengatar Studi, h. 11

82

dhalâl masyarakat Arab pada masa menjelang datangnya Islam dan selama dakwah Nabi dan dampak dari perilaku mereka yang sesat.

A.1. Akibat Dhalâl dalam Perilaku Keagamaan. Masyarakat Badui yang mendiami daerah gurun pasir sebagian besar adalah penganut animis dan polities. Mereka meyakini bahwa seluruh obyek alam dan peristiwanya merupakan kehidupan roh yang dapat membantu atau mengganggu manusia. Masyarakat Badui juga menyembah nenek moyang, bulan, dan bintang serta dewa-dewa yang berupa batu atau pohon besar yang menempati tempat-tempat keramat yang dijaga kesuciannya. Di dalam lingkungan kerajaan juga menganut polities. Tempat-tempat suci (al-haram) dan kuil-kuil kerajaan diperuntukkan untuk penyembahan. Kabah masyarakat Makkah merupakan tempat suci sejumlah Dewa yang memiliki susunan hirarki. Beberapa Dewa mestilah dipuja dengan persembahan kurban.77 Agama-agama monoteistik juga telah dikenal oleh bangsa Arab. Agama ini diperkenalkan oleh warga yang menetap yang beragama Yahudi dan Kristen, propagandis, pedagang keliling dan oleh tekanan imperium Bizantium dan Abyssinia. Orang-orang Kristen banyak tinggal di beberapa oasis kecil di Yaman dan di beberapa wilayah perbatasan sebelah utara. Mereka adalah kelompok minoritas yang sangat berpengaruh. 78 Menurut Montgomery pengaruh Kristen cukup kuat meski tidak terkonsentrasi, namun perdagangan telah memaksa orangorang Makkah untuk bersentuhan dengan Kekaisaran Bizantium dan Abisinia yang

77

Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam (Jakarta:, PT. Raja Grafindo Persada, 2000) Bag. Satu dan Dua, h. 24-25 78 Ibid, h. 25-26

83

Kristen. Beberapa orang dari suku pengembara Badui juga sudah ada yang memeluk agama Kristen. Di Makkah individu-individu seperti Waraqah ibn Nawfal sepupu istri pertama Nabi Muhammad SAW. dikabarkan telah memeluk Kristen. 79 Bagian wilayah Madinah seperti Tayma, Fadak, Wadi al-Qura, dan Khaybar adalah daerah pemukiman Yahudi. Asal-usul etnis suku dan kaum Yahudi ini tidak begitu jelas. Mereka telah mengadopsi bentuk-bentuk kemasyarakatan, adat-istiadat orang Arab, namun berbeda dalam soal agama.80 Para penggembala Badui memang sejak awal diakui sebagai kelompok masyarakat yang tidak mudah berubah apalagi terpengaruh oleh budaya dan agama pendatang. Sebagaimana diungkapkan Syalabi, bahwa semenjak kehadiran agama Nabi Ibrahim, bangsa Arab tetap menolaknya dan kembali menyembah berhala dan batu. 81 Sikap Badui yang berkepala batu tersebut diceritakan dalam al-Qur̀an diataranya dalam surat al-Haj ayat 42-44 berikut ini:

ٍ‫ﻡ ﻟﹸﻭﻁ‬ ‫ﻗﹶﻭ‬‫ ﻭ‬‫ﺍﻫِﻴﻡ‬‫ﺭ‬‫ ﺇِﺒ‬‫ﻡ‬‫ﻗﹶﻭ‬‫ ﻭ‬‫ﻭﺩ‬‫ﺜﹶﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﺎﺩ‬‫ﻋ‬‫ﻡ ﻨﹸﻭﺡٍ ﻭ‬ ‫ ﻗﹶﻭ‬‫ﻡ‬‫ﻠﹶﻬ‬‫ﺕﹾ ﻗﹶﺒ‬‫ ﻜﹶﺫﱠﺒ‬‫ ﻓﹶﻘﹶﺩ‬‫ﻭﻙ‬‫ﻜﹶﺫﱢﺒ‬‫ ﻴ‬‫ﺇِﻥ‬‫ﻭ‬ ِ‫ ﻨﹶﻜِﻴﺭ‬‫ﻑﹶ ﻜﹶﺎﻥ‬‫ ﻓﹶﻜﹶﻴ‬‫ﻡ‬‫ ﺃَﺨﹶﺫﹾﺘﹸﻬ‬‫ ﺜﹸﻡ‬‫ﺕﹸ ﻟِﻠﹾﻜﹶﺎﻓِﺭِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻰ ﻓﹶﺄَﻤ‬‫ﻭﺴ‬‫ ﻤ‬‫ﻜﹸﺫﱢﺏ‬‫ ﻭ‬‫ﻥ‬‫ﻴ‬‫ﺩ‬‫ ﻤ‬‫ﺎﺏ‬‫ﺤ‬‫ﺃَﺼ‬‫ﻭ‬ Dan jika mereka (orang-orang musyrik) mendustakan kamu, maka sesungguhnya telah mendustakan juga sebelum mereka kaum Nuh, ̀Aad dan Tsamud. dan kaum Ibrahim dan kaum Luth, dan penduduk Madyan, dan telah didustakan Musa, lalu Aku tangguhkan (azab-Ku) untuk orangorang kafir, kemudian Aku azab mereka, maka (lihatlah) bagaimana besarnya kebencian-Ku (kepada mereka itu). (al-Haj, 22: 42-44) 79

Montgomery Watt, Pengatar Studi, h. 11-12 Ibid, h. 11 81 Syalabi, Sejarah, h. 63 80

84

Mereka dari generasi kegenarasi selalu bersikap sama yaitu mendustakan setiap rasul yang datang diutus oleh Allah. Maka Allah menceritakan hal tersebut di atas untuk menghibur Nabi Muhammad SAW. yang juga mendapat perlakuan sebagaimana utusan terdahulu. Kelompok Badui akan selalu meyisakan kisah yang perlu perhatian khusus dalam suatu peIjalanan dakwah. Daerahnya yang berupa gurun yang tandus sehingga membentuk pola hidupnya yang tidak menetap untuk mencari padang rumput yang dapat menghidupinya, telah mencetak meraka menjadi gerombolan yang tidak mengenal cara bermasyarakat, berwatak keras dan berfikir pragmatis, dimana dia bisa bertahan hidup dan selamat. Beriman dan menjalankan agama secara benar nampaknya tidak penting bagi mereka, sehingga kebiasaan dari generasi ke generasi untuk memeluk agama secara setengah hati terus berlanjut bahkan sepeninggal Rasulullah Muhammad SAW. Pola beragama ini dituturkan al-Qur̀an dalam surat al.Nisâ ̀ ayat 137.

‫ﻜﹸﻥِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﻴ‬‫ﺍ ﻟﹶﻡ‬‫ﻭﺍ ﻜﹸﻔﹾﺭ‬‫ﺍﺩ‬‫ﺩ‬‫ ﺍﺯ‬‫ﻭﺍ ﺜﹸﻡ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫ﻨﹸﻭﺍ ﺜﹸﻡ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ﻭﺍ ﺜﹸﻡ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫ﻨﹸﻭﺍ ﺜﹸﻡ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺇِﻥ‬ ‫ﺒِﻴﻠﹰﺎ‬‫ ﺴ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﺩِﻴ‬‫ﻬ‬‫ﻟﹶﺎ ﻟِﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ ﻟﹶﻬ‬‫ﻐﹾﻔِﺭ‬‫ﻟِﻴ‬ Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pu1a), kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepadajalan yang lurus. (al-Nisâ ̀, 4:137) Ayat tersebut pada dasarnya diturunkan kepada orang-orang munafiq, namun kandungannya mencakup pula orang-orang murtad. Pada masa Rasu1u1lah

85

SAW. setidaknya pernah terjadi tiga kali terjadi peristiwa riddat. Pertama, murtadnya Banu Mudlaj pimpinan al-Aswad, kedua murtadnya Banu Hanifah pimpinan Musaylamat al-Kadzdzab dan yang ketiga adalah murtadnya Banu Asad pimpinan Tu1ayhat bin Khuwaylid.82 Pada dasarnya tidak ada perilaku kesesatan yang berupa penentangan terhadap dakwah nabi yang lebih berat selain yang dilakukan oleh suku Quraisy. Hal ini karena merupakan lingkungan nabi, dimana nabi dilahirkan dan dibesarkan di Makkah dimana suku Quraisy berkuasa dan para pemimpin mereka adalah para keluarga nabi sendiri. Kerasnya pertentangan ini dilukiskan dalam al Qur̀ an surat al-Lahab berikut ini:

‫ﺍ‬‫ﻠﹶﻰ ﻨﹶﺎﺭ‬‫ﺼ‬‫ﻴ‬‫ ﺴ‬‫ﺏ‬‫ﺎ ﻜﹶﺴ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﺎﻟﹸﻪ‬‫ ﻤ‬‫ﻨﹾﻪ‬‫ﺎ ﺃَﻏﹾﻨﹶﻰ ﻋ‬‫ ﻤ‬‫ﺘﹶﺏ‬‫ﺏٍ ﻭ‬‫ﺍ ﺃَﺒِﻲ ﻟﹶﻬ‬‫ﺩ‬‫ﺕﹾ ﻴ‬‫ﺘﹶﺒ‬ ٍ‫ﺩ‬‫ﺴ‬‫ ﻤ‬‫لٌ ﻤِﻥ‬‫ﺒ‬‫ﺎ ﺤ‬‫ﻁﹶﺏِ ﻓِﻲ ﺠِﻴﺩِﻫ‬‫ﺎﻟﹶﺔﹶ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻤ‬‫ ﺤ‬‫ﺃَﺘﹸﻪ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻤ‬‫ﺏٍ ﻭ‬‫ﺫﹶﺍﺕﹶ ﻟﹶﻬ‬ Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pu1a) isterinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehemya ada tali dari sabut. (al-Lahab, 111: 1-5) Ayat tersebut turun ketika nabi Muhammad SAW. sedang menyampaikan ceramah kepada orang-orang Quraisy di bukit Safa. Abu Lahab, pemimpin Quraisy yang juga hadir dalam forum tersebut melakukan interupsi dan mengecam Nabi: “celaka kau Muhammad, apakah hanya untuk ini kau undang kami semua di sini. Maka Allah menurunkan ayat tersebut sebagai kecaman balik, bahwa Abu

82

Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr dalam Al-Qur an (Jakarta: Bulan Bintang, 1991) h.151

86

Lahablah yang sebenamya celaka.83 Setelah peristiwa yang menyebabkan turunnya surat Al-lahab tersebut, keganasan suku Quraisy terhadap Nabi dan pengikutnya semakin meningkat. Mereka menuduh Nabi sebagai kahin, ahli nujum dan tukang ramal karena telah menyampaikan adanya hari pembalasan. Pelecehan terhadap dakwah Nabi tidak hanya sampai di situ, mereka kemudian melakukan penyiksaan terhadap Muhammad SAW. dan pengikutnya serta melakukan sebuah pemboikotan ekonomi sehingga mempersu1it pengikut Nabi memenuhi kebutuhan makanan di pasar. Perlawanan tersebut terutama dilatarbelakangi oleh ketakutan Quraisy bahwa Nabi akan menghancurkan seluruh institusi keagamaan yang tengah berlangsung di Makkah yang akan berdampak pada kehidupan ekonomi suku Quraisy. Sebagaimana diketahui bahwa sumber ekonomi Quraisy sangat bergantung pada proses ritual di ka ̀bah. Selain itu keberadaan Muhammad akan mengguncang otoritas para tokoh dan solidaritas suku Quraisy .84 Setelah Nabi dan pengikutnya mendapat tekanan keras dari suku-suku Badui dan Quraisy di Makkah sehingga tidak kondusif lagi untuk melanjutkan misi dakwah maka Nabi beserta pengikutnya melakukan Hijrah ke Madinah, di mana Nabi memiliki hubungan baik dengan sejumlah pemimpin di kota yang berperadaban ini. Berbeda dengan kehidupan gurun pasir dimana orang-orang Badui dan suku Quraisy tinggal, Madinah merupakan wilayah subur sehingga pertanian dan perdagangan cukup maju. Yang lebih mendukung misi dakwah

Abî al-Hasan ̀Alî bin Ahmad al-Wâhidî al-Naysâbûrî, Asbab al-Nuzûl, (Mesir: Maktabah wa Mathba'̀ ah al-Manâr, 1968) h. 261-262 84 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial, h. 35 83

87

Muhammad SAW., bahwa penduduk Madinah mayoritas telah mengenal agama yang mengesakan Tuhan. Sebagaimana disebutkan dalam sejarah bahwa daerah ini dihuni oleh pemeluk agama Kristen dan Yahudi. Orang-orang Yahudi dan Kristen merupakan potensi dan sekaligus tantangan yang berat. Potensi karena dengan Nabi mengidentikkan bahwa agama yang dibawanya adalah agama Ibrahim murni yang telah diselewengkan orang-orang Yahudi dan Nasrani, maka mereka tidak sulit untuk kembali kepada Islam. Namun pernyataan dan misi kehadiran Islam untuk meluruskan ajaran Kristen dan Yahudi jelas mendapat tantangan keras dari pendeta-pendeta dan pemimpin-pemimpin yang telah memeluk Kristen dan Yahudi. Penyimpangan dari jalan lurus yang dilakukan oleh Yahudi antara lain karena mereka mengimani Taurat yang dibawa oleh Musa, tetapi mengingkari Injil yang dibawa oleh Isa dan al-Qur ̀an oleh Muhammad SAW. Sedangkan orang-orang Nasrani mempercayai Taurat dan Injil namun mengingkari al-Qur ̀an.85 Penyimpangan selanjutnya yang dinilai berlebihan adalah diangkatnya oleh mereka Nabi Isa as. sebagai anak Allah. Hal tersebut telah diperingatkan al-Qur̀an dalam surat al-Nisầ ayat 171 agar orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak berlebihan dalam beragama. Maksudnya dengan menjadikan Isa putra Maryam sebagai Tuhan, padahal Tuhan hanya menyuruh mereka untuk mematuhinya sebagai utusan Allah.

‫ﺴِﻴﺢ‬‫ﺎ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻕﱠ ﺇِﻨﱠﻤ‬‫ﻠﹶﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺇِﻟﱠﺎ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻟﹶﺎ ﺘﹶﻘﹸﻭﻟﹸﻭﺍ ﻋ‬‫ ﻭ‬‫لَ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏِ ﻟﹶﺎ ﺘﹶﻐﹾﻠﹸﻭﺍ ﻓِﻲ ﺩِﻴﻨِﻜﹸﻡ‬‫ﺎﺃَﻫ‬‫ﻴ‬

85

Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr, h. 173

88

ِ‫ ﻓﹶﺂﻤِﻨﹸﻭﺍ ﺒِﺎﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﻤِﻨﹾﻪ‬‫ﻭﺡ‬‫ﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﻴ‬‫ﺭ‬‫ﺎ ﺇِﻟﹶﻰ ﻤ‬‫ ﺃَﻟﹾﻘﹶﺎﻫ‬‫ﺘﹸﻪ‬‫ﻜﹶﻠِﻤ‬‫ﻭلُ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻭ‬‫ﺴ‬‫ ﺭ‬‫ﻡ‬‫ﻴ‬‫ﺭ‬‫ ﻤ‬‫ﻥ‬‫ﻰ ﺍﺒ‬‫ﻋِﻴﺴ‬ ‫ﻜﹸﻭﻥ‬‫ ﻴ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ﺎﻨﹶﻪ‬‫ﺤ‬‫ﺒ‬‫ ﺴ‬‫ﺍﺤِﺩ‬‫ ﻭ‬‫ ﺇِﻟﹶﻪ‬‫ﺎ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﺇِﻨﱠﻤ‬‫ﺍ ﻟﹶﻜﹸﻡ‬‫ﺭ‬‫ﻭﺍ ﺨﹶﻴ‬‫ﻟﹶﺎ ﺘﹶﻘﹸﻭﻟﹸﻭﺍ ﺜﹶﻠﹶﺎﺜﹶﺔﹲ ﺍﻨﹾﺘﹶﻬ‬‫ﻠِﻪِ ﻭ‬‫ﺴ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬ ‫ﻜِﻴﻠﹰﺎ‬‫ﻜﹶﻔﹶﻰ ﺒِﺎﻟﻠﱠﻪِ ﻭ‬‫ﺽِ ﻭ‬‫ﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﺄَﺭ‬‫ﻤ‬‫ﺍﺕِ ﻭ‬‫ﻭ‬‫ﻤ‬‫ﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴ‬‫ ﻤ‬‫ ﻟﹶﻪ‬‫ﻟﹶﺩ‬‫ ﻭ‬‫ﻟﹶﻪ‬ Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, ̀Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (ltu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaanNya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (al-Nisầ, 4:171) Oposisi Yahudi dan Nasrani ini mulai mengkristal setelah dipindahkan arah kiblat dari Yerussalem ke Ka ̀b ah di Makkah sebagaimana dituturkan dalam surat al-Baqarah ayat 120:

‫ﻭ‬‫ﻯ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻫ‬‫ﺩ‬‫ ﻫ‬‫ ﻗﹸلْ ﺇِﻥ‬‫ﻡ‬‫ ﻤِﻠﱠﺘﹶﻬ‬‫ﺘﱠﻰ ﺘﹶﺘﱠﺒِﻊ‬‫ﻯ ﺤ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻟﹶﺎ ﺍﻟﻨﱠﺼ‬‫ ﻭ‬‫ﻭﺩ‬‫ﻬ‬‫ ﺍﻟﹾﻴ‬‫ﻨﹾﻙ‬‫ﻰ ﻋ‬‫ﻀ‬‫ ﺘﹶﺭ‬‫ﻟﹶﻥ‬‫ﻭ‬ ‫ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻤِﻥ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺎ ﻟﹶﻙ‬‫ ﺍﻟﹾﻌِﻠﹾﻡِ ﻤ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻙ‬‫ﺎﺀ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻱ ﺠ‬‫ﺩ‬‫ﻌ‬‫ ﺒ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﺍﺀ‬‫ﻭ‬‫ﺕﹶ ﺃَﻫ‬‫ﻌ‬‫ﻟﹶﺌِﻥِ ﺍﺘﱠﺒ‬‫ﻯ ﻭ‬‫ﺩ‬‫ﺍﻟﹾﻬ‬ ٍ‫ﻟﹶﺎ ﻨﹶﺼِﻴﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﻟِﻲ‬‫ﻭ‬ Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (al-Baqarah, 2: 120) Ayat tersebut turun agar Muhammad menghentikan untuk tidak mencari

89

ridha dan persetujuan orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam memindahkan arah kiblat. Nabi Diperintahkan untuk mencari ridha Allah dan berkonsentrasi terhadap apa yang dipesankan Allah dengan mengangkatnya menjadi Rasul. Sampaikan kepada mereka bahwa Petunjuk Allah yang mana Allah mengangkatku untuk menyampaikannya adalah haq, yaitu agama yang lurus, yang benar dan sempurna.86 Berbeda dengan orang-orang Badui dan Quraisy di Makkah yang keras dan kurang berperadaban, orang-orang Yahudi dan Nasrani merupakan komunitas dagang yang maju yang rasional dan memiliki pengalaman negosiasi dan diplomasi yang tinggi. Untuk itu Nabi berulangkali mengadakan negosiasi dengan kelompok yang disebut al-Qur ̀an ahl al-kitâb tersebut dan menandatangani sejumlah perjanjian. Namun dari sekian kali diadakan perjanjian, nampak bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah kelompok-kelompok yang tidak pernah konsisten untuk mematuhi perjanjian yang telah disepakati. Untuk itulah al-Qur ̀an mengecam terutama kepada kelompok Yahudi sebagai kelompok yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman,

‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﺒ‬‫ ﺃَﻗﹾﺭ‬‫ﻥ‬‫ﻟﹶﺘﹶﺠِﺩ‬‫ﻜﹸﻭﺍ ﻭ‬‫ ﺃَﺸﹾﺭ‬‫ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ ﻭ‬‫ﻭﺩ‬‫ﻬ‬‫ﻨﹸﻭﺍ ﺍﻟﹾﻴ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ﺓﹰ ﻟِﻠﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺍﻭ‬‫ﺩ‬‫ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱِ ﻋ‬‫ ﺃَﺸﹶﺩ‬‫ﻥ‬‫ﻟﹶﺘﹶﺠِﺩ‬ ‫ﺎﻨﹰﺎ‬‫ﺒ‬‫ﻫ‬‫ﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﻴﺴِﻴﻥ‬‫ ﻗِﺴ‬‫ﻡ‬‫ ﻤِﻨﹾﻬ‬‫ ﺒِﺄَﻥ‬‫ﻯ ﺫﹶﻟِﻙ‬‫ﺎﺭ‬‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﺇِﻨﱠﺎ ﻨﹶﺼ‬‫ﻨﹸﻭﺍ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ﺓﹰ ﻟِﻠﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺩ‬‫ﻭ‬‫ﻤ‬ ‫ﻭﻥ‬‫ﺘﹶﻜﹾﺒِﺭ‬‫ﺴ‬‫ ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ﻡ‬‫ﺃَﻨﱠﻬ‬‫ﻭ‬ Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orangorang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang 86

Ibin Katsîr, Tafsîr al-Qur'ân, Juz I, h.216

90

paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. (al-Mâ ̀idah, 5: 82)

A.2. Akibat Dhalâl dalam Praktek Penegakan Moral dan Hukum Suku Badui merupakan komunitas-komunitas individu yang memiliki standar moral dan hukum yang cukup rendah. Jika seorang anggota dari suatu suku melakukan pembunuhan di dalam lingkungan suku mereka sendiri, maka tak seorang anggota yang lainpun akan membela dirinya. Jika ia dapat melarikan diri, maka ia telah berada di luar dasar hukum dan tidak lagi mendapat hak perlindungan dari suku dia berasal. Namun jika sipembunuh adalah anggota dari suku lain, maka direncanakanlah suatu pembalasan atas pembunuhan tersebut. Hukum kuno di padang pasir menyatakan bahwa penumpahan darah harus dibalas dengan penumpahan darah. Dendam hati atas pembunuhan ini dapat berlangsung terus menerus selama empat puluh tahun.87 Seiring dengan kemiskinan kaum Badui dan kehidupan berpindah-pindah dengan tujuari mencari kehidupan baik dengan mencari daerah-daerah subur untuk pertanian dan penggembalaan atau dengan penjarahan, kota Makkah telah tumbuh menjadi daerah kaya. Pada penghujung abad ke-6, para pedagang besar kota Makkah memperoleh kontrol monopoli atas perniagaan bolak-balik dari pinggiran pesisir barat Arabia ke laut tengah. Kafilah-kafilah musim dingin dan musim panas tersebut dirujuk dalam al-Qur̀an surat Quraisy. 87

Philip K. Hitti, Dunia Arab, h. 21

91

Kontras antara kehidupan pinggiran padang pasir yang dihuni kaum Badui yang miskin dan orang-orang Quraisy Makkah yang bermegah-megahan menimbulkan kecemburuan sosial dan memicu tindakan-tindakan anarkisme. Orang-orang Badui yang sudah terbiasa menjarah bahkan menyerang menjadikan jalur-jalur perdagangan tersebut tidak aman. Kondisi tersebut memaksa orang orang Makkah membina hubungan baik dengan suku-suku pengembara. Namun hal tersebut bukanlah jaminan yang jitu, sehingga suku Quraisy yang menguasai kota Makkah menyusun satu kekuatan militer yang dapat menjamin kelancaran para pedagang yang melewati rute tersebut.88 Jaminan keamanan terutama dari suku Quraisy yang menyembah berhala tersebut menjadikan mereka semakin besar kepala dan kehidupan orang-orang dagang di Makkah semakin disemangati oleh persaingan untuk menumpuk harta dengan segala cara. Jurang kesenjangan sosial-ekonomi yang semakin parah yang menimbulkan kerusakan moral dan tidak berlakunya hukum inilah yang menjadi setting ayat-ayat al-Qur̀an yang awal turun di kota Makkah. Selain ayat-ayat tersebut berbicara tentang ketuhanan, peringatan bahwa kekayaan dan jaminan keamanan tersebut sebenarnya datang dari Allah (surat Quraisy), ayat-ayat Makkiyah juga berbicara tentang kecaman kepada orang-orang dagang yang curang dan hanya berambisi menumpuk harta, seperti surat al-Humazah ayat 1-3,

‫ﻩ‬‫ ﺃَﺨﹾﻠﹶﺩ‬‫ﺎﻟﹶﻪ‬‫ ﻤ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ﺏ‬‫ﺴ‬‫ﺤ‬‫ ﻴ‬‫ﻩ‬‫ﺩ‬‫ﺩ‬‫ﻋ‬‫ﺎﻟﹰﺎ ﻭ‬‫ ﻤ‬‫ﻊ‬‫ﻤ‬‫ﺓٍ ﺍﻟﱠﺫِﻱ ﺠ‬‫ﺯ‬‫ﺓٍ ﻟﹸﻤ‬‫ﺯ‬‫ﻤ‬‫لٌ ﻟِﻜﹸلﱢ ﻫ‬‫ﻴ‬‫ﻭ‬

88

Montgomery Watt, Pengantar Study, h. 5

92

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, (al-Humazah, 104:1-3)

‫ﻭﻥ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻑﹶ ﺘﹶﻌ‬‫ﻭ‬‫ ﻜﹶﻠﱠﺎ ﺴ‬‫ﻘﹶﺎﺒِﺭ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺘﹸﻡ‬‫ﺭ‬‫ﺘﱠﻰ ﺯ‬‫ ﺤ‬‫ ﺍﻟﺘﱠﻜﹶﺎﺜﹸﺭ‬‫ﺎﻜﹸﻡ‬‫ﺃَﻟﹾﻬ‬ Bermegah-megahan telah me1alaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. (al-Takâtsur, 102: 1-3) Pada prinsipnya kehadiran Islam untuk menciptakan keadilan sosial dan menegakkan moral serta hukum disambut positif terutama bagi mereka yang selama ini merasa tertindas dan diperlakukan tidak adil. Namun pembesar Quraisy terus melakukan propaganda untuk menghentikan dakwah Nabi. Pembesar Quraisy tersebut selain takut kehilangan kekuasaannya atas Makkah, juga semakin marah ketika turun ayat yang mengancam mereka yang tidak adil, hanya menumpuk harta, bangga dengan anak-anaknya akan disiksa dengan api neraka di hari kebangkitan nanti, sebagaimana surat al-Takâtsur di atas. Nabi baru dapat meletakkan dasar-dasar hukum yang adil setelah dapat mendirikan pemerintahan yang sesuai dengan cita-cita Islam di Madinah.

A.3. Akibat Dhalâl dalam Perlakuan terhadap Perempuan. Seorang wanita Badui tidak memiliki kebebasan apalagi keberdayaan yang utuh. Mereka selalu dipingit dan hidup dalam keluarga yang berdasar polygami. Struktur keluarga mereka juga memandatkan kekuasaan penuh terhadap laki-laki atas istri. 89 Meskipun demikian, suku Badui telah mengenal sistem

89

Philip K. Hitti, Dunia Arab, h.23

93

perkawinan yang mengharamkan dengan muhrimnya dan mengutamakan kerabat jauh daripada kerabat dekat. Sistem ini ditujukan untuk mewujudkan semaksimal mungkin bentuk-bentuk kerjasama, aliansi, atau persekutuan dengan suku lain yang memang sudah merupakan satu kebutuhan dalam sistem masyarakat kesukuan. Sistem perkawinan antar suku dan perempuan yang menikah akan ikut suaminya, sementara sistem kepemilikan dalam suku adalah kepemilikan bersama, maka hal ini menimbulkan masalah dalam pemberian jatah waris bagi anak perempuan. Anak perempuan yang telah dinikahkan dengan suku lain, tidak mendapat jatah warisan dari ayahnya yang meninggal, karena memberi jatah warisan kepada anak perempuannya berarti akan memberikan harta kepada suku lain. Terlebih poligami telah menjadi budaya umum di masyarakat kesukuan, maka dimungkinkan bila perempuan mendapat jatah waris, sementara laki-laki memiliki banyak istri dari berbagai suku, maka akan terjadi penumpukan kekayaan pada suku laki-laki. Hal ini merupakan suatu hal yang harus dihindari karena dapat menimbulkan instabilitas pada hubungan antar suku.90 Pembenahan sistem keluarga, perkawinan, dan waris yang adil dan tidak merugikan perempuan merupakan agenda utama setelah masa tasyrî’ yaitu ketika Nabi dapat meletakkan dasar-dasar hukum Islam di Madinah. B. Jalan keluar dari Dhalâl B.l. Pengendalian Diri atau Mengekang Hawa Nafsu Dhalâl dalam pengertian yang umum sebagaimana terurai dalam Bab II

90

Abed al-Jabiri, Post Tradisionalisme, h. 42-43

94

adalah bingung. Kondisi ini tentu saja dapat menimpa setiap orang baik mereka yang beriman apalagi yang mengingkari ayat-ayat Allah. Kondisi bingung dapat bersifat sementara misalnya orang yang lagi dapat banyak pekerjaan sehingga mengalami stress atau menjadi tabiat dari sesorang yang selalu memutuskan segala sesuatu dengan gegabah secara emosional. Orang-orang tersebut secara psikologis dikategorikan sebagai orang yang temperamental atau labil. Menurut Izutsu, orang-orang Arab dikategorikan jahiliah karena memiliki sifat umum seperti kebanggaan akan kekuatan manusia, percaya diri yang melampaui batas, merasa dirinya kaya, menolak untuk tunduk pada penguasa yang lebih tinggi, rasa bangga yang berlebihan terhadap kemuliaan dirinya dan lainnya.91 Dalam al-Qur̀an sifat tersebut dicontohkan sebagai salah satu dari sifat orang kafir dalam surat al-Fath ayat 26:

‫ﻜِﻴﻨﹶﺘﹶﻪ‬‫ ﺴ‬‫لَ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺔِ ﻓﹶﺄَﻨﹾﺯ‬‫ﺎﻫِﻠِﻴ‬‫ﺔﹶ ﺍﻟﹾﺠ‬‫ﻤِﻴ‬‫ ﹶﺔ ﺤ‬‫ﻤِﻴ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻭﺍ ﻓِﻲ ﻗﹸﻠﹸﻭﺒِﻬِﻡ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫لَ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻌ‬‫ﺇِﺫﹾ ﺠ‬ ‫ﺎ‬‫ﻠﹶﻬ‬‫ﺃَﻫ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻕﱠ ﺒِﻬ‬‫ﻜﹶﺎﻨﹸﻭﺍ ﺃَﺤ‬‫ﻯ ﻭ‬‫ﺔﹶ ﺍﻟﺘﱠﻘﹾﻭ‬‫ ﻜﹶﻠِﻤ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﻤ‬‫ﺃَﻟﹾﺯ‬‫ ﻭ‬‫ﺅْﻤِﻨِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﻰ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻋ‬‫ﻭﻟِﻪِ ﻭ‬‫ﺴ‬‫ﻠﹶﻰ ﺭ‬‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻠِﻴﻤ‬‫ﺀٍ ﻋ‬‫ ﺒِﻜﹸلﱢ ﺸﹶﻲ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻜﹶﺎﻥ‬‫ﻭ‬ Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mùmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (al-Fath, 48: 26) Orang-orang yang memiliki kepribadian negatif sebagaimana di atas tidak

91

Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan, h. 241

95

memiliki ketenangan jiwa karena mereka senantiasa memperturutkan hawa nafsu. Kesenangan duniawi yang mereka miliki hanyalah sumber penderitaan dan kesengsaraan karena harta tersebut telah memperbudaknya. Mereka harus menimbun, mengembangkan dan membela hartanya itu dari segala ancaman. 92 Untuk itulah al-Qur̀an sebagai petunjuk manusia tidak melarang menuruti hawa nafsu dengan memiliki kesenangan duniawi, tetapi hawa nafsu tersebut harus dikendalikan sehingga manusia tidak terjebak pada persaingan memperebutkan kekayaan dan kebangaan duniawi semata dalam perjalanan hidup ini. Sebagaimana peringatan surat al-Taubah ayat 85:

‫ﻕﹶ‬‫ﻫ‬‫ﺘﹶﺯ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻨﹾﻴ‬‫ﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺩ‬‫ ﺒِﻬ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﺫﱢﺒ‬‫ﻌ‬‫ ﻴ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺭِﻴﺩ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ ﺇِﻨﱠﻤ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﻟﹶﺎﺩ‬‫ﺃَﻭ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﺍﻟﹸﻬ‬‫ﻭ‬‫ ﺃَﻤ‬‫ﻙ‬‫ﺠِﺒ‬‫ﻟﹶﺎ ﺘﹸﻌ‬‫ﻭ‬ ‫ﻭﻥ‬‫ ﻜﹶﺎﻓِﺭ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﺃَﻨﹾﻔﹸﺴ‬ Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka dalam keadaan kafir. (al-Taubah, 9: 85) Dalam Teori Freud tentang jiwa, id yang merupakan dorongan hawa nafsu atau al-nafs al-lauwwâmah senantiasa bertentangan dengan superego yang merupakan tempat nilai-nilai luhur yaitu al-nafs al-muthmainnah. Prinsip kesenangan yang menjadi pendorong dari id, menurut Freud berakar pada dan merupakan ekspresi dari kekuatan pendorong dalam jiwa manusia yang disebut libido. Konsep yang lebih luas dari libido disebut eros yaitu kecenderungan memburu kesenangan dan menjauhi kesakitan. Konsep ini lebih tepat disejajarkan 92

Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr, h. 192

96

dengan pengertian syahwat yang ada dalam al-Qur̀an yang meliputi konsep baik seksual maupun aspek kesenangan hidup lainnya. Eros tersebut perlu dikendalikan dengan proses pertimbangan dan seleksi, kalau perlu melalui represi. Bahkan al-Qur̀an menganjurkan untuk mengendalikan dorongan kesenangan dengan konfrontasi.93 Diri atau jiwa yang terkendali akan terekspresi dalam ketenangan yaitu al-nafs al-Muthmainnah. Jiwa tersebut mengarah pada al-Nafs al-kâmilah yang mengarah pada kesempurnaan dan al-nafs al-mardhiyyah yang cenderung untuk mejalankan petunjuk yang baik guna memilih ridha Allah. Jiwa ini akan memilih keutamaan dalam bertindak dan menjauhi perasaan-perasaan dengki, rakus, iri dan semacamnya. Sebagimana pemyataan Allah bahwa jiwa yang tenang tersebut telah diridhai-Nya dan Allah dengan terbuka menerima serta mempersilahkan mereka untuk masuk dalam kumpulan hamba-hamba Allah yang shalih:

‫ﺨﹸﻠِﻲ ﻓِﻲ‬‫ﺔﹰ ﻓﹶﺎﺩ‬‫ﻀِﻴ‬‫ﺭ‬‫ﺔﹰ ﻤ‬‫ﺍﻀِﻴ‬‫ﻙِ ﺭ‬‫ﺒ‬‫ﺠِﻌِﻲ ﺇِﻟﹶﻰ ﺭ‬‫ﺌِﻨﱠﺔﹸ ﺍﺭ‬‫ﻁﹾﻤ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨﱠﻔﹾﺱ‬‫ﺘﹸﻬ‬‫ﺎﺃَﻴ‬‫ﻴ‬ ‫ﻨﱠﺘِﻲ‬‫ﺨﹸﻠِﻲ ﺠ‬‫ﺍﺩ‬‫ﺎﺩِﻱ ﻭ‬‫ﻋِﺒ‬ Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamàah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (al-Fajr, 89: 27-30) Menurut penelitian Toni Victor M. Wanggai bahwa jiwa yang tenang ditandai dengan pribadi yang memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan kepada kebenaran, memiliki rasa aman, teguh pendirian (istiqâmah), terbebas dari rasa

93

M. Dawam Raharjo, Eksikloped;, h. 270-271

97

takut dan sedih di dunia serta hatinya tentram karena selalu ingat kepada Allah.94 B.2. Bertaubat dan Mengikuti Petunjuk Allah dengan Penuh Keyakinan Setelah seseorang dapat mengendalikan dirinya dan mengetahui akan kekeliruan dan kesesatannya maka ia akan bertaubat dan kembali ke jalan yang benar yaitu dengan mengikuti jalan Allah. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Adam as. begitu mereka berdua bersama istrinya menyadari telah melanggar perintah Allah maka langsung bertaubat.

‫ﺎ‬‫ﻬِﻤ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﺨﹾﺼِﻔﹶﺎﻥِ ﻋ‬‫ﻁﹶﻔِﻘﹶﺎ ﻴ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻤ‬‫ﺁﺘﹸﻬ‬‫ﻭ‬‫ﺎ ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﺕﹾ ﻟﹶﻬ‬‫ﺩ‬‫ ﹶﺓ ﺒ‬‫ﺭ‬‫ﺎ ﺫﹶﺍﻗﹶﺎ ﺍﻟﺸﱠﺠ‬‫ﻭﺭٍ ﻓﹶﻠﹶﻤ‬‫ﺎ ﺒِﻐﹸﺭ‬‫ﻤ‬‫ﻟﱠﺎﻫ‬‫ﻓﹶﺩ‬ ‫ﺎ ﺇِﻥ‬‫ﺃَﻗﹸلْ ﻟﹶﻜﹸﻤ‬‫ﺓِ ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﺎ ﺍﻟﺸﱠﺠ‬‫ ﺘِﻠﹾﻜﹸﻤ‬‫ﻥ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ﻜﹸﻤ‬‫ ﺃَﻨﹾﻬ‬‫ﺎ ﺃَﻟﹶﻡ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﺒ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻫ‬‫ﻨﹶﺎﺩ‬‫ﻨﱠﺔِ ﻭ‬‫ﻕِ ﺍﻟﹾﺠ‬‫ﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﻤِﻥ‬ ‫ﻨﹶﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺘﹶﺭ‬‫ ﻟﹶﻨﹶﺎ ﻭ‬‫ ﺘﹶﻐﹾﻔِﺭ‬‫ ﻟﹶﻡ‬‫ﺇِﻥ‬‫ﻨﹶﺎ ﻭ‬‫ﻨﹶﺎ ﺃَﻨﹾﻔﹸﺴ‬‫ﻨﹶﺎ ﻅﹶﻠﹶﻤ‬‫ﺒ‬‫ ﻗﹶﺎﻟﹶﺎ ﺭ‬‫ﺒِﻴﻥ‬‫ ﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺩ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ ﻟﹶﻜﹸﻤ‬‫ﻁﹶﺎﻥ‬‫ﺍﻟﺸﱠﻴ‬ ‫ ﺍﻟﹾﺨﹶﺎﺴِﺭِﻴﻥ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻟﹶﻨﹶﻜﹸﻭﻨﹶﻥ‬ Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?". Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orangorang yang merugi". (al-Àrâf, 7:22-23) Setelah Adam dan istrinya menyesali perbuatannya dan memohon ampun maka Allah mengampuni mereka berdua dan meminta agar mengikuti

94

Toni Victor M. Wanggai, "Konsep Dzikir Dalam Al-Qur an", Tesis (Jakarta: Perpustakaan PPS UIN Syarif HidayatuUah, 2002) h. 101-102, t.d .

98

petunjuk-Nya sehingga tidak ada ketakutan dan kesedihan.

‫ﺒِﻁﹸﻭﺍ‬‫ﻡ ﻗﹸﻠﹾﻨﹶﺎ ﺍﻫ‬ ‫ﺤِﻴ‬‫ ﺍﻟﺭ‬‫ﺍﺏ‬‫ ﺍﻟﺘﱠﻭ‬‫ﻭ‬‫ ﻫ‬‫ﻪِ ﺇِﻨﱠﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﺎﺕٍ ﻓﹶﺘﹶﺎﺏ‬‫ﻪِ ﻜﹶﻠِﻤ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻡ‬‫ﺍﺩ‬‫ﻓﹶﺘﹶﻠﹶﻘﱠﻰ ﺀ‬ ‫ﻡ‬‫ﻟﹶﺎ ﻫ‬‫ ﻭ‬‫ﻬِﻡ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻑﹲ ﻋ‬‫ ﻓﹶﻠﹶﺎ ﺨﹶﻭ‬‫ﺍﻱ‬‫ﺩ‬‫ ﻫ‬‫ ﺘﹶﺒِﻊ‬‫ﻥ‬‫ﻯ ﻓﹶﻤ‬‫ﺩ‬‫ ﻤِﻨﱢﻲ ﻫ‬‫ﻨﱠﻜﹸﻡ‬‫ﺄْﺘِﻴ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﺎ ﻓﹶﺈِﻤ‬‫ﻤِﻴﻌ‬‫ﺎ ﺠ‬‫ﻤِﻨﹾﻬ‬ ‫ﻨﹸﻭﻥ‬‫ﺯ‬‫ﺤ‬‫ﻴ‬ Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (al-Baqarah, 2:37-38). Dari peristiwa Adam tersebut di atas menurut Mutawalli Syàrawi ada tiga tahap proses pengampunan. Pertama, Allah membuka pintu taubat bagi hamba-Nya. Kedua, Ketika mereka bertaubat, Allah akan menerima Taubat mereka, dan ketiga, mereka tidak akan mengulangi perbuatan maksiatnya. 95 Setelah seseorang bertaubat dan taubatnya diterima oleh Allah maka kemudian dia harus memiliki i’tikad untuk tidak akan mengulangi perbuatannya yang sesat. Dengan demikian sebagaimana Adam, orang tersebut akan mengikuti petunjuk Allah. Bagi orang yang bertaubat dengan jalan seperti itulah Allah berjanji akan memberi petunjuk.

‫ﺸﹶﺎﺀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻀِلﱡ ﻤ‬‫ ﻴ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻪِ ﻗﹸلْ ﺇِﻥ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﺔﹲ ﻤِﻥ‬‫ﺍﻴ‬‫ﻪِ ﺀ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ل ﻋ‬ َ ِ‫ﻟﹶﺎ ﺃُﻨﹾﺯ‬‫ﻭﺍ ﻟﹶﻭ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫ﻘﹸﻭلُ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻴ‬‫ﻭ‬ 95

Muhammad Mutawalli Syà rawi, Bagaimana Setan Menggoda Manus;a (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992) h 60-61

99

‫ ﺃَﻨﹶﺎﺏ‬‫ﻥ‬‫ﻪِ ﻤ‬‫ﺩِﻱ ﺇِﻟﹶﻴ‬‫ﻬ‬‫ﻴ‬‫ﻭ‬ Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada Nya", (al-Ràd, 13:27) Dengan tidak akan mengulangi perbuatannya yang sesat dan akan mematuhi perintah Allah akan lahir profil manusia sebagaimana digambarkan dalam al-Qur̀an surat al-Taubah ayat 112:

‫ﻭﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﺂﻤِﺭ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺎﺠِﺩ‬‫ ﺍﻟﺴ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺍﻜِﻌ‬‫ ﺍﻟﺭ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺎﺌِﺤ‬‫ ﺍﻟﺴ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺎﻤِﺩ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺎﺒِﺩ‬‫ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺍﻟﺘﱠﺎﺌِﺒ‬ ‫ﺅْﻤِﻨِﻴﻥ‬‫ﺸﱢﺭِ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺒ‬‫ﻭﺩِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻭ‬‫ﺩ‬‫ ﻟِﺤ‬‫ﺎﻓِﻅﹸﻭﻥ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻨﹾﻜﹶﺭِ ﻭ‬‫ﻥِ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﻋ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺍﻟﻨﱠﺎﻫ‬‫ﻭﻑِ ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﻌ‬‫ﺒِﺎﻟﹾﻤ‬ Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah), yang melawat, yang rukù, yang sujud, yang menyuruh berbuat màruf dan meneegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mùmin itu. (alTaubah, 9:112). Dengan

demikian

kesungguhan

yang

sejati

untuk

bertaubat

termanivestasikan dalam keyakinan yang kuat yang dapat menggerakkan manusia kepada perbuatan-perbuatan baik. Jika orang yang bertaubat, kembali ke jalan Allah, dan berikeyakinan tidak memiliki perbuatan yang baik, maka keyakinan tersebut tidaklah sungguh-sungguh. Sifat fundamental dari rasa berdosa dan kekhusy'uan terhadap Tuhan, kepasrahan yang sepenuhnya terhadap kehendak Tuhan, rasa syukur yang diungkapkan dengan tulus terhadap rahmat yang diterima nya dari Tuhan merupakan wujud dari keimanan Islam yang paling tinggi yang terwujud dalam perbuatan baik (shâlihat).96 Orang-orang yang bertaubat dengan sungguh-sungguh dengan tidak akan 96

Toshihiko Izutsu, Etika Beragama, h. 301

100

mengulangi perbuatannya yang sesat, mengikuti petunjuk Allah dan menjalaninya dengan penuh keyakinan sehingga terwujud perilaku yang baik maka Allah telah memberi jaminan bahwa orang tersebut tidak akan tersesat dan mengalami kehancuran di dunia dan akhirat,

‫ﻊ‬‫ﻥِ ﺍﺘﱠﺒ‬‫ﻯ ﻓﹶﻤ‬‫ﺩ‬‫ ﻤِﻨﱢﻲ ﻫ‬‫ﻨﱠﻜﹸﻡ‬‫ﺄْﺘِﻴ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ ﻓﹶﺈِﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺩ‬‫ﺽٍ ﻋ‬‫ﻌ‬‫ ﻟِﺒ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﻀ‬‫ﻌ‬‫ﺎ ﺒ‬‫ﻤِﻴﻌ‬‫ﺎ ﺠ‬‫ﺒِﻁﹶﺎ ﻤِﻨﹾﻬ‬‫ﻗﹶﺎلَ ﺍﻫ‬ ‫ﺸﹾﻘﹶﻰ‬‫ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ﻀِلﱡ ﻭ‬‫ ﻓﹶﻠﹶﺎ ﻴ‬‫ﺍﻱ‬‫ﺩ‬‫ﻫ‬ lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (Thâhâ, 20:123) Janji Allah tersebut tentu bukanlah hal yang retoris belaka, hal tersebut karena seorang yang bertaubat, mengikuti petunjuk Allah, memiliki keyakinan yang kuat dan memiliki perilaku dan perbuatan yang baik adalah manusia yang seeara mental memiliki kebahagiaan dan keharmonisan. Menurut Zakiah Daradjat, pakar Ilmu Jiwa, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang tidak akan eukup mengantarkannya kepada kebahagiaan. Hal tersebut karena apabila pengalaman dan pendidikan yang dilalui dimasa kecil kurang membawa ketentraman, maka perasaan orang itu akan goncang dan kemampuan berpikirpun akan terganggu. Di sinilah fungsinya iman, seorang yang keimanannya telah menguasainya, walau apapun yang terjadi tidak akan mengganggu atau mempengaruhinya. Ia yakin bahwa keimanan itu akan membawanya kepada ketentraman dan kelegaan batin.97

97

Zakiah Daradjat, Islam dan Kesehatan Mental (Jakarta: PT. Taka Gunung Agung,

1982) h. 13-14

101

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Dhalâl

dalam

al-Qur ̀an digunakan baik dalam pengertian makna

bahasanya yaitu bingung, hilang, lenyap dan sia-sia maupun dalam makna metaforisnya yaitu tersesat pada jalan kehidupan yang tidak sesuai dengan petunjuk Allah (hidâyah). Ketersesatan tersebut meliputi orang-orang yang betul-betul menolak hidâyah dan memilih jalannya sendiri yaitu orang orang kafir dan musyrik, orang-orang beriman yang tidak sepenuh hati dalam mengikuti hidâyah sebagaimana dijalani orang-orang munafiq, dan orang-orang yang masih kebingungan karena belum mendapat hidâyah sebagaimana dialami para calon anbiyâ ̀. Jalan sesat tersebut tidak akan mengantarkan seseorang sampai ketujuan sehingga apa yang dilakukan oleh orang-orang yang menempuh jalan sesat akan sia-sia dan mereka akan terombang-ambing dalam kebingungan. 2. Dhalâl

disebabkan oleh faktor hawa nafsu yang tidak terkontrol dan

mendominasi pola fikir dan pola hidup manusia. Seseorang yang dikuasai hawa nafsu menjalani pola kehidupan yang materialis dan individualis sehingga hidupnya dipenuhi dengan persaingan mendapatkan prestise dan kebanggaan duniawi yang berwujud harta dan anak semata. Hidup bermegah-megahan dan menumpuk harta ini dapat mengenai siapa saja, kalau hal tersebut mengenai orang yang beriman maka ia akan tersibukkan dalam kehidupan duniawi dan melalaikan kehidupan ukhrawi sehingga

102

imannya akan mengeropos menjadi orang beriman yang setengah hati atau munafiq bahkan akan dapat melalaikan imannya dan murtad. Kalau pola hidup yang didominasi oleh hawa nafsu di atas mengenai orang-orang kafir

dan

musyrik

maka

ia

akan

menjadi

semakin

sombong,

membanggakan diri dan keturunannya dihadapan Rasulullah bahkan Allah dan suka membantah hidâyah atau kebenaran tanpa argumen yang ilmiah. 3. Dhalâl juga disebabkan oleh faktor lingkungan. Seseorang yang tidak mengikuti trend budaya dan pola hidup yang umum dan sedang berlaku dimasyarakat cenderung dijauhi oleh anggota masyarakat lain. Fenomena tersebut sangat terasa bagi komunitas kesukuan Arab di mana hubungan ketergantungan antar anggota masyarakat dalam menjaga keberlangsungan kehidupan sangat tinggi. Selain faktor budaya, dhalâl juga disebabkan oleh pengaruh propaganda misionaris dari agama-agama lain seperti Nasrani dan Yahudi yang disebut ahl al-kitâb. Diantara mereka ada yang keras perlawanannya terhadap Islam dan secara terprogram menyesatkan seseorang. 4. Jalan keluar dari dhalâl adalah mengendalikan hawa nafsu dan membangkitkan jiwa ketenangan (al-nafs al-Muthmainnah). Dengan jiwa yang tenang seseorang akan dapat mengontrol perilaku hidupnya, selalu mengevaluasi dan membenahi diri sehingga akan selalu mencari pola hidup yang lebih baik. Mereka akan selalu bertaubat dari segala kebingungan dan kesesatan dan kembali ke jalan Allah dengan penuh keyakinan. Hidup dengan berpedoman hidâyah Allah dan menjalaninya

103

dengan penuh keyakinan dibuktikan dengan mewujudkan pola hidup yang seimbang dunia akhirat, tidak bermegah-megahan, memperhatikan kaum dhu'afa dan senantiasa berbuat kebaikan terhadap lingkungan. B. Saran-Saran 1. Potensi atau fitrah dalam diri manusia, pada prinsipnya sama dari masa ke masa dan di manapun ia dilahirkan dan dibesarkan. Namun bagaimana perilaku dan pola hidup seseorang akan sangat tergantung di mana ia dibesarkan, oleh siapa dan dilingkungan mana, apa yang dipelajarinya serta siapa yang telah membesarkannya. Dengan kata lain, manusia yang memiliki potensi untuk berperilaku sesat atau baik sesuai agama sangat tergantung dari kepribadiannya yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman dari lingkungan yang ditemuinya. Pada masa globalisasi dewasa

ini

tantangan

manusia

untuk

memegangi kebaikan dan

mempertahankan perilaku yang baik serta pola hidup yang sesuai agama semakin berat mengingat lingkungan yang melingkupi manusia tidak hanya seputar wilayah dimana ia tinggal, tetapi seluruh belahan dunia. Melalui media elektronik manusia seolah bergaul dengan seluruh manusia yang berbeda budaya dan agama. 2. Penelitian mengenai konsep dhalâl dalam al-Qur ̀an ini masih terus dapat dikembangkan untuk memproyeksikan pola keagamaan, pola hidup dan budaya yang berkembang dewasa ini. Dengan mengetahui konsep dhalâl dalam

al-Qur ̀an dan konteksnya sebagaimana yang terjadi pada

masyarakat di mana wahyu pertama kali diturunkan, maka dapat dilakukan

104

penelitian lanjutan dengan menjadikan penelitian ini sebagai penelitian awal atau proyektor untuk membaca masyarakat kontemporer sekarang ini dengan metode-metode dan pendekatan lain, misalnya pendekatan sosiologis serta antropologi budaya dan agama.

105

Lampiran DAFTAR HIMPUNAN AYAT-AYAT AL-QUR'AN YANG MENGANDUNG LAFADZ DHALAL

‫ﺿﻼﻝ‬ ‫ﺘﹾﻠﹸﻭ‬‫ ﻴ‬‫ ﺃَﻨﹾﻔﹸﺴِﻬِﻡ‬‫ﻭﻟﹰﺎ ﻤِﻥ‬‫ﺴ‬‫ ﺭ‬‫ﺙ ﻓِﻴﻬِﻡ‬ ‫ ﹶ‬‫ﻌ‬‫ ﺇِﺫﹾ ﺒ‬‫ﺅْﻤِﻨِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﻰ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﻋ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻥ‬‫ ﻤ‬‫ ﻟﹶﻘﹶﺩ‬.١ ُ‫ل‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ ﻜﹶﺎﻨﹸﻭﺍ ﻤِﻥ‬‫ﺇِﻥ‬‫ ﹶﺔ ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﺤِﻜﹾﻤ‬‫ ﻭ‬‫ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﻠﱢﻤ‬‫ﻌ‬‫ﻴ‬‫ﻭ‬

‫ﻜﱢﻴﻬِﻡ‬‫ﺯ‬‫ﻴ‬‫ﺎﺘِﻪِ ﻭ‬‫ﺍﻴ‬‫ ﺀ‬‫ﻬِﻡ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬

( ‫ ) ﺍل ﻋﻤﺭ ﺍﻥ‬.ٍ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﻤ‬‫ﻟﹶﻔِﻲ ﻀ‬ Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

ٍ‫ﻠﹶﺎل‬‫ ﻓِﻲ ﻀ‬‫ﻙ‬‫ﻤ‬‫ﻗﹶﻭ‬‫ ﻭ‬‫ﺍﻙ‬‫ﺔﹰ ﺇِﻨﱢﻲ ﺃَﺭ‬‫ﺍﻟِﻬ‬‫ﺎ ﺀ‬‫ﻨﹶﺎﻤ‬‫ ﺃَﺘﹶﺘﱠﺨِﺫﹸ ﺃَﺼ‬‫ﺭ‬‫ﺍﺯ‬‫ ﻟِﺄَﺒِﻴﻪِ ﺀ‬‫ﺍﻫِﻴﻡ‬‫ﺭ‬‫ل ﺇِﺒ‬ َ ‫ﺇِﺫﹾ ﻗﹶﺎ‬‫ ﻭ‬.٢ (٧٤ ‫ ) ﺍﻻﻨﻌﺎﻡ‬.ٍ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻤ‬ Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."

( ٦٠‫ ) ﺍﻻ ﻋﺭ ﺍﻑ‬.ٍ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﻤ‬‫ ﻓِﻲ ﻀ‬‫ﺍﻙ‬‫ﻤِﻪِ ﺇِﻨﱠﺎ ﻟﹶﻨﹶﺭ‬‫ ﻗﹶﻭ‬‫ﻠﹶﺄُ ﻤِﻥ‬‫ ﻗﹶﺎلَ ﺍﻟﹾﻤ‬.٣ Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata."

ٍ‫ﻠﹶﺎل‬‫ﺎﻨﹶﺎ ﻟﹶﻔِﻲ ﻀ‬‫ ﺃَﺒ‬‫ﺔﹲ ﺇِﻥ‬‫ﺒ‬‫ﺼ‬‫ ﻋ‬‫ﻥ‬‫ﻨﹶﺤ‬‫ ﺇِﻟﹶﻰ ﺃَﺒِﻴﻨﹶﺎ ﻤِﻨﱠﺎ ﻭ‬‫ﺏ‬‫ ﺃَﺤ‬‫ﺃَﺨﹸﻭﻩ‬‫ﻑﹸ ﻭ‬‫ﻭﺴ‬‫ ﺇِﺫﹾ ﻗﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﻟﹶﻴ‬.٤ (٨‫ )ﻴﻭ ﺴﻑ‬.ٍ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻤ‬ (Yaitu) ketika mereka berkata: "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.

109

‫ﺎ ﺇِﻨﱠﺎ‬‫ﺒ‬‫ﺎ ﺤ‬‫ ﺸﹶﻐﹶﻔﹶﻬ‬‫ ﻨﹶﻔﹾﺴِﻪِ ﻗﹶﺩ‬‫ﻥ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ ﻓﹶﺘﹶﺎﻫ‬‫ﺍﻭِﺩ‬‫ﺯِﻴﺯِ ﺘﹸﺭ‬‫ﺃَﺓﹸ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﺭ‬‫ﺩِﻴﻨﹶﺔِ ﺍﻤ‬‫ﺓﹲ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ل ﻨِﺴ‬ َ ‫ﻗﹶﺎ‬‫ ﻭ‬.٥ (٣٠‫ )ﻴﻭ ﺴﻑ‬.ٍ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﻤ‬‫ﺎ ﻓِﻲ ﻀ‬‫ﺍﻫ‬‫ﻟﹶﻨﹶﺭ‬ Dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata".

ِ‫ﺎﺴِـﻁ‬‫ﺀٍ ﺇِﻟﱠﺎ ﻜﹶﺒ‬‫ ﺒِﺸﹶﻲ‬‫ﻡ‬‫ ﻟﹶﻬ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺘﹶﺠِﻴﺒ‬‫ﺴ‬‫ﻭﻨِﻪِ ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ ﺩ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻋ‬‫ﺩ‬‫ ﻴ‬‫ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻕﱢ ﻭ‬‫ﺓﹸ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻭ‬‫ﻋ‬‫ ﺩ‬‫ ﻟﹶﻪ‬.٦ ‫ ) ﺍﻟﺭ‬.ٍ‫ﻠﹶﺎل‬‫ ﺇِﻟﱠﺎ ﻓِﻲ ﻀ‬‫ ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓِﺭِﻴﻥ‬‫ﺎﺀ‬‫ﻋ‬‫ﺎ ﺩ‬‫ﻤ‬‫ﺎﻟِﻐِﻪِ ﻭ‬‫ ﺒِﺒ‬‫ﻭ‬‫ﺎ ﻫ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻠﹸﻎﹶ ﻓﹶﺎﻩ‬‫ﺒ‬‫ﺎﺀِ ﻟِﻴ‬‫ﻪِ ﺇِﻟﹶﻰ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻜﹶﻔﱠﻴ‬ ( ١٤ ‫ﻋﺩ‬ Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) do`a yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan do`a (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.

‫ـﺎ‬‫ﻐﹸﻭﻨﹶﻬ‬‫ﺒ‬‫ﻴ‬‫ﺒِﻴلِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻭ‬‫ ﺴ‬‫ﻥ‬‫ ﻋ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺩ‬‫ﺼ‬‫ﻴ‬‫ﺓِ ﻭ‬‫ﻠﹶﻰ ﺍﻟﹾﺂﺨِﺭ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ﻨﹾﻴ‬‫ﺎﺓﹶ ﺍﻟﺩ‬‫ﻴ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺘﹶﺤِﺒ‬‫ﺴ‬‫ ﻴ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬.٧ ( ٣ ‫ ) ﺍﺒﺭﺍﻫﻴﻡ‬.ٍ‫ﻌِﻴﺩ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﺒ‬‫ ﻓِﻲ ﻀ‬‫ﺎ ﺃُﻭﻟﹶﺌِﻙ‬‫ﺠ‬‫ﻋِﻭ‬ (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.

( ٣٨ ‫ ) ﻤﺭ ﻴﻡ‬.ٍ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﻤ‬‫ ﻓِﻲ ﻀ‬‫ﻡ‬‫ﻭ‬‫ ﺍﻟﹾﻴ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺄْﺘﹸﻭﻨﹶﻨﹶﺎ ﻟﹶﻜِﻥِ ﺍﻟﻅﱠﺎﻟِﻤ‬‫ ﻴ‬‫ﻡ‬‫ﻭ‬‫ ﻴ‬‫ﺼِﺭ‬‫ﺃَﺒ‬‫ ﻭ‬‫ ﺒِﻬِﻡ‬‫ﻤِﻊ‬‫ ﺃَﺴ‬.٨ Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami. Tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata.

( ٥٤ ‫ ) ﺍﻻﻨﺒﻴﺎ‬.ٍ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﻤ‬‫ ﻓِﻲ ﻀ‬‫ﺎﺅُﻜﹸﻡ‬‫ﺍﺒ‬‫ﺀ‬‫ ﻭ‬‫ ﺃَﻨﹾﺘﹸﻡ‬‫ ﻜﹸﻨﹾﺘﹸﻡ‬‫ ﻗﹶﺎلَ ﻟﹶﻘﹶﺩ‬.٩ Ibrahim berkata: "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata."

( ٩٧ ‫ ) ﺍﻟﺸﻌﺭ ﺍﺀ‬.ٍ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﻤ‬‫ ﻜﹸﻨﱠﺎ ﻟﹶﻔِﻲ ﻀ‬‫ ﺘﹶﺎﻟﻠﱠﻪِ ﺇِﻥ‬.١٠ "demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata,

110

‫ـﺎﺀ‬‫ ﺠ‬‫ـﻥ‬‫ ﻤ‬‫ﻠﹶﻡ‬‫ﻲ ﺃَﻋ‬‫ﺒ‬‫ﺎﺩٍ ﻗﹸلْ ﺭ‬‫ﻌ‬‫ ﺇِﻟﹶﻰ ﻤ‬‫ﻙ‬‫ﺍﺩ‬‫ ﻟﹶﺭ‬‫ﺍﻥ‬‫ﺀ‬‫ ﺍﻟﹾﻘﹸﺭ‬‫ﻙ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﺽ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻱ ﻓﹶﺭ‬‫ ﺇِﻥ‬.١١ ( ٨٥‫ ) ﺍﻟﻘﺼﺹ‬.ٍ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﻤ‬‫ ﻓِﻲ ﻀ‬‫ﻭ‬‫ ﻫ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻯ ﻭ‬‫ﺩ‬‫ﺒِﺎﻟﹾﻬ‬ Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Qur'an, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: "Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata."

ٍ‫ـﻠﹶﺎل‬‫ ﻓِﻲ ﻀ‬‫ﻭﻥ‬‫لِ ﺍﻟﻅﱠﺎﻟِﻤ‬‫ﻭﻨِﻪِ ﺒ‬‫ ﺩ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺎﺫﹶﺍ ﺨﹶﻠﹶﻕﹶ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻭﻨِﻲ ﻤ‬‫ﺫﹶﺍ ﺨﹶﻠﹾﻕﹸ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻓﹶﺄَﺭ‬‫ ﻫ‬.١٢ ( ١١ ‫ ) ﻟﻘﻤﺎﻥ‬.ٍ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻤ‬ Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan (mu) selain Allah sebenarnya orang-orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.

‫ﻯ ﺃَﻭ‬‫ﺩ‬‫ﻠﹶﻰ ﻫ‬‫ ﻟﹶﻌ‬‫ﺎﻜﹸﻡ‬‫ ﺇِﻴ‬‫ﺇِﻨﱠﺎ ﺃَﻭ‬‫ ﻭ‬‫ﺽِ ﻗﹸلِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺍﻟﹾﺄَﺭ‬‫ﺍﺕِ ﻭ‬‫ﻭ‬‫ﻤ‬‫ ﺍﻟﺴ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻗﹸﻜﹸﻡ‬‫ﺯ‬‫ﺭ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ ﻗﹸلْ ﻤ‬.١٣ ( ٢٤ ‫ ) ﺴﺒﺎﺀ‬.ٍ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﻤ‬‫ﻓِﻲ ﻀ‬ Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah", dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.

( ٢٤ ‫ ) ﻴﺱ‬.ٍ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﻤ‬‫ ﺇِﻨﱢﻲ ﺇِﺫﹰﺍ ﻟﹶﻔِﻲ ﻀ‬.١٤ Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata.

‫ﻭﺍ ﻟِﻠﱠﺫِﻴﻥ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫ﻭﺍ ﻗﹶﺎلَ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫ ﻗﹶﺎلَ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻗﹶﻜﹸﻡ‬‫ﺯ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ ﺃَﻨﹾﻔِﻘﹸﻭﺍ ﻤِﻤ‬‫ﻡ‬‫ﺇِﺫﹶﺍ ﻗِﻴلَ ﻟﹶﻬ‬‫ ﻭ‬.١٥ ( ٤٧ ‫ ) ﻴﺱ‬.ٍ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﻤ‬‫ ﺇِﻟﱠﺎ ﻓِﻲ ﻀ‬‫ ﺃَﻨﹾﺘﹸﻡ‬‫ ﺇِﻥ‬‫ﻪ‬‫ﻤ‬‫ ﺃَﻁﹾﻌ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺸﹶﺎﺀ‬‫ ﻴ‬‫ ﻟﹶﻭ‬‫ﻥ‬‫ ﻤ‬‫ﻨﹸﻭﺍ ﺃَﻨﹸﻁﹾﻌِﻡ‬‫ﺍﻤ‬‫ﺀ‬ Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Nafkahkanlah sebahagian dari rezki yang diberikan Allah kepadamu", maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman: "Apakah kami akan memberi makan kepada orangorang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan, tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata."

‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﺔِ ﻗﹸﻠﹸﻭﺒ‬‫لٌ ﻟِﻠﹾﻘﹶﺎﺴِﻴ‬‫ﻴ‬‫ﻪِ ﻓﹶﻭ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﻠﹶﻰ ﻨﹸﻭﺭٍ ﻤِﻥ‬‫ ﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻠﹶﺎﻡِ ﻓﹶﻬ‬‫ ﻟِﻠﹾﺈِﺴ‬‫ﻩ‬‫ﺭ‬‫ﺩ‬‫ ﺼ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺡ‬‫ ﺸﹶﺭ‬‫ﻥ‬‫ ﺃَﻓﹶﻤ‬.١٦ ( ٢٢ ‫ ) ﺍﻟﺯ ﻤﺭ‬.ٍ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﻤ‬‫ ﻓِﻲ ﻀ‬‫ ﺫِﻜﹾﺭِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺃُﻭﻟﹶﺌِﻙ‬‫ﻤِﻥ‬ 111

Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.

‫ﻭﺍ‬‫ﻴ‬‫ﺘﹶﺤ‬‫ﺍﺴ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻌ‬‫ﻨﹸﻭﺍ ﻤ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻨﹶﺎﺀ‬‫ ﻋِﻨﹾﺩِﻨﹶﺎ ﻗﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﺍﻗﹾﺘﹸﻠﹸﻭﺍ ﺃَﺒ‬‫ﻕﱢ ﻤِﻥ‬‫ ﺒِﺎﻟﹾﺤ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﺎﺀ‬‫ﺎ ﺠ‬‫ ﻓﹶﻠﹶﻤ‬.١٧ ( ٢٥ ‫ ) ﺍﻟﻤﻭ ﻤﻥ‬.ٍ‫ﻠﹶﺎل‬‫ ﺇِﻟﱠﺎ ﻓِﻲ ﻀ‬‫ ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓِﺭِﻴﻥ‬‫ﺩ‬‫ﺎ ﻜﹶﻴ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﺎﺀ‬‫ﻨِﺴ‬ Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami mereka berkata: "Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka". Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia belaka.

‫ـﺎﺀ‬‫ﻋ‬‫ـﺎ ﺩ‬‫ﻤ‬‫ﻭﺍ ﻭ‬‫ﻋ‬‫ﻠﹶﻰ ﻗﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﻓﹶﺎﺩ‬‫ﻨﹶﺎﺕِ ﻗﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﺒ‬‫ﻴ‬‫ ﺒِﺎﻟﹾﺒ‬‫ﻠﹸﻜﹸﻡ‬‫ﺴ‬‫ ﺭ‬‫ ﺘﹶﺄْﺘِﻴﻜﹸﻡ‬‫ ﺘﹶﻙ‬‫ ﻟﹶﻡ‬‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﺃَﻭ‬.١٨ ( ٥٠ ‫ ) ﺍﻟﻤﻭ ﻤﻥ‬.ٍ‫ﻠﹶﺎل‬‫ ﺇِﻟﱠﺎ ﻓِﻲ ﻀ‬‫ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓِﺭِﻴﻥ‬ Penjaga Jahannam berkata: "Dan apakah belum datang kepada kamu rasulrasulmu dengan membawa keterangan-keterangan?" Mereka menjawab: "Benar, sudah datang". Penjaga-penjaga Jahannam berkata: "Berdo`alah kamu". Dan do`a orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka.

‫ـﻭﻥ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﻴ‬‫ـﺎ ﻭ‬‫ ﻤِﻨﹾﻬ‬‫ﺸﹾﻔِﻘﹸﻭﻥ‬‫ﻨﹸﻭﺍ ﻤ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ ﺒِﻬ‬‫ﺅْﻤِﻨﹸﻭﻥ‬‫ ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺠِلُ ﺒِﻬ‬‫ﺘﹶﻌ‬‫ﺴ‬‫ ﻴ‬.١٩ ( ١٨ ‫ ) ﺍﻟﺸﺭ ﻯ‬.ٍ‫ﻌِﻴﺩ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﺒ‬‫ﺔِ ﻟﹶﻔِﻲ ﻀ‬‫ﺎﻋ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻤ‬‫ ﻴ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻕﱡ ﺃَﻟﹶﺎ ﺇِﻥ‬‫ﺎ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺃَﻨﱠﻬ‬ Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya kiamat itu benarbenar dalam kesesatan yang jauh.

.ٍ‫ﺒِـﻴﻥ‬‫ـﻠﹶﺎلٍ ﻤ‬‫ ﻓِـﻲ ﻀ‬‫ ﻜﹶـﺎﻥ‬‫ـﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ـﻲ‬‫ﻤ‬‫ﺩِﻱ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ ﺘﹶﻬ‬‫ ﺃَﻭ‬‫ﻡ‬‫ ﺍﻟﺼ‬‫ﻤِﻊ‬‫ ﺃَﻓﹶﺄَﻨﹾﺕﹶ ﺘﹸﺴ‬.٢٠ ( ٤٠‫)ﺍﻟﺯﺨﺭﻑ‬ Maka apakah kamu dapat menjadikan orang yang pekak bisa mendengar atau (dapatkah) kamu memberi petunjuk kepada orang yang buta (hatinya) dan kepada orang yang tetap dalam kesesatan yang nyata?

‫ﺎﺀ‬‫ﻭﻨِﻪِ ﺃَﻭﻟِﻴ‬‫ ﺩ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ ﻟﹶﻪ‬‫ﺱ‬‫ﻟﹶﻴ‬‫ﺽِ ﻭ‬‫ﺠِﺯٍ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﺄَﺭ‬‫ﻌ‬‫ ﺒِﻤ‬‫ﺱ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻓﹶﻠﹶﻴ‬‫ﺍﻋِﻲ‬‫ ﺩ‬‫ﺠِﺏ‬‫ ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬.٢١ ( ٤٠ ‫ ) ﺍﻻ ﺤﻘﺎﻑ‬.ٍ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﻤ‬‫ ﻓِﻲ ﻀ‬‫ﺃُﻭﻟﹶﺌِﻙ‬

112

Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata."

( ٢٧ ‫ ) ﻕ‬.ٍ‫ﻌِﻴﺩ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﺒ‬‫ ﻓِﻲ ﻀ‬‫ ﻜﹶﺎﻥ‬‫ﻟﹶﻜِﻥ‬‫ ﻭ‬‫ﺘﹸﻪ‬‫ﺎ ﺃَﻁﹾﻐﹶﻴ‬‫ﻨﹶﺎ ﻤ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ ﻗﹶﺎلَ ﻗﹶﺭِﻴﻨﹸﻪ‬.٢٢ Yang menyertai dia berkata (pula): "Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh."

( ٢٤ ‫ ) ﺍﻟﻘﺭ‬.ٍ‫ﺭ‬‫ﻌ‬‫ﺴ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﻭ‬‫ ﺇِﻨﱠﺎ ﺇِﺫﹰﺍ ﻟﹶﻔِﻲ ﻀ‬‫ﻪ‬‫ﺍ ﻨﹶﺘﱠﺒِﻌ‬‫ﺍﺤِﺩ‬‫ﺍ ﻤِﻨﱠﺎ ﻭ‬‫ﺸﹶﺭ‬‫ ﻓﹶﻘﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﺃَﺒ‬.٢٣ Maka mereka berkata: "Bagaimana kita akan mengikuti saja seorang manusia (biasa) di antara kita? Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila,"

(٤٧ ‫ ) ﺍﻟﻘﺭ‬.ٍ‫ﺭ‬‫ﻌ‬‫ﺴ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﻭ‬‫ ﻓِﻲ ﻀ‬‫ﺭِﻤِﻴﻥ‬‫ﺠ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﺇِﻥ‬.٢٤ Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka.

‫ ﻫﻭ ﺍﻟﺫﻱ ﺒﻌﺙ ﻓﻲ ﺍﻻﻤﻴﻴﻥ ﺭﺴﻭﻻ ﻤﻨﻬﻡ ﻴﺘﻠﻭ ﻋﻠﻴﻬﻡ ﺀﺍﻴﺎﺘﻪ ﻭﻴﺯﻜﻴﻬﻡ ﻭﻴﻌﻠﻤﻬﻡ‬.٢٥ ( ٢ ‫ ) ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ‬.‫ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺤﻜﻤﺔ ﻭﺍﻥ ﻜﺎﻨﻭﺍ ﻤﻥ ﻗﺒل ﻟﻔﻲ ﻀﻼ ل ﻤﺒﻴﻥ‬ Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,

‫ ﺇِﻟﱠﺎ ﻓِـﻲ‬‫ ﺃَﻨﹾﺘﹸﻡ‬‫ﺀٍ ﺇِﻥ‬‫ ﺸﹶﻲ‬‫ ﻤِﻥ‬‫لَ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺎ ﻨﹶﺯ‬‫ﻗﹸﻠﹾﻨﹶﺎ ﻤ‬‫ﻨﹶﺎ ﻭ‬‫ ﻓﹶﻜﹶﺫﱠﺒ‬‫ﻨﹶﺎ ﻨﹶﺫِﻴﺭ‬‫ﺎﺀ‬‫ ﺠ‬‫ﻠﹶﻰ ﻗﹶﺩ‬‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﺒ‬.٢٦ ( ٩ ‫ ) ﺍﻟﻤﻠﻙ‬.ٍ‫ﻠﹶﺎلٍ ﻜﹶﺒِﻴﺭ‬‫ﻀ‬ Mereka menjawab: "Benar ada, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan (nya) dan kami katakan: "Allah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar."

.ٍ‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻠﹶﺎلٍ ﻤ‬‫ ﻓِﻲ ﻀ‬‫ﻭ‬‫ ﻫ‬‫ﻥ‬‫ ﻤ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﺘﹶﻌ‬‫ﻜﱠﻠﹾﻨﹶﺎ ﻓﹶﺴ‬‫ﻪِ ﺘﹶﻭ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻨﱠﺎ ﺒِﻪِ ﻭ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﺤ‬‫ ﺍﻟﺭ‬‫ﻭ‬‫ ﻗﹸلْ ﻫ‬.٢٧ ( ٢٩ ‫) ﺍﻟﻤﻠﻙ‬

113

Katakanlah: "Dia-lah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah kami bertawakkal. Kelak kamu akan mengetahui siapakah dia yang berada dalam kesesatan yang nyata."

‫لِ ﺍﻟﹾﻜﹸﻔﹾـﺭ‬‫ﺩ‬‫ﺘﹶﺒ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫لُ ﻭ‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ﻰ ﻤِﻥ‬‫ﻭﺴ‬‫ﺌِلَ ﻤ‬‫ﺎ ﺴ‬‫ ﻜﹶﻤ‬‫ﻭﻟﹶﻜﹸﻡ‬‫ﺴ‬‫ﺄَﻟﹸﻭﺍ ﺭ‬‫ ﺘﹶﺴ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ﻭﻥ‬‫ ﺘﹸﺭِﻴﺩ‬‫ ﺃَﻡ‬.٢٨ ( ١٠٨ ‫ ) ﺍﻟﺒﻘﺭﺓ‬.ِ‫ﺒِﻴل‬‫ ﺍﻟﺴ‬‫ﺍﺀ‬‫ﻭ‬‫لﱠ ﺴ‬‫ ﻀ‬‫ﺎﻥِ ﻓﹶﻘﹶﺩ‬‫ﺒِﺎﻟﹾﺈِﻴﻤ‬ Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada zaman dahulu? Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.

‫ـﺸﹾﺭِﻙ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﺸﹶﺎﺀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ ﻟِﻤ‬‫ ﺫﹶﻟِﻙ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺎ ﺩ‬‫ ﻤ‬‫ﻐﹾﻔِﺭ‬‫ﻴ‬‫ ﺒِﻪِ ﻭ‬‫ﻙ‬‫ﺸﹾﺭ‬‫ ﻴ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ﻐﹾﻔِﺭ‬‫ ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﺇِﻥ‬.٢٩ ( ١١٦ ‫ ) ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‬.‫ﺍ‬‫ﻌِﻴﺩ‬‫ﻠﹶﺎﻟﹰﺎ ﺒ‬‫لﱠ ﻀ‬‫ ﻀ‬‫ﺒِﺎﻟﻠﱠﻪِ ﻓﹶﻘﹶﺩ‬ Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.

ِ‫ـﻭﻟِﻪ‬‫ﺴ‬‫ﻠﹶﻰ ﺭ‬‫ل ﻋ‬ َ ‫ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏِ ﺍﻟﱠﺫِﻱ ﻨﹶﺯ‬‫ﻭﻟِﻪِ ﻭ‬‫ﺴ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻤِﻨﹸﻭﺍ ﺒِﺎﻟﻠﱠﻪِ ﻭ‬‫ﻨﹸﻭﺍ ﺀ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃَﻴ‬‫ ﻴ‬.٣٠ ِ‫ﻡِ ﺍﻟﹾﺂﺨِﺭ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﻴ‬‫ﻠِﻪِ ﻭ‬‫ﺴ‬‫ﺭ‬‫ﻜﹸﺘﹸﺒِﻪِ ﻭ‬‫ﻠﹶﺎﺌِﻜﹶﺘِﻪِ ﻭ‬‫ﻤ‬‫ ﺒِﺎﻟﻠﱠﻪِ ﻭ‬‫ﻜﹾﻔﹸﺭ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫لُ ﻭ‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ل ﻤِﻥ‬ َ ‫ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏِ ﺍﻟﱠﺫِﻱ ﺃَﻨﹾﺯ‬‫ﻭ‬ ( ١٣٦ ‫ ) ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‬.‫ﺍ‬‫ﻌِﻴﺩ‬‫ﻠﹶﺎﻟﹰﺎ ﺒ‬‫لﱠ ﻀ‬‫ ﻀ‬‫ﻓﹶﻘﹶﺩ‬ Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.

‫ﻗﹶﺎلَ ﺍﻟﻠﱠـﻪ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ ﻨﹶﻘِﻴﺒ‬‫ﺸﹶﺭ‬‫ ﻋ‬‫ ﺍﺜﹾﻨﹶﻲ‬‫ﻡ‬‫ﺜﹾﻨﹶﺎ ﻤِﻨﹾﻬ‬‫ﻌ‬‫ﺒ‬‫ل ﻭ‬ َ ‫ﺍﺌِﻴ‬‫ﺭ‬‫ﻨِﻲ ﺇِﺴ‬‫ﻕ ﺒ‬ ‫ ﻤِﻴﺜﹶﺎ ﹶ‬‫ ﺃَﺨﹶﺫﹶ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻟﹶﻘﹶﺩ‬‫ ﻭ‬.٣١ ‫ﻡ‬‫ـﻭﻫ‬‫ﺘﹸﻤ‬‫ﺭ‬‫ﺯ‬‫ﻋ‬‫ـﻠِﻲ ﻭ‬‫ﺴ‬‫ ﺒِﺭ‬‫ﻨﹾـﺘﹸﻡ‬‫ﺍﻤ‬‫ﺀ‬‫ﻜﹶـﺎ ﹶﺓ ﻭ‬‫ ﺍﻟﺯ‬‫ﺘﹸﻡ‬‫ﺍﺘﹶﻴ‬‫ﺀ‬‫ﻠﹶﺎ ﹶﺓ ﻭ‬‫ ﺍﻟﺼ‬‫ﺘﹸﻡ‬‫ ﺃَﻗﹶﻤ‬‫ ﻟﹶﺌِﻥ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﻌ‬‫ﺇِﻨﱢﻲ ﻤ‬ ‫ﺭِﻱ ﻤِـﻥ‬‫ﻨﱠﺎﺕٍ ﺘﹶﺠ‬‫ ﺠ‬‫ﺨِﻠﹶﻨﱠﻜﹸﻡ‬‫ﻟﹶﺄُﺩ‬‫ ﻭ‬‫ﺌَﺎﺘِﻜﹸﻡ‬‫ﻴ‬‫ ﺴ‬‫ﻨﹾﻜﹸﻡ‬‫ ﻋ‬‫ﻥ‬‫ﻨﹰﺎ ﻟﹶﺄُﻜﹶﻔﱢﺭ‬‫ﺴ‬‫ﺎ ﺤ‬‫ﻀ‬‫ ﻗﹶﺭ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺘﹸﻡ‬‫ﻀ‬‫ﺃَﻗﹾﺭ‬‫ﻭ‬ ( ١٢ ‫ )ﺍﻟﻤﺎ ﻴﺩﺓ‬.ِ‫ﺒِﻴل‬‫ ﺍﻟﺴ‬‫ﺍﺀ‬‫ﻭ‬‫لﱠ ﺴ‬‫ ﻀ‬‫ ﻓﹶﻘﹶﺩ‬‫ ﻤِﻨﹾﻜﹸﻡ‬‫ ﺫﹶﻟِﻙ‬‫ﺩ‬‫ﻌ‬‫ ﺒ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫ﻥ‬‫ ﻓﹶﻤ‬‫ﺎﺭ‬‫ﺎ ﺍﻟﹾﺄَﻨﹾﻬ‬‫ﺘِﻬ‬‫ﺘﹶﺤ‬ Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat di antara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat

114

dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus."

ِ‫ ﺇِﻟﹶﻰ ﺍﻟﻠﱠـﻪ‬‫ﺘﹸﻡ‬‫ﻴ‬‫ﺘﹶﺩ‬‫لﱠ ﺇِﺫﹶﺍ ﺍﻫ‬‫ ﻀ‬‫ﻥ‬‫ ﻤ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺭ‬‫ﻀ‬‫ ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ ﺃَﻨﹾﻔﹸﺴ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻨﹸﻭﺍ ﻋ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃَﻴ‬‫ ﻴ‬.٣٢ ( ١٠٥ ‫ )ﺍﻟﻤﺎ ﻴﺩﺓ‬.‫ﻠﹸﻭﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﺘﹶﻌ‬‫ﺎ ﻜﹸﻨﹾﺘﹸﻡ‬‫ ﺒِﻤ‬‫ﺌُﻜﹸﻡ‬‫ﻨﹶﺒ‬‫ﺎ ﻓﹶﻴ‬‫ﻤِﻴﻌ‬‫ ﺠ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺠِﻌ‬‫ﺭ‬‫ﻤ‬ Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

ِ‫ﺘﹶﺩِﻱ ﻟِﻨﹶﻔﹾـﺴِﻪ‬‫ﻬ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﻯ ﻓﹶﺈِﻨﱠﻤ‬‫ﺘﹶﺩ‬‫ﻥِ ﺍﻫ‬‫ ﻓﹶﻤ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﻕﱡ ﻤِﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺎﺀ‬‫ ﺠ‬‫ ﻗﹶﺩ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃَﻴ‬‫ ﻗﹸلْ ﻴ‬.٣٣ ( ١٠٨ ‫ ) ﻴﻭ ﻨﺱ‬.ٍ‫ﻜِﻴل‬‫ ﺒِﻭ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﺎ ﺃَﻨﹶﺎ ﻋ‬‫ﻤ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻀِلﱡ ﻋ‬‫ﺎ ﻴ‬‫لﱠ ﻓﹶﺈِﻨﱠﻤ‬‫ ﻀ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻭ‬ Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al Qur'an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu."

‫ﻥ‬‫ﺴ‬‫ ﺃَﺤ‬‫ ﺒِﺎﻟﱠﺘِﻲ ﻫِﻲ‬‫ﻡ‬‫ﺎﺩِﻟﹾﻬ‬‫ﺠ‬‫ﻨﹶﺔِ ﻭ‬‫ﺴ‬‫ﻋِﻅﹶﺔِ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺔِ ﻭ‬‫ ﺒِﺎﻟﹾﺤِﻜﹾﻤ‬‫ﻙ‬‫ﺒ‬‫ﺒِﻴلِ ﺭ‬‫ ﺇِﻟﹶﻰ ﺴ‬‫ﻉ‬‫ ﺍﺩ‬.٣٤ ( ١٢٥ ‫ ) ﺍﻟﻨﺤل‬.‫ﺘﹶﺩِﻴﻥ‬‫ﻬ‬‫ ﺒِﺎﻟﹾﻤ‬‫ﻠﹶﻡ‬‫ ﺃَﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻫ‬‫ﺒِﻴﻠِﻪِ ﻭ‬‫ ﺴ‬‫ﻥ‬‫لﱠ ﻋ‬‫ ﻀ‬‫ﻥ‬‫ ﺒِﻤ‬‫ﻠﹶﻡ‬‫ ﺃَﻋ‬‫ﻭ‬‫ ﻫ‬‫ﻙ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﺇِﻥ‬ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

‫ﺓﹲ‬‫ﺍﺯِﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﻟﹶﺎ ﺘﹶﺯِﺭ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻀِلﱡ ﻋ‬‫ﺎ ﻴ‬‫لﱠ ﻓﹶﺈِﻨﱠﻤ‬‫ ﻀ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﺘﹶﺩِﻱ ﻟِﻨﹶﻔﹾﺴِﻪِ ﻭ‬‫ﻬ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﻯ ﻓﹶﺈِﻨﱠﻤ‬‫ﺘﹶﺩ‬‫ﻥِ ﺍﻫ‬‫ ﻤ‬.٣٥ ( ١٥ ‫ ) ﺍﻻ ﺴﺭ ﺍﺀ‬.‫ﻭﻟﹰﺎ‬‫ﺴ‬‫ﺙ ﺭ‬ ‫ ﹶ‬‫ﻌ‬‫ﺘﱠﻰ ﻨﹶﺒ‬‫ ﺤ‬‫ﺫﱢﺒِﻴﻥ‬‫ﻌ‬‫ﺎ ﻜﹸﻨﱠﺎ ﻤ‬‫ﻤ‬‫ﻯ ﻭ‬‫ ﺃُﺨﹾﺭ‬‫ﺭ‬‫ﻭِﺯ‬ Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng`azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.

115

‫ـﺭ‬‫ ﺇِﻟﹶﻰ ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﺎﻜﹸﻡ‬‫ﺎ ﻨﹶﺠ‬‫ ﻓﹶﻠﹶﻤ‬‫ﺎﻩ‬‫ ﺇِﻟﱠﺎ ﺇِﻴ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻋ‬‫ ﺘﹶﺩ‬‫ﻥ‬‫لﱠ ﻤ‬‫ﺭِ ﻀ‬‫ﺤ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﺭ‬‫ ﺍﻟﻀ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺴ‬‫ﺇِﺫﹶﺍ ﻤ‬‫ ﻭ‬.٣٦ ( ٦٧ ‫ ) ﺍﻻ ﺴﺭ ﺍﺀ‬.‫ﺍ‬‫ ﻜﹶﻔﹸﻭﺭ‬‫ﺎﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﺈِﻨﹾﺴ‬‫ﻜﹶﺎﻥ‬‫ ﻭ‬‫ﺘﹸﻡ‬‫ﻀ‬‫ﺭ‬‫ﺃَﻋ‬ Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan Kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih.

.‫ﺎ‬‫ـﻨﹾﻌ‬‫ ﺼ‬‫ـﺴِﻨﹸﻭﻥ‬‫ﺤ‬‫ ﻴ‬‫ﻡ‬‫ ﺃَﻨﱠﻬ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺒ‬‫ﺴ‬‫ﺤ‬‫ ﻴ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻨﹾﻴ‬‫ﺎﺓِ ﺍﻟﺩ‬‫ﻴ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﻴ‬‫ﻌ‬‫لﱠ ﺴ‬‫ ﻀ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬.٣٧ ( ١٠٤ ‫) ﺍﻟﻜﻬﻑ‬ Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.

‫ﺎ ﺃَﻨﹶﺎ ﻤِﻥ‬‫لﱠ ﻓﹶﻘﹸلْ ﺇِﻨﱠﻤ‬‫ ﻀ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﺘﹶﺩِﻱ ﻟِﻨﹶﻔﹾﺴِﻪِ ﻭ‬‫ﻬ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﻯ ﻓﹶﺈِﻨﱠﻤ‬‫ﺘﹶﺩ‬‫ﻥِ ﺍﻫ‬‫ ﻓﹶﻤ‬‫ﺍﻥ‬‫ﺀ‬‫ ﺍﻟﹾﻘﹸﺭ‬‫ ﺃَﺘﹾﻠﹸﻭ‬‫ﺃَﻥ‬‫ ﻭ‬.٣٨ ( ٩٢ ‫ ) ﺍﻟﻨﻤل‬.‫ﻨﹾﺫِﺭِﻴﻥ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬ Dan supaya aku membacakan Al Qur'an (kepada manusia). Maka barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barangsiapa yang sesat maka katakanlah: "Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan."

‫ـﻡ‬‫ ﻟﹶﻬ‬‫ﻜﹸـﻭﻥ‬‫ ﻴ‬‫ﺍ ﺃَﻥ‬‫ﺭ‬‫ ﺃَﻤ‬‫ﻭﻟﹸﻪ‬‫ﺴ‬‫ﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺅْﻤِﻨﹶﺔٍ ﺇِﺫﹶﺍ ﻗﹶﻀ‬‫ﻟﹶﺎ ﻤ‬‫ﺅْﻤِﻥٍ ﻭ‬‫ ﻟِﻤ‬‫ﺎ ﻜﹶﺎﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬.٣٩ ‫ ) ﺍﻻ ﺤﺯ ﺍﺏ‬.‫ﺒِﻴﻨﹰﺎ‬‫ﻠﹶﺎﻟﹰﺎ ﻤ‬‫لﱠ ﻀ‬‫ ﻀ‬‫ ﻓﹶﻘﹶﺩ‬‫ﻭﻟﹶﻪ‬‫ﺴ‬‫ﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﺹِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻌ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﺭِﻫِﻡ‬‫ ﺃَﻤ‬‫ﺓﹸ ﻤِﻥ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻟﹾﺨِﻴ‬ ( ٣٦ Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.

( ٧١‫ ) ﺍﻟﺼﺎ ﻓﺎﺕ‬.‫ﻟِﻴﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﺄَﻭ‬‫ ﺃَﻜﹾﺜﹶﺭ‬‫ﻡ‬‫ﻠﹶﻬ‬‫لﱠ ﻗﹶﺒ‬‫ ﻀ‬‫ﻟﹶﻘﹶﺩ‬‫ ﻭ‬.٤٠ Dan sesungguhnya telah sesat sebelum mereka (Quraisy) sebagian besar dari orang-orang yang dahulu,

‫ـﺎ‬‫لﱠ ﻓﹶﺈِﻨﱠﻤ‬‫ ﻀ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻯ ﻓﹶﻠِﻨﹶﻔﹾﺴِﻪِ ﻭ‬‫ﺘﹶﺩ‬‫ﻥِ ﺍﻫ‬‫ﻕﱢ ﻓﹶﻤ‬‫ ﻟِﻠﻨﱠﺎﺱِ ﺒِﺎﻟﹾﺤ‬‫ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏ‬‫ﻙ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻟﹾﻨﹶﺎ ﻋ‬‫ ﺇِﻨﱠﺎ ﺃَﻨﹾﺯ‬.٤١ ( ٤١ ‫ ) ﺍﻟﺯ ﻤﺭ‬.ٍ‫ﻜِﻴل‬‫ ﺒِﻭ‬‫ﻬِﻡ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﺕ ﻋ‬ ‫ﺎ ﺃَﻨﹾ ﹶ‬‫ﻤ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻀِلﱡ ﻋ‬‫ﻴ‬ 116

Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk, maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.

( ٢ ‫ ) ﺍﻟﻨﺠﻡ‬.‫ﻯ‬‫ﺎ ﻏﹶﻭ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺎﺤِﺒ‬‫لﱠ ﺼ‬‫ﺎ ﻀ‬‫ ﻤ‬.٤٢ kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru,

ِ‫ﻥ‬‫ ﺒِﻤ‬‫ﻠﹶﻡ‬‫ ﺃَﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻫ‬‫ﺒِﻴﻠِﻪِ ﻭ‬‫ ﺴ‬‫ﻥ‬‫لﱠ ﻋ‬‫ ﻀ‬‫ﻥ‬‫ ﺒِﻤ‬‫ﻠﹶﻡ‬‫ ﺃَﻋ‬‫ﻭ‬‫ ﻫ‬‫ﻙ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ ﺍﻟﹾﻌِﻠﹾﻡِ ﺇِﻥ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻡ‬‫ﻠﹶﻐﹸﻬ‬‫ﺒ‬‫ ﻤ‬‫ ﺫﹶﻟِﻙ‬.٤٣ ( ٣٠ ‫ ) ﺍﻟﻨﺠﻡ‬.‫ﻯ‬‫ﺘﹶﺩ‬‫ﺍﻫ‬ Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

ِ‫ﺓ‬‫ﺩ‬‫ﻭ‬‫ ﺒِـﺎﻟﹾﻤ‬‫ﻬِﻡ‬‫ ﺇِﻟﹶﻴ‬‫ ﺘﹸﻠﹾﻘﹸﻭﻥ‬‫ﺎﺀ‬‫ﻟِﻴ‬‫ ﺃَﻭ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﻭ‬‫ﺩ‬‫ﻋ‬‫ﻱ ﻭ‬‫ﻭ‬‫ﺩ‬‫ﻨﹸﻭﺍ ﻟﹶﺎ ﺘﹶﺘﱠﺨِﺫﹸﻭﺍ ﻋ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃَﻴ‬‫ ﻴ‬.٤٤ ‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺒ‬‫ ﺘﹸﺅْﻤِﻨﹸﻭﺍ ﺒِﺎﻟﻠﱠﻪِ ﺭ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ﺎﻜﹸﻡ‬‫ﺇِﻴ‬‫ل ﻭ‬ َ ‫ﻭ‬‫ﺴ‬‫ ﺍﻟﺭ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺨﹾﺭِﺠ‬‫ﻕﱢ ﻴ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺎﺀ‬‫ﺎ ﺠ‬‫ﻭﺍ ﺒِﻤ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫ﻗﹶﺩ‬‫ﻭ‬ ‫ﺃَﻨﹶـﺎ‬‫ﺓِ ﻭ‬‫ﺩ‬‫ﻭ‬‫ ﺒِﺎﻟﹾﻤ‬‫ﻬِﻡ‬‫ ﺇِﻟﹶﻴ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺎﺘِﻲ ﺘﹸﺴِﺭ‬‫ﻀ‬‫ﺭ‬‫ ﻤ‬‫ﺘِﻐﹶﺎﺀ‬‫ﺍﺒ‬‫ﺒِﻴﻠِﻲ ﻭ‬‫ﺍ ﻓِﻲ ﺴ‬‫ﺎﺩ‬‫ ﺠِﻬ‬‫ﺘﹸﻡ‬‫ﺠ‬‫ ﺨﹶﺭ‬‫ ﻜﹸﻨﹾﺘﹸﻡ‬‫ﺇِﻥ‬ ‫ ) ﺍﻟﻤﻤﺘﺤﻨـﺔ‬.ِ‫ﺒِﻴل‬‫ ﺍﻟﺴ‬‫ﺍﺀ‬‫ﻭ‬‫لﱠ ﺴ‬‫ ﻀ‬‫ ﻓﹶﻘﹶﺩ‬‫ ﻤِﻨﹾﻜﹸﻡ‬‫ﻠﹾﻪ‬‫ﻔﹾﻌ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻠﹶﻨﹾﺘﹸﻡ‬‫ﺎ ﺃَﻋ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﺘﹸﻡ‬‫ﺎ ﺃَﺨﹾﻔﹶﻴ‬‫ ﺒِﻤ‬‫ﻠﹶﻡ‬‫ﺃَﻋ‬ (١ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.

( ٧ ‫ ) ﺍﻟﻘﻠﻡ‬.‫ﺘﹶﺩِﻴﻥ‬‫ﻬ‬‫ ﺒِﺎﻟﹾﻤ‬‫ﻠﹶﻡ‬‫ ﺃَﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻫ‬‫ﺒِﻴﻠِﻪِ ﻭ‬‫ ﺴ‬‫ﻥ‬‫لﱠ ﻋ‬‫ ﻀ‬‫ﻥ‬‫ ﺒِﻤ‬‫ﻠﹶﻡ‬‫ ﺃَﻋ‬‫ﻭ‬‫ ﻫ‬‫ﻙ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ ﺇِﻥ‬.٤٥ Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

117

‫ﻴﻀل‬ ‫ﻨﹸﻭﺍ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺎ ﻓﹶﺄَﻤ‬‫ﻗﹶﻬ‬‫ﺎ ﻓﹶﻭ‬‫ﺔﹰ ﻓﹶﻤ‬‫ﻭﻀ‬‫ﻌ‬‫ﺎ ﺒ‬‫ﺜﹶﻠﹰﺎ ﻤ‬‫ ﻤ‬‫ﺭِﺏ‬‫ﻀ‬‫ ﻴ‬‫ﻴِﻲ ﺃَﻥ‬‫ﺘﹶﺤ‬‫ﺴ‬‫ ﻟﹶﺎ ﻴ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﺇِﻥ‬.٤٦ ‫ﺜﹶﻠﹰﺎ‬‫ﺫﹶﺍ ﻤ‬‫ ﺒِﻬ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺍﺩ‬‫ﺎﺫﹶﺍ ﺃَﺭ‬‫ ﻤ‬‫ﻘﹸﻭﻟﹸﻭﻥ‬‫ﻭﺍ ﻓﹶﻴ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺃَﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻬِﻡ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﻕﱡ ﻤِﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ ﺃَﻨﱠﻪ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﻓﹶﻴ‬ ( ٢٦ ‫ ) ﺍﻟﺒﻘﺭﺓ‬.‫ﻀِلﱡ ﺒِﻪِ ﺇِﻟﱠﺎ ﺍﻟﹾﻔﹶﺎﺴِﻘِﻴﻥ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﻤ‬‫ﺍ ﻭ‬‫ﺩِﻱ ﺒِﻪِ ﻜﹶﺜِﻴﺭ‬‫ﻬ‬‫ﻴ‬‫ﺍ ﻭ‬‫ﻀِلﱡ ﺒِﻪِ ﻜﹶﺜِﻴﺭ‬‫ﻴ‬ Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,

‫ﻥ‬‫ﻭﺍ ﻤ‬‫ﺩ‬‫ ﺘﹶﻬ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻭﺍ ﺃَﺘﹸﺭِﻴﺩ‬‫ﺒ‬‫ﺎ ﻜﹶﺴ‬‫ ﺒِﻤ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﻜﹶﺴ‬‫ ﺃَﺭ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻥِ ﻭ‬‫ ﻓِﺌَﺘﹶﻴ‬‫ﻨﹶﺎﻓِﻘِﻴﻥ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺎ ﻟﹶﻜﹸﻡ‬‫ ﻓﹶﻤ‬.٤٧ ( ٨٨ ‫ ) ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‬.‫ﺒِﻴﻠﹰﺎ‬‫ ﺴ‬‫ ﻟﹶﻪ‬‫ ﺘﹶﺠِﺩ‬‫ ﻓﹶﻠﹶﻥ‬‫ﻠِلِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫لﱠ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺃَﻀ‬ Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah? Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya.

‫ ﻟﹶﻪ‬‫ ﺘﹶﺠِﺩ‬‫ ﻓﹶﻠﹶﻥ‬‫ﻠِلِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﺅُﻟﹶﺎﺀِ ﻭ‬‫ﻟﹶﺎ ﺇِﻟﹶﻰ ﻫ‬‫ﺅُﻟﹶﺎﺀِ ﻭ‬‫ ﻟﹶﺎ ﺇِﻟﹶﻰ ﻫ‬‫ ﺫﹶﻟِﻙ‬‫ﻥ‬‫ﻴ‬‫ ﺒ‬‫ﺫﹶﺒِﻴﻥ‬‫ﺫﹶﺒ‬‫ ﻤ‬.٤٨ ( ١٤٣ ‫ ) ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‬.‫ﺒِﻴﻠﹰﺎ‬‫ﺴ‬ Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.

١١٧ ‫ ) ﺍﻟﻨﻌﺎﻡ‬.‫ﺘﹶﺩِﻴﻥ‬‫ﻬ‬‫ ﺒِﺎﻟﹾﻤ‬‫ﻠﹶﻡ‬‫ ﺃَﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻫ‬‫ﺒِﻴﻠِﻪِ ﻭ‬‫ ﺴ‬‫ﻥ‬‫ﻀِلﱡ ﻋ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ ﻤ‬‫ﻠﹶﻡ‬‫ ﺃَﻋ‬‫ﻭ‬‫ ﻫ‬‫ﻙ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ ﺇِﻥ‬.٤٩ ( Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk.

118

‫ ) ﺍﻻ ﻋﺭ ﺍﻑ‬.‫ﻭﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﺨﹶﺎﺴِﺭ‬‫ﻡ‬‫ ﻫ‬‫ﻠِلْ ﻓﹶﺄُﻭﻟﹶﺌِﻙ‬‫ﻀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﺘﹶﺩِﻱ ﻭ‬‫ﻬ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ ﻓﹶﻬ‬‫ﺩِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻬ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ ﻤ‬.٥٠ ( ١٧٨ Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.

‫ ) ﺍﻻ‬.‫ـﻭﻥ‬‫ﻬ‬‫ﻤ‬‫ﻌ‬‫ ﻴ‬‫ـﺎﻨِﻬِﻡ‬‫ ﻓِـﻲ ﻁﹸﻐﹾﻴ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ـﺫﹶﺭ‬‫ﻴ‬‫ ﻭ‬‫ ﻟﹶـﻪ‬‫ﺎﺩِﻱ‬‫ ﻓﹶﻠﹶﺎ ﻫ‬‫ﻠِلِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ ﻤ‬.٥١ ( ١٨٦‫ﻋﺭﺍﻑ‬ Barangsiapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.

‫ﻭﻨﹶﻪ‬‫ﻤ‬‫ﺭ‬‫ﺤ‬‫ﻴ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺎﻤ‬‫ ﻋ‬‫ﺤِﻠﱡﻭﻨﹶﻪ‬‫ﻭﺍ ﻴ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫لﱡ ﺒِﻪِ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻀ‬‫ﺓﹲ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﻜﹸﻔﹾﺭِ ﻴ‬‫ﺎﺩ‬‫ ﺯِﻴ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨﱠﺴِﻲﺀ‬‫ ﺇِﻨﱠﻤ‬.٥٢ ‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﻭ‬‫ﺎﻟِﻬِﻡ‬‫ﻤ‬‫ ﺃَﻋ‬‫ﻭﺀ‬‫ ﺴ‬‫ﻡ‬‫ ﻟﹶﻬ‬‫ﻥ‬‫ﻴ‬‫ ﺯ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻡ‬‫ﺭ‬‫ﺎ ﺤ‬‫ﺤِﻠﱡﻭﺍ ﻤ‬‫ ﻓﹶﻴ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻡ‬‫ﺭ‬‫ﺎ ﺤ‬‫ ﹶﺓ ﻤ‬‫ﺍﻁِﺌُﻭﺍ ﻋِﺩ‬‫ﻭ‬‫ﺎ ﻟِﻴ‬‫ﺎﻤ‬‫ﻋ‬ ( ٣٧ ‫ ) ﺍﻟﺘﻭ ﺒﺔ‬.‫ ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓِﺭِﻴﻥ‬‫ﻡ‬‫ﺩِﻱ ﺍﻟﹾﻘﹶﻭ‬‫ﻬ‬‫ﻟﹶﺎ ﻴ‬ Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran, disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mensesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

ِ‫ﺘﹶﺩِﻱ ﻟِﻨﹶﻔﹾـﺴِﻪ‬‫ﻬ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﻯ ﻓﹶﺈِﻨﱠﻤ‬‫ﺘﹶﺩ‬‫ﻥِ ﺍﻫ‬‫ ﻓﹶﻤ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﻕﱡ ﻤِﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺎﺀ‬‫ ﺠ‬‫ ﻗﹶﺩ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃَﻴ‬‫ ﻗﹸلْ ﻴ‬.٥٣ ( ١٠٨ ‫ )ﻴﻭ ﻨﺱ‬.ٍ‫ﻜِﻴل‬‫ ﺒِﻭ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﺎ ﺃَﻨﹶﺎ ﻋ‬‫ﻤ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻀِلﱡ ﻋ‬‫ﺎ ﻴ‬‫لﱠ ﻓﹶﺈِﻨﱠﻤ‬‫ ﻀ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻭ‬ Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al Qur'an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu."

‫ـﻥ‬‫ـﻀِلﱡ ﻤ‬‫ ﻴ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻪِ ﻗﹸلْ ﺇِﻥ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﺔﹲ ﻤِﻥ‬‫ﺍﻴ‬‫ﻪِ ﺀ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ل ﻋ‬ َ ِ‫ﻟﹶﺎ ﺃُﻨﹾﺯ‬‫ﻭﺍ ﻟﹶﻭ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫ﻘﹸﻭلُ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻴ‬‫ ﻭ‬.٥٤ ( ٢٧ ‫ ) ﺍﻟﺭ ﻋﺩ‬.‫ ﺃَﻨﹶﺎﺏ‬‫ﻥ‬‫ﻪِ ﻤ‬‫ﺩِﻱ ﺇِﻟﹶﻴ‬‫ﻬ‬‫ﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﺸﹶﺎﺀ‬‫ﻴ‬

119

Orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mu`jizat) dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada Nya,"

‫ﺕﹾ‬‫ﺒ‬‫ﺇِﺫﹶﺍ ﻏﹶﺭ‬‫ﻥِ ﻭ‬‫ﻤِﻴ‬‫ ﺫﹶﺍﺕﹶ ﺍﻟﹾﻴ‬‫ﻔِﻬِﻡ‬‫ ﻜﹶﻬ‬‫ﻥ‬‫ ﻋ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻭ‬‫ﺕﹾ ﺘﹶﺯ‬‫ ﺇِﺫﹶﺍ ﻁﹶﻠﹶﻌ‬‫ﺱ‬‫ﻯ ﺍﻟﺸﱠﻤ‬‫ﺘﹶﺭ‬‫ ﻭ‬.٥٥ ‫ﻭ‬‫ﺩِ ﺍﷲ ﻓﹶﻬ‬‫ﻬ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﺎﺕِ ﺍﷲِ ﻤ‬‫ﺍﻴ‬‫ ﺀ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ ﺫﹶﻟِﻙ‬‫ﺓٍ ﻤِﻨﹾﻪ‬‫ﻭ‬‫ ﻓِﻲ ﻓﹶﺠ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﺎلِ ﻭ‬‫ﺕ ﺍﻟﺸﱢﻤ‬ ‫ ﺫﹶﺍ ﹶ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﺘﹶﻘﹾﺭِﻀ‬ (١٧:ِ‫ﻑ‬‫ﺍ )ﺍﻟﹾﻜﹶﻬ‬‫ﺸِﺩ‬‫ﺭ‬‫ﺎ ﻤ‬‫ﻟِﻴ‬‫ ﻭ‬‫ ﻟﹶﻪ‬‫ ﺘﹶﺠِﺩ‬‫ﻠِلْ ﻓﹶﻠﹶﻥ‬‫ﻀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﺘﹶﺩِ ﻭ‬‫ﻬ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬ Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.

(٥٢ :‫ﻰ )ﻁﻪ‬‫ﻨﹾﺴ‬‫ﻻﹶﻴ‬‫ﻲ ﻭ‬‫ﺒ‬‫ﻀِلﱡ ﺭ‬‫ﻲ ﻓِﻲ ﻜِ ﹶﺘﺎﺏٍ ﻻﹶﻴ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﺎ ﻋِﻨﹾﺩ‬‫ﻬ‬‫ ﻗﹶﺎلَ ﻋِﻠﹾﻤ‬.٥٦ Musa menjawab: “Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa;

ِ‫ﻥ‬‫ﻯ ﹶﻓﻤ‬‫ﺩ‬‫ ﻤِﻨﱢﻲ ﻫ‬‫ﻨﱠ ﹸﻜﻡ‬‫ﺄْﺘِﻴ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ ﻓﹶﺈِﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺩ‬‫ﺽٍ ﻋ‬‫ﻌ‬‫ ﻟِﺒ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﻀ‬‫ﻌ‬‫ﺎ ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﻤِﻴ‬‫ﺎ ﺠ‬‫ﻁﺎ ﻤِﻨﹾﻬ‬ ‫ﺒِ ﹶ‬‫ ﻗﹶﺎلَ ﺍﻫ‬.٥٧ (١٢٣ :‫ﺸﹾﻘﹶﻰ )ﻁﻪ‬‫ﻻﹶ ﻴ‬‫ﻀِلﱡ ﻭ‬‫ ﻓﹶﻼﹶ ﻴ‬‫ﺍﻱ‬‫ﺩ‬‫ ﻫ‬‫ﻊ‬‫ﺍﺘﱠﺒ‬ Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.

‫ﻥ‬‫ﺩِﻱ ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﺸﹶﺎﺀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻀِلﱡ ﻤ‬‫ ﻴ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻨﹰﺎ ﻓﹶﺈِﻥ‬‫ﺴ‬‫ ﺤ‬‫ﺁﻩ‬‫ﻠِﻪِ ﻓﹶﺭ‬‫ﻤ‬‫ ﻋ‬‫ﻭﺀ‬‫ ﺴ‬‫ ﻟﹶﻪ‬‫ﻥ‬‫ﻴ‬‫ ﺯ‬‫ﻥ‬‫ ﺃَﻓﹶﻤ‬.٥٨ (٨ :‫ )ﻓﺎﻁﺭ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻨﹶﻌ‬‫ﺼ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ ﺒِﻤ‬‫ﻠِﻴﻡ‬‫ ﻋ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺍﺕٍ ﺇِﻥ‬‫ﺭ‬‫ﺴ‬‫ ﺤ‬‫ﻬِﻡ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻙ‬‫ ﻨﹶﻔﹾﺴ‬‫ﺏ‬‫ ﻓﹶﻼﹶ ﺘﹶﺫﹾﻫ‬‫ﺸﹶﺎﺀ‬‫ﻴ‬ Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendakiNya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa

120

karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.

‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻠﹸﻭﺩ‬‫ ﺠ‬‫ ﻤِﻨﹾﻪ‬‫ ﺘﹶﻘﹾﺸﹶﻌِﺭ‬‫ﺜﹶﺎﻨِﻲ‬‫ﺎ ﻤ‬‫ﺘﹶﺸﹶﺎﺒِﻬ‬‫ﺎ ﻤ‬‫ﺩِﻴﺙِ ﻜِﺘﹶﺎﺒ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻥ‬‫ﺴ‬‫لَ ﺃَﺤ‬‫ ﻨﹶﺯ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬.٥٩ ‫ﻥ‬‫ﺩِﻱ ﺒِﻪِ ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﻯ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻴ‬‫ﺩ‬‫ ﻫ‬‫ ﺇِﻟﹶﻰ ﺫِﻜﹾﺭِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺫﹶﻟِﻙ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﻗﹸﻠﹸﻭﺒ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﻠﹸﻭﺩ‬‫ ﺠ‬‫ ﺘﹶﻠِﻴﻥ‬‫ ﺜﹸﻡ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﻥ‬‫ﺨﹾﺸﹶﻭ‬‫ﻴ‬ (٢٣ :‫ﺎﺩٍ )ﺍﻟﺯﻤﺭ‬‫ ﻫ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺎ ﻟﹶﻪ‬‫ ﻓﹶﻤ‬‫ﻠِلِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﺸﹶﺎﺀ‬‫ﻴ‬ Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya.

‫ﺎ ﻟﹶﻪ‬‫ ﻓﹶﻤ‬‫ﻠِلِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻭﻨِﻪِ ﻭ‬‫ ﺩ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ ﺒِﺎﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻓﹸﻭﻨﹶﻙ‬‫ﺨﹶﻭ‬‫ﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﻩ‬‫ﺩ‬‫ﺒ‬‫ ﺒِﻜﹶﺎﻑٍ ﻋ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺱ‬‫ ﺃَﻟﹶﻴ‬.٦٠ (٣٦ :‫ﺎﺩٍ )ﺍﻟﺯﻤﺭ‬‫ ﻫ‬‫ﻤِﻥ‬ Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah, maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya.

‫ﺎ‬‫لﱠ ﻓﹶﺈِﻨﱠﻤ‬‫ ﻀ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻯ ﻓﹶﻠِﻨﹶﻔﹾﺴِﻪِ ﻭ‬‫ﺘﹶﺩ‬‫ﻥِ ﺍﻫ‬‫ﻕﱢ ﻓﹶﻤ‬‫ ﻟِﻠﻨﱠﺎﺱِ ﺒِﺎﻟﹾﺤ‬‫ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏ‬‫ﻙ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻟﹾﻨﹶﺎ ﻋ‬‫ ﺇِﻨﱠﺎ ﺃَﻨﹾﺯ‬.٦١ (٤١ :‫ﻜِﻴلٍ )ﺍﻟﺯﻤﺭ‬‫ ﺒِﻭ‬‫ﻬِﻡ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﺕ ﻋ‬ ‫ﺎ ﺃَﻨﹾ ﹶ‬‫ﻤ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻀِلﱡ ﻋ‬‫ﻴ‬ Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk, maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.

‫ ﻤِﻥ‬‫ﺎ ﻟﹶﻪ‬‫ ﻓﹶﻤ‬‫ﻠِلِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﺎﺼِﻡٍ ﻭ‬‫ ﻋ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻤِﻥ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺎ ﻟﹶﻜﹸﻡ‬‫ ﻤ‬‫ﺒِﺭِﻴﻥ‬‫ﺩ‬‫ ﻤ‬‫ﻟﱡﻭﻥ‬‫ ﺘﹸﻭ‬‫ﻡ‬‫ﻭ‬‫ ﻴ‬.٦٢ (٣٣ :‫ﺎﺩٍ )ﺍﻟﻤﺅﻤﻥ‬‫ﻫ‬ (yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu seorangpun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan siapa yang

121

disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang akan memberi petunjuk.

ِ‫ ﺒِﻪ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺎﺀ‬‫ﺎ ﺠ‬‫ ﻤِﻤ‬‫ ﻓِﻲ ﺸﹶﻙ‬‫ﺎ ﺯِﻟﹾﺘﹸﻡ‬‫ﻨﹶﺎﺕِ ﻓﹶﻤ‬‫ﻴ‬‫لُ ﺒِﺎﻟﹾﺒ‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ﻑﹸ ﻤِﻥ‬‫ﻭﺴ‬‫ ﻴ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺎﺀ‬‫ ﺠ‬‫ﻟﹶﻘﹶﺩ‬‫ ﻭ‬.٦٣ ‫ﺭِﻑﹲ‬‫ﺴ‬‫ ﻤ‬‫ﻭ‬‫ ﻫ‬‫ﻥ‬‫ ﻤ‬‫ﻀِلﱡ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﻴ‬‫ﻭﻻﹰ ﻜﹶﺫﹶﻟِﻙ‬‫ﺴ‬‫ﺩِﻩِ ﺭ‬‫ﻌ‬‫ ﺒ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺙﹶ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻌ‬‫ﺒ‬‫ ﻴ‬‫ ﻟﹶﻥ‬‫ ﻗﹸﻠﹾﺘﹸﻡ‬‫ﻠﹶﻙ‬‫ﺘﱠﻰ ﺇِﺫﹶﺍ ﻫ‬‫ﺤ‬ (٣٤ :‫ )ﺍﻟﻤﺅﻤﻥ‬‫ﺘﹶﺎﺏ‬‫ﺭ‬‫ﻤ‬ Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keteranganketerangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata: "Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun) sesudahnya". Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu.

‫ﻀِلﱡ‬‫ ﻴ‬‫ﺌًﺎ ﻜﹶﺫﹶﻟِﻙ‬‫لُ ﺸﹶﻴ‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ﻭ ﻤِﻥ‬‫ﻋ‬‫ ﻨﹶﺩ‬‫ ﻨﹶﻜﹸﻥ‬‫لْ ﻟﹶﻡ‬‫ﻨﱠﺎ ﺒ‬‫ﻠﱡﻭﺍ ﻋ‬‫ﻭﻥِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻗﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﻀ‬‫ ﺩ‬‫ ﻤِﻥ‬.٦٤ (٧٤ :‫ )ﺍﻟﻤﺅﻤﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓِﺭِﻴﻥ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬ (yang kamu sembah) selain Allah?" Mereka menjawab: "Mereka telah hilang lenyap dari kami, bahkan kami dahulu tiada pernah menyembah sesuatu". Seperti demikianlah Allah menyesatkan orang-orang kafir.

‫ﺍ‬‫ﺃَﻭ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ ﻟﹶﻤ‬‫ﻯ ﺍﻟﻅﱠﺎﻟِﻤِﻴﻥ‬‫ﺘﹶﺭ‬‫ﺩِﻩِ ﻭ‬‫ﻌ‬‫ ﺒ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻟِﻲ‬‫ ﻭ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺎ ﻟﹶﻪ‬‫ ﻓﹶﻤ‬‫ﻠِلِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬.٦٥ (٤٤ :‫ﺒِﻴلٍ )ﺍﻟﺸﺭﻯ‬‫ ﺴ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺩ‬‫ﺭ‬‫لْ ﺇِﻟﹶﻰ ﻤ‬‫ ﻫ‬‫ﻘﹸﻭﻟﹸﻭﻥ‬‫ ﻴ‬‫ﺫﹶﺍﺏ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬ Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada baginya seorang pemimpinpun sesudah itu. Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata: "Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?"

‫ﺎ ﻟﹶﻪ‬‫ ﻓﹶﻤ‬‫ﻠِلِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻭﻥِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻭ‬‫ ﺩ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻡ‬‫ﻭﻨﹶﻬ‬‫ﺭ‬‫ﻨﹾﺼ‬‫ ﻴ‬‫ﺎﺀ‬‫ﻟِﻴ‬‫ ﺃَﻭ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻡ‬‫ ﻟﹶﻬ‬‫ﺎ ﻜﹶﺎﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬.٦٦ (٤٦ :‫ﺒِﻴلٍ )ﺍﻟﺸﺭﻯ‬‫ ﺴ‬‫ﻤِﻥ‬ Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung-pelindung yang dapat menolong mereka selain Allah. Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidaklah ada baginya sesuatu jalanpun (untuk mendapat petunjuk).

122

‫ﺜﹶﺎﻕﹶ‬‫ﻭﺍ ﺍﻟﹾﻭ‬‫ ﻓﹶﺸﹸﺩ‬‫ﻡ‬‫ﻭﻫ‬‫ﺘﱠﻰ ﺇِﺫﹶﺍ ﺃَﺜﹾﺨﹶﻨﹾﺘﹸﻤ‬‫ﻗﹶﺎﺏِ ﺤ‬‫ ﺍﻟﺭ‬‫ﺏ‬‫ﺭ‬‫ﻭﺍ ﻓﹶﻀ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ ﻓﹶﺈِﺫﺍ ﻟﹶﻘِﻴﺘﹸﻡ‬.٦٧ ‫ﺭ‬‫ ﻻﹶﻨﹾﺘﹶﺼ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺸﹶﺎﺀ‬‫ ﻴ‬‫ﻟﹶﻭ‬‫ ﻭ‬‫ﺎ ﺫﹶﻟِﻙ‬‫ﻫ‬‫ﺍﺭ‬‫ﺯ‬‫ ﺃَﻭ‬‫ﺏ‬‫ﺭ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻊ‬‫ﺘﱠﻰ ﺘﹶﻀ‬‫ ﺤ‬‫ﺍﺀ‬‫ﺎ ﻓِﺩ‬‫ﺇِﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﺩ‬‫ﻌ‬‫ﺎ ﺒ‬‫ﻨ‬‫ﺎ ﻤ‬‫ﻓﹶﺈِﻤ‬ ‫ﻡ‬‫ﺎﻟﹶﻬ‬‫ﻤ‬‫ﻀِلﱠ ﺃَﻋ‬‫ ﻴ‬‫ﺒِﻴلِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻓﹶﻠﹶﻥ‬‫ ﻗﹸﺘِﻠﹸﻭﺍ ﻓِﻲ ﺴ‬‫ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺽٍ ﻭ‬‫ﻌ‬‫ ﺒِﺒ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﻀ‬‫ﻌ‬‫ ﺒ‬‫ﻠﹸﻭ‬‫ﺒ‬‫ ﻟِﻴ‬‫ﻟﹶﻜِﻥ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﻤِﻨﹾﻬ‬ (٤ :‫)ﻤﺤﻤﺩ‬ Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti. Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.

‫ ﺇِﻻﱠ ﻓِﺘﹾﻨﹶﺔﹰ ﻟِﻠﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻡ‬‫ﺘﹶﻬ‬‫ﻠﹾﻨﹶﺎ ﻋِﺩ‬‫ﻌ‬‫ﺎ ﺠ‬‫ﻤ‬‫ﻼﹶﺌِﻜﹶﺔﹰ ﻭ‬‫ ﺍﻟﻨﱠﺎﺭِ ﺇِﻻﱠ ﻤ‬‫ﺎﺏ‬‫ﺤ‬‫ﻠﹾﻨﹶﺎ ﺃَﺼ‬‫ﻌ‬‫ﺎ ﺠ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬.٦٨ ‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺘﹶﺎﺏ‬‫ﺭ‬‫ﻻﹶ ﻴ‬‫ﺎﻨﹰﺎ ﻭ‬‫ﻨﹸﻭﺍ ﺇِﻴﻤ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺍﺩ‬‫ﺩ‬‫ﺯ‬‫ﻴ‬‫ ﻭ‬‫ ﺃُﻭﺘﹸﻭﺍ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻘِﻥ‬‫ﺘﹶﻴ‬‫ﺴ‬‫ﻭﺍ ﻟِﻴ‬‫ﻜﹶﻔﹶﺭ‬ ‫ﺍﺩ‬‫ﺎﺫﹶﺍ ﺃَﺭ‬‫ ﻤ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓِﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﺽ‬‫ﺭ‬‫ ﻤ‬‫ ﻓِﻲ ﻗﹸﻠﹸﻭﺒِﻬِﻡ‬‫ﻘﹸﻭلَ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻟِﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﺅْﻤِﻨﹸﻭﻥ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﺃُﻭﺘﹸﻭﺍ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏ‬ ‫ﻙ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﻨﹸﻭﺩ‬‫ ﺠ‬‫ﻠﹶﻡ‬‫ﻌ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﺸﹶﺎﺀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﺩِﻱ ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﺸﹶﺎﺀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ ﻤ‬‫ﻀِلﱡ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﻴ‬‫ﺜﹶﻼﹰ ﻜﹶﺫﹶﻟِﻙ‬‫ﺫﹶﺍ ﻤ‬‫ ﺒِﻬ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬ (٣١ :‫ﺸﹶﺭِ )ﺍﻟﻤﺩﺜﺭ‬‫ﻯ ﻟِﻠﹾﺒ‬‫ ﺇِﻻﱠ ﺫِﻜﹾﺭ‬‫ﺎ ﻫِﻲ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻭ‬‫ﺇِﻻﱠ ﻫ‬ Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orangorang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi AlKitab dan orang-orang mu'min itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.

‫ﻴﻀﻠﻭﻥ‬

123

‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ ﺇِﻻﱠ ﺃَﻨﹾﻔﹸﺴ‬‫ﻀِﻠﱡﻭﻥ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻀِﻠﱡﻭﻨﹶﻜﹸﻡ‬‫ ﻴ‬‫لِ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏِ ﻟﹶﻭ‬‫ ﺃَﻫ‬‫ﺕﹾ ﻁﹶﺎﺌِﻔﹶﺔﹲ ﻤِﻥ‬‫ﺩ‬‫ ﻭ‬.٦٩ (٦٩ :‫ )ﺍل ﻋﻤﺭﺍﻥ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺭ‬‫ﺸﹾﻌ‬‫ﻴ‬ Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya.

‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻀِﻠﱡﻭﻙ‬‫ ﻴ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ﻡ‬‫ﺕﹾ ﻁﹶﺎﺌِﻔﹶﺔﹲ ﻤِﻨﹾﻬ‬‫ﻤ‬‫ ﻟﹶﻬ‬‫ﺘﹸﻪ‬‫ﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﻙ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫لُ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻋ‬‫ﻻﹶ ﻓﹶﻀ‬‫ﻟﹶﻭ‬‫ ﻭ‬.٧٠ ‫ﺔﹶ‬‫ﺍﻟﹾﺤِﻜﹾﻤ‬‫ ﻭ‬‫ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏ‬‫ﻙ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫لَ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺃَﻨﹾﺯ‬‫ﺀٍ ﻭ‬‫ ﺸﹶﻲ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻭﻨﹶﻙ‬‫ﺭ‬‫ﻀ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ ﺇِﻻﱠ ﺃَﻨﹾﻔﹸﺴ‬‫ﻀِﻠﱡﻭﻥ‬‫ﻴ‬ (١١٣ :‫ﺎ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‬‫ﻅِﻴﻤ‬‫ ﻋ‬‫ﻙ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫لُ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻋ‬‫ ﻓﹶﻀ‬‫ﻜﹶﺎﻥ‬‫ ﻭ‬‫ﻠﹶﻡ‬‫ ﺘﹶﻌ‬‫ ﺘﹶﻜﹸﻥ‬‫ﺎ ﻟﹶﻡ‬‫ ﻤ‬‫ﻙ‬‫ﻠﱠﻤ‬‫ﻋ‬‫ﻭ‬ Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.

ِ‫ﻻﹶ ﺘﹶﺘﱠﺒِﻊ‬‫ﻕﱢ ﻭ‬‫ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱِ ﺒِﺎﻟﹾﺤ‬‫ﻥ‬‫ﻴ‬‫ ﺒ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺽِ ﻓﹶﺎﺤ‬‫ﻷﺭ‬ َ ‫ ﺨﹶﻠِﻴﻔﹶﺔﹰ ﻓِﻲ ﺍﹾ‬‫ﻠﹾﻨﹶﺎﻙ‬‫ﻌ‬‫ ﺇِﻨﱠﺎ ﺠ‬‫ﺩ‬‫ﺍﻭ‬‫ﺎﺩ‬‫ ﻴ‬.٧١ ‫ ﺸﹶﺩِﻴﺩ‬‫ﺫﹶﺍﺏ‬‫ ﻋ‬‫ﻡ‬‫ﺒِﻴلِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻟﹶﻬ‬‫ ﺴ‬‫ﻥ‬‫ ﻋ‬‫ﻀِﻠﱡﻭﻥ‬‫ ﻴ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺒِﻴلِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺇِﻥ‬‫ ﺴ‬‫ﻥ‬‫ ﻋ‬‫ﻀِﻠﱠﻙ‬‫ﻯ ﻓﹶﻴ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﻬ‬ (٢٦ :‫ﺎﺏِ )ﺹ‬‫ ﺍﻟﹾﺤِﺴ‬‫ﻡ‬‫ﻭ‬‫ﻭﺍ ﻴ‬‫ﺎ ﻨﹶﺴ‬‫ﺒِﻤ‬ Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

124

‫ﺘﻀل‬ ‫ﻨﹶﻜﹸﻡ‬‫ﻴ‬‫ ﺒ‬‫ﻜﹾﺘﹸﺏ‬‫ﻟﹾﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﻭﻩ‬‫ﻰ ﻓﹶﺎﻜﹾﺘﹸﺒ‬‫ﻤ‬‫ﺴ‬‫لٍ ﻤ‬‫ﻥٍ ﺇِﻟﹶﻰ ﺃَﺠ‬‫ﻴ‬‫ ﺒِﺩ‬‫ﻨﹾﺘﹸﻡ‬‫ﺍﻴ‬‫ﻨﹸﻭﺍ ﺇِﺫﹶﺍ ﺘﹶﺩ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃَﻴ‬‫ ﻴ‬.٧٢ ِ‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻠِلِ ﺍﻟﱠﺫِﻱ ﻋ‬‫ﻤ‬‫ﻟﹾﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﻜﹾﺘﹸﺏ‬‫ ﻓﹶﻠﹾﻴ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻪ‬‫ﻠﱠﻤ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ ﻜﹶﻤ‬‫ﻜﹾﺘﹸﺏ‬‫ ﻴ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ ﻜﹶﺎﺘِﺏ‬‫ﺄْﺏ‬‫ﻻﹶ ﻴ‬‫لِ ﻭ‬‫ﺩ‬‫ ﺒِﺎﻟﹾﻌ‬‫ﻜﹶﺎﺘِﺏ‬ ‫ﺎ ﺃَﻭ‬‫ﻔِﻴﻬ‬‫ﻕﱡ ﺴ‬‫ﻪِ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻱ ﻋ‬‫ ﻜﹶﺎﻥ‬‫ﺌًﺎ ﻓﹶﺈِﻥ‬‫ ﺸﹶﻴ‬‫ ﻤِﻨﹾﻪ‬‫ﺨﹶﺱ‬‫ﺒ‬‫ﻻﹶ ﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﺘﱠﻕِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻟﹾﻴ‬‫ﻕﱡ ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬ ‫ﻥِ ﻤِﻥ‬‫ﻴ‬‫ﻭﺍ ﺸﹶﻬِﻴﺩ‬‫ﺘﹶﺸﹾﻬِﺩ‬‫ﺍﺴ‬‫لِ ﻭ‬‫ﺩ‬‫ ﺒِﺎﻟﹾﻌ‬‫ﻪ‬‫ﻟِﻴ‬‫ﻠِلْ ﻭ‬‫ﻤ‬‫ ﻓﹶﻠﹾﻴ‬‫ﻭ‬‫ﻤِلﱠ ﻫ‬‫ ﻴ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ﺘﹶﻁِﻴﻊ‬‫ﺴ‬‫ ﻻﹶ ﻴ‬‫ﻌِﻴﻔﹰﺎ ﺃَﻭ‬‫ﻀ‬ ‫ﺍﺀِ ﺃَﻥ‬‫ﺩ‬‫ ﺍﻟﺸﱡﻬ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻥ‬‫ﻭ‬‫ﻀ‬‫ ﺘﹶﺭ‬‫ﻥ‬‫ﺃَﺘﹶﺎﻥِ ﻤِﻤ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻤ‬‫لٌ ﻭ‬‫ﺠ‬‫ﻥِ ﻓﹶﺭ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﺠ‬‫ﻜﹸﻭﻨﹶﺎ ﺭ‬‫ ﻴ‬‫ ﻟﹶﻡ‬‫ ﻓﹶﺈِﻥ‬‫ﺎﻟِﻜﹸﻡ‬‫ﺭِﺠ‬ ‫ﻭﺍ‬‫ﺄَﻤ‬‫ﻻﹶ ﺘﹶﺴ‬‫ﻭﺍ ﻭ‬‫ﻋ‬‫ﺎ ﺩ‬‫ ﺇِﺫﹶﺍ ﻤ‬‫ﺍﺀ‬‫ﺩ‬‫ ﺍﻟﺸﱡﻬ‬‫ﺄْﺏ‬‫ﻻﹶ ﻴ‬‫ﻯ ﻭ‬‫ﻷﺨﹾﺭ‬ ُ ‫ﺎ ﺍﹾ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻫ‬‫ﺩ‬‫ ﺇِﺤ‬‫ﺎ ﻓﹶﺘﹸﺫﹶﻜﱢﺭ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻫ‬‫ﺩ‬‫ﺘﹶﻀِلﱠ ﺇِﺤ‬ ‫ﻨﹶﻰ‬‫ﺃَﺩ‬‫ﺓِ ﻭ‬‫ﺎﺩ‬‫ ﻟِﻠﺸﱠﻬ‬‫ﻡ‬‫ﺃَﻗﹾﻭ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻭ‬‫ﻁﹸ ﻋِﻨﹾﺩ‬‫ ﺃَﻗﹾﺴ‬‫ﻠِﻪِ ﺫﹶﻟِﻜﹸﻡ‬‫ﺍ ﺇِﻟﹶﻰ ﺃَﺠ‬‫ ﻜﹶﺒِﻴﺭ‬‫ﺍ ﺃَﻭ‬‫ﻐِﻴﺭ‬‫ ﺼ‬‫ﻭﻩ‬‫ ﺘﹶﻜﹾﺘﹸﺒ‬‫ﺃَﻥ‬ ‫ﺱ‬‫ ﻓﹶﻠﹶﻴ‬‫ﻨﹶﻜﹸﻡ‬‫ﻴ‬‫ﺎ ﺒ‬‫ﻭﻨﹶﻬ‬‫ﺓﹰ ﺘﹸﺩِﻴﺭ‬‫ﺎﻀِﺭ‬‫ﺓﹰ ﺤ‬‫ﺎﺭ‬‫ ﺘِﺠ‬‫ ﺘﹶﻜﹸﻭﻥ‬‫ﻭﺍ ﺇِﻻﱠ ﺃَﻥ‬‫ﺘﹶﺎﺒ‬‫ﻨﹶﻰ ﺃَﻻﱠ ﺘﹶﺭ‬‫ﺃَﺩ‬‫ﻭﺍ ﻭ‬‫ﺘﹶﺎﺒ‬‫ﺃَﻻﱠ ﺘﹶﺭ‬ ‫ﺇِﻥ‬‫ ﻭ‬‫ﻻﹶ ﺸﹶﻬِﻴﺩ‬‫ ﻭ‬‫ ﻜﹶﺎﺘِﺏ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻀ‬‫ﻻﹶ ﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﺘﹸﻡ‬‫ﻌ‬‫ﺎﻴ‬‫ﻭﺍ ﺇِﺫﹶﺍ ﺘﹶﺒ‬‫ﺃَﺸﹾﻬِﺩ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻭﻫ‬‫ ﺃَﻻﱠ ﺘﹶﻜﹾﺘﹸﺒ‬‫ﻨﹶﺎﺡ‬‫ ﺠ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬ :‫ )ﺍﻟﺒﻘﺭﺓ‬‫ﻠِﻴﻡ‬‫ﺀٍ ﻋ‬‫ ﺒِﻜﹸلﱢ ﺸﹶﻲ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﻭ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﻠﱢﻤ‬‫ﻌ‬‫ﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﺍﺘﱠﻘﹸﻭﺍ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﻭ‬‫ﻭﻕﹲ ﺒِﻜﹸﻡ‬‫ﻪ ﻓﹸﺴ‬ ‫ﻠﹸﻭﺍ ﻓﹶﺈِﻨﱠ‬‫ﺘﹶﻔﹾﻌ‬ (٢٨٢ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah mu`amalahmu itu), kecuali jika mu`amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-

125

menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

‫ﺏ‬‫ل ﺭ‬ َ ‫ﻔﹶﺔﹸ ﻗﹶﺎ‬‫ﺠ‬‫ ﺍﻟﺭ‬‫ﻡ‬‫ﺎ ﺃَﺨﹶﺫﹶﺘﹾﻬ‬‫ﻼﹰ ﻟِﻤِﻴﻘﹶﺎﺘِﻨﹶﺎ ﻓﹶﻠﹶﻤ‬‫ﺠ‬‫ ﺭ‬‫ﻌِﻴﻥ‬‫ﺒ‬‫ ﺴ‬‫ﻪ‬‫ﻤ‬‫ﻰ ﻗﹶﻭ‬‫ﻭﺴ‬‫ ﻤ‬‫ﺍﺨﹾﺘﹶﺎﺭ‬‫ ﻭ‬.٧٣ ‫ ﺇِﻻﱠ ﻓِﺘﹾﻨﹶﺘﹸﻙ‬‫ ﻫِﻲ‬‫ ﻤِﻨﱠﺎ ﺇِﻥ‬‫ﺎﺀ‬‫ﻔﹶﻬ‬‫لَ ﺍﻟﺴ‬‫ﺎ ﻓﹶﻌ‬‫ﻠِﻜﹸﻨﹶﺎ ﺒِﻤ‬‫ ﺃَﺘﹸﻬ‬‫ﺎﻱ‬‫ﺇِﻴ‬‫لُ ﻭ‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻡ‬‫ﻠﹶﻜﹾﺘﹶﻬ‬‫ ﺸِﺌْﺕﹶ ﺃَﻫ‬‫ﻟﹶﻭ‬ ‫ﺭ‬‫ﺃَﻨﹾﺕﹶ ﺨﹶﻴ‬‫ﻨﹶﺎ ﻭ‬‫ﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺍﺭ‬‫ ﻟﹶﻨﹶﺎ ﻭ‬‫ﻨﹶﺎ ﻓﹶﺎﻏﹾﻔِﺭ‬‫ﻟِﻴ‬‫ﺕ ﻭ‬ ‫ ﺃَﻨﹾ ﹶ‬‫ ﺘﹶﺸﹶﺎﺀ‬‫ﻥ‬‫ﺩِﻱ ﻤ‬‫ﺘﹶﻬ‬‫ ﻭ‬‫ ﺘﹶﺸﹶﺎﺀ‬‫ﻥ‬‫ﺎ ﻤ‬‫ﺘﹸﻀِلﱡ ﺒِﻬ‬ (١٥٥ :‫ )ﺍﻷﻋﺭﺍﻑ‬‫ﺍﻟﹾﻐﹶﺎﻓِﺭِﻴﻥ‬ Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohonkan taubat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Maka ketika mereka digoncang gempa bumi, Musa berkata: "Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya".

‫ﻀﻠﻭﺍ‬ ‫ﻨﹶﺎ‬‫ﺒ‬‫ﻨﹶﺎ ﺭ‬‫ﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺭ‬‫ ﻴ‬‫ ﻟﹶﻡ‬‫ﻠﱡﻭﺍ ﻗﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﻟﹶﺌِﻥ‬‫ ﻀ‬‫ ﻗﹶﺩ‬‫ﻡ‬‫ﺍ ﺃَﻨﱠﻬ‬‫ﺃَﻭ‬‫ﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﺩِﻴﻬِﻡ‬‫ﻁ ﻓِﻲ ﺃَﻴ‬ ‫ﻘِ ﹶ‬‫ﺎ ﺴ‬‫ﻟﹶﻤ‬‫ ﻭ‬.٧٤ (١٤٩ :‫ )ﺍﻷﻋﺭﺍﻑ‬‫ ﺍﻟﹾﺨﹶﺎﺴِﺭِﻴﻥ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ ﻟﹶﻨﹶﺎ ﻟﹶﻨﹶﻜﹸﻭﻨﹶﻥ‬‫ﻐﹾﻔِﺭ‬‫ﻴ‬‫ﻭ‬ Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka telah sesat, merekapun berkata: "Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orangorang yang merugi".

(٩٢ :‫ﻠﱡﻭﺍ )ﻁﻪ‬‫ ﻀ‬‫ﻡ‬‫ﺘﹶﻬ‬‫ﺃَﻴ‬‫ ﺇِﺫﹾ ﺭ‬‫ﻙ‬‫ﻨﹶﻌ‬‫ﺎ ﻤ‬‫ ﻤ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺎﺭ‬‫ﺎﻫ‬‫ل ﻴ‬ َ ‫ ﻗﹶﺎ‬.٧٥ Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat,

‫ﺎﺩِﻱ‬‫ ﻋِﺒ‬‫ﻠﹶﻠﹾﺘﹸﻡ‬‫ ﺃَﻀ‬‫ﺃَﻨﹾﺘﹸﻡ‬‫ﻘﹸﻭلُ ﺀ‬‫ﻭﻥِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻓﹶﻴ‬‫ ﺩ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺩ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﺸﹸﺭ‬‫ﺤ‬‫ ﻴ‬‫ﻡ‬‫ﻭ‬‫ﻴ‬‫ ﻭ‬.٧٦ (١٧ :‫ل )ﺍﻟﻔﺭﻗﺎﻥ‬ َ ‫ﺒِﻴ‬‫ﻠﱡﻭﺍ ﺍﻟﺴ‬‫ ﻀ‬‫ﻡ‬‫ ﻫ‬‫ﺅُﻻﹶﺀِ ﺃَﻡ‬‫ﻫ‬

126

Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah menghimpunkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah, lalu Allah berkata (kepada yang disembah): "Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?"

‫ﻀِلﱡ‬‫ ﻴ‬‫ﺌًﺎ ﻜﹶﺫﹶﻟِﻙ‬‫لُ ﺸﹶﻴ‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ﻭ ﻤِﻥ‬‫ﻋ‬‫ ﻨﹶﺩ‬‫ ﻨﹶﻜﹸﻥ‬‫لْ ﻟﹶﻡ‬‫ﻨﱠﺎ ﺒ‬‫ﻠﱡﻭﺍ ﻋ‬‫ﻭﻥِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻗﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﻀ‬‫ ﺩ‬‫ ﻤِﻥ‬.٧٧ (٧٤ :‫ )ﺍﻟﻤﺅﻤﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓِﺭِﻴﻥ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬ (yang kamu sembah) selain Allah?" Mereka menjawab: "Mereka telah hilang lenyap dari kami, bahkan kami dahulu tiada pernah menyembah sesuatu". Seperti demikianlah Allah menyesatkan orang-orang kafir.

‫ﻡ‬‫ﻨﹾﻬ‬‫ﻠﱡﻭﺍ ﻋ‬‫لْ ﻀ‬‫ﺔﹰ ﺒ‬‫ﺍﻟِﻬ‬‫ﺎﻨﹰﺎ ﺀ‬‫ﺒ‬‫ﻭﻥِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻗﹸﺭ‬‫ ﺩ‬‫ ﺍﺘﱠﺨﹶﺫﹸﻭﺍ ﻤِﻥ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﺭ‬‫ﻻﹶ ﻨﹶﺼ‬‫ ﻓﹶﻠﹶﻭ‬.٧٨ (٢٨ :‫ )ﺍﻷﺤﻘﺎﻑ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻔﹾﺘﹶﺭ‬‫ﺎ ﻜﹶﺎﻨﹸﻭﺍ ﻴ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ ﺇِﻓﹾﻜﹸﻬ‬‫ﺫﹶﻟِﻙ‬‫ﻭ‬ Maka mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai Tuhan untuk mendekatkan diri (kepada Allah) tidak dapat menolong mereka. Bahkan tuhantuhan itu telah lenyap dari mereka? Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan.

‫ﻀﻼﻟﺔ‬ :‫ )ﺍﻷﻋﺭﺍﻑ‬‫ﺎﻟﹶﻤِﻴﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﺏ‬‫ ﺭ‬‫ﻭلٌ ﻤِﻥ‬‫ﺴ‬‫ﻟﹶﻜِﻨﱢﻲ ﺭ‬‫ﻼﹶﻟﹶﺔﹲ ﻭ‬‫ ﺒِﻲ ﻀ‬‫ﺱ‬‫ﻡِ ﻟﹶﻴ‬‫ﺎﻗﹶﻭ‬‫ل ﻴ‬ َ ‫ ﻗﹶﺎ‬.٧٩ (٦١ Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam".

‫ﺍﻟﻀﻼﻟﺔ‬ ‫ﺎ ﻜﹶﺎﻨﹸﻭﺍ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﺘﹸﻬ‬‫ﺎﺭ‬‫ﺕﹾ ﺘِﺠ‬‫ﺒِﺤ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ﻯ ﻓﹶﻤ‬‫ﺩ‬‫ﻼﹶﻟﹶ ﹶﺔ ﺒِﺎﻟﹾﻬ‬‫ﺍ ﺍﻟﻀ‬‫ﻭ‬‫ ﺍﺸﹾﺘﹶﺭ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ ﺃُﻭﻟﹶﺌِﻙ‬.٨٠ (١٦ :‫ )ﺍﻟﺒﻘﺭﺓ‬‫ﺘﹶﺩِﻴﻥ‬‫ﻬ‬‫ﻤ‬ Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.

127

‫ﻠﹶﻰ‬‫ ﻋ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﺭ‬‫ﺒ‬‫ﺎ ﺃَﺼ‬‫ﺓِ ﻓﹶﻤ‬‫ﻐﹾﻔِﺭ‬‫ ﺒِﺎﻟﹾﻤ‬‫ﺫﹶﺍﺏ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻯ ﻭ‬‫ﺩ‬‫ﻼﹶﻟﹶ ﹶﺔ ﺒِﺎﻟﹾﻬ‬‫ﺍ ﺍﻟﻀ‬‫ﻭ‬‫ ﺍﺸﹾﺘﹶﺭ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ ﺃُﻭﻟﹶﺌِﻙ‬.٨١ (١٧٥ :‫ﺍﻟﻨﱠﺎﺭِ )ﺍﻟﺒﻘﺭﺓ‬ Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka!

‫ ﺃَﻥ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺭِﻴﺩ‬‫ﻴ‬‫ﻼﹶﻟﹶ ﹶﺔ ﻭ‬‫ ﺍﻟﻀ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺸﹾﺘﹶﺭ‬‫ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏِ ﻴ‬‫ﺎ ﻤِﻥ‬‫ ﺃُﻭﺘﹸﻭﺍ ﻨﹶﺼِﻴﺒ‬‫ ﺇِﻟﹶﻰ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ ﺘﹶﺭ‬‫ ﺃَﻟﹶﻡ‬.٨٢ (٤٤ :‫ﺒِﻴلَ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‬‫ﺘﹶﻀِﻠﱡﻭﺍ ﺍﻟﺴ‬ Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang telah diberi bahagian dari Al Kitab (Taurat)? Mereka membeli (memilih) kesesatan (dengan petunjuk) dan mereka bermaksud supaya kamu tersesat (menyimpang) dari jalan (yang benar).

‫ ﻤِﻥ‬‫ﺎﺀ‬‫ﻟِﻴ‬‫ ﺃَﻭ‬‫ﺎﻁِﻴﻥ‬‫ ﺍﺘﱠﺨﹶﺫﹸﻭﺍ ﺍﻟﺸﱠﻴ‬‫ﻡ‬‫ﻼﹶﻟﹶﺔﹸ ﺇِﻨﱠﻬ‬‫ ﺍﻟﻀ‬‫ﻬِﻡ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻕﱠ ﻋ‬‫ﻓﹶﺭِﻴﻘﹰﺎ ﺤ‬‫ﻯ ﻭ‬‫ﺩ‬‫ ﻓﹶﺭِﻴﻘﹰﺎ ﻫ‬.٨٣ (٣٠ :‫ )ﺍﻷﻋﺭﺍﻑ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺘﹶﺩ‬‫ﻬ‬‫ ﻤ‬‫ﻡ‬‫ ﺃَﻨﱠﻬ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺒ‬‫ﺴ‬‫ﺤ‬‫ﻴ‬‫ﻭﻥِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻭ‬‫ﺩ‬ Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.

‫ﻡ‬‫ﻭﺍ ﺍﻟﻁﱠﺎﻏﹸﻭﺕﹶ ﻓﹶﻤِﻨﹾﻬ‬‫ﺘﹶﻨِﺒ‬‫ﺍﺠ‬‫ ﻭ‬‫ﻭﺍ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺩ‬‫ﺒ‬‫ﻭﻻﹰ ﺃَﻥِ ﺍﹸﻋ‬‫ﺴ‬‫ﺔٍ ﺭ‬‫ﺜﹾﻨﹶﺎ ﻓِﻲ ﻜﹸلﱢ ﺃُﻤ‬‫ﻌ‬‫ ﺒ‬‫ﻟﹶﻘﹶﺩ‬‫ ﻭ‬.٨٤ ‫ﻑﹶ‬‫ﻭﺍ ﻜﹶﻴ‬‫ﺽِ ﻓﹶﺎﻨﹾﻅﹸﺭ‬‫ﻷﺭ‬ َ ‫ﻭﺍ ﻓِﻲ ﺍﹾ‬‫ﻼﹶﻟﹶﺔﹸ ﻓﹶﺴِﻴﺭ‬‫ﻪِ ﺍﻟﻀ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻘﱠﺕﹾ ﻋ‬‫ ﺤ‬‫ﻥ‬‫ ﻤ‬‫ﻡ‬‫ﻤِﻨﹾﻬ‬‫ ﻭ‬‫ﻯ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺩ‬‫ ﻫ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬ (٣٦ :‫ )ﺍﻟﻨﺤل‬‫ﻜﹶﺫﱢﺒِﻴﻥ‬‫ﺔﹸ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺎﻗِﺒ‬‫ ﻋ‬‫ﻜﹶﺎﻥ‬ Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

‫ﻭﻥ‬‫ﺩ‬‫ﻭﻋ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﺍ ﻤ‬‫ﺃَﻭ‬‫ﺘﱠﻰ ﺇِﺫﹶﺍ ﺭ‬‫ﺍ ﺤ‬‫ﺩ‬‫ ﻤ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﺤ‬‫ ﺍﻟﺭ‬‫ ﻟﹶﻪ‬‫ﺩ‬‫ﺩ‬‫ﻤ‬‫ﻠﹶﺎﻟﹶﺔِ ﻓﹶﻠﹾﻴ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﻟﻀ‬‫ ﻜﹶﺎﻥ‬‫ﻥ‬‫ ﻗﹸلْ ﻤ‬.٨٥ (٧٥:‫ﺍ )ﻤﺭﻴﻡ‬‫ﻨﹾﺩ‬‫ﻑﹸ ﺠ‬‫ﻌ‬‫ﺃَﻀ‬‫ﻜﹶﺎﻨﹰﺎ ﻭ‬‫ ﻤ‬‫ ﺸﹶﺭ‬‫ﻭ‬‫ ﻫ‬‫ﻥ‬‫ ﻤ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﻴ‬‫ﺔﹶ ﻓﹶﺴ‬‫ﺎﻋ‬‫ﺎ ﺍﻟﺴ‬‫ﺇِﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﺫﹶﺍﺏ‬‫ﺎ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﺇِﻤ‬ Katakanlah: "Barangsiapa yang berada di dalam kesesatan, maka biarlah Tuhan yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya; sehingga apabila mereka

128

telah melihat apa yang diancamkan kepadanya, baik siksa maupun kiamat, maka mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemah penolong-penolongnya".

‫ﻀﻼﻟﻙ‬ (٩٥ :‫ ﺍﻟﹾﻘﹶﺩِﻴﻡِ )ﻴﻭﺴﻑ‬‫ﻼﹶﻟِﻙ‬‫ ﻟﹶﻔِﻲ ﻀ‬‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﺘﹶﺎﻟﻠﱠﻪِ ﺇِﻨﱠﻙ‬.٨٦ Keluarganya berkata: "Demi Allah, kekeliruanmu yang dahulu".

sesungguhnya

kamu masih dalam

‫ﻀﻼﻟﺘﻬﻡ‬ ‫ﻡ‬‫ﺎﺘِﻨﹶﺎ ﻓﹶﻬ‬‫ ﺒِﺂﻴ‬‫ﺅْﻤِﻥ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ ﺇِﻻﱠ ﻤ‬‫ﻤِﻊ‬‫ ﺘﹸﺴ‬‫ ﺇِﻥ‬‫ﻼﹶﻟﹶﺘِﻬِﻡ‬‫ ﻀ‬‫ﻥ‬‫ﻲِ ﻋ‬‫ﻤ‬‫ﺎﺩِﻱ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﺕ ﺒِﻬ‬ ‫ﺎ ﺃَﻨﹾ ﹶ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬.٨٧ (٨١ :‫ )ﺍﻟﻨﻤل‬‫ﻭﻥ‬‫ﻠِﻤ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬ Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin (memalingkan) orang-orang buta dari kesesatan mereka. Kamu tidak dapat menjadikan (seorangpun) mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri.

‫ﻡ‬‫ﺎﺘِﻨﹶﺎ ﻓﹶﻬ‬‫ ﺒِﺂﻴ‬‫ﺅْﻤِﻥ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ ﺇِﻻﱠ ﻤ‬‫ﻤِﻊ‬‫ ﺘﹸﺴ‬‫ ﺇِﻥ‬‫ﻼﹶﹶﻟﺘِﻬِﻡ‬‫ ﻀ‬‫ﻥ‬‫ﻲِ ﻋ‬‫ﻤ‬‫ﺎﺩِﻱ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﺕ ﺒِﻬ‬ ‫ﺎ ﺃَﻨﹾ ﹶ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬.٨٨ (٥٣ :‫ )ﺍﻟﺭﻭﻡ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻠِﻤ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬ Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta (mata hatinya) dari kesesatannya. Dan kamu tidak dapat memperdengarkan (petunjuk Tuhan) melainkan kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, mereka itulah orang-orang yang berserah diri (kepada Kami).

‫ ﻗﹶﺩ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺍﺀ‬‫ﻭ‬‫ ﺃَﻫ‬‫ﻭﻥِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻗﹸلْ ﻻﹶ ﺃَﺘﱠﺒِﻊ‬‫ ﺩ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻋ‬‫ ﺘﹶﺩ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺩ‬‫ﺒ‬‫ ﺃَﻋ‬‫ ﻗﹸلْ ﺇِﻨﱢﻲ ﻨﹸﻬِﻴﺕﹸ ﺃَﻥ‬.٨٩ (٥٦ :‫ )ﺍﻷﻨﻌﺎﻡ‬‫ﺘﹶﺩِﻴﻥ‬‫ﻬ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺎ ﺃَﻨﹶﺎ ﻤِﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻠﹶﻠﹾﺕﹸ ﺇِﺫﹰﺍ ﻭ‬‫ﻀ‬ Katakanlah: "Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah". Katakanlah: "Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk".

129

‫ﻲ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﻭﺤِﻲ ﺇِﻟﹶﻲ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﺕﹸ ﻓﹶﺒِﻤ‬‫ﻴ‬‫ﺘﹶﺩ‬‫ﺇِﻥِ ﺍﻫ‬‫ﻠﹶﻰ ﻨﹶﻔﹾﺴِﻲ ﻭ‬‫ﺎ ﺃَﻀِلﱡ ﻋ‬‫ﻠﹶﻠﹾﺕﹸ ﻓﹶﺈِﻨﱠﻤ‬‫ ﻀ‬‫ ﻗﹸلْ ﺇِﻥ‬.٩٠ (٥٠ :‫ )ﺴﺒﺄ‬‫ ﻗﹶﺭِﻴﺏ‬‫ﻤِﻴﻊ‬‫ ﺴ‬‫ﺇِﻨﱠﻪ‬ Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat".

‫ﻀﻠﻠﻨﺎ‬ ‫ﻬِﻡ‬‫ﺒ‬‫ ﺒِﻠِﻘﹶﺎﺀِ ﺭ‬‫ﻡ‬‫لْ ﻫ‬‫ﺩِﻴﺩٍ ﺒ‬‫ﺽِ ﺃَﺌِﻨﱠﺎ ﻟﹶﻔِﻲ ﺨﹶﻠﹾﻕٍ ﺠ‬‫ﻷﺭ‬ َ ‫ﻠﹶﻠﹾﻨﹶﺎ ﻓِﻲ ﺍﹾ‬‫ﻗﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﺃَﺌِﺫﹶﺍ ﻀ‬‫ ﻭ‬.٩١ (١٠ :‫ )ﺍﻟﺴﺠﺩﺓ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻜﹶﺎﻓِﺭ‬ Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru. Bahkan (sebenarnya) mereka ingkar akan menemui Tuhannya.

‫ﺍﻟﻀﻼل‬ ‫ﻓﹸﻭﻥ‬‫ﺭ‬‫ﻠﹶﺎلُ ﻓﹶﺄَﻨﱠﻰ ﺘﹸﺼ‬‫ﻕﱢ ﺇِﻟﱠﺎ ﺍﻟﻀ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺩ‬‫ﻌ‬‫ﺎﺫﹶﺍ ﺒ‬‫ﻕﱡ ﻓﹶﻤ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﻓﹶﺫﹶﻟِﻜﹸﻡ‬.٩٢ (٣٢:‫)ﻴﻭﻨﺱ‬ Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?

ٍ‫ﺎﺼِﻑ‬‫ﻡٍ ﻋ‬‫ﻭ‬‫ ﻓِﻲ ﻴ‬‫ﻴﺢ‬‫ﺕﹾ ﺒِﻪِ ﺍﻟﺭ‬‫ﺎﺩٍ ﺍﺸﹾﺘﹶﺩ‬‫ﻤ‬‫ ﻜﹶﺭ‬‫ﻡ‬‫ﺎﻟﹸﻬ‬‫ﻤ‬‫ ﺃَﻋ‬‫ﻬِﻡ‬‫ﺒ‬‫ﻭﺍ ﺒِﺭ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫ﺜﹶلُ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ ﻤ‬.٩٣ (١٨ :‫ )ﺇﺒﺭﺍﻫﻴﻡ‬‫ﻌِﻴﺩ‬‫ﻼﹶلُ ﺍﻟﹾﺒ‬‫ ﺍﻟﻀ‬‫ﻭ‬‫ ﻫ‬‫ﺀٍ ﺫﹶﻟِﻙ‬‫ﻠﹶﻰ ﺸﹶﻲ‬‫ﻭﺍ ﻋ‬‫ﺒ‬‫ﺎ ﻜﹶﺴ‬‫ ﻤِﻤ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻘﹾﺩِﺭ‬‫ﻻﹶ ﻴ‬ Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.

130

‫ﻌِﻴﺩ‬‫ﻼﹶلُ ﺍﻟﹾﺒ‬‫ ﺍﻟﻀ‬‫ﻭ‬‫ ﻫ‬‫ ﺫﹶﻟِﻙ‬‫ﻪ‬‫ﻨﹾﻔﹶﻌ‬‫ﺎ ﻻﹶ ﻴ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻩ‬‫ﺭ‬‫ﻀ‬‫ﺎ ﻻﹶ ﻴ‬‫ﻭﻥِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻤ‬‫ ﺩ‬‫ﻭ ﻤِﻥ‬‫ﻋ‬‫ﺩ‬‫ ﻴ‬.٩٤ (١٢:‫)ﺍﻟﺤﺞ‬ Ia menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak (pula) memberi manfa`at kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.

‫ﺘﻀﻠﻴل‬ (٢ :‫ﻠِﻴلٍ )ﺍﻟﻔﻴل‬‫ ﻓِﻲ ﺘﹶﻀ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﺩ‬‫لْ ﻜﹶﻴ‬‫ﻌ‬‫ﺠ‬‫ ﻴ‬‫ ﺃَﻟﹶﻡ‬.٩٥ Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka`bah) itu sia-sia?,

‫ﺃﻀل‬ ‫ﻲ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﻭﺤِﻲ ﺇِﻟﹶﻲ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﺕﹸ ﻓﹶﺒِﻤ‬‫ﻴ‬‫ﺘﹶﺩ‬‫ﺇِﻥِ ﺍﻫ‬‫ﻠﹶﻰ ﻨﹶﻔﹾﺴِﻲ ﻭ‬‫ﺎ ﺃَﻀِلﱡ ﻋ‬‫ﻠﹶﻠﹾﺕﹸ ﻓﹶﺈِﻨﱠﻤ‬‫ ﻀ‬‫ ﻗﹸلْ ﺇِﻥ‬.٩٦ (٥٠ :‫ )ﺴﺒﺄ‬‫ ﻗﹶﺭِﻴﺏ‬‫ﻤِﻴﻊ‬‫ ﺴ‬‫ﺇِﻨﱠﻪ‬ Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat".

(٦٢ :‫ )ﻴﺱ‬‫ﻘِﻠﹸﻭﻥ‬‫ ﺘﹶﻜﹸﻭﻨﹸﻭﺍ ﺘﹶﻌ‬‫ﺍ ﺃَﻓﹶﻠﹶﻡ‬‫ ﻜﹶﺜِﻴﺭ‬‫ ﺠِﺒِﻼ‬‫لﱠ ﻤِﻨﹾﻜﹸﻡ‬‫ ﺃَﻀ‬‫ﻟﹶﻘﹶﺩ‬‫ ﻭ‬.٩٧ Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian besar di antaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan?

ٍ‫ ﻓِﻲ ﺸِﻘﹶﺎﻕ‬‫ﻭ‬‫ ﻫ‬‫ﻥ‬‫لﱡ ﻤِﻤ‬‫ ﺃَﻀ‬‫ﻥ‬‫ ﺒِﻪِ ﻤ‬‫ﺘﹸﻡ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫ ﻋِﻨﹾﺩِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺜﹸﻡ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ ﻜﹶﺎﻥ‬‫ ﺇِﻥ‬‫ﺘﹸﻡ‬‫ﺃَﻴ‬‫ ﻗﹸلْ ﺃَﺭ‬.٩٨ (٥٢ :‫ﻌِﻴﺩٍ )ﻓﺼﻠﺕ‬‫ﺒ‬ Katakanlah: "Bagaimana pendapatmu jika (Al Qur'an) itu datang dari sisi Allah, kemudian kamu mengingkarinya. Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh?"

131

ِ‫ﺔ‬‫ﺎﻤ‬‫ﻡِ ﺍﻟﹾﻘِﻴ‬‫ﻭ‬‫ ﺇِﻟﹶﻰ ﻴ‬‫ ﻟﹶﻪ‬‫ﺘﹶﺠِﻴﺏ‬‫ﺴ‬‫ ﻻﹶ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻭﻥِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻤ‬‫ ﺩ‬‫ﻭ ﻤِﻥ‬‫ﻋ‬‫ﺩ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫لﱡ ﻤِﻤ‬‫ ﺃَﻀ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬.٩٩ (٥ :‫ )ﺍﻷﺤﻘﺎﻑ‬‫ ﻏﹶﺎﻓِﻠﹸﻭﻥ‬‫ﺎﺌِﻬِﻡ‬‫ﻋ‬‫ ﺩ‬‫ﻥ‬‫ ﻋ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬ Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahansembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do`a) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do`a mereka?

(١ :‫ )ﻤﺤﻤﺩ‬‫ﻡ‬‫ﺎﻟﹶﻬ‬‫ﻤ‬‫لﱠ ﺃَﻋ‬‫ﺒِﻴلِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺃَﻀ‬‫ ﺴ‬‫ﻥ‬‫ﻭﺍ ﻋ‬‫ﺩ‬‫ﺼ‬‫ﻭﺍ ﻭ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬.١٠٠ Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menghapus perbuatan-perbuatan mereka.

‫ ﺃﻀﻠﻠﻥ‬- ‫ﺃﻀﻼﻨﺎ – ﺃﻀﻠﻠﺘﻡ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻠﹾﻬ‬‫ﻌ‬‫ﻹﻨﹾﺱِ ﻨﹶﺠ‬ ِ ‫ﺍﹾ‬‫ ﻭ‬‫ ﺍﻟﹾﺠِﻥ‬‫ﻼﱠﻨﹶﺎ ﻤِﻥ‬‫ﻥِ ﺃَﻀ‬‫ﻨﹶﺎ ﺃَﺭِﻨﹶﺎ ﺍﻟﱠﺫﹶﻴ‬‫ﺒ‬‫ﻭﺍ ﺭ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫ﻗﹶﺎلَ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ ﻭ‬.١٠١ (٢٩ :‫ )ﻓﺼﻠﺕ‬‫ﻔﹶﻠِﻴﻥ‬‫ ﺍﹾﻷَﺴ‬‫ﻜﹸﻭﻨﹶﺎ ﻤِﻥ‬‫ﺍﻤِﻨﹶﺎ ﻟِﻴ‬‫ﺕﹶ ﺃَﻗﹾﺩ‬‫ﺘﹶﺤ‬ Dan orang-orang kafir berkata: "Ya Tuhan kami perlihatkanlah kami dua jenis orang yang telah menyesatkan kami (yaitu) sebagian dari jin dan manusia agar kami letakkan keduanya di bawah telapak kaki kami supaya kedua jenis itu menjadi orang-orang yang hina".

‫ﺎﺩِﻱ‬‫ ﻋِﺒ‬‫ﻠﹶﻠﹾﺘﹸﻡ‬‫ ﺃَﻀ‬‫ﺃَﻨﹾﺘﹸﻡ‬‫ﻘﹸﻭلُ ﺀ‬‫ﻭﻥِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻓﹶﻴ‬‫ ﺩ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺩ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﺸﹸﺭ‬‫ﺤ‬‫ ﻴ‬‫ﻡ‬‫ﻭ‬‫ﻴ‬‫ ﻭ‬.١٠٢ (١٧ :‫ل )ﺍﻟﻔﺭﻗﺎﻥ‬ َ ‫ﺒِﻴ‬‫ﻠﱡﻭﺍ ﺍﻟﺴ‬‫ ﻀ‬‫ﻡ‬‫ ﻫ‬‫ﺅُﻻﹶﺀِ ﺃَﻡ‬‫ﻫ‬ Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah menghimpunkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah, lalu Allah berkata (kepada yang disembah): "Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?"

‫ﺎﻨِﻲ‬‫ﺼ‬‫ ﻋ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻤِﻨﱢﻲ ﻭ‬‫ﻨِﻲ ﻓﹶﺈِﻨﱠﻪ‬‫ ﺘﹶﺒِﻌ‬‫ﻥ‬‫ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱِ ﻓﹶﻤ‬‫ﺍ ﻤِﻥ‬‫ ﻜﹶﺜِﻴﺭ‬‫ﻠﹶﻠﹾﻥ‬‫ ﺃَﻀ‬‫ﻥ‬‫ ﺇِﻨﱠﻬ‬‫ﺏ‬‫ ﺭ‬.١٠٣ (٣٦ :‫ )ﺇﺒﺭﺍﻫﻴﻡ‬‫ﺤِﻴﻡ‬‫ ﺭ‬‫ ﻏﹶﻔﹸﻭﺭ‬‫ﻓﹶﺈِﻨﱠﻙ‬ Ya Tuhan-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

132

‫ﺃﻀﻠﻨﺎ – ﺃﻀﻠﻨﻲ – ﺃﻀﻠﻭﺍ‬ (٩٩ :‫ )ﺍﻟﺸﻌﺭﺍﺀ‬‫ﻥ‬‫ﻭ‬‫ﺭِﻤ‬‫ﺠ‬‫ﻠﱠﻨﹶﺎ ﺇِﻻﱠ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺎ َﺃﻀ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬.١٠٤ Dan tiadalah yang menyesatkan kami kecuali orang-orang yang berdosa.

‫ﺎﻥِ ﺨﹶﺫﹸﻭﻻﹰ‬‫ﻺﻨﹾﺴ‬ ِ ِْ‫ ﻟ‬‫ﻁﹶﺎﻥ‬‫ ﺍﻟﺸﱠﻴ‬‫ﻜﹶﺎﻥ‬‫ﻨِﻲ ﻭ‬‫ﺎﺀ‬‫ ﺇِﺫﹾ ﺠ‬‫ﺩ‬‫ﻌ‬‫ﻥِ ﺍﻟﺫﱢﻜﹾﺭِ ﺒ‬‫ﻠﱠﻨِﻲ ﻋ‬‫ ﺃَﻀ‬‫ ﻟﹶﻘﹶﺩ‬.١٠٥ (٢٩ :‫)ﺍﻟﻔﺭﻗﺎﻥ‬ Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur'an ketika Al Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.

(٢٤ :‫ﻼﹶﻻﹰ )ﻨﻭﺡ‬‫ ﺇِﻻﱠ ﻀ‬‫ﻻﹶ ﺘﹶﺯِﺩِ ﺍﻟﻅﱠﺎﻟِﻤِﻴﻥ‬‫ﺍ ﻭ‬‫ﻠﱡﻭﺍ ﻜﹶﺜِﻴﺭ‬‫ ﺃَﻀ‬‫ﻗﹶﺩ‬‫ ﻭ‬.١٠٦ Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan.

‫ ﻴﻀﻠﻭﻥ‬- ‫ﺃﻀﻠﻭﻨﺎ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍﹾﻹِﻨﹾﺱِ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨﱠﺎﺭِ ﻜﹸﻠﱠﻤ‬‫ ﻭ‬‫ ﺍﻟﹾﺠِﻥ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻠِﻜﹸﻡ‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ ﺨﹶﻠﹶﺕﹾ ﻤِﻥ‬‫ﻡٍ ﻗﹶﺩ‬‫ﺨﹸﻠﹸﻭﺍ ﻓِﻲ ﺃُﻤ‬‫ ﻗﹶﺎلَ ﺍﺩ‬.١٠٧ ‫ﻨﹶﺎ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﻡ‬‫ ﻷُﻭﻻﹶﻫ‬‫ﻡ‬‫ﺍﻫ‬‫ﺎ ﻗﹶﺎﻟﹶﺕﹾ ﺃُﺨﹾﺭ‬‫ﻤِﻴﻌ‬‫ﺎ ﺠ‬‫ﻜﹸﻭﺍ ﻓِﻴﻬ‬‫ﺍﺭ‬‫ﺘﱠﻰ ﺇِﺫﹶﺍ ﺍﺩ‬‫ﺎ ﺤ‬‫ﻨﹶﺕﹾ ﺃُﺨﹾﺘﹶﻬ‬‫ﺔﹲ ﻟﹶﻌ‬‫ﺨﹶﻠﹶﺕﹾ ﺃُﻤ‬‫ﺩ‬ ‫ﻭﻥ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ ﻻﹶ ﺘﹶﻌ‬‫ﻟﹶﻜِﻥ‬‫ﻑﹲ ﻭ‬‫ل ﻟِﻜﹸلﱟ ﻀِﻌ‬ َ ‫ ﺍﻟﻨﱠﺎﺭِ ﻗﹶﺎ‬‫ﻔﹰﺎ ﻤِﻥ‬‫ﺎ ﻀِﻌ‬‫ﺫﹶﺍﺒ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﱡﻭﻨﹶﺎ ﻓﹶﺂﺘِﻬِﻡ‬‫ﺅُﻻﹶﺀِ ﺃَﻀ‬‫ﻫ‬ (٣٨ :‫)ﺍﻷﻋﺭﺍﻑ‬ Allah berfirman: "Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (kedalam neraka), dia mengutuk kawannya (yang menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: "Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka". Allah berfirman: "Masing-masing mendapat (siksaan), yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui".

133

‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ ﺇِﻻﱠ ﺃَﻨﹾﻔﹸﺴ‬‫ﻀِﻠﱡﻭﻥ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻀِﻠﱡﻭﻨﹶﻜﹸﻡ‬‫ ﻴ‬‫لِ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏِ ﻟﹶﻭ‬‫ ﺃَﻫ‬‫ﺕﹾ ﻁﹶﺎﺌِﻔﹶﺔﹲ ﻤِﻥ‬‫ﺩ‬‫ ﻭ‬.١٠٨ (٦٩ :‫ )ﺍل ﻋﻤﺭﺍﻥ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺭ‬‫ﺸﹾﻌ‬‫ﻴ‬ Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya.

‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻀِﻠﱡﻭﻙ‬‫ ﻴ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ﻡ‬‫ﺕﹾ ﻁﹶﺎﺌِﻔﹶﺔﹲ ﻤِﻨﹾﻬ‬‫ﻤ‬‫ ﻟﹶﻬ‬‫ﺘﹸﻪ‬‫ﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺭ‬‫ ﻭ‬‫ﻙ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫لُ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻋ‬‫ﻻﹶ ﻓﹶﻀ‬‫ﻟﹶﻭ‬‫ ﻭ‬.١٠٩ ‫ﺔﹶ‬‫ﺍﻟﹾﺤِﻜﹾﻤ‬‫ ﻭ‬‫ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏ‬‫ﻙ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫لَ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺃَﻨﹾﺯ‬‫ﺀٍ ﻭ‬‫ ﺸﹶﻲ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻭﻨﹶﻙ‬‫ﺭ‬‫ﻀ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ ﺇِﻻﱠ ﺃَﻨﹾﻔﹸﺴ‬‫ﻀِﻠﱡﻭﻥ‬‫ﻴ‬ (١١٣ :‫ﺎ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‬‫ﻅِﻴﻤ‬‫ ﻋ‬‫ﻙ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫لُ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻋ‬‫ ﻓﹶﻀ‬‫ﻜﹶﺎﻥ‬‫ ﻭ‬‫ﻠﹶﻡ‬‫ ﺘﹶﻌ‬‫ ﺘﹶﻜﹸﻥ‬‫ﺎ ﻟﹶﻡ‬‫ ﻤ‬‫ﻙ‬‫ﻠﱠﻤ‬‫ﻋ‬‫ﻭ‬ Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.

ِ‫ﻻﹶ ﺘﹶﺘﱠﺒِﻊ‬‫ﻕﱢ ﻭ‬‫ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱِ ﺒِﺎﻟﹾﺤ‬‫ﻥ‬‫ﻴ‬‫ ﺒ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺽِ ﻓﹶﺎﺤ‬‫ﻷﺭ‬ َ ‫ ﺨﹶﻠِﻴﻔﹶﺔﹰ ﻓِﻲ ﺍﹾ‬‫ﻠﹾﻨﹶﺎﻙ‬‫ﻌ‬‫ ﺇِﻨﱠﺎ ﺠ‬‫ﺩ‬‫ﺍﻭ‬‫ﺎﺩ‬‫ ﻴ‬.١١٠ ‫ ﺸﹶﺩِﻴﺩ‬‫ﺫﹶﺍﺏ‬‫ ﻋ‬‫ﻡ‬‫ﺒِﻴلِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻟﹶﻬ‬‫ ﺴ‬‫ﻥ‬‫ ﻋ‬‫ﻀِﻠﱡﻭﻥ‬‫ ﻴ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺒِﻴلِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺇِﻥ‬‫ ﺴ‬‫ﻥ‬‫ ﻋ‬‫ﻀِﻠﱠﻙ‬‫ﻯ ﻓﹶﻴ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﻬ‬ (٢٦ :‫ﺎﺏِ )ﺹ‬‫ ﺍﻟﹾﺤِﺴ‬‫ﻡ‬‫ﻭ‬‫ﻭﺍ ﻴ‬‫ﺎ ﻨﹶﺴ‬‫ﺒِﻤ‬ Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

‫ ﻴﻀﻠل‬- ‫ﺘﻀﻠﻭﺍ‬ ‫ ﺃَﻥ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺭِﻴﺩ‬‫ﻴ‬‫ﻼﹶﻟﹶ ﹶﺔ ﻭ‬‫ ﺍﻟﻀ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺸﹾﺘﹶﺭ‬‫ ﺍﻟﹾﻜِﺘﹶﺎﺏِ ﻴ‬‫ﺎ ﻤِﻥ‬‫ ﺃُﻭﺘﹸﻭﺍ ﻨﹶﺼِﻴﺒ‬‫ ﺇِﻟﹶﻰ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ ﺘﹶﺭ‬‫ ﺃَﻟﹶﻡ‬.١١١ (٤٤ :‫ﺒِﻴلَ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‬‫ﺘﹶﻀِﻠﱡﻭﺍ ﺍﻟﺴ‬ Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang telah diberi bahagian dari Al Kitab (Taurat)? Mereka membeli (memilih) kesesatan (dengan petunjuk) dan mereka bermaksud supaya kamu tersesat (menyimpang) dari jalan (yang benar).

134

‫ﻪ ﺃُﺨﹾﺕﹲ‬ ‫ﻟﹶ‬‫ ﻭ‬‫ﻟﹶﺩ‬‫ ﻭ‬‫ ﻟﹶﻪ‬‫ﺱ‬‫ ﻟﹶﻴ‬‫ﻠﹶﻙ‬‫ﺅٌ ﻫ‬‫ﺭ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﻜﹶﻼﹶﻟﹶﺔِ ﺇِﻥِ ﺍﻤ‬‫ﻔﹾﺘِﻴﻜﹸﻡ‬‫ ﻴ‬‫ ﻗﹸلِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺘﹶﻔﹾﺘﹸﻭﻨﹶﻙ‬‫ﺴ‬‫ ﻴ‬.١١٢ ِ‫ﺎ ﺍﻟﺜﱡﻠﹸﺜﹶﺎﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻥِ ﻓﹶﻠﹶﻬ‬‫ ﻜﹶﺎﻨﹶﺘﹶﺎ ﺍﺜﹾﻨﹶﺘﹶﻴ‬‫ ﻓﹶﺈِﻥ‬‫ﻟﹶﺩ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ ﻟﹶﻬ‬‫ﻜﹸﻥ‬‫ ﻴ‬‫ ﻟﹶﻡ‬‫ﺎ ﺇِﻥ‬‫ﺭِﺜﹸﻬ‬‫ ﻴ‬‫ﻭ‬‫ﻫ‬‫ ﻭ‬‫ﻙ‬‫ﺎ ﺘﹶﺭ‬‫ﻑﹸ ﻤ‬‫ﺎ ﻨِﺼ‬‫ﻓﹶﻠﹶﻬ‬ ‫ ﻟﹶﻜﹸﻡ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻥ‬‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﻥِ ﻴ‬‫ﻴ‬‫ﻅﱢ ﺍﹾﻷُﻨﹾﺜﹶﻴ‬‫ ﻓﹶﻠِﻠﺫﱠﻜﹶﺭِ ﻤِﺜﹾلُ ﺤ‬‫ﺎﺀ‬‫ﻨِﺴ‬‫ﺎﻻﹰ ﻭ‬‫ﺓﹰ ﺭِﺠ‬‫ ﻜﹶﺎﻨﹸﻭﺍ ﺇِﺨﹾﻭ‬‫ﺇِﻥ‬‫ ﻭ‬‫ﻙ‬‫ﺎ ﺘﹶﺭ‬‫ﻤِﻤ‬ (١٧٦ :‫ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‬‫ﻠِﻴﻡ‬‫ﺀٍ ﻋ‬‫ ﺒِﻜﹸلﱢ ﺸﹶﻲ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﺘﹶﻀِﻠﱡﻭﺍ ﻭ‬‫ﺃَﻥ‬ Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

‫ﺕﹾ‬‫ﺒ‬‫ﺇِﺫﹶﺍ ﻏﹶﺭ‬‫ﻤِﻴﻥِ ﻭ‬‫ ﺫﹶﺍﺕﹶ ﺍﻟﹾﻴ‬‫ﻔِﻬِﻡ‬‫ ﻜﹶﻬ‬‫ﻥ‬‫ ﻋ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻭ‬‫ﺕﹾ ﺘﹶﺯ‬‫ ﺇِﺫﹶﺍ ﻁﹶﻠﹶﻌ‬‫ﺱ‬‫ﻯ ﺍﻟﺸﱠﻤ‬‫ﺘﹶﺭ‬‫ ﻭ‬.١١٣ ‫ﻭ‬‫ ﻓﹶﻬ‬‫ﺩِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻬ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﺎﺕِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻤ‬‫ﺍﻴ‬‫ ﺀ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ ﺫﹶﻟِﻙ‬‫ﺓٍ ﻤِﻨﹾﻪ‬‫ﻭ‬‫ ﻓِﻲ ﻓﹶﺠ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﺎلِ ﻭ‬‫ ﺫﹶﺍﺕﹶ ﺍﻟﺸﱢﻤ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﺘﹶﻘﹾﺭِﻀ‬ (١٧ :‫ﺍ )ﺍﻟﻜﻬﻑ‬‫ﺸِﺩ‬‫ﺭ‬‫ﺎ ﻤ‬‫ﻟِﻴ‬‫ ﻭ‬‫ ﻟﹶﻪ‬‫ ﺘﹶﺠِﺩ‬‫ﻠِلْ ﻓﹶﻠﹶﻥ‬‫ﻀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﺘﹶﺩِ ﻭ‬‫ﻬ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬ Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.

‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻠﹸﻭﺩ‬‫ ﺠ‬‫ ﻤِﻨﹾﻪ‬‫ ﺘﹶﻘﹾﺸﹶﻌِﺭ‬‫ﺜﹶﺎﻨِﻲ‬‫ﺎ ﻤ‬‫ﺘﹶﺸﹶﺎﺒِﻬ‬‫ﺎ ﻤ‬‫ﺩِﻴﺙِ ﻜِﺘﹶﺎﺒ‬‫ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻥ‬‫ﺴ‬‫لَ ﺃَﺤ‬‫ ﻨﹶﺯ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬.١١٤ ‫ﻥ‬‫ﺩِﻱ ﺒِﻪِ ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﻯ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻴ‬‫ﺩ‬‫ ﻫ‬‫ ﺇِﻟﹶﻰ ﺫِﻜﹾﺭِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺫﹶﻟِﻙ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﻗﹸﻠﹸﻭﺒ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﻠﹸﻭﺩ‬‫ ﺠ‬‫ ﺘﹶﻠِﻴﻥ‬‫ ﺜﹸﻡ‬‫ﻡ‬‫ﻬ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﻥ‬‫ﺨﹾﺸﹶﻭ‬‫ﻴ‬ (٢٣ :‫ﺎﺩٍ )ﺍﻟﺯﻤﺭ‬‫ ﻫ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺎ ﻟﹶﻪ‬‫ ﻓﹶﻤ‬‫ﻠِلِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﺸﹶﺎﺀ‬‫ﻴ‬ Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang

135

yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya.

‫ﺎ ﻟﹶﻪ‬‫ ﻓﹶﻤ‬‫ﻠِلِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻭﻨِﻪِ ﻭ‬‫ ﺩ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ ﺒِﺎﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻓﹸﻭﻨﹶﻙ‬‫ﺨﹶﻭ‬‫ﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﻩ‬‫ﺩ‬‫ﺒ‬‫ ﺒِﻜﹶﺎﻑٍ ﻋ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺱ‬‫ ﺃَﻟﹶﻴ‬.١١٥ (٣٦ :‫ﺎﺩٍ )ﺍﻟﺯﻤﺭ‬‫ ﻫ‬‫ﻤِﻥ‬ Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah, maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya.

‫ ﻤِﻥ‬‫ﺎ ﻟﹶﻪ‬‫ ﻓﹶﻤ‬‫ﻠِلِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﺎﺼِﻡٍ ﻭ‬‫ ﻋ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻤِﻥ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺎ ﻟﹶﻜﹸﻡ‬‫ ﻤ‬‫ﺒِﺭِﻴﻥ‬‫ﺩ‬‫ ﻤ‬‫ﻟﱡﻭﻥ‬‫ ﺘﹸﻭ‬‫ﻡ‬‫ﻭ‬‫ ﻴ‬.١١٦ (٣٣ :‫ﺎﺩٍ )ﺍﻟﻤﺅﻤﻥ‬‫ﻫ‬ (yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu seorangpun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang akan memberi petunjuk.

‫ﺍ‬‫ﺃَﻭ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ ﻟﹶﻤ‬‫ﻯ ﺍﻟﻅﱠﺎﻟِﻤِﻴﻥ‬‫ﺘﹶﺭ‬‫ﺩِﻩِ ﻭ‬‫ﻌ‬‫ ﺒ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻟِﻲ‬‫ ﻭ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺎ ﻟﹶﻪ‬‫ ﻓﹶﻤ‬‫ﻠِلِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬.١١٧ (٤٤ :‫ﺒِﻴلٍ )ﺍﻟﺸﺭﻯ‬‫ ﺴ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺩ‬‫ﺭ‬‫لْ ﺇِﻟﹶﻰ ﻤ‬‫ ﻫ‬‫ﻘﹸﻭﻟﹸﻭﻥ‬‫ ﻴ‬‫ﺫﹶﺍﺏ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬ Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada baginya seorang pemimpinpun sesudah itu. Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata: "Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?"

‫ﺎ ﻟﹶﻪ‬‫ ﻓﹶﻤ‬‫ﻠِلِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻀ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻭﻥِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻭ‬‫ ﺩ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻡ‬‫ﻭﻨﹶﻬ‬‫ﺭ‬‫ﻨﹾﺼ‬‫ ﻴ‬‫ﺎﺀ‬‫ﻟِﻴ‬‫ ﺃَﻭ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻡ‬‫ ﻟﹶﻬ‬‫ﺎ ﻜﹶﺎﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬.١١٨ (٤٦ :‫ﺒِﻴلٍ )ﺍﻟﺸﺭﻯ‬‫ ﺴ‬‫ﻤِﻥ‬ Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung-pelindung yang dapat menolong mereka selain Allah. Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidaklah ada baginya sesuatu jalanpun (untuk mendapat petunjuk).

ْ‫ﺸﹶﺄ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻠِﻠﹾﻪ‬‫ﻀ‬‫ ﻴ‬‫ﺸﹶﺄِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﺎﺕِ ﻤ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﻟﻅﱡﻠﹸﻤ‬‫ﻜﹾﻡ‬‫ﺒ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﺎﺘِﻨﹶﺎ ﺼ‬‫ﻭﺍ ﺒِﺂﻴ‬‫ ﻜﹶﺫﱠﺒ‬‫ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ ﻭ‬.١١٩ (٣٩ :‫ﺘﹶﻘِﻴﻡٍ )ﺍﻷﻨﻌﺎﻡ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻁٍ ﻤ‬‫ﻠﹶﻰ ﺼِﺭ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﹾﻪ‬‫ﻌ‬‫ﺠ‬‫ﻴ‬

136

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberiNya petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus.

ْ‫ل‬‫ﻌ‬‫ﺠ‬‫ ﻴ‬‫ﻀِﻠﱠﻪ‬‫ ﻴ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ﺭِﺩ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻼﹶﻡِ ﻭ‬‫ ﻟِﻺِْﺴ‬‫ﻩ‬‫ﺭ‬‫ﺩ‬‫ ﺼ‬‫ﺡ‬‫ﺸﹾﺭ‬‫ ﻴ‬‫ﻪ‬‫ﻬﺩِﻴ‬‫ ﻴ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ﺭِﺩِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ ﻓﹶﻤ‬.١٢٠ ‫ﻠﹶﻰ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ ﻋ‬‫ﺱ‬‫ﺠ‬‫ ﺍﻟﺭ‬‫لُ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻌ‬‫ﺠ‬‫ ﻴ‬‫ﺎﺀِ ﻜﹶﺫﹶﻟِﻙ‬‫ﻤ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴ‬‫ﺩ‬‫ﻌ‬‫ﺼ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ﺎ ﻜﹶﺄَﻨﱠﻤ‬‫ﺠ‬‫ﺭ‬‫ﻘﹰﺎ ﺤ‬‫ﻴ‬‫ ﻀ‬‫ﻩ‬‫ﺭ‬‫ﺩ‬‫ﺼ‬ (١٢٥ :‫ )ﺍﻷﻨﻌﺎﻡ‬‫ﺅْﻤِﻨﹸﻭﻥ‬‫ﻻﹶ ﻴ‬ Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.

(٤ :‫ﻌِﻴﺭِ )ﺍﻟﺤﺞ‬‫ﺫﹶﺍﺏِ ﺍﻟﺴ‬‫ﺩِﻴﻪِ ﺇِﻟﹶﻰ ﻋ‬‫ﻬ‬‫ﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﻀِﻠﱡﻪ‬‫ ﻴ‬‫ ﻓﹶﺄَﻨﱠﻪ‬‫ﻻﱠﻩ‬‫ ﺘﹶﻭ‬‫ﻥ‬‫ ﻤ‬‫ﻪِ ﺃَﻨﱠﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ ﻜﹸﺘِﺏ‬.١٢١ yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahwa barangsiapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka.

‫ﻠِﻙ‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ل ﻤِﻥ‬ َ ِ‫ﺎ ﺃُﻨﹾﺯ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻙ‬‫ﺎ ﺃُﻨﹾﺯِلَ ﺇِﻟﹶﻴ‬‫ﻨﹸﻭﺍ ﺒِﻤ‬‫ﺍﻤ‬‫ ﺀ‬‫ﻡ‬‫ ﺃَﻨﱠﻬ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻤ‬‫ﻋ‬‫ﺯ‬‫ ﻴ‬‫ ﺇِﻟﹶﻰ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ ﺘﹶﺭ‬‫ ﺃَﻟﹶﻡ‬.١٢٢ ‫ ﺃَﻥ‬‫ﻁﹶﺎﻥ‬‫ ﺍﻟﺸﱠﻴ‬‫ﺭِﻴﺩ‬‫ﻴ‬‫ﻭﺍ ﺒِﻪِ ﻭ‬‫ﻜﹾﻔﹸﺭ‬‫ ﻴ‬‫ﻭﺍ ﺃَﻥ‬‫ ﺃُﻤِﺭ‬‫ﻗﹶﺩ‬‫ﻭﺍ ﺇِﻟﹶﻰ ﺍﻟﻁﱠﺎﻏﹸﻭﺕِ ﻭ‬‫ﺎﻜﹶﻤ‬‫ﺘﹶﺤ‬‫ ﻴ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺭِﻴﺩ‬‫ﻴ‬ (٦٠ :‫ﺍ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‬‫ﻌِﻴﺩ‬‫ﻠﹶﺎﻟﹰﺎ ﺒ‬‫ ﻀ‬‫ﻡ‬‫ﻀِﻠﱠﻬ‬‫ﻴ‬ Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.

‫ﺎ‬‫ﻨﹾﻴ‬‫ﺎﺓِ ﺍﻟﺩ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻻﹰ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻭ‬‫ﺃَﻤ‬‫ ﺯِﻴﻨﹶﺔﹰ ﻭ‬‫ﻸَﻩ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻥ‬‫ﻭ‬‫ﻋ‬‫ﺕ ﻓِﺭ‬ ‫ ﹶ‬‫ﺍﺘﹶﻴ‬‫ ﺀ‬‫ﻨﹶﺎ ﺇِﻨﱠﻙ‬‫ﺒ‬‫ﻰ ﺭ‬‫ﻭﺴ‬‫ﻗﹶﺎلَ ﻤ‬‫ ﻭ‬.١٢٣ ‫ﺅْﻤِﻨﹸﻭﺍ‬‫ ﹶﻓﻼﹶ ﻴ‬‫ﻠﹶﻰ ﻗﹸﻠﹸﻭﺒِﻬِﻡ‬‫ ﻋ‬‫ﺩ‬‫ﺍﺸﹾﺩ‬‫ ﻭ‬‫ﺍﻟِﻬِﻡ‬‫ﻭ‬‫ﻠﹶﻰ ﺃَﻤ‬‫ ﻋ‬‫ﻨﹶﺎ ﺍﻁﹾﻤِﺱ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﺒِﻴﻠِﻙ‬‫ ﺴ‬‫ﻥ‬‫ﻀِﻠﱡﻭﺍ ﻋ‬‫ﻨﹶﺎ ﻟِﻴ‬‫ﺒ‬‫ﺭ‬ (٨٨ :‫ )ﻴﻭﻨﺱ‬‫ﻷﻟِﻴﻡ‬ َ ‫ ﺍﹾ‬‫ﺫﹶﺍﺏ‬‫ﺍ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﺘﱠﻰ ﻴ‬‫ﺤ‬

137

Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir`aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksan yang pedih."

ِ‫ ﺇِﻟﹶﻰ ﺍﻟﻨﱠﺎﺭ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺼِﻴﺭ‬‫ ﻤ‬‫ﻭﺍ ﻓﹶﺈِﻥ‬‫ﺘﱠﻌ‬‫ﺒِﻴﻠِﻪِ ﻗﹸلْ ﺘﹶﻤ‬‫ ﺴ‬‫ﻥ‬‫ﻀِﻠﱡﻭﺍ ﻋ‬‫ﺍ ﻟِﻴ‬‫ﺍﺩ‬‫ﻠﹸﻭﺍ ﻟِﻠﱠﻪِ ﺃَﻨﹾﺩ‬‫ﻌ‬‫ﺠ‬‫ ﻭ‬.١٢٤ (٣٠ :‫)ﺇﺒﺭﺍﻫﻴﻡ‬ Orang-orang kafir itu telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah kamu, karena sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka".

‫ ﺇِﻻﱠ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺘﱠﺒِﻌ‬‫ ﻴ‬‫ﺒِﻴلِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺇِﻥ‬‫ ﺴ‬‫ﻥ‬‫ ﻋ‬‫ﻀِﻠﱡﻭﻙ‬‫ﺽِ ﻴ‬‫ ﻓِﻲ ﺍﹾﻷَﺭ‬‫ﻥ‬‫ ﻤ‬‫ ﺃَﻜﹾﺜﹶﺭ‬‫ ﺘﹸﻁِﻊ‬‫ﺇِﻥ‬‫ ﻭ‬.١٢٥ (١١٦ :‫ )ﺍﻷﻨﻌﺎﻡ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺼ‬‫ﺨﹾﺭ‬‫ ﺇِﻻﱠ ﻴ‬‫ﻡ‬‫ ﻫ‬‫ﺇِﻥ‬‫ ﻭ‬‫ﺍﻟﻅﱠﻥ‬ Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).

ٍ‫ﺭِ ﻋِﻠﹾﻡ‬‫ ﺒِﻐﹶﻴ‬‫ﻡ‬‫ﻀِﻠﱡﻭﻨﹶﻬ‬‫ ﻴ‬‫ﺍﺭِ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﺯ‬‫ ﺃَﻭ‬‫ﻤِﻥ‬‫ﺔِ ﻭ‬‫ﺎﻤ‬‫ ﺍﻟﹾﻘِﻴ‬‫ﻡ‬‫ﻭ‬‫ ﻜﹶﺎﻤِﻠﹶﺔﹰ ﻴ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﺍﺭ‬‫ﺯ‬‫ﻤِﻠﹸﻭﺍ ﺃَﻭ‬‫ﺤ‬‫ ﻟِﻴ‬.١٢٦ (٢٥ :‫ )ﺍﻟﻨﺤل‬‫ﻭﻥ‬‫ﺯِﺭ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ ﻤ‬‫ﺎﺀ‬‫َﺃﻻﹶ ﺴ‬ (ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuhpenuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.

‫ﻀِلﱟ‬‫ﻤ‬ ‫ﺫﹶﺍ‬‫ﻘﹾﺘﹶﺘِﻼﹶﻥِ ﻫ‬‫ﻥِ ﻴ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﺠ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ ﻓِﻴﻬ‬‫ﺩ‬‫ﺠ‬‫ﺎ ﻓﹶﻭ‬‫ﻠِﻬ‬‫ ﺃَﻫ‬‫ﻠﹶﻰ ﺤِﻴﻥِ ﻏﹶﻔﹾﻠﹶﺔٍ ﻤِﻥ‬‫ﺩِﻴﻨﹶ ﹶﺔ ﻋ‬‫ﺨﹶلَ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺩ‬‫ ﻭ‬.١٢٧ ‫ﻩ‬‫ﻜﹶﺯ‬‫ﻩِ ﻓﹶﻭ‬‫ﻭ‬‫ﺩ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﹶﻰ ﺍﻟﱠﺫِﻱ ﻤِﻥ‬‫ﺘِﻪِ ﻋ‬‫ ﺸِﻴﻌ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻱ ﻤِﻥ‬‫ﺘﹶﻐﹶﺎﺜﹶﻪ‬‫ﻩِ ﻓﹶﺎﺴ‬‫ﻭ‬‫ﺩ‬‫ ﻋ‬‫ﺫﹶﺍ ﻤِﻥ‬‫ﻫ‬‫ﺘِﻪِ ﻭ‬‫ ﺸِﻴﻌ‬‫ﻤِﻥ‬

138

:‫ )ﺍﻟﻘﺼﺹ‬‫ﺒِﻴﻥ‬‫ﻀِلﱞ ﻤ‬‫ ﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺩ‬‫ ﻋ‬‫ﻁﹶﺎﻥِ ﺇِﻨﱠﻪ‬‫لِ ﺍﻟﺸﱠﻴ‬‫ﻤ‬‫ ﻋ‬‫ﺫﹶﺍ ﻤِﻥ‬‫ل ﻫ‬ َ ‫ﻪِ ﻗﹶﺎ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻰ ﻋ‬‫ﻰ ﻓﹶﻘﹶﻀ‬‫ﻭﺴ‬‫ﻤ‬ (١٥ Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir`aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).

(٣٧ :‫ﺯِﻴﺯٍ ﺫِﻱ ﺍﻨﹾﺘِﻘﹶﺎﻡٍ )ﺍﻟﺯﻤﺭ‬‫ ﺒِﻌ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺱ‬‫ﻀِلﱟ ﺃَﻟﹶﻴ‬‫ ﻤ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺎ ﻟﹶﻪ‬‫ ﻓﹶﻤ‬‫ﺩِ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻬ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬.١٢٨ Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) mengazab?

‫ﻀِلﱡ‬‫ﺴ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎﻤ‬‫ ﻋ‬‫ﺤِﻠﱡﻭﻨﹶﻪ‬‫ﻭﺍ ﻴ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫لﱡ ﺒِﻪِ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ﻀ‬‫ﺓﹲ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﻜﹸﻔﹾﺭِ ﻴ‬‫ﺎﺩ‬‫ ﺯِﻴ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨﱠﺴِﻲﺀ‬‫ ﺇِﻨﱠﻤ‬.١٢٩ ‫ﻭﺀ‬‫ ﺴ‬‫ﻡ‬‫ ﻟﹶﻬ‬‫ﻥ‬‫ﻴ‬‫ ﺯ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻡ‬‫ﺭ‬‫ﺎ ﺤ‬‫ﺤِﻠﱡﻭﺍ ﻤ‬‫ ﻓﹶﻴ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻡ‬‫ﺭ‬‫ﺎ ﺤ‬‫ ﹶﺓ ﻤ‬‫ﺍﻁِﺌُﻭﺍ ﻋِﺩ‬‫ﻭ‬‫ﺎ ﻟِﻴ‬‫ﺎﻤ‬‫ ﻋ‬‫ﻭﻨﹶﻪ‬‫ﻤ‬‫ﺭ‬‫ﺤ‬‫ﻴ‬‫ﻭ‬ (٣٧ :‫ )ﺍﻟﺘﻭﺒﺔ‬‫ ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓِﺭِﻴﻥ‬‫ﻡ‬‫ﺩِﻱ ﺍﻟﹾﻘﹶﻭ‬‫ﻬ‬‫ ﻻﹶ ﻴ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﻭ‬‫ﺎﻟِﻬِﻡ‬‫ﻤ‬‫ﺃَﻋ‬ Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran, disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mensesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

‫ﺎﻻﱠ‬‫ﻀ‬ (٧ :‫ﻯ )ﺍﻟﻀﺤﻰ‬‫ﺩ‬‫ ﻓﹶﻬ‬‫ﺎﻻ‬‫ ﻀ‬‫ﻙ‬‫ﺩ‬‫ﺠ‬‫ﻭ‬‫ ﻭ‬.١٣٠ Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.

139

‫ﻥ‬‫ﺎﻟﱢﻴ‬‫ﻀ‬ (١٠٦ :‫ )ﺍﻟﻤﺅﻤﻨﻭﻥ‬‫ﺎﻟﱢﻴﻥ‬‫ﺎ ﻀ‬‫ﻤ‬‫ﻜﹸﻨﱠﺎ ﻗﹶﻭ‬‫ﺘﹸﻨﹶﺎ ﻭ‬‫ﻨﹶﺎ ﺸِﻘﹾﻭ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﺕﹾ ﻋ‬‫ﻨﹶﺎ ﻏﹶﻠﹶﺒ‬‫ﺒ‬‫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻭﺍ ﺭ‬.١٣١ Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang sesat.

(٦٩ :‫ )ﺍﻟﺼﺎﻓﺎﺕ‬‫ﺎﻟﱢﻴﻥ‬‫ ﻀ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﺎﺀ‬‫ﺍﺒ‬‫ﺍ ﺀ‬‫ ﺃَﻟﹾﻔﹶﻭ‬‫ﻡ‬‫ ﺇِﻨﱠﻬ‬.١٣٢ Karena sesungguhnya mereka mendapati bapak-bapak mereka dalam keadaan sesat.

‫ﻥ‬‫ﺎﻟﱡﻭ‬‫ﺍﻟﻀ‬ ‫ﻡ‬‫ ﻫ‬‫ﺃُﻭﻟﹶﺌِﻙ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﺘﹸﻬ‬‫ﺒ‬‫لَ ﺘﹶﻭ‬‫ ﺘﹸﻘﹾﺒ‬‫ﺍ ﻟﹶﻥ‬‫ﻭﺍ ﻜﹸﻔﹾﺭ‬‫ﺍﺩ‬‫ﺩ‬‫ ﺍﺯ‬‫ ﺜﹸﻡ‬‫ﺎﻨِﻬِﻡ‬‫ ﺇِﻴﻤ‬‫ﺩ‬‫ﻌ‬‫ﻭﺍ ﺒ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫ ﺍﻟﱠﺫِﻴﻥ‬‫ ﺇِﻥ‬.١٣٣ (٩٠ :‫ )ﺃل ﻋﻤﺭﺍﻥ‬‫ﺎﻟﱡﻭﻥ‬‫ﺍﻟﻀ‬ Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubatnya; dan mereka itulah orangorang yang sesat.

ٍ‫ﻓﹶﺎﺕ‬‫ﺭ‬‫ ﻋ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﺘﹸﻡ‬‫ ﻓﹶﺈِﺫﹶﺍ ﺃَﻓﹶﻀ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﺒ‬‫ ﺭ‬‫ﻼﹰ ﻤِﻥ‬‫ﺘﹶﻐﹸﻭﺍ ﻓﹶﻀ‬‫ ﺘﹶﺒ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ﻨﹶﺎﺡ‬‫ ﺠ‬‫ﻜﹸﻡ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﺱ‬‫ ﻟﹶﻴ‬.١٣٤ ‫ﻠِﻪِ ﻟﹶﻤِﻥ‬‫ ﻗﹶﺒ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ ﻜﹸﻨﹾﺘﹸﻡ‬‫ﺇِﻥ‬‫ ﻭ‬‫ﺍﻜﹸﻡ‬‫ﺩ‬‫ﺎ ﻫ‬‫ ﻜﹶﻤ‬‫ﻭﻩ‬‫ﺍﺫﹾﻜﹸﺭ‬‫ﺍﻡِ ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﺭِ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺸﹾﻌ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﻋِﻨﹾﺩ‬‫ﻭﺍ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻓﹶﺎﺫﹾﻜﹸﺭ‬ (١٩٨ :‫ )ﺍﻟﺒﻘﺭﺓ‬‫ﺎﻟﱢﻴﻥ‬‫ﺍﻟﻀ‬ Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari `Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benarbenar termasuk orang-orang yang sesat.

‫ﻲ‬‫ﺒ‬‫ﺩِﻨِﻲ ﺭ‬‫ﻬ‬‫ ﻴ‬‫ ﻟﹶﻡ‬‫ﺎ ﺃَﻓﹶلَ ﻗﹶﺎلَ ﻟﹶﺌِﻥ‬‫ﻲ ﻓﹶﻠﹶﻤ‬‫ﺒ‬‫ﺫﹶﺍ ﺭ‬‫ل ﻫ‬ َ ‫ﺎﺯِﻏﹰﺎ ﻗﹶﺎ‬‫ ﺒ‬‫ﺭ‬‫ﺃَﻯ ﺍﻟﹾﻘﹶﻤ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ ﻓﹶﻠﹶﻤ‬.١٣٥ (٧٧ :‫ )ﺍﻷﻨﻌﺎﻡ‬‫ﺎﻟﱢﻴﻥ‬‫ﻡِ ﺍﻟﻀ‬‫ ﺍﻟﹾﻘﹶﻭ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ﻷﻜﹸﻭﻨﹶﻥ‬ ََ

140

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat".

(٢٠ :‫ )ﺍﻟﺸﻌﺭﺍﺀ‬‫ﺎﻟﱢﻴﻥ‬‫ ﺍﻟﻀ‬‫ﺃَﻨﹶﺎ ﻤِﻥ‬‫ﺎ ﺇِﺫﹰﺍ ﻭ‬‫ﻠﹾﺘﹸﻬ‬‫ ﻗﹶﺎلَ ﻓﹶﻌ‬.١٣٦ Berkata Musa: "Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf.

(٨٦ :‫ )ﺍﻟﺸﻌﺭﺍﺀ‬‫ﺎﻟﱢﻴﻥ‬‫ ﺍﻟﻀ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ ﻜﹶﺎﻥ‬‫ﻷﺒِﻲ ﺇِﻨﱠﻪ‬ َ ِ ‫ﺍﻏﹾﻔِﺭ‬‫ ﻭ‬.١٣٧ dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat,

(٩٢ :‫ )ﺍﻟﻭﺍﻗﻌﺔ‬‫ﺎﻟﱢﻴﻥ‬‫ ﺍﻟﻀ‬‫ﻜﹶﺫﱢﺒِﻴﻥ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ ﻜﹶﺎﻥ‬‫ﺎ ﺇِﻥ‬‫ﺃَﻤ‬‫ ﻭ‬.١٣٨ Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat,

‫لﱡ‬‫ﺃَﻀ‬ ‫ﻡ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ ﺒِﻬ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻔﹾﻘﹶﻬ‬‫ ﻻﹶ ﻴ‬‫ ﻗﹸﻠﹸﻭﺏ‬‫ﻡ‬‫ﻹﻨﹾﺱِ ﻟﹶﻬ‬ ِ ‫ﺍﹾ‬‫ ﻭ‬‫ ﺍﻟﹾﺠِﻥ‬‫ﺍ ﻤِﻥ‬‫ ﻜﹶﺜِﻴﺭ‬‫ﻨﱠﻡ‬‫ﻬ‬‫ﺃْﻨﹶﺎ ﻟِﺠ‬‫ ﺫﹶﺭ‬‫ﻟﹶﻘﹶﺩ‬‫ ﻭ‬.١٣٩ ‫لﱡ‬‫ ﺃَﻀ‬‫ﻡ‬‫لْ ﻫ‬‫ﺎﻡِ ﺒ‬‫ ﻜﹶﺎﹾﻷَﻨﹾﻌ‬‫ﺎ ﺃُﻭﻟﹶﺌِﻙ‬‫ ﺒِﻬ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻌ‬‫ﻤ‬‫ﺴ‬‫ ﻻﹶ ﻴ‬‫ﺍﺫﹶﺍﻥ‬‫ ﺀ‬‫ﻡ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ ﺒِﻬ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺼِﺭ‬‫ﺒ‬‫ ﻻﹶ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻴ‬‫ﺃَﻋ‬ (١٧٩ :‫ )ﺍﻷﻋﺭﺍﻑ‬‫ ﺍﻟﹾﻐﹶﺎﻓِﻠﹸﻭﻥ‬‫ﻡ‬‫ ﻫ‬‫ﺃُﻭﻟﹶﺌِﻙ‬ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

‫ ﺤِﻴﻥ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﻑﹶ ﻴ‬‫ﻭ‬‫ﺴ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻨﹶﺎ ﻋ‬‫ﺭ‬‫ﺒ‬‫ ﺼ‬‫ﻻﹶ ﺃَﻥ‬‫ﺘِﻨﹶﺎ ﻟﹶﻭ‬‫ﺍﻟِﻬ‬‫ ﺀ‬‫ﻥ‬‫ﻀِﻠﱡﻨﹶﺎ ﻋ‬‫ ﻟﹶﻴ‬‫ ﻜﹶﺎﺩ‬‫ ﺇِﻥ‬.١٤٠ (٤٢ :‫ﺒِﻴﻼﹰ )ﺍﻟﻔﺭﻗﺎﻥ‬‫لﱡ ﺴ‬‫ ﺃَﻀ‬‫ﻥ‬‫ ﻤ‬‫ﺫﹶﺍﺏ‬‫ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻥ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﻴ‬ Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita, seandainya kita tidak sabar (menyembah) nya" Dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya.

141

‫لﱡ‬‫ ﺃَﻀ‬‫ﻡ‬‫لْ ﻫ‬‫ﺎﻡِ ﺒ‬‫ ﺇِﻻﱠ ﻜﹶﺎﹾﻷَﻨﹾﻌ‬‫ﻡ‬‫ ﻫ‬‫ ﺇِﻥ‬‫ﻘِﻠﹸﻭﻥ‬‫ﻌ‬‫ ﻴ‬‫ ﺃَﻭ‬‫ﻭﻥ‬‫ﻌ‬‫ﻤ‬‫ﺴ‬‫ ﻴ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ ﺃَﻜﹾﺜﹶﺭ‬‫ ﺃَﻥ‬‫ﺏ‬‫ﺴ‬‫ ﺘﹶﺤ‬‫ ﺃَﻡ‬.١٤١ (٤٤ :‫ﺒِﻴﻼﹰ )ﺍﻟﻔﺭﻗﺎﻥ‬‫ﺴ‬ Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).

‫ﻊ‬‫ ﺍﺘﱠﺒ‬‫ﻥ‬‫لﱡ ﻤِﻤ‬‫ ﺃَﻀ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﺍﺀ‬‫ﻭ‬‫ ﺃَﻫ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺘﱠﺒِﻌ‬‫ﺎ ﻴ‬‫ ﺃَﻨﱠﻤ‬‫ﻠﹶﻡ‬‫ ﻓﹶﺎﻋ‬‫ﻭﺍ ﻟﹶﻙ‬‫ﺘﹶﺠِﻴﺒ‬‫ﺴ‬‫ ﻴ‬‫ ﻟﹶﻡ‬‫ ﻓﹶﺈِﻥ‬.١٤٢ (٥٠ :‫ )ﺍﻟﻘﺼﺹ‬‫ ﺍﻟﻅﱠﺎﻟِﻤِﻴﻥ‬‫ﻡ‬‫ﺩِﻱ ﺍﻟﹾﻘﹶﻭ‬‫ﻬ‬‫ ﻻﹶ ﻴ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺇِﻥ‬‫ﻯ ﻤِﻥ‬‫ﺩ‬‫ﺭِ ﻫ‬‫ ﺒِﻐﹶﻴ‬‫ﺍﻩ‬‫ﻭ‬‫ﻫ‬ Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

ٍ‫ ﻓِﻲ ﺸِﻘﹶﺎﻕ‬‫ﻭ‬‫ ﻫ‬‫ﻥ‬‫لﱡ ﻤِﻤ‬‫ ﺃَﻀ‬‫ﻥ‬‫ ﺒِﻪِ ﻤ‬‫ﺘﹸﻡ‬‫ ﻜﹶﻔﹶﺭ‬‫ ﻋِﻨﹾﺩِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺜﹸﻡ‬‫ ﻤِﻥ‬‫ ﻜﹶﺎﻥ‬‫ ﺇِﻥ‬‫ﺘﹸﻡ‬‫ﺃَﻴ‬‫ ﻗﹸلْ ﺃَﺭ‬.١٤٣ (٥٢ :‫ﻌِﻴﺩٍ )ﺍﻟﻔﺼﻠﺕ‬‫ﺒ‬ Katakanlah: "Bagaimana pendapatmu jika (Al Qur'an) itu datang dari sisi Allah, kemudian kamu mengingkarinya. Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh?"

ِ‫ﺔ‬‫ﺎﻤ‬‫ﻡِ ﺍﻟﹾﻘِﻴ‬‫ﻭ‬‫ ﺇِﻟﹶﻰ ﻴ‬‫ ﻟﹶﻪ‬‫ﺘﹶﺠِﻴﺏ‬‫ﺴ‬‫ ﻻﹶ ﻴ‬‫ﻥ‬‫ﻭﻥِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻤ‬‫ ﺩ‬‫ﻭ ﻤِﻥ‬‫ﻋ‬‫ﺩ‬‫ ﻴ‬‫ﻥ‬‫لﱡ ﻤِﻤ‬‫ ﺃَﻀ‬‫ﻥ‬‫ﻤ‬‫ ﻭ‬.١٤٤ (٥ :‫ )ﺍﻷﺤﻘﺎﻑ‬‫ ﻏﹶﺎﻓِﻠﹸﻭﻥ‬‫ﺎﺌِﻬِﻡ‬‫ﻋ‬‫ ﺩ‬‫ﻥ‬‫ ﻋ‬‫ﻡ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬ Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahansembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do`a) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do`a mereka?

142

Ratno Ghani_Konsep Dhalal dalam al-Quran.pdf

There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item.

831KB Sizes 3 Downloads 165 Views

Recommend Documents

DALAM KOTA.pdf
16 31470036 ALVITA SAFFA HADIAN SMP NASIONAL 1. 17 31101067 DIMAS ARYAPUTRA SMP ISLAM AL-FAJAR. 18 31430125 HADID AHMAD GHIFARI ...

Muhammad Rusydi Sahabuddin_Hijrah dalam Perspektif al-Quran.pdf ...
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Muhammad ...

Menjadi-Kaya-Dalam-40-Hari.pdf
Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Menjadi-Kaya-Dalam-40-Hari.pdf. Menjadi-Kaya-Dalam-40-Hari.pdf. Open.

teknik-permainan-dalam-bimbingan-kelompok-untuk-meningkatkan ...
Try one of the apps below to open or edit this item. teknik-permainan-dalam-bimbingan-kelompok-untuk-meningkatkan-percaya-diri-siswa.pdf.

DALAM PERSEKITARAN KATA-KATA.pdf
(e) Penggunaan kata ganda. Buktinya, Engkau beri kami kata-kata. menjelajah pulau-pulau, dan berlabuh. di pantai-pantai semenanjung. Kata-kata yang ...

ICT DALAM PDP.pdf
Lampiran. Kandungan. Page 3 of 39. ICT DALAM PDP.pdf. ICT DALAM PDP.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Displaying ICT DALAM PDP.pdf.

Bab-3-Ilmu-Gerak-Dan-Ilmu-Pendukung-Dalam-Pendidikan-Jasmani ...
... jarak, kecepatan, serta aliran. gerak. Page 3 of 51. Bab-3-Ilmu-Gerak-Dan-Ilmu-Pendukung-Dalam-Pendidikan-Jasmani-Olahraga-Dan-Kesehatan.pdf.

Benny Hifdul Fawaid_al-Balad Dalam al-Quran.pdf
Benny Hifdul Fawaid_al-Balad Dalam al-Quran.pdf. Benny Hifdul Fawaid_al-Balad Dalam al-Quran.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu.

percepatan-rezeki-dalam-40-hari-dengan-otak-kanan.pdf
percepatan-rezeki-dalam-40-hari-dengan-otak-kanan.pdf. percepatan-rezeki-dalam-40-hari-dengan-otak-kanan.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In.

122. Roh Dalam Keraton.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. 122. Roh Dalam ...

File 42 Ran Dalam Bahaya.pdf
Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. File 42 Ran Dalam Bahaya.pdf. File 42 Ran Dalam Bahaya.pdf.

Faidatin_Sumpah Allah dalam al-Quran.pdf
Jakarta, 14 April 2007. ( Faidatin Askan ). Page 3 of 173. Faidatin_Sumpah Allah dalam al-Quran.pdf. Faidatin_Sumpah Allah dalam al-Quran.pdf. Open. Extract.

DALAM PERSEKITARAN KATA-KATA.pdf
menggunakannya dalam pertuturan di mana-mana sahaja dan pada bila-bila masa. RANGKAP 3. Penulis berkata bahawa bahasa menjadikan sesuatu bangsa ...

Imran N Hosein - Jerusalem dalam Al-Quran (Bahasa Indonesia).pdf ...
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Imran N Hosein ...

Modul TKJ-19 Mengadministrasi-Server-Dalam-Jaringan.pdf ...
Sign in. Page. 1. /. 72. Loading… Page 1 of 72. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN. BIDANG KEAHLIAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.

Maxsi - Implementasi ICT dalam Pend dan e-business - 11 Feb ...
Mobile Phone, Email, MP3 Player dan lain-lain. Page 4 of 27. Maxsi - Implementasi ICT dalam Pend dan e-business - 11 Feb 2016.pdf. Maxsi - Implementasi ...

Irfan Sidqon_Kolokasi dalam al-Qur`an .pdf
Jakarta, Juli 2009. Pembimbing,. Dr. Ahmad Dardiri, MA. Page 3 of 15. Irfan Sidqon_Kolokasi dalam al-Qur`an .pdf. Irfan Sidqon_Kolokasi dalam al-Qur`an .pdf.

sistem-persamaan-linear-dua-variabel-dan-dalam-kehidupan-sehari ...
sistem-persamaan-linear-dua-variabel-dan-dalam-kehidupan-sehari-hari.pdf. sistem-persamaan-linear-dua-variabel-dan-dalam-kehidupan-sehari-hari.pdf.

optimalisasi-peran-dan-fungsi-guru-bimbingan-dan-konseling-dalam ...
Whoops! There was a problem loading more pages. Retrying... Whoops! There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. optimalisasi-peran-dan-fungsi-guru-bimbi

Representasi Feminisme Dalam Film “Snow White And The ...
Representasi Feminisme Dalam Film “Snow White And The Huntsman”.pdf. Representasi Feminisme Dalam Film “Snow White And The Huntsman”.pdf. Open.

Fatkhurozi_Amar Ma'ruf Nahi Munkar Dalam al-Qur'an.pdf ...
Fatkhurozi. Page 3 of 178. Fatkhurozi_Amar Ma'ruf Nahi Munkar Dalam al-Qur'an.pdf. Fatkhurozi_Amar Ma'ruf Nahi Munkar Dalam al-Qur'an.pdf. Open. Extract.