ISSN: 2085-966X
EKSPONEN Volume 6, Nomor 1 April 2016 PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMA PENERAPAN METODE KOOPERATIF MODEL TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V DI SDN 4 KELAPA 7 KOTABUMI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KIMIA MATERI LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH SISWA KELAS XII IPA 1 SEMESTER 1 SMA N 1 ABUNG SEMULI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN SQ3R (SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MAKANAN KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 ABUNG SEMULI TAHUN PELAJARAN 2008/2009 UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PENGANTAR AKUNTANSI PADA MATERI UANG MELALUI METODE PROBLEM SOLVING SISWA KELAS X AKUNTANSI 1 SMK NEGERI 1 KOTABUMI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENGARUH AKTIVITAS SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP DISIPLIN GURU SEKOLAH MENEGAH ATAS NEGERI 1 ABUNG SEMULI KABUPATEN LAMPUNG UTARA PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL IPS PADA SISWA KELAS VIII D SPM N 1 TANJUNG RAJA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PENERAPAN KURIKULUM 2013 UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA KELAS VII MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI SMP NEGERI 3 KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN DENGAN MEDIA BENDA-BENDA TERDEKAT PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 4 KELAPA TUJUH TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENERAPAN KURIKULUM 2013 UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA KELAS VII MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI SMP NEGERI 3 KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PEMANFAATAN MULTIMEDIA DALAM PENDIDIKAN
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Kotabumi-Lampung
Majalah Eksponen
Vol. 6
1
Hlm 1-117
Kotabumi April 2016
ISSN 2085-966X
ISSN 2085-996X
EKSPONEN MAJALAH ILMIAH EKSPONEN
Terbit dua kali setahun pada bulan April dan September, Eksponen merupakan sarana komunikasi ilmiah bidang matematika, serta pembelajarannya berupa hasil penelitian atau kritis
ISSN: 1693-9263
Ketua Penyunting Dr. Sri Widayati, M.Hum.
Penyunting Pelaksana Sigit Suharjono, S.Pd.,M.Pd Purna Bayu Nugroho, S.Pd.,Si.,M.Pd Dewi Ratnaningsih, S.Pd., M.Pd.
Mitra Bestari Prof. Dr. M. Juhri A.M. (Universitas Muhammadiyah Metro) Dr. Sumarno, M.Pd. (STKIP Muhammadiyah Kotabumi-Lampung) Dr. Badawi, S.H., M.Pd. (STKIP Muhammadiyah Kotabumi-Lampung) Aan Sururi, M.Pd (Pengawas Matematika dinas Pendidikan Lampung Utara)
Tata Letak Hartono, S.Pd
Sirkulasi Fhela Vhantoria Ningrum, M.Pd
Alamat Redaksi Jalan Hasan Kepala Ratu Nomor 1052, Kotabumi Lampung Utara, Lampung Kotak Pos 156 Telepon/Faksimile (0724) 22287 Pos-el:
[email protected];
[email protected]
Eksponen diterbitkan sejak 2002 oleh Jurusan Pendidikan Matematika bekerja sama dengan PPM STKIP Muhammadiyah Kotabumi-Lampung, Redaksi menerima tulisan hasil telaah kritis, hasil penelitian bidang pendidikan, matematika. Redaksi berhak menyunting setiap naskah yang masuk tanpa mengubah subtansi tulisan. Tulisan yang tidak dimuat dapat diminta kembali
Majalah Ilmiah Eksponen Volume 6, Nomor 1, April 2016 DAFTAR ISI
Pengaruh Pembelajaran Inkuiri terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMA (Nanang Wahidin, M.Pd)............................................................................................ 1 Penerapan Metode Kooperatif Model TGT (Team Games Tournament) Sebagai Alternatif Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V di SDN 4 Kelapa 7 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Maria Sukma) ................................................................................... 9 Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Kimia Materi Logam Alkali dan Alkali Tanah Siswa Kelas XII IPA 1 Semester 1 SMA N 1 Abung Semuli Tahun Pelajaran 2012/2013(Drs. Beni Waluya ) ............................................................................ 18 Implementasi Metode Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Abung Semuli Tahun Pelajaran 2008/2009 (Didik Purwantara, S.Pd.) . 24 Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pengantar Akuntansi Pada Materi Uang melalui Metode Problem Solving Siswa Kelas X Akuntansi 1 Smk Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Drs. Bawawinarto H, M.M *) ...................................................................... 35 Pengaruh Aktivitas Supervisi Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Disiplin Guru Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara (Helina) ................ 48 Penggunaan Metode Pembelajaran Mind Mapping Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil IPS pada Siswa Kelas VIII D SPM N 1 Tanjung Raja Tahun Pelajaran 2011/2012 (Asrin, S.Pd) ..............................................................................................................57 Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I) ................................................... 66 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama (Venty Meilasari) ............................................................................................ 75
Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian dengan Media Benda-Benda terdekat pada Pelajaran Matematika Siswa Kelas Iv Sdn 4 Kelapa Tujuh Tahun Pelajaran 2014/2015 (Suryanita)....................................................................................................................................... 89 Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I) ................................................... 100 Pemanfaatan Multimedia dalam Pendidikan (Khusnul Khotimah, S.Kom.) ................................. 110
PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMA
Nanang Wahidin *) Abstrak Permasalahan penelitian ini bertumpu pada rendahnya kemampuan penalaran matematis. Untuk mengatasi hal tersebut salah satu caranya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan penalaran matematis, bahan ajar berupa LKS dan non-tes (yang terdiri dari skala sikap siswa dan lembar observasi). Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Abung Semuli Lampung Utara. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa 1) Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Walaupun demikian, kedua peningkatan tersebut (baik di kelompok kelas inkuiri atau konvensional) berada pada kategori sedang dan terdapat perbedaan kemampuan penalaran berdasarkan klasifikasi kemampuan awal matematika (kelompok tinggi, sedang dan rendah) antara kelompok kelas inkuiri dan kelompok kelas konvensional; (3) Siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran dengan metode inkuiri. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode inkuiri dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis. Kata kunci: Pembelajaran dengan metode inkuiri, Penalaran Matematis
*) Guru SMA Negeri 01 Abung Semuli
1
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
Menurut
A. PENDAHULUAN Proses
pembelajaran
merupakan
salah
bagian
menyatakan
bahwa
(2008)
penalaran
dan
dari
pembuktian matematis menawarkan cara-
keseluruhan proses pendidikan di sekolah
cara yang tangguh untuk membangun dan
maupun
yang
mengekspresikan gagasan-gagasan tentang
diharapkan dengan proses ini tujuan
beragam fenomena yang luas. Orang-orang
pendidikan akan dapat dicapai antara lain
yang menggunakan nalar dan berpikir
dalam bentuk terjadinya perubahan sikap,
secara analitis cenderung memperhatikan
keterampilan, serta meningkatnya kemam-
pola-pola,
puan berpikir siswa. Hal ini senada dengan
keteraturan baik itu dalam situasi-situasi
pernyataan Ebbutt dan Straker (dalam
dunia nyata maupun dalam objek simbolis.
Suhitno, 2003:6) yang berpendapat bahwa
Intinya
matematika sekolah atau yang kemudian
berpikir untuk menarik kesimpulan atau
disebut
membuat pernyataan baru yang benar.
di
satu
matematika
Wahyudin
perguruan
sebagai
tinggi,
matematika
adalah
struktur
penalaran
atau
keteraturan-
merupakan
proses
kegiatan penelusuran pola dan hubungan,
Namun kenyataannya pada saat ini,
kreativitas yang memerlukan imajinasi,
kegiatan pembelajaran matematika di kelas
intuisi, penemuan, dan kegiatan problem
masih belum optimal, bahkan Ruseffendi
solving.
(dalam Nulaelah, E: 2009) menyatakan
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan
bahwa
siswa
masih
mengganggap
Pendidikan (KTSP) yang menjadi acuan
matematika sebagai ilmu yang sukar dan
pembelajaran di Indonesia merinci empat
ruwet akibatnya hasil belajar matematika
jenis kemampuan penting yang harus
siswa pada umumnya masih rendah. Salah
dikuasai
satu indikator
oleh
siswa,
di
antaranya:
yang menunjukan hal
pemecahan masalah (problem solving),
tersebut adalah hasil analisis Trend in
penalaran
komunikasi
International Mathematics and Science
menghargai
Study (TIMSS) tahun 2007 (Sugianti,
(reasoning),
(communication) kegunaan
dan
matematika
sebagai
tujuan
2009:1) rata-rata skor metematika siswa
pembelajaran matematika SD, SMP, SMA
di Indonesia untuk setiap kemampuan
dan SMK. Dari uraian di atas jelas bahwa
yang
kemampuan bernalar (reasoning ability)
pengetahuan, penerapan dan penalaran
merupakan bagian kompetensi matematika
masih di bawah rata-rata skor matematika
yang harus dicapai dalam pembelajaran
siswa internasional, untuk kemampuan
matematika.
pengetahuan berada pada ranking 38,
diteliti
yaitu
kemampuan
penerapan pada ranking 35 dan penalaran 2
Pengaruh Pembelajaran Inkuiri terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMA (Nanang Wahidin, M.Pd)
pada
ranking
Berdasarkan terlihat
36
dari
laporan
bahwa
48
negara.
mengandalkan metode ekspositori saja,
TIMSS
tersebut
melainkan
kemampuan
penalaran
matematis siswa Indonesia masih rendah. Disadari atau tidak, ternyata dalam
lebih
pada
pengembangan
kompetensi
khususnya
kompetensi
keterampilan
proses matematika. Salah
satu inovasi pembelajaran matematika
proses pembelajaran matematika, tidak
adalah
sedikit guru yang menyusun butir soal
pembelajaran berorientasi inkuiri, salah
sebagai alat evaluasi hanya menekankan
satu pembelajaran yang menganut paham
pada kemampuan hapalan saja. Padahal
konstruktivisme dan siswa membangun
menurut
sendiri
Taksonomi
Bloom
revisi
mengimplementasikan
kemampuannya.
model
Pendekatan
(Anderson, O.W. & Krathwohl, D.R.,
inkuiri yaitu suatu rangkaian kegiatan
2001) hapalan sebenarnya merupakan taraf
pembelajaran
terendah
berpikir.
proses berpikir secara kritis dan analitis
Artinya, masih ada taraf lain yang lebih
untuk mencari dan menemukan sendiri
tinggi yang perlu dilatihkan kepada siswa.
jawaban
Siswa diharapkan memiliki kemampuan
dipertanyakan (Sanjaya, 2008). Proses
kognitif
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan
dari
kemampuan
remembering
understanding
(mengingat),
(memahami),
yang menekankan
dari
suatu
masalah
pada
yang
applying
melalui tanya jawab antara guru dan siswa,
(menerapkan), analysing (menganalisis,
karena pada pembelajaran inkuiri materi
mengurai),
pelajaran tidak diberikan secara langsung,
evaluating
(menilai)
dan
creating (mencipta). Pembelajaran
tetapi matematika
yang
siswa
berperan
untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya,
diharapkan adalah pembelajaran yang
sedangkan
lebih menyenangkan dan mendorong siswa
fasilitator dan pembimbing siswa untuk
untuk
belajar.
berperan
penalaran,
masalah
aktif dan
berdasarkan pemecahan
guru
berperan
Langkah-langkah
dalam
metode
masalah contextual yang sifatnya terbuka,
inkuiri
berpusat pada siswa, mendorong siswa
mengajukan dugaan, mengumpulkan data,
untuk
menguji
menemukan
kembali,
serta
yaitu,
sebagai
mengajukan
dugaan
masalah,
(konjektur),
dan
membangun pengetahuan dan pengalaman
merumuskan kesimpulan, sehingga untuk
siswa secara mandiri (Soejadi & Sutarto
memfasilitasi
Hadi, 2004).
tersebut
Dari uraian di atas jelas bahwa pembelajaran matematika tidak lagi hanya
langkah-langkah
dalam
pembelajaran
inkuiri ini
hendaknya para siswa didorong untuk bagaimana
mereka
menguasai 3
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
permasalahan, bagaimana
selanjutnya
mereka
berpikir
memberikan
atau
siswa (kelompok tinggi, sedang dan rendah)?
membuat suatu dugaan sementara dari suatu gejala atau situasi. Kemudian siswa mengumpulkan pengamatan
data,
melakukan
B. Metode Penalitian Metode
yang
digunakan
dalam
dan penyelidikan untuk
penelitian ini adalah quasi eksperimen.
memberikan jawaban atas dugaan yang
Metode penelitian ini digunakan karena
telah dirumuskan.
penelitian ini menggunakan kelompok kontrol, adanya dua perlakukan yang
Berdasar kenyataan di atas, peneliti
berbeda. Pengamatan dilakukan dua kali
terdorong untuk melakukan penelitian di
yaitu sebelum proses pembelajaran, yang
sekolah
disebut
mengenai
pembelajaran
dengan
terbimbing
untuk
penggunaan metode
pretes
proses
pembelajaran, yang disebut postes. Secara
mempengaruhi
singkat, desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
itu, pada kesempatan ini penulis akan
O
membahas hal tersebut melalui judul
terhadap
sesudah
inkuiri
kemampuan penalaran matematis. Untuk
“Pengaruh
dan
Pembelajaran Peningkatan
X
O
O O
Inkuiri
Kemampuan
Penalaran Matematis Siswa”.
Keterangan: O : Pretes dan postes (kemampuan komunikasi dan penalaran matematik).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalahnya adalah: (1). Apakah kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri lebih baik daripada kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran secara kon-vensional? peningkatan matematis
(2)
Bagaimanakah
kemampuan siswa
apabila
penalaran ditinjau
berdasarkan metode pembelajaran dan klasifikasi kemampuan awal matematis
X : Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Dari delapan kelas yang ada di kelas X, dipilih dua kelas secara acak dengan cara mengundi untuk dijadikan sampel penelitian. Satu kelas untuk kelas eksperimen dan kelas yang satunya untuk
4
Pengaruh Pembelajaran Inkuiri terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMA (Nanang Wahidin, M.Pd)
kelas kontrol. Dalam penelitian ini
sedangkan instrumen non-tes terdiri dari
terdapat variabel bebas yaitu pembelajaran
skala sikap siswa terhadap pembelajaran
matematika dengan menggunakan metode
matematika.
inkuiri, sedangkan variabel
C. PEMBAHASAN HASIL
terikatnya
yaitu kemampuan penalaran matematis
PENELITIAN
siswa, dan variabel kontrolnya adalah
Tujuan utama penelitian ini adalah
tingkat kemampuan awal matematis siswa
untuk
menganalisis
yang terdiri dari kemampuan atas, tengah
kemampuan penalaran matematis siswa
dan bawah. Tingkat kemampuan awal
baik
matematis siswa diperoleh dari rata-rata
berdasarkan jenis metode pembelajaran
tiga kali ulangan terakhir di kelasnya
(pembelajaran dengan metode inkuiri dan
masing-masing.
konvensional)
secara
peningkatan
keseluruhan
yang
maupun
digunakan
dan
Instrumen yang digunakan dalam
klasifikasi kemampuan awal matematis
penelitian ini adalah instrumen tes dan
siswa (tinggi, sedang dan rendah). Dari
non-tes. Adapun instrumen tes berupa tes
hasil penelitian dapat diuraikan deskripsi
berbentuk
mengukur
kemampuan
matematis,
sebagai berikut:
kemampuan
uraian
untuk
penalaran
penalaran matematis siswa
Tabel 1. Hasil Test Kemampuan Penalaran Matematis berdasarkan Metode Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematis Siswa Jenis Kemampua n
Kemampua n Matematis
Metode Inkuiri PRE TES T
N
Awal Kelompok Tinggi
Penalaran Matematis
9
Kelompok Sedang
17
Kelompok Rendah
9
Total
35
POS
x
3,889
TEST 11,33 3
S
0,928
0,707
x
2,647
8,529
S
0,862
1,007
x
1,000
5,222
S
0,707
0,667
x
2,543
8,400
S
1,336
2,379
Metode Konvensional NGain 0,92 1 0,62 8 0,38 2 0,64 0
PRE TES T
TEST
x
4,111
7,778
S
1,167
1,394
x
2,235
5,706
S
1,147
1,359
x
1,222
3,444
S
1,202
1,014
x
2,457
5,657
S
1,559
2,014
8,40
70,00 %
N
9
17
9
35
Rerata Total Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen :
POS
NGain 0,46 5 0,34 8 0,19 4 0,33 8
5
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
Pada Tabel di atas kemampuan penalaran
matematis
eksperimen
(ditinjau
siswa
inferensial
mengetahui
kualitas
secara
peningkatan
kemampuan penalaran mate-matis antara
akhir/postes) mempunyai rerata 8,40 (atau
kedua kelompok. Uji ANOVA Dua-jalur
sebesar 70,00% dari skor ideal). Hal ini
dilakukan untuk mengkaji peningkatan
menunjukkan
metode
bahwa
matematis
hasil
untuk
tes
penalaran
dari
kelas
dilakukan
kemampuan siswa
pembelajaran
(inkuiri
dan
secara
konvensional) dan klasifikasi kemampuan
keseluruhan termasuk kategori sedang, dan
awal matematika (tinggi, sedang dan
berdasarkan
rendah) memberi pengaruh bersama yang
kemampuan
awal
siswa
(tinggi, sedang, rendah), rerata nilai postes
berbeda
untuk kemampuan penalaran pada kelas
kemampuan penalaran.
dengan metode inkuiri lebih tinggi dari rerata
postes
pada
(pembelajaran konvensional),
kelas
dengan Hal
ini
kontrol metode
menunjukkan
bahwa kemampuan penalaran matematis siswa lebih meningkat jika pembelajaran yang digunakan adalah metode inkuiri. Sebelum dilakukan uji hipotesis pada kemampuan penalaran matematis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu; uji normalitas
dan uji homogenitas pada
kedua kelas sampel, baik pada data pretes , data postes maupun data gain. Hasil dari ketiga data tersebut ternyata datanya normal
dan
homogen,
jadi
sudah
memenuhi syarat untuk melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Karena skor pretes, postes, dan skor gain berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen, maka pengujian perbedaan
retara
skor
kemampuan
penalaran dilakukan dengan menggunakan uji-t 6
dan
ANOVA
Dua-jalur.
Uji-t
secara
signifikan
terhadap
Rata-rata peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa berdasarkan pembelajaran
dengan
metode
inkuiri
adalah 0,640. Sedangkan peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa berdasarkan pembelajaran dengan metode konvensional
adalah
menunjukkan
0,338.
bahwa
kemampuan
Hal
ini
peningkatan
penalaran
siswa
yang
mendapatkan pembelajaran dengan metode inkuiri
lebih baik daripada siswa yang
mendapat pembelajaran dengan metode konvensional. Selanjutnya hasil uji-t pretes dan
postes
matematis
di
kemampuan peroleh
penalaran
bahwa
untuk
perbandingan rata-rata nilai postes kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh hasil sig = 0,000 lebih kecil dari α/2 = 0,025 artinya H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematis pembelajaran
siswa
yang
dengan
memperoleh
metode
inkuiri
Pengaruh Pembelajaran Inkuiri terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMA (Nanang Wahidin, M.Pd)
secara signifikan berbeda (lebih baik)
matematika (kelompok tinggi, sedang dan
daripada kemampuan penalaran matematis
rendah)
siswa yang memperoleh pembelajaran
kemampuan penalaran matematis siswa.
konven-sional.
Informasi tersebut didukung oleh grafik
Selanjutnya dilakukan pengujian
siswa terhadap
peningkatan
yang disajikan pada gambar 1.
hipotesis penelitian lainnya, untuk α =
Gambar 4.2
0,05 pada kategori kelompok tingkat
Kurva tersebut menggambarkan bahwa
kemampuan siswa (tinggi, sedang dan
siswa dengan kemampuan
rendah)
ternyata
perhitungan
setelah
ANOVA
dilakukan dua
jalur
menunjukkan terdapat pengaruh langsung tingkat kemampuan awal matematik siswa (kelompok tinggi, sedang dan rendah) terhadap peningkatan gain ternormalisasi kemampuan penalaran matematis. Dan ternyata diperoleh nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 sehingga hipotesis nol ditolak. Temuan lainnya dari hasil uji ANOVA
dua
jalur
interaksi
antara
dengan
level
adalah
metode
terdapat
pembelajaran siswa
siswa dengan kemampuan awal sedang
kemampuan
pada kelas eksperimen memiliki rerata
penalaran matematis siswa. Dari hasil
nilai postes adalah 8,529 lebih besar
perhitungan diperoleh nilai signifikansi
dibandingkan siswa kelompok tinggi pada
(sig.) sebesar 0,007 lebih kecil α = 0,05 hal
kelas kontrol yang memiliki rerata nilai
ini
postes adalah 7,778.
menyangkut
berarti
pembelajaran
kemampuan
Kurva tersebut menggambarkan bahwa
peningkatan
terdapat
interaksi
antara
dengan
metode
inkuiri
dengan klasifikasi kemampuan awal
7
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, O.W. & Krathwohl, David R. (2001). A Taxonomi for Learning, Teaching and Assessing. Longman : New York USA Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas. Hake,
R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. http://www.physics.indiana.edu/ sdi/Analyzingchange-Gain.pdf.
Tersedia:
Nurlaelah, E. (2009) Pencapaian Daya dan Kreativitas Matematik Mahasiswa Calon Guru melalui Pembelajaran Berdasarkan Teori Apos. Disertasi UPI: Tidak diterbitkan. Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Soedjadi, R. & Hadi. S. (2004). PMRI dan KBK dalam Era Otonomi Pendidikan. Buletin PMRI, Edisi III. Sudjana, N. (1992). Peniaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sugianti, J. (2009). Pengaruh Model Brain-Based Learning Terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP. Skripsi. UPI: Tidak diterbitkan. Sugiono (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suhitno.(2003). Model Pembelajaran Matematika. Makalah Disampaikan pada Workshop Guru Bidang Studi Matematika Tanggal 27 Juli s.d 1 Agustus 2003 di PPPG Matematika Semarang. Semarang: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika Semarang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Sekretariat Negara RI. Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran. Bandung: UPI.
8
PENERAPAN METODE KOOPERATIF MODEL TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V DI SDN 4 KELAPA 7 KOTABUMI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Maria Sukma*)
Abstract Math is an object of study materials which have the abstract and built through a process of deductive reasoning, that is the truth of a concept is obtained as a logical consequence of the previously accepted truth. In matematics to be easily understood by student, deductive reasoning processes to improve understanding already owned by student. Mathematics learning objectives are train the way of thinking in a systematic, logical, critical, creative and consistent. This research using action research methods three rounds. Each round consists of four stages, namely : design, activities and observastion, reflection, and revision. This research target is the 5th grade students at SDN 4 Coconut 7 Kotabumi. Data obtained as the result of a formative test, observation sheet teaching and learning activities. Of the analys found that student achievement has increased from the first cycle until the second cycle, namely : the first cycle (65%), the second cycle (75%), the thitd cycle (90%). Conclusions of this study is a model cooperative can TGT positive effect on studentt’ learning motivation and learning model can be used as an alternative learning mathematics. Keywords : Math, TGT Model Cooperative Method A. PENDAHULUAN Matematika merupakan suatu bahan
bersifat sangat kuat dan jelas. Dalam
kajian yang memiliki objek abstrak dan
pembelajaran
dibangun melalui proses penalaran deduktif,
dimengerti oleh siswa, proses penalaran
yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh
deduktif untuk menguatkan pemahaman
sebagai
kebenaran
yang sudah dimiliki oleh siswa. Tujuan
sehingga
pembelajaran matematika adalah melatih
akibat
sebelumnya
logis
sudah
dari
diterima,
matematika
agar
mudah
keterkaitan antar konsep dalam matematika
*) Guru SD Negeri 04 Kelapa 7
9
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten.
Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong
Pembelajaran
kooperatif
lebih
untuk
belajar,
saling
memperkuat upaya-upaya akademik dan
menekankan interaksi antarsiswa. Dari sini
menerapkan
siswa akan melakukan komunikasi aktif
pencapaian hasil belajar yang tinggi. Dalam
dengan sesama temannya. Penelitian juga
pembelajaran kooperatif lebih diutamakan
menunjukkan
sikap
bahwa
pembelajaran
kooperatif memiliki dampak yang sangat
mencapai
Pembelajaran
tujuan
kooperatif
akan
keterampilan-keterampilan kooperatif.
maka penelitian ini bertujuan untuk:
Kelompokkan siswa dengan masing-
mengetahui peningkatan prestasi belajar
masing kelompok terdiri dari tiga sampai
siswa
dengan
setelah
diterapkannya
metode
lima
orang.
Anggota-anggota
pembelajaran kooperatif model TGT pada
kelompok
siswa kelas V SDN 4 Kelapa 7 Tahun
karakteristik kecerdasan, kemampuan awal
Pelajaran 2014/2015 2.
untuk
menunjang
terlaksana dengan baik jika siswa memiliki
Berdasarkan latar belakang di atas
1.
sosial
yang
pembelajaran, yaitu dengan cara kerja sama.
positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya.
norma
mengetahui siswa
heterogen
meliputi
matematika, motivasi belajar, jenis kelamin,
pengaruh
setelah
dibuat
motivasi
diterapkan
belajar metode
pembelajaran kooperatif model TGT pada siswa kelas V SDN 4 Kelapa 7 Tahun
atupun latar belakang etnis yang berbeda. Gagasan utama dibalik model TGT adalah untuk
memotivasi
para
siswa
untuk
mendorong dan membantu satu sama lain
Pelajaran 2014/2015
untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh guru.
B. KAJIAN TEORI Pembelajaran adalah proses, cara
C. METODOLOGI PENELITIAN
menjadikan orang atau makhluk hidup
Penelitian ini merupakan penelitian
belajar. Belajar adalah usaha mem- peroleh
tindakan (action research), karena penelitian
kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku
dilakukan
atau
oleh
pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
pengalaman. Pembelajaran kooperatif ada-
termasuk penelitian deskriptif, sebab meng-
lah suatu pengajaran yang melibatkan siswa
gambarkan
untuk bekerja dalam kelompok-kelompok
pembelajaran diterapkan dan bagaimana
untuk menetapkan tujuan bersama.
hasil yang diinginkan dapat dicapai.
10
tanggapan
yang
disebabkan
untuk
memecahkan
bagaimana
suatu
masalah
teknik
Penerapan Metode Kooperatif Model TGT (Team Games Tournament) Sebagai Alternatif Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V di SDN 4 Kelapa 7 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Maria Sukma)
Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997:8)
mengelompokkan
penelitian
tindakan menjadi empat macam yaitu:
2. Rancangan Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih
a) guru sebagai peneliti;
Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk
b) penelitian tindakan kolaboratif;
kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
c) simultan terintegratif;
tindakan
d) administrasi sosial eksperimental.
meningkatkan kemantapan rasional dari
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerja sama dengan siapa pun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin
demi
kefalidan
data
yang
diperlukan.
yang
dilakukan
tindakan mereka dalam
untuk
melaksanakan
tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki
kondisi,
tempat
praktek
pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000:3). Siklus spiral dari tahaptahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
1. Tempat,
Waktu
dan
Subyek
Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan
dalam
melakukan
penelitian
untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN 4 Kelapa 7 Kotabumi. 2. Waktu Penelitian Waktu berlangsungnya
penelitian
adalah
penelitian
atau
waktu saat
Penjelasan alur di atas adalah: 1. Rancangan/rencana
awal,
sebelum
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini
mengadakan
dilaksanakan
menyusun rumusan masalah, tujuan, dan
pada
bulan
September
penelitian
peneliti
semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015
membuat rencana tindakan, termasuk di
3. Subjek Penelitian
dalamnya
Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SDN 4 Kelapa 7 pokok bahasan pengukuran.
instrumen
penelitian
dan
perangkat pem- belajaran. 2. Kegiatan
dan
pengamatan,
meliputi
tindakan yang dilakukan oleh peneliti 11
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
sebagai upaya membangun pema- haman
2. Rencana Pelajaran (RP)
konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak
dari
pembelajaran
diterapkannya model
team
Rencana
pelajaran
merupakan
metode
perangkat pembelajaran yang digunakan
games
sebagai pedoman guru dalam mengajar dan
tournament.
disusun untuk tiap putaran. Masing-masing
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan
RP
berisi
kompetensi dasar, indikator
mempertimbangkan hasil atau dampak
pencapaian
dari tindakan yang dilakukan berdasarkan
pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar
lembar pengamatan yang diisi oleh
mengajar.
pengamat.
3. Lembar Kegiatan Siswa
4. Rancangan/rencana
yang
direfisi,
hasil
Lembar
belajar,
kegiatan
tujuan
ini
yang
berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
dipergunakan siswa untuk membantu proses
membuat rancangan yang direfisi untuk
pengumpulan data hasil eksperimen.
dilaksanakan pada siklus berikutnya.
4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar
Observasi dibagi dalam tiga putaran,
Mengajar
yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing
a. Lembar
observasi
pengolahan
putaran dikenai perlakuan yang sama (alur
metode
pembelajaran
kooperatif
kegiatan yang sama) dan membahas satu
model
subpokok bahasan yang diakhiri dengan tes
kemampuan guru dalam mengelola
formatif di akhir masing putaran.
pembelajaran.
TGT,
untuk
mengamati
Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan
untuk memperbaiki sistem pengajaran yang
guru, untuk mengamati aktivitas
telah dilaksanakan.
siswa
dan
guru
selama
proses
pembelajaran. 3.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
5.
Tes formatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan
ini terdiri dari:
pembelajaran yang akan dicapai, digunakan
1. Silabus
untuk mengukur kemampuan pemahaman
Slabus adalah seperangkat rencana
konsep
matematika
pokok
bahasan
dan pengaturan tentang kegiatan pem-
pengukuran sudut tes formatif ini diberikan
belajaran pengelolaan kelas, serta penilaian
setiap akhir putaran. Bentuk soal yang
hasil belajar.
diberikan adalah pilihan ganda (objektif).
12
Penerapan Metode Kooperatif Model TGT (Team Games Tournament) Sebagai Alternatif Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V di SDN 4 Kelapa 7 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Maria Sukma)
kooperatif model TGT yang digunakan 4.
untuk
Metode Pengumpulan Data Data-data
yang
diperlukan
mengetahui
pengaruh
penerapan
dalam
metode pembelajaran kooperatif model TGT
penelitian ini diperoleh melalui observasi
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
pengolahan metode pembelajaran kooperatif
dan data pengamatan aktivitas siswa dan
model TGT, observasi aktivitas siswa dan
guru. Data tes formatif untuk mengetahui
guru angket motivasi siswa, dan tes formatif.
peningkatan prestasi
5.
belajar siswa setelah
diterapkan metode pembelajaran kooperatif
Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode
model TGT.
dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan
Analisis Data Penelitian Persiklus
analisis
1. Siklus I
data.
menggunakan
Pada teknik
penelitian analisis
ini
deskriptif
a. Tahap Perencanaan
kualitatif, yaitu suatu metode penelitian
Pada tahap ini peneliti mem- persiapkan
yang bersifat menggambarkan kenyataan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh
pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-
dengan tujuan untuk mengetahui prestasi
alat pengajaran yang mendukung.
belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktifitas siswa selama proses
pembelajaran.
tingkat
keberhasilan
Untuk
mengalisis
atau
persentase
keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar
setiap
putarannya
dilakukan
dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Selain
itu
observasi
juga
dipersiapkan
pengolahan
metode
lembar pem-
belajaran kooperatif model TGT, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. b.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan
kegiatan
belajar
mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 September 2014 di kelas V dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
D. HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan
metode
proses belajar mengajar mengacu pada
pembelajaran
Pengamatan bersamaan
(observasi) dengan
dilaksanakan
pelaksaaan
belajar
mengajar.
13
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
c.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan
kegiatan
rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes belajar
formatif II dan alat-alat pengajaran yang
mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan
tanggal 10 September 2014 di kelas V
lembar
dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal
pembelajaran kooperatif model TGT dan
ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
proses belajar mengajar mengacu pada
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan
(observasi)
bersamaan
dengan
dilaksanakan
pelaksaaan
belajar
observasi
pengelolaan
metode
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 September 2014 di kelas V SDN 4 Kelapa 7
mengajar.
dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal
d. Refisi
ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada
proses belajar mengajar mengacu pada
siklus I ini masih terdapat kekurangan
rencana
sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan
pelajaran dengan memperhatikan revisi pada
pada siklus berikutnya.
siklus I sehingga kesalahan atau kekurangan
1)
Guru
perlu
lebih
terampil
dalam
pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus
memotivasi siswa dan lebih jelas dalam
II.
menyampaikan
c. Refleksi
tujuan
pem-
belajaran.
Siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
baik
dengan
menambahkan
informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan. 3) Guru
harus
lebih
pelaksanaan
kegiatan
belajar
diperoleh informasi dari hasil peng- amatan
2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara
Dalam
sebagai berikut. 1) Memotifasi siswa. 2) Membimbing
siswa
merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep. terampil
dan
bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.
3) Pengelolaan waktu. 4) Refisi Rancangan. Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-
2. Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiap- kan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
14
kekurangan. Oleh karena itu, perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:
Penerapan Metode Kooperatif Model TGT (Team Games Tournament) Sebagai Alternatif Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V di SDN 4 Kelapa 7 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Maria Sukma)
1. Guru dalam memotifasi siswa hendaknya
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
dapat membuat siswa lebih termotifasi
guru. Adapun proses belajar mengajar
selama proses belajar mengajar berlangsung.
mengacu pada rencana pelajaran dengan
2. Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. 3. Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan
revisi
pada
siklus
II,
sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus III adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (22,1%) dan
konsep. 4. Guru harus mendistribusikan waktu secara
5.
memperhatikan
mendengarkan/memperhatikan
penjelasan
baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat
guru (20,8%), aktivitas yang mengalami
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
peningkatan adalah membaca buku siswa
Guru
sebaiknya
menambah
lebih
(13,1%) dan diskusi antar siswa/antara siswa
banyak contoh soal dan memberi soal-
dengan guru (15,0%). Kemudian aktivitas
soal latihan pda siswa untuk dikerjakan
yang lainnya mengalami penurunan.
pada setiap kegiatan belajar mengajar. Table 4.11. Nilai Tes Formatif Pada Siklus III
3. Siklus III a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti memper-
No
Nama Siswa
Ket.
Skor
T
siapkan perangkat pembelajaran yang terdiri
1
Diki Susanto
70
√
dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes
2
Karmila
80
√
formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang
3
Muhammad Setiawan
90
√
4
Pretty Nursyahana
60
5
Sai Amrullah
100
√
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran
√
6
Dea Erma Putri
80
√
kooperatif model TGT dan lembar observasi
7
Galih Prasetiyo
90
√
aktifitas guru dan siswa.
8
Hany Nuraini
80
√
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
9
Edo Dwi Yulianto
70
√
Pelaksanaan
10
Muhammad Zainuri
80
√
11
Selvi Anggraini
90
√
12
Zam-Zam Hani
80
√
80
√
kegiatan
belajar
mengajar
untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 24 September 2014 di kelas V SDN 4 Kelapa 7 dengan jumlah siswa 20 siswa.
TT
Yuliarti 13
Riski Agus Pratama
15
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
14
Sepri Purnamasari
90
√
peningkatan lebih baik dari siklus II.
15
Yasfa Payi Iftinah
70
√
Adanya peningkatan hasil belajar pada
16
Wahyu Ramadan
90
√
17
Abi Saputra
80
√
18
Tri Nirwana
60
19
Dewi Nurmasari
80
20
Nabilasari
90
Jumlah
siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan
kemampuan
√
menerapkan
metode
√
kooperatif model TGT membuat siswa
√
1610
18
2
Jumlah Skor 1610
guru
dalam
pembelajaran
menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2000
dalam
memahami
materi
yang
telah
Rata-Rata Skor Tercapai 80,5
diberikan.
Keterangan: T
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktifitas
: Tuntas
siswa dalam proses pembelajaran fisika
TT : Tidak Tuntas
pokok bahasan pengukuran dengan metode Tabel 4.12. Hasil Tes Formatif Siswa pada
pembelajaran kooperatif model TGT yang
Siklus III
paling dominant adalah bekerja dengan
No Uraian
Hasil
menggunakan
alat/media,
mendengar-
Siklus III
kan/memperhatikan penjelasan guru, dan
1
Nilai rata-rata tes
80,5
diskusi antar siswa/antara siswa dengan
2
formatif
18
guru. Jadi, dapat dikatakan bahwa aktivitas
3
Jumlah siswa yang
90
siswa dapat dikategorikan aktif.
tuntas belajar E. KESIMPULAN
Persentase
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang
ketuntasan belajar
telah dilakukan selama tiga siklus, dan Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai
berdasarkan
rata-rata tes formatif sebesar 80,5 dan dari
analisis
20 siswa yang telah tuntas sebanyak 18
disimpulkan sebagai berikut:
siswa
dan
ketuntasan
2
siswa
belajar.
ketuntasan belajar
belum
mencapai
Secara
klasikal
yang telah tercapai
sebesar 90% (termasuk kategori tuntas). Hasil
16
pada
siklus
III
ini
mengalami
seluruh
yang
telah
pembahasan
serta
dilakukan
dapat
1. Pembelajaran dengan kooperatif model TGT memiliki
dampak
positif
dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai
dengan
peningkatan
ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65%), siklus II (75%), siklus III (90%).
Penerapan Metode Kooperatif Model TGT (Team Games Tournament) Sebagai Alternatif Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V di SDN 4 Kelapa 7 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Maria Sukma)
2.
Penerapan
metode
pembelajaran
rata-rata jawaban menyatakan bahwa
kooperatif model TGT mempunyai
siswa tertarik dan berminat dengan
pengaruh
metode pembelajaran kooperatif model
positif,
yaitu
dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa
TGT
yang
termotivasi untuk belajar.
ditunjukan
dengan
hasil
sehingga
mereka
menjadi
wawancara dengan beberapa siswa,
DAFTAR RUJUKAN Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon. Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston. Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Felder, Richard M. 1994. Cooperatione Learning in Technical Corse, (online), (Pcll\d\My % Document\Coop % 20 Report. Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta. Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
17
PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KIMIA MATERI LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH SISWA KELAS XII IPA 1 SEMESTER 1 SMA N 1 ABUNG SEMULI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Drs. Beni Waluya *) Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menerapkan siklus berulang yang terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan tahap refleksi. Tujuan yang akan dicapai adalah meningkatnya aktifitas belajar dan meningkatnya hasil belajar materi logam alkali dan alkali tanah siswa kelas XII IPA 1 semester 1 SMA N 1 Abung Semuli tahun pelajaran 2012/2013. Untuk mencapai tujuan tersebut maka metode pembelajaran yang diterapkan adalah metode eksperimen, yakni membawa siswa secara langsung ke laboratorium dengan peralatan yang terdapat di laboratorium. Untuk mengetahui peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa, sebelum perlakuan diberikan tes awal dahulu sebagai diagnosa yang dilanjutkan dengan tes setiap selesainya satu siklus. Selain hasil belajar siswa berupa data kwantitatif, dicatat juga datadata kwalitatif yang diperoleh melalui observasi dan jurnal catatan guru. Hasil penelitian penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran kimia materi logam alkali dan alkali tanah siswa kelas XII IPA 1 semester 1 SMA N 1 Abung Semuli tahun pelajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan aktifitas siswa , antara lain ditandai dengan bertambahnya siswa yang aktif bertanya, aktif berdiskusi, bekerjasama semakin meningkat. Begitu juga terjadi peningkatan hasil belajar siswa, dari nilai yang dicapai. Sebelum perlakuan rata-rata nilai siswa tes awal adalah 67,67 meningkat menjadi 71,83 pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 77 pada akhir iklus II. Kata Kunci: Eksperimen, Pembelajaran Kimia, Efektifitas, Alkali Tanah PENDAHULUAN
siswa rendah kususnya dalam pelajaran
Berdasarkan hasil observasi bersama
ilmu kimia. Dari hasil ulangan harian tahun
rekan sejawat hasil belajar siswa di SMA N
ke tahun ternyata hasilnya relatif sama.
1 Abung Semuli
Dengan
A.
ternyata masih belum
demikian
siswa
menganggap
menggembirakan kususnya mata pelajaran
bahwa pelajaran ilmu kimia termasuk
kimia siswa kelas XII IPA. Dugaan penulis
pelajaran yang sukar.
rendahnya hasil belajar siswa boleh jadi
Akan tetapi sebagian siswa antara
dikarenakan kurangnya motivasi siswa
10%-15%
untuk melanjutkan ke perguruan tinggi baik
sehingga baru sebagian kecil siswa yang
negeri
Sehingga
tuntas nilai ulangan harianya. Dari tahun
menyebabkan aktifitas dan minat belajar
pelajaran 2011/2012 Standar Kompetensi
maupun
swasta.
*) Guru SMA Negeri 01 Abung Semuli
18
menyukai
pelajaran
kimia,
Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Kimia Materi Logam Alkali dan Alkali Tanah Siswa Kelas XII IPA 1 Semester 1 SMA N 1 Abung Semuli Tahun Pelajaran 2012/2013(Drs. Beni Waluya )
3. Kompetensi Dasar 3.2 Mendeskrisikan
Untuk itu perlu dicoba strategi pembelajarn
kecenderungan sifat fisik dan sifat kimia
dengan menggunakan ketrampilan proses
unsur utama (titik didih, titik leleh,
melalui
kekerasan, warna, kelarutan, kereaktifan
metode ini adalah metode yang sangat
dan sifat kusus lainya) kususnya unsur
dianjurkan
alkali dan alkali tanah, mata pelajaran
kompetensi.
kimia SMA N 1 Abung Semuli diperoleh
Materi
metode
eksperimen.
dalam
Karena
kurikulum
berbasis
identik
dengan
kimia
data bahwa siswa yang tuntas adalah 18
eksperimen sebab sebuah teori memerlukan
siswa yang memperoleh nilai
73 hanya
pembuktian secara empiris. Sebuah data
mencapai 60% sementara KKM (Kriteria
empiris dapat diakui validitasnya melalui
Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan di
serangkaian eksperimen atau percobaan.
SMA N 1 Abung Semuli adalah 73.
Sehingga penyajian bahan ajar untuk ilmu
Berdasarkan data hasil observasi
kimia sebaiknya dititik beratkan pada
tersebut pada proses pembelajaran kimia
pendekatan konsep dengan eksperimen atau
kelas XII IPA SMA N 1 ABUNG SEMULI
percobaan untuk membuktikan kebenaran
tahun pelajaran 2011/2012 aktifitas siswa
empiris
yang dominan adalah mendengarkan dan
mempunyai orientasi pada usaha atau
mencatat penjelasan guru, siswa kurang
kegitan untuk membuktikan kebenaran
terlibat dalam menemukan konsep-konsep
sebuah konsep teori yang telah dilakukan
sehingga proses belajar menjadi monoton
oleh orang lain pada masa yang lalu dan
dan siswa kurang termotivasi untuk belajar
kebenaranya sudah merupakan kebenaran
kimia. Aktifitas yang relevan pada proses
yang ilmiah.
pembelajaran
seperti
aktif
pertanyaan,
aktif
bertanya,
suatu
konsep.
Praktikum
Kegiatan praktikum yang dilakukan
menjawab
siswa
SMA
sebagai
berpendapat, aktif berdiskusi sama teman
pembelajaran.
Siswa
tidak
masih kurang. Selama proses pembelajaran
mengecek kebenaran kansep akan tetapi
hanya beberapa siswa saja yang aktif di
untuk meyakinkan para siswa bahwa
kelas. Bahkan sebagian siswa kurang atau
konsep yang telah dikemukakan para ahli
tidak memperhatikan proses pembelajaran.
memang
Berdasarakan diskusi dengan teman-teman
eksperimen bukan merupakan kegiatan
guru kimia melalui MGMP sekolah perlu
ajang pembuktian sebuah konsep tetapi
adanya usaha untuk meningkatkan aktifitas
mencoba sebuah konsep dengan langkah-
dan hasil belajar siswa pada materi
langkah ilmiah untuk membuktikan konsep
pelajaran kimia pada proses pembelajaran.
itu benar atau tidak.
aktif
oleh
benar
adanya.
media diarahkan
Sebaliknya,
19
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
Pada pelajaran IPA , ilmu kima juga mensyaratkan kegiatan eksperimen atau
tingkat pemahaman siswa bisa mencapai 100%.
praktikum yang menggunakan waktu lebih
Berdasarkan
fakta-fakta tersebut
banyak dibanding kegiatan teori. Pada
diatas memberikan inpirasi dan motivasi
bidang ipa termasuk kimia menuntut
kepada
keterlibatan guru lebih banyak. Siswa tidak
pembelajaran dengan menitik beratkan
cukup hanya diarahkan untuk memahami
kepada kegiatan eksperimen atau praktikum
sebuah konsep melalui buku pelajaran.
terutama untuk mengetahui seluk beluk
Buku
memberikan
unsur-unsur yang terdapat dalam unsur-
informasi tetapi tidak dapat dijadikan
unsur golongan alkali dan unsur-unsur
wadah untuk berkonsultasi seperti yang
golongan alkali tanah. Dari hasil belajar
dilakukan oleh guru. Dalam pelajaran ipa
siswa dan pengalaman tahun kemarin maka
kegiatan tatap muka guru dengan siswa
penulis
mencapai 75% sampai dengan 85% dari
penelitihan tindakan kelas pada materi
seluruh alokasi waktu yang ada. Siswa
Unsur-unsur Alkali dan Unsur-unsur Alkali
hanya diberi kesempatan untuk belajar
Tanah. Dalam hal ini penulis mengambil
mandiri,
judul:
meskipun
dapat
mengidentifikasi
dan
penulis
mencoba
“Metode
untuk
untuk
melakukan
mengadakan
Eksperimen
Efektifitas
Untuk
menganalisis sendiri masalah-masalah yang
Meningkatkan
Pembelajaran
berhubungan dengan kajian eksakta dan
Kimia Materi Logam Alkali dan
sains dengan rentang waktu 15 menit
Tanah Siswa Kelas XII IPA 1 Semester 1
sampai 25 menit. Karena ilmu-ilmu eksakta
SMA N 1 Abung Semuli Tahun Pelajaran
bukan ilmu yang dapat direka-reka.
2012/2013”.
Alkali
Kelebihan kegiatan eksperimen atau praktikum dibandingkan dengan metode
B.
ceramah atau metode lain adalah unsur
METODE PENELITIAN Penelitian
tindakan
kelas
ini
penerapanya secara langsung atas konsep
bekerjasama dengan teman sejawat guru
teoritis yang dipelajari. Seperti diketahui
SMA N 1 Abung Semuli kususnya guru
belajar dengan menggunakan indra audio
mata
hanya memungkinkan memahami konsep
penelitian tindakan kelas ini adalah siswa
yang diajarkan sekitar 15% sedangkan jika
kelas XII IPA 1 semester 1 tahun pelajaran
menggunakan
2012/2013 selama enam bulan, dari bulan
audio
visual
angka
pelajaran
bulan
dari
Mei
dari konsep yang diajarkan. Jika audio
2012.Tahapan dalam penelitian ini adalah:
20
dengan
Subyek
prosentase tersebut dapat mencapai 75%
visual dilengkapi dengan praktikum maka
sampai
kimia.
Oktober
Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Kimia Materi Logam Alkali dan Alkali Tanah Siswa Kelas XII IPA 1 Semester 1 SMA N 1 Abung Semuli Tahun Pelajaran 2012/2013(Drs. Beni Waluya )
(1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan dan (3) tahap pelaporan.
Tabel 1. Hasil Observasi Aktifitas Siswa
Dalam pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksnakan dalam dua siklus tindakan
Dalam Proses Pembelajaran Aktifitas
Preetest/Siklus
yang didahului dengan tes diagnostik
Yang
Preetest
Siklus I
Siklus II
sebagai
Diamati Bertanya
Jum
Jum
Jum
Pada Guru
lah
Bertanya
-
-
19
63,33
19
63,33
-
-
17
56,67
18
60,00
-
-
16
53,33
18
60,00
-
-
12
40,00
21
70,00
-
-
21
70,00
28
93,33
tes
awal
untuk
No
merencakan
tindakan selanjutnya. Tindakan pada tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: tahap perencanaan,
pelaksanaan
tindakan,
observasi dan tahap refleksi. Setiap siklus
1
2
setiap
Guru
Pelaksanaan
diberikan
observasi
tes.
dilaksanakan
data
analisis.
yang Analisis
diperoleh
3
Kerjasama
4
Aktif
dilakukan
dilakukan
Dalam
untuk
membandingkan hasil pencapaian dengan
Diskusi 5
Mengump ul
indikator kinerja yang telah ditentukan.
Tugas/Lap
Indikator kinerja pada penelitian tindakan kelas
ini
adalah
adanya
oran
peningkatan
aktifitas siswa dan peningkatan hasil
Grafik 1. Prosentase Aktifitas Siswa
belajar siswa dari siklus I ke siklus II.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam
pelaksanaan
penerapan
Dalam Pembelajaran 50 40
Sangat Baik
metode eksperimen digunakan tiga tahapan yaitu : (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan dan (3) tahap pelaporan. Hasil
pengamatan
lah
Kelompok
bersama-sama dengan teman sejawat. Dari
lah
dan
%
Menjawab pertanyaan
siklus
%
Pada Guru
teridiri dari 2 x 45 menit (2 pertemuan) dan akhir
%
30
analisis
10
selama penelitian tindakan kelas dari tes
0
awal, tes siklus I dan siklus II dapat dilihat
Memuaskan
20
Ada Kemajuan
SiklusSiklus I II
tabel berikut:
21
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
Dari hasil observasi diperoleh data
Grafik 2. Nilai Rata-rata dan Prosentase
bahwa ada peningkatan aktifitas siswa dari
Ketuntasan Belajar
siklus I untuk kategori sangat baik dari
Preetest/Siklus
23,33 % menjadi 50 % pada siklus II.
Preetest
Siklus I
Siklus II
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Nilai
Begitu juga untuk akfifitas yang lain menjawab
pertanyaan
guru
Siswa
dari
%
Siswa
%
Siswa
%
56,67% menjadi 60%, kerjasama kelompok naik dari 53,33 % menjadi 60%, aktif dalam diskusi dari 40 % menjadi 70 % dan mengumpulkan tugas/laporan naik dari 70%
menjadi
93,33%.
Meningkatnya
Rata -
67,67
71,83
77,00
40,00
66,67
80,00
rata Ketunt asan Belajar
aktifitas siswa dalam pembelajaran ini sesuai dengan pendapat Aripin (1995) keuntungan
menggunakan
metode
eksperimen ini lebih banyak manfaatnya antara lain dapat memberikan pengalaman praktis
serta
ketrampilan
dalam
menggunakan alat-alat praktikum, memberi gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa sehingga siswa tidak mudah percaya pada suatu yang belum pasti kebenaranya sebelum mereka mengamati secara langsung proses terjadinya (misalnya suatu reaksi), serta melatih siswa lebif aktif
Dari tabel dan grafik di atas maka
dan mengembangkan cara berfikir ilmiah.
dapat dilihat kenaikan atau peningkatan
Sedangkan
nilai rata-rata siswa dari tes awal/preetest,
untuk
nilai
rata-rata
dan
ketuntasa belajar dapat dilihat dari tabel
siklus
I maupun siklus
berikut:
membuktikan eksperimen
Tabel 2. Nilai rata-rata, Prosentase Ketuntasan Belajar dan Keberhasilan Tindakan
22
belajar siswa.
II. Hal
penerapan dapat
meningkatkan
ini
metode hasil
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar EvaluasiPendidikan. Bumi Aksara. Yogyakarta. Apitasari, Rina. 2005. Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achiefment Division (STAD) dalam Upaya Meninngkatkan Hasil Belajar Kimia. Wijaya Kusuma. Bandung. Aripin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Erlangga. Jakarta. Purba, M. 2004. Kimia Untuk SMA Kelas XII. Erlangga. Jakarta. Roestiyah, N.K. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengruhinya. Rineka Cipta. Jakarta. Sujana, Nana. 2001. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung. Sudarmo, Unggul. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas XII. Phibeta. Surakarta. Sutresna, Nana. 2004. Kimia Untuk SMA kelas III. Grafindo Media Pratama. Bandung. Tim Penyusun Kamus. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Wismono, Jaka. 2004. Kimia dan Kecakapan Hidup. Ganeca Exact. Bandung.
23
IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN SQ3R (SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MAKANAN KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 ABUNG SEMULI TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Didik Purwantara, S.Pd. *)
Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bertujuan untuk mengetahui implementasi metode pembelajaran SQ3R terhadap hasil belajar biologi dan hambatannya pada siswa kelas XI IPA 1 SMA N 1 Abungsemuli ,Kab.Lampung Utara pada semester genap tahun pelajaran 2008/2009,dengan jumlah siswa sebanyak 37 yang terdiri dari : 15 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan,dilaksanakan dalam 2 siklus. Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap di setiap siklusnya, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Proses pembelajaran biologi dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran SQ3R. Indikator hasil belajar pada penelitian ini berupa tercapainya ketuntasan belajar secara individual maupun klasikal. Pengumpulan datanya dilakukan dengan metode: wawancara, observasi, dokumentasi, diskusi dan tes evaluasi. Data hasil pengamatan nilai diskusi dan nilai evaluasi diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian keberhasilan tiap siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Hasil belajar biologi siswa melalui penerapan metode pembelajaran SQ3R mengalami peningkatan, khususnya pada materi pokok sistem pencernaan makanan. Pada siklus I diperoleh nilai diskusi individu < KKM sebanyak 10 siswa sedangkan ≥ KKM sebanyak 25 siswa dengan nilai rata-rata kelas 68,86 dan ketuntasan belajar klasikal 71,43 % meningkat menjadi nilai rata-rata kelas 73,49 dan ketuntasan belajar klasikal 91,89 % pada siklus II.Pada siklus II diperoleh nilai diskusi individu < KKM sebanyak 3 siswa sedangkan ≥ KKM 34 siswa. Serta nilai evaluasi dengan rata-rata kelas 69,86 dengan ketuntasan belajar klasikal 75,68% dan meningkat menjadi rata-rata kelas 76,35 dengan ketuntasan belajar klasikal 97,30 % pada siklus II. Sehingga bisa disimpulkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas baik diskusi maupun evaluasi serta terjadi peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari siklus I ke siklus II dan tidak perlu dilakukan siklus ke III. 2) Hambatan penggunaan metode SQ3R yaitu sikap pasif siswa serta bergantung pada orang lain dalam proses pembelajaran dan keterbatasan fasilitas pembelajaran seperti sumber belajar dan alat peraga pembelajaran yang tersedia. Kata kunci : Hasil Belajar, Metode Pembelajaran SQ3R, Pembelajaran Kooperatif
*) Guru SMA Negeri 01 Abung Semuli
24
Implementasi Metode Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Abung Semuli Tahun Pelajaran 2008/2009 (Didik Purwantara, S.Pd.)
A. PENDAHULUAN
ilmu yang terjadi dalam diri seseorang
Latar Belakang
melalui latihan dan pembelajaran sehingga
Belajar
merupakan
tindakan
dan
terjadi perubahan dalam diri sendiri. Untuk
perilaku siswa yang komplek. Sebagai
itu
tindakan, maka
pembelajarannya,
belajar hanya dialami
guru
perlu
meningkatkan dimulai
rancangan
siswa itu sendiri. Siswa adalah penentu
pembelajaran
terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses
memperhatikan tujuan, karakteristik siswa,
belajar terjadi berkat siswa memperoleh
materi yang diajarkan, dan sumber belajar
sesuatu yang ada di lingkungan sekitar,
yang tersedia. Kenyataannya masih banyak
yang berupa alam, benda-benda, hewan,
ditemui proses pembelajaran yang kurang
tumbuh-tumbuhan, manusia maupun hal-
berkualitas,
hal yang dijadikan bahan belajar.
Selain
mempunyai daya tarik, bahkan cenderung
itu, perlu adanya intreraksi antara guru dan
membosankan, sehingga hasil belajar yang
siswa. Sedangkan interaksi terjadi saat
dicapai tidak optimal.
guru mengajar di kelas. Dimyati dan
yang
mutu
tidak
Proses
baik
efisien
pembelajaran
dengan
dan
yang
kurang
baik
Mudjiono menyatakan bahwa dalam teori
adalah pengajaran yang menyediakan dan
kognitif belajar menunjukkan adanya jiwa
member kesempatan pada siswa untuk
yang aktif, jiwa mengolah informasi yang
mengembangkan otak kiri (otak perekam)
kita terima, tidak sekedar menyimpannya
dan otak kanan (otak pemikir). Siswa tidak
saja tanpa mengadakan transformasi. Hal
hanya tahu tentang “sesuatu” tetapi juga
ini sesuai dengan salah satu prinsip belajar
dapat bertanya tentang sesuatu, dapat
adalah
menyampaikan
keaktifan.
Dengan
demikian,
belajar hanya dapat terjadi apabila siswa aktif
mengalami
sendiri.
mewujudkan siswa aktif
maka
Dalam perlu
sesuatu,
dan
dapat
memperagakan sesuatu. Salah dengan
satu
proses
menggunakan
otak
pembelajaran kanan/otak
adanya aktivitas belajar. Aktivitas belajar
berfikir adalah mengkritisi apa yang dibaca
ini dapat terwujud jika siswa dihadapkan
serta mampu menerangkan apa yang dibaca
pada masalah.
kepada orang lain dengan
Berhasil atau gagalnya pencapaian
kata-katanya
sendiri.
tujuan pendidikan tergantung pada proses
Siswa hanya mungkin dapat belajar
belajar mengajar yang dialami siswa dan
dengan baik manakala ada dalam suasana
guru. Hilgard dan Marquis berpendapat
yang menyenangkan, merasa aman, bebas
bahwa belajar merupakan proses mencari
dari rasa takut. Oleh karena itu guru harus 25
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
bisa
menciptakan
yang
Kerjasama dalam kelompok dapat
faktor
dikaitkan dengan nilai, sehingga kerja sama
pendorong yang dapat memberikan daya
siswa makin intensif dan siswa dapat
tarik
belajar,
mencapai kompetensinya. Belajar bersama
kurang
dalam kelompok adalah suatu cara yang
kondusif
iklim
karena
tersendiri
sebaliknya
merupakan
dalam
iklim
menyenangkan
belajar
proses yang
akan
menimbulkan
dipakai
untuk
menyelenggarakan
kejenuhan dan rasa bosan. Iklim belajar
pembelajaran
yang menyenangkan akan membangkitkan
belajar yang lebih kecil. Siswa dalam satu
semangat dan menumbuhkan aktivitas serta
kelas dibagi menjadi beberapa kelompok
kreativitas siswa, siswa lebih mudah dalam
belajar yang lebih kecil yang heterogen
memahami materi pelajaran.
(campuran)
Metode adalah salah satu alat untuk mencapai
tujuan.Dengan
memanfaatkan
bentuk
dalam
intelektual, belakang
dalam
jenis
hal
kelompok
kemampuan
kelamin,
budaya,
dan
sehingga
latar
terwujud
metode secara tepat guru akan mampu
kerjasama untuk saling membantu dalam
mencapai
memahami materi. Dipandang dari tingkat
tujuan
pengajaran.
Dalam
menggunakan suatu metode pembelajaran,
partisipasi aktif yang tinggi.
tidak ada suatu metode yang lebih baik dari
Supaya memperoleh hasil belajar
metode pembelajaran yang lain. Masing-
yang berkualitas,harus dirancang proses
masing metode pembelajaran mempunyai
pembelajaran
keunggulan dan kelemahan, oleh karena itu
memperhatikan tingkat berpikir yang kan
guru
metode
dipelajari dan dilatihkan. Rancangan proses
pembelajaran sesuai dengan materi yang
pembelajaran yang baik adalah rancangan
disampaikan.
pembelajaran yang menggunakan indikator
harus
bisa
memilih
Aktivitas guru dan siswa sebagai
belajar
yang berkualitas
sebagai
rambu-rambu
pencapaian
mengajar
demi
dirumuskan secara baik dapat digunakan
tercapainya tujuan belajar. Aktivitas guru
untuk mendeteksi sejauh mana hasil belajar
yang mampu membangkitkan aktivitas dan
dapat dicapai.
diperlukan
kreativitas siswa, sehingga kegiatan belajar
Mengalami
Indikator
dalam
pelaku utama dalam kegiatan belajar mutlak
hasil.
dengan
langsung
apa
yang
yang
mengajar berlangsung dinamis. Siswa yang
sedang dipelajari akan mengaktifkan lebih
aktif
banyak
mendengar,
berfikir,
bertanya,
indera
daripada
hanya
menjawab, menanggapi pertanyaan adalah
mendengarkan guru menerangkan. Hal ini
salah satu bukti keberhasilan dalam proses
menunjukkan bahwa jika mengajar dengan
belajar mengajar.
banyak
26
berceramah,
maka
tingkat
Implementasi Metode Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Abung Semuli Tahun Pelajaran 2008/2009 (Didik Purwantara, S.Pd.)
pemahaman siswa hanya 20 %, tetapi jika
pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan
peserta didik diminta untuk melakukan
hasil belajar biologi untuk materi pokok
sesuatu
mengkomunikasikan,
sistem pencernaan makanan di SMA N 1
tingkat pemahaman siswa dapat mencapai
Abung Semuli Kab. Lampung Utara? (2)
sekitar 90 %.
Apa yang menjadi hambatan implementasi
sambil
Pada dasarnya semua anak memiliki potensi
untuk
mencapai
kompetensi
metode pembelajaran SQ3R terhadap hasil belajar biologi di SMA N 1 Abung Semuli
sehingga perlu adanya kreatifitas guru
Kab. Lampung Utara?
untuk membantu mencapainya. Untuk itu
Pembatasan Masalah
penulis menerapkan metode pembelajaran
Dalam
pembatasan
masalah
SQ3R. Metode belajar tersebut adalah cara
ini,peneliti ingin memberikan pembatasan
mempelajari teks (bacaan) khususnya yang
masalah mengenai materi biologi. Materi
terdapat dalam buku, artikel ilmiah, dan
yang
laporan penelitian. Siswa akan mudah
penelitian yaitu: bukan materi tentang
mengingat materi, karena siswa belajar
sistem pencernaan secara umum,akan tetapi
secara berkelompok dan diberi kesempatan
hanya sistem pencernaan yang terjadi pada
lebih aktif mencari serta memahami materi
manusia atau Sistem Pencernaan Pada
dari teks atau buku sehingga terdapat
Manusia.
akan
dijadikan
sebagai
objek
peluang lebih besar untuk meningkatkan hasil belajar biologi pada materi pokok sistem pencernaan makanan.
B. METODOLOGI PENELITIAN Jenis
penelitian
yang
digunakan
Dari uraian di atas maka penulis
adalah penelitian tindakan, yaitu peneliti
berkeinginan mengadakan suatu penelitian
berusaha untuk menerapkan suatu tindakan
tindakan kelas dengan judul: “Implementasi
sebagai upaya perbaikan untuk mengatasi
Metode
(Survey,
masalah yang ditemukan. Karena penelitian
Question, Read, Recite, Review) Dalam
dilaksanakan dengan setting kelas, maka
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi
disebut
Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan
(Classroom Action Research).
Pembelajaran
SQ3R
Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Abung
penelitian
tindakan
kelas
Model penelitian yang digunakan
Semuli Tahun Pelajaran 2008/2009.
adalah penelitian tindakan kelas,model
Rumusan Masalah
spiral Stephen Kemmis dan Mc Taggart
Berdasarkan latar belakang di atas
(dalam Suranto, 200:49), yang terdiri dari
maka rumusan masalah dalam penelitian ini
dua siklus. Dimana setiap siklus terdiri dari
adalah: (1) Apakah implementasi metode
4 tahapan yang meliputi perencanaan, 27
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
pelaksanaan
tindakan,
observasi
dan
Rata-rata nilai =
refleksi. Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas XI
SMA Negeri 1 Abung Semuli
Kab. Lampung Utara. Waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2008/2009, selama 2 bulan yaitu minggu pertama bulan Januari 2009 sampai dengan minggu ke empat bulan Maret
b. Menghitung ketuntasan belajar klasikal Untuk menghitung ketuntasan belajar secara klasikal,menggunakan analisis deskriptif
prosentase
dengan
perhitungan: Ketuntasan belajar klasikal = Jumlah siswa yang tuntas belajar x 100 % Jumlah keseluruhan siswa
2009. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Abungsemuli
dengan
jumlah
ini,data
hasil
pengamatan dan tes diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian keberhasilan tiap siklus
dan
untuk
% maka penerapan metode pembelajaran SQ3R
siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. penelitian
Apabila tingkat ketercapaian ≤ 85
dengan
jumlah siswa 37 siswa yang terdiri atas 15
Pada
Kriteria:
menggambarkan
Read,
Recite,
Review)
yang
dapat
Data hasil belajar siswa berupa memecahkan
masalah
di
analisis dengan cara menghitung rata-rata nilai dan ketuntasan belajar secara klasikal maupun individu.
Untuk menghitung nilai rata-rata menggunakan rumus:
sistem
efektif. Apabila tingkat ketercapaian ≥ 85 % maka penerapan metode pembelajaran SQ3R
pada
materi
pokok
sistem
pencernaan manusia bisa dikatakan efektif. Sebagai indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini adalah jika 85 % siswa telah memperoleh nilai minimal 68
dikatakan
telah
mencapai
ketuntasan
belajar secara individu apabila siswa tersebut telah mencapai ketuntasan belajar secara individual dan mendapat nilai ≥ 68 (sesuai KKM). Dari indikator tersebut ,maka peneliti
Adapun rumus yang digunakan adalah: a. Menghitung nilai rata-rata.
pokok
(sesuai dengan KKM). Seorang siswa
meningkatkan hasil belajar siswa.
kemampuan
materi
pencernaan manusia belum bisa dikatakan
keberhasilan pembelajaran dengan metode pembelajaran SQ3R (Survey, Question,
pada
berharap agar hasil belajar biologi siswa dapat
mengalami
dilakukan
peningkatan
tindakan.Dengan
setelah adanya
peningkatan prosentase hasil belajar biologi 28
Implementasi Metode Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Abung Semuli Tahun Pelajaran 2008/2009 (Didik Purwantara, S.Pd.)
siswa menjadi 85 % khususnya pada materi
siswa,jumlah seluruh nilai dari siswa yang
pokok sistem pencernaan manusia.
hadir diskusi ada 2719, jumlah siswa yang memperoleh nilai diskusi ≥ 68 (siswa yang
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
tuntas belajar) ada 34 siswa: 91,89 %, jumlah siswa yang memperoleh nilai
Pada penelitian ini hasil belajar siklus
diskusi < 68 (siswa yang tidak tuntas
I dan siklus II terlihat dari nilai diskusi dan
belajar) ada 3 siswa = 8,11 %, nilai rata-
nilai evaluasi.
rata kelas hasil diskusi = 73,49, sedangkan
Siklus I
pada pelaksanaan evaluasi, jumlah seluruh
Pada pelaksanaan diskusi siklus I
siswa yang mengikuti ada 37 siswa, jumlah
jumlah seluruh siswa yang mengikuti ada
seluruh nilai dari siswa yang hadir dalam
35 siswa, siswa yang tidak hadir 2 siswa,
evaluasi ada 2825, jumlah siswa yang
jumlah seluruh nilai dari siswa yang hadir
memperoleh nilai evaluasi ≥ 68 (siswa yang
diskusi ada 2410, jumlah siswa yang
tuntas belajar) ada 36 siswa= 97,30 %,
memperoleh nilai diskusi ≥ 68 (siswa yang
jumlah siswa yang memperoleh nilai
tuntas belajar) ada 25 siswa: 71,43 %,
evaluasi < 68 (siswa yang tidak tuntas
jumlah siswa yang memperoleh nilai
belajar) ada 1 siswa= 2,70 %,nilai rata-rata
diskusi < 68 (siswa yang tidak tuntas
kelas hasil evaluasi= 76,35.
belajar) ada 10 siswa = 28,57 %,nilai rata-
Pembahasan
rata kelas hasil diskusi = 68,86,sedangkan
Pembahasn yang diuraikan disini
pada pelaksanaan evaluasi ,jumlah seluruh
lebih
siswa yang mengikuti ada 37 siswa,jumlah
pengamatn
seluruh nilai dari siswa yang hadir dalam
kegiatan refleksi.
evaluasi ada 2585,jumlah siswa yang
Implementasi Metode Pembelajaran
memperoleh nilai evaluasi ≥ 68 (siswa yang
SQ3R.
tuntas belajar) ada 28 siswa = 75,68
Siklus I
%,jumlah siswa yang memperoleh nilai ev
banyak
dadasarkan
yang
atas
dilanjutkan
hasil dengan
Dari pengamatan siklus I diperoleh
aluasi < 68 (siswa yang tidak tuntas belajar)
temuan
ada 9 siswa = 24,32 %,nilai rata-rata kelas
melaksanakan
hasil evaluasi = 69,86.
pembelajaran SQ3R” diawali dengan tahap
Siklus II
pemberian apersepsi terhadap materi di
Pada pelaksanaan diskusi siklus II
kelas
antara
dengan
lain
guru
penerapan
metode
membagi
dalam “Metode
konvensional,
jumlah seluruh siswa yang mengikuti ada
kemudian
kelompok
dan
37 siswa, siswa yang tidak hadir 2
selanjutnya siswa melaksanakan proses 29
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
pembelajaran menggunakan metode SQ3R
pada nilai evaluasi dari 75,68 % pada siklus
akan tetapi pengelolaan waktu kegiatan
I menjadi 97,30 % pada siklus II.
pembelajaran kurang baik terlihat molornya
Selain
peningkatan
yang
terjadi
waktu diskusi kelompok kecil sehingga
terhadap ketuntasan belajar dari nilai
waktu presentasi singkat. Selain itu juga
diskusi siswa dan ketuntasan belajar dari
dalam memberikan motivasi dan bimbingan
nilai evaluasi siswa, dalam penelitian ini
terhadap siswa baik dalam kelompok
juga terjadi peningkatan terhadap nilai rata-
maupun individu kurang merata sehingga
trata hasil belajar siswa. Dengan bukti jika
ada beberapa siswa yang merasa kesulitan
dalam siklus I nilai rata-rata kelas pada
dalam
nilai
menyelesaikan
pemecahan
soal
diskusi
68,86
pada
siklus
II
diskusi yang diberikan.
mengalami peningkatan menjadi 73,49,
Siklus II
sedangkan nilai rata-rata kelas pada nilai
Berdasarkan
refleksi
pada
siklus
evaluasi
siklus
I
69,86
mengalami
I,pelaksanaan tindakan pada siklus II oleh
peningkatan menjadi 76,35 pada siklus II.
guru sudah baik dengan bukti pengelolaan
Hambatan Implementasi SQ3R
waktu yang sudah sesuai dengan rencana
Terhadap Hasil Belajar
pembelajaran dan pemberian semangat oleh guru
kepada
siswa
sudah
Metode pembelajaran SQ3R lebih
merata.
mengutamakan keaktifan dan kreatifitas
Disamping itu, siswa juga sudah mampu
siswa, baik dari mencari sumber/referensi
melaksanakan tahapan-tahapan “Metode
materi, menjawab pertanyaan peneliti yang
pembelajaran SQ3R” dengan baik. Terbukti
dihadapkan pada kemampuan memadukan
dengan adanya pencarian referensi yang
beberapa pemikiran atau argument dari
dilakukan siswa, diskusi kelompok kecil
siswa
yang berjalan lancar,presentasi yang cukup
membawa
memuaskan serta mampu menyelesaikan
menyampaikan atau presentasi di depan
soal evaluasi.
kelas.
Hasil Belajar
beberapa hambatan apabila siswa tidak
dalam
kelompok,
serta
Tentunya
kreatifitas
akan
ketelitian dalam
menimbulkan
Dari nilai diskusi siswa dalam
mampu diajak kerjasama untuk lebih aktif
proses pembelajaran menggunakan metode
daripada sekedar menunggu diterangkan
SQ3R
ini
guru. Kelebihan penggunaan metode akan
terbukti dengan peningkatan ketuntasan
menjadi sebuah hambatan tanpa adanya
belajar klasikal pada nilai diskusi dari
motivasi dari diri siswa dan guru untuk
71,43 % pada siklus I menjadi 91,89 % di
menciptakan
siklus II.Serta ketuntasan belajar klasikal
menyenangkan dan kooperatif.
30
mengalami
peningkatan.Hal
suasana
kelas
yang
Implementasi Metode Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Abung Semuli Tahun Pelajaran 2008/2009 (Didik Purwantara, S.Pd.)
Hambatan yang terjadi pada siklus I sudah
mampu
tetapi
rata-rata = 69,86 dengan ketuntasan
hambatan yang masih dirasakan dalam
belajar klasikal (seluruh siswa) = 75,68
siklus II adalah kurangnya sumber bacaan
% meningkat menjadi = 76,35 dengan
yang tersedia di sekolah. Motivasi dari
ketuntasan belajar klasikal (seluruh
siswa untuk belajar masih tergolong rendah
siswa) = 97,30 %. Maksudnya,pada
apalagi ketika guru tidak mampu bersikap
siklus I,ada 10 siswa yang tidak tuntas
tegas
maupun
dalam nilai diskusi serta 9 siswa yang
pemberian nilai ,hal tersebut akan sedikit
memperoleh nilai evaluasi di bawah
demi sedikit mengalami perubahan apabila
KKM (68) ,sedangkan pada siklus II
mulai didukung dari berbagai pihak yaitu
hanya ada 3 siswa yang tidak tuntas
keluarga dan sekolah.
nilai diskusi dan 1 siswa yang nilai
dalam
diminimalisir
II.Sedangkan nilai evaluasi dengan
pembelajaran
evaluasinya di bawah KKM (68). 2. Hambatan yang dialami dalam proses
D. SIMPULAN DAN SARAN
pembelajaran
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang
menggunakan
pembelajaran
metode
SQ3R
untuk
penulis lakukan tentang penerapan metode
meningkatkan hasil belajar pada materi
pembelajaran SQ3R (Survey, Question,
sistem
Read, Recite, Review) sebagai salah satu
manusia, antara lain:
upaya dalam meningkatkan hasil belajar
a.
pencernaan
makanan
pada
Motivasi dari siswa untuk belajar
pada materi pokok sistem pencernaan
masih tergolong rendah apalagi ketika
manusia di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1
guru tidak mampu bersikap tegas dalam
Abungsemuli Kab. Lampung Utara, dapat
pembelajaran maupun pemberian nilai
diambil kesimpulan bahwa:
hal tersebut akah sedikit demi sedikit
1. Hasil belajar dengan penerapan metode
mengalami perubahan apabila mulai
pembelajaran SQ3R khusunya pada
didukung dari berbagai pihak yaitu
materi
keluarga dan sekolah.
pokok
sistem
pencernaan
manusia mengalami peningkatan yaitu
b.
Adanya
keterbatasan
buku
di
dari nilai diskusi siklus I dengan rata-
sekolah,walaupun didukung referensi
rata kelas = 68,86 dengan ketuntasan
dari
belajar klasikal (seluruh siswa) = 71,43
kreatifitas siswa untuk mencari sumber
%, meningkat menjadi = 73,49 dengan
materi dari tempat lain,juga akan
ketuntasan belajar klasikal (seluruh
menjadi
siswa)
pembelajaran dengan metode SQ3R
=
91,89
%
pada
siklus
internet,tetapi
hambatan
tanpa
adanya
terlaksananya
31
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
sehingga hasil belajar tidak mencapai indicator yaitu nilai 68 (sesuai KKM).
berusaha untuk membimbing kegiatan siswa
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah
2. Bagi guru, sebaiknya guru selalu
dilaksanakan
kerja
kelompok.
Bertujuan agar setiap siswa tidak
upaya
saling menggantungkan diri dengan
meningkatkan hasil belajar, maka peneliti
siswa yang lain dan benar-benar dapat
merasa
bekerjasama
dengan
saran,antara lain :
kelompoknya.
Sehingga
1. Bagi sekolah, diharapkan sedikit demi
mengerjakan
perlu
sedikit
dalam
dalam
memberikan
dapat
melengkapi
saran-
sumber
setiap
siswa
mengutarakan
lebih
termotivasi
untuk
belajar dengan fasilitas yang ada. Atau
ketika
dengan
kerja
kelompok ataupun sedang berdiskusi,
belajar (buku/alat peraga) sehingga
meningkatkan prestasi dengan cara
siswa
turut
aktif
pendapat
di
dan dalam
kelompok mereka. 3. Bagi siswa, sebaiknya ketika guru
dengan cara diharapkan kepada para
menerapkan
pengajar
untuk
pembelajaran di kelas, mereka dapat
senantiasa memberikan suatu variasi
mengikuti instruksi guru dengan baik
dalam penyampaian materi pelajaran
agar hasil yang dicapai bisa sesuai
bagi siswa. Mampu memilih suatu
dengan apa yang diharapkan oleh guru.
metode
sesuai
Dengan begitu, akan tercipta kerjasama
dengan kebutuhan siswa dan berkaitan
yang baik antara guru dan siswa
dengan materi yang akan dibahas.
selama
Dengan harapan supaya siswa bisa
berlangsung.
atau
pendidik
pembelajaran
yang
lebih aktif mengikuti jalannya proses pembelajaran di kelas.
32
tugas
anggota
suatu
proses
metode
pembelajaran
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono, 2004. Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Almatsier, Sunita, 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umat. Aqib, Zaenal, dkk, 2008. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK , Bandung: CV. Yrama Widya. __________, dkk, 2008. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP, SMA, SMK, Bandung: CV. Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta. ___________, dkk, 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Bahri, Syaiful, Djamarah dan Aswan Zain, 2006. Strategi Belajar Mengajar edisi revisi, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Dimyati & Mudjiono, 2006. Belajar dan pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Fried, George H. dan George J. Hademenos, 2005. Teori dan Soal-soal Biologi, Jakarta: Erlangga. Hamalik, Oemar, 2003. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT.Bumi Aksara. Harsanto, Ratno, 2007. Pengelolaan Kelas Yang Dinamis, Yogyakarta: Kanisius. Irianto, Kus, 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untk Paramedis, Bandung: Yrama Widya. Kurniasari, Nita, 2007. Penggunaan Metode Survey,Question,Read,Recite,Review (SQ3R) Dalam Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Pokok Bahasan Sistem Perekonomian Indonesia Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP NU 01 Muallimin Weleri Tahun Pelajaran 2006/2007, Skripsi Fakultas MIPA UNNES, Semarang: Perpustakaan UNNES. Mushobikhatun, 2008. Keefektifan Metode SQ3R Pada Pembelajaran Konsep Sistem Ekskresi Di Madrasah Aliyah Al Asror Gunungpati Semarang,Skripsi Fakultas MIPA UNNES, Semarang:Perpustakaan UNNES. Nurul Zuriah, 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi ,Jakarta: PT. Bumi Aksara.
33
Poerwodarminto, W.J.S, 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN. Balai Pustaka, Purwanto, M.Ngalim, 1990. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sagala, Syaiful, 2003. Konsep dan makna Pembelajaran, Bandung: CV Alfabeta. Skinner, Charles E, 1958. Essentials of Educational Psychology, Tokyo: Maruzen Company. Slameto, 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Soewolo, ___. Fisiologi Manusia, Malang: Univ. Negeri Malang. Sudjana, Nana, 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Syah, Muhibin, 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tarigan, C.B.T, 2005. Kamus Lengkap Biologi Bergambar, Bandung: Penabur Ilmu.
34
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PENGANTAR AKUNTANSI PADA MATERI UANG MELALUI METODE PROBLEM SOLVING SISWA KELAS X AKUNTANSI 1 SMK NEGERI 1 KOTABUMI TAHUN PELAJARAN 2014/2015” Drs. Bawawinarto H, M.M *)
Abstrak Metode belajar yang digunakan pada saat pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran perlu adanya aktivitas-aktivitas yang mendukung agar proses pembelajaran tersebut dapat berjalan secara efektif. Sebagai seorang guru haruslah peka terhadap hal tersebut, seorang guru harus selalu berusaha untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan kondusif. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Metode problem solving dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015, karena metode problem solving sangat menuntut siswa untuk aktif secara individu maupun kelompok dalam proses pembelajaran. Ketika siswa tersebut aktif maka hasil belajar yang dicapai baik. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Kotabumi Tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus, Dalam penelitian ini data yang diambil yaitu data aktivitas siswa, di mana data tersebut diperoleh dari pengamatan langsung oleh observer yang dilakukan pada proses pembelajaran berlangsung dan dicatat pada lembar observasi. Untuk data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil test yang dilakukan pada setiap siklusnya. Data aktivitas belajar siswa dianalisis dengan menggunakan persentase. Data hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan acuan ketuntasan belajar siswa. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan metode problem solving dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Aktivitas belajar terjadi peningkatan dari 30,53% pada siklus I dan 56,84% pada siklus II. Hasil belajar diperoleh peningkatan dari 65,79% pada siklus I dan 86,84% pada siklus II. Disimpulkan bahwa metode problem solving: (1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran pengantar akuntansi untuk materi uang kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajran 2014/2015, DAN (2) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pengantar akuntansi untuk materi uang kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 Kata Kunci : Aktivitas Belajar, Hasil Belajar. Metode Problem Solving. hakiki
A. PENDAHULUAN Dalam pendidikan
kehidupan merupakan
bagian
manusia, dalam
dari
membangun
pendidikan
adalah
upaya
manusia
agar
dapat
mengembangkan
dirinya
secara
kehidupannya untuk dapat beradaptasi
berkelanjutan dan mandiri sebagai seorang
dengan lingkungan. Adapun tujuan yang
manusia
*) Guru SMK Negeri 01 Kotabumi
seutuhnya.
Dalam
menjalani 35
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
kehidupan,
manusia
memerlukan
kurikulum, memberikan bantuan finansial,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
serta peningkatan kualitas tenaga pendidik.
fleksibel,
Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah
serta
tantangan
akomodatif
zaman.
terhadap
Manusia
yang
tidak
dapat
dilepaskan
dari
proses
diharapkan dari hasil pendidikan yaitu
pembelajaran di kelas sebagai proses
mereka
pengetahuan,
interaksi antara guru dengan siswa maupun
keterampilan, dan sikapnya tidak saja
siswa dengan siswa. Guru memegang
mampu
peranan
yang
dengan
menghadap
masalah
yang
yang
sangat
penting
dalam
dialaminya, akan tetapi secara proaktif
pendidikan dan pengajaran di sekolah.
dapat mengendalikan diri dan lingkungan
Seorang
untuk mencapai tujuan
keterampilan
hidupnya secara
mandiri dan tanggung jawab.
guru
dituntut mengajar
mempunyai agar
dapat
mendidik siswa. Hal yang ingin dicapai
Dalam Undang-Undang No.20 tahun
oleh setiap guru dalam melaksanakan tugas
2003 tentang sistem pendidikan nasional
yaitu
mengatakan bahwa : Usaha sadar
dan
keterampilan dan sikap kepada siswa
suasana
dengan harapan agar siswa dapat menjadi
belajar dan proses pembelajaran agar
individu yang dapat berkembang dan
peserta didik secara aktif mengembangkan
mandiri. Guru dalam proses pembelajaran
potensi
memiliki
mempunyai peranan yang penting untuk
kekuatanspiritual keagamaan, pengendalian
menciptakan proses belajar yang mendidik
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
dan
serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
merangsang dan memotivasi siswa agar
masyarakat, bangsanya, dan Negara.
lebih aktif dan kreatif untuk terciptanya
terencana
untuk
mewujudkan
dirinya
untuk
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, maka mutu pendidikan harus ditingkatkan. Menyadari betapa
penting
dan
menyenangkan
pengetahuan,
sehingga
dapat
suatu tujuan pembelajaran dengan hasil belajar yang optimal. Di SMK Negeri 1 Kotabumi bahwa
peran
mata pelajaran pengantar akuntansi banyak
pendidikan, maka pemerintah dalam hal ini
siswa menganggap cukup sulit. Hal ini
berupa
terlihat dari hasil belajar pada semester
meningkatkan
besarnya
mengajarkan
kualitas
mutu
pendidikan di Indonesia.
yang terdahulu adanya capaian hasil belajar
Salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan
pendidikan
akuntansi pada pokok bahasan uang masih
diantaranya penambahan dan pemberian
belum sepenuhnya memuaskan. Dari data
fasilitas
yang diperoleh untuk mata pelajaran
36
mutu
siswa untuk mata pelajaran pengantar
pendidikan,
penyempuranaan
Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pengantar Akuntansi Pada Materi Uang melalui Metode Problem Solving Siswa Kelas X Akuntansi 1 Smk Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Drs. Bawawinarto H, M.M *)
pengantar akuntansi pada materi uang
akan berdampak pada rendahnya prestasi
masih banyak yang belum tuntas, sesuai
atau hasil belajar siswa. Oleh sebab itu
dengan KKM di SMK Negeri 1 Kotabumi,
perlu adanya metode pembelajaran yang
siswa
bila
lebih dapat meningkatkan motivasi siswa,
memperoleh nilai 67. Data hasil belajar
dalam hal ini peneliti ingin menerapkan
yang diperoleh pada Tahun Pelajaran
cooperative learning problem solving.
dikatakan
tuntas
belajar
2013/2014 terlihat bahwa siswa yang
Rumusan masalah dalam penelitian
tuntas belajarnya 11 orang atau 29,73%
ini adalah
dari 37 siswa. sedangkan siswa yang tidak
dengan menggunakan metode Problem
tuntas sebanyak 26 siswa atau 70,27% dari
Solving
37 siswa. Di samping itu hasil observasi
belajar siswa mata pelajaran pengantar
yang dilakukan oleh peneliti menunjukan
akuntansi pada materi uang siswa kelas X
bahwa kegiatan pembelajaran pada mata
Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Kotabumi pada
pelajaran
pengantar
belum
Tahun pelajaran 2014/2015? (2). Apakah
efektif.
Ketidak
proses
pembelajaran
akuntansi efektifan
(1).Apakah pembelajaran
dapat
meningkatkan
dengan
aktivitas
menggunakan
pembelajaran dimungkinan adanya suasana
metode
kelas yang
kurang kondisi dan proses
meningkatkan hasil belajar siswa mata
pembelajaran kurang menyenangkan. Hal
pelajaran pengantar akuntansi pada materi
ini dapat terlihat pada situasi kelas antara
uang siswa kelas X Akuntansi 1 SMK
lain (1). Banyak siswa yang masih belum
Negeri 1 Kotabumi pada Tahun pelajaran
aktif dalam proses pembelajaran atau
2014/2015?.
bermain dengan temannya, sehingga apa
Problem
Solving
dapat
Tujuan penelitian tindakan kelas ini
yang telah disampai oleh guru diabaikan
antara
saja. (2) Kurangnya respon ketika guru
peningkatan
memberikan kesempatan untuk bertanya
pelajaran pengantar akuntansi pada materi
atau pun respon ketika guru memberikan
uang siswa kelas X Akuntansi 1 SMK
pertanyaan. (3) Siswa cenderung pasif pada
Negeri
saat proses pembelajaran. (4) Siswa yang
2014/2015.
bisa mengerjakan soal lebih cepat akan
peningkatan hasil belajar mata pelajaran
cenderung ribut/ ramai saat menunggu
pengantar akuntansi
teman yang lain menyelesaikan soal.
siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1
Dengan kondisi proses pembelajaran yang demikian tersebut, berakibat pada rendahnya aktivitas belajar siswa yang
lain
1
(1)
Untuk
aktivitas
Kotabumi (2)
mengetahui
belajar
Tahun
Untuk
mata
Pelajaran mengetahui
pada materi uang
Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015. Manfaat penelitian tindakan kelas : (1)Dapat
meningkatkan
motivasi
atau 37
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
minat
belajar
siswa.
(2)
dapat
meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa terhadap materi pelajaran pengantar akuntansi khususnya materi uang. (3) dapat memperbaiki pengantar
proses akuntansi.
pembelajaran (4)
sebagai
sudah dibuat, supaya tidak terjebak pada kesalahan dalam penentuan solusi pemecahan masalah, maka pada tahap pengevaluasian ini harus berdasarkan pada tingkat kemungkinannya untuk dapat menyelesaikan masalah tanpa menyebabkan terjadinya masalah lain.”
sumbangan pemikiran bagi guru dalam memilih
metode
pembelajaran
untuk
meningkatkan aktivitas pembelajaran dan hasil belajar pengantar akuntansi. (5) membantu dalam pencapaian ketuntasan belajar siswa. (6) sebagai alternatif dalam mengembangkan pelaksanaan kurikulum pada pembelajaran pengantar akuntansi. “Metode pemecahan masalah (Problem Solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. LangkahLangkah Pemecahan Masalah (Problem Solving): (1) Menganalisis Masalah. Pada tahap ini kita dituntut untuk bisa menganalisis atau melakukan diagnosis terhadap sebuah kejadian, peristiwa atau situasi supaya kita bisa terfokus pada masalah yang sebenarnya. (2) Membuat Alternatif Pemecahan Masalah, Sebelum solusi-solusi atau alternatif diusulkan maka diharapkan dapat memilih satu solusi. Dengan memilih satu solusi, suatu masalah yang ditawarkan akan menjadikan kualitas pemecahan masalah lebih efektif dan efisien. (3) Mengevaluasi Alternatif Pemecahan Masalah. Pada tahap ini harus berhati-hati memberikan penilaian terhadap alternatif-alternatif yang 38
Aktivitas belajar adalah kegiatan atau kesibukan
siswa
dalam
melaksanakan
tugasnya
dalam
proses
pembelajaran
sebagai
pelajar
di
mengemukakan:
sekolah.Sardiman Aktivitas
siswa
merupakan segala bentuk kegiatan yang dilakukan
oleh
siswa
pikiran/jasmani
maupun
yang
bersifat
mental/rohani
dimana keduanya sangat terkait dalam mencapai prestasi belajar baik aktivitas fisik ataupun mental. Aktivitas belajar dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan bertujuan untuk mencapai prestasi belajar yang semaksimal mungkin. Sedangkan menurut
Winkel
(1983:48),
“aktivitas
belajar atau kegiatan belajar adalah segala bentuk kegiatan siswa yang menghasilkan suatu khas yaitu prestasi belajar yang baik”. Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai
dari
kegiatan
siswa
yang
mengalami pendidikan dalam beberapa waktu tertentu yang telah ditentukan sebelumnya yang kemudian dituangkan dalam suatu angka sebagai wakilnya dari hasil belajar.
Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pengantar Akuntansi Pada Materi Uang melalui Metode Problem Solving Siswa Kelas X Akuntansi 1 Smk Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Drs. Bawawinarto H, M.M *)
Menurut
Ahmadi
mengemukakan
bahwa
(2004:142)
jadwal
jam
pembelajaran.
proses
Lama tindakan disesuaikan dengan alokasi
belajar, individu sering belajar selama
waktu yang telah direncanakan dalam
dalam belajarnya. Penelitian menunjukkan,
jadwal
bahwa pengenalan seseorang terhadap hasil
Kotabumi,
atau kemajuan belajarnya adalah penting,
pembelajaran pada setiap materi pokok.
karena dengan mengetahui hasil-hasil yang
Setiap
sudah
lebih
dialokasikan waktu 2x45 menit. Subyek
berusaha meningkatkan hasil belajarnya
penelitian ini adalah siswa kelas X
selanjutnya. Hhasil belajar merupakan
Akuntansi 1 semester ganjil SMK Negeri 1
tingkat
Kotabumi
dicapai,
dalam
disesuaikan
seseorang
kemampuan
akan
siswa
dalam
kegiatan
di
SMK
untuk
satu
Negeri
mencapai
pertemuan
1
tujuan
tersebut
tahun pelajaran 2014/2015.
pembelajaran melalui proses evaluasi dan
Adapun yang berjumlah 38 siswa, terdiri
hasil belajar. Hasil belajar ini dapat dilihat
dari 10 siswa putra dan 28 siswa putri.
dari kemampuan siswa setelah mengikuti Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
tes atau evaluasi.
Metode B. METODE PENELITIAN Dalam
penelitian
penelitian
ini
adalah
penelitian tindakan kelas (classroom action peneliti
reseach). Penelitian tindakan kelas (PTK)
deskriptif
yaitu peneliti melakukan kegiatan ini di
kualitatif. Adapun jenis penelitian yang
dalam kelas dengan penekanan pada
digunakan adalah penelitian tindakan kelas
penyempurnaan atau peningkatan proses
(PTK), yaitu dengan berusaha mengkaji,
pembelajaran. Penelitian tindakan kelas
merefleksi secara kritis dan kolaboratif
menekankan pada suatu kajian yang benar-
suatu
benar dari suatu situasi keadaan yang
menggunakan
ini,
pendekatan
rencana
pembelajaran
terhadap
kinerja guru serta interaksi antara siswa
alamiah
dengan
dengan
tindakan kelas ini ada beberapa faktor yang
guru.Penelitian ini dilaksanakan di SMK
perlu diteliti. Faktor tersebut antara lain:
Negeri 1 Kotabumi pada kelas X Akuntansi
(1)
1 semester ganjil yaitu mulai tanggal 15
pembelajaran pengantar akuntansi dengan
Juli 2014 sampai dengan 30 Agustus 2014
menggunakan
dengan jumlah 38 siswa, pada
berdasarkan masalah. (2) Hasil belajar
siswa,
Pelajaran dilaksanakan Pelaksanaan
dan
siswa
2014/2015. dalam PTK
Tahun
Penelitian dua
dilakukan
di
kelas.
Aktivitas
berupa
Dalam
siswa
model
pencapaian
penelitian
dalam
proses
pembelajaran
peningkatan
siklus.
pemahaman konsep dasar sesuai dengan
dengan
tujuan pembelajaran. Dalam pelakasanaan 39
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
PTK dilaksanakan dengan 2 Siklus yang
materi dan kasus, menentukan unsur dan
masing-masing
bagian-bagian
siklus
Perencanaan,
terdiri
Pelaksanaan
dari:
untuk
memahami
tindakan,
permasalahan pada kasus yang diberikan.
Observasi dan Refleksi. Dalam melakukan
Siswa bekerja pada kelompoknya untuk
analisis data didasarkan pada persentase
mencari alternatif pemecahan masalah
banyaknya siswa yang melakukan aktivitas
sampai
yang terlihat dari indikator aktivitas siswa
memutuskan alternatiif pemecahan masalah
dibandingkan dengan jumlah siswa. Dalam
yang terbaik yang diberikan dalam suatu
PTK ini ada 5 jenis aktivitas siswa yang
kasus
akan diamati yaitu : memperhatikan guru,
dilanjutkan menyampaikan hasil diskusi
menjawab
pertanyaan,
bertanya,
dan menyimpulkan serta diakhiri dengan
mengerjakan
latihan
berdiskusi.
pemberian tes akhir siklus I. Untuk lebih
Sedangkan untuk analisis hasil belajar
rinci pelaksanaan penelitian pada siklus I
diperoleh dari jumlah siswa yang tuntas
terdapat pada langkah-langkah berikut:
belajar
Kegiatan awal
dan
yaitu memiliki nilai lebih besar
atau sama dengan 67 atau KKM ≥ 67.
dengan
tentang
menentukan
pemahaman
atau
uang
dan
Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,
menyampaikan
tujuan
C. HASIL PENELITIAN
pembelajaran, Guru memberikan beberapa
Siklus I
pertanyaan untuk mengetahui kemampuan
a. Perencanaan
awal siswa.
Pada tahap ini peneliti membuat persiapan
Kegiatan Inti
mengajar
rencana
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok
pelaksanaan pembelajaran, menyusun soal
yang tiap kelompok terdiri dari 5 siswa
tes
lembar
yang
melihat
memerintahkan agar siswa berdiskusi guna
hasil
observasi aktivitas
yaitu:
membuat
belajar,
menyusun
terstruktur siswa
untuk
selama
pembelajaran
heterogen,
menganalisis
kemudian
masalah
dan
guru
mencari
berlangsung, menyusun lembar observasi
alternatif pemecahan
pengelolaan pembelajaran, membagi siswa
kasus
ke dalam kelompok-kelompok kecil yang
pertanyaan yang telah disediakan. Setelah
heterogen (baik dari segi kemampuan
semua
maupun jenis kelamin).
kemudian setiap kelompok diharuskan
b. Pelaksanaan
memberikan alternatif dalam pemecahan
Siklus
I
dalam
problem solving 40
penggunaan
masalah terhadap
diberikan dengan mengacu pada
kelompok
selesai
berdiskusi,
metode
soal yang telah diberikan. Jika proses
peneliti menyampaikan
diskusi berjalan dengan baik, mempastikan
Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pengantar Akuntansi Pada Materi Uang melalui Metode Problem Solving Siswa Kelas X Akuntansi 1 Smk Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Drs. Bawawinarto H, M.M *)
setiap alternatif yang disampaikan oleh
ada yang mengantuk, melamun, mengobrol
siswa
dengan teman, tidak mengumpulkan tugas,
sudah
sejalan
dengan
tujuan
pembelajaran.
dan
Memberikan mengevaluasi
penilaian
secara
alternatif-alternatif
teliti
atau
bermalas-malasan
pembelajaran.
Siswa
saat dalam
proses kegiatan
terhadap
bertanya masih sangat rendah yaitu sebesar
masalah
5,26 % sehingga siswa kurang termotivasi
pemecahan
yang disampaikan oleh setiap kelompok,
untuk
memilih alternatif yang terbaik untuk
diberikan berdasarkan pada kasus yang
pemecahan masalah yang telah diusulkan
diberikan guru. Ketidak mauan bertanya
dengan eksplisit atau tegas, memberikan
mungkin diakibatkan oleh siswa tidak tahu
penguatan tentang materi ajar, memberikan
apa yang akan ditanyakan, takut untuk
latihan individu kepada siswa.
bertanya. Di samping itu ternyata siswa
Penutup
yang tidak berani bertanya dalam hasil
Membuat kesimpulan
belajarnya juga
Mengerjakan tes/ evaluasi.
rendah. Keaktifan siswa dalam menjawab
a.
Observasi
pertanyaan juga masih rendah yaitu sebesar
Hasil aktivitas belajar siswa pada
10,53 %. Hal ini membuktikan bahwa
pelaksanaan
siklus
I
diamati
dengan
lebih
masih
memahami
materi
yang
mendapatkan nilai yang
banyak
siswa
yang
belum
menggunakan lembar observasi terstruktur.
memahami sehingga kurang berani untuk
Data aktivitas siswa selama dengan jmlah
menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
siswa sebanyak 38 orang pada siklus I
Keaktifan siswa juga kurang efektif dalam
adalah
kegiatan
memperhatikan
guru
saat
diskusi
untuk
memecahkan
menjelaskan 52,63%, Aktif menjawab
masalah yaitu masih sebesar 36,84 % . Hal
pertanyaan 10,53%, Aktif bertanya 5,26%,
ini dimungkinkan karena jumlah siswa
mengerjakan latihan 47,37% dan aktif
dalam kelompok diskusi relatif cukup
diskusi 36,84%.. (2). Hasil belajar siswa.
banyak, sehingga masih adanya siswa yang
Hasil dari tes / evaluasi pada siklus I kelas
pasif dan tidak perhatian serta masa bodoh
X Akuntansi 1 adalah rata-rata nilai 66,45,
karena
Tingkat ketuntasan belajar 65,79%, Skor
diskusinya.
tertinggi 87,5 dan terrendah 37,5. b.
ada
mengandalkan
teman
dalam
Hasil belajar siswa pada siklus I dari
Refleksi
segi ketuntasan dalam pembelajaran secara
Pembelajaran siklus I teramati bahwa
klasikal masih relatif rendah yaitu sebesar
beberapa
siswa
yang
tidak
65,79 %. Hal ini diakibatkan dari aktivitas
memperhatikan guru menerangkan, mereka
belajar siswa yang belum optimal. Terlihat 41
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
siswa yang aktivitasnya rendah hasil
belajar yang masih rendah. Berdasarkan
belajar yang mereka peroleh juga rendah,
kelemahan-kelemahan
sehingga untuk meningkatkan hasil belajar
membuat
terlebih dahulu siswa yang kurang aktif
diarahkan pada usaha mengurangi atau
diberikan motivasi untuk lebih aktif.
menghilangkan kelemahan pada siklus I.
Selanjutnya
kelemahan-kelemahan
itu menjadi bahan perencanaan tindakan perbaikan pada siklus II sebagai berikut: (1) Peneliti harus lebih menguasai kelas
skenario
tersebut
guru
pembelajaran
yang
Langkah-langkah yang dilaksanakan pada siklus II adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Pada
tahap
ini
peneliti
masih
dengan cara memusatkan perhatian siswa
menggunakan perencanaan pembelajaran
pada penjelasan guru, sehingga siswa akan
yang sama, yaitu: membuat persiapan
memperhatikan saat guru menjelaskan
mengajar
materi pembelajaran. (2) Peneliti harus
pembelajaran, menyusun soal tes hasil
memberikan perhatian yang lebih khusus
belajar,
kepada siswa yang belum tuntas pada
terstruktur untuk melihat aktivitas siswa
siklus I dengan cara membimbing siswa
selama
dalam mengerjakan latihan soal.. (3)
menyusun lembar observasi pengelolaan
Menekankan
pembelajaran, dan membagi siswa dalam
kepada
siswa
untuk
mengerjakan tugas yang diberikan dan mengumpulkannya, sehingga semua siswa
yaitu:
membuat
menyusun
lembar
pembelajaran
rencana
observasi
berlangsung,
beberapa kelompok yang lebih kecil. b. Pelaksanaan
dapat mempertanggung jawabkan hasil
Setelah dilaksanakan refleksi pada
pekerjaanya. (4) Peneliti harus memotivasi
siklus I dan perbaikan perencanaan, maka
siswa
dilaksanakan
untuk
aktif
dalam
proses
tindakan
siklus
II.
pembelajaran sehingga siswa tidak lagi
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
bermalas-malasan
dilaksanakan sama dengan siklus I yaitu
dalam
mengikuti
kegiatan pembelajaran sehingga berani
kegiatan
awal,
kegiatan
untuk menanyakan hal-hal yang belum
penutup.Pembelajaran
jelas atau belum dimengerti.
dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan
pada
inti
dan
siklus
dengan waktu 2 x 45 menit.
II
Pada
pertemuan ini berdasarkan pada hasil
Siklus II Siklus II dilaksanakan berdasarkan
evaluasi siklus I aktivitas siswa dalam
pada hasil refleksi siklus I yang masih
diskusi masih rendah karena terlalu banyak
banyak
yang
anggotanya setiap kelompok sehingga ada
berakibat pada aktivitas belajar dan hasil
siswa yang aktif dan kurang aktif dengan
42
kelemahan-kelemahan
Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pengantar Akuntansi Pada Materi Uang melalui Metode Problem Solving Siswa Kelas X Akuntansi 1 Smk Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Drs. Bawawinarto H, M.M *)
mengandalkan teman diskusinya. maka
aktif, maka guru menekankan kepada siswa
siklus II siswa dibagi dalam kelompok
untuk mengerjakan tugas atau latihan yang
kecil yaitu satu kelompok beranggotakan 3
diberikan dan mengumpulkannya, sehingga
siswa kemudian
semua
siswa diberikan suatu
siswa
dapat
mempertanggung
kasus yang berkaitan dengan keuangan.
jawabkan hasil pekerjaanya. Di samping itu
Kasus yang diberikan kepada masing-
guru memotivasi siswa untuk aktif dalam
masing kelompok didiskusikan
untuk
proses pembelajaran dengan membuat
mencari
suasana belajar yang menyenagkan dengan
alternatif pemecahannya terhadap kasus
memberikan beberapa pertanyaan yang
tersebut. Agar siswa dapat atau mampu
menarik
memecahkan masalah, maka dalam kasus
menjawabnya yang akhirnya siswa tidak
tersebut ada beberapa pertanyaan untuk
lagi bermalas-malasan selama mengikuti
mencari alternatif pemecahan masalahnya.
kegiatan pembelajaran.
menganalisis
masalah
dan
Setelah semua kelompok selesai
sehingga
siswa
termotivasi
a. Observasi
berdiskusi, kemudian setiap kelompok
Hasil aktivitas belajar siswa pada
diharuskan memberikan alternatif dalam
pelaksanaan siklus II diamati dengan
pemecahan kasus yang telah diberikan. Jika
menggunakan lembar observasi terstruktur.
proses
baik,
Data aktivitas siswa selama dengan jmlah
yang
siswa sebanyak 38 orang pada siklus II
diskusi
mempastikan
berjalan setiap
dengan
alternatif
disampaikan oleh siswa sudah sejalan
adalah
dengan tujuan pembelajaran.
menjelaskan 84,21%, Aktif menjawab
Selanjutnya untuk mengevaluasi alternatif
pemecahan
masalah
memperhatikan
pertanyaan
23,68%,
guru
Aktif
saat
bertanya
yaitu
15,79%, mengerjakan latihan 100% dan
memberikan penilaian secara teliti terhadap
aktif diskusi 60,53%.. (2). Hasil belajar
alternatif-alternatif yang disampaikan oleh
siswa. Hasil dari tes / evaluasi pada siklus I
setiap kelompok serta memilih alernatif
kelas X Akuntansi 1 adalah rata-rata nilai
yang terbaik untuk pemecahan masalah
75,66, Tingkat ketuntasan belajar 86,84%,
yang telah diusulkan dengan eksplisit atau
Skor tertinggi 100 dan terrendah 50.
tegas. Dalam aktivitas ini terjadi juga kegiatan
b. Refleksi
tanya jawab yang berkaitan
Dari hasil penelitian yang didapat
dengan apa yang disampaikan oleh setiap
dari siklus II diketahui bahwa dengan
kelompok
pelaksanaan
dengan beberapa argumennya
pembelajaran problem
solving
dengan
dan guru memberikan penguatan tentang
penerapan
dapat
materi pokok tersebut. Agar siswa lebih
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar 43
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
menjadi lebih baik dari sebelumnya yaitu pada siklus I.
D. PEMBAHASAN Aktivitas Siswa Hasil analisis data aktivitas belajar siswa diketahui bahwa persentase siswa yang
aktif
mengalami
peningkatan.
Persentase peningkatan aktivitas belajar siswa siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut : (1).indikator memperhatikan guru menjelaskan diperoleh hasil pada siklus I
Jenis aktivitas terlihat ada 5 sesuai
yaitu 52,63 % dan 84,21 % pada siklus II
dengan lembar obsevasi yang diberikan
dengan peningkatan 31,58. (2). Indikator
kepada observer yaitu :
menjawab pertanyaan pada akhir siklus
Kode
mengalami peningkatan yang cukup baik
aktivitas
yaitu pada siklus I 10,53% dan 23,68% 1
pada siklus II dengan peningkatan 13,16%. (3). Indikator keaktifan bertanya kepada
2
guru pada hasil observasi pada siklus II juga mengalami peningkatan. Pada siklus I 5,26% dan pada siklus II mencapai 15,79%
Memperhatikan guru saat menjelaskan Aktif menjawab pertanyaan guru
3
Aktif bertanya kepada guru
4
Mengerjakan latihan
dengan peningkatan 10,53%. (4) Indikator 5
mengerjakan latihan siklus I sebesar 47,37
Jenis Aktivitas
Aktif berdiskusi dengan teman
% dan siklus II sebesar 100%. (5). Indikator berdiskusi dengan teman terjadi peningkatan persentase sebesar 36,84% pada siklus I dan sebesar 60,53% pada siklus II sehingga terjadi peningkatan sebesar 23,68%. Untuk
lebih
dalam
jelasnya
persentase
kegiatan
belajar
terlihat dari grafik sebagai berikut: 44
bahwa
dari ke 5 aktivitas siswa dalam
kegiatan pembelajaran semua mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Terlihat juga untuk aktivitas mengerjakan
peningkatan pada setiap aktivitas siswa selama
Dari grafik tersebut di atas terlihat
dapat
latihan pada siklus II semua siswa mencoba untuk mengerjakannya.
Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pengantar Akuntansi Pada Materi Uang melalui Metode Problem Solving Siswa Kelas X Akuntansi 1 Smk Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Drs. Bawawinarto H, M.M *)
GRAFIK Hasil Belajar
JUMLAH
KETUNTASAN
BELAJAR SISWA KELAS I DAN II
Dari hasil tes akhir siklus I dan siklus II diperoleh data skor hasil belajar siswa mata pelajaran Pengantar Akuntansi pada materi uang adalah sebagai berikut:
NO
SIKLUS I
Nilai
Kategori
KKM
Jml
%
1
Tuntas
≥ 67
25
65,79
2
Tidak Tuntas
< 67
13
34,21
JUMLAH SIKLUS II Jml
%
33
86,84
5
13,16
38 PENINGKATAN Jml
%
8
21,05
Dari grafik tersebut di atas terlihat jelas bahwa jumlah siswa yang mengalami
38
ketuntasan belajar terjadi peningkatan, Pada siklus I siswa yang mendapat
dimana pada siklus I siswa yang tuntas
nilai sesuai dengan ketuntasan belajar
hanya sebanyak 25 siswa meningkat pada
minimal atau KKM > 67 sebanyak 25
siklus II menjadi 33 siswa
siswa (65,79%), sedangkan pada siklus II
Dalam proses pembelajaran siswa
jumlah siswa yang mendapat nilai sesuai
yang mendapatkan hasil belajar yang tinggi
dengan ketentuan KKM > 67 meningkat
siswa
menjadi 33 siswa (86,84%). Dengan
aktivitas belajar yaitu memperhatikan guru
demikian terjadi peningkatan hasil belajar
saat
siswa yang nilainya pada kategori tuntas
pertanyaan
dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar
guru,
21,05%, sehingga hasil belajar pada siklus
mengerjakan latihan dan aktif berdiskusi
II lebih baik dari siklus I meskipun masih
dengan teman (Ahmadi, 2004:132). Dari
ada 5 siswa yang belum tuntas. Dari
hasil observasi terlihat bahwa siswa yang
ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan
belum tuntas ternyata belum sepenuhnya
siklus II juga dapat digambarkan dalam
melakukan aktivitas dalam pembelajaran
grafik sebagai berikut:
secara aktif. Hal ini dapat terlihat dari
akan
melakukan
menjelaskan,
Aktif
semua
aktif
bertanya
aspek
menjawab
kepada
guru,
45
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
analisis keaktifan belajar siswa dengan ketuntasan hasil belajar sebagai berikut: Secara
grafik
dapat
Seluruh peningkatan yang terjadi pada aktivitas dan hasil belajar siswa
dilihat
terjadi karena dalam pembelajaran peneliti
hubungan antara persentase keaktifan siswa
menggunakan metode problem solving
dengan persentase tingkat ketuntasan hasil
yang dilakukan dengan baik. Hal ini sesuai
belajar siswa dari siklus I ke suklus II
dengan definisi dari Problem Solving itu
sebagai berikut:
sendiri yaitu bahwa metode Problem Solving adalah suatu proses mengajar yang
KEAKTIFAN
KETUNTASAN
titik beratnya diletakkan pada terpecahnya
BELAJAR
BELAJAR
suatu masalah oleh siswa dengan cara
(%)
(%)
rasional logis dan benar serta berlatih untuk
I
18,42
65,79
memecahkan masalah yang timbul (Syaiful
II
60,53
86,84
SIKLUS
Bahri, 1995:103). Tetapi masih ada yang harus
diperbaiki
penggunaan
ke
metode
depan
dalam
problem
solving
seperti: penguasaan materi oleh guru, pengelolaan kelas yang lebih baik, dan keberanian siswa dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan serta pengelolaan waktu. E. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas
dan
pembahasan
dikemukakan,
maka
yang
dapat
telah diambil
kesimpulan sebagai berikut: Dari grafik tersebut di atas terlihat hubungan yang positif antara aktivitas belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa bahwa
peningkatan
ketuntasan
belajar
siswa kelas X Akuntansi 1 diakibatkan oleh kenaikan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
a. Penggunaan metode Problem Solving dapat meningkatkan aktivitas belajar Pengantar Akuntansi pada materi uang siswa Kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri
1
Kotabumi.
Rata-rata
persentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 30,53% dan pada siklus II sebesar 56,84%. Saat pelaksanaan penelitian semua aspek aktivitas telah
46
Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pengantar Akuntansi Pada Materi Uang melalui Metode Problem Solving Siswa Kelas X Akuntansi 1 Smk Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Drs. Bawawinarto H, M.M *)
dilakukan
oleh
siswa
yaitu
Pengantar Akuntansi pada materi uang
memperhatikan guru saat menjelaskan,
siswa Kelas X Akuntansi 1 SMK
aktif menjawab pertanyaan guru, aktif
Negeri 1 Kotabumi. Siswa yang
bertanya kepada guru, mengerjakan
dinyatakan tuntas dengan KKM > 67
latihan dan aktif berdiskusi dengan
pada siklus I sebesar 65,79% dan pada
teman meskipun belum seluruh siswa.
siklus II meningkat menjadi 86,84%
b. Penerapan metode problem solving dapat
menigkatkan
hasil
atau meningkat sebesar 21,05%.
belajar
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1995. Psikologi Belajar. Rineka Cipta: jakarta Arikunto, Suharsini. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumu Aksara _______________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Angkasa Nasution S, 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Angkasa. Roestiyah NK,2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Rohani, Ahmad, 2004. Pengelolaan Pengajaran.. Jakarta: Rineka cipta Sardiman. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung : Tarsito Syaiful Bahri. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : PT Rineka Cipta. Toto Sucipto, 2014. Pengantar Akuntansi : Yudhistiro Winkel. 1983. Psikologi Pendidikan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia
47
PENGARUH AKTIVITAS SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI TERHAAP DISIPLIN GURU SEKOLAH MENEGAH ATAS NEGERI 1 ABUNG SEMULI KABUPATEN LAMPUNG UTARA
Oleh Helina *) Abstrak
Jenis penelitian adalah penelitin survey, dengan teknik pengumpulang data perimer dan skunder, populasi dan sampel dengan teknik anaslisis data kualifikasi dan kuantitatif. Hasil penelitian didapatkan bahwa aktifitas supervise kepala sekolah berpengaruh positif terhadap disiplin guru. Petanyaan tersebut terbukti dari hasil kolerasi antara variabel sebesar 0,704. Besaranya koefisien determinan antara aktivitas suvervisi kepada kepala sekolah teehadap disiplin guru adalah 49,5%. Uji hipotesis parisial antara kepemimipina terhadap disiplin guru diperoleh nilai signifikan adalah P (Sig) 000,00<0,05. Hasili inin menunjukan bahwa terhadap pengaruh posotiv aktifitas supervisi kepala sekolah terhadap disiplin guru pada sekolah menengah atas Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara. Iklim organisasi berpengaruh secara positif terhadapa disiplin guru.Pertanyaan tersebut terbukti dari hasil kolerasi antara variable sebesar 0,794. Besar koefisien adalah 63,0%. Uji hipotesis parsial antara iklim organisasi terhadapa disiplin guru diperoleh signifikan P (sig) 0,000<0,05. Hasil ini menunjukan bahawa terdapat pengaruh positif ikili m organisasi terhadap disiplin guru sekolah menengah atas Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara. Implikasi yang diajukan dalam penelitian ini addalah , perlu ditingkatkan ketegasan kepala sekolah sebagai pimpinan dalam menggerakkan proses pembelajaran, perlu peningkatan dalam pemberian penghargaan atas perestasi kerjaguru dalam pembelajaran, dan perlu ditingkatkan komitmen diri guru untuk mematuhi aturan sekolah dan memelihara fasilitas sekolaha secara baik. Kata Kunci : Aktivitas Supervisi, Iklim Organisasi dan Disiplin A. PENDAHULUAN Kepala Sekolah merupakan orang
dan
efisien
serta
mampu
mengikuti
yang paling bertanggung jawab atas semua
perkembangan teknologi. Kepala sekolah
kegiatan yang dilaksanakan di sekolah.
sebagai manajer adalah mempunyai tugas
Dalam organisasi sekolah kepala sekolah
menyusun perencanaan, pengorganisasian
berfungsi
kegiatan, mengarahkan kegiatan, meng-
sebagai
edukator,
manajer,
administrator dan supervisor di sekolahnya.
koordinasikan
Kepala sekolah sebagai edukator bertugas
pengawasan, melakukan evaluasi terhadap
melaksanakan pembelajaran secara efektif
kegiatan,
48
*) Guru SMA Negeri 01 Abung Semuli
kegiatan,
mengatur
melaksanakan
proses
belajar
Pengaruh Aktivitas Supervisi Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Disiplin Guru Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara (Helina)
mengajar,
keputusan.
Dalam manajemen sekolah, kedu-
administrator
dukan kepala sekolah merupakan faktor
bertugas untuk menyelenggarakan admi-
penentu dan penggerak semua sumber daya
nistrasi sekolah yang berkenaan dengan
yang ada agar dapat berfungsi secara
membuat perencanaan, pengorganisasian
maksimal
dan pengawasan. Kepala sekolah sebagai
pendidikan. Keberhasilan suatu sekolah
supervisor adalah kepala sekolah yang
sangat
dipengaruhi
bertugas membina semua personil itu untuk
kepala
sekolah
dapat bekerja secara profesional dalam
fungsinya.
Kepala
dan
mengambil
sekolah
sebagai
dalam
meningkatkan
oleh
dalam
mutu
keberhasilan melaksanakan
melaksanakan tugasnya. Fungsi kepala
Pelaksanaan supervisi kepala sekolah
sekolah sebagai supervisor adalah untuk
dimaksudkan untuk memperbaiki disiplin
memajukan dan mengambangkan penga-
kerja guru dalam melaksanakan pem-
jaran sehingga proses belajar mengajar
belajaran di sekolah. Aktivitas supervisi
berlangsung
pada
adalah kegiatan pengawasan yang dila-
mutu
kukan
akhirnya
dengan nanti
baik
yang
meningkatkan
pendidikan.
oleh
kepala
sekolah
guna
meningkatkan kualitas guru dalam pelak-
Persoalan pendidikan yang dirasakan
sanaan pendidikan di sekolah. Semakin
masih rumit dan kompleks saat ini adalah
tinggi aktivitas supervisi kepala sekolah
mengenai mutu pendidikan. Di Kabupaten
akan semakin meningkatkan ketertiban/
Lampung Utara, mutu pendidikan/sekolah
kepatuhan
masih relatif rendah yang ditunjukkan
pendidikan sehingga pada akhirnya disiplin
dengan nilai rata nilai kelulusan yang relatif
kerja guru-pun akan meningkat.Supervisi
belum mencapai standar yang ditetapkan
kepala sekolah hakikatnya adalah pelak-
pemerinta. pendidikan
Untuk
guru
dalam
melaksanakan
meningkatkan
mutu
sanaan inspeksi, pembinaan dan pembinaan
memegang
peran
serta
sekolah
memberikan
pencontohan
dalam
sangat penting karena sekolah merupakan
pelaksanaan kegiatan belajar oleh kepala
tempat
sekolah
yang
terlibat
langsung
dalam
terhadap
guru.
Pelaksanaan
melaksanakan proses belajar mengajar,
supervisi di sekolah oleh kepala sekolah
karena sekolah sebagai suatu sistem yang
bukanlah
terdiri dari berbagai komponen pendidikan
kesalahan guru, tetapi sebagai sarana bagi
perlu dikelola secara efektif dan efisien
penyempurnaan
sehingga diperoleh hasil yang optimal
dalampeningkatan
dalam upaya mencapai tujuan pendidikan
fasilitas dan sarana belajar serta hal-hal lain
yang diharapkan.
berkaitan dengan kegiatan sekolah sehingga
semata-mata
tugas
untuk
guru
metode
mencari
termasuk pengajaran,
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
dapat
tercapainya
mutu
dan
kualitas
pendidikan yang baik oleh sekolah.
sesuai dengan yang diharapkan. Semakin baiknya aktivitas supervisi pimpinan akan
Tujuan penelitian ini adalah untuk
cenderung berperan dalam mewujudkan
mengetahui secara mendalam:
kinerja dan kepuasan kerja yang baik pula
1. Pengaruh aktivitas supervisi kepala
pada diri bawahan.
sekolah terhadap disiplin guru Sekolah Menengah Atas Negeri I Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara.
Iklim Organisasi Payne dan Pugh dalam Steers
2. Pengaruh iklim organisasi terhadap
(2005:123) mendefinisikan iklim organisasi
disiplin guru Sekolah Menengah Atas
sebagai sikap, nilai, norma, dan perasaan
Negeri I Abung Semuli Kabupaten
yang dimiliki para karyawan sehubungan
Lampung Utara.
dengan organisasi atau perusahaan tempat
3. Pengaruh aktivitas supervisi kepala sekolah dan iklim organisasi secara
mereka bekerja. Ashkanasy
(2000:22)
bersama-sama terhadap disiplin guru
mendefinisikan iklim organisasi sebagai
Sekolah Menengah Atas Negeri I
persepsi individu yang berdasarkan pada
Abung Semuli Kabupaten Lampung
pola-pola
Utara.
pengalaman-pengalaman
yang
diterima dan
dalam perilaku-
perilaku spesifik individu dalam suatu organisasi.
B. KAJIAN TEORI
Iklim organisasi didefinisikan oleh
Aktivitas Supervisi Kepala Sekolah Pelaksanaan supervisi oleh kepala
Bowditch dan Buono (2007:299) sebagai
sekolah terhadap guru sekolah dimak-
pengukuran yang luas atas harapan-harapan
sudkan untuk memperbaiki kinerja guru
orang-orang tentang hal-hal yang disukai
dan meningkatkan kepuasan kerja guru
dalam organisasi yang sedang mereka
dalam
di
temui.Iklim organisasi dapat berfungsi
sekolah. Aktivitas supervisi adalah kegiatan
sebagai indikator terpenuhi atau tidaknya
inspeksi, pemantauan, pengendalian dan
harapan-harapan
pemeriksaan yang dilakukan oleh pimpinan
organisasi.
melaksanakan
pembelajaran
karyawan
tersebut
di
terhadap bawahan sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan kerja
tindakan
Penelitian ini termasuk penelitian ex
pembimbingan, petunjukdan pengarahan
post facto karena tidak membuat pelakuan
guna tercapainya pelaksanaan pekerjaan
atau manipulasi variabel penelitian tetapi
50
sertadapat
dilakukan
C. METODOLOGI
Pengaruh Aktivitas Supervisi Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Disiplin Guru Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara (Helina)
mengungkapkan gejala-gejala yang telah
subyek sesungguhnya dari suatu penelitian
ada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini
Riduan
bersifat
menjelaskan
sampel adalah bagian dari populasi yang
hubungan sebab akibat antara variabel
diambil sebagai sumber data dan mewakili
dengan
seluruh populasi.
analitik
yakni
pengukuran
data
berdasarkan
pendekatan kuantitatif, dimana informasi
Populasi
dan
Pengambilan
bahwa
Analisis terhadap data penelitian akan
Teknik
mengatakan
3. Metode Analisis Data
dan data akan diolah dan dilakukan analisis dengan teknik statistik.
(2009:56),
menggunakan
kuantitatif,
teknik
analisis
yaitu analisa terhadap data
Sampel
penelitian dengan menggunakan angka-
1. Populasi
angka atau atau menggunakan rumus
Populasi adalah keseluruhan obyek
statistik.Analisis
statistik
melalui
atau unit analisa yang akan diteliti dalam
pendekatan dengan mendeskripsikan semua
suatu
(2009:54)
data dari semua variabel dalam bentuk
memberikan pengertian populasi adalah
distribusi frekwensi.Data yang diperoleh
generalisasi yang terdiri dari objek atau
dari hasil angket untuk masing-masing
subjek
variabel menggunakan Skala Likert.
penelitian.
yang
karakteristik
Sugiyono
meliputi yang
kuantitas
ditetapkan
dan
peneliti.
Uji
validitas
(kesesuaian)
Menurut data yang ada guru yang bertugas
dipergunakan untuk mengetahui tingkat
pada
Sekolah Menengah Atas Negeri I
kesesuaian dari instrumen kuesioner yang
Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara
digunakan dalam pengumpulan data. Uji
adalah sebanyak 46 orang guru.
validitas ini dilakukan untuk mengetahui
2. Penetapan Sampel
apakah
Metode penetapan sampel adalah dengan
mengambil
kuesioner
yang
benar-benar
tersaji
dalam mampu
jumlah
mengungkapkan dengan pasti apa yang
populasi (keseluruhan) obyek penelitian
akan diteliti. Dengan kata lain apakah skor
untuk dijadikan sampel sehingga menjadi
yang diperoleh benar-benar menyatakan
pusat
dalam
hasil pengukuran variabel yang diukur.
penelitian. Jumlah populasi yang dipilih
Cara yang dilakukan adalah dengan analisa
untuk sumber data disebut dengan sampel.
item, dimana setiap nilai total seluruh butir
Sampel adalah bagian dari populasi yang
pertanyaan untuk suatu variabel dengan
ditetapkan menjadi objek sesungguhnya
menggunakan rumus Korelasi Pruduct
dalam
Moment (Sugiono, 2003) sebagai berikut :
perhatian
penelitian.
sebagian
item-item
sesungguhnya
Suharsini
Arikunto
(2002:110) menyatakan arti sampel adalah
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
rxy
n X i Yi X i Yi
nX
2 i
X i nYi Yi 2
b. Menyelenggarakan pendidikan tingkat menengah atas bagi masyarakat guna mencerdaskan kehidupan bangsa yang
Dimana:
mampu dan trampil pada bidang nya.
rxy = Koefisien korelasi Pruduct Moment
c. Melaksanakan
pendidikan
yang
bermutu
untuk
antara item dan total
berkualitas
n = Jumlah subyek yang akan diteliti
membentuk
X i = Skor tiap item
kepribadiandan prilaku insan sehingga
Yi = Total nilai untuk setiap variabel
mampu bersaing secara global di
dan
pengerahuan,
bidang kehidupan D. HASIL
PENELITIAN
Sekolah
DAN
Menengah Atas Negri 1
Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara
PEMBAHSAN
Gambaran Umum Tempat Penelitian
sebagai penyelenggara satuan pendidikan
Sekolahan Menengah Atas Negeri 1
tingkat atas di Kecamatan Abung Semuli
Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara
dalam oprasionalnya selalu memperhatikan
adalah salah satu sekolah menengah tingkat
perkembangan dan tantangan masa depan,
Atas yang berbeda di Kecamatan Abung
seperti:
Semuli
teknologi,
Kecamatan
Abung
Semuli
1)
Perkembangan 2)
dan
Globalisasi
ilmu yang
Utara.Sekolahan
memungkinkan sangat cepat nya arus
Menengah Atas Negeri 1 Abung Semuli
perubahan prilaku dan mobilitas antar
Kabupaten Lampung Utara berdiri pada
sector, 3) Era repormasi, 4) Perubahan
tahun 1989 di jalan raya Abung Semuli
kesadaran
Kabupaten Lampung Utara.
terhadap
Kabupaten
Lampung
masyarakat
dan
pendidikan.
orang
tua
Berdasarkan
Tugas pokok dan fungsi sekolah
pemikiran dasar tersebut maka visi dari
Menengah Atas Negeri 1 abung semuli
pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Kabupaten
Abung Semuli Kabupaten lampung utara
Lampung
Utara
dibidang
pendidikan menengah atas adalah sebagai
adalah
berikut :
Berorientas,Teknologi, Informasi Dengan
a. Melaksanakan
kegiatan
pendidikan
masyarakat melalui kegiatan belajar
:
“Disiplin,
Berlandaskan Imam Dan Taqwa”. 1. Pengaruh
Aktivitas
mengajar sehingga dapat terwujud nya
Kepala
insan yang cerdas,berpengetahuan dan
Disiplin Guru (Y)
berkepribadian.
Berprestasi,
Sekolah
(X1)
Supervisi Dengan
Perhitungan hubungan antara variabel aktivitas supervise kepala sekolah (X1)
52
Pengaruh Aktivitas Supervisi Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Disiplin Guru Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara (Helina)
terhadap disiplin guru (Y) Pada Sekolah
koefisien korelasi maka tingkat korelasi
Menengah Atas Negeri 1 Abung Semuli
iklim organisasi (X2) terhadap variabel
Kabupaten
akan
disiplin guru (Y) pada Sekolah Menengah
melalui
Atas Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten
Lampung
menggunakan
hasil
Utara, hitungan
program SPSS sebagai berikut: Berdasarkan
hasil
Lampung Utara termasuk dalam kategori perhitungan
korelasi “tinggi/kuat”yakni (0,601-0,800).
tingkat korelasi antar variabel melalui program SPSS di peroleh besarnya tingkat
3. Pengaruh aktivitas supervise (X1)
korelasi antara variabel aktivitas supervise
dan Iklim Organisasi (X2) bersama-
keepala sekolah (X1) terhadap disiplin guru
sama terhadap disiplin guru (Y)
(Y) pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Perhitungan
hubungan
antara
Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara.
variabel aktivitas supervisi (X1) dan iklim
Berdasarkan
perhitungan
organisasi (X2) secara bersama – sama
tingkat korelasi antar variabel melalui
(simultan ) terhadap variabel disiplin guru
program SPSS adalah sebesar =0,704. Jika
(Y) pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1
di konsulkan dengan tabel interprestasi
Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara,
koefisien korelasi maka tingkat korelasi
berdasarkan hasil hitungan melalui program
kepemimpinan (X1) terhadap disiplin guru
SPSS for windiws adalah sebagai berikut :
hasil
tingkat
(Y) pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Korelasi aktivitas supervisi kepala
Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara
sekolah (X1) dan iklim organisasi (X2)
termasuk
secara bersama-sama (simultan) terhadap
dalam
kategori
keralisai
“tinggi/kuat” yakni (0,601 – 0,800).
variabel disiplin guru (Y) pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Abung Semuli
2. Pengaruh Variabel Iklim Organisasi
Kabupaten Lampung Utara adalah = 0,838
(X2) Terhadap Variabel Disiplin
artinya ketiga variabel tersebut mempunyai
Guru (Y)
pengaruh
Berdasarkan
perhitungan
positif. Berarti jika aktivitas supervisi
melalui program SPSS diperoleh besarnya
kepala sekolah dan iklim organisasi dalam
tingkat korelasi antara variabel iklim
kondisi baik, maka akan meningkatkan
organisasi (X2) terhadap variabel disiplin
disiplin guru Sekolah Menengah Atas
guru (Y) pada Sekolah Menengah Atas
Negeri
Negeri
Lampung
1
Abung
hasil
yang cukup erat/tinggi dan
Semuli
Kabupaten
1
Abung Utara,
Semuli dan
Kabupaten
sebaliknya
jika
Lampung Utara adalah sebesar 0,794. Jika
aktivitas supervise kepala sekolah dan
dikonsulkan
iklim organisasi tidak dalam kondisi baik,
dengan
tabel
interprestasi
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
maka akan berakibat menurun nya disiplin
kedua variabel bebas dapat masuk dalam
gutu.
perhitungan regresi berganda. Koefisien determinasi (KD) = R2 =
0,838 X 0,702 =0,702 X 100% = 70,2 %.
Berdasarkan tabel di atas, kemudian di masukkan kedalam persamaan:
Jika dapat di tarik kesimpulan bahwa
Y = 15,659 + 0,504X1 + 0,672X2
besarnya penyesuaian aktivitas supervise
1. Setiap terjadi pengikatan nilai pada
kepala sekoalah dan iklim organisasi secara
variabel
bersama-sama (simultan) terhadap variabel
sekolah sebesar satu poin, maka di
disiplin guru Sekolah Menengah Atas
siplin guru akan meningkat sebesar
Negeri 1
0,504 poin
Abung Semuli Kabupaten
aktivitas
supervise
kepala
Lampung Utara sebesar70,2%, dan sisanya
2. Setiap terjadi peningkatan nilai pada
sebesar 29,8% adalah akibat penyesuaian
variabel iklim organisasi sebesar satu
oleh factor lain yang di teliti dalam
poin,
penelitian ini.
meningkat sebesar 0,672 poin.
makan
disiplin
guru
akan
Berdasarkan keterangan di atas Ganda
ditarik kesimpulan koefisien regresi X1
anatar Aktivitas Supervisi (X1) dan
=0,504 lebih besar dari pada kkoefisien
Iklim Organisasi (X2) Terhadap di
regresi X2 = 0,672.Hal ini menunjukan
siplin guru
bahwa konstribusi variabeliklim organisasi
4. Analisis
Regresi
Berdasarkan
hasil
Linier
penelitian,
di
atau dominan di bandingkan aktivitas
peroleh data perhitungan regresi ganda
supervisi
antara aktifitas supervise kepala sekolah
meningkatkan variabel disiplin guru (Y)
dan iklim organisasi sebagai berikut:
pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Variables Entered
Variables
Method
kepala
sekolah
dalam
Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara.
Removed Iklim_organisasi
Enter
Aktifitas _supervisi
5. Pengujian Hipotesis Simultan Uji anova (uji F) adalah digunakan
a. All reguested variabel entered b. Dependend variabel:disiplin-guru
untuk
menguji
variabel
indevenden
(variabel bebas) yaitu aktivitas supervise Tabel variabel intered menunjukan bahwa tidak ada variabel yang di keluarkan (removed) dari model regresi. Artinya
kepala sekolah dan iklim organisasi secara keseluruhan
terhadap
yang
diajukan dapat di terima atau Ho di tolak dan Ha di terima.
54
variabel
Pengaruh Aktivitas Supervisi Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Disiplin Guru Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara (Helina)
E. SIMPULAN DAN IMPLIKASI
63,0%.persaman
regresi
anatar
Simpulan
motivasi kerja terhadap disiplin
Berdasarkan analisis data pada bab
guru adalah Y= 9.268 + 0,782X2.
sebelumnya di peroleh kesimpulan sebagai
Uji hipotesis parsial antara iklim
berikut:
organisasi terhadap disiplin guru
1. Aktivitas supervise kepala sekolah bertpengaruh
secara
diperoleh signifikan adalah p (sig)
positoif
0,000 < 0,05. Hasil ini menunjukan
tetrhadap disiplin guru.pernyatan
bahwa terhadap pengaruh positif
tersebut terbukti dari hasil korelasi
iklim organisasi terhadap disiplin
antara
guru
variabel
Bersarnya
sebesar
koefisien
0,704.
determinan
antara aktivitas supervise kepala sekolah
terhadap
Menengah
Atas
Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara.
guru
3. Perhitungan regresi linier antara
adalah = 49.5%.persamaan regresi
aktivitas supervise kepala sekolah
antara aktivitas supervise kepala
dan iklim organisasi terhadap di
sekolah
guru
siplin guru di peroleh persamaan Y
adalah Y =11.263 + 0,695X1. Uji
= 15, 659 + 0,504 X1 + 0,672X2.
hipotesis
antara
Hasil ini bermakna jika aktivitas
disiplin
supervise kepala sekolah (X1) dan
guru di peroleh signifiksn adalah P
iklim organsasi (x2)tidak berubah
(sig) 0,000 < 0,05. Hasil ini menu
maka disiplin guru (Y) tetap sebesar
jukan
15,596
terhadap
disiplin
Sekolah
disiplin
persial
kepemimpinan
terhadap
bahwaterhadap
pengaruh
poin.
Apabila
positif aktifitas supervise kepala
supervise
sekolah terhadap disiplin guru pada
tingkatkan sebesar 1 poin makan
Sekolah Menengah Atas Negeri 1
disiplin
Abung semuli kabupaten Lampung
sebesar = 0,504 dan jika iklim
Utara.
organisasi di tingkat kan sebesar
2. Iklim organisasi berpengaruh secara positif
terhadap
disiplin
guru.
kepala
aktivitas
guru
akan
sekolah
di
meningkat
satu poin maka disiplin guru akan meningkat sebesar 0,672 poin.
Pernyataan tersebut terbukti dari
Hasil pengujian hipotesis simultan
hasil
memperoleh nilai F hitung = 60,534
korelasi
antara
variabel
sebesar 0,794. Besarnya koefesien
di
mana
hasil
perhitungan
diterninan antara iklim organisasi
menunjukan P (sig) =0,000< α. Jika
terhadap disiplin guru adalah =
di simpulkan bahwa Ho di tolak dan
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
Ha di terima. Berdasarkab hasil
penghargaan atas presetasi kerja guru
perhitungan makan hipotesis yang
dalam
di ajukan di muka ternyata dapat di
imbalan kerja (tunjangan setifikasi)
terima.”
terhadap guru oerlu di upayakan tepat waktu
Implikasi Berdasarkan hasil penelitia di atas, implikasi yang di rumus kan adalah sebagai berikut :
pembelajaran.
sehingga
keterangan
dan
dapat
Pemberian
terwujud
kenyamanan
guru
dalam menjalan kan tugas. 3. Untuk variabel disiplin guru, perlu di
1. Untuk variabel aktivitas kepala sekolah,
tingkatkan komitmen diri guru untuk
perlu di tinglatkan ketegasan kepala
mematuhi
sekolah
Dallam
memelihara fasilitas sekolah secra baik.
pembelajaran
Kepatuhan dan kesedian memelihara
sehingga laporan dan evakuasi hasil
fasilitas serta lingkungan kerja sekolah
prestasi belajar sisaw dapat di susun
merupakan salah satu factor penting
secara baik dan tepat waktu
untuk mrwujudkan disiplin gueu yang
sebagai
menggerakan
pemimpin
proses
2. Untuk variabel iklim organisasi, perlu peningkatan
dalam
aturan
sekolah
dan
tinggi dalam tugas.
pemberian
DAFTAR RUJUKAN
Jayalakshmi Kamath, Dungrani Jayesh, Johnson Misquith. 2012. Johnson Misquith, Padmavathi P.Prabhu, E.V.S.Subrahmanyam, A.R.Shabaraya. 2012. Joseph J.K.,& Joseph L.G. (1997). 3rd ed. New York : John Wiley and Sons, Inc. 40-51. Rohman, Abdul., Musfiroh, Arini., dan Gondowijaya, Ela. 2013. Global Journal 7 (3): 270275. Slamet Ibrahim, Rachmat Mauludin, dan Pusparani Krisnamurthi. 2012. Studi 2013, Vol. 18 Nomor 1. Watson, G, David, 2009, Jakarta : 314-316. Pecsok and Shield.(1968) Modern Methods of Chemical Analysis.New York :John Wiley & Sons.
56
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL IPS PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 1 TANJUNG RAJA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh Asrin, S.Pd Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bertujuan untuk mengetahui implementasi metode pembelajaran Mind Mapping terhadap hasil belajar biologi dan hambatannya pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 01 Tanjung Raja tahun pelajaran 2011/2012, dilaksanakan dalam 2 siklus. Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap di setiap siklusnya, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Proses pembelajaran biologi dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran Mind Mapping. Indikator hasil belajar pada penelitian ini berupa tercapainya ketuntasan belajar secara individual maupun klasikal. Pengumpulan datanya dilakukan dengan metode: wawancara, observasi, dokumentasi, diskusi dan tes evaluasi. Data hasil pengamatan nilai diskusi dan nilai evaluasi diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian keberhasilan tiap siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Hasil belajar biologi siswa melalui penerapan metode pembelajaran Mind Mapping mengalami peningkatan, khususnya pada materi pokok sistem pencernaan makanan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa (1) Melalui penggunaan metode pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa kelas VIII D SMP N 1 Tanjung Raja setiap siklusnya. Rata-rata nilai aktivitas belajar IPS yang relevan dengan proses pembelajaran siswa yang sesuai dengan aspek yang diamati pada saat pembelajaran pada siklus I sebesar 70,73 %, dan meningkat pada siklus II sebesar 11,05 % menjadi 85,78 %. (1) Melalui penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dapat menurunkan aktivitas belajar IPS siswa yang tidak relevan dengan proses pembelajaran pada kelas VIII D SMP N 1 Tanjung Raja setiap siklusnya. Rata-rata nilai aktivitas belajar IPS yang tidak relevan dengan proses pembelajaran siswa yang sesuai dengan aspek yang diamati pada saat pembelajaran pada siklus I yaitu sebesar 5,56 % dan kembali menurun pada siklus II sebesar 2,55 % menjadi 10,15 %. (3) Melalui penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dengan mengamati gambar secara berkelompok dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII D SMP N 1 Tanjung Raja setiap siklusnya. Persentase ketuntasan hasil belajar IPS siswa pada siklus I sebesar 67,74 % dan pada siklus II meningkat sebesar 19,35 % menjadi 87,09 %. Kata kunci : Aktifitas, Hasil Belajar, dan Metode Pembelajaran Mind Mapping.
*) Guru SMP Negeri 01 Tanjung Raja
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
belajaran yang berperan sebagai fasilitator,
A. PENDAHULUAN Sekolah
merupakan
dari
motivator, rekayasa pembela-jaran, dan
sistem pendidikan yang memiliki peran
pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.
dalam upaya meningkatkan mutu pen-
Akan tetapi, pada praktik pem-
didikan, di dalamnya berlangsung interaksi
belajaran di lapangan peserta didik menga-
antara guru dengan peserta didik yang biasa
lami kesulitan pada pembelajaran seperti
disebut proses belajar mengajar yang
kesulitan dalam memusatkan perhatian atau
merupakan kegiatan paling mendasar dalam
mengingat, siswa hanya duduk, mendengar-
pendidikan. Guru memiliki peranan yang
kan dan menerima informasi dari guru.
unik dan kompleks di dalam proses belajar
Cara penerimaan informasi akan kurang
mengajar dalam usahanya untuk mengan-
efektif
tarkan peserta didik ke arah yang dicita-
penguatan daya ingat, walaupun ada proses
citakan (Sardiman, 2008 : 125).
penguatan yang berupa pembuatan catatan,
Belajar IPS
bagian
karena tidak adanya proses
memerlukan suatu
siswa membuat catatan dalam bentuk
metode yang tepat supaya hasil yang
catatan yang monoton. Sehingga peserta
dicapai maksimal dan berpengaruh pada
didik tidak kreatif dan kurang mendapat-
hasil belajar siswa. Seorang guru harus
kan pengalaman belajar yang berujung
dapat memilih metode atau strategi yang
pada rendahnya hasil belajar. Berdasarkan
sesuai
berbagai permasalahan tersebut, diperlukan
dengan
pokok
bahasan
yang
disampaikan, dan juga mempunyai cara-
suatu
cara yang menarik sehingga peserta didik
peningkatan aktivitas dan hasil belajar
mempunyai minat yang tinggi terhadap
siswa misalnya dengan menerapkan metode
pembelajaran IPS.
pembelajaran yang efektif. Salah satunya
Oleh karena
itu,
dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan nasional guru memegang peranan yang sangat penting.
upaya
adalah
yang
metode
berorientasi
pembelajaran
pada
Mind
Mapping. Berdasarkan
keterangan
tersebut,
Guru harus mampu menjadi pendidik yang
perlu dilakukan penelitian dengan tujuan
professional dengan tugas utama mendidik,
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
mengajar,
mengarahkan,
belajar IPS pada siswa kelas VIII D SMP
melatih, menilai, dan menguasai peserta
Negeri 1 Tanjung Raja tahun pelajaran
didiknya. Seorang guru juga harus dapat
2011/2012 dengan menggunakan metode
melaksanakan fungsinya sebagai agen pem
pembelajaran Mind Mapping.
58
membimbing,
Penggunaan Metode Pembelajaran Mind Mapping dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil IPS pada Siswa Kelas VIII D SMP N 1 Tanjung Raja Tahun Pelajaran 2011/2012 (Asrin, S.Pd) Mind Mapping adalah salah satu cara
B. KAJIAN TEORI 1.
Metode
Pembelajaran
Mind
mencatat kreatif
dan mengembangkan
Mapping
gaya belajar visual karena menggunakan
Menurut Sutanto Windura (2008 :
otak kiri dan otak kanan siswa secara aktif
16), Mind Map adalah suatu teknis grafis
dan sinergis sehingga memungkinkan siswa
yang memungkinkan kita untuk meng-
lebih fokus pada pokok bahasan, memberi
eksplorasi seluruh kemampuan otak kita
gambaran yang jelas keseluruhan dan
untuk keperluan berpikir dan belajar.
perincian pokok bahasan yang dipelajari.
Tonny Buzan (2008 : 20), menyatakan
Dalam hal pencatatan, seringkali
bahwa : “Mind Mapping adalah bentuk
siswa tanpa disadari membuat catatan yang
istimewa pencatatan dan perencanaan yang
tidak efektif bahkan tidak sedikit pula yang
bekerja
membuat
selaras
otak
untuk
Mind
Map
langsung seluruh informasi yang tersaji
menggunakan warna dan gambar untuk
pada buku atau penjelasan lisan. Hal ini
membantu membangunkan imajinasi dan
mengakibatkan
cara menggambarkan Mind Map dengan
informasi menjadi sangat terbatas dan
kata-kata atau gambar yang bertengger di
spesifik, sehingga berujung pada minimnya
garis-garis melengkung atau cabang-cabang
kreativitas
akan membantu ingatan kita membuat
setelahnya. Selain itu, bentuk pencatatan
asosiasi”.
seperti ini juga memunculkan kesulitan
memudahkan
Menurut
dengan
mengingat.
Femi
Olivia
menyatakan
bahwa:
merupakan
teknik
(2010
“Mind
:
catatan
yang
dengan
hubungan
dapat
menyalin
antar
ide/
dikembangkan
3)
untuk mengingat dan menggunakan seluruh
Mapping
informasi tersebut dalam belajar atau
ke-
bekerja. Menurut Caroline Edward (2009 :
seluruhan otak dengan menggunakan citra
63), Mind Map menjadi cara mencatat/
visual dan prasarana grafis lainnya untuk
meringkas yang mengakomodir cara kerja
membentuk suatu kesan yang lebih dalam.
otak secara natural. Berbeda dengan catatan
Dengan kata lain, ini merupakan teknik
konvensional yang ditulis dalam bentuk
grafis yang mendorong pemikiran kedua
daftar panjang ke bawah, maka pada
sisi otak, secara visual memperagakan
konsep Mind Map akan mengajak pikiran
berbagai macam hubungan antara gagasan,
untuk membayangkan suatu subjek sebagai
dan
satu kesatuan yang saling berhubungan.
meningkatkan
pemanfaatan
kemampuan
untuk
memandang masalah dari berbagai sisi”.
Berikut ini disajikan perbedaan antara catatan tradisional (catatan biasa) dengan
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
catatan Mind Mapping. Berikut contoh
3.
mind Mapping
Hasil Belajar Hasil penilaian ini pada dasarnya
adalah hasil belajar yang diukur. Hasil penilaian dan evaluasi ini merupakan umpan balik untuk mengetahui sampai dimana proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. METODE PENELITIAN 1.
Metode Penelitian Metode
Gambar 1. Contoh Aplikasi Mind Mapping
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research).
Aktivitas Belajar
Menurut Suharsimi Arikunto (2007 : 57),
Menurut Oemar Hamalik (1994 :
penelitian tindakan kelas adalah penelitian
102), aktivitas belajar amat bermanfaat bagi
yang dilakukan oleh guru bekerja sama
siswa,
pengalaman
dengan peneliti (atau dilakukan oleh guru
pribadi,
yang bertindak sebagai peneliti) di kelas
memupuk kerja sama dan disiplin belajar,
atau di sekolah tempat ia mengajar dengan
mengembangkan minat dan kemampuan
penekanan kepada penyempurnaan atau
berpikir kritis.
peningkatan
2.
untuk
langsung,
memperoleh mengembangkan
Menurut
Sudjana
(1988
:
72),
menyatakan bahwa keaktifan siswa dalam
proses
dan
praktisi
pembelajaran. 2.
Tempat dan Waktu Penelitian
mengikuti proses belajar mengajar meliputi
Penelitian ini dilakukan di SMP N 1
: turut serta dalam melaksanakan tugas
Tanjung Raja Lampung Utara pada siswa
belajarnya,
kelas VIII D tahun pelajaran 2011/2012.
terlibat
dalam
pemecahan
masalah, bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapinya,
berusaha
3.
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa
mencari
kelas VIII D SMP N 1 Tanjung Raja
berbagai informasi yang diperlukan untuk
Lampung Utara tahun pelajaran 2011/2012.
memecahkan masalah, melatih diri dalam
Dipilihnya kelas VIII D sebagai subjek
memecahkan masalah atau soal dan menilai
penelitian karena berdasarkan hasil survei
kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang
awal yang dilakukan oleh peneliti di SMP
diperoleh.
N 1 Tanjung Raja pada siswa kelas VIII D, hasil belajar dan aktivitas belajar yang
60
Penggunaan Metode Pembelajaran Mind Mapping dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil IPS pada Siswa Kelas VIII D SMP N 1 Tanjung Raja Tahun Pelajaran 2011/2012 (Asrin, S.Pd) dilakukan masih tergolong rendah jika an, observasi, dan refleksi. dibandingkan dengan siswa kelas VIII pada umumnya. 4.
C. HASIL
Objek Penelitian Obyek
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
penelitian
ini
adalah
a.
penggunaan strategi pembelajaran Mind
Aktifitas Belajar Siswa 1. Hasil Penelitian
Mapping, aktivitas belajar, dan hasil belajar
Sedangkan untuk data deskripsi dan
siswa pada kelas VIII D SMP N 1 Tanjung
distribusi aktivitas siswa yang relevan
Raja Lampung Utara tahun pelajaran
dengan proses pembelajaran dari siklus ke
2011/2012.
siklus dapat dilihat pada tabel berikut.
5.
Prosedur Penelitian
Tabel 27. Jumlah Persentase Siswa Aktif
Ciri dari penelitian tindakan adalah
Tiap Siklus.
adanya suatu tindakan yang dipraktekkan di
Siklus I Subjek
kelas, dan tindakan tersebut mengikuti
Pert ke1
sebuah alur desain penelitian. Rencana Banyaknya
penelitian tindakan kelas akan dilakukan
Siklus II
Persentase siswa
menjadi landasan untuk pelaksanaan siklus
aktif
II dan seterusnya sampai hasilnya dapat
Rata-rata
dilihat, tiap siklus terdiri dari empat tahap
persentase
2
1
2
20
22
26
62,5
70,9
81,2
%
%
%
Siswa aktif
dalam beberapa siklus. Pelaksanaan siklus I
Pert ke-
70,73 %
Tabel 28. Jumlah Persentase Aktivitas Tidak Relevan Tiap Siklus. Indikator Aktivitas
SIKLUS I Pert 1
SIKLUS II Pert 2
Pert 1
Pert 2
F
%
F
%
F
%
F
%
7
21,87
4
12,90
6
18,75
3
9,67
Mengerjakan tugas
3
9,37
1
3,22
3
9,37
0
0
Asyik bermain
7
2,37
5
16,22
6
21,87
5
16,12
Keluar masuk kelas
0
0
0
0
0
0
0
0
Melamun dan kurang
7
21,87
4
19,90
5
16,12
3
9,67
Mengobrol dengan siswa lain
sendiri
bergairah belajar Rata-rata
12,70 %
10,15 %
90,3%
85,78 %
siswa aktif
yaitu rencana tindakan, pelaksanaan tindak
28
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
Berdasarkan
2. Pembahasan Berdasarkan tabel di atas, dapat
penjelasan
tersebut,
penggunaan metode belajar Mind Mapping
dilihat bahwa persentase siswa aktif dalam
dapat
aktivitas tidak relevan secara keseluruhan
pembelajaran serta menurunkan aktivitas
dalam siklus I sebesar 12,70 % pada siklus
tidak relevan, khususnya saat berlatih
akhir I. Hal ini dikarenakan pada siklus ini
membuat
siswa sangat antusias berlatih membuat
menjadi kreatif. Siswa juga selalu bertanya
Mind
bila
Map
sehingga
siswa
banyak
menjadikan
ada
Mind
siswa
Map
yang
aktif
dalam
membuat
kurang
paham
siswa
saat
melakukan hal yang tidak sesuai seperti
mengerjakan soal-soal latihan, cukup aktif
meminjam alat tulis, bertanya ke teman
dalam mengeluarkan pendapatnya baik
sebangku atau teman samping kanan kiri
dalam diskusi maupun saat pelajaran
sehingga mengganggu teman. Aktivitas
berlangsung dan apabila ada permasalahan
yang cenderung dilakukan siswa adalah
yang kurang tahu maka siswa berusaha
melamun dan kurang bergairah belajar
untuk mencari tahu, melalui bertanya
sebesar 20,88 %, dan yang paling rendah
kepada guru maupun mencari materi
dalam hal keluar masuk kelas sebesar 0 %.
tambahan dari buku paket yang diberikan.
Hal ini disebabkan kurangnya motivasi
Hal ini sependapat dengan Sudjana (1988 :
belajar siswa serta siswa belum mampu
72), yang menyatakan bahwa keaktifan
menumbuhkan kreativitas pikiran mereka
siswa dalam mengikuti proses belajar
ke dalam Mind Mapping.
mengajar
Untuk siklus II mengalami penurun-
meliputi:
turut
serta
dalam
melaksanakan tugas belajarnya, terlibat
an dari 12,70 % pada siklus I menjadi
dalam
pemecahan
masalah,
bertanya
10,15 % pada akhir siklus II, artinya
kepada siswa lain atau guru apabila tidak
mengalami penurunan sebesar 2,55 %.
memahami persoalan yang dihadapinya,
Aktivitas yang cenderung dilakukan siswa
berusaha mencari berbagai informasi yang
adalah asyik bermain sendiri sebesar 18,99
diperlukan untuk memecahkan masalah,
%, dan yang paling rendah dalam hal keluar
melatih diri dalam memecahkan masalah
masuk kelas sebesar 0 %. Hal ini
atau soal dan menilai kemampuan dirinya
disebabkan pada siklus II ini siswa merasa
dan hasil-hasil yang diperoleh.
sudah bisa melakukan pembelajaran dengan
Bukti-bukti ini sesungguhnya men-
metode Mind Mapping sehingga siswa
dukung apa yang diungkapkan oleh teori
memperhatikan penjelasan guru dan tidak
Tony Buzan yang mengatakan bahwa Mind
asyik bermain sendiri.
Map merupakan suatu model yang berguna untuk memaksimalkan kreativitas manusia,
62
Penggunaan Metode Pembelajaran Mind Mapping dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil IPS pada Siswa Kelas VIII D SMP N 1 Tanjung Raja Tahun Pelajaran 2011/2012 (Asrin, S.Pd) sangat memudahkan manusia mengingat 2. Hasil Penelitian informasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
Berdasarkan tabel dan gambar di atas,
bahwa penerapan metode Mind Map pada
terlihat bahwa grafik hasil belajar IPS siswa
kegiatan pembelajaran menjadikan proses
dari siklus Idan siklus II mengalami
keterampilan belajar siswa menjadi terarah,
peningkatan. Persentase hasil belajar IPS
karena siswa mudah mengingat konsep
siswa tuntas meningkat dari siklus I ke
yang penting dari hasil membuat Mind
siklus II mengalami peningkatan sebesar
Map. Hal ini menambah sistem memori
19,35 %.
bekerja secara aktif dalam mengingat dan
Banyaknya siswa tuntas pada siklus
memahami materi pelajaran khususnya
II sebanyak 21 siswa (67,74 %) , dan pada
materi tentang Menentukan perbandingan
siklus II menjadi 27 siswa (87,09 %).
sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan
Dengan adanya refleksi yang dilakukan
menghitung
materi
guru setiap akhir siklus, maka hambatan-
Memecahkan masalah yang melibatkan
hambatan dalam proses pembelajaran baik
kesebangunan.
dari
b. Hasil Belajar IPS Siswa
diminimalisir
panjangnya
dan
sisi
siswa
atau
serta
perlu
guru
dapat
dilakukan
langkah-langkah untuk memperbaikinya
1. Hasil Penelitian Hasil belajar IPS siswa selama proses
sehingga indikator keberhasilan dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran dapat tercapai.
pembelajaran Mind Mapping dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
hasil
proses
pembelajaran ini dapat dijelaskan sebagai
Tabel 29. Nilai Rata-Rata Kelas dan Persentase Siswa Tuntas. Objek Siklus I Nilai rata-rata kelas
Peningkatan
74,21 %
Banyaknya siswa tuntas
21
Persentase siswa tuntas
67,74 %
Gambar 5 . Persentase Nilai Rata-Rata Kelas dan Siswa Tuntas.
berikut, pada siklus II baru siswa pertama kali mengikuti pembelajaran dengan Siklus II metode Mind Mapping, siswa nampak agak 85,16 % canggung untuk berdiskusi, bertanya, 27 menjawab pertanyaan, menampilkan 87,09% imajinasinya kedalam bentuk Mind Map, serta mengemukakan pendapatnya saat mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas sehingga materi kurang dipahami siswa. Pada siklus II siswa nampak lebih berani
dalam
pertanyaan
bertanya,
sehingga
menjawab
suasana
dalam
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
pembelajaran nampak lebih baik dibanding
pada saat pembelajaran pada siklus I
siklus sebelumnya. Sudah nampak susana
sebesar 70,73 %, dan meningkat pada
lebih
siklus II sebesar 11,05 % menjadi
kondusif
sehingga
pembelajaran
berjalan lebih baik karena siswa sudah memahami tugasnya, siswa sudah terbiasa
85,78 %. 2.
Melalui
penerapan
metode
dan memahami konsep Mind Mapping,
pembelajaran Mind Mapping dapat
melalui
individu
menurunkan aktivitas belajar IPS siswa
siswa diberikan
yang tidak relevan dengan proses
pembelajaran
dalam berkelompok kesempatan
yang
secara
untuk
pembelajaran pada kelas VIII D SMP
mengemukakan pendapatnya tentang segala
N 1 Tanjung Raja setiap siklusnya.
yang terkait dengan materi pelajaran yang
Rata-rata nilai aktivitas belajar IPS
dituangkan dalam bentuk Mind Map sesuai
yang tidak relevan dengan proses
dengan imajinasi dan kreativitas masing-
pembelajaran
masing namun masih nampak diskusi
dengan aspek yang diamati pada saat
kelompoknya. Dengan cara demikian siswa
pembelajaran pada siklus I yaitu
dapat
rasa
sebesar 5,56 % dan kembali menurun
percaya diri, keberanian untuk berbicara di
pada siklus II sebesar 2,55 % menjadi
depan kelas serta dapat menghilangkan rasa
10,15 %.
membantu
minder
terutama
sangat
luas
menumbuhkan
bagi
mereka
yang
siswa
yang
sesuai
3. Melalui penerapan metode pembelaja-
mempunyai kemampuan rendah.
ran Mind Mapping dengan mengamati gambar secara berkelompok dapat
D. SIMPULAN DAN SARAN
meningkatkan hasil belajar IPS siswa
A. Simpulan
kelas VIII D SMP N 1 Tanjung Raja
Berdasarkan hasil
penelitian dan
setiap siklusnya. Persentase ketuntasan
pembahasan yang disajikan dalam bab IV
hasil belajar IPS siswa pada siklus I
dapat disimpulkan sebagai berikut :
sebesar 67,74 %
1.
Melalui
penggunaan
metode
meningkat sebesar 19,35 % menjadi
pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS
87,09 %. B. Saran
siswa kelas VIII D SMP N 1 Tanjung
disarankan :
aktivitas belajar IPS yang relevan
1.
yang sesuai dengan aspek yang diamati 64
Berdasarkan hasil penelitian, maka
Raja setiap siklusnya. Rata-rata nilai
dengan proses pembelajaran siswa
dan pada siklus II
Guru Mind
dapat
menggunakan
Mapping
untuk
metode dijadikan
alternatif meningkatkan aktivitas dan
perhitungkan waktu yang tersedia agar
kreativitas
semua rencana pembelajaran dapat
siswa
dalam
upaya
meningkatkan hasil belajar IPS siswa. 2.
3.
Bagi siswa dapat menggunakan metode
terlaksana secara maksimal. 4.
Sebelum
memulai
Mind Mapping dalam pembelajaran
dengan
sebagai salah satu keterampilan belajar
Mapping guru harus selalu memberi
yang
motivasi, semangat dan
efektif
untuk
meningkatkan
penggunaan
pembelajaran metode
Mind
nasehat
kreativitas dan hasil belajar.
khususnya bagi siswa yang kurang
Dalam
melaksanakan
aktif dalam pembelajaran. terutama
dengan
penggunaan
pembelajaran metode
Mind
pada saat diskusi berlangsung.
Mapping sebaiknya guru harus mem-
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Buzan, Tony. 2005. Buku Pintar Mind Map. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama. Buzan, Tony. 2008. Buku Pintar Mind Map Untuk Anak. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama. Edward, Caroline. 2009. Mind Mapping Untuk Anak Sehat dan Cerdas. Yogyakarta : Sakti. Oemar, Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Olivia, Femi. 2010. Visual Mapping. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Jaya. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Windura, Sutanto. 2008. Mind Map Langkah Demi Langkah. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo.
PENERAPAN KURIKULUM 2013 UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA KELAS VII MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI SMP NEGERI 3 KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015 Oleh Hj. SITI BARAROH SA’ADAH, S.Pd.I*) ABSTRAK Dalam Kurikulum 2013 yang dirancang untuk menyongsong model pembelajaran Abad 21, ketika didalamnya akan terdapat pergeseran dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu dari berbagai sumber belajar yang melampaui batas pendidik dan satuan pendidikan. Apabila peserta didik tidak menguasai mata pelajaran tertentu harus dipastikan bahwa yang tidak dikuasainya adalah substansi mata pelajaran tersebut, bukan karena kelemahan penguasaan bahasa pengantar yang dipergunakan. Permasalahan utama yang dihadapi di SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara adalah rendahnya aktifitas belajar siswa yang disebabkan karena metode pembelajaran yang kurang bervariasi, untuk mengatasi hal tersebut salah satu metode yang dapat dipakai adalah diskusi kelompok menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan kurikulum 2013 dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas VII melalui metode diskusi kelompok menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara yang dilaksanakan pada Semester Genap Tahun 2015, penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2015 sampai dengan tanggal 11 Maret 2015. Penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dengan subjek penelitian siswa kelas VII C yang berjumlah 33 orang. Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya peningkatan aktifitas belajar siswa yang terlihat dari persentase aktifitas belajar siswa dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Aktifitas belajar siswa yang diamati yaitu Aktifitas siswa yang bercanda pada siklus I (27,3%), siklus II (10,6%), dan siklus III (3%). Aktifitas siswa yang mengganggu teman pada siklus I (24,2%), siklus II (7,55%), dan siklus III (3%). Aktifitas siswa yang bertanya pada guru pada siklus I (22,75%), siklus II (57,55%), dan siklus III (87,85%). Aktifitas siswa yang menjawab pertanyaan teman pada siklus I (43,9%), siklus II (69,7%), dan siklus III (90,9%). Aktifitas siswa yang menanggapi jawaban teman pada siklus I (33,3%), siklus II (63,6%), dan siklus III (86,35%). Aktifitas siswa yang mengerjakan LKS pada siklus I, siklus II, dan siklus III (100%). Ini berarti hipotesis diterima bahwa penerapan kurikulum 2013 dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas VII C melalui metode diskusi kelompok menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015.
66
*) Guru SMP Negeri 03 Kotabumi
Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I)
Penggunaan Metode Pembelajaran Mind
A. PENDAHULUAN Belajar Pendidikan Agama Islam
Mapping Dalam Meningkatkan Aktivitas
dan Budi Pekerti juga perlu adanya
Belajar Dan Hasil IPS pada Siswa Kelas
banyak latihan agar siswa mendapat
VIII D SPM N 1 Tanjung Raja Tahun
banyak pengalaman tentang berbagai
Pelajaran 2011/2012 (Asrin, S.Pd)ini
bentuk soal Pendidikan Agama Islam dan
siswa
Budi Pekerti dan pemecahannya. Dalam
belajar
proses pembelajaran di sekolah yang
perubahan sikap yang positif terhadap
menggunakan
materi yang dipelajari.
kurikulum
2013,
diharapkan lebih
memperoleh
baik
dan
hasil
memperoleh
hendaknya siswa memiliki minat yang
Dalam rangka meningkatkan minat
tinggi terhadap pelajaran yang diikutinya.
belajar siswa, guru perlu merancang dan
Kurangnya
mengembangkan
minat
menyebabkan
pembelajaran
yang
kurangnya perhatian, partisipasi dan usaha
memfokuskan pada interaksi siswa. Siswa
dalam proses pembelajaran, akibat dari
perlu
kurangnya minat belajar tentunya akan
menggali kemampuannya dalam belajar
berdampak pada prestasi belajarnya juga.
Pendidikan
diberi
kesempatan
Agama
luas
Islam
untuk
dan
Budi
Rendahnya aktifitas belajar siswa
Pekerti. Salah satu usaha untuk membantu
berhubungan dengan kurangnya guru
guru dalam meningkatkan minat belajar
menerapkan
siswa
model
dan
strategi
adalah
dengan
memberikan
pembelajaran yang variatif, kreatif dan
alternatif metode belajar, media belajar
inovatif dalam proses pembelajaran. Dari
dan strategi belajar. Dari sekian alternatif
kenyataan tersebut penulis merasa perlu
belajar, maka dipilih dengan diskusi
mencari solusi yang dapat meningkatkan
menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)
aktifitas belajar siswa dalam proses
dalam
upaya
pembelajaran, yaitu dengan pemilihan
belajar
siswa
metode
Pendidikan
pembelajaran
yang
dapat
meningkatkan pada
Agama
mata Islam
aktifitas pelajaran
dan
Budi
membantu siswa belajar secara mandiri
Pekerti. Dengan menggunakan Lembar
dan
harapan
Kerja Siswa (LKS), penerimaan siswa
keterlibatan dan peran aktif siswa akan
terhadap pelajaran diharapkan akan lebih
terlihat secara optimal. Salah satu model
terkesan
pembelajaran
membentuk pengertian dengan baik dan
adalah
berkelompok
yang
pembelajaran
dengan
dapat
diterapkan
melalui
metode
diskusi kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS), dengan cara
secara
mendalam
sehingga
mantap, juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan
setiap
materi
yang
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
dibahas
saat
berlangsung.
pelajaran Dengan
sedang
menggunakan
diartikan sebagai interaksi siswa dengan keseluruhan
sumber
belajar
lainnya.
Lembar Kerja Siswa (LKS), menunjang
Pembelajaran menaruh perhatian pada
interaksi
kelas
“bagaimana siswa belajar” bukan pada
sehingga memberi keuntungan bahwa
“apa yang dipelajari siswa”. Titik tekan
dengan
pembelajaran adalah bagaimana tujuan
belajar
mengajar
menggunakan
di
Lembar
Kerja
Siswa (LKS) minat siswa akan lebih
belajar
dapat
dicapai.
Jadi,
dalam
meningkat.
pembelajaran terdapat kegiatan memilih,
Oleh karena itu perlu dikembangkan
menetapkan, dan mengembangkan metode
metode mengajar yang melibatkan siswa
untuk mencapai hasil pembelajaran yang
untuk aktif melihat, mengamati, dan
ingin dicapai (Hamzah B. Uno: 2004).
menganalisis. Hasil dari analisis data
Pengertian
dari
tersebut penulis tuangkan dalam bentuk
Pendidikan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
Pekerti juga dapat diartikan sebagai proses
“Penerapan
Islam
dan
Budi
2013
untuk mendapatkan pengertian hubungan-
Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar
hubungan dan simbol-simbol kemudian
Siswa
mengaplikasikannya
judul
Kelas
Diskusi
Kurikulum
Agama
pembelajaran
VII
Melalui
Kelompok
Metode
Menggunakan
sehari-hari
dalam
(Herman
Hudojo:2001).
Lembar Kerja Siswa (LKS) Pada Mata
Menurut
Pelajaran Pendidikan Agama Islam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3
dan Budi Pekerti yaitu :
Kotabumi
1) Kegiatan yang menelusuri pola dan
Lampung
Utara
Tahun
Pelajaran 2014/2015”.
Marsigit
kehidupan
hubungan; 2) Kegiatan
B. KAJIAN PUSTAKA
kreatifitas,
1. Pembelajaran Pendidikan Agama
demonstrasi;
merupakan
upaya
menciptakan kondisi dengan sengaja agar membelajarkan
siswa.
yang imajinasi,
membutuhkan intuisi
dan
3) Kegiatan yang mencakup kegiatan
Islam dan Budi Pekerti Pembelajaran
(2001:40),
Berdasarkan
pengertian tersebut, proses belajar tidak
pemecahan masalah; 4) Kegiatan yang mengkomunikasikan kegiatan dan hasil-hasil Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
hanya diartikan sebagai interaksi antara
Menurut Mathilda Susanti (2007),
siswa dengan guru dimana guru menjadi
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
satu-satunya sumber belajar siswa tetapi 68
Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I)
dalam pembelajaran Pendidikan Agama
mempunyai
Islam dan Budi Pekerti, yaitu :
pemberdayaan semua potensi siswa agar
1) Mengkondisikan siswa agar terbiasa
dapat
melakukan
kreatifitas,
imajinasi,
dalam
menuju
kompetensi
yang
Berikutnya, strategi pembelajaran
2) Fokus dalam pembelajaran;
meningkatkan
menjadi
yang
diharapkan.
intuisi dan demonstrasi;
3) Memberikan
arah
yang digunakan oleh seorang guru di
keterampilan
untuk
dalam kelasnya seharusnya ditujukan agar
kemampuan
siswa
dapat
menyelesaikan
masalah,
memfasilitasi
tercapainya
kompetensi yang telah dirancang dalam
misalnya memahami soal, memilih
dokumen
strategi penyelesaian, menyelesaikan
gilirannya setiap siswa mampu menjadi
soal, dan menafsirkan solusi;
pebelajar
4) Guru
memperhatikan
penguasaan
materi prasyarat yang diperlukan; 5) Pembelajaran dengan
dapat
kurikulum
yang
hayatnya,
sehingga
mandiri
mereka
pada
sepanjang
akan
menjadi
komponen penting untuk mewujudkan
dilaksanakan
sebuah masyarakat belajar (komunitas
teknologi
belajar/learning community). Kualitas lain
menggunakan
maupun media yang ada agar efektif.
yang dikembangkan kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran
2. Pandangan Tentang Pembelajaran
yang wujudnya dapat berupa kreativitas, kemandirian,
Menurut Kurikulum 2013 Dalam pandangan Kurikulum 2013,
kerja
kepemimpinan,
sama,
empati,
solidaritas,
toleransi
dan
kegiatan pembelajaran adalah suatu proses
kecakapan hidup peserta didik guna
pendidikan yang memberikan kesempatan
membentuk watak serta meningkatkan
bagi siswa agar dapat mengembangkan
peradaban dan martabat bangsa.
segala
3. Metode Diskusi Kelompok
potensi
yang
mereka
miliki
menjadi kemampuan yang semakin lama
Untuk
semakin meningkat dilihat dari aspek
pendidikan
sikap,
Pendidikan
pengetahuan,dan
keterampilan.
mewujudkan nasional Agama
tujuan
dan
Islam
dan
tujuan Budi
Kemampuan ini akan diperlukan oleh
Pekerti, maka dalam dunia pendidikan
siswa tersebut untuk kehidupannya dan
dikenal istilah metodologi pengajaran.
untuk bermasyarakat, berbangsa, serta
Jadi metodologi pengajaran adalah suatu
berkontribusi
ilmu dalam bidang pengajaran untuk
pada
kesejahteraan
kehidupan umat manusia, karena itu suatu kegiatan
pembelajaran
seharusnya
terlaksananya
proses
belajar-mengajar
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
secara efektif guna mencapai kegiatan
segala sesuatu semakin tinggi hasil belajar
yang telah ditentukan.
yang diperoleh. Hasil belajar tidak akan
4. Lembar Kerja Siswa (LKS)
dapat
Lembar
Kerja
Siswa
dikuasai
hanya
dengan
(LKS)
mendengarkan atau membaca saja, tetapi
merupakan cara kerja dalam proses
masih diperlukan kegiatan lain seperti
pembelajaran atau merupakan bentuk
membuat rangkuman, mengadakan tanya
operasional dari satuan pelajaran. Lembar
jawab, diskusi, melakukan percobaan,
Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran kerja
memecahkan soal, mengambil keputusan
yang mengandung petunjuk kerja dimana
dan sebagainya.
siswa dapat memperoleh tuntutan urutan kerja
dan
mengisikan
hasil
kerja
Menurut mengatakan
Lufri
(2006
kreatifitas
:
133)
melahirkan
didalamnya. Jadi, lembaran itu adalah
aktifitas atau kreatifitas ditunjukkan oleh
lembaran petunjuk bagi siswa untuk
adanya aktifitas, orang yang mempunyai
melakukan suatu kegiatan dalam proses
kreatifitas tinggi biasanya menghasilkan
belajar-mengajar serta daftar tugas dan
berbagai aktifitas. Pembelajaran berbasis
tempat mencatat hasil pengamatan.
aktifitas (active learning) akan menuntut
5. Aktifitas Belajar
kreatifitas berfikir lebih banyak dari
Belajar merupakan suatu proses
pembelajaran
biasa.
Aktifitas
yaitu
yang kompleks yang terdiri dari berbagai
keinginan untuk berbuat dan bekerja
kegiatan atau aktifitas jasmani dan rohani,
sendiri
aktifitas siswa sangat diperlukan dalam
pengetahuan,
proses
keterampilan serta perubahan tingkah laku
belajar-mengajar,
sehingga
siswalah yang banyak aktif sebab siswa
dia
belajar.
sendiri Menurut
yang
melaksanakan
Hartono
memperoleh
pemahaman
dan
ke arah yang lebih baik.
sebagai subjek didik yang merencanakan dan
sehingga
Menurut Hamalik (1983 : 3) cara belajar yang efisien artinya cara belajar
(1991:5)
yang tepat, praktis, ekonomis, terarah,
“Aktifitas adalah suatu kesibukan dalam
sesuai dengan situasi dan tuntutan yang
kelas secara terstruktur dan terbimbing
ada guna mencapai tujuan belajar. Setelah
oleh guru guna meningkatkan pemahaman
kita
murid terhadap pelajaran yang disajikan”,
sampailah kita kepada tujuan-tujuan yang
setiap reaksi yang diberikan dalam proses
hendak
belajar-mengajar mengandung aktifitas
metode belajar yaitu untuk memperoleh
sehingga makin banyak aktifitas yang
pengetahuan
dilakukan maka dalam kita menguasai 70
memahami
dicapai
penjelasan,
dalam
tentang
maka
mempelajari
belajar
dan
Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I)
kebiasaan-kebiasaan serta sikap yang
sehari-hari
baik, efisien, teratur, berencana.
Mengajar (KBM), hal ini memudahkan peneliti
dalam
untuk
Kegiatan
penilaian
Belajar
selanjutnya.
C. METODOLOGI PENELITIAN
Apakah ada perubahan dalam penilaian
Tempat dan Waktu Penelitian
siklus I, siklus II, dan siklus III.
1. Tempat Penelitian
Subjek Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan
Subjek penelitian adalah siswa kelas
di Kelas VII SMP Negeri 3 Kotabumi
VII C SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung
Kabupaten
Utara yang berjumlah 33 siswa.
Lampung
Utara
Tahun
Pelajaran 2014/2015, dipilihnya sekolah
Prosedur Penelitian
ini sebagai tempat penelitian disebabkan
Penelitian ini dilaksanakan dalam 3
penulis menjadi salah seorang pendidik di
(tiga) siklus, masing-masing siklus terdiri
sekolah ini. Sehingga telah mengetahui
dari 2 (dua) kali pertemuan. Prosedur
permasalahan
penelitian
yang
dihadapi
dalam
ini
adalah
perencanaan,
pembelajaran Pendidikan Agama Islam
tindakan, pengamatan dan refleksi
dan Budi Pekerti, penelitian ini dilakukan
Instrumentasi
sebagai
upaya
meningkatkan Pendidikan
penulis
kualitas
Agama
Islam
untuk
Instrumen yang digunakan dalam
pembelajaran
penelitian ini adalah Lembaran Observasi
dan
Budi
yang
diisi
oleh
observer,
lembaran
Pekerti dan meningkatkan aktifitas belajar
observasi
siswa melalui metode diskusi kelompok
mengumpulkan aktifitas belajar siswa saat
menggunakan
berlangsung proses pembelajaran.
Lembar
Kerja
Siswa
(LKS).
digunakan
untuk
Teknik Analisis Data
2. Waktu Penelitian
1. Untuk menilai Aktifitas Belajar
Waktu penelitian ini dilaksanakan selama
pada
Ketuntasan belajar ditinjau dari
semester genap Tahun 2015, dalam
aspek aktifitas siswa secara klasikal,
kegiatan ini peneliti mempunyai rekan
peneliti melakukan penjumlahan skor
selaku observer yang bertugas mengamati
yang diperoleh seluruh siswa, data yang
kegiatan siswa yang akan diamati dalam
terkumpul di lapangan diolah dengan
Kegiatan
(KBM).
teknik presentase menggunakan rumus
Observer tersebut yaitu Ibu Bintriyanti
yang dikemukakan oleh Arikunto (1989 :
B. S.Ag yang dipilih agar dapat sama-
214) :
sama
9
(sembilan)
Belajar
minggu
Siswa secara Klasikal
Mengajar
memperhatikan
kegiatan
siswa
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
Persentase Aktifitas = Jumlah Siswa Aktif
Rekapitulasi Hasil Pengamatan
x 100% Jumlah Seluruh Siswa Aktifitas
positif
siswa
Aktifitas Belajar Siswa meliputi
siswa yang bertanya pada guru, siswa
Siklus I, Siklus II, dan Siklus III No
Aktifitas
Siklus
Siklus
Siklus
Siswa
I
II
III
27,3
10,6
3
24,2
7,55
3
22,75
57,55
87,85
43,9
69,7
90,9
33,3
63,6
86,35
100
100
100
yang menjawab pertanyaan teman, siswa yang menanggapi jawaban teman, dan siswa yang yang mengerjakan LKS. Untuk
melihat
peningkatan
1. 2.
aktifitas
positif siswa rendah, cukup tinggi atau
3.
yang
dibuat
oleh
Suharsini
4.
teman Bertanya pada guru
pertanyaan teman
Arikuntoro (1989:54) yaitu : 81 – 100% adalah sangat baik 61 – 80%
Mengganggu
Menjawab
sangat tinggi tersebut didasarkan pada kriteria
Bercanda
5.
adalah siswa baik 6.
41 – 60%
adalah cukup
21 – 40%
adalah rendah
0 – 20%
adalah sangat rendah
Menanggapi jawaban teman Mengerjakan LKS
2) Pembahasan
Sedangkan untuk aktifitas negatif
Berdasarkan hasil penelitian terlihat
meliputi siswa yang bercanda, dan siswa
bahwa pada siklus pertama aktifitas
yang mengganggu teman. Untuk melihat
negative
peningkatan aktifitas negatif siswa buruk
mengganggu teman lebih besar dari siklus
sekali, buruk, cukup, dan sangat baik
kedua dan ketiga, sedangkan aktifitas
tersebut menurut Slameto (2001:116)
positif siklus pertama lebih kecil dari
kriterianya adalah :
siklus kedua dan ketiga.
seperti
bercanda
dan
Dari data
0 – 10%
adalah sangat baik
keseluruhan terlihat bahwa siklus III
11 – 25%
adalah cukup
menghasilkan aktifitas yang lebih baik
26 – 49%
adalah buruk
dari siklus kedua dan pertama. Berdasarkan hketerangan tersebut,
50 – 100% adalah buruk sekali dapat D. HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
disimpulkan
kurikulum
2013
bahwa dapat
penerapan
meningkatkan
aktifitas belajar siswa kelas VII C melalui
1) Hasil Penelitian
metode diskusi kelompok menggunakan
Hasil penelitian yang telah dilakukan
Lembar Kerja Siswa (LKS) pada mata
dapat dilihat dalam tabel berikut.
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
72
Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I)
Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Kotabumi
siklus III (90,9%). Aktifitas siswa yang
Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 /
menanggapi jawaban teman pada siklus I
2015.
(33,3%), siklus II (63,6%), dan siklus III (86,35%).
Aktifitas
siswa
yang
E. SIMPULAN DAN SARAN
mengerjakan LKS pada siklus I, siklus II,
A. Simpulan
dan siklus III (100%).
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
B. Saran
Penerapan Kurikulum 2013 dapat
Dari
seluruh
bahasan
dalam
meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas
penelitian ini, ada beberapa saran yang
VII C melalui metode diskusi kelompok
kiranya menjadi penting dikemukakan,
menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)
yaitu sebagai berikut :
pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3
Islam dan Budi Pekerti melalui metode
Kotabumi
Tahun
diskusi kelompok menggunakan Lembar
pelajaran 2014 / 2015. Bukti-bukti yang
Kerja Siswa (LKS) dapat digunakan
menunjukkan peningkatan aktifitas belajar
sebagai salah satu alternatif pembelajaran
siswa pada mata pelajaran Pendidikan
untuk
Agama Islam dan Budi Pekerti dengan
siswa. Untuk bentuk, isi, dan tampilan
menggunakan metode diskusi kelompok
Lembar
menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)
dikembangkan
yaitu perolehan nilai rata-rata aktifitas
menarik, dengan tetap memperhatikan
belajar siswa mengalami peningkatan
kriteria-kriteria penyusunan Lembar Kerja
diantaranya Aktifitas siswa yang bercanda
Siswa
pada siklus I (27,3%), siklus II (10,6%),
berminat
dan siklus III (3%). Aktifitas siswa yang
pembelajaran dan pada akhirnya hasil
mengganggu teman pada siklus I (24,2%),
belajar
siklus II (7,55%), dan siklus III (3%).
optimal.
Lampung
Utara
Aktifitas siswa yang bertanya pada guru pada siklus I (22,75%), siklus II (57,55%), dan siklus III (87,85%). Aktifitas siswa yang menjawab pertanyaan teman pada siklus I (43,9%), siklus II (69,7%), dan
meningkatkan
Kerja
(LKS),
Siswa kembali
sehingga
dalam
siswa
aktifitas
(LKS)
dapat
agar
lebih
siswa
mengikuti
dapat
belajar
diperoleh
lebih proses
lebih
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013. Buku Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP / MTs Kelas VII. Dwi Hartini. 2001. Efektivitas Penggunaan Metode Diskusi Menggunakan LKS. Skipsi: UNY Endang R. W. 2006. Metode Penelitian Kelas. Semarang: FMIPA UNNES Nur Farida. 2004. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan LKS. Skripsi: UNY Soedarsono. 1988. Beberapa Prinsip dalam Penelitian. Yogyakarta: Bimbingan Penelitian Karya Ilmiah FIP IKIP Yogyakarta Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara Suryobroto. 1986. Mengenal Metode Pengajaran dari Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Uzer Usman & Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
74
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
oleh Venty Meilasari*) Abstract This research aimed to find out: (1) which one providing better mathematics learning achievement, TAI model or direct instruction model, (2) which one providing better mathematics learning achievement, the high, medium or low independence of learning students, (3) in each learning models, which one providing better mathematics learning achievement, the high, medium, or low independence of learning students, (4) in each categories of independence of learning, which one providing better mathematics learning achievement, TAI model or direct instruction learning model. This research used the quasiexperimental research method. The research design was a 2×3 factorial design. The population were all students of the 8th class of junior high school in Surakarta on academic year 2015/2016. The sample was taken using stratified cluster random sampling. The instruments used were independence of learning questionnaire and mathematics achievement test. The proposed hypothesis of the research were analyzed by using two-way analysis of variance with unbalanced cells. The conclusions of this research were as follow. (1) TAI model provided the mathematics achievement better mathematics achievement than direct instruction model. (2) The high independence of learning student had better mathematics achievement than medium and low independence of learning students, and the medium had better than low independence of learning students. (3) In each model of learning, mathematics achievement of the high independence of learning students better medium and low independence of learning students, and also the medium independence of learning had better than low. (4) In each categories of independence of learning, TAI model provided better achievement than direct instruction model. Keyword: TAI, Independence of Learning, and Mathematics Achievement
mutu pendidikan, salah satunya adalah
A. PENDAHULUAN Pendidikan
merupakan
bagian
integral pembangunan dan kemajuan suatu bangsa.
Pendidikan
diharapkan
dapat
dengan
melakukan
inovasi
dalam
pembelajaran matematika. Matematika adalah salah satu mata
mempersiapkan siswa untuk dapat hidup
pelajaran
yang
penting
sehingga
di-
sesuai dengan tuntutan zaman. Berbagai
selenggarakan di sekolah sejak pendidikan
upaya telah dilakukan untuk meningkatkan
dasar sampai pendidikan tinggi. Cocroft 75
*) Staf Pengajar Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Kotabumi
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
(dalam
Abdurrahman,
2009:253)
Rendahnya
prestasi
memberikan beberapa alasan pentingnya
matematika
matematika untuk dipelajari antara lain:
mengindikasikan bahwa belum berhasilnya
merupakan ilmu yang selalu digunakan
proses pembelajaran yang telah dilaluinya.
dalam segala aspek kehidupan; sebagai
Salah satu faktor eksternal yang diduga
dasar untuk mata pelajaran yang lain;
menjadi penyebab utama adalah
merupakan sarana komunikasi yang kuat,
pembelajaran yang masih berpusat pada
singkat, dan jelas; serta meningkatkan
guru.
kemampuan berpikir logis, dan ketelitian.
menggunakan
Meskipun
langsung
demikian,
prestasi
belajar
matematika siswa masih rendah. Hasil
Pada
masih
pembelajaran
hanya
kepada
siswa,
model
guru
model
yang
pengetahuan
Programme
umumnya
oleh
mentransfer
siswa.
Hal
ini
of
membuat siswa menjadi bosan dan tidak
Internasional Student Assesment (PISA)
tertarik untuk mempelajari matematika.
tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia
Oleh
menempati peringkat ke-64 dari 65 negara
pembelajaran
peserta pada kategori mathematics literacy.
menghasilkan prestasi belajar yang lebih
Selain itu, menurut penelitian Trends in
baik. Siswa kelas VIII berada dalam tahap
International Mathematics and Science
perkembangan operasional formal. Menurut
Study (TIMSS) pada tahun 2011, Indonesia
Andrich
berada pada peringkat ke-38 dari 42 negara
2008:113) dalam tahap ini siswa lebih
peserta.Hal ini menunjukkan bahwa prestasi
nyaman untuk belajar dengan teman sebaya
belajar matematika siswa Indonesia masih
Salah satu model pembelajaran yang
rendah jika dibandingkan dengan Negara
dapat memfasilitasi siswa untuk belajar
lain. Dalam ruang lingkup yang lebih
dengan teman sebayanya adalah model
sempit, hasil ujian nasional (UN) SMP
pembelajaran
tahun
bahwa
pembelajaran ini menekankan pentingnya
matematika menduduki peringkat terbawah
siswa membangun sendiri pengetahuan
dari empat mata pelajaran yang diujikan.
mereka melalui keterlibatan aktif siswa dan
Selanjutnya berdasarkan data PAMER UN
kerjasama antar siswa dalam proses belajar
2014, diketahui bahwa daya serap terendah
mengajar. Proses belajar mengajar lebih
yang dicapai siswa SMP Negeri Kota
berpusat pada siswa. Menurut Jebson, SR.
Surakarta pada materi persamaan garis
(2012)
lurus yang hanya mencapai 45,07%.
menghasilkan pencapaian yang lebih baik
2014
penelitian
yang dicapai
belajar
menunjukkan
karena
dan
model
itu, yang
dibutuhkan tepat
Styles
agar
(dalam
kooperatif.
pembelajaran
model dapat
Slavin,
Model
kooperatif
pada bidang matematika daripada model 76
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama (Venty Meilasari)
pembelajaran konvensional. Hal senada
oleh hasil penelitian Avowala et al.
juga diungkapkan oleh Awovala dan Nneji
(2013:6) yang menyatakan bahwa TAI
(2012:7) yang menyatakan bahwa ada
memberikan prestasi belajar yang lebih baik
perbedaan yang signifikan pada prestasi
daripada model konvensional. TAI lebih
belajar matematika siswa dengan struktur
efektif
kooperatif dan konvensional. Jadi, dapat
kesempatan untuk belajar bersama dalam
disimpulkan
tim,
bahwa
pembelajaran
karena
dapat
siswa
berbagi
mempunyai
pengetahuan
dan
kooperatif memberikan hasil yang lebih
pendapat, dan terlibat secara aktif dalam
baik daripada pembelajaran konvensional.
mendiskusikan permasalahan.
Slavin (2005:26) menyatakan bahwa terdapat
banyak
tipe
pembelajaran
Salah satu faktor internal siswa yang mempengaruhi
prestasi
adalah
kooperatif yang dikategorisasikan menurut
kemandirian
enam karakterisitik yaitu: tujuan kelompok,
(dalam Torrano dan Carmen, 2004:4)
tanggung jawab individual, kesempatan
menyatakan ada empat fase untuk melihat
sukses
tingkat
yang
sama,
kompetisi
tim,
belajar.
belajar
Menurut
kemandirian
Pintrich
siswa,
yaitu:
spesialisiasi tugas, dan adaptasi terhadap
perencanaan (planning), monitoring diri
kebutuhan kelompok. Diantara tipe dari
(self-monitoring), kontrol (control), dan
model pembelajaran kooperatif adalah tipe
evaluasi (evaluation). Siswa yang memiliki
Team Assisted Individualization (TAI).
kemandirian
belajar
perencanaan
dalam
Model pembelajaran kooperatif tipe
mampu
membuat
belajarnya,
me-
TAI merupakan model pembelajaran yang
monitoring diri, mengontrol diri serta
menggabungkan
mengevaluasi hasil belajar yang telah
teknik
pembelajaran
tertentu untuk mengatasi permasalahan
dicapainya.
pembelajaran individual dan meningkatkan
kemandirian belajar memiliki kombinasi
keterampilan
Pada
keterampilan akademik dan pengendalian
pembelajaran ini siswa belajar dalam
diri yang membuat pembelajarannya terasa
kelompok heterogen yang terdiri dari empat
lebih
sampai lima orang. Dalam kelompok, siswa
prestasi belajar yang maksimal. Hal itu
tidak
sesuai
hanya
kooperatif
bertanggung
siswa.
jawab
atas
Siswa
mudah
yang
sehingga
dengan
yang
telah
(2014)
yang
dilakukan
kelompok sehingga diharapkan siswa untuk
menyatakan bahwa siswa dengan tingkat
saling membantu dalam memahami materi
kemandirian
pelajaran
prestasi
prestasi belajar yang lebih baik dari siswa
kelompok yang maksimal. Hal ini didukung
dengan kemandirian sedang dan rendah,
tercapainya
Bayu
menghasilkan
keberhasilan individu tapi juga keberhasilan
agar
oleh
penelitian
memiliki
belajar
tinggi
memiliki
77
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
siswa dengan tingkat kemandirian sedang
masing-masing
memiliki prestasi belajar yang lebih baik
tingkat kemandirian belajar yang memiliki
daripada siswa dengan tingkat kemandirian
prestasi belajar matematika yang lebih baik.
belajar rendah.
dan (4) untuk pada masing-masing tingkat
Berdasarkan
uraian
pembelajaran,
atas,
kemandirian belajar, model pembelajaran
dikaji dalam
yang menghasilkan prestasi belajar yang
penelitian ini adalah: (1) adakah pengaruh
lebih baik, TAI atau model pembelajara
penerapan
langsung.
permasalahan yang akan
model
di
model
pembelajaran
TAI
terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta tahun pelajaran 2015/2016?; (2) adakah pengaruh
tingkat
kemandirian
B. KAJIAN TEORI Adapun prestasi belajar matematika
belajar
dalam penelitian ini adalah suatu hasil yang
terhadap prestasi belajar matematika siswa
telah dicapai siswa melalui proses belajar
kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta
matematika yang menghasilkan perubahan
tahun pelajaran 2015/2016?;
sebagai
masing-masing
model
(3) pada
pembelajaran,
tingkat kemandirian belajar, manakah yang memiliki prestasi belajar yang lebih baik?. dan
(4)
pada
kemandirian
masing-masing
sendiri
yang
ditunjukkan dengan skor yang diperoleh siswa pada tes prestasi belajar. Selanjutnya meyatakan
bahwa
Slavin tujuan
dari
mengadaptasi
baik,
perbedaan individu yang berkaitan dengan
pembelajara
langsung?.
adalah
model
menghasilkan prestasi belajar yang lebih model
TAI
(2005:187)
pembelajaran
atau
manakah
konstruksi
yang
TAI
belajar,
tingkat
hasil
pengajaran
untuk terhadap
kemampuan siswa maupun pencapaian
Tujuan dari penelitian ini adalah
prestasi siswa. Menurut Slavin (2005: 195–
untuk mengetahui: (1) untuk mengetahui
200), dalam pembelajaran TAI prinsip yang
adanya
harus diketahui dalam pembelajarannya,
pengaruh
penerapan
model
pembelajaran TAI terhadap prestasi belajar
yaitu sebagai berikut.
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri
1. Pengelompokan (Tim)
kota Surakarta tahun pelajaran 2015/2016;
Siswa dibagi menjadi 4 sampai 5
(2) untuk mengetahui adanya pengaruh
anggota untuk tiap kelompok. Tiap-tiap
tingkat kemandirian belajar siswa terhadap
kelompok terdiri dari campuran antara
prestasi belajar matematika siswa kelas VIII
siswa yang memiliki prestasi tinggi,
SMP Negeri kota Surakarta tahun pelajaran
sedang, dan rendah; laki-laki dan
2015/2016; dan (3) untuk mengetahui pada
perempuan dan siswa yang memiliki
78
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama (Venty Meilasari)
perbedaan tersebut
etnik.
Kelompok
saling
membantu
siswa
dalam kelompoknya dengan langkah-
untuk
langkah sebagai berikut:
menyelesaikan masalah yang diberikan guru.
a. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang
2. Tes Penempatan
dalam
Siswa diuji dengan diberi tes pada awal pengajaran.
Mereka
dikelompokkan
kelompok
mereka
untuk
melakukan pengecekan b. Setiap
siswa
diberi
halaman
sesuai dengan poin yang mereka
panduan yang berbentuk Lembar
peroleh.
Kerja Siswa (LKS) yang disiapkan
3. Bahan Kurikulum Kebanyakan
guru
pengajaran
untuk
memecahkan
sesuai
dengan
diajarkan.
permasalahan
materi
Adapun
dilakukan
yang
untuk
akan
dipelajari.
Siswa
diberi
akan
kesempatan untuk bertanya pada
materi-materi
teman sekelompok atau guru jika memerlukan
sub bagian yaitu:
mereka kerja
menjelaskan
sebagai
pemahaman konsep materi yang
tersebut telah dibagi menjadi beberapa
a. Lembar
berdiskusi
pengajaran
kemampuan
yang
bantuan,
kemudian
memulai
latihan
kemampuan yang pertama atau tes keterampilan.
menjadi induk dan memberikan
c. Tiap siswa mengerjakan empat soal
langkah-langkah metode pemecahan
pertama dengan kemampuannya
masalah.
sendiri
b. Tiap
lembar
kerja
kemampuan
selanjutnya
jawabannya
dicek oleh teman dalam satu
terdiri dari beberapa masalah, yang
kelompoknya
tiap-tiap lembarnya mengenalkan
jawaban
bagian-bagian
yang
Apabila keempat soal sudah benar,
akan menunjukkan ke arah induk
siswa tersebut boleh melanjutkan
terakhir pada seluruh kemampuan.
ke latihan kemampuan berikutnya.
c. Pengecekan yang terdiri dari 2
Jika ada yang salah, mereka harus
kemampuan
kelompok paralel. d. Tes akhir. 4. Model kelompok belajar
yang
dengan
halaman
sudah
tersedia.
mencoba
mengerjakan
keempat
soal
kembali
tersebut
dan
seterusnya. Jika ada siswa yang
Berdasarkan tes penempatan awal,
kesulitan
disarankan
untuk
siswa
meminta
bantuan
teman
dikelompokkan
kelompoknya
dan
mereka
dalam bekerja
79
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
sekelompok
sebelum
meminta
bantuan guru. d. Apabila
masing anggota kelompok pada tes
siswa
berhasil
akhir. Kriteria yang dimunculkan untuk
mengerjakan tes keterampilan, siswa
setiap prestasi kelompok: kriteria tinggi
akan mengerjakan tes formatif A.
ditujukan
Pada saat mengerjakan tes formatif,
menjadi kelompok super (super team),
siswa harus mengerjakan sendiri
kriteria menengah diberikan untuk
sampai selesai. Kemudian seorang
kelompok yang menjadi kelompok
teman sekelompok memberi skor,
hebat (great team), kriteria rendah
jika
ditujukan
siswa
sudah
dapat
mengerjakan
untuk
untuk
kelompok
kelompok
yang
yang
setengah atau lebih dari tes tersebut
menjadi kelompok baik (good team).
maka dia berhak lulus dan berhak
Pemberian predikat ini bertujuan untuk
mendapat tes unit. Namun apabila
memotivasi dan memberi semangat
siswa tidak dapat mengerjakannya,
kepada masing-masing kelompok agar
guru akan membantu dan menyuruh
pada pembelajaran selanjutnya mau
siswa tersebut untuk mengerjakan
berusaha untuk melakukan yang lebih
item tertentu dari tes formatif A atau
baik lagi.
menyuruh siswa mengambil soal tes
6. Pengajaran Kelompok
formatif B yang sejajar dengan tes
Setiap
formatif
siswa
selama 10 sampai 15 menit dalam
tes
kelompok kecil dari siswa. Guru
keseluruhan. Tidak ada siswa yang
memberikan materi prasyarat sebelum
diperbolehkan mengambil post-test
pembelajaran berlangsung. Ketika guru
sebelum dia bisa menyelesaikan tes
bekerja dengan pengajaran kelompok,
formatif dengan kelompoknya.
siswa yang lain melanjutkan untuk
A.
Kemudian
diperbolehkan
e. Siswa
mengikuti
menyelesaikan
tes
keseluruhan yang merupakan tes akhir untuk menentukan kriteria kelompok. 5. Nilai
Pada
Kelompok
setiap
pertemuan,
guru
mengajar
bekerja pada kelompoknya dengan individual. 7. Pekerjaan Kelompok Pekerjaan rumah diberikan berdasarkan
dan
Pengenalan
Kelompok
pada
pengajaran
kelompok
yang
diajarkan. akhir
minggu,
nilai
masing-masing
Siswa diberi tes fakta selama 3 menit,
kelompok. Nilai ini didasarkan pada
sebelumnya siswa diberi lembar fakta
menghitung
80
jumlah rata-rata dari skor masing-
guru
8. Tes Fakta
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama (Venty Meilasari)
untuk belajar di rumah guna persiapan tes selanjutnya. 9. Guru
c. Guru mengenalkan konsep dengan mengajar secara kelompok (diskusi
sekali-kali
menghentikan
singkat) dan memberikan langkah-
pembelajaran individu dan mengajar
langkah
pelajaran yang diikuti oleh seluruh
atau soal.
siswa.
menyelesaikan
masalah
d. Dalam satu kelompok siswa diminta
10. Kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi mendapatkan penghargaan.
mengerjakan soal secara individu dan
kemudian
jawaban Berdasarkan
prinsip-prinsip
mencocokkan
dengan
teman
pada
kelompok.
model pembelajaran kooperatif tipe TAI di
mengalami
atas,
pembelajaran
mengerjakan lagi dengan bimbingan
kooperatif tipe TAI yang digunakan dalam
teman yang lebih pandai (asisten).
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Siswa yang masih belum selesai
langkah-langkah
Siswa
satu
yang
kesulitan
masih diminta
mengerjakan satu soal belum boleh 1. Pendahuluan a. Guru
mengerjakan soal selanjutnya. menyampaikan
tujuan
pembelajaran
e. Siswa melanjutkan mengerjakan tes formatif.
b. Guru melakukan
apersepsi dan
Bila
siswa
mampu
menjawab dengan benar setengah
memberikan motivasi pada siswa
atau lebih dari total soal tes formatif
c. Guru menyampaikan pokok materi
maka ia berhak mengambil soal tes
yang akan diajarkan.
unit. Jika tidak mampu menjawab
2. Kegiatan Inti
minimal setengah dari jumlah soal
a. Guru memberikan tes kemampuan
tes
formatif
maka
ia
harus
awal pada pertemuan awal. Pada
mengerjakan ulang soal formatif
penelitian ini, nilai kemampuan
dengan
awal siswa diambil dari nilai UTS
sekelompoknya
matematika semester ganjil tahun
menjawab minimal setengah dari
pelajaran 2015/2016.
jumlah semua soal.
b. Guru
membagi
siswa
dalam
dibantu
teman
sampai
mampu
f. Siswa mengerjakan tes akhir untuk
beberapa kelompok (tiap kelompok
penilaian
kelompok
dan
guru
beranggotakan
mencatat
perolehan
poin
dari
4-5
berdasarkan nilai UTS.
orang)
masing-masing kelompok.
81
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
g. Pada saat belajar dalam kelompok,
regulated learning. Kemandirian dalam
guru memonitor setiap kelompok
belajar
apabila ada masalah yang dialami
Rusman, 2010:354) perlu diberikan kepada
setiap kelompok dan sesekali guru
siswa supaya mereka mempunyai tanggung
menjelaskan materi yang dirasa
jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan
perlu untuk disampaikan kepada
dirinya dalam mengembangkan kemampu-
seluruh siswa.
an belajar atas kemauan sendiri.
h. Memberikan penghargaan kepada kelompok .
Wedemeyer
Barnard, L. et al. (2010) mengukur
aspek, yaitu environment structuring, goal bersama
guru
membuat
kesimpulan
setting, time management, help seeking, task strategis, dan self evaluation. Artinya
b. Siswa dan guru melakukan refleksi
siswa yang memiliki kemandirin belajar
c. Siswa diberi pekerjaan rumah.
mampu
menata
menetapkan Selanjutnya faktor internal yang akan dikaji
dalam
penelitian
ini
adalah
kemandirian belajar. Kemandirian berarti hal atau keadaan yang dapat berdiri sendiri tanpa
bantuan
orang
lain.
Desmita
lingkungan
tujuan
tugas, dan meng-evaluasi diri. Song
dan
Hill
a. Atribut Pribadi
tindakan
secara
bebas
perasaan, serta
(2007:31--32)
menyatakan kemandirian belajar terdiri dari
adalah kemampuan untuk mengendalikan pikiran,
mengatur
memiliki strategi dalam menyelesaikan
beberapa aspek, yaitu:
mengatur
belajar,
belajar,
waktu, mencari bantuan jika diperlukan,
(2011:185) menyatakan bahwa kemandirian
dan
(dalam
kemandirian belajar siswa dalam enam
3. Penutup a. Siswa
menurut
dan
Atribut pribadi merupakan aspek yang
berusaha
berkenaan dengan motivasi belajar,
mengontrol perasaan. Kemandirian ditandai
penggunaan
sumber
dengan ke-mampuan menentukan nasib
strategi belajar.
belajar,
dan
sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur
b. Proses
tingkah laku, bertanggung jawab, mampu
Proses
menahan diri, membuat keputusan sendiri,
berkaitan dengan kemandirian belajar
dan mengatasi masalah sendiri.
siswa dalam proses pembelajaran yang
Meskipun kemandirian berarti dapat berdiri sendiri, kemandirian belajar tidak berarti belajar secara sendiri. Kemandirian belajar juga dikenal dengan istilah self82
merupakan
aspek
yang
meliputi perencanaan, monitoring, serta evaluasi belajar.
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama (Venty Meilasari)
c. Konteks
penelitian adalah stratified cluster random
Fokus dari konteks adalah faktor lingkungan tersebut
dan
bagaimana
memengaruhi
mandirian
belajar.
faktor
tingkat
Faktor
sampling.
ke-
tersebut
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
model
pembelajaran
dan
kemandirian belajar, sedangkan variable
antara lain, structure dan nature of
terikatnya
task.
matematika. Adapun teknik Pengumpulan
Berdasarkan kemandirian
uraian
belajar
tentang
tersebut,
dalam
adalah
prestasi
belajar
data meliputi metode dokumentasi yang mengumpulkan
data
kemampuan
awal
penelitian ini kemandirian belajar siswa
siswa, metode tes yang
merupakan
untuk
data prestasi belajar matematika, dan
pikiran, perasaan, dan
metode angket yang mengumpulkan data
kemampuan
mengkoordinasi tindakan
untuk
siswa
mencapai
mengumpulkan
keberhasilan
kemandirian belajar. Instrumen penelitian
belajar. Adapun aspek kemandirian belajar
berupa tes prestasi belajar dan angket
yang akan diukur, yaitu: merencanakan
kemandirian belajar.
belajar, memiliki motivasi dalam belajar,
Teknik analisis data menggunakan
memilih dan mengadaptasi strategi belajar,
analisis variansi dua jalan dengan sel tak
mengontrol diri, serta memonitor dan
sama.
mengevaluasi hasil belajar.
terlebih dahulu uji prasyarat analisis yaitu
Namun
sebelumnya
dilakukan
uji normalitas dengan metode Lilliefors dan homogenitas dengan metode
C. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental
semu
dengan
desain
Bartlett.
Selanjutnya digunakan uji Scheffe’ untuk uji lanjut pasca anava.
penelitian faktorial 2 × 3. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri se-Kota Surakarta tahun
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pelajaran 2015/2016. Sampel yang terpilih
Hasil uji prasyarat menyimpulkan
adalah tiga sekolah, yaitu SMP Negeri 6
bahwa semua sampel berasal dari populasi
Surakarta dari kategori sekolah tinggi, SMP
yang berdistribusi normal dan homogen.
Negeri 11 Surakarta dari kategori sekolah
Selanjutnya berdasarkan uji keseimbangan
sedang, dan SMP Negeri 13 Surakarta dari
disimpulkan
kategori sekolah rendah. Adapun teknik
belajar,
pengambilan sampel yang digunakan dalam
langsung dalam keadaan seimbang. Berikut
yaitu
bahwa TAI
kedua dan
kelompok
pembelajaran
83
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
rerata prestasi belajar matematika siswa
perbedaan prestasi belajar antara siswa
disajikan pada Tabel 1 berikut.
dengan kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah. (3)
Tabel 1 Rangkuman Rerata Marginal pada Masing-Masing Sel Model Pembelajaran TAI Langsung
kemandirian belajar tinggi sedang rendah 73,103
70,263
59,818
Rerata Margin al 68,138
68,438
58,438
58,448
61,882
70,656
64,857
59,107
tidak
terdapat
pembelajaran
interaksi dan
antar
model
kemandirian
belajar
terhadap prestasi belajar matematika. Setelah ditolak,
Rerata Marginal
diterima sehingga
diperoleh
selanjutnya
bahwa
H0A
dilakukan
uji
komparasi antar baris dan diperoleh Fobs Berdasarkan
hasil
analisis
DK,
uji
dengan
DK
. Hal ini berarti bahwa
prasyarat diketahui bahwa data prestasi belajar berdistribusi normal dan homogen.
terdapat
perbedaan
Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan
matematika
menggunakan anava dua jalan dengan sel
pembelajaran
tak sama. Rangkuman anava dua jalan
langsung. Berdasarkan rerata marginalnya
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
diperoleh
siswa
Sumber Model pembelajaran (A) Kemandirian belajar (B) Interaksi (AB) Galat Total
Dk
Fobs
1
10,004
3,893
2
12,794
3,045
2
2,6907
3,045
181 186
-
-
Berdasarkan
Kep
Tabel
2
tersebut
dengan sel tak sama dengan saraf signifikan ditolak sehingga terdapat
perbedaan prestasi belajar pada siswa yang diberi
perlakuan
model
pembelajaran
kooperatif tipe TAI dan pembelajaran langsung. (2) 84
dan
siswa
ditolak sehingga terdapat
model
pembelajaran
prestasi
belajar
dengan
model
daripada prestasi belajar matematika siswa dengan pembelajaran langsung. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian. Hasil ini juga didukung oleh hasil
diterima -
diperoleh hasil analisis variansi dua jalan
0,05. (1)
TAI
belajar
pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih baik
ditolak ditolak
yang diberi
bahwa
matematika Tabel 2 Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
prestasi
dilakukan
oleh
menyatakan matematika pembelajaran
penelitian yang
Harmini
bahwa siswa
(2014)
prestasi
yang diberi
yang belajar model
TAI lebih baik daripada
prestasi belajar matematika siswa yang diberi
pembelajaran
langsung.
Model
pembelajaran kooperatif tipe TAI menuntut siswa
aktif
untuk
belajar
secara
berkelompok. Siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan tugas yang telah disiapkan.
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama (Venty Meilasari)
Meskipun pada awalnya tugas dikerjakan
Berdasarkan
Tabel
4
dapat
secara individu, namun tetap terjadi diskusi
disimpulkan bahwa: (1) hipotesis pertama
dalam
ditolak, berarti terdapat perbedaan prestasi
kelompok.
Siswa
yang
telah
menguasai pelajaran atau telah berhasil
belajar
menjawab pertanyaaan pada tugas dengan
berkemandirian
benar harus membantu siswa yang belum
Berdasarkan rerata marginal prestasi belajar
menjawab dengan benar. Hal ini sejatinya
siswa dengan kemandirian belajar tinggi
karena
lebih
dalam
keberhasilan
pembelajaran
individu
TAI,
terjadi
jika
kelompoknya berhasil. Berbeda
matematika
baik
antara
tinggi
dan
daripada
siswa
siswa sedang.
dengan
kemandirian belajar sedang, (2) hipotesis kedua ditolak, berarti terdapat perbedaan
dengan
model
prestasi belajar antara siswa berkemandirian
pembelajaran kooperatif tipe TAI yang
belajar sedang dan rendah. Berdasarkan
melibatkan siswa secara aktif terlibat dalam
rerata marginal, prestasi belajar siswa
pembelajaran, pada model pembelajaran
berkemandirian belajar sedang lebih baik
langsung,
proses
hanya
daripada
berjalan
satu
pembelajaran
siswa
berkemandirian
belajar
arah.
Siswa
hanya
rendah, (3) hipotesis ketiga ditolak, berarti
dan
memperhatikan
terdapat perbedaan prestasi belajar antara
penjelasan dari guru. Pembelajaran dirasa
siswa berkemandirian belajar tinggi dan
kurang
yang
rendah.
Berdasarkan
mengakibatkan prestasi belajar matematika
prestasi
belajar
siswa
belajar tinggi lebih baik daripada siswa
mendengarkan
bermakna.
dengan
Hal
tersebut
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih baik
H0B
ditolak,
siswa
marginal
berkemandirian
berkemandirian belajar rendah.
daripada model pembelajaran langsung. Karena
rerata
Hasil penelitian ini sesuai dengan
maka
hipotesis awal penelitian. Hal ini juga
dilanjutkan dengan uji komparasi ganda
didukung oleh penelitian yang dilakukan
antar kolom. Adapun hasilnya disajikan
Bayu (2014)
pada Tabel 3 berikut.
dengan
yang menyatakan siswa
kemandirian
belajar
tinggi
mempunyai prestasi belajar matematika Tabel 3 Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Kolom No H0
Fobs
1 2 3
6,698 6,286 23,798
6,092 6,092 6,092
Keputusan Uji ditolak ditolak ditolak
yang lebih baik daripada siswa dengan kemandirian belajar sedang dan rendah. Siswa dengan kemandirian belajar sedang memiliki prestasi belajar matematika yang lebih
baik
daripada
siswa
dengan
kemandirian belajar rendah. 85
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
Siswa yang memiliki kemandirian
yang lebih baik daripada siswa dengan
belajar mampu menentukan target yang
kemandirian
hendak dicapainya. Kemudian untuk men-
ketidaksesuaian antara hipotesis dan hasil
capai target tersebut, siswa merencanakan
penelitian,
cara dan strategi untuk mencapainya. Selain
langsung
itu, siswa berkemandirian belajar juga
kemandirian
memiliki inisiatif, mampu mengontrol diri,
prestasi belajar yang sama baik dengan
memonitoring serta mengevaluasi proses
siswa dengan kemandirian belajar rendah.
pembelajarannya.
Hal ini disebabkan karena siswa dengan
Pada siswa yang berkemandirian
belajar
yaitu
rendah.
pada
seharusnya
kemandirian
belajar
belajar
Terdapat
pembelajaran siswa
sedang
dengan memiliki
sedang
ternyata
belajar tinggi, siswa tersebut telah memiliki
menunjukkan semangat belajar yang lebih
persiapan dan strategi yang tepat untuk
daripada siswa dengan kemandirian belajar
mencapai target belajar yang dalam hal ini
rendah.
berupa prestasi belajar matematika. Siswa
Hasil penelitian selanjutnya, yaitu
tersebut lebih bersemangat dan termotivasi
pada setiap tingkat kemandirian belajar,
dalam belajar. Hal ini mengakibatkan
prestasi belajar matematika siswa dengan
prestasi belajar yang diperolehnya lebih
model
optimal
daripada prestasi belajar siswa dengan
dibanding
dengan
tingkat
pembelajaran
TAI
baik
kemandirian belajar yang lain. Begitupun
pembelajaran
juga siswa dengan kemandirian belajar
ketidaksesuaian hasil penelitian dengan
sedang memiliki prestasi yang lebih baik
hipotesis penelitian, yaitu pada kemandirian
daripada siswa dengan kemandirian rendah.
tinggi seharusnya siswa memiliki prestasi
Berdasarkan
Terdapat
perhitungan
belajar yang sama untuk setiap model yang
anava diperoleh bahwa H0AB tidak ditolak,
diterapkan. Hal ini disebabkan karena pada
sehingga
uji
praktiknya siswa yang diberikan model
komparasi rerata antar sel pada baris dan
pembelajaran TAI dilibatkan secara aktif
kolom yang sama. Hasil yang diperoleh,
dalam pembelajaran. Keterlibatan tersebut
yaitu pada setiap model pembelajaran,
memacu siswa dengan kemandirian tinggi
siswa dengan kemandirian belajar tinggi
untuk lebih termotivasi untuk belajar. Di
memiliki prestasi belajar matematika yang
sisi lain, pada pembelajaran langsung, siswa
lebih
dengan kemandirian belajar tinggi kurang
baik
tidak
dari
hasil
langsung.
lebih
perlu
pada
dilakukan
siswa
dengan
kemandirian belajar sedang dan rendah,
terpacu
selanjutnya
kemandirian
belajarnya. Pada pembelajaran langsung
belajar sedang memiliki prestasi belajar
siswa hanya menerima transfer ilmu yang
86
siswa
dengan
untuk
memaksimalkan
hasil
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama (Venty Meilasari)
telah disiapkan oleh guru. Tidak adanya
dari pada siswa dengan kemandirian belajar
kesempatan siswa untuk menentukaan cara
rendah.
belajarnya.
menurut
kemandirian belajar, model pembelajaran
Wedemeyer dan Moore (dalam Rusman,
TAI memberikan prestasi belajar yang lebih
2010:354) kemandirian belajar ditinjau dari
baik
dari
langsung.
ada
Pada
hakikatnya
tidaknya
kesempatan
yang
(4)
daripada
Pada
setiap
model
kategori
pembelajaran
diberikan kepada siswa dalam menentukan
Berdasarkan simpulan penelitian,
tujuan pembelajaran; dalam memilih cara
disarankan kepada guru untuk menerapkan
dan media belajar yang digunakan untuk
dapat pembelajaran kooperatif tipe TAI
mencapai tujuan; dan dalam menentukan
untuk dapat meningkatkan pestasi belajar
cara, alat, dan kriteria evaluasi belajarnya.
matematika siswa khususnya pada materi persamaan garis lurus.
E. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan
hasil
analisis
data
dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) ada pengaruh
positif
penerapan
model
pembelajaran kooperatif tipe TAI terhadap prestasi
belajar
matematika.
(2)
ada
pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar. Siswa dengan kemandirian tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kemandirian belajar sedang dan rendah. Siswa dengan kemandirian belajar sedang memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan kemandirian belajar rendah.
(3)
Pada
setiap
model
pembelajaran, siswa dengan kemandirian tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kemandirian belajar sedang dan rendah. Siswa dengan kemandirian belajar sedang memiliki prestasi belajar yang lebih baik 87
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rhineka Cipta. Awovala, AOA. and Nneji, LM. 2012. “Achivement in Cooperative versus Individualistic Goal-Structured junior Secondary School Mathematics Classroom in Nigeria”. Internasional Journal of Mathematics Trends and Tachnology. 3(1), 7-12. Awovala, AOA., Arigbabu, AA., Awovala, AA. 2013. “Effect of Framing and Team Assisted Individualised Instruction strategies on Senior Secondary School Student’s Attitude Toward Mathematics”. Acta Didacta Napocensia. 6(1), 1-22. Barnard, L., Lan, W.Y., and Paton, V. O., 2010. Profiles in Self-Regulated Learning in the Online Learning Environment. International Review of Research in Open and Distance Learning. 11(1), 61-80. Bayu, Purna Nugroho. 2014. Eksperimentasi Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) disertai Assessment for Learning melalui Teman Sejawat ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas X SMA Sekabupaten Bantul. Tesis. Surakarta: UNS. Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Harmini, Triana. 2014. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dan Tipe Group Investigation Pada Materi Persamaan Dan Pertidaksamaan Kuadrat Ditinjau Dari Gaya Belajar Kolb Pada Siswa SMA Negeri Kelas X di Kabupaten Ponorogo.Tesis. Surakarta: UNS. Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Slavin, RE. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media. _____. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks. Song, L and Hill, J.R. 2007. A Conceptual for Understanding Self Directed Learning in Online Environments. Journal of Interactive Online Learning. 6(1). 27-41.Jebson, SR. 2012. “Impact of Cooperative Learning Approach on Senior Secondary School Students Performance in Mathematics”. Ife PsychologIA. 20(2), 107-112. Torrano and Carmen. 2004. Self-Regulated Learning: Current and Future Directions. Electronic Journal of Research in Educational Psychology. 2(1). 1-34.
88
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN DENGAN MEDIA BENDA-BENDA TERDEKAT PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 4 KELAPA TUJUH TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Suryanita*) Abstract Based on the results of daily tests on multiplication tiered math shows that learning is less successful. According to information the teacher, in everyday teaching already described verbally. Low mastery of computing capabilities in learning multiplication is due less to be exact model of learning makes student become easily bored, and less teacher’s explanation. Therefor to improve the ability of calculating the required multiplication learning model with the right media. The results of research in cycle 1 mastery of the material before learning given 31%, after the events took place actife students active students showed 59%, students were 30%, and passive students 12%. Whereas the evaluation results average 68 to 12 students completed and unfinished 8 students. Action results in cycle 2 mastery of the material before the action 48%. After the act is the student activity: active student 78%students were 18% and students pasively 4%. The evaluation results with the average 76 students completed 18 students and 2 students have not completed. Based on the above results it can be concluded that learning with media objects may improve the ability to calculate the nearest multiplication and increase students activity. Keywords : Multiplication, Nearby Objects, Teacing Elementtary Mathematics A. PENDAHULUAN Secara
umum
dengan matematika
me-
Mulyana
yang
diharapkan.
(2001:20)
Bahkan
dalam
kata
rupakan pelajaran yang dianggap sulit dan
pengantarnya menyatakan bahwa nilai
tidak disukai oleh siswa. Hal ini sesuai
matematika berada pada posisi yang
dengan hasil angket siswa kelas IV SDN 4
paling bawah, sehingga tidak heran kalau
Kelapa 7 yang menyatakan bahwa 45 %
nilai matematika dipakai sebagai tolok
siswa
ukur dari kecerdasan siswa.
tidak
matematika
dan
menyukai merasa
pelajaran sulit
untuk
Kalau kita kaji lebih dalam hal
mengikutinya. Oleh karena itu, hasil
tersebut
pembelajaran matematika tidak sesuai
siswa semata tetapi dapat juga disebabkan
*) Guru SD Negeri 04 Kelapa Tujuh
bukan
merupakan
kesalahan
89
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
oleh faktor guru itu sendiri sebagai
adalah
pendidik. Kekurangan guru yang biasa
Penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
dilakukan
pembagian
dalam
kegiatan
belajar
hitung
dasar
yang
.Sebaik
meliputi:
apapun konsep
mengajar adalah mengambil jalan pintas
matematika yang disampaikan oleh guru
dalam pembelajaran, memberi hukuman
pada pembelajaran matematika namun
tanpa melihat lataar belakang kesalahan,
bila siswa tidak menguasai hitung dasar
menunggu
sebagai keterampilan prasaratnya maka
siswa
berbuat
salah,
mengabaikan perbedaan siswa, merasa
hasil pembelajaran kurang memuaskan.
paling pandai, tidak adil, memaksa hak siswa,
(Mulyasa,
Berdasarkan hasil ulangan harian
2005:20).
Namun
siswa kelas IV SDN 4 Kelapa 7 tahun
pengamatan
peneliti
pelajaran 2014/2015 smester I tentang
kesalahan yang biasa dilakukan guru
perkalian bersusun menunjukkan bahwa
dalam
di
20% siswa menguasai secara tuntas, 35%
cepat
siswa agak menguasai, dan 45% kurang
menurut
hasil
membelajarkan
tempat
peneliti
matematika
hingga
siswa
menjadi bosan adalah:
menguasai pada hal pada pembelajaran
1) dalam membelajarkan matematika guru
matematika
hanya
berpedoman
pada
buku
pegangan;
hafalan-hafalan; 3) kegiatan
pembelajaran
masih
memberi
contoh,
bahkan
memberikan soal-soal latihan tentang
diberi kesempatan untuk bertanya ketika guru mengajar, namun sedikit sekali
memerhatikan
keterampilan
prasarat. prasarat
memang
sangat diperlukan dalam pembelajaran, hal tersebut seperti yang dikemukakan oeh Gagne (dalam Degeng, 1997:4) bahwa setiap mata pelajaran mempunyai prasarat belajar (learning pre- requisites). Dalam hubungannya
mereka yang mengajukan pertanyaan. Ketika guru balik bertanya
Keterampilan
dengan
pembelajaran
matematika maka keterampilan prasarat yang harus dikuasai siswa umumnya 90
sudah
perkalian bersusun, dan juga siswa sudah
monoton; 4) kurang
guru
menjelaskan secara lisan, ditulis di papan tulis,
2) penyampaian konsep sarat dengan
sehari-hari
beberapa siswa yang
hanya
dapat menjawab
pertanyaan guru dengan benar, itu pun karena siswa tersebut memang pandai di kelasnya. Bila diberi tes perkalian ratarata
hasilnya
rendah.
Rendahnya
penguasaan kemampuan hitung perkalian kemungkinan besar dikarenakan guru kurang tepat dalam memilih cara atau media dalam pembelajaraan. Siswa kelas
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kota Surakarta (Venty Meilasari)
IV cara berpikirnya masih pada benda
sehingga terjadi proses belajar. Pemberian
konkret,
tidak
fasilitas belajar bagi siswa memerlukan
memperhatikan hal tersebut sehingga
suatu strategi, yaitu strategi pembelajaran.
dimungkan siswa mengalami kesulitan.
Strategi
pem-
belajaran
adalah
kegiaatan
yang
sementara
guru
Berdasarkan masalah di atas peneliti
dipilih
pengajar
menghitung perkalai dengan media benda-
pembelajaran yang dapat memberikan
benda sekitar yang dekat dengan siswa
fasilitas
antara lain dengan jari tangan dan kartu
lanacar tujuan belajar matematika Hudoyo
bilangan. Dengan menggunakan media
(dalam Harmini: 2003:9)
diharapkan
meningkatkan
siswa
dapat
kemampuan
hitung
dalam
oleh
akan berupaya meningkatkan kemampuan
tersebut
(guru)
matematika
belajara
Pengertian
proses
sehingga
media
memper-
pendidikan
menurut Aqip (2003:79) adalah segala
perkalian, lebih baktif, kreatif sehingga
sesuatu
lebih
mencapai
nimbulkan kegiatan belajar mengajar yang
ketuntasan dalan hafalan perkalian sampai
memungkinklan siswa untuk memperoleh
bilangan 100, perkalian bersusun dan
atau mencapai pengetahuan, keterampilan,
operasi perkalian.
dan perubahan sikap.
Bagaimana menggunakan media benda-
Pengertian ini bukan merupakan satu-
benda terdekat dapat meningkat- kan
satunya pengertian yang paling tepat
kemampuan menghitung siswa kelas IV
melainkan hanya merupakan salah satu
SDN 4 Kelapa 7?
jalan untuk mengambil consensus dari
banyak
siswa
Meningkatkan
yang
kemampuan
yang
digunakan
untuk
me-
meng-
adanya bermacam-macam istilah dan
hitung perkalian siswa kelas IV SDN 4
batasan. Di samping itu pengertian ini
Kelapa 7, dengan menggunakan media
perludirumuskan
benda-benda terdekat.
terdapatnya suatu landasan berpijak yang
Strategi Pembelajaran Matema- tika di
menjadi titik berangkat guna pembahasan
Media
Degeng (1997:1) mendefinisikan pembelajaran
sebagai
membelajarkan
siswa.
tersebut
maksud
lebih lanjut.
Sekolah Dasar
definisi
dengan
upaya Bertolak
pembelajaran
untuk
pendidikan
beberapa fungsi
mempunyai
yaitu fungsi sosial,
dari
fungsi edukafif, fungsi ekonomi, fungsi
dapat
politik, dan fungsi budaya, Hamalik
diartikan sebagai suatu kegiatan yang
(1980).
Dalam
hubungannya
memberikan fasilitas belajar yang baik
fungsi
edukatif
media
dengan
pendidikan
mempunyai beberapa ciri yaitu: 91
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
1) Media pendidikan identik artinya
rampilan bertanya, keterampilan membuat
dengan alat peraga yang berarti alat
penguatan,
yang bisa diraba, dilihat, didengar,
variasi,
dan diamati oleh panca indra.
keterampilan membuka
2) Tekanan utama terdapat pada benda
keterampilan
keterampilan
pelajaraan,
mengadakan
men-
jelaskan,
dan menutup
keterampilan
mengajar
atau hal yang dapat didengar atau di-
kelompok kecil, keterampilan mengelola
lihat.
kelas, dan keterampilan membimbing
3) Media pendidikan digunakan dalam
diskusi kelompok kecil.
rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran antara guru dan murid.
B. PELAKSANAAN PENELITIAN
Media pendidikan adalah semacam
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
alat bantu belajar mengajar, baik dalam kelas maupun di luar kelas. 4) Media
pendidikan
Berdasar pada latar belakang maka pendekatan
mengandung
penelitian
Pendekatan
kualitatif. mempunyai
ini
adalah
Pendekatan
aspek–aspek sebagai alat dan teknik
kualitatif
karakteristik
yang sangat erat hubungannya dengan
sebagaimana dilakukan oleh Sugiano,
metode mengajar.
(dalam Harmini:2004:21) antara lain:
Pembelajaran merupakan suatu proses
1) Kondisi objek alamiah,
yang kompleks dan melibatkan berbagai
2) peneliti sebagai objek utama,
aspek yang saling ber- kaitaan. Oleh
3) kaya akan data yang bersifat
karena
itu
untuk
menciptakan
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan
di
keterampilan
pem-
antaranya belajaran
(dari contoh ke kesimpulan atau dari
atau
khusus ke umum) dan berlangsung sejak dimulai sampai pengumpulan
Keterampilan mengajar merupakan profesional
4) analisis dilakukan secara induktif
adalah
keterampilan mengajar.
kompetensi
deskriptif keadaan,
yang
cukup
data selesai, 5) pengumpulan data dilakukan secara
komplek, sebagai integrasi dari berbagai
simultan
kompetensi guru
baik dalam hal metode, sumber, dan
secara utuh dan
menyeluruh. Thurney (dalam Mulyasa, 2005:69) mengemukakan 8 keterampilan mengajar yang sangat menentukan dalam kualitas 92
pembelajaran,
yaitu
kete-
atau
berkesinambungan,
pengumpulan data. 2. Model Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action reseach) karena
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kota Surakarta (Venty Meilasari)
penelitian
ini
untuk
Data yang diperoleh diambil dari
dan
hasil kegiatan yang berhubungan dengan
–
pembelajaran matematika hitung perkalian
langkah pada penelitian tindakan kelas.
dan pembagian pada siswa kelas IV SDN
Penelitian
4 Kelapa 7. Adapun data yang diperoleh
memecahkan dilakukan
dilakukan
masalah
sesuai
di
dengan
tindakan
kelas langkah
kelas
dilakukan
dengan diawali oleh suatu kajian terhadap
dalam penelitian ini adalah:
suatu masalah secara sistematis. Hasil
1) data dari angket siswa, pengamatan
kajian digunakan sebagai dasar untuk
peneliti terhadap hasil pembelajaran
mengatasi
matematika, dan dari hasilwawancara
masalah
.Dalam
proses
perencanaan yang telah disusun dilakukan observasi dan evaluasi dan hasilnya dipahami
sebagaai
masukan
untuk
melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada
tahapan
perencanaan.
Tahapan-
peneliti dengan guru kelas IV, 2) Dari hasil catatan perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung, 3) dari hasil belajar siswa melalui tes yang
dilakukan
tahapan di atas dilakukan berulang-ulang
pembelajaran
dan
pembagian.
bersinambungan
kualitas
keberhasilan
sampai
suatu
tertentu
dapat
Waktu,
Prosedur dan
Subjek
perkalian
dan
pengumpulan
data
dilakukan berdasarkan bentuk data yang ingin
Penelitian
proses
5. Prosedur Pengumpulan Data
tercapai (Wibawa 2004:4). 3. Tempat,
selama
diperoleh.
Untuk
mengetahui
Penelitian ini dilakukan di SDN 4 Kelapa
kemampuan
7
selatan
dilakukan dengan tes hasil belajar dalam
Utara.
Alasan
bentuk skor. Selanjutnya data tentang
adalah
peneliti
sikap dan perilaku serta tanggapan siswa
mengajara di SD tersebut dan lokasi SD
selama pembelajaran perkalian dilakukan
ini berada di pinggiran kota Kecamatan
melalui
Kotabumi
penelitian.
Kecamatan
Kabupaten pemilihan
Kotabumi
Lapung lokasi
ini
selatan.
Penelitian
ini
menghitung
pengamatan
perkalian
pada
subjek
dilaksanakan mulai September sampai bulan November tahun 2013 smester I, pada
kelas
IV
SDN
4
Kelapa
7
6. Analisis Data Memperhatikan jenis data yang
Tanggulangin dengan jumlah siswa 20
dikumpulkan,
ada
dua
teknik
yang
anak.
digunakan
4. Data dan Sumber Data
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
dalam penelitian ini yaitu
Analisis kuantitatif digunakan terhadap 93
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
hasil tes, sedangkan analisis kualitatif
(3) Soal evaluasi
digunakan dalam data kualitatif yang
(4) Menentukan
diperoleh dari hasil pengamatan terhadap
jadwal
tindakan
kelas.
guru, siswa, atau hal-ahal lain yang tampak selama penelitian ini.
b. Pemberian Tindakan
7. Rancangan Penelitian
1) Sebagai
penjajagan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan
berikan
dalam dua suklus kegiatan, yaitu siklus- 1
tentang perkalian
pertanyan
guru
mem-
kepada
siswa
dan siklus- 2, masing-masing siklus terdiri
2) Guru memberikan apersepsi tentang
atas empat tahap dan dilakuan dalan satu
pentingnya kemampuan menghitung
pertemuan. Hal ini dilakukan karena
perkalian.
terbatasnya waktu yang tersedia. Tahapan
Guru mengajak siswa untuk bermain
kegiatan setiap siklus adalah:
lompat jari, mulai dari lompat dua-
1) menyusun rencana kegiatan,
dua sampai dengan lompat sepuluh.
2) melakukan tindakan,
Siswa
3) melakukan observasi, dan
memperagakan ke depan kelas.
4) membuat analisis yang di lanjutkan dengan refleksi.
yang
4) Menerapkan
sudah
mampu
permainan
pada
perkalian dengan mengulang kembali pertanyaan pada pen- jajagan, siswa
Siklus – 1
yang dapat mengacungkan tangan
a. Penyusunan Rencana Kegiatan
kemudian
Pada tahap ini guru menysun
dengan
menyebutkan pemaparan,
jawaban kemudian
rencana pembelajaran berdasar pokok
dikuatkan dengan penjelasan singkat
bahasan
dari guru.
yang
akan
diajarkan,
yaitu
menghafal perkalian sampai bilangan 100, dengan urutan:
5) Siswa dibentuk dalam kelompok. Tiap
kelompok
bilangan, 1) Menyiapkan peralatan pembelajaaran 2) Menyusun silabus 3)
Menyusun rencana pembelajaran
4) Menyusun instrumen yang terdiri atas: (1) lembar pengamatan aktivitas dan koopertif siswa. (2) Lembar pengamatan untuk guru 94
menerima
kemudian
kartu
kartu-kartu
terswbut dipasang-pasangkan hingga membentuk perkalian dan ditulis pada lembar kerja untuk di- selesaikan bersama. 6) Siswa
melaporkan
hasil
kerja
kelompok dengan menuliskan pada
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kota Surakarta (Venty Meilasari)
papan tulis. Kemudian kelompok
Topik yang dibahas pada siklus
yang lain mengoreksi hasil kerja
adalah perkalian bersusun.
kelompok yang lain.
2 ini
b. Pemberian Tindakan
7) Sebagai penguat guru memberikan Tindakan II ini dilakukan
pertanyaan secara lisan
berdasar masalah yang masih ada pada
8) Evaluasi.
siklus 1. Tindakan lebih ditekankan pada
c. Melakukan Observasi
aktifitas, kerja sama, dan kemampuan Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung observer
guru beserta
kelas
IV
teman
menghitung perkalian bersusun.
sebagai sejawat
c. Pelaksanaan Observasi Pada saat guru mengajar
melakukan pengamatan dan mencatat kejadian – kejadian selama pembelajaran
kelas
berlangsung. Hasil catatan observasi
melakukan pengamatan sebagaimana yang
bermanfaat untuk pengambila keputusan dalam
kegiataan
selanjutnya,
yaitu
IV
bersama
teman
guru sejawat
dilakukan pada siklus – 1. d. Analisis dan Refleksi
refleksi.
Pada akhir tindakan II dilakukan analisis
d. Refleksi
dan refleksi terhadap kegiatan yang telah
Dari
hasil
pengamatan
yang
dilakukan peneliti sebagai guru, hasil pengamatan
guru
kelas
IV,
dan
dilakukan. Kemudian hasil dari analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus –2.
pengamatan teman sejawat dikumpulkan dan dibahas bersama untuk mendapatkan
C. HASIL
tersebut akan dijadikan bahan untuk menentukan langkah tindakan selanjutnya pada siklus ke–2.
DAN
PEMBAHASAN
kesamaan pandangan terhadap tindakan awal pada siklus pertama. Hasil diskusi
PENELITIAN
1.
Paparan Hasil Penelitian Siklus-1
a. Persiapan Tindakan Pada kegiatan ini diawali dengan paparan data pra tindakan. Paparan data ini diperoleh dari hasil observasi peneliti
Siklus 2
pada
a. Penyusunan rencana kegiatan
disajikan oleh guru kelas IV pada tanggal
pembelajaran
matematika
yang
Rencana kegiatan disusun berdasar
12 September 2014. Hal ini dilakukan
hasil analisis dan reflesi selama siklus 1.
oleh peneliti agar mengetahui lebih dekat karakteristik siwa kelas IV dan model 95
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
pembelajaran matemataika pada kelas
2)
Kegiatan Inti
tersebut. Dalam penyajian tersebut materi
Kegiatan inti ini diawali dengan
pokok yang dibahas adalah melakukan
guru mengajak siswa untuk bermain
penaksiran
dengan
lompat jari. Permainan ini diawali dengan
operasi
guru mengenalkan kesepuluh jari dengan
indikator hitung
dan
pembulatan
membulatkan dalam
hasil
satuan,
puluhan,
dan
ratusan.
menghitung secara urut, selanjutnya jari dihitung
Dari hasil angket yang disebar pada
dengan
melompat
dua-dua
dua).
Permainan
tersebut
(kelipatan
20 siswa kelas IV menunjukkan bahwa 10
dilakukan bersama dengan siswa.
siswa
3)
tidak
menyukai
pelajaran
matematika, artinya 45% dari siswa tidak
Kegiatan Akhir Kegatan terakhir dari tindakan ini
menyukai pelajaran matematika, 7 siswa
adalah
atau 32,5% dari siswa memilih biasa-biasa
lembar evaluasi yang terdiri dari 10 soal,
saja, dan 3 siswa atau 22,5% menyatakan
5 soal perkalian dan 5 soal pembagian.
menyukai matematika. Rata-rata mereka
Guru
tidak
Setelah waktu yang ditentuka habis, siswa
menyukai
matematika
karena
mereka sulit mengikutinya.
evaluasi.
berkeliling
mengumpulkan
Guru
membagikan
mengamati
pekerjaannya
siswa.
kadepan
kelas. Sebelum ditutup guru memberi b. Pelaksanaan Tindakan
kesempatan pada siswa untuk bertanya.
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan pada
Setelah itu masing-masing kelompok
tanggal 4 Oktober 2014, dengan bahasan
mengumpulkan kartu-kartu yang telah
menghafal
diterima ke depan kelas, dan pelajaranpun
perkalian
dan
pembagian
sampai bilangan 100, dengan waktu 2 jam
berakhir.
pelajaran ( 80) menit. Pada bagian ini
c. Observasi
penulis sebagai penyaji dibantu oleh guru
Pada
kelas IV dan teman sejawat sebagai
berlangsung diadakan observasi oleh guru
observer.
kelas Ida teman sejawat.
Urutan
penyajian
sebagai
saat
kegiatan
pembelajaran
berikut:
d. Analisis dan Refleksi
1)
Analisis dan refleksi tindakan pada siklus
Kegiatan Awal dengan
pertama adalah Pemberian nomor dada
memberikan
sebagai nomor urut absen pada siswa
beberapa pertanyaan tentang perkalian
dipergunakan untuk mempermudah guru
dan pembagian, dengan pertanyaan.
serta teman sejawat untuk melakukan
Kegiatan Penjajagan
ini
materi,
diawali guru
kegiatan. 96
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kota Surakarta (Venty Meilasari)
Tindakan 2.
Paparan Hasil Penelitian Siklus-2
tanggal
9
ini
dilaksanakan
Oktober
2014.
pada Dalam
Dari hasil analisis dan refleksi pada
pembelajaran tindakan ini materi pokok
siklus-1
perlu
yang dibahas adalah perkalian besusun
dipertahankan kedisiplinan siswa, rasa
dengan indikator melakukan perkalian
senang
dengan
kondisi
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran
cara
bersusun,
waktu
yang
matematika, dan semangat melakukan
diperlukan 2 jam pelajaran (80 menit).
kerja kelompok. Masalah yang masih
Sama
perlu
dan
pertama, peneliti yang bertindak sebagai
keberanian siswa, kooperatif siswa, dan
guru dibantu oleh guru kelas IV dan
kemampuan
teman sejawat sebagai observer. Adapun
dipacu
adalah
hitung
aktivitas
perkalian
dan
pembagian siswa. Kemudian masalah yang masih ada adalah siswa pasif dan
dengan
tindakan
pada
siklus
urutan penyajiannya sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal
siswa kurang dapat mengikuti kerja
Sebagai apersepsi guru memberikan
kelompok. Oleh karena itu, pada tindakan
pertanyaan perkalian seperti pertanyaan
siklus kedua ini lebih ditekankan pada
pada pembahasan tindakan I. Pertanyaan
meningkatkan
kerja
ini terutama ditujukan pada siswa-siswa
kelompok atau kooperatif siswa, dan
yang bermasalah yaitu siswa yang kurang
meningkatkan
dapat mengikuti kegiatan dan siswa yang
aktifitas
siswa,
kemampuan
hitung
perkalian dan pembagian.
kurang aktif. Ternyata mereka dapat
a. Penyusunan
Perencanaan
kegiatan
ini
guru
melakukan
tersebut
walau
2) Kegiatan Inti
pertemuan lagi dengan guru kelas IV dan teman
pertanyaan
dengan waktu agak panjang,
Penelitian Pada
menjawab
sejawat
untuk
Guru mengajak siswa untuk bermain
merencakan
perkalian jari. Permainan tersebut diawali
persiapan dalam pelaksanaan tindakan
dengan guru memperagakan permainan
siklus kedua ini. Hal-hal yang perlu
perkalian kemudian siswa menirukan.
dipersiapkan
meliputi:
3) Kegiatan Akhir
peralatan,
menyusun
mempersiapkan perencanaan
Kini
tinggal
kegiatan
terakhir
pada
pembelajaran, menyusun instrumen yang
tindakan kedua ini, yaitu evaluasi. Guru
terdiri dari lembar pengamatan, lembar
membagikan
kerja, dan lembar evaluasi.
menyelesaikan lembar evaluasi tersebut
b. Pelaksanaan Tindakan
dengan
lembar
tenang.
evaluasi.
Guru
Siswa
berkeliling
mengamati kerja siswa. Setelah waktu 97
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
yang
disediakan
habis
siswa
me-
ngumpulkan lembar
evaluasi tersebut.
Sebelum
ditutup
pelajaran
membagikan
angket,
D. SIMPULAN
guru
setelah
selesai
barulah pembelajaran ditutup.
Berdasar
hasil
benda-benda dengan urutan:
siklus-2 ini berlangsung, guru kelas IV
a)
teman
sejawat
dan
dengan menggunakan media
Pada saat pelaksanaan tindakan pada
dan
data
pembahasan tentang pembelajaran hitung perkalian
c. Observasi
analisis
melaksanakan
terdekat
dilak-
sanakan
yang
dapat
berupa
Apersepsi
pertanyaan untuk membawa siswa
observasi.
menuju
d. Analisis dan Refleksi
mareri
atau
pertanyaan
penjajagan materi.
Berdasar pertanyaan yang diajukan oleh
b) Permainan jari, yang dalam hal ini
guru pada absevasi, siswa-siswa yang
pada
kurang aktif atau lambat, sudah dapat
permainan lompat jari dan siklus
menjawab kecuali siswa No.1. Menurut
kedua dengan permainan perkalian
guru kelas IV siswa tersebut mengalami
jari.
gangguan psikologis karena
menjalani
c)
siklus
pertama
dengan
Penerapan permainan pada perkalian.
operasi pada kepala. Sepulang dari operasi
d) Kerja kelompok.
daya ingatnya berkurang. masalah yang
e)
Evaluasi.
dikemukakan pada penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
Aqip, Zainal. 2003. Karya Tulis Ilmiah Bandung: Yrama Widya. AZ, Mulyana. 2001. Rahasia Matematika. Surabaya: Edutama Mulya. Dengeng, Nyoman Sudana.1997. Strategi Pembelajaran. Malang: Ikip Malang. Depdikbud. 2004. Kurikulum Pendidikan Dasar, Garis-garis Program Pengajaran (GBPP). Jakarta: Depdikbud. Hamalik, Umar. 1982. Media Pendidikan. Bandung: Alumni. Harmini,Sri. 2004. Model Bermain Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Cacah Di Kelas III SD. Hasil Penelitian, tidak diterbitkan : Universitas Malang. 98
Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika. Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Remaja Rosda Karya. Puspita. 2004. Aneka Berhitung Cepat, tidak diterbitkan. Bandung: Dipakai untuk Kalangan Sendiri. Wibawa, Basuki. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.
99
PENERAPAN KURIKULUM 2013 UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA KELAS VII MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI SMP NEGERI 3 KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015 Oleh Hj. SITI BARAROH SA’ADAH, S.Pd.I*) ABSTRAK Dalam Kurikulum 2013 yang dirancang untuk menyongsong model pembelajaran Abad 21, ketika didalamnya akan terdapat pergeseran dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu dari berbagai sumber belajar yang melampaui batas pendidik dan satuan pendidikan. Apabila peserta didik tidak menguasai mata pelajaran tertentu harus dipastikan bahwa yang tidak dikuasainya adalah substansi mata pelajaran tersebut, bukan karena kelemahan penguasaan bahasa pengantar yang dipergunakan. Permasalahan utama yang dihadapi di SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara adalah rendahnya aktifitas belajar siswa yang disebabkan karena metode pembelajaran yang kurang bervariasi, untuk mengatasi hal tersebut salah satu metode yang dapat dipakai adalah diskusi kelompok menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan kurikulum 2013 dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas VII melalui metode diskusi kelompok menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara yang dilaksanakan pada Semester Genap Tahun 2015, penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2015 sampai dengan tanggal 11 Maret 2015. Penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dengan subjek penelitian siswa kelas VII C yang berjumlah 33 orang. Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya peningkatan aktifitas belajar siswa yang terlihat dari persentase aktifitas belajar siswa dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Aktifitas belajar siswa yang diamati yaitu Aktifitas siswa yang bercanda pada siklus I (27,3%), siklus II (10,6%), dan siklus III (3%). Aktifitas siswa yang mengganggu teman pada siklus I (24,2%), siklus II (7,55%), dan siklus III (3%). Aktifitas siswa yang bertanya pada guru pada siklus I (22,75%), siklus II (57,55%), dan siklus III (87,85%). Aktifitas siswa yang menjawab pertanyaan teman pada siklus I (43,9%), siklus II (69,7%), dan siklus III (90,9%). Aktifitas siswa yang menanggapi jawaban teman pada siklus I (33,3%), siklus II (63,6%), dan siklus III (86,35%). Aktifitas siswa yang mengerjakan LKS pada siklus I, siklus II, dan siklus III (100%). Ini berarti hipotesis diterima bahwa penerapan kurikulum 2013 dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas VII C melalui metode diskusi kelompok menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015. 100
*) Guru SMP Negeri 03 Kotabumi
Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I)
terlihat secara optimal. Salah satu model
A. PENDAHULUAN Belajar Pendidikan Agama Islam
pembelajaran
yang
diterapkan
dan Budi Pekerti juga perlu adanya
adalah
banyak latihan agar siswa mendapat
diskusi kelompok dengan menggunakan
banyak pengalaman tentang berbagai
Lembar Kerja Siswa (LKS), dengan cara
bentuk soal Pendidikan Agama Islam dan
ini siswa diharapkan memperoleh hasil
Budi Pekerti dan pemecahannya. Dalam
belajar
proses pembelajaran di sekolah yang
perubahan sikap yang positif terhadap
menggunakan
materi yang dipelajari.
kurikulum
2013,
pembelajaran
dapat
lebih
baik
melalui
dan
metode
memperoleh
hendaknya siswa memiliki minat yang
Dalam rangka meningkatkan minat
tinggi terhadap pelajaran yang diikutinya.
belajar siswa, guru perlu merancang dan
Kurangnya
mengembangkan
minat
menyebabkan
pembelajaran
yang
kurangnya perhatian, partisipasi dan usaha
memfokuskan pada interaksi siswa. Siswa
dalam proses pembelajaran, akibat dari
perlu
kurangnya minat belajar tentunya akan
menggali kemampuannya dalam belajar
berdampak pada prestasi belajarnya juga.
Pendidikan
diberi
kesempatan
Agama
luas
Islam
untuk
dan
Budi
Rendahnya aktifitas belajar siswa
Pekerti. Salah satu usaha untuk membantu
berhubungan dengan kurangnya guru
guru dalam meningkatkan minat belajar
menerapkan
siswa
model
dan
strategi
adalah
dengan
memberikan
pembelajaran yang variatif, kreatif dan
alternatif metode belajar, media belajar
inovatif dalam proses pembelajaran. Dari
dan strategi belajar. Dari sekian alternatif
kenyataan tersebut penulis merasa perlu
belajar, maka dipilih dengan diskusi
mencari solusi yang dapat meningkatkan
menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)
aktifitas belajar siswa dalam proses
dalam
upaya
pembelajaran, yaitu dengan pemilihan
belajar
siswa
metode
Pendidikan
pembelajaran
yang
dapat
meningkatkan pada
Agama
mata Islam
aktifitas pelajaran
dan
Budi
membantu siswa belajar secara mandiri
Pekerti. Dengan menggunakan Lembar
dan
harapan
Kerja Siswa (LKS), penerimaan siswa
keterlibatan dan peran aktif siswa akan
terhadap pelajaran diharapkan akan lebih
berkelompok
dengan
101
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
terkesan
secara
mendalam
sehingga
membentuk pengertian dengan baik dan mantap, juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan dibahas
setiap
saat
berlangsung.
materi
yang
pelajaran Dengan
sedang
menggunakan
B. KAJIAN PUSTAKA 6. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pembelajaran
merupakan
upaya
menciptakan kondisi dengan sengaja agar membelajarkan
siswa.
Berdasarkan
Lembar Kerja Siswa (LKS), menunjang
pengertian tersebut, proses belajar tidak
interaksi
kelas
hanya diartikan sebagai interaksi antara
sehingga memberi keuntungan bahwa
siswa dengan guru dimana guru menjadi
dengan
Kerja
satu-satunya sumber belajar siswa tetapi
Siswa (LKS) minat siswa akan lebih
diartikan sebagai interaksi siswa dengan
meningkat.
keseluruhan
belajar
mengajar
menggunakan
di
Lembar
sumber
belajar
lainnya.
Oleh karena itu perlu dikembangkan
Pembelajaran menaruh perhatian pada
metode mengajar yang melibatkan siswa
“bagaimana siswa belajar” bukan pada
untuk aktif melihat, mengamati, dan
“apa yang dipelajari siswa”. Titik tekan
menganalisis. Hasil dari analisis data
pembelajaran adalah bagaimana tujuan
tersebut penulis tuangkan dalam bentuk
belajar
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
pembelajaran terdapat kegiatan memilih,
judul “Penerapan Kurikulum 2013 Untuk
menetapkan, dan mengembangkan metode
Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa
untuk mencapai hasil pembelajaran yang
Kelas
ingin dicapai (Hamzah B. Uno: 2004).
VII
Melalui
Metode
Diskusi
Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa
(LKS)
Pendidikan
Pada
dari
Agama
Islam
dalam
pembelajaran dan
Budi
Pekerti di SMP Negeri 3 Kotabumi
untuk mendapatkan pengertian hubungan-
Lampung
hubungan dan simbol-simbol kemudian
102
Tahun
dan
Pendidikan
Jadi,
Pekerti juga dapat diartikan sebagai proses
Utara
Islam
Pelajaran
Pengertian
dicapai.
Budi
2014/2015”.
Agama
Mata
dapat
Pelajaran
mengaplikasikannya dalam kehidupan
Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I)
sehari-hari Menurut
(Herman
Hudojo:2001).
Marsigit
menyelesaikan
(2001:40),
soal,
dan
menafsirkan solusi;
pembelajaran Pendidikan Agama Islam
4. Guru memperhatikan penguasaan
dan Budi Pekerti yaitu :
materi prasyarat yang diperlukan;
1. Kegiatan yang menelusuri pola
5. Pembelajaran dapat dilaksanakan
dan hubungan;
dengan menggunakan teknologi
2. Kegiatan
yang
membutuhkan
maupun media yang ada agar
kreatifitas, imajinasi, intuisi dan
efektif.
demonstrasi; 3. Kegiatan
yang
mencakup
7. Pandangan Tentang Pembelajaran
kegiatan pemecahan masalah;
Menurut Kurikulum 2013
4. Kegiatan
yang
Dalam pandangan Kurikulum 2013,
kegiatan
kegiatan pembelajaran adalah suatu proses
Pendidikan
pendidikan yang memberikan kesempatan
mengkomunikasikan dan
hasil-hasil
Agama Islam dan Budi Pekerti. Menurut Mathilda Susanti (2007),
bagi siswa agar dapat mengembangkan segala
potensi
yang
mereka
miliki
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
menjadi kemampuan yang semakin lama
dalam pembelajaran Pendidikan Agama
semakin meningkat dilihat dari aspek
Islam dan Budi Pekerti, yaitu :
sikap (afektif), pengetahuan (kognitif),
1. Mengkondisikan
siswa
agar
dan
keterampilan
(psikomotor).
terbiasa melakukan kreatifitas,
Kemampuan ini akan diperlukan oleh
imajinasi,
siswa tersebut untuk kehidupannya dan
intuisi
dan
demonstrasi;
untuk bermasyarakat, berbangsa, serta
2. Fokus dalam pembelajaran;
berkontribusi
pada
kesejahteraan
3. Memberikan keterampilan untuk
kehidupan umat manusia, karena itu suatu
meningkatkan kemampuan siswa
kegiatan
dalam menyelesaikan masalah,
mempunyai
misalnya
pemberdayaan semua potensi siswa agar
memahami
soal,
pembelajaran arah
yang
seharusnya menuju
memilih strategi penyelesaian, 103
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
dapat
menjadi
kompetensi
yang
diharapkan.
ilmu dalam bidang pengajaran untuk terlaksananya
Berikutnya, strategi pembelajaran
proses
belajar-mengajar
secara efektif guna mencapai kegiatan
yang digunakan oleh seorang guru di
yang telah ditentukan.
dalam kelasnya seharusnya ditujukan agar
9. Lembar Kerja Siswa (LKS)
dapat
memfasilitasi
tercapainya
Lembar
Kerja
Siswa
(LKS)
kompetensi yang telah dirancang dalam
merupakan cara kerja dalam proses
dokumen
pada
pembelajaran atau merupakan bentuk
gilirannya setiap siswa mampu menjadi
operasional dari satuan pelajaran. Lembar
pebelajar
sepanjang
Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran kerja
menjadi
yang mengandung petunjuk kerja dimana
komponen penting untuk mewujudkan
siswa dapat memperoleh tuntutan urutan
sebuah masyarakat belajar (komunitas
kerja
belajar/learning community). Kualitas lain
didalamnya. Jadi, lembaran itu adalah
yang dikembangkan kurikulum dan harus
lembaran petunjuk bagi siswa untuk
terealisasikan dalam proses pembelajaran
melakukan suatu kegiatan dalam proses
yang wujudnya dapat berupa kreativitas,
belajar-mengajar serta daftar tugas dan
kemandirian,
tempat mencatat hasil pengamatan.
kurikulum
yang
hayatnya,
sehingga
mandiri
mereka
kerja
kepemimpinan,
akan
sama,
empati,
solidaritas,
toleransi
dan
dan
mengisikan
hasil
kerja
10. Aktifitas Belajar
kecakapan hidup peserta didik guna
Belajar merupakan suatu proses
membentuk watak serta meningkatkan
yang kompleks yang terdiri dari berbagai
peradaban dan martabat bangsa.
kegiatan atau aktifitas jasmani dan rohani,
8. Metode Diskusi Kelompok
aktifitas siswa sangat diperlukan dalam
Untuk pendidikan Pendidikan
mewujudkan nasional Agama
dan
Islam
dan
tujuan
proses
tujuan
siswalah yang banyak aktif sebab siswa
Budi
sebagai subjek didik yang merencanakan sendiri
dan
dikenal istilah metodologi pengajaran.
belajar.
Jadi metodologi pengajaran adalah suatu
“Aktifitas adalah suatu kesibukan dalam
Menurut
yang
sehingga
Pekerti, maka dalam dunia pendidikan
104
dia
belajar-mengajar,
melaksanakan
Hartono
(1991:5)
Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I)
kelas secara terstruktur dan terbimbing
keterampilan serta perubahan tingkah laku
oleh guru guna meningkatkan pemahaman
ke arah yang lebih baik.
murid terhadap pelajaran yang disajikan”,
Menurut Hamalik (1983 : 3) cara
setiap reaksi yang diberikan dalam proses
belajar yang efisien artinya cara belajar
belajar-mengajar mengandung aktifitas
yang tepat, praktis, ekonomis, terarah,
sehingga makin banyak aktifitas yang
sesuai dengan situasi dan tuntutan yang
dilakukan maka dalam kita menguasai
ada guna mencapai tujuan belajar. Setelah
segala sesuatu semakin tinggi hasil belajar
kita
yang diperoleh. Hasil belajar tidak akan
sampailah kita kepada tujuan-tujuan yang
dapat
hendak
dikuasai
hanya
dengan
memahami
dicapai
penjelasan,
dalam
maka
mempelajari
mendengarkan atau membaca saja, tetapi
metode belajar yaitu untuk memperoleh
masih diperlukan kegiatan lain seperti
pengetahuan
membuat rangkuman, mengadakan tanya
kebiasaan-kebiasaan serta sikap yang
jawab, diskusi, melakukan percobaan,
baik, efisien, teratur, berencana.
tentang
belajar
dan
memecahkan soal, mengambil keputusan C. METODOLOGI PENELITIAN
dan sebagainya. Menurut mengatakan
Lufri
(2006
kreatifitas
:
133)
melahirkan
aktifitas atau kreatifitas ditunjukkan oleh adanya aktifitas, orang yang mempunyai kreatifitas tinggi biasanya menghasilkan berbagai aktifitas. Pembelajaran berbasis aktifitas (active learning) akan menuntut kreatifitas berfikir lebih banyak dari pembelajaran
biasa.
Aktifitas
yaitu
keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri pengetahuan,
sehingga
memperoleh
pemahaman
dan
Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan di Kelas VII SMP Negeri 3 Kotabumi Kabupaten
Lampung
Utara
Tahun
Pelajaran 2014/2015, dipilihnya sekolah ini sebagai tempat penelitian disebabkan penulis menjadi salah seorang pendidik di sekolah ini. Sehingga telah mengetahui permasalahan
yang
dihadapi
dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, penelitian ini dilakukan sebagai
upaya
penulis
untuk 105
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
meningkatkan Pendidikan
kualitas
Agama
pembelajaran
Islam
dan
Budi
dari 2 (dua) kali pertemuan. Prosedur penelitian
ini
adalah
perencanaan,
Pekerti dan meningkatkan aktifitas belajar
tindakan, pengamatan dan refleksi
siswa melalui metode diskusi kelompok
Instrumentasi
menggunakan
Lembar
Kerja
Siswa
Instrumen yang digunakan dalam
(LKS).
penelitian ini adalah Lembaran Observasi
2. Waktu Penelitian
yang
Waktu penelitian ini dilaksanakan selama
9
(sembilan)
minggu
pada
diisi
oleh
observasi
observer,
lembaran
digunakan
mengumpulkan aktifitas belajar siswa saat
semester genap Tahun 2015, dalam
berlangsung proses pembelajaran.
kegiatan ini peneliti mempunyai rekan
Teknik Analisis Data
selaku observer yang bertugas mengamati
2. Untuk menilai Aktifitas Belajar
kegiatan siswa yang akan diamati dalam Kegiatan
Belajar
Mengajar
untuk
Siswa secara Klasikal
(KBM).
Ketuntasan belajar ditinjau dari
Observer tersebut yaitu Ibu Bintriyanti
aspek aktifitas siswa secara klasikal,
B. S.Ag yang dipilih agar dapat sama-
peneliti melakukan penjumlahan skor
sama
siswa
yang diperoleh seluruh siswa, data yang
Belajar
terkumpul di lapangan diolah dengan
Mengajar (KBM), hal ini memudahkan
teknik presentase menggunakan rumus
peneliti
yang dikemukakan oleh Arikunto (1989 :
memperhatikan
sehari-hari
dalam
untuk
kegiatan
Kegiatan
penilaian
selanjutnya.
Apakah ada perubahan dalam penilaian
214) :
siklus I, siklus II, dan siklus III.
Persentase Aktifitas = Jumlah Siswa Aktif x 100% Jumlah Seluruh Siswa Aktifitas positif siswa meliputi
Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara yang berjumlah 33 siswa. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus, masing-masing siklus terdiri 106
siswa yang bertanya pada guru, siswa yang menjawab pertanyaan teman, siswa yang menanggapi jawaban teman, dan siswa yang yang mengerjakan LKS. Untuk
melihat
peningkatan
aktifitas
Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I)
positif siswa rendah, cukup tinggi atau sangat tinggi tersebut didasarkan pada kriteria
yang
dibuat
oleh
Suharsini
Arikuntoro (1989:54) yaitu : 81 – 100% adalah sangat baik 61 – 80%
adalah siswa baik
41 – 60%
adalah cukup
21 – 40%
adalah rendah
0 – 20%
adalah sangat rendah
Siklus I, Siklus II, dan Siklus III N o
Aktifitas Siswa
1.
Bercanda Menggangg u teman Bertanya pada guru Menjawab pertanyaan teman Menanggap i jawaban teman Mengerjaka n LKS
2. 3. 4.
5. Sedangkan untuk aktifitas negatif meliputi siswa yang bercanda, dan siswa
6.
Siklu sI (%) 27,3
Siklu s II (%) 10,6
Siklu s III (%) 3
24,2
7,55
3
22,75
57,55
87,85
43,9
69,7
90,9
33,3
63,6
86,35
100
100
100
yang mengganggu teman. Untuk melihat peningkatan aktifitas negatif siswa buruk
2)
Pembahasan
sekali, buruk, cukup, dan sangat baik
Berdasarkan hasil penelitian terlihat
tersebut menurut Slameto (2001:116)
bahwa pada siklus pertama aktifitas
kriterianya adalah :
negative
seperti
bercanda
dan
0 – 10%
adalah sangat baik
mengganggu teman lebih besar dari siklus
11 – 25%
adalah cukup
kedua dan ketiga, sedangkan aktifitas
26 – 49%
adalah buruk
positif siklus pertama lebih kecil dari
50 – 100% adalah buruk sekali
siklus kedua dan ketiga.
Dari data
keseluruhan terlihat bahwa siklus III D. HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
menghasilkan aktifitas yang lebih baik dari siklus kedua dan pertama. Berdasarkan hketerangan tersebut,
1) Hasil Penelitian dapat
disimpulkan
bahwa
penerapan
Hasil penelitian yang telah dilakukan kurikulum
2013
dapat
meningkatkan
dapat dilihat dalam tabel berikut. aktifitas belajar siswa kelas VII C melalui Rekapitulasi Hasil Pengamatan metode diskusi kelompok menggunakan Aktifitas Belajar Siswa 107
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
Lembar Kerja Siswa (LKS) pada mata
mengganggu teman pada siklus I (24,2%),
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
siklus II (7,55%), dan siklus III (3%).
Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Kotabumi
Aktifitas siswa yang bertanya pada guru
Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 /
pada siklus I (22,75%), siklus II (57,55%),
2015.
dan siklus III (87,85%). Aktifitas siswa yang menjawab pertanyaan teman pada
E. SIMPULAN DAN SARAN
siklus I (43,9%), siklus II (69,7%), dan
A. Simpulan
siklus III (90,9%). Aktifitas siswa yang
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Penerapan Kurikulum 2013 dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas VII C melalui metode diskusi kelompok
menanggapi jawaban teman pada siklus I (33,3%), siklus II (63,6%), dan siklus III (86,35%).
Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Kotabumi
Lampung
Utara
Tahun
siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan menggunakan metode diskusi kelompok menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yaitu perolehan nilai rata-rata aktifitas belajar siswa mengalami peningkatan diantaranya Aktifitas siswa yang bercanda pada siklus I (27,3%), siklus II (10,6%), dan siklus III (3%). Aktifitas siswa yang 108
yang
dan siklus III (100%). B. Saran Dari
seluruh
bahasan
dalam
penelitian ini, ada beberapa saran yang kiranya menjadi penting dikemukakan, yaitu sebagai berikut :
pelajaran 2014 / 2015. Bukti-bukti yang menunjukkan peningkatan aktifitas belajar
siswa
mengerjakan LKS pada siklus I, siklus II,
menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Aktifitas
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti melalui metode diskusi kelompok menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk
meningkatkan
aktifitas
belajar
siswa. Untuk bentuk, isi, dan tampilan Lembar
Kerja
dikembangkan
Siswa kembali
(LKS)
dapat
agar
lebih
menarik, dengan tetap memperhatikan kriteria-kriteria penyusunan Lembar Kerja
Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I)
Siswa
(LKS),
berminat
sehingga
dalam
siswa
mengikuti
lebih proses
pembelajaran dan pada akhirnya hasil belajar
siswa
dapat
diperoleh
lebih
optimal. DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013. Buku Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP / MTs Kelas VII. Dwi Hartini. 2001. Efektivitas Penggunaan Metode Diskusi Menggunakan LKS. Skipsi: UNY Endang R. W. 2006. Metode Penelitian Kelas. Semarang: FMIPA UNNES Nur Farida. 2004. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan LKS. Skripsi: UNY Soedarsono. 1988. Beberapa Prinsip dalam Penelitian. Yogyakarta: Bimbingan Penelitian Karya Ilmiah FIP IKIP Yogyakarta Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara Suryobroto. 1986. Mengenal Metode Pengajaran dari Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Uzer Usman & Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
109
PEMANFAATAN MULTIMEDIA DALAM PENDIDIKAN
Khusnul Khotimah, S.Kom.*) Abstrak Perkembangan teknologi dan komunikasi memberi dampak besar dalam kehidupan manusia. Kemajuan pesat teknologi juga mempengaruhi bidang pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. dampak dari kemajuan teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran dilihat dengan penggunaan media pembelajaran. Media yang dikembangkan di era visualisasi informasi atau lebih dikenal sebagai visualisasi multimedia membuatnya lebih menarik. Dapat dikatakan bahwa dunia pendidikan dewasa ini hidup dalam dunia multimedia, dimana kegiatan pembelajaran saat ini selalu dikaitkan dengan pemanfaatan multimedia. Kata kunci: Multimedia, pembelajaran A. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan yang seiring dengan kemajuan secara pesat teknologi
dan
komunikasi,
menjadikan
terbentuknya sebuah paradikma baru dalam kehidupan manusia. Kemajuan teknologi memberikan pengaruh besar dalam segala bidang. Salah satu contoh bidang yang dipengaruhi adalah bidang pendidikan. Menurut
Undang-undang
Republik
Indonesia tahun 2003, nomor 20, bab 1, pasal
1,
dan
ayat
20
pembelajaran
merupakan suatu proses interaksi siswa dengan pendidik dan bahan/sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sehingga dapat
di
tarik
kesimpulan
bahwa
pembelajaran bukan hanya interaksi antara guru
dan
siswa
atau
dosen
dengan
mahasiswa tetapi juga melibatkan sumber belajar, jadi siswa/mahasiswa tidak hanya
110
memperoleh
materi
pelajaran
guru/dosen,
melainkan
dari
siswa/mahasiswa
juga dapat memperoleh informasi materi dari sumber belajar lain. Peran seorang guru/dosen disini adalah sebagai fasilitator dan mediator yang menjadikan suasana belajar mengajar menjadi lebih menarik dan kondusif. Pembelajaran yang selama ini masih dilakukan secara konvensional mulai beralih dengan
model
melibatkan dikenal
pembelajaran
teknologi
dengan
yang
didalamnya
pembelajaran
yang
berbasis
multimedia. Proses belajar mengajar yang seringkali dihadapkan pada materi-materi yang abstrak dan di luar pegetahuan siswa/mahasiswa sehari-hari, menjadikan materi ini sulit diajarkan guru/dosen dan sulit juga dipahami siswa/mahasiswa dengan model pembelajaan yang konvensional. Sehingga Penerapan
*) Staf Pengajar Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Kotabumi
multimedia interaktf
Pemanfaatan Multimedia dalam Pendidikan (Khusnul Khotimah, S.Kom)
dalam
model
pembelajaran
memiliki
2.
Menrut Hofstetter multimedia adalah
keunggulan dibandingkan dengan model
pemanfaatan komputer untuk membuat
pembelajaran
Multimedia
dan menggabungkan teks, grafik, audio,
interatif mampu memvisualisasikan materi
gambar bergerak (video dan animasi)
pembelajaran secara menarik, jelas, dan
dengan menggabungkan link dan tools
tentunya
yang
konvensional.
mudah
siswa/mahasiswa.
dipahami Adanya
oleh
kemudahan
memungkinkan
melakukan
dalam proses pembelajaran yang didukung
navigasi,
pemakai berinteraksi,
berkreasi dan berkomunikasi.
teknologi memberikan kemudahan dalam C. JENIS MULTIMEDIA
proses belajar mengajar.
Adapun jenis/model-model multimedia
B. PENGERTIAN MULTIMEDIA
menurut Padmanthara (2006) dan Roblyer Multimedia berasal dari bahasa latin secara etimologis, yaitu “multi” yang artinya
dan Doering (2010), adalah sebagai berikut. 1.
Tutorial
banyak dan “medium” yang artinya sesuatu
Jenis/model tutorial merupakan salah
yang dipakai untuk membawa sesuatu atau
satu jenis/model pembelajaran yang memuat
menyampaikan.
dan
penjelasan, rumus, prinsip, bagan, tabel,
berarti
definisi istilah, latihan dan percabangan
Doering
Menurut
(2010)
Roblyer
Multimedia
“Beberapa media” atau “kombinasi media”.
yang
Media dapat berupa grafis dan foto-foto,
dikarenakan terdapat langkah/cara untuk
suara, video gerak, animasi, dan/atau teks
berpindah
yang dikombinasikan dalam produk yang
pembelajaran
tujuannya adalah untuk mengkomunikasikan
jawaban siswa/mahasiswa terhadap bahan,
informasi dalam berbagai cara.
soal-soal, ataupun pertanyaan-pertanyaan.
Beberapa
definisi
multimedia
sesuai.
Dikatakan
atau
percabangan
bergerak
berdasarkan
melalui
respon
atau
menurut
Jenis/model tutorial yang dirancang
beberapa ahli seperti dikutip dalam Benardo
dengan baik dapat memberikan berbagai
(2011) diantaranya:
keuntungan
1.
Menurut Robin dan Linda multimedia
guru/dosen. Dalam interaksinya dengan
adalah alat yang dapat menciptakan
siswa/mahasiswa,
persentasi yang dinamis dan interaktif,
komputer ini tidak sefleksibel guru/dosen
yang mengkombinasikan teks, grafik,
yang berhadapan dengan siswa/mahasiswa,
animasi, audio, dan gambar video.
dikarenakan
bagi
siswa/mahasiswa
jenis/model
komputer
dan
tutorial
mempunyai
keterbatasan dibandingkan dengan manusia. 111
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
Akan
tetapi
jenis/model
tutorial
mempraktekkan konsep yang sudah ada.
komputer menawarkan keuntungan yang
Jadi jenis/model ini merupakan bagian dari
melebihi kemampuan seorang guru/dosen
testing/ujicoba.
dalam
banyak
diimplementasikan pada siswa/mahasiswa
siswa/mahasiswa sekaligus secara individual
yang telah mempelajari kemampuan dasar
dalam waktu yang sama. Informasi dan
dengan tujuan untuk memantapkan konsep
pengetahuan
yang
berinteraksi
interaksi
dengan
yang
disajikan
jenis/model
tutorial
melalui sangat
Jenis/model ini dapat
telah
dipelajarinya,
siswa/mahasiswa
telah
dimana
siap
mengingat
komunikatif, seolah-olah ada tutor yang
kembali atau menerapkan pengetahuan yang
mendampingi siswa/mahasiswa yang secara
telah dimilikinya.
langsung memberikan arahan. Jenis/model
3.
tutorial bertujuan untuk menjelaskan materi,
Hybrid Jenis/model
hybrid
merupakan
mengajukan pertanyaan dan memberikan
gabungan dari dua atau lebih model
umpan
multimedia
balik
sesuai
dengan
jawaban
pembelajaran. jenis/model
Contoh
siswa/mahasiswa.
penggunaan
2.
Drill and Practice
penggabungan model tutorial dan model
Jenis/model drill and practice memiliki
drill and practice dengan tujuan untuk
yaitu
anggapan bahwa konsep (kemampuan dasar)
memperkaya
telah dikuasai oleh siswa/mahasiswa dan
menjamin
mereka telah siap untuk penerapan rumus-
menemukan metode-metode yang berbeda
rumus, bekerja dengan kasus-kasus konkret,
guna meningkatkan pembelajaran.
dan menjelajahi daya tangkap mereka
kegiatan
hybrid
siswa/mahasiswa,
ketuntasan
belajar,
serta
Meskipun jenis/model hybrid bukan
terhadap materi. Fungsi utama latihan dan
merupakan
praktik
jenis/model ini menyajikan metode yang
dalam
program
pembelajaran
model
kegiatan
unik,
tetapi
berbantuan komputer memberikan praktik
berbeda
sebanyak mungkin terhadap kemampuan
Melalui
siswa/mahasiswa.
memungkinkan pengembangan pembelaja-
Cara kerja Drill and
pada
yang
jenis/model
practice ini meliputi tampilan dari sebuah
ran
masalah atau pertanyaan, penerimaan respon
menyediakan
dari peserta pelatihan, koreksi jawaban, dan
pembelajaran yang lengkap.
dilanjutkan
4.
dengan
pertanyaan
lainnya
berdasarkan kebenaran jawaban.
112
instruksi,
melainkan
hybrid
komprehensif seperangkat
ini
seperti kegiatan
Socratic Jenis/model socratic ini berisi dialog
Jenis/model ini tidak menampilkan sebuah
secara
pembelajaran.
hanya
atau percakapan
antara komputer
dan
pengguna pelatihan dalam natural language.
Pemanfaatan Multimedia dalam Pendidikan (Khusnul Khotimah, S.Kom)
Mixed-Initiative
CAI
sebutan
untuk
sulit, berbahaya atau memerlukan biaya
pengguna pelatihan yang dapat menjawab
tinggi, sebagai contoh pelatihan seorang
sebuah pertanyaan.
pilot pesawat terbang.
5.
7.
Problem Solving
Instructional Games
Jenis/model problem solving adalah
Jenis/model ini apabila didesain dengan
latihan yang secara sifat lebih tinggi
baik dapat memanfaatkan sifat kompetitif
daripada model drill and practice. Tugas
siswa/mahasiswa untuk memotivasi diri dan
terdiri dari beberapa langkah dan proses
meningkatkan
disajikan kepada siswa/mahasiswa yang
perancangan game pembelajaran model ini
menggunakan komputer sebagai alat atau
harus yakin bahwa dalam hal menciptakan
sumber untuk mencari pemecahan. Dalam
suasana permainan, integritas dari tujuan
program problem solving, komputer harus
pembelajaran tidak akan hilang.
sejalan terhadap
dengan
pendekatan
masalah,
serta
kesalahan-kesalahannya
mahasiswa menganalisis
Jenis/model diterapkan
ini
pada
Desain
sangat
tepat
siswa/mahasiswa
atau
jika yang
Siswa/
senang bermain. Untuk lebih meningkatkan
mahasiswa dalam penyelesaian masalah
motivasi belajar siswa/mahasiswa dapat
tidak hanya sekedar mengingat materi dasar
dibuat desain yang menarik untuk sarana
atau konsep-konsepnya, melainkan harus
bermain sekaligus belajar.
dapat
8.
menganalisis
mereka.
belajar.
dan
sekaligus
memecahkan masalah. Jenis/model ini mirip
Inquiry Jenis/Model Inquiry merupakan suatu
sekali dengan drill and practice, tetapi
sistem
memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi.
memperkaya pengetahuan siswa/mahasiswa.
6.
Simulations
Sistem
Jenis/model Simulasi merupakan model
dikonsultasikan oleh siswa/mahasiswa.
dengan
situasi
kehidupan
nyata
yang
9.
pangkalan
pangkalan
data
data
yang
yang
dapat
dapat
Informational
dihadapi siswa/mahasiswa, yang maksudnya
Jenis/model Informasional penyajian
untuk memperoleh pengertian menyeluruh
bentuk informasi biasanya dalam bentuk
tentang proses.
daftar atau tabel. Jenis/model ini menuntut
Jenis/model simulasi digunakan untuk
sedikit interaksi dari pemakai.
memperagakan suatu keterampilan sehingga siswa/mahasiswa merasa seperti berada di Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
dalam
keadaan
yang
sebenarnya.
Jenis/model simulasi biasanya digunakan
D. FUNGSI MULTIMEDIA
untuk pembelajaran dengan materi yang 113
Multimedia diartikan sebagai Substitusi Menurut Robblyer dan Doering (2010) Fungsi dari multimedia adalah sebagai berikut: 1.
dapat menggantikan sebagian besar peran guru/dosen dalam kegiatan pembelajaran,
Suplemen (Tambahan)
sehingga dapat menjadi alternative suatu
Multimedia diartikan sebagai suplemen (tambahan) apabila seorang guru/dosen dan siswa/mahasiswa
memiliki
kebebasan
memilih, apakah untuk materi pelajaran tertentu akan memanfaatkan multimedia atau tidak. Dalam hal ini, guru/dosen dan siswa/mahasiswa tidak ada keharusan untuk memanfaatkan
multimedia.
Walaupun
sifatnya opsional, bagi guru/dosen yang memanfaatkan
multimedia
yang
sesuai
dalam pembelajaran tentu akan memberikan tambahan pengetahuan atau wawasan bagi siswa/mahasiswanya. 2.
(Pengganti) apabila multimedia tersebut
para siswa/mahasiswa dapat secara lebih fleksibel
dalam
pembelajarannya
mengelola sesuai
kegiatan
dengan
gaya
belajar, waktu belajar, dan kecepatan belajar masing-masing siswa/mahasiswa. Terdapat 3 (tiga) alternatif dalam model kegiatan pembelajaran yang bisa dipilih guru/dosen dan siswa/mahasiswa, yaitu: (1) pembelajaran sepenuhnya dilakukan secara tatap muka langsung dan pembelajaran disertai dengan pemanfaatan multimedia, (2) pembelajaran sebagian dilakukan secara
Komplemen (Pelengkap) Multimedia
model pembelajaran. Tujuannya adalah agar
diartikan
tatap muka langsung dan sebagian lagi sebagai
komplemen (pelengkap) apabila multimedia yang dibuat digunakan untuk melengkapi
melalui
pemanfaatan
multimedia
(3)
pembelajaran dilakukan sepenuhnya melalui pemanfaatan multimedia.
atau menunjang materi pembelajaran yang sampaikan
kepada
siswa/mahasiswa
di
dalam kelas. Karena sifatnya pelengkap
E. MANFAAT MULTIMEDIA DALAM PENDIDIKAN
maka multimedia dibuat merupakan materi pengayaan
atau
remedial
bagi
siswa/mahasiswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Tujuannya multimedia ini adalah
meningkatkan
penguasaan
pemahaman
siswa/mahasiswa
dan
terhadap
materi pelajaran yang disajikan di dalam kelas. 3. 114
Substitusi (Pengganti)
Pemanfaatan
multimedia
pembelajaran siswa/mahasiswa pengalaman penggunaan mempermudah
yang
dalam
dapat
membantu
dan
memberikan
bermakna,
multimedia siswa/mahasiswa
sebab dapat dalam
memahami sesuatu materi yang abstrak dan memvisualisasikannya menjadi hal yang
Pemanfaatan Multimedia dalam Pendidikan (Khusnul Khotimah, S.Kom)
lebih konkrit. Edgar Dale mengklasifikasi
mengerti makna yang tertuang didalamnya
pengalaman belajar anak dari dari hal-hal
sehingga dapat menimbulkan kesalahan
yang paling konkrit sampai kepada hal-hal
persepsi dari siswa. Oleh karena itu,
yang dianggap paling abstrak, dimulai dari
sebaiknya siswa diberikan pengalaman lebih
siswa/mahasiswa yang turut berpartisipasi di
konkrit
dalam pengalaman nyata, kemudian menuju
pembelajaran dapat dicapai.
sehingga
sasaran
dan
tujuan
pada siswa/mahasiswa sebagai pengamat
Berdasarkan hasil penelitian Mayer &
suatu kejadian nyata, dilanjutkan pada
McCarthy dan Walton dalam Sidhu (2010)
siswa/mahasiswa
pengamat
pemanfaatan
disajikan
pembelajaran dapat meningkatkan hasil
terakhir
belajar 56%, konsistensi dalam belajar 50-
siswa/mahasiswa sebagai pengamat suatu
60% menjadi lebih baik dan ketahanan
kejadian yang disajikan dengan simbol.
dalam memori 25-50% lebih tinggi.
terhadap
sebagai
kejadian
menggunakan
Jenjang
media,
yang dan
konkrit-abstrak
ditunjukkan
multimedia
dalam
proses
Sutopo (2005) mengemukakan bahwa
oleh bagan berbentuk kerucut pengalaman
sistem multimedia
dalam pembelajaran
(cone of experiment) berikut:
mempunyai beberapa keuntungan, yaitu: (1) dapat mengurangi waktu dan ruang yang dipergunakan
untuk
menyimpan
dan
menampilkan dokumen kedalam bentuk elektronik media
dibandingkan kertas;
produktivitas
dalam
(2)
dengan
bentuk
meningkatkan
cara
menghindari
hilangnya suatu file; (3) dapat menampilkan atau akses dokumen dalam waktu yang bersamaan dalam tampilan layar; (4) dapat Perolehan
pengetahuan
dari
siswa
memberi
tampilan
informasi
dalam
secara
dalam Kerucut berdasarkan pengalaman
multidimensi
Edgar Dale di atas menunjukkan bahwa
meminimalkan waktu dan biaya dalam
pengetahuan akan semakin abstrak jika
pembuatan
pesan yang disampaikan hanya melalui kata
memberikan
verbal. Hal ini memungkinkan terjadinya
informasi yang dibutuhkan dengan interaksi
verbalisme. Artinya siswa hanya tahu
secara
mengenai kata tanpa memahami ataupun
multimedia adalah memungkinkan adanya
sebuah
organisasi;
foto;
fasilitas
visual.
Selain
serta
kecepatan
itu,
(5)
(6) akses
manfaat
dialog, meningkatkan unsur kreativitas, 115
Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016
memberikan
fasilitas
memperkaya
kolaborasi,
pengalaman,
serta
meningkatkan suatu keterampilan. Berdasarkan disampaikan,
uraian
bagaimana
telah
multimedia
memanfaatkan
multimedia bisa menjadi lebih efektif sehingga
yang
pemanfaatan
tentang
mampu
menghasilkan
gambaran/ide-ide untuk pembelajaran. Harus
diingat
bahwa
hanya
bertindak
teknologi
dalam pembelajaran, dapat 1) meningkatkan
multimedia
motivasi dan kreativitas, keterampilan dan
pelengkap, atau alat bantu dalam pengajaran
semangat atau gairah belajar, memberi
yang tidak dapat mengambil alih tempat dan
konsistensi dalam belajar, ketahanan dalam
tugas
mengingat dan hasil belajar, 2) penyajian
pemanfaatan
pesan yang menjadi lebih mudah, 3)
pembelajaran akan menjadi lebih menarik,
mengatasi keterbatasan dalam penggunaan
interaktif, materi yang bersifat abstrak dapat
waktu, tempat, dan daya indera, baik untuk
divisualisasikan,
siswa/mahasiswa maupun guru/dosen, 4)
kreativitas, keterampilan, gairah belajar
mengembangkan kemampuan siswa untuk
siswa/mahasiswa dan peningkatan hasil
berinteraksi langsung dengan lingkungannya
belajar.
dan
bahan/sumber
belajar,
5)
memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri sesuai kemampuan dan minatnya, dan
6)
memungkinkan
bagi
para
siswa/mahasiswa untuk dapat mengevaluasi dan mengukur sendiri hasil belajarnya. F. KESIMPULAN TidaK dipungkiri lagi jika teknologi berbasis multimedia mampu memberikan perubahan
yang
besar
dalam
bidang
pendidikan. Proses pembelajaran dengan pemanfaatan
multimedia
mengintegrasikan
antara
yang
mampu
teks,
grafik,
animasi, audio-video dalam sebuah tampilan yang menarik untuk pengajaran. Namun hal yang paling penting adalah pemahaman 116
seorang
sebagai
guru/dosen.
Dengan
multimedia
proses
meningkatkan
motivasi
Pemanfaatan Multimedia dalam Pendidikan (Khusnul Khotimah, S.Kom)
DAFTAR RUJUKAN
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas. Mugiono, Adi Winata. 2014. Pengembangan Modul Interaktif Materi Apresiasi Puisi Dan Prosa Untuk Sekolah Menengah Kejuruan Wiratama Kota Gajah http://digilib.unila.ac.id/view/creators/Mugiono=3AADI_WINATA=3A=3A.html [diakses 25 September 2015] Patmanthara, Syaad. 2006. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pengembangan Pembelajaran Melalui Web Sekolah. dalam Jurnal Teknodik Des 2006. Jakarta : Pustekkom Depdiknas. Periangan, Benardo. 2011. Perancangan Media Interaktif Belajar Mengenal angka Bagi Anak Prasekolah. Bandung : Universitas Komputer Indonesia Roblyer, M & Doering, A.H. 2010. Integrating Educational Technology Into Teaching. Boston: Pearson Education, Inc. Sidhu, Manjit Singh. 2010. Technology-Assisted Problem Solving for Engineering Education: Interactive Multimedia Applications. New York: IGI Global. Sutopo, Ariesto Hadi. 2005. Multimedia interaktif dengan flash. Yogyakarta: Graha Ilmu.
117
118
FORMULIR BERLANGGANAN Saya/kami ingin berlangganan Eksponen STKIP Muhammadiyah Lampung kotabumi mulai nomor ….. hingga nomor ….. Mohon jurnal ilmiah tersebut dapat disampaikan kepada Nama : Alamat : Bersama ini saya/kami kirimkan pembayaran melalui rekening Taplus BNI 46 nomor 0080448129 atas nama Sri Widayati untuk ……………………….. terbitan dengan harga per eksemplar* Rp25.000 untuk satu kali penerbitan Rp40.000 untuk satu tahun (dua kali penerbitan) ..........................., 20…….. Pelanggan
………………………….. *bubuhkan tanda √ pada pilihan yang dimaksud
119
PERSYARATAN NASKAH UNTUK EKSPONEN JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA 1.
2.
3.
4.
5.
6. 7. 8.
9.
10.
120
Tulisan harus asli, berupa artikel pemikiran teoretik atau (diutamakan ) penelitian empirik di bidang bahasa, sastra, dan pembelajaran bahasa dan sastra atau pendidikan umum yang dianggap penting dan perlu diketahui pembaca. Panjang tulisan minimal 10 dan maksimal 25 halaman (termasuk daftarv referensi) diketik sepasi ganda pada kertas A4. Dengan pias (margin) kiri 4 cm, kanan, atas, dan bawah masing-masing 2,5 cm. Artikel diketik dengan program komputer Ms. Word sebaiknya gunakan time new ruman font 12. Penyaji domohon mengimkan satu cetakan (print out) dan cakram padat atau bagi yang berkesempatan datang langsung dapat meminjamkan flash drive untuk dikopi. Artikel penelitian emperik memuat judul, nama dan afilasi penulisan, absrak (dalam bahasa Inggris, dan Indonesia, 50-100 kata), kata kunci, dan isi. Isi ditulis dengan sistematika dan persentase jumlah halaman; (a) Pedahuluan (tanpa subjudul) yang memuat latar belakang, permasalahan, tujuan, tinjauan pustaka/penelitian terdahulu, kerangka pikir, dan hipotesis (25 %) ; (b) metode yang memuat rancangan, sampel/sumber data, instrumen pengukuran, teknik analisis data (15%); (c) hasil (25%); (d) Pembahasan (30%); (e) Simpulan dan saran (15 %); (f) daftar rujukan. Artikel telaah kritis teoretis memuat judul, nama dan afilasi penulisan, absrak (dalam bahasa Inggris, dan Indonesia, 50-100 kata), kata kunci, dan isi. Isi ditulis dengan sistematika dan persentase jumlah halaman; (a) Pedahuluan (tanpa subjudul) yang memuat latar belakang, permasalahan, tujuan, tinjauan dan runag lingkup (25 %) ; (b) Pembahasan (dibagi atas beberapa subjudul) yang memuat kajian pustaka dan hasil telaah kritis (75%); (e) Simpulan dan saran (10 %); (d) daftar rujukan. Cantumkan tempat dan tanggal penyelesaian dan revisi artikel pada akhir, misalnya Kotabumi, 10 Maret 2008 (Rev.25 November 2008) Biodata singkat penulis dan identitas penelitian dicantumkan sebagai catatan kaki pada halaman pertama artikel. Sumber rujukan dibuat dalam bodynote, dengan mencantumkan nama belakang semua penulis (untuk penulis lebih dari tiga hanya disebut satu orang disertai dkk) tahun terbit , dan nomor halaman semua sumber rujukan ditulis lengkap dalam daftar rujukan pada akhir naskah berdasarkan abjad dengan urutan sebagi berikut; (1) untuk buku: (a) nama akhir/belakang, (b) koma, (c) nama pertama, (d) titik, (e) tahun penerbit, (f) titik, (g) judul dan subjudul dengan huruf miring, (h) titik, (i) kota penerbit, (j) titik dua, (k) nama penerbit, dan (1) titik; (2) untuk artikel dalam jurnal/majalah ilmiah: (a) nama akhir/belakang, (b) koma, (c) nama pertama, (d) titik, (e) tahun penerbit, (f) titik, (g) petik buka, (h) judul artikel, (i) titik, (j) petik tutup, (k) nama jurnal dengan huruf miring, (1) koma, (m) volume, (n) koma, (o) nomor, (p) titik. Jika artikel diterbitkan dalam sebuah buku, cantumkan kata "dalam" sebelumnya editor dan buku tersebut ; dan (3) untuk artikel dalam jurnal yang diunduh dari internet: (a) nama akhir/belakang, (b) koma, (c) nama pertama, (d) titik, (e) tahun penerbit, (f) titik, (g) petik buka, (h) judul artikel, (i) titik, (j) petik tutup, (k) nama jurnal dengan huruf miring, (1) koma, (m) volume, (n) koma, (o) nomor, (p) titik, (q) kata "Online" dalam tanda kurung, (r) alamat situs, (s) tanggal diakses dalam tanda kurung, dan (t) titik. Artikel dikirim paling lambat dua bulan sebelum bulan penerbitan kepada EKSPONEN, d.a. Jurusan Pendidikann Matematika, STKIP Muhamadiyah Kotabumi-Lampung, Jalan Hasan Kepala Ratu Nomor 1052 Singdangsari, Kotabumi Lampung Utara 34517, Telepon (0724) 22287. Email:
[email protected] Kepastian pemuatan atau penolakan artikel akan diberitahukan secara tertulis. Naskah yang tidak dimuat dapat diambil kembali pada alamat di atas.
Pak fahmi, Mohon di buatkan barcode. terimakasih