ISSN: 2085-966X

EKSPONEN Volume 6, Nomor 1 April 2016 PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMA PENERAPAN METODE KOOPERATIF MODEL TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V DI SDN 4 KELAPA 7 KOTABUMI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KIMIA MATERI LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH SISWA KELAS XII IPA 1 SEMESTER 1 SMA N 1 ABUNG SEMULI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN SQ3R (SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MAKANAN KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 ABUNG SEMULI TAHUN PELAJARAN 2008/2009 UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PENGANTAR AKUNTANSI PADA MATERI UANG MELALUI METODE PROBLEM SOLVING SISWA KELAS X AKUNTANSI 1 SMK NEGERI 1 KOTABUMI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENGARUH AKTIVITAS SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP DISIPLIN GURU SEKOLAH MENEGAH ATAS NEGERI 1 ABUNG SEMULI KABUPATEN LAMPUNG UTARA PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL IPS PADA SISWA KELAS VIII D SPM N 1 TANJUNG RAJA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PENERAPAN KURIKULUM 2013 UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA KELAS VII MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI SMP NEGERI 3 KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN DENGAN MEDIA BENDA-BENDA TERDEKAT PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 4 KELAPA TUJUH TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENERAPAN KURIKULUM 2013 UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA KELAS VII MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI SMP NEGERI 3 KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PEMANFAATAN MULTIMEDIA DALAM PENDIDIKAN

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Kotabumi-Lampung

Majalah Eksponen

Vol. 6

1

Hlm 1-117

Kotabumi April 2016

ISSN 2085-966X

ISSN 2085-996X

EKSPONEN MAJALAH ILMIAH EKSPONEN

Terbit dua kali setahun pada bulan April dan September, Eksponen merupakan sarana komunikasi ilmiah bidang matematika, serta pembelajarannya berupa hasil penelitian atau kritis

ISSN: 1693-9263

Ketua Penyunting Dr. Sri Widayati, M.Hum.

Penyunting Pelaksana Sigit Suharjono, S.Pd.,M.Pd Purna Bayu Nugroho, S.Pd.,Si.,M.Pd Dewi Ratnaningsih, S.Pd., M.Pd.

Mitra Bestari Prof. Dr. M. Juhri A.M. (Universitas Muhammadiyah Metro) Dr. Sumarno, M.Pd. (STKIP Muhammadiyah Kotabumi-Lampung) Dr. Badawi, S.H., M.Pd. (STKIP Muhammadiyah Kotabumi-Lampung) Aan Sururi, M.Pd (Pengawas Matematika dinas Pendidikan Lampung Utara)

Tata Letak Hartono, S.Pd

Sirkulasi Fhela Vhantoria Ningrum, M.Pd

Alamat Redaksi Jalan Hasan Kepala Ratu Nomor 1052, Kotabumi Lampung Utara, Lampung Kotak Pos 156 Telepon/Faksimile (0724) 22287 Pos-el: [email protected]; [email protected]

Eksponen diterbitkan sejak 2002 oleh Jurusan Pendidikan Matematika bekerja sama dengan PPM STKIP Muhammadiyah Kotabumi-Lampung, Redaksi menerima tulisan hasil telaah kritis, hasil penelitian bidang pendidikan, matematika. Redaksi berhak menyunting setiap naskah yang masuk tanpa mengubah subtansi tulisan. Tulisan yang tidak dimuat dapat diminta kembali

Majalah Ilmiah Eksponen Volume 6, Nomor 1, April 2016 DAFTAR ISI

Pengaruh Pembelajaran Inkuiri terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMA (Nanang Wahidin, M.Pd)............................................................................................ 1 Penerapan Metode Kooperatif Model TGT (Team Games Tournament) Sebagai Alternatif Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V di SDN 4 Kelapa 7 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Maria Sukma) ................................................................................... 9 Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Kimia Materi Logam Alkali dan Alkali Tanah Siswa Kelas XII IPA 1 Semester 1 SMA N 1 Abung Semuli Tahun Pelajaran 2012/2013(Drs. Beni Waluya ) ............................................................................ 18 Implementasi Metode Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Abung Semuli Tahun Pelajaran 2008/2009 (Didik Purwantara, S.Pd.) . 24 Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pengantar Akuntansi Pada Materi Uang melalui Metode Problem Solving Siswa Kelas X Akuntansi 1 Smk Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Drs. Bawawinarto H, M.M *) ...................................................................... 35 Pengaruh Aktivitas Supervisi Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Disiplin Guru Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara (Helina) ................ 48 Penggunaan Metode Pembelajaran Mind Mapping Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil IPS pada Siswa Kelas VIII D SPM N 1 Tanjung Raja Tahun Pelajaran 2011/2012 (Asrin, S.Pd) ..............................................................................................................57 Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I) ................................................... 66 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama (Venty Meilasari) ............................................................................................ 75

Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian dengan Media Benda-Benda terdekat pada Pelajaran Matematika Siswa Kelas Iv Sdn 4 Kelapa Tujuh Tahun Pelajaran 2014/2015 (Suryanita)....................................................................................................................................... 89 Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I) ................................................... 100 Pemanfaatan Multimedia dalam Pendidikan (Khusnul Khotimah, S.Kom.) ................................. 110

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMA

Nanang Wahidin *) Abstrak Permasalahan penelitian ini bertumpu pada rendahnya kemampuan penalaran matematis. Untuk mengatasi hal tersebut salah satu caranya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan penalaran matematis, bahan ajar berupa LKS dan non-tes (yang terdiri dari skala sikap siswa dan lembar observasi). Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Abung Semuli Lampung Utara. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa 1) Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Walaupun demikian, kedua peningkatan tersebut (baik di kelompok kelas inkuiri atau konvensional) berada pada kategori sedang dan terdapat perbedaan kemampuan penalaran berdasarkan klasifikasi kemampuan awal matematika (kelompok tinggi, sedang dan rendah) antara kelompok kelas inkuiri dan kelompok kelas konvensional; (3) Siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran dengan metode inkuiri. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode inkuiri dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis. Kata kunci: Pembelajaran dengan metode inkuiri, Penalaran Matematis

*) Guru SMA Negeri 01 Abung Semuli

1

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

Menurut

A. PENDAHULUAN Proses

pembelajaran

merupakan

salah

bagian

menyatakan

bahwa

(2008)

penalaran

dan

dari

pembuktian matematis menawarkan cara-

keseluruhan proses pendidikan di sekolah

cara yang tangguh untuk membangun dan

maupun

yang

mengekspresikan gagasan-gagasan tentang

diharapkan dengan proses ini tujuan

beragam fenomena yang luas. Orang-orang

pendidikan akan dapat dicapai antara lain

yang menggunakan nalar dan berpikir

dalam bentuk terjadinya perubahan sikap,

secara analitis cenderung memperhatikan

keterampilan, serta meningkatnya kemam-

pola-pola,

puan berpikir siswa. Hal ini senada dengan

keteraturan baik itu dalam situasi-situasi

pernyataan Ebbutt dan Straker (dalam

dunia nyata maupun dalam objek simbolis.

Suhitno, 2003:6) yang berpendapat bahwa

Intinya

matematika sekolah atau yang kemudian

berpikir untuk menarik kesimpulan atau

disebut

membuat pernyataan baru yang benar.

di

satu

matematika

Wahyudin

perguruan

sebagai

tinggi,

matematika

adalah

struktur

penalaran

atau

keteraturan-

merupakan

proses

kegiatan penelusuran pola dan hubungan,

Namun kenyataannya pada saat ini,

kreativitas yang memerlukan imajinasi,

kegiatan pembelajaran matematika di kelas

intuisi, penemuan, dan kegiatan problem

masih belum optimal, bahkan Ruseffendi

solving.

(dalam Nulaelah, E: 2009) menyatakan

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan

bahwa

siswa

masih

mengganggap

Pendidikan (KTSP) yang menjadi acuan

matematika sebagai ilmu yang sukar dan

pembelajaran di Indonesia merinci empat

ruwet akibatnya hasil belajar matematika

jenis kemampuan penting yang harus

siswa pada umumnya masih rendah. Salah

dikuasai

satu indikator

oleh

siswa,

di

antaranya:

yang menunjukan hal

pemecahan masalah (problem solving),

tersebut adalah hasil analisis Trend in

penalaran

komunikasi

International Mathematics and Science

menghargai

Study (TIMSS) tahun 2007 (Sugianti,

(reasoning),

(communication) kegunaan

dan

matematika

sebagai

tujuan

2009:1) rata-rata skor metematika siswa

pembelajaran matematika SD, SMP, SMA

di Indonesia untuk setiap kemampuan

dan SMK. Dari uraian di atas jelas bahwa

yang

kemampuan bernalar (reasoning ability)

pengetahuan, penerapan dan penalaran

merupakan bagian kompetensi matematika

masih di bawah rata-rata skor matematika

yang harus dicapai dalam pembelajaran

siswa internasional, untuk kemampuan

matematika.

pengetahuan berada pada ranking 38,

diteliti

yaitu

kemampuan

penerapan pada ranking 35 dan penalaran 2

Pengaruh Pembelajaran Inkuiri terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMA (Nanang Wahidin, M.Pd)

pada

ranking

Berdasarkan terlihat

36

dari

laporan

bahwa

48

negara.

mengandalkan metode ekspositori saja,

TIMSS

tersebut

melainkan

kemampuan

penalaran

matematis siswa Indonesia masih rendah. Disadari atau tidak, ternyata dalam

lebih

pada

pengembangan

kompetensi

khususnya

kompetensi

keterampilan

proses matematika. Salah

satu inovasi pembelajaran matematika

proses pembelajaran matematika, tidak

adalah

sedikit guru yang menyusun butir soal

pembelajaran berorientasi inkuiri, salah

sebagai alat evaluasi hanya menekankan

satu pembelajaran yang menganut paham

pada kemampuan hapalan saja. Padahal

konstruktivisme dan siswa membangun

menurut

sendiri

Taksonomi

Bloom

revisi

mengimplementasikan

kemampuannya.

model

Pendekatan

(Anderson, O.W. & Krathwohl, D.R.,

inkuiri yaitu suatu rangkaian kegiatan

2001) hapalan sebenarnya merupakan taraf

pembelajaran

terendah

berpikir.

proses berpikir secara kritis dan analitis

Artinya, masih ada taraf lain yang lebih

untuk mencari dan menemukan sendiri

tinggi yang perlu dilatihkan kepada siswa.

jawaban

Siswa diharapkan memiliki kemampuan

dipertanyakan (Sanjaya, 2008). Proses

kognitif

berpikir itu sendiri biasanya dilakukan

dari

kemampuan

remembering

understanding

(mengingat),

(memahami),

yang menekankan

dari

suatu

masalah

pada

yang

applying

melalui tanya jawab antara guru dan siswa,

(menerapkan), analysing (menganalisis,

karena pada pembelajaran inkuiri materi

mengurai),

pelajaran tidak diberikan secara langsung,

evaluating

(menilai)

dan

creating (mencipta). Pembelajaran

tetapi matematika

yang

siswa

berperan

untuk

mengkonstruksi sendiri pengetahuannya,

diharapkan adalah pembelajaran yang

sedangkan

lebih menyenangkan dan mendorong siswa

fasilitator dan pembimbing siswa untuk

untuk

belajar.

berperan

penalaran,

masalah

aktif dan

berdasarkan pemecahan

guru

berperan

Langkah-langkah

dalam

metode

masalah contextual yang sifatnya terbuka,

inkuiri

berpusat pada siswa, mendorong siswa

mengajukan dugaan, mengumpulkan data,

untuk

menguji

menemukan

kembali,

serta

yaitu,

sebagai

mengajukan

dugaan

masalah,

(konjektur),

dan

membangun pengetahuan dan pengalaman

merumuskan kesimpulan, sehingga untuk

siswa secara mandiri (Soejadi & Sutarto

memfasilitasi

Hadi, 2004).

tersebut

Dari uraian di atas jelas bahwa pembelajaran matematika tidak lagi hanya

langkah-langkah

dalam

pembelajaran

inkuiri ini

hendaknya para siswa didorong untuk bagaimana

mereka

menguasai 3

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

permasalahan, bagaimana

selanjutnya

mereka

berpikir

memberikan

atau

siswa (kelompok tinggi, sedang dan rendah)?

membuat suatu dugaan sementara dari suatu gejala atau situasi. Kemudian siswa mengumpulkan pengamatan

data,

melakukan

B. Metode Penalitian Metode

yang

digunakan

dalam

dan penyelidikan untuk

penelitian ini adalah quasi eksperimen.

memberikan jawaban atas dugaan yang

Metode penelitian ini digunakan karena

telah dirumuskan.

penelitian ini menggunakan kelompok kontrol, adanya dua perlakukan yang

Berdasar kenyataan di atas, peneliti

berbeda. Pengamatan dilakukan dua kali

terdorong untuk melakukan penelitian di

yaitu sebelum proses pembelajaran, yang

sekolah

disebut

mengenai

pembelajaran

dengan

terbimbing

untuk

penggunaan metode

pretes

proses

pembelajaran, yang disebut postes. Secara

mempengaruhi

singkat, desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

itu, pada kesempatan ini penulis akan

O

membahas hal tersebut melalui judul

terhadap

sesudah

inkuiri

kemampuan penalaran matematis. Untuk

“Pengaruh

dan

Pembelajaran Peningkatan

X

O

O O

Inkuiri

Kemampuan

Penalaran Matematis Siswa”.

Keterangan: O : Pretes dan postes (kemampuan komunikasi dan penalaran matematik).

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalahnya adalah: (1). Apakah kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri lebih baik daripada kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran secara kon-vensional? peningkatan matematis

(2)

Bagaimanakah

kemampuan siswa

apabila

penalaran ditinjau

berdasarkan metode pembelajaran dan klasifikasi kemampuan awal matematis

X : Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Dari delapan kelas yang ada di kelas X, dipilih dua kelas secara acak dengan cara mengundi untuk dijadikan sampel penelitian. Satu kelas untuk kelas eksperimen dan kelas yang satunya untuk

4

Pengaruh Pembelajaran Inkuiri terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMA (Nanang Wahidin, M.Pd)

kelas kontrol. Dalam penelitian ini

sedangkan instrumen non-tes terdiri dari

terdapat variabel bebas yaitu pembelajaran

skala sikap siswa terhadap pembelajaran

matematika dengan menggunakan metode

matematika.

inkuiri, sedangkan variabel

C. PEMBAHASAN HASIL

terikatnya

yaitu kemampuan penalaran matematis

PENELITIAN

siswa, dan variabel kontrolnya adalah

Tujuan utama penelitian ini adalah

tingkat kemampuan awal matematis siswa

untuk

menganalisis

yang terdiri dari kemampuan atas, tengah

kemampuan penalaran matematis siswa

dan bawah. Tingkat kemampuan awal

baik

matematis siswa diperoleh dari rata-rata

berdasarkan jenis metode pembelajaran

tiga kali ulangan terakhir di kelasnya

(pembelajaran dengan metode inkuiri dan

masing-masing.

konvensional)

secara

peningkatan

keseluruhan

yang

maupun

digunakan

dan

Instrumen yang digunakan dalam

klasifikasi kemampuan awal matematis

penelitian ini adalah instrumen tes dan

siswa (tinggi, sedang dan rendah). Dari

non-tes. Adapun instrumen tes berupa tes

hasil penelitian dapat diuraikan deskripsi

berbentuk

mengukur

kemampuan

matematis,

sebagai berikut:

kemampuan

uraian

untuk

penalaran

penalaran matematis siswa

Tabel 1. Hasil Test Kemampuan Penalaran Matematis berdasarkan Metode Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematis Siswa Jenis Kemampua n

Kemampua n Matematis

Metode Inkuiri PRE TES T

N

Awal Kelompok Tinggi

Penalaran Matematis

9

Kelompok Sedang

17

Kelompok Rendah

9

Total

35

POS

x

3,889

TEST 11,33 3

S

0,928

0,707

x

2,647

8,529

S

0,862

1,007

x

1,000

5,222

S

0,707

0,667

x

2,543

8,400

S

1,336

2,379

Metode Konvensional NGain 0,92 1 0,62 8 0,38 2 0,64 0

PRE TES T

TEST

x

4,111

7,778

S

1,167

1,394

x

2,235

5,706

S

1,147

1,359

x

1,222

3,444

S

1,202

1,014

x

2,457

5,657

S

1,559

2,014

8,40

70,00 %

N

9

17

9

35

Rerata Total Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen :

POS

NGain 0,46 5 0,34 8 0,19 4 0,33 8

5

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

Pada Tabel di atas kemampuan penalaran

matematis

eksperimen

(ditinjau

siswa

inferensial

mengetahui

kualitas

secara

peningkatan

kemampuan penalaran mate-matis antara

akhir/postes) mempunyai rerata 8,40 (atau

kedua kelompok. Uji ANOVA Dua-jalur

sebesar 70,00% dari skor ideal). Hal ini

dilakukan untuk mengkaji peningkatan

menunjukkan

metode

bahwa

matematis

hasil

untuk

tes

penalaran

dari

kelas

dilakukan

kemampuan siswa

pembelajaran

(inkuiri

dan

secara

konvensional) dan klasifikasi kemampuan

keseluruhan termasuk kategori sedang, dan

awal matematika (tinggi, sedang dan

berdasarkan

rendah) memberi pengaruh bersama yang

kemampuan

awal

siswa

(tinggi, sedang, rendah), rerata nilai postes

berbeda

untuk kemampuan penalaran pada kelas

kemampuan penalaran.

dengan metode inkuiri lebih tinggi dari rerata

postes

pada

(pembelajaran konvensional),

kelas

dengan Hal

ini

kontrol metode

menunjukkan

bahwa kemampuan penalaran matematis siswa lebih meningkat jika pembelajaran yang digunakan adalah metode inkuiri. Sebelum dilakukan uji hipotesis pada kemampuan penalaran matematis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu; uji normalitas

dan uji homogenitas pada

kedua kelas sampel, baik pada data pretes , data postes maupun data gain. Hasil dari ketiga data tersebut ternyata datanya normal

dan

homogen,

jadi

sudah

memenuhi syarat untuk melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Karena skor pretes, postes, dan skor gain berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen, maka pengujian perbedaan

retara

skor

kemampuan

penalaran dilakukan dengan menggunakan uji-t 6

dan

ANOVA

Dua-jalur.

Uji-t

secara

signifikan

terhadap

Rata-rata peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa berdasarkan pembelajaran

dengan

metode

inkuiri

adalah 0,640. Sedangkan peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa berdasarkan pembelajaran dengan metode konvensional

adalah

menunjukkan

0,338.

bahwa

kemampuan

Hal

ini

peningkatan

penalaran

siswa

yang

mendapatkan pembelajaran dengan metode inkuiri

lebih baik daripada siswa yang

mendapat pembelajaran dengan metode konvensional. Selanjutnya hasil uji-t pretes dan

postes

matematis

di

kemampuan peroleh

penalaran

bahwa

untuk

perbandingan rata-rata nilai postes kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh hasil sig = 0,000 lebih kecil dari α/2 = 0,025 artinya H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematis pembelajaran

siswa

yang

dengan

memperoleh

metode

inkuiri

Pengaruh Pembelajaran Inkuiri terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMA (Nanang Wahidin, M.Pd)

secara signifikan berbeda (lebih baik)

matematika (kelompok tinggi, sedang dan

daripada kemampuan penalaran matematis

rendah)

siswa yang memperoleh pembelajaran

kemampuan penalaran matematis siswa.

konven-sional.

Informasi tersebut didukung oleh grafik

Selanjutnya dilakukan pengujian

siswa terhadap

peningkatan

yang disajikan pada gambar 1.

hipotesis penelitian lainnya, untuk α =

Gambar 4.2

0,05 pada kategori kelompok tingkat

Kurva tersebut menggambarkan bahwa

kemampuan siswa (tinggi, sedang dan

siswa dengan kemampuan

rendah)

ternyata

perhitungan

setelah

ANOVA

dilakukan dua

jalur

menunjukkan terdapat pengaruh langsung tingkat kemampuan awal matematik siswa (kelompok tinggi, sedang dan rendah) terhadap peningkatan gain ternormalisasi kemampuan penalaran matematis. Dan ternyata diperoleh nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 sehingga hipotesis nol ditolak. Temuan lainnya dari hasil uji ANOVA

dua

jalur

interaksi

antara

dengan

level

adalah

metode

terdapat

pembelajaran siswa

siswa dengan kemampuan awal sedang

kemampuan

pada kelas eksperimen memiliki rerata

penalaran matematis siswa. Dari hasil

nilai postes adalah 8,529 lebih besar

perhitungan diperoleh nilai signifikansi

dibandingkan siswa kelompok tinggi pada

(sig.) sebesar 0,007 lebih kecil α = 0,05 hal

kelas kontrol yang memiliki rerata nilai

ini

postes adalah 7,778.

menyangkut

berarti

pembelajaran

kemampuan

Kurva tersebut menggambarkan bahwa

peningkatan

terdapat

interaksi

antara

dengan

metode

inkuiri

dengan klasifikasi kemampuan awal

7

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, O.W. & Krathwohl, David R. (2001). A Taxonomi for Learning, Teaching and Assessing. Longman : New York USA Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas. Hake,

R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. http://www.physics.indiana.edu/ sdi/Analyzingchange-Gain.pdf.

Tersedia:

Nurlaelah, E. (2009) Pencapaian Daya dan Kreativitas Matematik Mahasiswa Calon Guru melalui Pembelajaran Berdasarkan Teori Apos. Disertasi UPI: Tidak diterbitkan. Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Soedjadi, R. & Hadi. S. (2004). PMRI dan KBK dalam Era Otonomi Pendidikan. Buletin PMRI, Edisi III. Sudjana, N. (1992). Peniaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sugianti, J. (2009). Pengaruh Model Brain-Based Learning Terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP. Skripsi. UPI: Tidak diterbitkan. Sugiono (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suhitno.(2003). Model Pembelajaran Matematika. Makalah Disampaikan pada Workshop Guru Bidang Studi Matematika Tanggal 27 Juli s.d 1 Agustus 2003 di PPPG Matematika Semarang. Semarang: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika Semarang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Sekretariat Negara RI. Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran. Bandung: UPI.

8

PENERAPAN METODE KOOPERATIF MODEL TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V DI SDN 4 KELAPA 7 KOTABUMI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Maria Sukma*)

Abstract Math is an object of study materials which have the abstract and built through a process of deductive reasoning, that is the truth of a concept is obtained as a logical consequence of the previously accepted truth. In matematics to be easily understood by student, deductive reasoning processes to improve understanding already owned by student. Mathematics learning objectives are train the way of thinking in a systematic, logical, critical, creative and consistent. This research using action research methods three rounds. Each round consists of four stages, namely : design, activities and observastion, reflection, and revision. This research target is the 5th grade students at SDN 4 Coconut 7 Kotabumi. Data obtained as the result of a formative test, observation sheet teaching and learning activities. Of the analys found that student achievement has increased from the first cycle until the second cycle, namely : the first cycle (65%), the second cycle (75%), the thitd cycle (90%). Conclusions of this study is a model cooperative can TGT positive effect on studentt’ learning motivation and learning model can be used as an alternative learning mathematics. Keywords : Math, TGT Model Cooperative Method A. PENDAHULUAN Matematika merupakan suatu bahan

bersifat sangat kuat dan jelas. Dalam

kajian yang memiliki objek abstrak dan

pembelajaran

dibangun melalui proses penalaran deduktif,

dimengerti oleh siswa, proses penalaran

yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh

deduktif untuk menguatkan pemahaman

sebagai

kebenaran

yang sudah dimiliki oleh siswa. Tujuan

sehingga

pembelajaran matematika adalah melatih

akibat

sebelumnya

logis

sudah

dari

diterima,

matematika

agar

mudah

keterkaitan antar konsep dalam matematika

*) Guru SD Negeri 04 Kelapa 7

9

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten.

Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong

Pembelajaran

kooperatif

lebih

untuk

belajar,

saling

memperkuat upaya-upaya akademik dan

menekankan interaksi antarsiswa. Dari sini

menerapkan

siswa akan melakukan komunikasi aktif

pencapaian hasil belajar yang tinggi. Dalam

dengan sesama temannya. Penelitian juga

pembelajaran kooperatif lebih diutamakan

menunjukkan

sikap

bahwa

pembelajaran

kooperatif memiliki dampak yang sangat

mencapai

Pembelajaran

tujuan

kooperatif

akan

keterampilan-keterampilan kooperatif.

maka penelitian ini bertujuan untuk:

Kelompokkan siswa dengan masing-

mengetahui peningkatan prestasi belajar

masing kelompok terdiri dari tiga sampai

siswa

dengan

setelah

diterapkannya

metode

lima

orang.

Anggota-anggota

pembelajaran kooperatif model TGT pada

kelompok

siswa kelas V SDN 4 Kelapa 7 Tahun

karakteristik kecerdasan, kemampuan awal

Pelajaran 2014/2015 2.

untuk

menunjang

terlaksana dengan baik jika siswa memiliki

Berdasarkan latar belakang di atas

1.

sosial

yang

pembelajaran, yaitu dengan cara kerja sama.

positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya.

norma

mengetahui siswa

heterogen

meliputi

matematika, motivasi belajar, jenis kelamin,

pengaruh

setelah

dibuat

motivasi

diterapkan

belajar metode

pembelajaran kooperatif model TGT pada siswa kelas V SDN 4 Kelapa 7 Tahun

atupun latar belakang etnis yang berbeda. Gagasan utama dibalik model TGT adalah untuk

memotivasi

para

siswa

untuk

mendorong dan membantu satu sama lain

Pelajaran 2014/2015

untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh guru.

B. KAJIAN TEORI Pembelajaran adalah proses, cara

C. METODOLOGI PENELITIAN

menjadikan orang atau makhluk hidup

Penelitian ini merupakan penelitian

belajar. Belajar adalah usaha mem- peroleh

tindakan (action research), karena penelitian

kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku

dilakukan

atau

oleh

pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga

pengalaman. Pembelajaran kooperatif ada-

termasuk penelitian deskriptif, sebab meng-

lah suatu pengajaran yang melibatkan siswa

gambarkan

untuk bekerja dalam kelompok-kelompok

pembelajaran diterapkan dan bagaimana

untuk menetapkan tujuan bersama.

hasil yang diinginkan dapat dicapai.

10

tanggapan

yang

disebabkan

untuk

memecahkan

bagaimana

suatu

masalah

teknik

Penerapan Metode Kooperatif Model TGT (Team Games Tournament) Sebagai Alternatif Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V di SDN 4 Kelapa 7 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Maria Sukma)

Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997:8)

mengelompokkan

penelitian

tindakan menjadi empat macam yaitu:

2. Rancangan Penelitian Penelitian

ini

menggunakan

Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih

a) guru sebagai peneliti;

Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk

b) penelitian tindakan kolaboratif;

kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku

c) simultan terintegratif;

tindakan

d) administrasi sosial eksperimental.

meningkatkan kemantapan rasional dari

Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerja sama dengan siapa pun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin

demi

kefalidan

data

yang

diperlukan.

yang

dilakukan

tindakan mereka dalam

untuk

melaksanakan

tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki

kondisi,

tempat

praktek

pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000:3). Siklus spiral dari tahaptahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

1. Tempat,

Waktu

dan

Subyek

Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan

dalam

melakukan

penelitian

untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN 4 Kelapa 7 Kotabumi. 2. Waktu Penelitian Waktu berlangsungnya

penelitian

adalah

penelitian

atau

waktu saat

Penjelasan alur di atas adalah: 1. Rancangan/rencana

awal,

sebelum

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini

mengadakan

dilaksanakan

menyusun rumusan masalah, tujuan, dan

pada

bulan

September

penelitian

peneliti

semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015

membuat rencana tindakan, termasuk di

3. Subjek Penelitian

dalamnya

Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SDN 4 Kelapa 7 pokok bahasan pengukuran.

instrumen

penelitian

dan

perangkat pem- belajaran. 2. Kegiatan

dan

pengamatan,

meliputi

tindakan yang dilakukan oleh peneliti 11

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

sebagai upaya membangun pema- haman

2. Rencana Pelajaran (RP)

konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak

dari

pembelajaran

diterapkannya model

team

Rencana

pelajaran

merupakan

metode

perangkat pembelajaran yang digunakan

games

sebagai pedoman guru dalam mengajar dan

tournament.

disusun untuk tiap putaran. Masing-masing

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan

RP

berisi

kompetensi dasar, indikator

mempertimbangkan hasil atau dampak

pencapaian

dari tindakan yang dilakukan berdasarkan

pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar

lembar pengamatan yang diisi oleh

mengajar.

pengamat.

3. Lembar Kegiatan Siswa

4. Rancangan/rencana

yang

direfisi,

hasil

Lembar

belajar,

kegiatan

tujuan

ini

yang

berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

dipergunakan siswa untuk membantu proses

membuat rancangan yang direfisi untuk

pengumpulan data hasil eksperimen.

dilaksanakan pada siklus berikutnya.

4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar

Observasi dibagi dalam tiga putaran,

Mengajar

yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing

a. Lembar

observasi

pengolahan

putaran dikenai perlakuan yang sama (alur

metode

pembelajaran

kooperatif

kegiatan yang sama) dan membahas satu

model

subpokok bahasan yang diakhiri dengan tes

kemampuan guru dalam mengelola

formatif di akhir masing putaran.

pembelajaran.

TGT,

untuk

mengamati

Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan

b. Lembar observasi aktivitas siswa dan

untuk memperbaiki sistem pengajaran yang

guru, untuk mengamati aktivitas

telah dilaksanakan.

siswa

dan

guru

selama

proses

pembelajaran. 3.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian

5.

Tes formatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan

ini terdiri dari:

pembelajaran yang akan dicapai, digunakan

1. Silabus

untuk mengukur kemampuan pemahaman

Slabus adalah seperangkat rencana

konsep

matematika

pokok

bahasan

dan pengaturan tentang kegiatan pem-

pengukuran sudut tes formatif ini diberikan

belajaran pengelolaan kelas, serta penilaian

setiap akhir putaran. Bentuk soal yang

hasil belajar.

diberikan adalah pilihan ganda (objektif).

12

Penerapan Metode Kooperatif Model TGT (Team Games Tournament) Sebagai Alternatif Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V di SDN 4 Kelapa 7 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Maria Sukma)

kooperatif model TGT yang digunakan 4.

untuk

Metode Pengumpulan Data Data-data

yang

diperlukan

mengetahui

pengaruh

penerapan

dalam

metode pembelajaran kooperatif model TGT

penelitian ini diperoleh melalui observasi

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa

pengolahan metode pembelajaran kooperatif

dan data pengamatan aktivitas siswa dan

model TGT, observasi aktivitas siswa dan

guru. Data tes formatif untuk mengetahui

guru angket motivasi siswa, dan tes formatif.

peningkatan prestasi

5.

belajar siswa setelah

diterapkan metode pembelajaran kooperatif

Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode

model TGT.

dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan

Analisis Data Penelitian Persiklus

analisis

1. Siklus I

data.

menggunakan

Pada teknik

penelitian analisis

ini

deskriptif

a. Tahap Perencanaan

kualitatif, yaitu suatu metode penelitian

Pada tahap ini peneliti mem- persiapkan

yang bersifat menggambarkan kenyataan

perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana

atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh

pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-

dengan tujuan untuk mengetahui prestasi

alat pengajaran yang mendukung.

belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktifitas siswa selama proses

pembelajaran.

tingkat

keberhasilan

Untuk

mengalisis

atau

persentase

keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar

setiap

putarannya

dilakukan

dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Selain

itu

observasi

juga

dipersiapkan

pengolahan

metode

lembar pem-

belajaran kooperatif model TGT, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. b.

Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan

kegiatan

belajar

mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 September 2014 di kelas V dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

D. HASIL

PENELITIAN

DAN

PEMBAHASAN

rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan

metode

proses belajar mengajar mengacu pada

pembelajaran

Pengamatan bersamaan

(observasi) dengan

dilaksanakan

pelaksaaan

belajar

mengajar.

13

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

c.

Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan

kegiatan

rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes belajar

formatif II dan alat-alat pengajaran yang

mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada

mendukung. Selain itu juga dipersiapkan

tanggal 10 September 2014 di kelas V

lembar

dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal

pembelajaran kooperatif model TGT dan

ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

proses belajar mengajar mengacu pada

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan

(observasi)

bersamaan

dengan

dilaksanakan

pelaksaaan

belajar

observasi

pengelolaan

metode

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 September 2014 di kelas V SDN 4 Kelapa 7

mengajar.

dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal

d. Refisi

ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada

proses belajar mengajar mengacu pada

siklus I ini masih terdapat kekurangan

rencana

sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan

pelajaran dengan memperhatikan revisi pada

pada siklus berikutnya.

siklus I sehingga kesalahan atau kekurangan

1)

Guru

perlu

lebih

terampil

dalam

pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus

memotivasi siswa dan lebih jelas dalam

II.

menyampaikan

c. Refleksi

tujuan

pem-

belajaran.

Siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

baik

dengan

menambahkan

informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan. 3) Guru

harus

lebih

pelaksanaan

kegiatan

belajar

diperoleh informasi dari hasil peng- amatan

2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara

Dalam

sebagai berikut. 1) Memotifasi siswa. 2) Membimbing

siswa

merumuskan

kesimpulan/menemukan konsep. terampil

dan

bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.

3) Pengelolaan waktu. 4) Refisi Rancangan. Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-

2. Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiap- kan perangkat pembelajaran yang terdiri dari

14

kekurangan. Oleh karena itu, perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:

Penerapan Metode Kooperatif Model TGT (Team Games Tournament) Sebagai Alternatif Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V di SDN 4 Kelapa 7 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Maria Sukma)

1. Guru dalam memotifasi siswa hendaknya

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai

dapat membuat siswa lebih termotifasi

guru. Adapun proses belajar mengajar

selama proses belajar mengajar berlangsung.

mengacu pada rencana pelajaran dengan

2. Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. 3. Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan

revisi

pada

siklus

II,

sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus III adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (22,1%) dan

konsep. 4. Guru harus mendistribusikan waktu secara

5.

memperhatikan

mendengarkan/memperhatikan

penjelasan

baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat

guru (20,8%), aktivitas yang mengalami

berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

peningkatan adalah membaca buku siswa

Guru

sebaiknya

menambah

lebih

(13,1%) dan diskusi antar siswa/antara siswa

banyak contoh soal dan memberi soal-

dengan guru (15,0%). Kemudian aktivitas

soal latihan pda siswa untuk dikerjakan

yang lainnya mengalami penurunan.

pada setiap kegiatan belajar mengajar. Table 4.11. Nilai Tes Formatif Pada Siklus III

3. Siklus III a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti memper-

No

Nama Siswa

Ket.

Skor

T

siapkan perangkat pembelajaran yang terdiri

1

Diki Susanto

70



dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes

2

Karmila

80



formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang

3

Muhammad Setiawan

90



4

Pretty Nursyahana

60

5

Sai Amrullah

100



mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran



6

Dea Erma Putri

80



kooperatif model TGT dan lembar observasi

7

Galih Prasetiyo

90



aktifitas guru dan siswa.

8

Hany Nuraini

80



b. Tahap kegiatan dan pengamatan

9

Edo Dwi Yulianto

70



Pelaksanaan

10

Muhammad Zainuri

80



11

Selvi Anggraini

90



12

Zam-Zam Hani

80



80



kegiatan

belajar

mengajar

untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 24 September 2014 di kelas V SDN 4 Kelapa 7 dengan jumlah siswa 20 siswa.

TT

Yuliarti 13

Riski Agus Pratama

15

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

14

Sepri Purnamasari

90



peningkatan lebih baik dari siklus II.

15

Yasfa Payi Iftinah

70



Adanya peningkatan hasil belajar pada

16

Wahyu Ramadan

90



17

Abi Saputra

80



18

Tri Nirwana

60

19

Dewi Nurmasari

80

20

Nabilasari

90

Jumlah

siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan

kemampuan



menerapkan

metode



kooperatif model TGT membuat siswa



1610

18

2

Jumlah Skor 1610

guru

dalam

pembelajaran

menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah

Jumlah Skor Maksimal Ideal 2000

dalam

memahami

materi

yang

telah

Rata-Rata Skor Tercapai 80,5

diberikan.

Keterangan: T

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktifitas

: Tuntas

siswa dalam proses pembelajaran fisika

TT : Tidak Tuntas

pokok bahasan pengukuran dengan metode Tabel 4.12. Hasil Tes Formatif Siswa pada

pembelajaran kooperatif model TGT yang

Siklus III

paling dominant adalah bekerja dengan

No Uraian

Hasil

menggunakan

alat/media,

mendengar-

Siklus III

kan/memperhatikan penjelasan guru, dan

1

Nilai rata-rata tes

80,5

diskusi antar siswa/antara siswa dengan

2

formatif

18

guru. Jadi, dapat dikatakan bahwa aktivitas

3

Jumlah siswa yang

90

siswa dapat dikategorikan aktif.

tuntas belajar E. KESIMPULAN

Persentase

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang

ketuntasan belajar

telah dilakukan selama tiga siklus, dan Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai

berdasarkan

rata-rata tes formatif sebesar 80,5 dan dari

analisis

20 siswa yang telah tuntas sebanyak 18

disimpulkan sebagai berikut:

siswa

dan

ketuntasan

2

siswa

belajar.

ketuntasan belajar

belum

mencapai

Secara

klasikal

yang telah tercapai

sebesar 90% (termasuk kategori tuntas). Hasil

16

pada

siklus

III

ini

mengalami

seluruh

yang

telah

pembahasan

serta

dilakukan

dapat

1. Pembelajaran dengan kooperatif model TGT memiliki

dampak

positif

dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai

dengan

peningkatan

ketuntasan

belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65%), siklus II (75%), siklus III (90%).

Penerapan Metode Kooperatif Model TGT (Team Games Tournament) Sebagai Alternatif Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V di SDN 4 Kelapa 7 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Maria Sukma)

2.

Penerapan

metode

pembelajaran

rata-rata jawaban menyatakan bahwa

kooperatif model TGT mempunyai

siswa tertarik dan berminat dengan

pengaruh

metode pembelajaran kooperatif model

positif,

yaitu

dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa

TGT

yang

termotivasi untuk belajar.

ditunjukan

dengan

hasil

sehingga

mereka

menjadi

wawancara dengan beberapa siswa,

DAFTAR RUJUKAN Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon. Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston. Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Felder, Richard M. 1994. Cooperatione Learning in Technical Corse, (online), (Pcll\d\My % Document\Coop % 20 Report. Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta. Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

17

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KIMIA MATERI LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH SISWA KELAS XII IPA 1 SEMESTER 1 SMA N 1 ABUNG SEMULI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Drs. Beni Waluya *) Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menerapkan siklus berulang yang terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan tahap refleksi. Tujuan yang akan dicapai adalah meningkatnya aktifitas belajar dan meningkatnya hasil belajar materi logam alkali dan alkali tanah siswa kelas XII IPA 1 semester 1 SMA N 1 Abung Semuli tahun pelajaran 2012/2013. Untuk mencapai tujuan tersebut maka metode pembelajaran yang diterapkan adalah metode eksperimen, yakni membawa siswa secara langsung ke laboratorium dengan peralatan yang terdapat di laboratorium. Untuk mengetahui peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa, sebelum perlakuan diberikan tes awal dahulu sebagai diagnosa yang dilanjutkan dengan tes setiap selesainya satu siklus. Selain hasil belajar siswa berupa data kwantitatif, dicatat juga datadata kwalitatif yang diperoleh melalui observasi dan jurnal catatan guru. Hasil penelitian penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran kimia materi logam alkali dan alkali tanah siswa kelas XII IPA 1 semester 1 SMA N 1 Abung Semuli tahun pelajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan aktifitas siswa , antara lain ditandai dengan bertambahnya siswa yang aktif bertanya, aktif berdiskusi, bekerjasama semakin meningkat. Begitu juga terjadi peningkatan hasil belajar siswa, dari nilai yang dicapai. Sebelum perlakuan rata-rata nilai siswa tes awal adalah 67,67 meningkat menjadi 71,83 pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 77 pada akhir iklus II. Kata Kunci: Eksperimen, Pembelajaran Kimia, Efektifitas, Alkali Tanah PENDAHULUAN

siswa rendah kususnya dalam pelajaran

Berdasarkan hasil observasi bersama

ilmu kimia. Dari hasil ulangan harian tahun

rekan sejawat hasil belajar siswa di SMA N

ke tahun ternyata hasilnya relatif sama.

1 Abung Semuli

Dengan

A.

ternyata masih belum

demikian

siswa

menganggap

menggembirakan kususnya mata pelajaran

bahwa pelajaran ilmu kimia termasuk

kimia siswa kelas XII IPA. Dugaan penulis

pelajaran yang sukar.

rendahnya hasil belajar siswa boleh jadi

Akan tetapi sebagian siswa antara

dikarenakan kurangnya motivasi siswa

10%-15%

untuk melanjutkan ke perguruan tinggi baik

sehingga baru sebagian kecil siswa yang

negeri

Sehingga

tuntas nilai ulangan harianya. Dari tahun

menyebabkan aktifitas dan minat belajar

pelajaran 2011/2012 Standar Kompetensi

maupun

swasta.

*) Guru SMA Negeri 01 Abung Semuli

18

menyukai

pelajaran

kimia,

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Kimia Materi Logam Alkali dan Alkali Tanah Siswa Kelas XII IPA 1 Semester 1 SMA N 1 Abung Semuli Tahun Pelajaran 2012/2013(Drs. Beni Waluya )

3. Kompetensi Dasar 3.2 Mendeskrisikan

Untuk itu perlu dicoba strategi pembelajarn

kecenderungan sifat fisik dan sifat kimia

dengan menggunakan ketrampilan proses

unsur utama (titik didih, titik leleh,

melalui

kekerasan, warna, kelarutan, kereaktifan

metode ini adalah metode yang sangat

dan sifat kusus lainya) kususnya unsur

dianjurkan

alkali dan alkali tanah, mata pelajaran

kompetensi.

kimia SMA N 1 Abung Semuli diperoleh

Materi

metode

eksperimen.

dalam

Karena

kurikulum

berbasis

identik

dengan

kimia

data bahwa siswa yang tuntas adalah 18

eksperimen sebab sebuah teori memerlukan

siswa yang memperoleh nilai

73 hanya

pembuktian secara empiris. Sebuah data

mencapai 60% sementara KKM (Kriteria

empiris dapat diakui validitasnya melalui

Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan di

serangkaian eksperimen atau percobaan.

SMA N 1 Abung Semuli adalah 73.

Sehingga penyajian bahan ajar untuk ilmu

Berdasarkan data hasil observasi

kimia sebaiknya dititik beratkan pada

tersebut pada proses pembelajaran kimia

pendekatan konsep dengan eksperimen atau

kelas XII IPA SMA N 1 ABUNG SEMULI

percobaan untuk membuktikan kebenaran

tahun pelajaran 2011/2012 aktifitas siswa

empiris

yang dominan adalah mendengarkan dan

mempunyai orientasi pada usaha atau

mencatat penjelasan guru, siswa kurang

kegitan untuk membuktikan kebenaran

terlibat dalam menemukan konsep-konsep

sebuah konsep teori yang telah dilakukan

sehingga proses belajar menjadi monoton

oleh orang lain pada masa yang lalu dan

dan siswa kurang termotivasi untuk belajar

kebenaranya sudah merupakan kebenaran

kimia. Aktifitas yang relevan pada proses

yang ilmiah.

pembelajaran

seperti

aktif

pertanyaan,

aktif

bertanya,

suatu

konsep.

Praktikum

Kegiatan praktikum yang dilakukan

menjawab

siswa

SMA

sebagai

berpendapat, aktif berdiskusi sama teman

pembelajaran.

Siswa

tidak

masih kurang. Selama proses pembelajaran

mengecek kebenaran kansep akan tetapi

hanya beberapa siswa saja yang aktif di

untuk meyakinkan para siswa bahwa

kelas. Bahkan sebagian siswa kurang atau

konsep yang telah dikemukakan para ahli

tidak memperhatikan proses pembelajaran.

memang

Berdasarakan diskusi dengan teman-teman

eksperimen bukan merupakan kegiatan

guru kimia melalui MGMP sekolah perlu

ajang pembuktian sebuah konsep tetapi

adanya usaha untuk meningkatkan aktifitas

mencoba sebuah konsep dengan langkah-

dan hasil belajar siswa pada materi

langkah ilmiah untuk membuktikan konsep

pelajaran kimia pada proses pembelajaran.

itu benar atau tidak.

aktif

oleh

benar

adanya.

media diarahkan

Sebaliknya,

19

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

Pada pelajaran IPA , ilmu kima juga mensyaratkan kegiatan eksperimen atau

tingkat pemahaman siswa bisa mencapai 100%.

praktikum yang menggunakan waktu lebih

Berdasarkan

fakta-fakta tersebut

banyak dibanding kegiatan teori. Pada

diatas memberikan inpirasi dan motivasi

bidang ipa termasuk kimia menuntut

kepada

keterlibatan guru lebih banyak. Siswa tidak

pembelajaran dengan menitik beratkan

cukup hanya diarahkan untuk memahami

kepada kegiatan eksperimen atau praktikum

sebuah konsep melalui buku pelajaran.

terutama untuk mengetahui seluk beluk

Buku

memberikan

unsur-unsur yang terdapat dalam unsur-

informasi tetapi tidak dapat dijadikan

unsur golongan alkali dan unsur-unsur

wadah untuk berkonsultasi seperti yang

golongan alkali tanah. Dari hasil belajar

dilakukan oleh guru. Dalam pelajaran ipa

siswa dan pengalaman tahun kemarin maka

kegiatan tatap muka guru dengan siswa

penulis

mencapai 75% sampai dengan 85% dari

penelitihan tindakan kelas pada materi

seluruh alokasi waktu yang ada. Siswa

Unsur-unsur Alkali dan Unsur-unsur Alkali

hanya diberi kesempatan untuk belajar

Tanah. Dalam hal ini penulis mengambil

mandiri,

judul:

meskipun

dapat

mengidentifikasi

dan

penulis

mencoba

“Metode

untuk

untuk

melakukan

mengadakan

Eksperimen

Efektifitas

Untuk

menganalisis sendiri masalah-masalah yang

Meningkatkan

Pembelajaran

berhubungan dengan kajian eksakta dan

Kimia Materi Logam Alkali dan

sains dengan rentang waktu 15 menit

Tanah Siswa Kelas XII IPA 1 Semester 1

sampai 25 menit. Karena ilmu-ilmu eksakta

SMA N 1 Abung Semuli Tahun Pelajaran

bukan ilmu yang dapat direka-reka.

2012/2013”.

Alkali

Kelebihan kegiatan eksperimen atau praktikum dibandingkan dengan metode

B.

ceramah atau metode lain adalah unsur

METODE PENELITIAN Penelitian

tindakan

kelas

ini

penerapanya secara langsung atas konsep

bekerjasama dengan teman sejawat guru

teoritis yang dipelajari. Seperti diketahui

SMA N 1 Abung Semuli kususnya guru

belajar dengan menggunakan indra audio

mata

hanya memungkinkan memahami konsep

penelitian tindakan kelas ini adalah siswa

yang diajarkan sekitar 15% sedangkan jika

kelas XII IPA 1 semester 1 tahun pelajaran

menggunakan

2012/2013 selama enam bulan, dari bulan

audio

visual

angka

pelajaran

bulan

dari

Mei

dari konsep yang diajarkan. Jika audio

2012.Tahapan dalam penelitian ini adalah:

20

dengan

Subyek

prosentase tersebut dapat mencapai 75%

visual dilengkapi dengan praktikum maka

sampai

kimia.

Oktober

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Kimia Materi Logam Alkali dan Alkali Tanah Siswa Kelas XII IPA 1 Semester 1 SMA N 1 Abung Semuli Tahun Pelajaran 2012/2013(Drs. Beni Waluya )

(1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan dan (3) tahap pelaporan.

Tabel 1. Hasil Observasi Aktifitas Siswa

Dalam pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksnakan dalam dua siklus tindakan

Dalam Proses Pembelajaran Aktifitas

Preetest/Siklus

yang didahului dengan tes diagnostik

Yang

Preetest

Siklus I

Siklus II

sebagai

Diamati Bertanya

Jum

Jum

Jum

Pada Guru

lah

Bertanya

-

-

19

63,33

19

63,33

-

-

17

56,67

18

60,00

-

-

16

53,33

18

60,00

-

-

12

40,00

21

70,00

-

-

21

70,00

28

93,33

tes

awal

untuk

No

merencakan

tindakan selanjutnya. Tindakan pada tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: tahap perencanaan,

pelaksanaan

tindakan,

observasi dan tahap refleksi. Setiap siklus

1

2

setiap

Guru

Pelaksanaan

diberikan

observasi

tes.

dilaksanakan

data

analisis.

yang Analisis

diperoleh

3

Kerjasama

4

Aktif

dilakukan

dilakukan

Dalam

untuk

membandingkan hasil pencapaian dengan

Diskusi 5

Mengump ul

indikator kinerja yang telah ditentukan.

Tugas/Lap

Indikator kinerja pada penelitian tindakan kelas

ini

adalah

adanya

oran

peningkatan

aktifitas siswa dan peningkatan hasil

Grafik 1. Prosentase Aktifitas Siswa

belajar siswa dari siklus I ke siklus II.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam

pelaksanaan

penerapan

Dalam Pembelajaran 50 40

Sangat Baik

metode eksperimen digunakan tiga tahapan yaitu : (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan dan (3) tahap pelaporan. Hasil

pengamatan

lah

Kelompok

bersama-sama dengan teman sejawat. Dari

lah

dan

%

Menjawab pertanyaan

siklus

%

Pada Guru

teridiri dari 2 x 45 menit (2 pertemuan) dan akhir

%

30

analisis

10

selama penelitian tindakan kelas dari tes

0

awal, tes siklus I dan siklus II dapat dilihat

Memuaskan

20

Ada Kemajuan

SiklusSiklus I II

tabel berikut:

21

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

Dari hasil observasi diperoleh data

Grafik 2. Nilai Rata-rata dan Prosentase

bahwa ada peningkatan aktifitas siswa dari

Ketuntasan Belajar

siklus I untuk kategori sangat baik dari

Preetest/Siklus

23,33 % menjadi 50 % pada siklus II.

Preetest

Siklus I

Siklus II

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Nilai

Begitu juga untuk akfifitas yang lain menjawab

pertanyaan

guru

Siswa

dari

%

Siswa

%

Siswa

%

56,67% menjadi 60%, kerjasama kelompok naik dari 53,33 % menjadi 60%, aktif dalam diskusi dari 40 % menjadi 70 % dan mengumpulkan tugas/laporan naik dari 70%

menjadi

93,33%.

Meningkatnya

Rata -

67,67

71,83

77,00

40,00

66,67

80,00

rata Ketunt asan Belajar

aktifitas siswa dalam pembelajaran ini sesuai dengan pendapat Aripin (1995) keuntungan

menggunakan

metode

eksperimen ini lebih banyak manfaatnya antara lain dapat memberikan pengalaman praktis

serta

ketrampilan

dalam

menggunakan alat-alat praktikum, memberi gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa sehingga siswa tidak mudah percaya pada suatu yang belum pasti kebenaranya sebelum mereka mengamati secara langsung proses terjadinya (misalnya suatu reaksi), serta melatih siswa lebif aktif

Dari tabel dan grafik di atas maka

dan mengembangkan cara berfikir ilmiah.

dapat dilihat kenaikan atau peningkatan

Sedangkan

nilai rata-rata siswa dari tes awal/preetest,

untuk

nilai

rata-rata

dan

ketuntasa belajar dapat dilihat dari tabel

siklus

I maupun siklus

berikut:

membuktikan eksperimen

Tabel 2. Nilai rata-rata, Prosentase Ketuntasan Belajar dan Keberhasilan Tindakan

22

belajar siswa.

II. Hal

penerapan dapat

meningkatkan

ini

metode hasil

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar EvaluasiPendidikan. Bumi Aksara. Yogyakarta. Apitasari, Rina. 2005. Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achiefment Division (STAD) dalam Upaya Meninngkatkan Hasil Belajar Kimia. Wijaya Kusuma. Bandung. Aripin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Erlangga. Jakarta. Purba, M. 2004. Kimia Untuk SMA Kelas XII. Erlangga. Jakarta. Roestiyah, N.K. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengruhinya. Rineka Cipta. Jakarta. Sujana, Nana. 2001. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung. Sudarmo, Unggul. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas XII. Phibeta. Surakarta. Sutresna, Nana. 2004. Kimia Untuk SMA kelas III. Grafindo Media Pratama. Bandung. Tim Penyusun Kamus. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Wismono, Jaka. 2004. Kimia dan Kecakapan Hidup. Ganeca Exact. Bandung.

23

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN SQ3R (SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MAKANAN KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 ABUNG SEMULI TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Didik Purwantara, S.Pd. *)

Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bertujuan untuk mengetahui implementasi metode pembelajaran SQ3R terhadap hasil belajar biologi dan hambatannya pada siswa kelas XI IPA 1 SMA N 1 Abungsemuli ,Kab.Lampung Utara pada semester genap tahun pelajaran 2008/2009,dengan jumlah siswa sebanyak 37 yang terdiri dari : 15 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan,dilaksanakan dalam 2 siklus. Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap di setiap siklusnya, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Proses pembelajaran biologi dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran SQ3R. Indikator hasil belajar pada penelitian ini berupa tercapainya ketuntasan belajar secara individual maupun klasikal. Pengumpulan datanya dilakukan dengan metode: wawancara, observasi, dokumentasi, diskusi dan tes evaluasi. Data hasil pengamatan nilai diskusi dan nilai evaluasi diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian keberhasilan tiap siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Hasil belajar biologi siswa melalui penerapan metode pembelajaran SQ3R mengalami peningkatan, khususnya pada materi pokok sistem pencernaan makanan. Pada siklus I diperoleh nilai diskusi individu < KKM sebanyak 10 siswa sedangkan ≥ KKM sebanyak 25 siswa dengan nilai rata-rata kelas 68,86 dan ketuntasan belajar klasikal 71,43 % meningkat menjadi nilai rata-rata kelas 73,49 dan ketuntasan belajar klasikal 91,89 % pada siklus II.Pada siklus II diperoleh nilai diskusi individu < KKM sebanyak 3 siswa sedangkan ≥ KKM 34 siswa. Serta nilai evaluasi dengan rata-rata kelas 69,86 dengan ketuntasan belajar klasikal 75,68% dan meningkat menjadi rata-rata kelas 76,35 dengan ketuntasan belajar klasikal 97,30 % pada siklus II. Sehingga bisa disimpulkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas baik diskusi maupun evaluasi serta terjadi peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari siklus I ke siklus II dan tidak perlu dilakukan siklus ke III. 2) Hambatan penggunaan metode SQ3R yaitu sikap pasif siswa serta bergantung pada orang lain dalam proses pembelajaran dan keterbatasan fasilitas pembelajaran seperti sumber belajar dan alat peraga pembelajaran yang tersedia. Kata kunci : Hasil Belajar, Metode Pembelajaran SQ3R, Pembelajaran Kooperatif

*) Guru SMA Negeri 01 Abung Semuli

24

Implementasi Metode Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Abung Semuli Tahun Pelajaran 2008/2009 (Didik Purwantara, S.Pd.)

A. PENDAHULUAN

ilmu yang terjadi dalam diri seseorang

Latar Belakang

melalui latihan dan pembelajaran sehingga

Belajar

merupakan

tindakan

dan

terjadi perubahan dalam diri sendiri. Untuk

perilaku siswa yang komplek. Sebagai

itu

tindakan, maka

pembelajarannya,

belajar hanya dialami

guru

perlu

meningkatkan dimulai

rancangan

siswa itu sendiri. Siswa adalah penentu

pembelajaran

terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses

memperhatikan tujuan, karakteristik siswa,

belajar terjadi berkat siswa memperoleh

materi yang diajarkan, dan sumber belajar

sesuatu yang ada di lingkungan sekitar,

yang tersedia. Kenyataannya masih banyak

yang berupa alam, benda-benda, hewan,

ditemui proses pembelajaran yang kurang

tumbuh-tumbuhan, manusia maupun hal-

berkualitas,

hal yang dijadikan bahan belajar.

Selain

mempunyai daya tarik, bahkan cenderung

itu, perlu adanya intreraksi antara guru dan

membosankan, sehingga hasil belajar yang

siswa. Sedangkan interaksi terjadi saat

dicapai tidak optimal.

guru mengajar di kelas. Dimyati dan

yang

mutu

tidak

Proses

baik

efisien

pembelajaran

dengan

dan

yang

kurang

baik

Mudjiono menyatakan bahwa dalam teori

adalah pengajaran yang menyediakan dan

kognitif belajar menunjukkan adanya jiwa

member kesempatan pada siswa untuk

yang aktif, jiwa mengolah informasi yang

mengembangkan otak kiri (otak perekam)

kita terima, tidak sekedar menyimpannya

dan otak kanan (otak pemikir). Siswa tidak

saja tanpa mengadakan transformasi. Hal

hanya tahu tentang “sesuatu” tetapi juga

ini sesuai dengan salah satu prinsip belajar

dapat bertanya tentang sesuatu, dapat

adalah

menyampaikan

keaktifan.

Dengan

demikian,

belajar hanya dapat terjadi apabila siswa aktif

mengalami

sendiri.

mewujudkan siswa aktif

maka

Dalam perlu

sesuatu,

dan

dapat

memperagakan sesuatu. Salah dengan

satu

proses

menggunakan

otak

pembelajaran kanan/otak

adanya aktivitas belajar. Aktivitas belajar

berfikir adalah mengkritisi apa yang dibaca

ini dapat terwujud jika siswa dihadapkan

serta mampu menerangkan apa yang dibaca

pada masalah.

kepada orang lain dengan

Berhasil atau gagalnya pencapaian

kata-katanya

sendiri.

tujuan pendidikan tergantung pada proses

Siswa hanya mungkin dapat belajar

belajar mengajar yang dialami siswa dan

dengan baik manakala ada dalam suasana

guru. Hilgard dan Marquis berpendapat

yang menyenangkan, merasa aman, bebas

bahwa belajar merupakan proses mencari

dari rasa takut. Oleh karena itu guru harus 25

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

bisa

menciptakan

yang

Kerjasama dalam kelompok dapat

faktor

dikaitkan dengan nilai, sehingga kerja sama

pendorong yang dapat memberikan daya

siswa makin intensif dan siswa dapat

tarik

belajar,

mencapai kompetensinya. Belajar bersama

kurang

dalam kelompok adalah suatu cara yang

kondusif

iklim

karena

tersendiri

sebaliknya

merupakan

dalam

iklim

menyenangkan

belajar

proses yang

akan

menimbulkan

dipakai

untuk

menyelenggarakan

kejenuhan dan rasa bosan. Iklim belajar

pembelajaran

yang menyenangkan akan membangkitkan

belajar yang lebih kecil. Siswa dalam satu

semangat dan menumbuhkan aktivitas serta

kelas dibagi menjadi beberapa kelompok

kreativitas siswa, siswa lebih mudah dalam

belajar yang lebih kecil yang heterogen

memahami materi pelajaran.

(campuran)

Metode adalah salah satu alat untuk mencapai

tujuan.Dengan

memanfaatkan

bentuk

dalam

intelektual, belakang

dalam

jenis

hal

kelompok

kemampuan

kelamin,

budaya,

dan

sehingga

latar

terwujud

metode secara tepat guru akan mampu

kerjasama untuk saling membantu dalam

mencapai

memahami materi. Dipandang dari tingkat

tujuan

pengajaran.

Dalam

menggunakan suatu metode pembelajaran,

partisipasi aktif yang tinggi.

tidak ada suatu metode yang lebih baik dari

Supaya memperoleh hasil belajar

metode pembelajaran yang lain. Masing-

yang berkualitas,harus dirancang proses

masing metode pembelajaran mempunyai

pembelajaran

keunggulan dan kelemahan, oleh karena itu

memperhatikan tingkat berpikir yang kan

guru

metode

dipelajari dan dilatihkan. Rancangan proses

pembelajaran sesuai dengan materi yang

pembelajaran yang baik adalah rancangan

disampaikan.

pembelajaran yang menggunakan indikator

harus

bisa

memilih

Aktivitas guru dan siswa sebagai

belajar

yang berkualitas

sebagai

rambu-rambu

pencapaian

mengajar

demi

dirumuskan secara baik dapat digunakan

tercapainya tujuan belajar. Aktivitas guru

untuk mendeteksi sejauh mana hasil belajar

yang mampu membangkitkan aktivitas dan

dapat dicapai.

diperlukan

kreativitas siswa, sehingga kegiatan belajar

Mengalami

Indikator

dalam

pelaku utama dalam kegiatan belajar mutlak

hasil.

dengan

langsung

apa

yang

yang

mengajar berlangsung dinamis. Siswa yang

sedang dipelajari akan mengaktifkan lebih

aktif

banyak

mendengar,

berfikir,

bertanya,

indera

daripada

hanya

menjawab, menanggapi pertanyaan adalah

mendengarkan guru menerangkan. Hal ini

salah satu bukti keberhasilan dalam proses

menunjukkan bahwa jika mengajar dengan

belajar mengajar.

banyak

26

berceramah,

maka

tingkat

Implementasi Metode Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Abung Semuli Tahun Pelajaran 2008/2009 (Didik Purwantara, S.Pd.)

pemahaman siswa hanya 20 %, tetapi jika

pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan

peserta didik diminta untuk melakukan

hasil belajar biologi untuk materi pokok

sesuatu

mengkomunikasikan,

sistem pencernaan makanan di SMA N 1

tingkat pemahaman siswa dapat mencapai

Abung Semuli Kab. Lampung Utara? (2)

sekitar 90 %.

Apa yang menjadi hambatan implementasi

sambil

Pada dasarnya semua anak memiliki potensi

untuk

mencapai

kompetensi

metode pembelajaran SQ3R terhadap hasil belajar biologi di SMA N 1 Abung Semuli

sehingga perlu adanya kreatifitas guru

Kab. Lampung Utara?

untuk membantu mencapainya. Untuk itu

Pembatasan Masalah

penulis menerapkan metode pembelajaran

Dalam

pembatasan

masalah

SQ3R. Metode belajar tersebut adalah cara

ini,peneliti ingin memberikan pembatasan

mempelajari teks (bacaan) khususnya yang

masalah mengenai materi biologi. Materi

terdapat dalam buku, artikel ilmiah, dan

yang

laporan penelitian. Siswa akan mudah

penelitian yaitu: bukan materi tentang

mengingat materi, karena siswa belajar

sistem pencernaan secara umum,akan tetapi

secara berkelompok dan diberi kesempatan

hanya sistem pencernaan yang terjadi pada

lebih aktif mencari serta memahami materi

manusia atau Sistem Pencernaan Pada

dari teks atau buku sehingga terdapat

Manusia.

akan

dijadikan

sebagai

objek

peluang lebih besar untuk meningkatkan hasil belajar biologi pada materi pokok sistem pencernaan makanan.

B. METODOLOGI PENELITIAN Jenis

penelitian

yang

digunakan

Dari uraian di atas maka penulis

adalah penelitian tindakan, yaitu peneliti

berkeinginan mengadakan suatu penelitian

berusaha untuk menerapkan suatu tindakan

tindakan kelas dengan judul: “Implementasi

sebagai upaya perbaikan untuk mengatasi

Metode

(Survey,

masalah yang ditemukan. Karena penelitian

Question, Read, Recite, Review) Dalam

dilaksanakan dengan setting kelas, maka

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

disebut

Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan

(Classroom Action Research).

Pembelajaran

SQ3R

Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Abung

penelitian

tindakan

kelas

Model penelitian yang digunakan

Semuli Tahun Pelajaran 2008/2009.

adalah penelitian tindakan kelas,model

Rumusan Masalah

spiral Stephen Kemmis dan Mc Taggart

Berdasarkan latar belakang di atas

(dalam Suranto, 200:49), yang terdiri dari

maka rumusan masalah dalam penelitian ini

dua siklus. Dimana setiap siklus terdiri dari

adalah: (1) Apakah implementasi metode

4 tahapan yang meliputi perencanaan, 27

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

pelaksanaan

tindakan,

observasi

dan

Rata-rata nilai =

refleksi. Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas XI

SMA Negeri 1 Abung Semuli

Kab. Lampung Utara. Waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2008/2009, selama 2 bulan yaitu minggu pertama bulan Januari 2009 sampai dengan minggu ke empat bulan Maret

b. Menghitung ketuntasan belajar klasikal Untuk menghitung ketuntasan belajar secara klasikal,menggunakan analisis deskriptif

prosentase

dengan

perhitungan: Ketuntasan belajar klasikal = Jumlah siswa yang tuntas belajar x 100 % Jumlah keseluruhan siswa

2009. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Abungsemuli

dengan

jumlah

ini,data

hasil

pengamatan dan tes diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian keberhasilan tiap siklus

dan

untuk

% maka penerapan metode pembelajaran SQ3R

siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. penelitian

Apabila tingkat ketercapaian ≤ 85

dengan

jumlah siswa 37 siswa yang terdiri atas 15

Pada

Kriteria:

menggambarkan

Read,

Recite,

Review)

yang

dapat

Data hasil belajar siswa berupa memecahkan

masalah

di

analisis dengan cara menghitung rata-rata nilai dan ketuntasan belajar secara klasikal maupun individu.

Untuk menghitung nilai rata-rata menggunakan rumus:

sistem

efektif. Apabila tingkat ketercapaian ≥ 85 % maka penerapan metode pembelajaran SQ3R

pada

materi

pokok

sistem

pencernaan manusia bisa dikatakan efektif. Sebagai indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini adalah jika 85 % siswa telah memperoleh nilai minimal 68

dikatakan

telah

mencapai

ketuntasan

belajar secara individu apabila siswa tersebut telah mencapai ketuntasan belajar secara individual dan mendapat nilai ≥ 68 (sesuai KKM). Dari indikator tersebut ,maka peneliti

Adapun rumus yang digunakan adalah: a. Menghitung nilai rata-rata.

pokok

(sesuai dengan KKM). Seorang siswa

meningkatkan hasil belajar siswa.

kemampuan

materi

pencernaan manusia belum bisa dikatakan

keberhasilan pembelajaran dengan metode pembelajaran SQ3R (Survey, Question,

pada

berharap agar hasil belajar biologi siswa dapat

mengalami

dilakukan

peningkatan

tindakan.Dengan

setelah adanya

peningkatan prosentase hasil belajar biologi 28

Implementasi Metode Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Abung Semuli Tahun Pelajaran 2008/2009 (Didik Purwantara, S.Pd.)

siswa menjadi 85 % khususnya pada materi

siswa,jumlah seluruh nilai dari siswa yang

pokok sistem pencernaan manusia.

hadir diskusi ada 2719, jumlah siswa yang memperoleh nilai diskusi ≥ 68 (siswa yang

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

tuntas belajar) ada 34 siswa: 91,89 %, jumlah siswa yang memperoleh nilai

Pada penelitian ini hasil belajar siklus

diskusi < 68 (siswa yang tidak tuntas

I dan siklus II terlihat dari nilai diskusi dan

belajar) ada 3 siswa = 8,11 %, nilai rata-

nilai evaluasi.

rata kelas hasil diskusi = 73,49, sedangkan

Siklus I

pada pelaksanaan evaluasi, jumlah seluruh

Pada pelaksanaan diskusi siklus I

siswa yang mengikuti ada 37 siswa, jumlah

jumlah seluruh siswa yang mengikuti ada

seluruh nilai dari siswa yang hadir dalam

35 siswa, siswa yang tidak hadir 2 siswa,

evaluasi ada 2825, jumlah siswa yang

jumlah seluruh nilai dari siswa yang hadir

memperoleh nilai evaluasi ≥ 68 (siswa yang

diskusi ada 2410, jumlah siswa yang

tuntas belajar) ada 36 siswa= 97,30 %,

memperoleh nilai diskusi ≥ 68 (siswa yang

jumlah siswa yang memperoleh nilai

tuntas belajar) ada 25 siswa: 71,43 %,

evaluasi < 68 (siswa yang tidak tuntas

jumlah siswa yang memperoleh nilai

belajar) ada 1 siswa= 2,70 %,nilai rata-rata

diskusi < 68 (siswa yang tidak tuntas

kelas hasil evaluasi= 76,35.

belajar) ada 10 siswa = 28,57 %,nilai rata-

Pembahasan

rata kelas hasil diskusi = 68,86,sedangkan

Pembahasn yang diuraikan disini

pada pelaksanaan evaluasi ,jumlah seluruh

lebih

siswa yang mengikuti ada 37 siswa,jumlah

pengamatn

seluruh nilai dari siswa yang hadir dalam

kegiatan refleksi.

evaluasi ada 2585,jumlah siswa yang

Implementasi Metode Pembelajaran

memperoleh nilai evaluasi ≥ 68 (siswa yang

SQ3R.

tuntas belajar) ada 28 siswa = 75,68

Siklus I

%,jumlah siswa yang memperoleh nilai ev

banyak

dadasarkan

yang

atas

dilanjutkan

hasil dengan

Dari pengamatan siklus I diperoleh

aluasi < 68 (siswa yang tidak tuntas belajar)

temuan

ada 9 siswa = 24,32 %,nilai rata-rata kelas

melaksanakan

hasil evaluasi = 69,86.

pembelajaran SQ3R” diawali dengan tahap

Siklus II

pemberian apersepsi terhadap materi di

Pada pelaksanaan diskusi siklus II

kelas

antara

dengan

lain

guru

penerapan

metode

membagi

dalam “Metode

konvensional,

jumlah seluruh siswa yang mengikuti ada

kemudian

kelompok

dan

37 siswa, siswa yang tidak hadir 2

selanjutnya siswa melaksanakan proses 29

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

pembelajaran menggunakan metode SQ3R

pada nilai evaluasi dari 75,68 % pada siklus

akan tetapi pengelolaan waktu kegiatan

I menjadi 97,30 % pada siklus II.

pembelajaran kurang baik terlihat molornya

Selain

peningkatan

yang

terjadi

waktu diskusi kelompok kecil sehingga

terhadap ketuntasan belajar dari nilai

waktu presentasi singkat. Selain itu juga

diskusi siswa dan ketuntasan belajar dari

dalam memberikan motivasi dan bimbingan

nilai evaluasi siswa, dalam penelitian ini

terhadap siswa baik dalam kelompok

juga terjadi peningkatan terhadap nilai rata-

maupun individu kurang merata sehingga

trata hasil belajar siswa. Dengan bukti jika

ada beberapa siswa yang merasa kesulitan

dalam siklus I nilai rata-rata kelas pada

dalam

nilai

menyelesaikan

pemecahan

soal

diskusi

68,86

pada

siklus

II

diskusi yang diberikan.

mengalami peningkatan menjadi 73,49,

Siklus II

sedangkan nilai rata-rata kelas pada nilai

Berdasarkan

refleksi

pada

siklus

evaluasi

siklus

I

69,86

mengalami

I,pelaksanaan tindakan pada siklus II oleh

peningkatan menjadi 76,35 pada siklus II.

guru sudah baik dengan bukti pengelolaan

Hambatan Implementasi SQ3R

waktu yang sudah sesuai dengan rencana

Terhadap Hasil Belajar

pembelajaran dan pemberian semangat oleh guru

kepada

siswa

sudah

Metode pembelajaran SQ3R lebih

merata.

mengutamakan keaktifan dan kreatifitas

Disamping itu, siswa juga sudah mampu

siswa, baik dari mencari sumber/referensi

melaksanakan tahapan-tahapan “Metode

materi, menjawab pertanyaan peneliti yang

pembelajaran SQ3R” dengan baik. Terbukti

dihadapkan pada kemampuan memadukan

dengan adanya pencarian referensi yang

beberapa pemikiran atau argument dari

dilakukan siswa, diskusi kelompok kecil

siswa

yang berjalan lancar,presentasi yang cukup

membawa

memuaskan serta mampu menyelesaikan

menyampaikan atau presentasi di depan

soal evaluasi.

kelas.

Hasil Belajar

beberapa hambatan apabila siswa tidak

dalam

kelompok,

serta

Tentunya

kreatifitas

akan

ketelitian dalam

menimbulkan

Dari nilai diskusi siswa dalam

mampu diajak kerjasama untuk lebih aktif

proses pembelajaran menggunakan metode

daripada sekedar menunggu diterangkan

SQ3R

ini

guru. Kelebihan penggunaan metode akan

terbukti dengan peningkatan ketuntasan

menjadi sebuah hambatan tanpa adanya

belajar klasikal pada nilai diskusi dari

motivasi dari diri siswa dan guru untuk

71,43 % pada siklus I menjadi 91,89 % di

menciptakan

siklus II.Serta ketuntasan belajar klasikal

menyenangkan dan kooperatif.

30

mengalami

peningkatan.Hal

suasana

kelas

yang

Implementasi Metode Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Abung Semuli Tahun Pelajaran 2008/2009 (Didik Purwantara, S.Pd.)

Hambatan yang terjadi pada siklus I sudah

mampu

tetapi

rata-rata = 69,86 dengan ketuntasan

hambatan yang masih dirasakan dalam

belajar klasikal (seluruh siswa) = 75,68

siklus II adalah kurangnya sumber bacaan

% meningkat menjadi = 76,35 dengan

yang tersedia di sekolah. Motivasi dari

ketuntasan belajar klasikal (seluruh

siswa untuk belajar masih tergolong rendah

siswa) = 97,30 %. Maksudnya,pada

apalagi ketika guru tidak mampu bersikap

siklus I,ada 10 siswa yang tidak tuntas

tegas

maupun

dalam nilai diskusi serta 9 siswa yang

pemberian nilai ,hal tersebut akan sedikit

memperoleh nilai evaluasi di bawah

demi sedikit mengalami perubahan apabila

KKM (68) ,sedangkan pada siklus II

mulai didukung dari berbagai pihak yaitu

hanya ada 3 siswa yang tidak tuntas

keluarga dan sekolah.

nilai diskusi dan 1 siswa yang nilai

dalam

diminimalisir

II.Sedangkan nilai evaluasi dengan

pembelajaran

evaluasinya di bawah KKM (68). 2. Hambatan yang dialami dalam proses

D. SIMPULAN DAN SARAN

pembelajaran

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang

menggunakan

pembelajaran

metode

SQ3R

untuk

penulis lakukan tentang penerapan metode

meningkatkan hasil belajar pada materi

pembelajaran SQ3R (Survey, Question,

sistem

Read, Recite, Review) sebagai salah satu

manusia, antara lain:

upaya dalam meningkatkan hasil belajar

a.

pencernaan

makanan

pada

Motivasi dari siswa untuk belajar

pada materi pokok sistem pencernaan

masih tergolong rendah apalagi ketika

manusia di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1

guru tidak mampu bersikap tegas dalam

Abungsemuli Kab. Lampung Utara, dapat

pembelajaran maupun pemberian nilai

diambil kesimpulan bahwa:

hal tersebut akah sedikit demi sedikit

1. Hasil belajar dengan penerapan metode

mengalami perubahan apabila mulai

pembelajaran SQ3R khusunya pada

didukung dari berbagai pihak yaitu

materi

keluarga dan sekolah.

pokok

sistem

pencernaan

manusia mengalami peningkatan yaitu

b.

Adanya

keterbatasan

buku

di

dari nilai diskusi siklus I dengan rata-

sekolah,walaupun didukung referensi

rata kelas = 68,86 dengan ketuntasan

dari

belajar klasikal (seluruh siswa) = 71,43

kreatifitas siswa untuk mencari sumber

%, meningkat menjadi = 73,49 dengan

materi dari tempat lain,juga akan

ketuntasan belajar klasikal (seluruh

menjadi

siswa)

pembelajaran dengan metode SQ3R

=

91,89

%

pada

siklus

internet,tetapi

hambatan

tanpa

adanya

terlaksananya

31

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

sehingga hasil belajar tidak mencapai indicator yaitu nilai 68 (sesuai KKM).

berusaha untuk membimbing kegiatan siswa

Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah

2. Bagi guru, sebaiknya guru selalu

dilaksanakan

kerja

kelompok.

Bertujuan agar setiap siswa tidak

upaya

saling menggantungkan diri dengan

meningkatkan hasil belajar, maka peneliti

siswa yang lain dan benar-benar dapat

merasa

bekerjasama

dengan

saran,antara lain :

kelompoknya.

Sehingga

1. Bagi sekolah, diharapkan sedikit demi

mengerjakan

perlu

sedikit

dalam

dalam

memberikan

dapat

melengkapi

saran-

sumber

setiap

siswa

mengutarakan

lebih

termotivasi

untuk

belajar dengan fasilitas yang ada. Atau

ketika

dengan

kerja

kelompok ataupun sedang berdiskusi,

belajar (buku/alat peraga) sehingga

meningkatkan prestasi dengan cara

siswa

turut

aktif

pendapat

di

dan dalam

kelompok mereka. 3. Bagi siswa, sebaiknya ketika guru

dengan cara diharapkan kepada para

menerapkan

pengajar

untuk

pembelajaran di kelas, mereka dapat

senantiasa memberikan suatu variasi

mengikuti instruksi guru dengan baik

dalam penyampaian materi pelajaran

agar hasil yang dicapai bisa sesuai

bagi siswa. Mampu memilih suatu

dengan apa yang diharapkan oleh guru.

metode

sesuai

Dengan begitu, akan tercipta kerjasama

dengan kebutuhan siswa dan berkaitan

yang baik antara guru dan siswa

dengan materi yang akan dibahas.

selama

Dengan harapan supaya siswa bisa

berlangsung.

atau

pendidik

pembelajaran

yang

lebih aktif mengikuti jalannya proses pembelajaran di kelas.

32

tugas

anggota

suatu

proses

metode

pembelajaran

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono, 2004. Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Almatsier, Sunita, 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umat. Aqib, Zaenal, dkk, 2008. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK , Bandung: CV. Yrama Widya. __________, dkk, 2008. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP, SMA, SMK, Bandung: CV. Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta. ___________, dkk, 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Bahri, Syaiful, Djamarah dan Aswan Zain, 2006. Strategi Belajar Mengajar edisi revisi, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Dimyati & Mudjiono, 2006. Belajar dan pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Fried, George H. dan George J. Hademenos, 2005. Teori dan Soal-soal Biologi, Jakarta: Erlangga. Hamalik, Oemar, 2003. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT.Bumi Aksara. Harsanto, Ratno, 2007. Pengelolaan Kelas Yang Dinamis, Yogyakarta: Kanisius. Irianto, Kus, 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untk Paramedis, Bandung: Yrama Widya. Kurniasari, Nita, 2007. Penggunaan Metode Survey,Question,Read,Recite,Review (SQ3R) Dalam Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Pokok Bahasan Sistem Perekonomian Indonesia Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP NU 01 Muallimin Weleri Tahun Pelajaran 2006/2007, Skripsi Fakultas MIPA UNNES, Semarang: Perpustakaan UNNES. Mushobikhatun, 2008. Keefektifan Metode SQ3R Pada Pembelajaran Konsep Sistem Ekskresi Di Madrasah Aliyah Al Asror Gunungpati Semarang,Skripsi Fakultas MIPA UNNES, Semarang:Perpustakaan UNNES. Nurul Zuriah, 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi ,Jakarta: PT. Bumi Aksara.

33

Poerwodarminto, W.J.S, 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN. Balai Pustaka, Purwanto, M.Ngalim, 1990. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sagala, Syaiful, 2003. Konsep dan makna Pembelajaran, Bandung: CV Alfabeta. Skinner, Charles E, 1958. Essentials of Educational Psychology, Tokyo: Maruzen Company. Slameto, 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Soewolo, ___. Fisiologi Manusia, Malang: Univ. Negeri Malang. Sudjana, Nana, 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Syah, Muhibin, 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tarigan, C.B.T, 2005. Kamus Lengkap Biologi Bergambar, Bandung: Penabur Ilmu.

34

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PENGANTAR AKUNTANSI PADA MATERI UANG MELALUI METODE PROBLEM SOLVING SISWA KELAS X AKUNTANSI 1 SMK NEGERI 1 KOTABUMI TAHUN PELAJARAN 2014/2015” Drs. Bawawinarto H, M.M *)

Abstrak Metode belajar yang digunakan pada saat pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran perlu adanya aktivitas-aktivitas yang mendukung agar proses pembelajaran tersebut dapat berjalan secara efektif. Sebagai seorang guru haruslah peka terhadap hal tersebut, seorang guru harus selalu berusaha untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan kondusif. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Metode problem solving dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015, karena metode problem solving sangat menuntut siswa untuk aktif secara individu maupun kelompok dalam proses pembelajaran. Ketika siswa tersebut aktif maka hasil belajar yang dicapai baik. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Kotabumi Tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus, Dalam penelitian ini data yang diambil yaitu data aktivitas siswa, di mana data tersebut diperoleh dari pengamatan langsung oleh observer yang dilakukan pada proses pembelajaran berlangsung dan dicatat pada lembar observasi. Untuk data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil test yang dilakukan pada setiap siklusnya. Data aktivitas belajar siswa dianalisis dengan menggunakan persentase. Data hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan acuan ketuntasan belajar siswa. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan metode problem solving dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Aktivitas belajar terjadi peningkatan dari 30,53% pada siklus I dan 56,84% pada siklus II. Hasil belajar diperoleh peningkatan dari 65,79% pada siklus I dan 86,84% pada siklus II. Disimpulkan bahwa metode problem solving: (1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran pengantar akuntansi untuk materi uang kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajran 2014/2015, DAN (2) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pengantar akuntansi untuk materi uang kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 Kata Kunci : Aktivitas Belajar, Hasil Belajar. Metode Problem Solving. hakiki

A. PENDAHULUAN Dalam pendidikan

kehidupan merupakan

bagian

manusia, dalam

dari

membangun

pendidikan

adalah

upaya

manusia

agar

dapat

mengembangkan

dirinya

secara

kehidupannya untuk dapat beradaptasi

berkelanjutan dan mandiri sebagai seorang

dengan lingkungan. Adapun tujuan yang

manusia

*) Guru SMK Negeri 01 Kotabumi

seutuhnya.

Dalam

menjalani 35

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

kehidupan,

manusia

memerlukan

kurikulum, memberikan bantuan finansial,

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

serta peningkatan kualitas tenaga pendidik.

fleksibel,

Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah

serta

tantangan

akomodatif

zaman.

terhadap

Manusia

yang

tidak

dapat

dilepaskan

dari

proses

diharapkan dari hasil pendidikan yaitu

pembelajaran di kelas sebagai proses

mereka

pengetahuan,

interaksi antara guru dengan siswa maupun

keterampilan, dan sikapnya tidak saja

siswa dengan siswa. Guru memegang

mampu

peranan

yang

dengan

menghadap

masalah

yang

yang

sangat

penting

dalam

dialaminya, akan tetapi secara proaktif

pendidikan dan pengajaran di sekolah.

dapat mengendalikan diri dan lingkungan

Seorang

untuk mencapai tujuan

keterampilan

hidupnya secara

mandiri dan tanggung jawab.

guru

dituntut mengajar

mempunyai agar

dapat

mendidik siswa. Hal yang ingin dicapai

Dalam Undang-Undang No.20 tahun

oleh setiap guru dalam melaksanakan tugas

2003 tentang sistem pendidikan nasional

yaitu

mengatakan bahwa : Usaha sadar

dan

keterampilan dan sikap kepada siswa

suasana

dengan harapan agar siswa dapat menjadi

belajar dan proses pembelajaran agar

individu yang dapat berkembang dan

peserta didik secara aktif mengembangkan

mandiri. Guru dalam proses pembelajaran

potensi

memiliki

mempunyai peranan yang penting untuk

kekuatanspiritual keagamaan, pengendalian

menciptakan proses belajar yang mendidik

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

dan

serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

merangsang dan memotivasi siswa agar

masyarakat, bangsanya, dan Negara.

lebih aktif dan kreatif untuk terciptanya

terencana

untuk

mewujudkan

dirinya

untuk

Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, maka mutu pendidikan harus ditingkatkan. Menyadari betapa

penting

dan

menyenangkan

pengetahuan,

sehingga

dapat

suatu tujuan pembelajaran dengan hasil belajar yang optimal. Di SMK Negeri 1 Kotabumi bahwa

peran

mata pelajaran pengantar akuntansi banyak

pendidikan, maka pemerintah dalam hal ini

siswa menganggap cukup sulit. Hal ini

berupa

terlihat dari hasil belajar pada semester

meningkatkan

besarnya

mengajarkan

kualitas

mutu

pendidikan di Indonesia.

yang terdahulu adanya capaian hasil belajar

Salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan

pendidikan

akuntansi pada pokok bahasan uang masih

diantaranya penambahan dan pemberian

belum sepenuhnya memuaskan. Dari data

fasilitas

yang diperoleh untuk mata pelajaran

36

mutu

siswa untuk mata pelajaran pengantar

pendidikan,

penyempuranaan

Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pengantar Akuntansi Pada Materi Uang melalui Metode Problem Solving Siswa Kelas X Akuntansi 1 Smk Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Drs. Bawawinarto H, M.M *)

pengantar akuntansi pada materi uang

akan berdampak pada rendahnya prestasi

masih banyak yang belum tuntas, sesuai

atau hasil belajar siswa. Oleh sebab itu

dengan KKM di SMK Negeri 1 Kotabumi,

perlu adanya metode pembelajaran yang

siswa

bila

lebih dapat meningkatkan motivasi siswa,

memperoleh nilai  67. Data hasil belajar

dalam hal ini peneliti ingin menerapkan

yang diperoleh pada Tahun Pelajaran

cooperative learning problem solving.

dikatakan

tuntas

belajar

2013/2014 terlihat bahwa siswa yang

Rumusan masalah dalam penelitian

tuntas belajarnya 11 orang atau 29,73%

ini adalah

dari 37 siswa. sedangkan siswa yang tidak

dengan menggunakan metode Problem

tuntas sebanyak 26 siswa atau 70,27% dari

Solving

37 siswa. Di samping itu hasil observasi

belajar siswa mata pelajaran pengantar

yang dilakukan oleh peneliti menunjukan

akuntansi pada materi uang siswa kelas X

bahwa kegiatan pembelajaran pada mata

Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Kotabumi pada

pelajaran

pengantar

belum

Tahun pelajaran 2014/2015? (2). Apakah

efektif.

Ketidak

proses

pembelajaran

akuntansi efektifan

(1).Apakah pembelajaran

dapat

meningkatkan

dengan

aktivitas

menggunakan

pembelajaran dimungkinan adanya suasana

metode

kelas yang

kurang kondisi dan proses

meningkatkan hasil belajar siswa mata

pembelajaran kurang menyenangkan. Hal

pelajaran pengantar akuntansi pada materi

ini dapat terlihat pada situasi kelas antara

uang siswa kelas X Akuntansi 1 SMK

lain (1). Banyak siswa yang masih belum

Negeri 1 Kotabumi pada Tahun pelajaran

aktif dalam proses pembelajaran atau

2014/2015?.

bermain dengan temannya, sehingga apa

Problem

Solving

dapat

Tujuan penelitian tindakan kelas ini

yang telah disampai oleh guru diabaikan

antara

saja. (2) Kurangnya respon ketika guru

peningkatan

memberikan kesempatan untuk bertanya

pelajaran pengantar akuntansi pada materi

atau pun respon ketika guru memberikan

uang siswa kelas X Akuntansi 1 SMK

pertanyaan. (3) Siswa cenderung pasif pada

Negeri

saat proses pembelajaran. (4) Siswa yang

2014/2015.

bisa mengerjakan soal lebih cepat akan

peningkatan hasil belajar mata pelajaran

cenderung ribut/ ramai saat menunggu

pengantar akuntansi

teman yang lain menyelesaikan soal.

siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1

Dengan kondisi proses pembelajaran yang demikian tersebut, berakibat pada rendahnya aktivitas belajar siswa yang

lain

1

(1)

Untuk

aktivitas

Kotabumi (2)

mengetahui

belajar

Tahun

Untuk

mata

Pelajaran mengetahui

pada materi uang

Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015. Manfaat penelitian tindakan kelas : (1)Dapat

meningkatkan

motivasi

atau 37

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

minat

belajar

siswa.

(2)

dapat

meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa terhadap materi pelajaran pengantar akuntansi khususnya materi uang. (3) dapat memperbaiki pengantar

proses akuntansi.

pembelajaran (4)

sebagai

sudah dibuat, supaya tidak terjebak pada kesalahan dalam penentuan solusi pemecahan masalah, maka pada tahap pengevaluasian ini harus berdasarkan pada tingkat kemungkinannya untuk dapat menyelesaikan masalah tanpa menyebabkan terjadinya masalah lain.”

sumbangan pemikiran bagi guru dalam memilih

metode

pembelajaran

untuk

meningkatkan aktivitas pembelajaran dan hasil belajar pengantar akuntansi. (5) membantu dalam pencapaian ketuntasan belajar siswa. (6) sebagai alternatif dalam mengembangkan pelaksanaan kurikulum pada pembelajaran pengantar akuntansi. “Metode pemecahan masalah (Problem Solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. LangkahLangkah Pemecahan Masalah (Problem Solving): (1) Menganalisis Masalah. Pada tahap ini kita dituntut untuk bisa menganalisis atau melakukan diagnosis terhadap sebuah kejadian, peristiwa atau situasi supaya kita bisa terfokus pada masalah yang sebenarnya. (2) Membuat Alternatif Pemecahan Masalah, Sebelum solusi-solusi atau alternatif diusulkan maka diharapkan dapat memilih satu solusi. Dengan memilih satu solusi, suatu masalah yang ditawarkan akan menjadikan kualitas pemecahan masalah lebih efektif dan efisien. (3) Mengevaluasi Alternatif Pemecahan Masalah. Pada tahap ini harus berhati-hati memberikan penilaian terhadap alternatif-alternatif yang 38

Aktivitas belajar adalah kegiatan atau kesibukan

siswa

dalam

melaksanakan

tugasnya

dalam

proses

pembelajaran

sebagai

pelajar

di

mengemukakan:

sekolah.Sardiman Aktivitas

siswa

merupakan segala bentuk kegiatan yang dilakukan

oleh

siswa

pikiran/jasmani

maupun

yang

bersifat

mental/rohani

dimana keduanya sangat terkait dalam mencapai prestasi belajar baik aktivitas fisik ataupun mental. Aktivitas belajar dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan bertujuan untuk mencapai prestasi belajar yang semaksimal mungkin. Sedangkan menurut

Winkel

(1983:48),

“aktivitas

belajar atau kegiatan belajar adalah segala bentuk kegiatan siswa yang menghasilkan suatu khas yaitu prestasi belajar yang baik”. Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai

dari

kegiatan

siswa

yang

mengalami pendidikan dalam beberapa waktu tertentu yang telah ditentukan sebelumnya yang kemudian dituangkan dalam suatu angka sebagai wakilnya dari hasil belajar.

Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pengantar Akuntansi Pada Materi Uang melalui Metode Problem Solving Siswa Kelas X Akuntansi 1 Smk Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Drs. Bawawinarto H, M.M *)

Menurut

Ahmadi

mengemukakan

bahwa

(2004:142)

jadwal

jam

pembelajaran.

proses

Lama tindakan disesuaikan dengan alokasi

belajar, individu sering belajar selama

waktu yang telah direncanakan dalam

dalam belajarnya. Penelitian menunjukkan,

jadwal

bahwa pengenalan seseorang terhadap hasil

Kotabumi,

atau kemajuan belajarnya adalah penting,

pembelajaran pada setiap materi pokok.

karena dengan mengetahui hasil-hasil yang

Setiap

sudah

lebih

dialokasikan waktu 2x45 menit. Subyek

berusaha meningkatkan hasil belajarnya

penelitian ini adalah siswa kelas X

selanjutnya. Hhasil belajar merupakan

Akuntansi 1 semester ganjil SMK Negeri 1

tingkat

Kotabumi

dicapai,

dalam

disesuaikan

seseorang

kemampuan

akan

siswa

dalam

kegiatan

di

SMK

untuk

satu

Negeri

mencapai

pertemuan

1

tujuan

tersebut

tahun pelajaran 2014/2015.

pembelajaran melalui proses evaluasi dan

Adapun yang berjumlah 38 siswa, terdiri

hasil belajar. Hasil belajar ini dapat dilihat

dari 10 siswa putra dan 28 siswa putri.

dari kemampuan siswa setelah mengikuti Rancangan Penelitian Tindakan Kelas

tes atau evaluasi.

Metode B. METODE PENELITIAN Dalam

penelitian

penelitian

ini

adalah

penelitian tindakan kelas (classroom action peneliti

reseach). Penelitian tindakan kelas (PTK)

deskriptif

yaitu peneliti melakukan kegiatan ini di

kualitatif. Adapun jenis penelitian yang

dalam kelas dengan penekanan pada

digunakan adalah penelitian tindakan kelas

penyempurnaan atau peningkatan proses

(PTK), yaitu dengan berusaha mengkaji,

pembelajaran. Penelitian tindakan kelas

merefleksi secara kritis dan kolaboratif

menekankan pada suatu kajian yang benar-

suatu

benar dari suatu situasi keadaan yang

menggunakan

ini,

pendekatan

rencana

pembelajaran

terhadap

kinerja guru serta interaksi antara siswa

alamiah

dengan

dengan

tindakan kelas ini ada beberapa faktor yang

guru.Penelitian ini dilaksanakan di SMK

perlu diteliti. Faktor tersebut antara lain:

Negeri 1 Kotabumi pada kelas X Akuntansi

(1)

1 semester ganjil yaitu mulai tanggal 15

pembelajaran pengantar akuntansi dengan

Juli 2014 sampai dengan 30 Agustus 2014

menggunakan

dengan jumlah 38 siswa, pada

berdasarkan masalah. (2) Hasil belajar

siswa,

Pelajaran dilaksanakan Pelaksanaan

dan

siswa

2014/2015. dalam PTK

Tahun

Penelitian dua

dilakukan

di

kelas.

Aktivitas

berupa

Dalam

siswa

model

pencapaian

penelitian

dalam

proses

pembelajaran

peningkatan

siklus.

pemahaman konsep dasar sesuai dengan

dengan

tujuan pembelajaran. Dalam pelakasanaan 39

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

PTK dilaksanakan dengan 2 Siklus yang

materi dan kasus, menentukan unsur dan

masing-masing

bagian-bagian

siklus

Perencanaan,

terdiri

Pelaksanaan

dari:

untuk

memahami

tindakan,

permasalahan pada kasus yang diberikan.

Observasi dan Refleksi. Dalam melakukan

Siswa bekerja pada kelompoknya untuk

analisis data didasarkan pada persentase

mencari alternatif pemecahan masalah

banyaknya siswa yang melakukan aktivitas

sampai

yang terlihat dari indikator aktivitas siswa

memutuskan alternatiif pemecahan masalah

dibandingkan dengan jumlah siswa. Dalam

yang terbaik yang diberikan dalam suatu

PTK ini ada 5 jenis aktivitas siswa yang

kasus

akan diamati yaitu : memperhatikan guru,

dilanjutkan menyampaikan hasil diskusi

menjawab

pertanyaan,

bertanya,

dan menyimpulkan serta diakhiri dengan

mengerjakan

latihan

berdiskusi.

pemberian tes akhir siklus I. Untuk lebih

Sedangkan untuk analisis hasil belajar

rinci pelaksanaan penelitian pada siklus I

diperoleh dari jumlah siswa yang tuntas

terdapat pada langkah-langkah berikut:

belajar

Kegiatan awal

dan

yaitu memiliki nilai lebih besar

atau sama dengan 67 atau KKM ≥ 67.

dengan

tentang

menentukan

pemahaman

atau

uang

dan

Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,

menyampaikan

tujuan

C. HASIL PENELITIAN

pembelajaran, Guru memberikan beberapa

Siklus I

pertanyaan untuk mengetahui kemampuan

a. Perencanaan

awal siswa.

Pada tahap ini peneliti membuat persiapan

Kegiatan Inti

mengajar

rencana

Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok

pelaksanaan pembelajaran, menyusun soal

yang tiap kelompok terdiri dari 5 siswa

tes

lembar

yang

melihat

memerintahkan agar siswa berdiskusi guna

hasil

observasi aktivitas

yaitu:

membuat

belajar,

menyusun

terstruktur siswa

untuk

selama

pembelajaran

heterogen,

menganalisis

kemudian

masalah

dan

guru

mencari

berlangsung, menyusun lembar observasi

alternatif pemecahan

pengelolaan pembelajaran, membagi siswa

kasus

ke dalam kelompok-kelompok kecil yang

pertanyaan yang telah disediakan. Setelah

heterogen (baik dari segi kemampuan

semua

maupun jenis kelamin).

kemudian setiap kelompok diharuskan

b. Pelaksanaan

memberikan alternatif dalam pemecahan

Siklus

I

dalam

problem solving 40

penggunaan

masalah terhadap

diberikan dengan mengacu pada

kelompok

selesai

berdiskusi,

metode

soal yang telah diberikan. Jika proses

peneliti menyampaikan

diskusi berjalan dengan baik, mempastikan

Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pengantar Akuntansi Pada Materi Uang melalui Metode Problem Solving Siswa Kelas X Akuntansi 1 Smk Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Drs. Bawawinarto H, M.M *)

setiap alternatif yang disampaikan oleh

ada yang mengantuk, melamun, mengobrol

siswa

dengan teman, tidak mengumpulkan tugas,

sudah

sejalan

dengan

tujuan

pembelajaran.

dan

Memberikan mengevaluasi

penilaian

secara

alternatif-alternatif

teliti

atau

bermalas-malasan

pembelajaran.

Siswa

saat dalam

proses kegiatan

terhadap

bertanya masih sangat rendah yaitu sebesar

masalah

5,26 % sehingga siswa kurang termotivasi

pemecahan

yang disampaikan oleh setiap kelompok,

untuk

memilih alternatif yang terbaik untuk

diberikan berdasarkan pada kasus yang

pemecahan masalah yang telah diusulkan

diberikan guru. Ketidak mauan bertanya

dengan eksplisit atau tegas, memberikan

mungkin diakibatkan oleh siswa tidak tahu

penguatan tentang materi ajar, memberikan

apa yang akan ditanyakan, takut untuk

latihan individu kepada siswa.

bertanya. Di samping itu ternyata siswa

Penutup

yang tidak berani bertanya dalam hasil

Membuat kesimpulan

belajarnya juga

Mengerjakan tes/ evaluasi.

rendah. Keaktifan siswa dalam menjawab

a.

Observasi

pertanyaan juga masih rendah yaitu sebesar

Hasil aktivitas belajar siswa pada

10,53 %. Hal ini membuktikan bahwa

pelaksanaan

siklus

I

diamati

dengan

lebih

masih

memahami

materi

yang

mendapatkan nilai yang

banyak

siswa

yang

belum

menggunakan lembar observasi terstruktur.

memahami sehingga kurang berani untuk

Data aktivitas siswa selama dengan jmlah

menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

siswa sebanyak 38 orang pada siklus I

Keaktifan siswa juga kurang efektif dalam

adalah

kegiatan

memperhatikan

guru

saat

diskusi

untuk

memecahkan

menjelaskan 52,63%, Aktif menjawab

masalah yaitu masih sebesar 36,84 % . Hal

pertanyaan 10,53%, Aktif bertanya 5,26%,

ini dimungkinkan karena jumlah siswa

mengerjakan latihan 47,37% dan aktif

dalam kelompok diskusi relatif cukup

diskusi 36,84%.. (2). Hasil belajar siswa.

banyak, sehingga masih adanya siswa yang

Hasil dari tes / evaluasi pada siklus I kelas

pasif dan tidak perhatian serta masa bodoh

X Akuntansi 1 adalah rata-rata nilai 66,45,

karena

Tingkat ketuntasan belajar 65,79%, Skor

diskusinya.

tertinggi 87,5 dan terrendah 37,5. b.

ada

mengandalkan

teman

dalam

Hasil belajar siswa pada siklus I dari

Refleksi

segi ketuntasan dalam pembelajaran secara

Pembelajaran siklus I teramati bahwa

klasikal masih relatif rendah yaitu sebesar

beberapa

siswa

yang

tidak

65,79 %. Hal ini diakibatkan dari aktivitas

memperhatikan guru menerangkan, mereka

belajar siswa yang belum optimal. Terlihat 41

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

siswa yang aktivitasnya rendah hasil

belajar yang masih rendah. Berdasarkan

belajar yang mereka peroleh juga rendah,

kelemahan-kelemahan

sehingga untuk meningkatkan hasil belajar

membuat

terlebih dahulu siswa yang kurang aktif

diarahkan pada usaha mengurangi atau

diberikan motivasi untuk lebih aktif.

menghilangkan kelemahan pada siklus I.

Selanjutnya

kelemahan-kelemahan

itu menjadi bahan perencanaan tindakan perbaikan pada siklus II sebagai berikut: (1) Peneliti harus lebih menguasai kelas

skenario

tersebut

guru

pembelajaran

yang

Langkah-langkah yang dilaksanakan pada siklus II adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Pada

tahap

ini

peneliti

masih

dengan cara memusatkan perhatian siswa

menggunakan perencanaan pembelajaran

pada penjelasan guru, sehingga siswa akan

yang sama, yaitu: membuat persiapan

memperhatikan saat guru menjelaskan

mengajar

materi pembelajaran. (2) Peneliti harus

pembelajaran, menyusun soal tes hasil

memberikan perhatian yang lebih khusus

belajar,

kepada siswa yang belum tuntas pada

terstruktur untuk melihat aktivitas siswa

siklus I dengan cara membimbing siswa

selama

dalam mengerjakan latihan soal.. (3)

menyusun lembar observasi pengelolaan

Menekankan

pembelajaran, dan membagi siswa dalam

kepada

siswa

untuk

mengerjakan tugas yang diberikan dan mengumpulkannya, sehingga semua siswa

yaitu:

membuat

menyusun

lembar

pembelajaran

rencana

observasi

berlangsung,

beberapa kelompok yang lebih kecil. b. Pelaksanaan

dapat mempertanggung jawabkan hasil

Setelah dilaksanakan refleksi pada

pekerjaanya. (4) Peneliti harus memotivasi

siklus I dan perbaikan perencanaan, maka

siswa

dilaksanakan

untuk

aktif

dalam

proses

tindakan

siklus

II.

pembelajaran sehingga siswa tidak lagi

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II

bermalas-malasan

dilaksanakan sama dengan siklus I yaitu

dalam

mengikuti

kegiatan pembelajaran sehingga berani

kegiatan

awal,

kegiatan

untuk menanyakan hal-hal yang belum

penutup.Pembelajaran

jelas atau belum dimengerti.

dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan

pada

inti

dan

siklus

dengan waktu 2 x 45 menit.

II

Pada

pertemuan ini berdasarkan pada hasil

Siklus II Siklus II dilaksanakan berdasarkan

evaluasi siklus I aktivitas siswa dalam

pada hasil refleksi siklus I yang masih

diskusi masih rendah karena terlalu banyak

banyak

yang

anggotanya setiap kelompok sehingga ada

berakibat pada aktivitas belajar dan hasil

siswa yang aktif dan kurang aktif dengan

42

kelemahan-kelemahan

Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pengantar Akuntansi Pada Materi Uang melalui Metode Problem Solving Siswa Kelas X Akuntansi 1 Smk Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Drs. Bawawinarto H, M.M *)

mengandalkan teman diskusinya. maka

aktif, maka guru menekankan kepada siswa

siklus II siswa dibagi dalam kelompok

untuk mengerjakan tugas atau latihan yang

kecil yaitu satu kelompok beranggotakan 3

diberikan dan mengumpulkannya, sehingga

siswa kemudian

semua

siswa diberikan suatu

siswa

dapat

mempertanggung

kasus yang berkaitan dengan keuangan.

jawabkan hasil pekerjaanya. Di samping itu

Kasus yang diberikan kepada masing-

guru memotivasi siswa untuk aktif dalam

masing kelompok didiskusikan

untuk

proses pembelajaran dengan membuat

mencari

suasana belajar yang menyenagkan dengan

alternatif pemecahannya terhadap kasus

memberikan beberapa pertanyaan yang

tersebut. Agar siswa dapat atau mampu

menarik

memecahkan masalah, maka dalam kasus

menjawabnya yang akhirnya siswa tidak

tersebut ada beberapa pertanyaan untuk

lagi bermalas-malasan selama mengikuti

mencari alternatif pemecahan masalahnya.

kegiatan pembelajaran.

menganalisis

masalah

dan

Setelah semua kelompok selesai

sehingga

siswa

termotivasi

a. Observasi

berdiskusi, kemudian setiap kelompok

Hasil aktivitas belajar siswa pada

diharuskan memberikan alternatif dalam

pelaksanaan siklus II diamati dengan

pemecahan kasus yang telah diberikan. Jika

menggunakan lembar observasi terstruktur.

proses

baik,

Data aktivitas siswa selama dengan jmlah

yang

siswa sebanyak 38 orang pada siklus II

diskusi

mempastikan

berjalan setiap

dengan

alternatif

disampaikan oleh siswa sudah sejalan

adalah

dengan tujuan pembelajaran.

menjelaskan 84,21%, Aktif menjawab

Selanjutnya untuk mengevaluasi alternatif

pemecahan

masalah

memperhatikan

pertanyaan

23,68%,

guru

Aktif

saat

bertanya

yaitu

15,79%, mengerjakan latihan 100% dan

memberikan penilaian secara teliti terhadap

aktif diskusi 60,53%.. (2). Hasil belajar

alternatif-alternatif yang disampaikan oleh

siswa. Hasil dari tes / evaluasi pada siklus I

setiap kelompok serta memilih alernatif

kelas X Akuntansi 1 adalah rata-rata nilai

yang terbaik untuk pemecahan masalah

75,66, Tingkat ketuntasan belajar 86,84%,

yang telah diusulkan dengan eksplisit atau

Skor tertinggi 100 dan terrendah 50.

tegas. Dalam aktivitas ini terjadi juga kegiatan

b. Refleksi

tanya jawab yang berkaitan

Dari hasil penelitian yang didapat

dengan apa yang disampaikan oleh setiap

dari siklus II diketahui bahwa dengan

kelompok

pelaksanaan

dengan beberapa argumennya

pembelajaran problem

solving

dengan

dan guru memberikan penguatan tentang

penerapan

dapat

materi pokok tersebut. Agar siswa lebih

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar 43

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

menjadi lebih baik dari sebelumnya yaitu pada siklus I.

D. PEMBAHASAN Aktivitas Siswa Hasil analisis data aktivitas belajar siswa diketahui bahwa persentase siswa yang

aktif

mengalami

peningkatan.

Persentase peningkatan aktivitas belajar siswa siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut : (1).indikator memperhatikan guru menjelaskan diperoleh hasil pada siklus I

Jenis aktivitas terlihat ada 5 sesuai

yaitu 52,63 % dan 84,21 % pada siklus II

dengan lembar obsevasi yang diberikan

dengan peningkatan 31,58. (2). Indikator

kepada observer yaitu :

menjawab pertanyaan pada akhir siklus

Kode

mengalami peningkatan yang cukup baik

aktivitas

yaitu pada siklus I 10,53% dan 23,68% 1

pada siklus II dengan peningkatan 13,16%. (3). Indikator keaktifan bertanya kepada

2

guru pada hasil observasi pada siklus II juga mengalami peningkatan. Pada siklus I 5,26% dan pada siklus II mencapai 15,79%

Memperhatikan guru saat menjelaskan Aktif menjawab pertanyaan guru

3

Aktif bertanya kepada guru

4

Mengerjakan latihan

dengan peningkatan 10,53%. (4) Indikator 5

mengerjakan latihan siklus I sebesar 47,37

Jenis Aktivitas

Aktif berdiskusi dengan teman

% dan siklus II sebesar 100%. (5). Indikator berdiskusi dengan teman terjadi peningkatan persentase sebesar 36,84% pada siklus I dan sebesar 60,53% pada siklus II sehingga terjadi peningkatan sebesar 23,68%. Untuk

lebih

dalam

jelasnya

persentase

kegiatan

belajar

terlihat dari grafik sebagai berikut: 44

bahwa

dari ke 5 aktivitas siswa dalam

kegiatan pembelajaran semua mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Terlihat juga untuk aktivitas mengerjakan

peningkatan pada setiap aktivitas siswa selama

Dari grafik tersebut di atas terlihat

dapat

latihan pada siklus II semua siswa mencoba untuk mengerjakannya.

Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pengantar Akuntansi Pada Materi Uang melalui Metode Problem Solving Siswa Kelas X Akuntansi 1 Smk Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Drs. Bawawinarto H, M.M *)

GRAFIK Hasil Belajar

JUMLAH

KETUNTASAN

BELAJAR SISWA KELAS I DAN II

Dari hasil tes akhir siklus I dan siklus II diperoleh data skor hasil belajar siswa mata pelajaran Pengantar Akuntansi pada materi uang adalah sebagai berikut:

NO

SIKLUS I

Nilai

Kategori

KKM

Jml

%

1

Tuntas

≥ 67

25

65,79

2

Tidak Tuntas

< 67

13

34,21

JUMLAH SIKLUS II Jml

%

33

86,84

5

13,16

38 PENINGKATAN Jml

%

8

21,05

Dari grafik tersebut di atas terlihat jelas bahwa jumlah siswa yang mengalami

38

ketuntasan belajar terjadi peningkatan, Pada siklus I siswa yang mendapat

dimana pada siklus I siswa yang tuntas

nilai sesuai dengan ketuntasan belajar

hanya sebanyak 25 siswa meningkat pada

minimal atau KKM > 67 sebanyak 25

siklus II menjadi 33 siswa

siswa (65,79%), sedangkan pada siklus II

Dalam proses pembelajaran siswa

jumlah siswa yang mendapat nilai sesuai

yang mendapatkan hasil belajar yang tinggi

dengan ketentuan KKM > 67 meningkat

siswa

menjadi 33 siswa (86,84%). Dengan

aktivitas belajar yaitu memperhatikan guru

demikian terjadi peningkatan hasil belajar

saat

siswa yang nilainya pada kategori tuntas

pertanyaan

dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar

guru,

21,05%, sehingga hasil belajar pada siklus

mengerjakan latihan dan aktif berdiskusi

II lebih baik dari siklus I meskipun masih

dengan teman (Ahmadi, 2004:132). Dari

ada 5 siswa yang belum tuntas. Dari

hasil observasi terlihat bahwa siswa yang

ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan

belum tuntas ternyata belum sepenuhnya

siklus II juga dapat digambarkan dalam

melakukan aktivitas dalam pembelajaran

grafik sebagai berikut:

secara aktif. Hal ini dapat terlihat dari

akan

melakukan

menjelaskan,

Aktif

semua

aktif

bertanya

aspek

menjawab

kepada

guru,

45

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

analisis keaktifan belajar siswa dengan ketuntasan hasil belajar sebagai berikut: Secara

grafik

dapat

Seluruh peningkatan yang terjadi pada aktivitas dan hasil belajar siswa

dilihat

terjadi karena dalam pembelajaran peneliti

hubungan antara persentase keaktifan siswa

menggunakan metode problem solving

dengan persentase tingkat ketuntasan hasil

yang dilakukan dengan baik. Hal ini sesuai

belajar siswa dari siklus I ke suklus II

dengan definisi dari Problem Solving itu

sebagai berikut:

sendiri yaitu bahwa metode Problem Solving adalah suatu proses mengajar yang

KEAKTIFAN

KETUNTASAN

titik beratnya diletakkan pada terpecahnya

BELAJAR

BELAJAR

suatu masalah oleh siswa dengan cara

(%)

(%)

rasional logis dan benar serta berlatih untuk

I

18,42

65,79

memecahkan masalah yang timbul (Syaiful

II

60,53

86,84

SIKLUS

Bahri, 1995:103). Tetapi masih ada yang harus

diperbaiki

penggunaan

ke

metode

depan

dalam

problem

solving

seperti: penguasaan materi oleh guru, pengelolaan kelas yang lebih baik, dan keberanian siswa dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan serta pengelolaan waktu. E. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas

dan

pembahasan

dikemukakan,

maka

yang

dapat

telah diambil

kesimpulan sebagai berikut: Dari grafik tersebut di atas terlihat hubungan yang positif antara aktivitas belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa bahwa

peningkatan

ketuntasan

belajar

siswa kelas X Akuntansi 1 diakibatkan oleh kenaikan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

a. Penggunaan metode Problem Solving dapat meningkatkan aktivitas belajar Pengantar Akuntansi pada materi uang siswa Kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri

1

Kotabumi.

Rata-rata

persentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 30,53% dan pada siklus II sebesar 56,84%. Saat pelaksanaan penelitian semua aspek aktivitas telah

46

Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pengantar Akuntansi Pada Materi Uang melalui Metode Problem Solving Siswa Kelas X Akuntansi 1 Smk Negeri 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015 (Drs. Bawawinarto H, M.M *)

dilakukan

oleh

siswa

yaitu

Pengantar Akuntansi pada materi uang

memperhatikan guru saat menjelaskan,

siswa Kelas X Akuntansi 1 SMK

aktif menjawab pertanyaan guru, aktif

Negeri 1 Kotabumi. Siswa yang

bertanya kepada guru, mengerjakan

dinyatakan tuntas dengan KKM > 67

latihan dan aktif berdiskusi dengan

pada siklus I sebesar 65,79% dan pada

teman meskipun belum seluruh siswa.

siklus II meningkat menjadi 86,84%

b. Penerapan metode problem solving dapat

menigkatkan

hasil

atau meningkat sebesar 21,05%.

belajar

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1995. Psikologi Belajar. Rineka Cipta: jakarta Arikunto, Suharsini. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumu Aksara _______________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Angkasa Nasution S, 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Angkasa. Roestiyah NK,2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Rohani, Ahmad, 2004. Pengelolaan Pengajaran.. Jakarta: Rineka cipta Sardiman. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung : Tarsito Syaiful Bahri. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : PT Rineka Cipta. Toto Sucipto, 2014. Pengantar Akuntansi : Yudhistiro Winkel. 1983. Psikologi Pendidikan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia

47

PENGARUH AKTIVITAS SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI TERHAAP DISIPLIN GURU SEKOLAH MENEGAH ATAS NEGERI 1 ABUNG SEMULI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Oleh Helina *) Abstrak

Jenis penelitian adalah penelitin survey, dengan teknik pengumpulang data perimer dan skunder, populasi dan sampel dengan teknik anaslisis data kualifikasi dan kuantitatif. Hasil penelitian didapatkan bahwa aktifitas supervise kepala sekolah berpengaruh positif terhadap disiplin guru. Petanyaan tersebut terbukti dari hasil kolerasi antara variabel sebesar 0,704. Besaranya koefisien determinan antara aktivitas suvervisi kepada kepala sekolah teehadap disiplin guru adalah 49,5%. Uji hipotesis parisial antara kepemimipina terhadap disiplin guru diperoleh nilai signifikan adalah P (Sig) 000,00<0,05. Hasili inin menunjukan bahwa terhadap pengaruh posotiv aktifitas supervisi kepala sekolah terhadap disiplin guru pada sekolah menengah atas Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara. Iklim organisasi berpengaruh secara positif terhadapa disiplin guru.Pertanyaan tersebut terbukti dari hasil kolerasi antara variable sebesar 0,794. Besar koefisien adalah 63,0%. Uji hipotesis parsial antara iklim organisasi terhadapa disiplin guru diperoleh signifikan P (sig) 0,000<0,05. Hasil ini menunjukan bahawa terdapat pengaruh positif ikili m organisasi terhadap disiplin guru sekolah menengah atas Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara. Implikasi yang diajukan dalam penelitian ini addalah , perlu ditingkatkan ketegasan kepala sekolah sebagai pimpinan dalam menggerakkan proses pembelajaran, perlu peningkatan dalam pemberian penghargaan atas perestasi kerjaguru dalam pembelajaran, dan perlu ditingkatkan komitmen diri guru untuk mematuhi aturan sekolah dan memelihara fasilitas sekolaha secara baik. Kata Kunci : Aktivitas Supervisi, Iklim Organisasi dan Disiplin A. PENDAHULUAN Kepala Sekolah merupakan orang

dan

efisien

serta

mampu

mengikuti

yang paling bertanggung jawab atas semua

perkembangan teknologi. Kepala sekolah

kegiatan yang dilaksanakan di sekolah.

sebagai manajer adalah mempunyai tugas

Dalam organisasi sekolah kepala sekolah

menyusun perencanaan, pengorganisasian

berfungsi

kegiatan, mengarahkan kegiatan, meng-

sebagai

edukator,

manajer,

administrator dan supervisor di sekolahnya.

koordinasikan

Kepala sekolah sebagai edukator bertugas

pengawasan, melakukan evaluasi terhadap

melaksanakan pembelajaran secara efektif

kegiatan,

48

*) Guru SMA Negeri 01 Abung Semuli

kegiatan,

mengatur

melaksanakan

proses

belajar

Pengaruh Aktivitas Supervisi Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Disiplin Guru Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara (Helina)

mengajar,

keputusan.

Dalam manajemen sekolah, kedu-

administrator

dukan kepala sekolah merupakan faktor

bertugas untuk menyelenggarakan admi-

penentu dan penggerak semua sumber daya

nistrasi sekolah yang berkenaan dengan

yang ada agar dapat berfungsi secara

membuat perencanaan, pengorganisasian

maksimal

dan pengawasan. Kepala sekolah sebagai

pendidikan. Keberhasilan suatu sekolah

supervisor adalah kepala sekolah yang

sangat

dipengaruhi

bertugas membina semua personil itu untuk

kepala

sekolah

dapat bekerja secara profesional dalam

fungsinya.

Kepala

dan

mengambil

sekolah

sebagai

dalam

meningkatkan

oleh

dalam

mutu

keberhasilan melaksanakan

melaksanakan tugasnya. Fungsi kepala

Pelaksanaan supervisi kepala sekolah

sekolah sebagai supervisor adalah untuk

dimaksudkan untuk memperbaiki disiplin

memajukan dan mengambangkan penga-

kerja guru dalam melaksanakan pem-

jaran sehingga proses belajar mengajar

belajaran di sekolah. Aktivitas supervisi

berlangsung

pada

adalah kegiatan pengawasan yang dila-

mutu

kukan

akhirnya

dengan nanti

baik

yang

meningkatkan

pendidikan.

oleh

kepala

sekolah

guna

meningkatkan kualitas guru dalam pelak-

Persoalan pendidikan yang dirasakan

sanaan pendidikan di sekolah. Semakin

masih rumit dan kompleks saat ini adalah

tinggi aktivitas supervisi kepala sekolah

mengenai mutu pendidikan. Di Kabupaten

akan semakin meningkatkan ketertiban/

Lampung Utara, mutu pendidikan/sekolah

kepatuhan

masih relatif rendah yang ditunjukkan

pendidikan sehingga pada akhirnya disiplin

dengan nilai rata nilai kelulusan yang relatif

kerja guru-pun akan meningkat.Supervisi

belum mencapai standar yang ditetapkan

kepala sekolah hakikatnya adalah pelak-

pemerinta. pendidikan

Untuk

guru

dalam

melaksanakan

meningkatkan

mutu

sanaan inspeksi, pembinaan dan pembinaan

memegang

peran

serta

sekolah

memberikan

pencontohan

dalam

sangat penting karena sekolah merupakan

pelaksanaan kegiatan belajar oleh kepala

tempat

sekolah

yang

terlibat

langsung

dalam

terhadap

guru.

Pelaksanaan

melaksanakan proses belajar mengajar,

supervisi di sekolah oleh kepala sekolah

karena sekolah sebagai suatu sistem yang

bukanlah

terdiri dari berbagai komponen pendidikan

kesalahan guru, tetapi sebagai sarana bagi

perlu dikelola secara efektif dan efisien

penyempurnaan

sehingga diperoleh hasil yang optimal

dalampeningkatan

dalam upaya mencapai tujuan pendidikan

fasilitas dan sarana belajar serta hal-hal lain

yang diharapkan.

berkaitan dengan kegiatan sekolah sehingga

semata-mata

tugas

untuk

guru

metode

mencari

termasuk pengajaran,

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

dapat

tercapainya

mutu

dan

kualitas

pendidikan yang baik oleh sekolah.

sesuai dengan yang diharapkan. Semakin baiknya aktivitas supervisi pimpinan akan

Tujuan penelitian ini adalah untuk

cenderung berperan dalam mewujudkan

mengetahui secara mendalam:

kinerja dan kepuasan kerja yang baik pula

1. Pengaruh aktivitas supervisi kepala

pada diri bawahan.

sekolah terhadap disiplin guru Sekolah Menengah Atas Negeri I Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara.

Iklim Organisasi Payne dan Pugh dalam Steers

2. Pengaruh iklim organisasi terhadap

(2005:123) mendefinisikan iklim organisasi

disiplin guru Sekolah Menengah Atas

sebagai sikap, nilai, norma, dan perasaan

Negeri I Abung Semuli Kabupaten

yang dimiliki para karyawan sehubungan

Lampung Utara.

dengan organisasi atau perusahaan tempat

3. Pengaruh aktivitas supervisi kepala sekolah dan iklim organisasi secara

mereka bekerja. Ashkanasy

(2000:22)

bersama-sama terhadap disiplin guru

mendefinisikan iklim organisasi sebagai

Sekolah Menengah Atas Negeri I

persepsi individu yang berdasarkan pada

Abung Semuli Kabupaten Lampung

pola-pola

Utara.

pengalaman-pengalaman

yang

diterima dan

dalam perilaku-

perilaku spesifik individu dalam suatu organisasi.

B. KAJIAN TEORI

Iklim organisasi didefinisikan oleh

Aktivitas Supervisi Kepala Sekolah Pelaksanaan supervisi oleh kepala

Bowditch dan Buono (2007:299) sebagai

sekolah terhadap guru sekolah dimak-

pengukuran yang luas atas harapan-harapan

sudkan untuk memperbaiki kinerja guru

orang-orang tentang hal-hal yang disukai

dan meningkatkan kepuasan kerja guru

dalam organisasi yang sedang mereka

dalam

di

temui.Iklim organisasi dapat berfungsi

sekolah. Aktivitas supervisi adalah kegiatan

sebagai indikator terpenuhi atau tidaknya

inspeksi, pemantauan, pengendalian dan

harapan-harapan

pemeriksaan yang dilakukan oleh pimpinan

organisasi.

melaksanakan

pembelajaran

karyawan

tersebut

di

terhadap bawahan sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan kerja

tindakan

Penelitian ini termasuk penelitian ex

pembimbingan, petunjukdan pengarahan

post facto karena tidak membuat pelakuan

guna tercapainya pelaksanaan pekerjaan

atau manipulasi variabel penelitian tetapi

50

sertadapat

dilakukan

C. METODOLOGI

Pengaruh Aktivitas Supervisi Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Disiplin Guru Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara (Helina)

mengungkapkan gejala-gejala yang telah

subyek sesungguhnya dari suatu penelitian

ada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini

Riduan

bersifat

menjelaskan

sampel adalah bagian dari populasi yang

hubungan sebab akibat antara variabel

diambil sebagai sumber data dan mewakili

dengan

seluruh populasi.

analitik

yakni

pengukuran

data

berdasarkan

pendekatan kuantitatif, dimana informasi

Populasi

dan

Pengambilan

bahwa

Analisis terhadap data penelitian akan

Teknik

mengatakan

3. Metode Analisis Data

dan data akan diolah dan dilakukan analisis dengan teknik statistik.

(2009:56),

menggunakan

kuantitatif,

teknik

analisis

yaitu analisa terhadap data

Sampel

penelitian dengan menggunakan angka-

1. Populasi

angka atau atau menggunakan rumus

Populasi adalah keseluruhan obyek

statistik.Analisis

statistik

melalui

atau unit analisa yang akan diteliti dalam

pendekatan dengan mendeskripsikan semua

suatu

(2009:54)

data dari semua variabel dalam bentuk

memberikan pengertian populasi adalah

distribusi frekwensi.Data yang diperoleh

generalisasi yang terdiri dari objek atau

dari hasil angket untuk masing-masing

subjek

variabel menggunakan Skala Likert.

penelitian.

yang

karakteristik

Sugiyono

meliputi yang

kuantitas

ditetapkan

dan

peneliti.

Uji

validitas

(kesesuaian)

Menurut data yang ada guru yang bertugas

dipergunakan untuk mengetahui tingkat

pada

Sekolah Menengah Atas Negeri I

kesesuaian dari instrumen kuesioner yang

Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara

digunakan dalam pengumpulan data. Uji

adalah sebanyak 46 orang guru.

validitas ini dilakukan untuk mengetahui

2. Penetapan Sampel

apakah

Metode penetapan sampel adalah dengan

mengambil

kuesioner

yang

benar-benar

tersaji

dalam mampu

jumlah

mengungkapkan dengan pasti apa yang

populasi (keseluruhan) obyek penelitian

akan diteliti. Dengan kata lain apakah skor

untuk dijadikan sampel sehingga menjadi

yang diperoleh benar-benar menyatakan

pusat

dalam

hasil pengukuran variabel yang diukur.

penelitian. Jumlah populasi yang dipilih

Cara yang dilakukan adalah dengan analisa

untuk sumber data disebut dengan sampel.

item, dimana setiap nilai total seluruh butir

Sampel adalah bagian dari populasi yang

pertanyaan untuk suatu variabel dengan

ditetapkan menjadi objek sesungguhnya

menggunakan rumus Korelasi Pruduct

dalam

Moment (Sugiono, 2003) sebagai berikut :

perhatian

penelitian.

sebagian

item-item

sesungguhnya

Suharsini

Arikunto

(2002:110) menyatakan arti sampel adalah

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

rxy 

n X i Yi   X i Yi 

nX

2 i





 X i  nYi  Yi  2

b. Menyelenggarakan pendidikan tingkat menengah atas bagi masyarakat guna mencerdaskan kehidupan bangsa yang

Dimana:

mampu dan trampil pada bidang nya.

rxy = Koefisien korelasi Pruduct Moment

c. Melaksanakan

pendidikan

yang

bermutu

untuk

antara item dan total

berkualitas

n = Jumlah subyek yang akan diteliti

membentuk

X i = Skor tiap item

kepribadiandan prilaku insan sehingga

Yi = Total nilai untuk setiap variabel

mampu bersaing secara global di

dan

pengerahuan,

bidang kehidupan D. HASIL

PENELITIAN

Sekolah

DAN

Menengah Atas Negri 1

Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara

PEMBAHSAN

Gambaran Umum Tempat Penelitian

sebagai penyelenggara satuan pendidikan

Sekolahan Menengah Atas Negeri 1

tingkat atas di Kecamatan Abung Semuli

Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara

dalam oprasionalnya selalu memperhatikan

adalah salah satu sekolah menengah tingkat

perkembangan dan tantangan masa depan,

Atas yang berbeda di Kecamatan Abung

seperti:

Semuli

teknologi,

Kecamatan

Abung

Semuli

1)

Perkembangan 2)

dan

Globalisasi

ilmu yang

Utara.Sekolahan

memungkinkan sangat cepat nya arus

Menengah Atas Negeri 1 Abung Semuli

perubahan prilaku dan mobilitas antar

Kabupaten Lampung Utara berdiri pada

sector, 3) Era repormasi, 4) Perubahan

tahun 1989 di jalan raya Abung Semuli

kesadaran

Kabupaten Lampung Utara.

terhadap

Kabupaten

Lampung

masyarakat

dan

pendidikan.

orang

tua

Berdasarkan

Tugas pokok dan fungsi sekolah

pemikiran dasar tersebut maka visi dari

Menengah Atas Negeri 1 abung semuli

pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Kabupaten

Abung Semuli Kabupaten lampung utara

Lampung

Utara

dibidang

pendidikan menengah atas adalah sebagai

adalah

berikut :

Berorientas,Teknologi, Informasi Dengan

a. Melaksanakan

kegiatan

pendidikan

masyarakat melalui kegiatan belajar

:

“Disiplin,

Berlandaskan Imam Dan Taqwa”. 1. Pengaruh

Aktivitas

mengajar sehingga dapat terwujud nya

Kepala

insan yang cerdas,berpengetahuan dan

Disiplin Guru (Y)

berkepribadian.

Berprestasi,

Sekolah

(X1)

Supervisi Dengan

Perhitungan hubungan antara variabel aktivitas supervise kepala sekolah (X1)

52

Pengaruh Aktivitas Supervisi Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Disiplin Guru Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara (Helina)

terhadap disiplin guru (Y) Pada Sekolah

koefisien korelasi maka tingkat korelasi

Menengah Atas Negeri 1 Abung Semuli

iklim organisasi (X2) terhadap variabel

Kabupaten

akan

disiplin guru (Y) pada Sekolah Menengah

melalui

Atas Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten

Lampung

menggunakan

hasil

Utara, hitungan

program SPSS sebagai berikut: Berdasarkan

hasil

Lampung Utara termasuk dalam kategori perhitungan

korelasi “tinggi/kuat”yakni (0,601-0,800).

tingkat korelasi antar variabel melalui program SPSS di peroleh besarnya tingkat

3. Pengaruh aktivitas supervise (X1)

korelasi antara variabel aktivitas supervise

dan Iklim Organisasi (X2) bersama-

keepala sekolah (X1) terhadap disiplin guru

sama terhadap disiplin guru (Y)

(Y) pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Perhitungan

hubungan

antara

Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara.

variabel aktivitas supervisi (X1) dan iklim

Berdasarkan

perhitungan

organisasi (X2) secara bersama – sama

tingkat korelasi antar variabel melalui

(simultan ) terhadap variabel disiplin guru

program SPSS adalah sebesar =0,704. Jika

(Y) pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1

di konsulkan dengan tabel interprestasi

Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara,

koefisien korelasi maka tingkat korelasi

berdasarkan hasil hitungan melalui program

kepemimpinan (X1) terhadap disiplin guru

SPSS for windiws adalah sebagai berikut :

hasil

tingkat

(Y) pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Korelasi aktivitas supervisi kepala

Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara

sekolah (X1) dan iklim organisasi (X2)

termasuk

secara bersama-sama (simultan) terhadap

dalam

kategori

keralisai

“tinggi/kuat” yakni (0,601 – 0,800).

variabel disiplin guru (Y) pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Abung Semuli

2. Pengaruh Variabel Iklim Organisasi

Kabupaten Lampung Utara adalah = 0,838

(X2) Terhadap Variabel Disiplin

artinya ketiga variabel tersebut mempunyai

Guru (Y)

pengaruh

Berdasarkan

perhitungan

positif. Berarti jika aktivitas supervisi

melalui program SPSS diperoleh besarnya

kepala sekolah dan iklim organisasi dalam

tingkat korelasi antara variabel iklim

kondisi baik, maka akan meningkatkan

organisasi (X2) terhadap variabel disiplin

disiplin guru Sekolah Menengah Atas

guru (Y) pada Sekolah Menengah Atas

Negeri

Negeri

Lampung

1

Abung

hasil

yang cukup erat/tinggi dan

Semuli

Kabupaten

1

Abung Utara,

Semuli dan

Kabupaten

sebaliknya

jika

Lampung Utara adalah sebesar 0,794. Jika

aktivitas supervise kepala sekolah dan

dikonsulkan

iklim organisasi tidak dalam kondisi baik,

dengan

tabel

interprestasi

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

maka akan berakibat menurun nya disiplin

kedua variabel bebas dapat masuk dalam

gutu.

perhitungan regresi berganda. Koefisien determinasi (KD) = R2 =

0,838 X 0,702 =0,702 X 100% = 70,2 %.

Berdasarkan tabel di atas, kemudian di masukkan kedalam persamaan:

Jika dapat di tarik kesimpulan bahwa

Y = 15,659 + 0,504X1 + 0,672X2

besarnya penyesuaian aktivitas supervise

1. Setiap terjadi pengikatan nilai pada

kepala sekoalah dan iklim organisasi secara

variabel

bersama-sama (simultan) terhadap variabel

sekolah sebesar satu poin, maka di

disiplin guru Sekolah Menengah Atas

siplin guru akan meningkat sebesar

Negeri 1

0,504 poin

Abung Semuli Kabupaten

aktivitas

supervise

kepala

Lampung Utara sebesar70,2%, dan sisanya

2. Setiap terjadi peningkatan nilai pada

sebesar 29,8% adalah akibat penyesuaian

variabel iklim organisasi sebesar satu

oleh factor lain yang di teliti dalam

poin,

penelitian ini.

meningkat sebesar 0,672 poin.

makan

disiplin

guru

akan

Berdasarkan keterangan di atas Ganda

ditarik kesimpulan koefisien regresi X1

anatar Aktivitas Supervisi (X1) dan

=0,504 lebih besar dari pada kkoefisien

Iklim Organisasi (X2) Terhadap di

regresi X2 = 0,672.Hal ini menunjukan

siplin guru

bahwa konstribusi variabeliklim organisasi

4. Analisis

Regresi

Berdasarkan

hasil

Linier

penelitian,

di

atau dominan di bandingkan aktivitas

peroleh data perhitungan regresi ganda

supervisi

antara aktifitas supervise kepala sekolah

meningkatkan variabel disiplin guru (Y)

dan iklim organisasi sebagai berikut:

pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Variables Entered

Variables

Method

kepala

sekolah

dalam

Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara.

Removed Iklim_organisasi

Enter

Aktifitas _supervisi

5. Pengujian Hipotesis Simultan Uji anova (uji F) adalah digunakan

a. All reguested variabel entered b. Dependend variabel:disiplin-guru

untuk

menguji

variabel

indevenden

(variabel bebas) yaitu aktivitas supervise Tabel variabel intered menunjukan bahwa tidak ada variabel yang di keluarkan (removed) dari model regresi. Artinya

kepala sekolah dan iklim organisasi secara keseluruhan

terhadap

yang

diajukan dapat di terima atau Ho di tolak dan Ha di terima.

54

variabel

Pengaruh Aktivitas Supervisi Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Disiplin Guru Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara (Helina)

E. SIMPULAN DAN IMPLIKASI

63,0%.persaman

regresi

anatar

Simpulan

motivasi kerja terhadap disiplin

Berdasarkan analisis data pada bab

guru adalah Y= 9.268 + 0,782X2.

sebelumnya di peroleh kesimpulan sebagai

Uji hipotesis parsial antara iklim

berikut:

organisasi terhadap disiplin guru

1. Aktivitas supervise kepala sekolah bertpengaruh

secara

diperoleh signifikan adalah p (sig)

positoif

0,000 < 0,05. Hasil ini menunjukan

tetrhadap disiplin guru.pernyatan

bahwa terhadap pengaruh positif

tersebut terbukti dari hasil korelasi

iklim organisasi terhadap disiplin

antara

guru

variabel

Bersarnya

sebesar

koefisien

0,704.

determinan

antara aktivitas supervise kepala sekolah

terhadap

Menengah

Atas

Negeri 1 Abung Semuli Kabupaten Lampung Utara.

guru

3. Perhitungan regresi linier antara

adalah = 49.5%.persamaan regresi

aktivitas supervise kepala sekolah

antara aktivitas supervise kepala

dan iklim organisasi terhadap di

sekolah

guru

siplin guru di peroleh persamaan Y

adalah Y =11.263 + 0,695X1. Uji

= 15, 659 + 0,504 X1 + 0,672X2.

hipotesis

antara

Hasil ini bermakna jika aktivitas

disiplin

supervise kepala sekolah (X1) dan

guru di peroleh signifiksn adalah P

iklim organsasi (x2)tidak berubah

(sig) 0,000 < 0,05. Hasil ini menu

maka disiplin guru (Y) tetap sebesar

jukan

15,596

terhadap

disiplin

Sekolah

disiplin

persial

kepemimpinan

terhadap

bahwaterhadap

pengaruh

poin.

Apabila

positif aktifitas supervise kepala

supervise

sekolah terhadap disiplin guru pada

tingkatkan sebesar 1 poin makan

Sekolah Menengah Atas Negeri 1

disiplin

Abung semuli kabupaten Lampung

sebesar = 0,504 dan jika iklim

Utara.

organisasi di tingkat kan sebesar

2. Iklim organisasi berpengaruh secara positif

terhadap

disiplin

guru.

kepala

aktivitas

guru

akan

sekolah

di

meningkat

satu poin maka disiplin guru akan meningkat sebesar 0,672 poin.

Pernyataan tersebut terbukti dari

Hasil pengujian hipotesis simultan

hasil

memperoleh nilai F hitung = 60,534

korelasi

antara

variabel

sebesar 0,794. Besarnya koefesien

di

mana

hasil

perhitungan

diterninan antara iklim organisasi

menunjukan P (sig) =0,000< α. Jika

terhadap disiplin guru adalah =

di simpulkan bahwa Ho di tolak dan

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

Ha di terima. Berdasarkab hasil

penghargaan atas presetasi kerja guru

perhitungan makan hipotesis yang

dalam

di ajukan di muka ternyata dapat di

imbalan kerja (tunjangan setifikasi)

terima.”

terhadap guru oerlu di upayakan tepat waktu

Implikasi Berdasarkan hasil penelitia di atas, implikasi yang di rumus kan adalah sebagai berikut :

pembelajaran.

sehingga

keterangan

dan

dapat

Pemberian

terwujud

kenyamanan

guru

dalam menjalan kan tugas. 3. Untuk variabel disiplin guru, perlu di

1. Untuk variabel aktivitas kepala sekolah,

tingkatkan komitmen diri guru untuk

perlu di tinglatkan ketegasan kepala

mematuhi

sekolah

Dallam

memelihara fasilitas sekolah secra baik.

pembelajaran

Kepatuhan dan kesedian memelihara

sehingga laporan dan evakuasi hasil

fasilitas serta lingkungan kerja sekolah

prestasi belajar sisaw dapat di susun

merupakan salah satu factor penting

secara baik dan tepat waktu

untuk mrwujudkan disiplin gueu yang

sebagai

menggerakan

pemimpin

proses

2. Untuk variabel iklim organisasi, perlu peningkatan

dalam

aturan

sekolah

dan

tinggi dalam tugas.

pemberian

DAFTAR RUJUKAN

Jayalakshmi Kamath, Dungrani Jayesh, Johnson Misquith. 2012. Johnson Misquith, Padmavathi P.Prabhu, E.V.S.Subrahmanyam, A.R.Shabaraya. 2012. Joseph J.K.,& Joseph L.G. (1997). 3rd ed. New York : John Wiley and Sons, Inc. 40-51. Rohman, Abdul., Musfiroh, Arini., dan Gondowijaya, Ela. 2013. Global Journal 7 (3): 270275. Slamet Ibrahim, Rachmat Mauludin, dan Pusparani Krisnamurthi. 2012. Studi 2013, Vol. 18 Nomor 1. Watson, G, David, 2009, Jakarta : 314-316. Pecsok and Shield.(1968) Modern Methods of Chemical Analysis.New York :John Wiley & Sons.

56

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL IPS PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 1 TANJUNG RAJA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh Asrin, S.Pd Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bertujuan untuk mengetahui implementasi metode pembelajaran Mind Mapping terhadap hasil belajar biologi dan hambatannya pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 01 Tanjung Raja tahun pelajaran 2011/2012, dilaksanakan dalam 2 siklus. Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap di setiap siklusnya, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Proses pembelajaran biologi dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran Mind Mapping. Indikator hasil belajar pada penelitian ini berupa tercapainya ketuntasan belajar secara individual maupun klasikal. Pengumpulan datanya dilakukan dengan metode: wawancara, observasi, dokumentasi, diskusi dan tes evaluasi. Data hasil pengamatan nilai diskusi dan nilai evaluasi diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian keberhasilan tiap siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Hasil belajar biologi siswa melalui penerapan metode pembelajaran Mind Mapping mengalami peningkatan, khususnya pada materi pokok sistem pencernaan makanan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa (1) Melalui penggunaan metode pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa kelas VIII D SMP N 1 Tanjung Raja setiap siklusnya. Rata-rata nilai aktivitas belajar IPS yang relevan dengan proses pembelajaran siswa yang sesuai dengan aspek yang diamati pada saat pembelajaran pada siklus I sebesar 70,73 %, dan meningkat pada siklus II sebesar 11,05 % menjadi 85,78 %. (1) Melalui penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dapat menurunkan aktivitas belajar IPS siswa yang tidak relevan dengan proses pembelajaran pada kelas VIII D SMP N 1 Tanjung Raja setiap siklusnya. Rata-rata nilai aktivitas belajar IPS yang tidak relevan dengan proses pembelajaran siswa yang sesuai dengan aspek yang diamati pada saat pembelajaran pada siklus I yaitu sebesar 5,56 % dan kembali menurun pada siklus II sebesar 2,55 % menjadi 10,15 %. (3) Melalui penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dengan mengamati gambar secara berkelompok dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII D SMP N 1 Tanjung Raja setiap siklusnya. Persentase ketuntasan hasil belajar IPS siswa pada siklus I sebesar 67,74 % dan pada siklus II meningkat sebesar 19,35 % menjadi 87,09 %. Kata kunci : Aktifitas, Hasil Belajar, dan Metode Pembelajaran Mind Mapping.

*) Guru SMP Negeri 01 Tanjung Raja

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

belajaran yang berperan sebagai fasilitator,

A. PENDAHULUAN Sekolah

merupakan

dari

motivator, rekayasa pembela-jaran, dan

sistem pendidikan yang memiliki peran

pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.

dalam upaya meningkatkan mutu pen-

Akan tetapi, pada praktik pem-

didikan, di dalamnya berlangsung interaksi

belajaran di lapangan peserta didik menga-

antara guru dengan peserta didik yang biasa

lami kesulitan pada pembelajaran seperti

disebut proses belajar mengajar yang

kesulitan dalam memusatkan perhatian atau

merupakan kegiatan paling mendasar dalam

mengingat, siswa hanya duduk, mendengar-

pendidikan. Guru memiliki peranan yang

kan dan menerima informasi dari guru.

unik dan kompleks di dalam proses belajar

Cara penerimaan informasi akan kurang

mengajar dalam usahanya untuk mengan-

efektif

tarkan peserta didik ke arah yang dicita-

penguatan daya ingat, walaupun ada proses

citakan (Sardiman, 2008 : 125).

penguatan yang berupa pembuatan catatan,

Belajar IPS

bagian

karena tidak adanya proses

memerlukan suatu

siswa membuat catatan dalam bentuk

metode yang tepat supaya hasil yang

catatan yang monoton. Sehingga peserta

dicapai maksimal dan berpengaruh pada

didik tidak kreatif dan kurang mendapat-

hasil belajar siswa. Seorang guru harus

kan pengalaman belajar yang berujung

dapat memilih metode atau strategi yang

pada rendahnya hasil belajar. Berdasarkan

sesuai

berbagai permasalahan tersebut, diperlukan

dengan

pokok

bahasan

yang

disampaikan, dan juga mempunyai cara-

suatu

cara yang menarik sehingga peserta didik

peningkatan aktivitas dan hasil belajar

mempunyai minat yang tinggi terhadap

siswa misalnya dengan menerapkan metode

pembelajaran IPS.

pembelajaran yang efektif. Salah satunya

Oleh karena

itu,

dalam upaya

mencapai tujuan pendidikan nasional guru memegang peranan yang sangat penting.

upaya

adalah

yang

metode

berorientasi

pembelajaran

pada

Mind

Mapping. Berdasarkan

keterangan

tersebut,

Guru harus mampu menjadi pendidik yang

perlu dilakukan penelitian dengan tujuan

professional dengan tugas utama mendidik,

untuk meningkatkan aktivitas dan hasil

mengajar,

mengarahkan,

belajar IPS pada siswa kelas VIII D SMP

melatih, menilai, dan menguasai peserta

Negeri 1 Tanjung Raja tahun pelajaran

didiknya. Seorang guru juga harus dapat

2011/2012 dengan menggunakan metode

melaksanakan fungsinya sebagai agen pem

pembelajaran Mind Mapping.

58

membimbing,

Penggunaan Metode Pembelajaran Mind Mapping dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil IPS pada Siswa Kelas VIII D SMP N 1 Tanjung Raja Tahun Pelajaran 2011/2012 (Asrin, S.Pd) Mind Mapping adalah salah satu cara

B. KAJIAN TEORI 1.

Metode

Pembelajaran

Mind

mencatat kreatif

dan mengembangkan

Mapping

gaya belajar visual karena menggunakan

Menurut Sutanto Windura (2008 :

otak kiri dan otak kanan siswa secara aktif

16), Mind Map adalah suatu teknis grafis

dan sinergis sehingga memungkinkan siswa

yang memungkinkan kita untuk meng-

lebih fokus pada pokok bahasan, memberi

eksplorasi seluruh kemampuan otak kita

gambaran yang jelas keseluruhan dan

untuk keperluan berpikir dan belajar.

perincian pokok bahasan yang dipelajari.

Tonny Buzan (2008 : 20), menyatakan

Dalam hal pencatatan, seringkali

bahwa : “Mind Mapping adalah bentuk

siswa tanpa disadari membuat catatan yang

istimewa pencatatan dan perencanaan yang

tidak efektif bahkan tidak sedikit pula yang

bekerja

membuat

selaras

otak

untuk

Mind

Map

langsung seluruh informasi yang tersaji

menggunakan warna dan gambar untuk

pada buku atau penjelasan lisan. Hal ini

membantu membangunkan imajinasi dan

mengakibatkan

cara menggambarkan Mind Map dengan

informasi menjadi sangat terbatas dan

kata-kata atau gambar yang bertengger di

spesifik, sehingga berujung pada minimnya

garis-garis melengkung atau cabang-cabang

kreativitas

akan membantu ingatan kita membuat

setelahnya. Selain itu, bentuk pencatatan

asosiasi”.

seperti ini juga memunculkan kesulitan

memudahkan

Menurut

dengan

mengingat.

Femi

Olivia

menyatakan

bahwa:

merupakan

teknik

(2010

“Mind

:

catatan

yang

dengan

hubungan

dapat

menyalin

antar

ide/

dikembangkan

3)

untuk mengingat dan menggunakan seluruh

Mapping

informasi tersebut dalam belajar atau

ke-

bekerja. Menurut Caroline Edward (2009 :

seluruhan otak dengan menggunakan citra

63), Mind Map menjadi cara mencatat/

visual dan prasarana grafis lainnya untuk

meringkas yang mengakomodir cara kerja

membentuk suatu kesan yang lebih dalam.

otak secara natural. Berbeda dengan catatan

Dengan kata lain, ini merupakan teknik

konvensional yang ditulis dalam bentuk

grafis yang mendorong pemikiran kedua

daftar panjang ke bawah, maka pada

sisi otak, secara visual memperagakan

konsep Mind Map akan mengajak pikiran

berbagai macam hubungan antara gagasan,

untuk membayangkan suatu subjek sebagai

dan

satu kesatuan yang saling berhubungan.

meningkatkan

pemanfaatan

kemampuan

untuk

memandang masalah dari berbagai sisi”.

Berikut ini disajikan perbedaan antara catatan tradisional (catatan biasa) dengan

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

catatan Mind Mapping. Berikut contoh

3.

mind Mapping

Hasil Belajar Hasil penilaian ini pada dasarnya

adalah hasil belajar yang diukur. Hasil penilaian dan evaluasi ini merupakan umpan balik untuk mengetahui sampai dimana proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. METODE PENELITIAN 1.

Metode Penelitian Metode

Gambar 1. Contoh Aplikasi Mind Mapping

yang

digunakan

dalam

penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research).

Aktivitas Belajar

Menurut Suharsimi Arikunto (2007 : 57),

Menurut Oemar Hamalik (1994 :

penelitian tindakan kelas adalah penelitian

102), aktivitas belajar amat bermanfaat bagi

yang dilakukan oleh guru bekerja sama

siswa,

pengalaman

dengan peneliti (atau dilakukan oleh guru

pribadi,

yang bertindak sebagai peneliti) di kelas

memupuk kerja sama dan disiplin belajar,

atau di sekolah tempat ia mengajar dengan

mengembangkan minat dan kemampuan

penekanan kepada penyempurnaan atau

berpikir kritis.

peningkatan

2.

untuk

langsung,

memperoleh mengembangkan

Menurut

Sudjana

(1988

:

72),

menyatakan bahwa keaktifan siswa dalam

proses

dan

praktisi

pembelajaran. 2.

Tempat dan Waktu Penelitian

mengikuti proses belajar mengajar meliputi

Penelitian ini dilakukan di SMP N 1

: turut serta dalam melaksanakan tugas

Tanjung Raja Lampung Utara pada siswa

belajarnya,

kelas VIII D tahun pelajaran 2011/2012.

terlibat

dalam

pemecahan

masalah, bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang

dihadapinya,

berusaha

3.

Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa

mencari

kelas VIII D SMP N 1 Tanjung Raja

berbagai informasi yang diperlukan untuk

Lampung Utara tahun pelajaran 2011/2012.

memecahkan masalah, melatih diri dalam

Dipilihnya kelas VIII D sebagai subjek

memecahkan masalah atau soal dan menilai

penelitian karena berdasarkan hasil survei

kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang

awal yang dilakukan oleh peneliti di SMP

diperoleh.

N 1 Tanjung Raja pada siswa kelas VIII D, hasil belajar dan aktivitas belajar yang

60

Penggunaan Metode Pembelajaran Mind Mapping dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil IPS pada Siswa Kelas VIII D SMP N 1 Tanjung Raja Tahun Pelajaran 2011/2012 (Asrin, S.Pd) dilakukan masih tergolong rendah jika an, observasi, dan refleksi. dibandingkan dengan siswa kelas VIII pada umumnya. 4.

C. HASIL

Objek Penelitian Obyek

PENELITIAN

DAN

PEMBAHASAN

penelitian

ini

adalah

a.

penggunaan strategi pembelajaran Mind

Aktifitas Belajar Siswa 1. Hasil Penelitian

Mapping, aktivitas belajar, dan hasil belajar

Sedangkan untuk data deskripsi dan

siswa pada kelas VIII D SMP N 1 Tanjung

distribusi aktivitas siswa yang relevan

Raja Lampung Utara tahun pelajaran

dengan proses pembelajaran dari siklus ke

2011/2012.

siklus dapat dilihat pada tabel berikut.

5.

Prosedur Penelitian

Tabel 27. Jumlah Persentase Siswa Aktif

Ciri dari penelitian tindakan adalah

Tiap Siklus.

adanya suatu tindakan yang dipraktekkan di

Siklus I Subjek

kelas, dan tindakan tersebut mengikuti

Pert ke1

sebuah alur desain penelitian. Rencana Banyaknya

penelitian tindakan kelas akan dilakukan

Siklus II

Persentase siswa

menjadi landasan untuk pelaksanaan siklus

aktif

II dan seterusnya sampai hasilnya dapat

Rata-rata

dilihat, tiap siklus terdiri dari empat tahap

persentase

2

1

2

20

22

26

62,5

70,9

81,2

%

%

%

Siswa aktif

dalam beberapa siklus. Pelaksanaan siklus I

Pert ke-

70,73 %

Tabel 28. Jumlah Persentase Aktivitas Tidak Relevan Tiap Siklus. Indikator Aktivitas

SIKLUS I Pert 1

SIKLUS II Pert 2

Pert 1

Pert 2

F

%

F

%

F

%

F

%

7

21,87

4

12,90

6

18,75

3

9,67

Mengerjakan tugas

3

9,37

1

3,22

3

9,37

0

0

Asyik bermain

7

2,37

5

16,22

6

21,87

5

16,12

Keluar masuk kelas

0

0

0

0

0

0

0

0

Melamun dan kurang

7

21,87

4

19,90

5

16,12

3

9,67

Mengobrol dengan siswa lain

sendiri

bergairah belajar Rata-rata

12,70 %

10,15 %

90,3%

85,78 %

siswa aktif

yaitu rencana tindakan, pelaksanaan tindak

28

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

Berdasarkan

2. Pembahasan Berdasarkan tabel di atas, dapat

penjelasan

tersebut,

penggunaan metode belajar Mind Mapping

dilihat bahwa persentase siswa aktif dalam

dapat

aktivitas tidak relevan secara keseluruhan

pembelajaran serta menurunkan aktivitas

dalam siklus I sebesar 12,70 % pada siklus

tidak relevan, khususnya saat berlatih

akhir I. Hal ini dikarenakan pada siklus ini

membuat

siswa sangat antusias berlatih membuat

menjadi kreatif. Siswa juga selalu bertanya

Mind

bila

Map

sehingga

siswa

banyak

menjadikan

ada

Mind

siswa

Map

yang

aktif

dalam

membuat

kurang

paham

siswa

saat

melakukan hal yang tidak sesuai seperti

mengerjakan soal-soal latihan, cukup aktif

meminjam alat tulis, bertanya ke teman

dalam mengeluarkan pendapatnya baik

sebangku atau teman samping kanan kiri

dalam diskusi maupun saat pelajaran

sehingga mengganggu teman. Aktivitas

berlangsung dan apabila ada permasalahan

yang cenderung dilakukan siswa adalah

yang kurang tahu maka siswa berusaha

melamun dan kurang bergairah belajar

untuk mencari tahu, melalui bertanya

sebesar 20,88 %, dan yang paling rendah

kepada guru maupun mencari materi

dalam hal keluar masuk kelas sebesar 0 %.

tambahan dari buku paket yang diberikan.

Hal ini disebabkan kurangnya motivasi

Hal ini sependapat dengan Sudjana (1988 :

belajar siswa serta siswa belum mampu

72), yang menyatakan bahwa keaktifan

menumbuhkan kreativitas pikiran mereka

siswa dalam mengikuti proses belajar

ke dalam Mind Mapping.

mengajar

Untuk siklus II mengalami penurun-

meliputi:

turut

serta

dalam

melaksanakan tugas belajarnya, terlibat

an dari 12,70 % pada siklus I menjadi

dalam

pemecahan

masalah,

bertanya

10,15 % pada akhir siklus II, artinya

kepada siswa lain atau guru apabila tidak

mengalami penurunan sebesar 2,55 %.

memahami persoalan yang dihadapinya,

Aktivitas yang cenderung dilakukan siswa

berusaha mencari berbagai informasi yang

adalah asyik bermain sendiri sebesar 18,99

diperlukan untuk memecahkan masalah,

%, dan yang paling rendah dalam hal keluar

melatih diri dalam memecahkan masalah

masuk kelas sebesar 0 %. Hal ini

atau soal dan menilai kemampuan dirinya

disebabkan pada siklus II ini siswa merasa

dan hasil-hasil yang diperoleh.

sudah bisa melakukan pembelajaran dengan

Bukti-bukti ini sesungguhnya men-

metode Mind Mapping sehingga siswa

dukung apa yang diungkapkan oleh teori

memperhatikan penjelasan guru dan tidak

Tony Buzan yang mengatakan bahwa Mind

asyik bermain sendiri.

Map merupakan suatu model yang berguna untuk memaksimalkan kreativitas manusia,

62

Penggunaan Metode Pembelajaran Mind Mapping dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil IPS pada Siswa Kelas VIII D SMP N 1 Tanjung Raja Tahun Pelajaran 2011/2012 (Asrin, S.Pd) sangat memudahkan manusia mengingat 2. Hasil Penelitian informasi. Hasil penelitian ini menunjukkan

Berdasarkan tabel dan gambar di atas,

bahwa penerapan metode Mind Map pada

terlihat bahwa grafik hasil belajar IPS siswa

kegiatan pembelajaran menjadikan proses

dari siklus Idan siklus II mengalami

keterampilan belajar siswa menjadi terarah,

peningkatan. Persentase hasil belajar IPS

karena siswa mudah mengingat konsep

siswa tuntas meningkat dari siklus I ke

yang penting dari hasil membuat Mind

siklus II mengalami peningkatan sebesar

Map. Hal ini menambah sistem memori

19,35 %.

bekerja secara aktif dalam mengingat dan

Banyaknya siswa tuntas pada siklus

memahami materi pelajaran khususnya

II sebanyak 21 siswa (67,74 %) , dan pada

materi tentang Menentukan perbandingan

siklus II menjadi 27 siswa (87,09 %).

sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan

Dengan adanya refleksi yang dilakukan

menghitung

materi

guru setiap akhir siklus, maka hambatan-

Memecahkan masalah yang melibatkan

hambatan dalam proses pembelajaran baik

kesebangunan.

dari

b. Hasil Belajar IPS Siswa

diminimalisir

panjangnya

dan

sisi

siswa

atau

serta

perlu

guru

dapat

dilakukan

langkah-langkah untuk memperbaikinya

1. Hasil Penelitian Hasil belajar IPS siswa selama proses

sehingga indikator keberhasilan dalam

pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran dapat tercapai.

pembelajaran Mind Mapping dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

hasil

proses

pembelajaran ini dapat dijelaskan sebagai

Tabel 29. Nilai Rata-Rata Kelas dan Persentase Siswa Tuntas. Objek Siklus I Nilai rata-rata kelas

Peningkatan

74,21 %

Banyaknya siswa tuntas

21

Persentase siswa tuntas

67,74 %

Gambar 5 . Persentase Nilai Rata-Rata Kelas dan Siswa Tuntas.

berikut, pada siklus II baru siswa pertama kali mengikuti pembelajaran dengan Siklus II metode Mind Mapping, siswa nampak agak 85,16 % canggung untuk berdiskusi, bertanya, 27 menjawab pertanyaan, menampilkan 87,09% imajinasinya kedalam bentuk Mind Map, serta mengemukakan pendapatnya saat mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas sehingga materi kurang dipahami siswa. Pada siklus II siswa nampak lebih berani

dalam

pertanyaan

bertanya,

sehingga

menjawab

suasana

dalam

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

pembelajaran nampak lebih baik dibanding

pada saat pembelajaran pada siklus I

siklus sebelumnya. Sudah nampak susana

sebesar 70,73 %, dan meningkat pada

lebih

siklus II sebesar 11,05 % menjadi

kondusif

sehingga

pembelajaran

berjalan lebih baik karena siswa sudah memahami tugasnya, siswa sudah terbiasa

85,78 %. 2.

Melalui

penerapan

metode

dan memahami konsep Mind Mapping,

pembelajaran Mind Mapping dapat

melalui

individu

menurunkan aktivitas belajar IPS siswa

siswa diberikan

yang tidak relevan dengan proses

pembelajaran

dalam berkelompok kesempatan

yang

secara

untuk

pembelajaran pada kelas VIII D SMP

mengemukakan pendapatnya tentang segala

N 1 Tanjung Raja setiap siklusnya.

yang terkait dengan materi pelajaran yang

Rata-rata nilai aktivitas belajar IPS

dituangkan dalam bentuk Mind Map sesuai

yang tidak relevan dengan proses

dengan imajinasi dan kreativitas masing-

pembelajaran

masing namun masih nampak diskusi

dengan aspek yang diamati pada saat

kelompoknya. Dengan cara demikian siswa

pembelajaran pada siklus I yaitu

dapat

rasa

sebesar 5,56 % dan kembali menurun

percaya diri, keberanian untuk berbicara di

pada siklus II sebesar 2,55 % menjadi

depan kelas serta dapat menghilangkan rasa

10,15 %.

membantu

minder

terutama

sangat

luas

menumbuhkan

bagi

mereka

yang

siswa

yang

sesuai

3. Melalui penerapan metode pembelaja-

mempunyai kemampuan rendah.

ran Mind Mapping dengan mengamati gambar secara berkelompok dapat

D. SIMPULAN DAN SARAN

meningkatkan hasil belajar IPS siswa

A. Simpulan

kelas VIII D SMP N 1 Tanjung Raja

Berdasarkan hasil

penelitian dan

setiap siklusnya. Persentase ketuntasan

pembahasan yang disajikan dalam bab IV

hasil belajar IPS siswa pada siklus I

dapat disimpulkan sebagai berikut :

sebesar 67,74 %

1.

Melalui

penggunaan

metode

meningkat sebesar 19,35 % menjadi

pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS

87,09 %. B. Saran

siswa kelas VIII D SMP N 1 Tanjung

disarankan :

aktivitas belajar IPS yang relevan

1.

yang sesuai dengan aspek yang diamati 64

Berdasarkan hasil penelitian, maka

Raja setiap siklusnya. Rata-rata nilai

dengan proses pembelajaran siswa

dan pada siklus II

Guru Mind

dapat

menggunakan

Mapping

untuk

metode dijadikan

alternatif meningkatkan aktivitas dan

perhitungkan waktu yang tersedia agar

kreativitas

semua rencana pembelajaran dapat

siswa

dalam

upaya

meningkatkan hasil belajar IPS siswa. 2.

3.

Bagi siswa dapat menggunakan metode

terlaksana secara maksimal. 4.

Sebelum

memulai

Mind Mapping dalam pembelajaran

dengan

sebagai salah satu keterampilan belajar

Mapping guru harus selalu memberi

yang

motivasi, semangat dan

efektif

untuk

meningkatkan

penggunaan

pembelajaran metode

Mind

nasehat

kreativitas dan hasil belajar.

khususnya bagi siswa yang kurang

Dalam

melaksanakan

aktif dalam pembelajaran. terutama

dengan

penggunaan

pembelajaran metode

Mind

pada saat diskusi berlangsung.

Mapping sebaiknya guru harus mem-

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Buzan, Tony. 2005. Buku Pintar Mind Map. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama. Buzan, Tony. 2008. Buku Pintar Mind Map Untuk Anak. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama. Edward, Caroline. 2009. Mind Mapping Untuk Anak Sehat dan Cerdas. Yogyakarta : Sakti. Oemar, Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Olivia, Femi. 2010. Visual Mapping. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Jaya. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Windura, Sutanto. 2008. Mind Map Langkah Demi Langkah. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo.

PENERAPAN KURIKULUM 2013 UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA KELAS VII MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI SMP NEGERI 3 KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015 Oleh Hj. SITI BARAROH SA’ADAH, S.Pd.I*) ABSTRAK Dalam Kurikulum 2013 yang dirancang untuk menyongsong model pembelajaran Abad 21, ketika didalamnya akan terdapat pergeseran dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu dari berbagai sumber belajar yang melampaui batas pendidik dan satuan pendidikan. Apabila peserta didik tidak menguasai mata pelajaran tertentu harus dipastikan bahwa yang tidak dikuasainya adalah substansi mata pelajaran tersebut, bukan karena kelemahan penguasaan bahasa pengantar yang dipergunakan. Permasalahan utama yang dihadapi di SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara adalah rendahnya aktifitas belajar siswa yang disebabkan karena metode pembelajaran yang kurang bervariasi, untuk mengatasi hal tersebut salah satu metode yang dapat dipakai adalah diskusi kelompok menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan kurikulum 2013 dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas VII melalui metode diskusi kelompok menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara yang dilaksanakan pada Semester Genap Tahun 2015, penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2015 sampai dengan tanggal 11 Maret 2015. Penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dengan subjek penelitian siswa kelas VII C yang berjumlah 33 orang. Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya peningkatan aktifitas belajar siswa yang terlihat dari persentase aktifitas belajar siswa dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Aktifitas belajar siswa yang diamati yaitu Aktifitas siswa yang bercanda pada siklus I (27,3%), siklus II (10,6%), dan siklus III (3%). Aktifitas siswa yang mengganggu teman pada siklus I (24,2%), siklus II (7,55%), dan siklus III (3%). Aktifitas siswa yang bertanya pada guru pada siklus I (22,75%), siklus II (57,55%), dan siklus III (87,85%). Aktifitas siswa yang menjawab pertanyaan teman pada siklus I (43,9%), siklus II (69,7%), dan siklus III (90,9%). Aktifitas siswa yang menanggapi jawaban teman pada siklus I (33,3%), siklus II (63,6%), dan siklus III (86,35%). Aktifitas siswa yang mengerjakan LKS pada siklus I, siklus II, dan siklus III (100%). Ini berarti hipotesis diterima bahwa penerapan kurikulum 2013 dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas VII C melalui metode diskusi kelompok menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015.

66

*) Guru SMP Negeri 03 Kotabumi

Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I)

Penggunaan Metode Pembelajaran Mind

A. PENDAHULUAN Belajar Pendidikan Agama Islam

Mapping Dalam Meningkatkan Aktivitas

dan Budi Pekerti juga perlu adanya

Belajar Dan Hasil IPS pada Siswa Kelas

banyak latihan agar siswa mendapat

VIII D SPM N 1 Tanjung Raja Tahun

banyak pengalaman tentang berbagai

Pelajaran 2011/2012 (Asrin, S.Pd)ini

bentuk soal Pendidikan Agama Islam dan

siswa

Budi Pekerti dan pemecahannya. Dalam

belajar

proses pembelajaran di sekolah yang

perubahan sikap yang positif terhadap

menggunakan

materi yang dipelajari.

kurikulum

2013,

diharapkan lebih

memperoleh

baik

dan

hasil

memperoleh

hendaknya siswa memiliki minat yang

Dalam rangka meningkatkan minat

tinggi terhadap pelajaran yang diikutinya.

belajar siswa, guru perlu merancang dan

Kurangnya

mengembangkan

minat

menyebabkan

pembelajaran

yang

kurangnya perhatian, partisipasi dan usaha

memfokuskan pada interaksi siswa. Siswa

dalam proses pembelajaran, akibat dari

perlu

kurangnya minat belajar tentunya akan

menggali kemampuannya dalam belajar

berdampak pada prestasi belajarnya juga.

Pendidikan

diberi

kesempatan

Agama

luas

Islam

untuk

dan

Budi

Rendahnya aktifitas belajar siswa

Pekerti. Salah satu usaha untuk membantu

berhubungan dengan kurangnya guru

guru dalam meningkatkan minat belajar

menerapkan

siswa

model

dan

strategi

adalah

dengan

memberikan

pembelajaran yang variatif, kreatif dan

alternatif metode belajar, media belajar

inovatif dalam proses pembelajaran. Dari

dan strategi belajar. Dari sekian alternatif

kenyataan tersebut penulis merasa perlu

belajar, maka dipilih dengan diskusi

mencari solusi yang dapat meningkatkan

menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)

aktifitas belajar siswa dalam proses

dalam

upaya

pembelajaran, yaitu dengan pemilihan

belajar

siswa

metode

Pendidikan

pembelajaran

yang

dapat

meningkatkan pada

Agama

mata Islam

aktifitas pelajaran

dan

Budi

membantu siswa belajar secara mandiri

Pekerti. Dengan menggunakan Lembar

dan

harapan

Kerja Siswa (LKS), penerimaan siswa

keterlibatan dan peran aktif siswa akan

terhadap pelajaran diharapkan akan lebih

terlihat secara optimal. Salah satu model

terkesan

pembelajaran

membentuk pengertian dengan baik dan

adalah

berkelompok

yang

pembelajaran

dengan

dapat

diterapkan

melalui

metode

diskusi kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS), dengan cara

secara

mendalam

sehingga

mantap, juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan

setiap

materi

yang

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

dibahas

saat

berlangsung.

pelajaran Dengan

sedang

menggunakan

diartikan sebagai interaksi siswa dengan keseluruhan

sumber

belajar

lainnya.

Lembar Kerja Siswa (LKS), menunjang

Pembelajaran menaruh perhatian pada

interaksi

kelas

“bagaimana siswa belajar” bukan pada

sehingga memberi keuntungan bahwa

“apa yang dipelajari siswa”. Titik tekan

dengan

pembelajaran adalah bagaimana tujuan

belajar

mengajar

menggunakan

di

Lembar

Kerja

Siswa (LKS) minat siswa akan lebih

belajar

dapat

dicapai.

Jadi,

dalam

meningkat.

pembelajaran terdapat kegiatan memilih,

Oleh karena itu perlu dikembangkan

menetapkan, dan mengembangkan metode

metode mengajar yang melibatkan siswa

untuk mencapai hasil pembelajaran yang

untuk aktif melihat, mengamati, dan

ingin dicapai (Hamzah B. Uno: 2004).

menganalisis. Hasil dari analisis data

Pengertian

dari

tersebut penulis tuangkan dalam bentuk

Pendidikan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan

Pekerti juga dapat diartikan sebagai proses

“Penerapan

Islam

dan

Budi

2013

untuk mendapatkan pengertian hubungan-

Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar

hubungan dan simbol-simbol kemudian

Siswa

mengaplikasikannya

judul

Kelas

Diskusi

Kurikulum

Agama

pembelajaran

VII

Melalui

Kelompok

Metode

Menggunakan

sehari-hari

dalam

(Herman

Hudojo:2001).

Lembar Kerja Siswa (LKS) Pada Mata

Menurut

Pelajaran Pendidikan Agama Islam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3

dan Budi Pekerti yaitu :

Kotabumi

1) Kegiatan yang menelusuri pola dan

Lampung

Utara

Tahun

Pelajaran 2014/2015”.

Marsigit

kehidupan

hubungan; 2) Kegiatan

B. KAJIAN PUSTAKA

kreatifitas,

1. Pembelajaran Pendidikan Agama

demonstrasi;

merupakan

upaya

menciptakan kondisi dengan sengaja agar membelajarkan

siswa.

yang imajinasi,

membutuhkan intuisi

dan

3) Kegiatan yang mencakup kegiatan

Islam dan Budi Pekerti Pembelajaran

(2001:40),

Berdasarkan

pengertian tersebut, proses belajar tidak

pemecahan masalah; 4) Kegiatan yang mengkomunikasikan kegiatan dan hasil-hasil Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

hanya diartikan sebagai interaksi antara

Menurut Mathilda Susanti (2007),

siswa dengan guru dimana guru menjadi

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

satu-satunya sumber belajar siswa tetapi 68

Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I)

dalam pembelajaran Pendidikan Agama

mempunyai

Islam dan Budi Pekerti, yaitu :

pemberdayaan semua potensi siswa agar

1) Mengkondisikan siswa agar terbiasa

dapat

melakukan

kreatifitas,

imajinasi,

dalam

menuju

kompetensi

yang

Berikutnya, strategi pembelajaran

2) Fokus dalam pembelajaran;

meningkatkan

menjadi

yang

diharapkan.

intuisi dan demonstrasi;

3) Memberikan

arah

yang digunakan oleh seorang guru di

keterampilan

untuk

dalam kelasnya seharusnya ditujukan agar

kemampuan

siswa

dapat

menyelesaikan

masalah,

memfasilitasi

tercapainya

kompetensi yang telah dirancang dalam

misalnya memahami soal, memilih

dokumen

strategi penyelesaian, menyelesaikan

gilirannya setiap siswa mampu menjadi

soal, dan menafsirkan solusi;

pebelajar

4) Guru

memperhatikan

penguasaan

materi prasyarat yang diperlukan; 5) Pembelajaran dengan

dapat

kurikulum

yang

hayatnya,

sehingga

mandiri

mereka

pada

sepanjang

akan

menjadi

komponen penting untuk mewujudkan

dilaksanakan

sebuah masyarakat belajar (komunitas

teknologi

belajar/learning community). Kualitas lain

menggunakan

maupun media yang ada agar efektif.

yang dikembangkan kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran

2. Pandangan Tentang Pembelajaran

yang wujudnya dapat berupa kreativitas, kemandirian,

Menurut Kurikulum 2013 Dalam pandangan Kurikulum 2013,

kerja

kepemimpinan,

sama,

empati,

solidaritas,

toleransi

dan

kegiatan pembelajaran adalah suatu proses

kecakapan hidup peserta didik guna

pendidikan yang memberikan kesempatan

membentuk watak serta meningkatkan

bagi siswa agar dapat mengembangkan

peradaban dan martabat bangsa.

segala

3. Metode Diskusi Kelompok

potensi

yang

mereka

miliki

menjadi kemampuan yang semakin lama

Untuk

semakin meningkat dilihat dari aspek

pendidikan

sikap,

Pendidikan

pengetahuan,dan

keterampilan.

mewujudkan nasional Agama

tujuan

dan

Islam

dan

tujuan Budi

Kemampuan ini akan diperlukan oleh

Pekerti, maka dalam dunia pendidikan

siswa tersebut untuk kehidupannya dan

dikenal istilah metodologi pengajaran.

untuk bermasyarakat, berbangsa, serta

Jadi metodologi pengajaran adalah suatu

berkontribusi

ilmu dalam bidang pengajaran untuk

pada

kesejahteraan

kehidupan umat manusia, karena itu suatu kegiatan

pembelajaran

seharusnya

terlaksananya

proses

belajar-mengajar

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

secara efektif guna mencapai kegiatan

segala sesuatu semakin tinggi hasil belajar

yang telah ditentukan.

yang diperoleh. Hasil belajar tidak akan

4. Lembar Kerja Siswa (LKS)

dapat

Lembar

Kerja

Siswa

dikuasai

hanya

dengan

(LKS)

mendengarkan atau membaca saja, tetapi

merupakan cara kerja dalam proses

masih diperlukan kegiatan lain seperti

pembelajaran atau merupakan bentuk

membuat rangkuman, mengadakan tanya

operasional dari satuan pelajaran. Lembar

jawab, diskusi, melakukan percobaan,

Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran kerja

memecahkan soal, mengambil keputusan

yang mengandung petunjuk kerja dimana

dan sebagainya.

siswa dapat memperoleh tuntutan urutan kerja

dan

mengisikan

hasil

kerja

Menurut mengatakan

Lufri

(2006

kreatifitas

:

133)

melahirkan

didalamnya. Jadi, lembaran itu adalah

aktifitas atau kreatifitas ditunjukkan oleh

lembaran petunjuk bagi siswa untuk

adanya aktifitas, orang yang mempunyai

melakukan suatu kegiatan dalam proses

kreatifitas tinggi biasanya menghasilkan

belajar-mengajar serta daftar tugas dan

berbagai aktifitas. Pembelajaran berbasis

tempat mencatat hasil pengamatan.

aktifitas (active learning) akan menuntut

5. Aktifitas Belajar

kreatifitas berfikir lebih banyak dari

Belajar merupakan suatu proses

pembelajaran

biasa.

Aktifitas

yaitu

yang kompleks yang terdiri dari berbagai

keinginan untuk berbuat dan bekerja

kegiatan atau aktifitas jasmani dan rohani,

sendiri

aktifitas siswa sangat diperlukan dalam

pengetahuan,

proses

keterampilan serta perubahan tingkah laku

belajar-mengajar,

sehingga

siswalah yang banyak aktif sebab siswa

dia

belajar.

sendiri Menurut

yang

melaksanakan

Hartono

memperoleh

pemahaman

dan

ke arah yang lebih baik.

sebagai subjek didik yang merencanakan dan

sehingga

Menurut Hamalik (1983 : 3) cara belajar yang efisien artinya cara belajar

(1991:5)

yang tepat, praktis, ekonomis, terarah,

“Aktifitas adalah suatu kesibukan dalam

sesuai dengan situasi dan tuntutan yang

kelas secara terstruktur dan terbimbing

ada guna mencapai tujuan belajar. Setelah

oleh guru guna meningkatkan pemahaman

kita

murid terhadap pelajaran yang disajikan”,

sampailah kita kepada tujuan-tujuan yang

setiap reaksi yang diberikan dalam proses

hendak

belajar-mengajar mengandung aktifitas

metode belajar yaitu untuk memperoleh

sehingga makin banyak aktifitas yang

pengetahuan

dilakukan maka dalam kita menguasai 70

memahami

dicapai

penjelasan,

dalam

tentang

maka

mempelajari

belajar

dan

Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I)

kebiasaan-kebiasaan serta sikap yang

sehari-hari

baik, efisien, teratur, berencana.

Mengajar (KBM), hal ini memudahkan peneliti

dalam

untuk

Kegiatan

penilaian

Belajar

selanjutnya.

C. METODOLOGI PENELITIAN

Apakah ada perubahan dalam penilaian

Tempat dan Waktu Penelitian

siklus I, siklus II, dan siklus III.

1. Tempat Penelitian

Subjek Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan

Subjek penelitian adalah siswa kelas

di Kelas VII SMP Negeri 3 Kotabumi

VII C SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung

Kabupaten

Utara yang berjumlah 33 siswa.

Lampung

Utara

Tahun

Pelajaran 2014/2015, dipilihnya sekolah

Prosedur Penelitian

ini sebagai tempat penelitian disebabkan

Penelitian ini dilaksanakan dalam 3

penulis menjadi salah seorang pendidik di

(tiga) siklus, masing-masing siklus terdiri

sekolah ini. Sehingga telah mengetahui

dari 2 (dua) kali pertemuan. Prosedur

permasalahan

penelitian

yang

dihadapi

dalam

ini

adalah

perencanaan,

pembelajaran Pendidikan Agama Islam

tindakan, pengamatan dan refleksi

dan Budi Pekerti, penelitian ini dilakukan

Instrumentasi

sebagai

upaya

meningkatkan Pendidikan

penulis

kualitas

Agama

Islam

untuk

Instrumen yang digunakan dalam

pembelajaran

penelitian ini adalah Lembaran Observasi

dan

Budi

yang

diisi

oleh

observer,

lembaran

Pekerti dan meningkatkan aktifitas belajar

observasi

siswa melalui metode diskusi kelompok

mengumpulkan aktifitas belajar siswa saat

menggunakan

berlangsung proses pembelajaran.

Lembar

Kerja

Siswa

(LKS).

digunakan

untuk

Teknik Analisis Data

2. Waktu Penelitian

1. Untuk menilai Aktifitas Belajar

Waktu penelitian ini dilaksanakan selama

pada

Ketuntasan belajar ditinjau dari

semester genap Tahun 2015, dalam

aspek aktifitas siswa secara klasikal,

kegiatan ini peneliti mempunyai rekan

peneliti melakukan penjumlahan skor

selaku observer yang bertugas mengamati

yang diperoleh seluruh siswa, data yang

kegiatan siswa yang akan diamati dalam

terkumpul di lapangan diolah dengan

Kegiatan

(KBM).

teknik presentase menggunakan rumus

Observer tersebut yaitu Ibu Bintriyanti

yang dikemukakan oleh Arikunto (1989 :

B. S.Ag yang dipilih agar dapat sama-

214) :

sama

9

(sembilan)

Belajar

minggu

Siswa secara Klasikal

Mengajar

memperhatikan

kegiatan

siswa

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

Persentase Aktifitas = Jumlah Siswa Aktif

Rekapitulasi Hasil Pengamatan

x 100% Jumlah Seluruh Siswa Aktifitas

positif

siswa

Aktifitas Belajar Siswa meliputi

siswa yang bertanya pada guru, siswa

Siklus I, Siklus II, dan Siklus III No

Aktifitas

Siklus

Siklus

Siklus

Siswa

I

II

III

27,3

10,6

3

24,2

7,55

3

22,75

57,55

87,85

43,9

69,7

90,9

33,3

63,6

86,35

100

100

100

yang menjawab pertanyaan teman, siswa yang menanggapi jawaban teman, dan siswa yang yang mengerjakan LKS. Untuk

melihat

peningkatan

1. 2.

aktifitas

positif siswa rendah, cukup tinggi atau

3.

yang

dibuat

oleh

Suharsini

4.

teman Bertanya pada guru

pertanyaan teman

Arikuntoro (1989:54) yaitu : 81 – 100% adalah sangat baik 61 – 80%

Mengganggu

Menjawab

sangat tinggi tersebut didasarkan pada kriteria

Bercanda

5.

adalah siswa baik 6.

41 – 60%

adalah cukup

21 – 40%

adalah rendah

0 – 20%

adalah sangat rendah

Menanggapi jawaban teman Mengerjakan LKS

2) Pembahasan

Sedangkan untuk aktifitas negatif

Berdasarkan hasil penelitian terlihat

meliputi siswa yang bercanda, dan siswa

bahwa pada siklus pertama aktifitas

yang mengganggu teman. Untuk melihat

negative

peningkatan aktifitas negatif siswa buruk

mengganggu teman lebih besar dari siklus

sekali, buruk, cukup, dan sangat baik

kedua dan ketiga, sedangkan aktifitas

tersebut menurut Slameto (2001:116)

positif siklus pertama lebih kecil dari

kriterianya adalah :

siklus kedua dan ketiga.

seperti

bercanda

dan

Dari data

0 – 10%

adalah sangat baik

keseluruhan terlihat bahwa siklus III

11 – 25%

adalah cukup

menghasilkan aktifitas yang lebih baik

26 – 49%

adalah buruk

dari siklus kedua dan pertama. Berdasarkan hketerangan tersebut,

50 – 100% adalah buruk sekali dapat D. HASIL

PENELITIAN

DAN

PEMBAHASAN

disimpulkan

kurikulum

2013

bahwa dapat

penerapan

meningkatkan

aktifitas belajar siswa kelas VII C melalui

1) Hasil Penelitian

metode diskusi kelompok menggunakan

Hasil penelitian yang telah dilakukan

Lembar Kerja Siswa (LKS) pada mata

dapat dilihat dalam tabel berikut.

pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

72

Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I)

Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Kotabumi

siklus III (90,9%). Aktifitas siswa yang

Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 /

menanggapi jawaban teman pada siklus I

2015.

(33,3%), siklus II (63,6%), dan siklus III (86,35%).

Aktifitas

siswa

yang

E. SIMPULAN DAN SARAN

mengerjakan LKS pada siklus I, siklus II,

A. Simpulan

dan siklus III (100%).

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

B. Saran

Penerapan Kurikulum 2013 dapat

Dari

seluruh

bahasan

dalam

meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas

penelitian ini, ada beberapa saran yang

VII C melalui metode diskusi kelompok

kiranya menjadi penting dikemukakan,

menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)

yaitu sebagai berikut :

pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3

Islam dan Budi Pekerti melalui metode

Kotabumi

Tahun

diskusi kelompok menggunakan Lembar

pelajaran 2014 / 2015. Bukti-bukti yang

Kerja Siswa (LKS) dapat digunakan

menunjukkan peningkatan aktifitas belajar

sebagai salah satu alternatif pembelajaran

siswa pada mata pelajaran Pendidikan

untuk

Agama Islam dan Budi Pekerti dengan

siswa. Untuk bentuk, isi, dan tampilan

menggunakan metode diskusi kelompok

Lembar

menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)

dikembangkan

yaitu perolehan nilai rata-rata aktifitas

menarik, dengan tetap memperhatikan

belajar siswa mengalami peningkatan

kriteria-kriteria penyusunan Lembar Kerja

diantaranya Aktifitas siswa yang bercanda

Siswa

pada siklus I (27,3%), siklus II (10,6%),

berminat

dan siklus III (3%). Aktifitas siswa yang

pembelajaran dan pada akhirnya hasil

mengganggu teman pada siklus I (24,2%),

belajar

siklus II (7,55%), dan siklus III (3%).

optimal.

Lampung

Utara

Aktifitas siswa yang bertanya pada guru pada siklus I (22,75%), siklus II (57,55%), dan siklus III (87,85%). Aktifitas siswa yang menjawab pertanyaan teman pada siklus I (43,9%), siklus II (69,7%), dan

meningkatkan

Kerja

(LKS),

Siswa kembali

sehingga

dalam

siswa

aktifitas

(LKS)

dapat

agar

lebih

siswa

mengikuti

dapat

belajar

diperoleh

lebih proses

lebih

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013. Buku Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP / MTs Kelas VII. Dwi Hartini. 2001. Efektivitas Penggunaan Metode Diskusi Menggunakan LKS. Skipsi: UNY Endang R. W. 2006. Metode Penelitian Kelas. Semarang: FMIPA UNNES Nur Farida. 2004. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan LKS. Skripsi: UNY Soedarsono. 1988. Beberapa Prinsip dalam Penelitian. Yogyakarta: Bimbingan Penelitian Karya Ilmiah FIP IKIP Yogyakarta Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara Suryobroto. 1986. Mengenal Metode Pengajaran dari Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Uzer Usman & Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

74

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

oleh Venty Meilasari*) Abstract This research aimed to find out: (1) which one providing better mathematics learning achievement, TAI model or direct instruction model, (2) which one providing better mathematics learning achievement, the high, medium or low independence of learning students, (3) in each learning models, which one providing better mathematics learning achievement, the high, medium, or low independence of learning students, (4) in each categories of independence of learning, which one providing better mathematics learning achievement, TAI model or direct instruction learning model. This research used the quasiexperimental research method. The research design was a 2×3 factorial design. The population were all students of the 8th class of junior high school in Surakarta on academic year 2015/2016. The sample was taken using stratified cluster random sampling. The instruments used were independence of learning questionnaire and mathematics achievement test. The proposed hypothesis of the research were analyzed by using two-way analysis of variance with unbalanced cells. The conclusions of this research were as follow. (1) TAI model provided the mathematics achievement better mathematics achievement than direct instruction model. (2) The high independence of learning student had better mathematics achievement than medium and low independence of learning students, and the medium had better than low independence of learning students. (3) In each model of learning, mathematics achievement of the high independence of learning students better medium and low independence of learning students, and also the medium independence of learning had better than low. (4) In each categories of independence of learning, TAI model provided better achievement than direct instruction model. Keyword: TAI, Independence of Learning, and Mathematics Achievement

mutu pendidikan, salah satunya adalah

A. PENDAHULUAN Pendidikan

merupakan

bagian

integral pembangunan dan kemajuan suatu bangsa.

Pendidikan

diharapkan

dapat

dengan

melakukan

inovasi

dalam

pembelajaran matematika. Matematika adalah salah satu mata

mempersiapkan siswa untuk dapat hidup

pelajaran

yang

penting

sehingga

di-

sesuai dengan tuntutan zaman. Berbagai

selenggarakan di sekolah sejak pendidikan

upaya telah dilakukan untuk meningkatkan

dasar sampai pendidikan tinggi. Cocroft 75

*) Staf Pengajar Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Kotabumi

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

(dalam

Abdurrahman,

2009:253)

Rendahnya

prestasi

memberikan beberapa alasan pentingnya

matematika

matematika untuk dipelajari antara lain:

mengindikasikan bahwa belum berhasilnya

merupakan ilmu yang selalu digunakan

proses pembelajaran yang telah dilaluinya.

dalam segala aspek kehidupan; sebagai

Salah satu faktor eksternal yang diduga

dasar untuk mata pelajaran yang lain;

menjadi penyebab utama adalah

merupakan sarana komunikasi yang kuat,

pembelajaran yang masih berpusat pada

singkat, dan jelas; serta meningkatkan

guru.

kemampuan berpikir logis, dan ketelitian.

menggunakan

Meskipun

langsung

demikian,

prestasi

belajar

matematika siswa masih rendah. Hasil

Pada

masih

pembelajaran

hanya

kepada

siswa,

model

guru

model

yang

pengetahuan

Programme

umumnya

oleh

mentransfer

siswa.

Hal

ini

of

membuat siswa menjadi bosan dan tidak

Internasional Student Assesment (PISA)

tertarik untuk mempelajari matematika.

tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia

Oleh

menempati peringkat ke-64 dari 65 negara

pembelajaran

peserta pada kategori mathematics literacy.

menghasilkan prestasi belajar yang lebih

Selain itu, menurut penelitian Trends in

baik. Siswa kelas VIII berada dalam tahap

International Mathematics and Science

perkembangan operasional formal. Menurut

Study (TIMSS) pada tahun 2011, Indonesia

Andrich

berada pada peringkat ke-38 dari 42 negara

2008:113) dalam tahap ini siswa lebih

peserta.Hal ini menunjukkan bahwa prestasi

nyaman untuk belajar dengan teman sebaya

belajar matematika siswa Indonesia masih

Salah satu model pembelajaran yang

rendah jika dibandingkan dengan Negara

dapat memfasilitasi siswa untuk belajar

lain. Dalam ruang lingkup yang lebih

dengan teman sebayanya adalah model

sempit, hasil ujian nasional (UN) SMP

pembelajaran

tahun

bahwa

pembelajaran ini menekankan pentingnya

matematika menduduki peringkat terbawah

siswa membangun sendiri pengetahuan

dari empat mata pelajaran yang diujikan.

mereka melalui keterlibatan aktif siswa dan

Selanjutnya berdasarkan data PAMER UN

kerjasama antar siswa dalam proses belajar

2014, diketahui bahwa daya serap terendah

mengajar. Proses belajar mengajar lebih

yang dicapai siswa SMP Negeri Kota

berpusat pada siswa. Menurut Jebson, SR.

Surakarta pada materi persamaan garis

(2012)

lurus yang hanya mencapai 45,07%.

menghasilkan pencapaian yang lebih baik

2014

penelitian

yang dicapai

belajar

menunjukkan

karena

dan

model

itu, yang

dibutuhkan tepat

Styles

agar

(dalam

kooperatif.

pembelajaran

model dapat

Slavin,

Model

kooperatif

pada bidang matematika daripada model 76

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama (Venty Meilasari)

pembelajaran konvensional. Hal senada

oleh hasil penelitian Avowala et al.

juga diungkapkan oleh Awovala dan Nneji

(2013:6) yang menyatakan bahwa TAI

(2012:7) yang menyatakan bahwa ada

memberikan prestasi belajar yang lebih baik

perbedaan yang signifikan pada prestasi

daripada model konvensional. TAI lebih

belajar matematika siswa dengan struktur

efektif

kooperatif dan konvensional. Jadi, dapat

kesempatan untuk belajar bersama dalam

disimpulkan

tim,

bahwa

pembelajaran

karena

dapat

siswa

berbagi

mempunyai

pengetahuan

dan

kooperatif memberikan hasil yang lebih

pendapat, dan terlibat secara aktif dalam

baik daripada pembelajaran konvensional.

mendiskusikan permasalahan.

Slavin (2005:26) menyatakan bahwa terdapat

banyak

tipe

pembelajaran

Salah satu faktor internal siswa yang mempengaruhi

prestasi

adalah

kooperatif yang dikategorisasikan menurut

kemandirian

enam karakterisitik yaitu: tujuan kelompok,

(dalam Torrano dan Carmen, 2004:4)

tanggung jawab individual, kesempatan

menyatakan ada empat fase untuk melihat

sukses

tingkat

yang

sama,

kompetisi

tim,

belajar.

belajar

Menurut

kemandirian

Pintrich

siswa,

yaitu:

spesialisiasi tugas, dan adaptasi terhadap

perencanaan (planning), monitoring diri

kebutuhan kelompok. Diantara tipe dari

(self-monitoring), kontrol (control), dan

model pembelajaran kooperatif adalah tipe

evaluasi (evaluation). Siswa yang memiliki

Team Assisted Individualization (TAI).

kemandirian

belajar

perencanaan

dalam

Model pembelajaran kooperatif tipe

mampu

membuat

belajarnya,

me-

TAI merupakan model pembelajaran yang

monitoring diri, mengontrol diri serta

menggabungkan

mengevaluasi hasil belajar yang telah

teknik

pembelajaran

tertentu untuk mengatasi permasalahan

dicapainya.

pembelajaran individual dan meningkatkan

kemandirian belajar memiliki kombinasi

keterampilan

Pada

keterampilan akademik dan pengendalian

pembelajaran ini siswa belajar dalam

diri yang membuat pembelajarannya terasa

kelompok heterogen yang terdiri dari empat

lebih

sampai lima orang. Dalam kelompok, siswa

prestasi belajar yang maksimal. Hal itu

tidak

sesuai

hanya

kooperatif

bertanggung

siswa.

jawab

atas

Siswa

mudah

yang

sehingga

dengan

yang

telah

(2014)

yang

dilakukan

kelompok sehingga diharapkan siswa untuk

menyatakan bahwa siswa dengan tingkat

saling membantu dalam memahami materi

kemandirian

pelajaran

prestasi

prestasi belajar yang lebih baik dari siswa

kelompok yang maksimal. Hal ini didukung

dengan kemandirian sedang dan rendah,

tercapainya

Bayu

menghasilkan

keberhasilan individu tapi juga keberhasilan

agar

oleh

penelitian

memiliki

belajar

tinggi

memiliki

77

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

siswa dengan tingkat kemandirian sedang

masing-masing

memiliki prestasi belajar yang lebih baik

tingkat kemandirian belajar yang memiliki

daripada siswa dengan tingkat kemandirian

prestasi belajar matematika yang lebih baik.

belajar rendah.

dan (4) untuk pada masing-masing tingkat

Berdasarkan

uraian

pembelajaran,

atas,

kemandirian belajar, model pembelajaran

dikaji dalam

yang menghasilkan prestasi belajar yang

penelitian ini adalah: (1) adakah pengaruh

lebih baik, TAI atau model pembelajara

penerapan

langsung.

permasalahan yang akan

model

di

model

pembelajaran

TAI

terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta tahun pelajaran 2015/2016?; (2) adakah pengaruh

tingkat

kemandirian

B. KAJIAN TEORI Adapun prestasi belajar matematika

belajar

dalam penelitian ini adalah suatu hasil yang

terhadap prestasi belajar matematika siswa

telah dicapai siswa melalui proses belajar

kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta

matematika yang menghasilkan perubahan

tahun pelajaran 2015/2016?;

sebagai

masing-masing

model

(3) pada

pembelajaran,

tingkat kemandirian belajar, manakah yang memiliki prestasi belajar yang lebih baik?. dan

(4)

pada

kemandirian

masing-masing

sendiri

yang

ditunjukkan dengan skor yang diperoleh siswa pada tes prestasi belajar. Selanjutnya meyatakan

bahwa

Slavin tujuan

dari

mengadaptasi

baik,

perbedaan individu yang berkaitan dengan

pembelajara

langsung?.

adalah

model

menghasilkan prestasi belajar yang lebih model

TAI

(2005:187)

pembelajaran

atau

manakah

konstruksi

yang

TAI

belajar,

tingkat

hasil

pengajaran

untuk terhadap

kemampuan siswa maupun pencapaian

Tujuan dari penelitian ini adalah

prestasi siswa. Menurut Slavin (2005: 195–

untuk mengetahui: (1) untuk mengetahui

200), dalam pembelajaran TAI prinsip yang

adanya

harus diketahui dalam pembelajarannya,

pengaruh

penerapan

model

pembelajaran TAI terhadap prestasi belajar

yaitu sebagai berikut.

matematika siswa kelas VIII SMP Negeri

1. Pengelompokan (Tim)

kota Surakarta tahun pelajaran 2015/2016;

Siswa dibagi menjadi 4 sampai 5

(2) untuk mengetahui adanya pengaruh

anggota untuk tiap kelompok. Tiap-tiap

tingkat kemandirian belajar siswa terhadap

kelompok terdiri dari campuran antara

prestasi belajar matematika siswa kelas VIII

siswa yang memiliki prestasi tinggi,

SMP Negeri kota Surakarta tahun pelajaran

sedang, dan rendah; laki-laki dan

2015/2016; dan (3) untuk mengetahui pada

perempuan dan siswa yang memiliki

78

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama (Venty Meilasari)

perbedaan tersebut

etnik.

Kelompok

saling

membantu

siswa

dalam kelompoknya dengan langkah-

untuk

langkah sebagai berikut:

menyelesaikan masalah yang diberikan guru.

a. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang

2. Tes Penempatan

dalam

Siswa diuji dengan diberi tes pada awal pengajaran.

Mereka

dikelompokkan

kelompok

mereka

untuk

melakukan pengecekan b. Setiap

siswa

diberi

halaman

sesuai dengan poin yang mereka

panduan yang berbentuk Lembar

peroleh.

Kerja Siswa (LKS) yang disiapkan

3. Bahan Kurikulum Kebanyakan

guru

pengajaran

untuk

memecahkan

sesuai

dengan

diajarkan.

permasalahan

materi

Adapun

dilakukan

yang

untuk

akan

dipelajari.

Siswa

diberi

akan

kesempatan untuk bertanya pada

materi-materi

teman sekelompok atau guru jika memerlukan

sub bagian yaitu:

mereka kerja

menjelaskan

sebagai

pemahaman konsep materi yang

tersebut telah dibagi menjadi beberapa

a. Lembar

berdiskusi

pengajaran

kemampuan

yang

bantuan,

kemudian

memulai

latihan

kemampuan yang pertama atau tes keterampilan.

menjadi induk dan memberikan

c. Tiap siswa mengerjakan empat soal

langkah-langkah metode pemecahan

pertama dengan kemampuannya

masalah.

sendiri

b. Tiap

lembar

kerja

kemampuan

selanjutnya

jawabannya

dicek oleh teman dalam satu

terdiri dari beberapa masalah, yang

kelompoknya

tiap-tiap lembarnya mengenalkan

jawaban

bagian-bagian

yang

Apabila keempat soal sudah benar,

akan menunjukkan ke arah induk

siswa tersebut boleh melanjutkan

terakhir pada seluruh kemampuan.

ke latihan kemampuan berikutnya.

c. Pengecekan yang terdiri dari 2

Jika ada yang salah, mereka harus

kemampuan

kelompok paralel. d. Tes akhir. 4. Model kelompok belajar

yang

dengan

halaman

sudah

tersedia.

mencoba

mengerjakan

keempat

soal

kembali

tersebut

dan

seterusnya. Jika ada siswa yang

Berdasarkan tes penempatan awal,

kesulitan

disarankan

untuk

siswa

meminta

bantuan

teman

dikelompokkan

kelompoknya

dan

mereka

dalam bekerja

79

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

sekelompok

sebelum

meminta

bantuan guru. d. Apabila

masing anggota kelompok pada tes

siswa

berhasil

akhir. Kriteria yang dimunculkan untuk

mengerjakan tes keterampilan, siswa

setiap prestasi kelompok: kriteria tinggi

akan mengerjakan tes formatif A.

ditujukan

Pada saat mengerjakan tes formatif,

menjadi kelompok super (super team),

siswa harus mengerjakan sendiri

kriteria menengah diberikan untuk

sampai selesai. Kemudian seorang

kelompok yang menjadi kelompok

teman sekelompok memberi skor,

hebat (great team), kriteria rendah

jika

ditujukan

siswa

sudah

dapat

mengerjakan

untuk

untuk

kelompok

kelompok

yang

yang

setengah atau lebih dari tes tersebut

menjadi kelompok baik (good team).

maka dia berhak lulus dan berhak

Pemberian predikat ini bertujuan untuk

mendapat tes unit. Namun apabila

memotivasi dan memberi semangat

siswa tidak dapat mengerjakannya,

kepada masing-masing kelompok agar

guru akan membantu dan menyuruh

pada pembelajaran selanjutnya mau

siswa tersebut untuk mengerjakan

berusaha untuk melakukan yang lebih

item tertentu dari tes formatif A atau

baik lagi.

menyuruh siswa mengambil soal tes

6. Pengajaran Kelompok

formatif B yang sejajar dengan tes

Setiap

formatif

siswa

selama 10 sampai 15 menit dalam

tes

kelompok kecil dari siswa. Guru

keseluruhan. Tidak ada siswa yang

memberikan materi prasyarat sebelum

diperbolehkan mengambil post-test

pembelajaran berlangsung. Ketika guru

sebelum dia bisa menyelesaikan tes

bekerja dengan pengajaran kelompok,

formatif dengan kelompoknya.

siswa yang lain melanjutkan untuk

A.

Kemudian

diperbolehkan

e. Siswa

mengikuti

menyelesaikan

tes

keseluruhan yang merupakan tes akhir untuk menentukan kriteria kelompok. 5. Nilai

Pada

Kelompok

setiap

pertemuan,

guru

mengajar

bekerja pada kelompoknya dengan individual. 7. Pekerjaan Kelompok Pekerjaan rumah diberikan berdasarkan

dan

Pengenalan

Kelompok

pada

pengajaran

kelompok

yang

diajarkan. akhir

minggu,

nilai

masing-masing

Siswa diberi tes fakta selama 3 menit,

kelompok. Nilai ini didasarkan pada

sebelumnya siswa diberi lembar fakta

menghitung

80

jumlah rata-rata dari skor masing-

guru

8. Tes Fakta

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama (Venty Meilasari)

untuk belajar di rumah guna persiapan tes selanjutnya. 9. Guru

c. Guru mengenalkan konsep dengan mengajar secara kelompok (diskusi

sekali-kali

menghentikan

singkat) dan memberikan langkah-

pembelajaran individu dan mengajar

langkah

pelajaran yang diikuti oleh seluruh

atau soal.

siswa.

menyelesaikan

masalah

d. Dalam satu kelompok siswa diminta

10. Kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi mendapatkan penghargaan.

mengerjakan soal secara individu dan

kemudian

jawaban Berdasarkan

prinsip-prinsip

mencocokkan

dengan

teman

pada

kelompok.

model pembelajaran kooperatif tipe TAI di

mengalami

atas,

pembelajaran

mengerjakan lagi dengan bimbingan

kooperatif tipe TAI yang digunakan dalam

teman yang lebih pandai (asisten).

penelitian ini adalah sebagai berikut.

Siswa yang masih belum selesai

langkah-langkah

Siswa

satu

yang

kesulitan

masih diminta

mengerjakan satu soal belum boleh 1. Pendahuluan a. Guru

mengerjakan soal selanjutnya. menyampaikan

tujuan

pembelajaran

e. Siswa melanjutkan mengerjakan tes formatif.

b. Guru melakukan

apersepsi dan

Bila

siswa

mampu

menjawab dengan benar setengah

memberikan motivasi pada siswa

atau lebih dari total soal tes formatif

c. Guru menyampaikan pokok materi

maka ia berhak mengambil soal tes

yang akan diajarkan.

unit. Jika tidak mampu menjawab

2. Kegiatan Inti

minimal setengah dari jumlah soal

a. Guru memberikan tes kemampuan

tes

formatif

maka

ia

harus

awal pada pertemuan awal. Pada

mengerjakan ulang soal formatif

penelitian ini, nilai kemampuan

dengan

awal siswa diambil dari nilai UTS

sekelompoknya

matematika semester ganjil tahun

menjawab minimal setengah dari

pelajaran 2015/2016.

jumlah semua soal.

b. Guru

membagi

siswa

dalam

dibantu

teman

sampai

mampu

f. Siswa mengerjakan tes akhir untuk

beberapa kelompok (tiap kelompok

penilaian

kelompok

dan

guru

beranggotakan

mencatat

perolehan

poin

dari

4-5

berdasarkan nilai UTS.

orang)

masing-masing kelompok.

81

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

g. Pada saat belajar dalam kelompok,

regulated learning. Kemandirian dalam

guru memonitor setiap kelompok

belajar

apabila ada masalah yang dialami

Rusman, 2010:354) perlu diberikan kepada

setiap kelompok dan sesekali guru

siswa supaya mereka mempunyai tanggung

menjelaskan materi yang dirasa

jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan

perlu untuk disampaikan kepada

dirinya dalam mengembangkan kemampu-

seluruh siswa.

an belajar atas kemauan sendiri.

h. Memberikan penghargaan kepada kelompok .

Wedemeyer

Barnard, L. et al. (2010) mengukur

aspek, yaitu environment structuring, goal bersama

guru

membuat

kesimpulan

setting, time management, help seeking, task strategis, dan self evaluation. Artinya

b. Siswa dan guru melakukan refleksi

siswa yang memiliki kemandirin belajar

c. Siswa diberi pekerjaan rumah.

mampu

menata

menetapkan Selanjutnya faktor internal yang akan dikaji

dalam

penelitian

ini

adalah

kemandirian belajar. Kemandirian berarti hal atau keadaan yang dapat berdiri sendiri tanpa

bantuan

orang

lain.

Desmita

lingkungan

tujuan

tugas, dan meng-evaluasi diri. Song

dan

Hill

a. Atribut Pribadi

tindakan

secara

bebas

perasaan, serta

(2007:31--32)

menyatakan kemandirian belajar terdiri dari

adalah kemampuan untuk mengendalikan pikiran,

mengatur

memiliki strategi dalam menyelesaikan

beberapa aspek, yaitu:

mengatur

belajar,

belajar,

waktu, mencari bantuan jika diperlukan,

(2011:185) menyatakan bahwa kemandirian

dan

(dalam

kemandirian belajar siswa dalam enam

3. Penutup a. Siswa

menurut

dan

Atribut pribadi merupakan aspek yang

berusaha

berkenaan dengan motivasi belajar,

mengontrol perasaan. Kemandirian ditandai

penggunaan

sumber

dengan ke-mampuan menentukan nasib

strategi belajar.

belajar,

dan

sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur

b. Proses

tingkah laku, bertanggung jawab, mampu

Proses

menahan diri, membuat keputusan sendiri,

berkaitan dengan kemandirian belajar

dan mengatasi masalah sendiri.

siswa dalam proses pembelajaran yang

Meskipun kemandirian berarti dapat berdiri sendiri, kemandirian belajar tidak berarti belajar secara sendiri. Kemandirian belajar juga dikenal dengan istilah self82

merupakan

aspek

yang

meliputi perencanaan, monitoring, serta evaluasi belajar.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama (Venty Meilasari)

c. Konteks

penelitian adalah stratified cluster random

Fokus dari konteks adalah faktor lingkungan tersebut

dan

bagaimana

memengaruhi

mandirian

belajar.

faktor

tingkat

Faktor

sampling.

ke-

tersebut

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

model

pembelajaran

dan

kemandirian belajar, sedangkan variable

antara lain, structure dan nature of

terikatnya

task.

matematika. Adapun teknik Pengumpulan

Berdasarkan kemandirian

uraian

belajar

tentang

tersebut,

dalam

adalah

prestasi

belajar

data meliputi metode dokumentasi yang mengumpulkan

data

kemampuan

awal

penelitian ini kemandirian belajar siswa

siswa, metode tes yang

merupakan

untuk

data prestasi belajar matematika, dan

pikiran, perasaan, dan

metode angket yang mengumpulkan data

kemampuan

mengkoordinasi tindakan

untuk

siswa

mencapai

mengumpulkan

keberhasilan

kemandirian belajar. Instrumen penelitian

belajar. Adapun aspek kemandirian belajar

berupa tes prestasi belajar dan angket

yang akan diukur, yaitu: merencanakan

kemandirian belajar.

belajar, memiliki motivasi dalam belajar,

Teknik analisis data menggunakan

memilih dan mengadaptasi strategi belajar,

analisis variansi dua jalan dengan sel tak

mengontrol diri, serta memonitor dan

sama.

mengevaluasi hasil belajar.

terlebih dahulu uji prasyarat analisis yaitu

Namun

sebelumnya

dilakukan

uji normalitas dengan metode Lilliefors dan homogenitas dengan metode

C. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental

semu

dengan

desain

Bartlett.

Selanjutnya digunakan uji Scheffe’ untuk uji lanjut pasca anava.

penelitian faktorial 2 × 3. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri se-Kota Surakarta tahun

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

pelajaran 2015/2016. Sampel yang terpilih

Hasil uji prasyarat menyimpulkan

adalah tiga sekolah, yaitu SMP Negeri 6

bahwa semua sampel berasal dari populasi

Surakarta dari kategori sekolah tinggi, SMP

yang berdistribusi normal dan homogen.

Negeri 11 Surakarta dari kategori sekolah

Selanjutnya berdasarkan uji keseimbangan

sedang, dan SMP Negeri 13 Surakarta dari

disimpulkan

kategori sekolah rendah. Adapun teknik

belajar,

pengambilan sampel yang digunakan dalam

langsung dalam keadaan seimbang. Berikut

yaitu

bahwa TAI

kedua dan

kelompok

pembelajaran

83

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

rerata prestasi belajar matematika siswa

perbedaan prestasi belajar antara siswa

disajikan pada Tabel 1 berikut.

dengan kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah. (3)

Tabel 1 Rangkuman Rerata Marginal pada Masing-Masing Sel Model Pembelajaran TAI Langsung

kemandirian belajar tinggi sedang rendah 73,103

70,263

59,818

Rerata Margin al 68,138

68,438

58,438

58,448

61,882

70,656

64,857

59,107

tidak

terdapat

pembelajaran

interaksi dan

antar

model

kemandirian

belajar

terhadap prestasi belajar matematika. Setelah ditolak,

Rerata Marginal

diterima sehingga

diperoleh

selanjutnya

bahwa

H0A

dilakukan

uji

komparasi antar baris dan diperoleh Fobs Berdasarkan

hasil

analisis

DK,

uji

dengan

DK

. Hal ini berarti bahwa

prasyarat diketahui bahwa data prestasi belajar berdistribusi normal dan homogen.

terdapat

perbedaan

Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan

matematika

menggunakan anava dua jalan dengan sel

pembelajaran

tak sama. Rangkuman anava dua jalan

langsung. Berdasarkan rerata marginalnya

dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

diperoleh

siswa

Sumber Model pembelajaran (A) Kemandirian belajar (B) Interaksi (AB) Galat Total

Dk

Fobs

1

10,004

3,893

2

12,794

3,045

2

2,6907

3,045

181 186

-

-

Berdasarkan

Kep

Tabel

2

tersebut

dengan sel tak sama dengan saraf signifikan ditolak sehingga terdapat

perbedaan prestasi belajar pada siswa yang diberi

perlakuan

model

pembelajaran

kooperatif tipe TAI dan pembelajaran langsung. (2) 84

dan

siswa

ditolak sehingga terdapat

model

pembelajaran

prestasi

belajar

dengan

model

daripada prestasi belajar matematika siswa dengan pembelajaran langsung. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian. Hasil ini juga didukung oleh hasil

diterima -

diperoleh hasil analisis variansi dua jalan

0,05. (1)

TAI

belajar

pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih baik

ditolak ditolak

yang diberi

bahwa

matematika Tabel 2 Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama

prestasi

dilakukan

oleh

menyatakan matematika pembelajaran

penelitian yang

Harmini

bahwa siswa

(2014)

prestasi

yang diberi

yang belajar model

TAI lebih baik daripada

prestasi belajar matematika siswa yang diberi

pembelajaran

langsung.

Model

pembelajaran kooperatif tipe TAI menuntut siswa

aktif

untuk

belajar

secara

berkelompok. Siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan tugas yang telah disiapkan.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama (Venty Meilasari)

Meskipun pada awalnya tugas dikerjakan

Berdasarkan

Tabel

4

dapat

secara individu, namun tetap terjadi diskusi

disimpulkan bahwa: (1) hipotesis pertama

dalam

ditolak, berarti terdapat perbedaan prestasi

kelompok.

Siswa

yang

telah

menguasai pelajaran atau telah berhasil

belajar

menjawab pertanyaaan pada tugas dengan

berkemandirian

benar harus membantu siswa yang belum

Berdasarkan rerata marginal prestasi belajar

menjawab dengan benar. Hal ini sejatinya

siswa dengan kemandirian belajar tinggi

karena

lebih

dalam

keberhasilan

pembelajaran

individu

TAI,

terjadi

jika

kelompoknya berhasil. Berbeda

matematika

baik

antara

tinggi

dan

daripada

siswa

siswa sedang.

dengan

kemandirian belajar sedang, (2) hipotesis kedua ditolak, berarti terdapat perbedaan

dengan

model

prestasi belajar antara siswa berkemandirian

pembelajaran kooperatif tipe TAI yang

belajar sedang dan rendah. Berdasarkan

melibatkan siswa secara aktif terlibat dalam

rerata marginal, prestasi belajar siswa

pembelajaran, pada model pembelajaran

berkemandirian belajar sedang lebih baik

langsung,

proses

hanya

daripada

berjalan

satu

pembelajaran

siswa

berkemandirian

belajar

arah.

Siswa

hanya

rendah, (3) hipotesis ketiga ditolak, berarti

dan

memperhatikan

terdapat perbedaan prestasi belajar antara

penjelasan dari guru. Pembelajaran dirasa

siswa berkemandirian belajar tinggi dan

kurang

yang

rendah.

Berdasarkan

mengakibatkan prestasi belajar matematika

prestasi

belajar

siswa

belajar tinggi lebih baik daripada siswa

mendengarkan

bermakna.

dengan

Hal

tersebut

menggunakan

model

pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih baik

H0B

ditolak,

siswa

marginal

berkemandirian

berkemandirian belajar rendah.

daripada model pembelajaran langsung. Karena

rerata

Hasil penelitian ini sesuai dengan

maka

hipotesis awal penelitian. Hal ini juga

dilanjutkan dengan uji komparasi ganda

didukung oleh penelitian yang dilakukan

antar kolom. Adapun hasilnya disajikan

Bayu (2014)

pada Tabel 3 berikut.

dengan

yang menyatakan siswa

kemandirian

belajar

tinggi

mempunyai prestasi belajar matematika Tabel 3 Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Kolom No H0

Fobs

1 2 3

6,698 6,286 23,798

6,092 6,092 6,092

Keputusan Uji ditolak ditolak ditolak

yang lebih baik daripada siswa dengan kemandirian belajar sedang dan rendah. Siswa dengan kemandirian belajar sedang memiliki prestasi belajar matematika yang lebih

baik

daripada

siswa

dengan

kemandirian belajar rendah. 85

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

Siswa yang memiliki kemandirian

yang lebih baik daripada siswa dengan

belajar mampu menentukan target yang

kemandirian

hendak dicapainya. Kemudian untuk men-

ketidaksesuaian antara hipotesis dan hasil

capai target tersebut, siswa merencanakan

penelitian,

cara dan strategi untuk mencapainya. Selain

langsung

itu, siswa berkemandirian belajar juga

kemandirian

memiliki inisiatif, mampu mengontrol diri,

prestasi belajar yang sama baik dengan

memonitoring serta mengevaluasi proses

siswa dengan kemandirian belajar rendah.

pembelajarannya.

Hal ini disebabkan karena siswa dengan

Pada siswa yang berkemandirian

belajar

yaitu

rendah.

pada

seharusnya

kemandirian

belajar

belajar

Terdapat

pembelajaran siswa

sedang

dengan memiliki

sedang

ternyata

belajar tinggi, siswa tersebut telah memiliki

menunjukkan semangat belajar yang lebih

persiapan dan strategi yang tepat untuk

daripada siswa dengan kemandirian belajar

mencapai target belajar yang dalam hal ini

rendah.

berupa prestasi belajar matematika. Siswa

Hasil penelitian selanjutnya, yaitu

tersebut lebih bersemangat dan termotivasi

pada setiap tingkat kemandirian belajar,

dalam belajar. Hal ini mengakibatkan

prestasi belajar matematika siswa dengan

prestasi belajar yang diperolehnya lebih

model

optimal

daripada prestasi belajar siswa dengan

dibanding

dengan

tingkat

pembelajaran

TAI

baik

kemandirian belajar yang lain. Begitupun

pembelajaran

juga siswa dengan kemandirian belajar

ketidaksesuaian hasil penelitian dengan

sedang memiliki prestasi yang lebih baik

hipotesis penelitian, yaitu pada kemandirian

daripada siswa dengan kemandirian rendah.

tinggi seharusnya siswa memiliki prestasi

Berdasarkan

Terdapat

perhitungan

belajar yang sama untuk setiap model yang

anava diperoleh bahwa H0AB tidak ditolak,

diterapkan. Hal ini disebabkan karena pada

sehingga

uji

praktiknya siswa yang diberikan model

komparasi rerata antar sel pada baris dan

pembelajaran TAI dilibatkan secara aktif

kolom yang sama. Hasil yang diperoleh,

dalam pembelajaran. Keterlibatan tersebut

yaitu pada setiap model pembelajaran,

memacu siswa dengan kemandirian tinggi

siswa dengan kemandirian belajar tinggi

untuk lebih termotivasi untuk belajar. Di

memiliki prestasi belajar matematika yang

sisi lain, pada pembelajaran langsung, siswa

lebih

dengan kemandirian belajar tinggi kurang

baik

tidak

dari

hasil

langsung.

lebih

perlu

pada

dilakukan

siswa

dengan

kemandirian belajar sedang dan rendah,

terpacu

selanjutnya

kemandirian

belajarnya. Pada pembelajaran langsung

belajar sedang memiliki prestasi belajar

siswa hanya menerima transfer ilmu yang

86

siswa

dengan

untuk

memaksimalkan

hasil

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama (Venty Meilasari)

telah disiapkan oleh guru. Tidak adanya

dari pada siswa dengan kemandirian belajar

kesempatan siswa untuk menentukaan cara

rendah.

belajarnya.

menurut

kemandirian belajar, model pembelajaran

Wedemeyer dan Moore (dalam Rusman,

TAI memberikan prestasi belajar yang lebih

2010:354) kemandirian belajar ditinjau dari

baik

dari

langsung.

ada

Pada

hakikatnya

tidaknya

kesempatan

yang

(4)

daripada

Pada

setiap

model

kategori

pembelajaran

diberikan kepada siswa dalam menentukan

Berdasarkan simpulan penelitian,

tujuan pembelajaran; dalam memilih cara

disarankan kepada guru untuk menerapkan

dan media belajar yang digunakan untuk

dapat pembelajaran kooperatif tipe TAI

mencapai tujuan; dan dalam menentukan

untuk dapat meningkatkan pestasi belajar

cara, alat, dan kriteria evaluasi belajarnya.

matematika siswa khususnya pada materi persamaan garis lurus.

E. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan

hasil

analisis

data

dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) ada pengaruh

positif

penerapan

model

pembelajaran kooperatif tipe TAI terhadap prestasi

belajar

matematika.

(2)

ada

pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar. Siswa dengan kemandirian tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kemandirian belajar sedang dan rendah. Siswa dengan kemandirian belajar sedang memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan kemandirian belajar rendah.

(3)

Pada

setiap

model

pembelajaran, siswa dengan kemandirian tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kemandirian belajar sedang dan rendah. Siswa dengan kemandirian belajar sedang memiliki prestasi belajar yang lebih baik 87

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rhineka Cipta. Awovala, AOA. and Nneji, LM. 2012. “Achivement in Cooperative versus Individualistic Goal-Structured junior Secondary School Mathematics Classroom in Nigeria”. Internasional Journal of Mathematics Trends and Tachnology. 3(1), 7-12. Awovala, AOA., Arigbabu, AA., Awovala, AA. 2013. “Effect of Framing and Team Assisted Individualised Instruction strategies on Senior Secondary School Student’s Attitude Toward Mathematics”. Acta Didacta Napocensia. 6(1), 1-22. Barnard, L., Lan, W.Y., and Paton, V. O., 2010. Profiles in Self-Regulated Learning in the Online Learning Environment. International Review of Research in Open and Distance Learning. 11(1), 61-80. Bayu, Purna Nugroho. 2014. Eksperimentasi Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) disertai Assessment for Learning melalui Teman Sejawat ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas X SMA Sekabupaten Bantul. Tesis. Surakarta: UNS. Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Harmini, Triana. 2014. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Dan Tipe Group Investigation Pada Materi Persamaan Dan Pertidaksamaan Kuadrat Ditinjau Dari Gaya Belajar Kolb Pada Siswa SMA Negeri Kelas X di Kabupaten Ponorogo.Tesis. Surakarta: UNS. Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Slavin, RE. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media. _____. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks. Song, L and Hill, J.R. 2007. A Conceptual for Understanding Self Directed Learning in Online Environments. Journal of Interactive Online Learning. 6(1). 27-41.Jebson, SR. 2012. “Impact of Cooperative Learning Approach on Senior Secondary School Students Performance in Mathematics”. Ife PsychologIA. 20(2), 107-112. Torrano and Carmen. 2004. Self-Regulated Learning: Current and Future Directions. Electronic Journal of Research in Educational Psychology. 2(1). 1-34.

88

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN DENGAN MEDIA BENDA-BENDA TERDEKAT PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 4 KELAPA TUJUH TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Suryanita*) Abstract Based on the results of daily tests on multiplication tiered math shows that learning is less successful. According to information the teacher, in everyday teaching already described verbally. Low mastery of computing capabilities in learning multiplication is due less to be exact model of learning makes student become easily bored, and less teacher’s explanation. Therefor to improve the ability of calculating the required multiplication learning model with the right media. The results of research in cycle 1 mastery of the material before learning given 31%, after the events took place actife students active students showed 59%, students were 30%, and passive students 12%. Whereas the evaluation results average 68 to 12 students completed and unfinished 8 students. Action results in cycle 2 mastery of the material before the action 48%. After the act is the student activity: active student 78%students were 18% and students pasively 4%. The evaluation results with the average 76 students completed 18 students and 2 students have not completed. Based on the above results it can be concluded that learning with media objects may improve the ability to calculate the nearest multiplication and increase students activity. Keywords : Multiplication, Nearby Objects, Teacing Elementtary Mathematics A. PENDAHULUAN Secara

umum

dengan matematika

me-

Mulyana

yang

diharapkan.

(2001:20)

Bahkan

dalam

kata

rupakan pelajaran yang dianggap sulit dan

pengantarnya menyatakan bahwa nilai

tidak disukai oleh siswa. Hal ini sesuai

matematika berada pada posisi yang

dengan hasil angket siswa kelas IV SDN 4

paling bawah, sehingga tidak heran kalau

Kelapa 7 yang menyatakan bahwa 45 %

nilai matematika dipakai sebagai tolok

siswa

ukur dari kecerdasan siswa.

tidak

matematika

dan

menyukai merasa

pelajaran sulit

untuk

Kalau kita kaji lebih dalam hal

mengikutinya. Oleh karena itu, hasil

tersebut

pembelajaran matematika tidak sesuai

siswa semata tetapi dapat juga disebabkan

*) Guru SD Negeri 04 Kelapa Tujuh

bukan

merupakan

kesalahan

89

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

oleh faktor guru itu sendiri sebagai

adalah

pendidik. Kekurangan guru yang biasa

Penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan

dilakukan

pembagian

dalam

kegiatan

belajar

hitung

dasar

yang

.Sebaik

meliputi:

apapun konsep

mengajar adalah mengambil jalan pintas

matematika yang disampaikan oleh guru

dalam pembelajaran, memberi hukuman

pada pembelajaran matematika namun

tanpa melihat lataar belakang kesalahan,

bila siswa tidak menguasai hitung dasar

menunggu

sebagai keterampilan prasaratnya maka

siswa

berbuat

salah,

mengabaikan perbedaan siswa, merasa

hasil pembelajaran kurang memuaskan.

paling pandai, tidak adil, memaksa hak siswa,

(Mulyasa,

Berdasarkan hasil ulangan harian

2005:20).

Namun

siswa kelas IV SDN 4 Kelapa 7 tahun

pengamatan

peneliti

pelajaran 2014/2015 smester I tentang

kesalahan yang biasa dilakukan guru

perkalian bersusun menunjukkan bahwa

dalam

di

20% siswa menguasai secara tuntas, 35%

cepat

siswa agak menguasai, dan 45% kurang

menurut

hasil

membelajarkan

tempat

peneliti

matematika

hingga

siswa

menjadi bosan adalah:

menguasai pada hal pada pembelajaran

1) dalam membelajarkan matematika guru

matematika

hanya

berpedoman

pada

buku

pegangan;

hafalan-hafalan; 3) kegiatan

pembelajaran

masih

memberi

contoh,

bahkan

memberikan soal-soal latihan tentang

diberi kesempatan untuk bertanya ketika guru mengajar, namun sedikit sekali

memerhatikan

keterampilan

prasarat. prasarat

memang

sangat diperlukan dalam pembelajaran, hal tersebut seperti yang dikemukakan oeh Gagne (dalam Degeng, 1997:4) bahwa setiap mata pelajaran mempunyai prasarat belajar (learning pre- requisites). Dalam hubungannya

mereka yang mengajukan pertanyaan. Ketika guru balik bertanya

Keterampilan

dengan

pembelajaran

matematika maka keterampilan prasarat yang harus dikuasai siswa umumnya 90

sudah

perkalian bersusun, dan juga siswa sudah

monoton; 4) kurang

guru

menjelaskan secara lisan, ditulis di papan tulis,

2) penyampaian konsep sarat dengan

sehari-hari

beberapa siswa yang

hanya

dapat menjawab

pertanyaan guru dengan benar, itu pun karena siswa tersebut memang pandai di kelasnya. Bila diberi tes perkalian ratarata

hasilnya

rendah.

Rendahnya

penguasaan kemampuan hitung perkalian kemungkinan besar dikarenakan guru kurang tepat dalam memilih cara atau media dalam pembelajaraan. Siswa kelas

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kota Surakarta (Venty Meilasari)

IV cara berpikirnya masih pada benda

sehingga terjadi proses belajar. Pemberian

konkret,

tidak

fasilitas belajar bagi siswa memerlukan

memperhatikan hal tersebut sehingga

suatu strategi, yaitu strategi pembelajaran.

dimungkan siswa mengalami kesulitan.

Strategi

pem-

belajaran

adalah

kegiaatan

yang

sementara

guru

Berdasarkan masalah di atas peneliti

dipilih

pengajar

menghitung perkalai dengan media benda-

pembelajaran yang dapat memberikan

benda sekitar yang dekat dengan siswa

fasilitas

antara lain dengan jari tangan dan kartu

lanacar tujuan belajar matematika Hudoyo

bilangan. Dengan menggunakan media

(dalam Harmini: 2003:9)

diharapkan

meningkatkan

siswa

dapat

kemampuan

hitung

dalam

oleh

akan berupaya meningkatkan kemampuan

tersebut

(guru)

matematika

belajara

Pengertian

proses

sehingga

media

memper-

pendidikan

menurut Aqip (2003:79) adalah segala

perkalian, lebih baktif, kreatif sehingga

sesuatu

lebih

mencapai

nimbulkan kegiatan belajar mengajar yang

ketuntasan dalan hafalan perkalian sampai

memungkinklan siswa untuk memperoleh

bilangan 100, perkalian bersusun dan

atau mencapai pengetahuan, keterampilan,

operasi perkalian.

dan perubahan sikap.

Bagaimana menggunakan media benda-

Pengertian ini bukan merupakan satu-

benda terdekat dapat meningkat- kan

satunya pengertian yang paling tepat

kemampuan menghitung siswa kelas IV

melainkan hanya merupakan salah satu

SDN 4 Kelapa 7?

jalan untuk mengambil consensus dari

banyak

siswa

Meningkatkan

yang

kemampuan

yang

digunakan

untuk

me-

meng-

adanya bermacam-macam istilah dan

hitung perkalian siswa kelas IV SDN 4

batasan. Di samping itu pengertian ini

Kelapa 7, dengan menggunakan media

perludirumuskan

benda-benda terdekat.

terdapatnya suatu landasan berpijak yang

Strategi Pembelajaran Matema- tika di

menjadi titik berangkat guna pembahasan

Media

Degeng (1997:1) mendefinisikan pembelajaran

sebagai

membelajarkan

siswa.

tersebut

maksud

lebih lanjut.

Sekolah Dasar

definisi

dengan

upaya Bertolak

pembelajaran

untuk

pendidikan

beberapa fungsi

mempunyai

yaitu fungsi sosial,

dari

fungsi edukafif, fungsi ekonomi, fungsi

dapat

politik, dan fungsi budaya, Hamalik

diartikan sebagai suatu kegiatan yang

(1980).

Dalam

hubungannya

memberikan fasilitas belajar yang baik

fungsi

edukatif

media

dengan

pendidikan

mempunyai beberapa ciri yaitu: 91

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

1) Media pendidikan identik artinya

rampilan bertanya, keterampilan membuat

dengan alat peraga yang berarti alat

penguatan,

yang bisa diraba, dilihat, didengar,

variasi,

dan diamati oleh panca indra.

keterampilan membuka

2) Tekanan utama terdapat pada benda

keterampilan

keterampilan

pelajaraan,

mengadakan

men-

jelaskan,

dan menutup

keterampilan

mengajar

atau hal yang dapat didengar atau di-

kelompok kecil, keterampilan mengelola

lihat.

kelas, dan keterampilan membimbing

3) Media pendidikan digunakan dalam

diskusi kelompok kecil.

rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran antara guru dan murid.

B. PELAKSANAAN PENELITIAN

Media pendidikan adalah semacam

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

alat bantu belajar mengajar, baik dalam kelas maupun di luar kelas. 4) Media

pendidikan

Berdasar pada latar belakang maka pendekatan

mengandung

penelitian

Pendekatan

kualitatif. mempunyai

ini

adalah

Pendekatan

aspek–aspek sebagai alat dan teknik

kualitatif

karakteristik

yang sangat erat hubungannya dengan

sebagaimana dilakukan oleh Sugiano,

metode mengajar.

(dalam Harmini:2004:21) antara lain:

Pembelajaran merupakan suatu proses

1) Kondisi objek alamiah,

yang kompleks dan melibatkan berbagai

2) peneliti sebagai objek utama,

aspek yang saling ber- kaitaan. Oleh

3) kaya akan data yang bersifat

karena

itu

untuk

menciptakan

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan

di

keterampilan

pem-

antaranya belajaran

(dari contoh ke kesimpulan atau dari

atau

khusus ke umum) dan berlangsung sejak dimulai sampai pengumpulan

Keterampilan mengajar merupakan profesional

4) analisis dilakukan secara induktif

adalah

keterampilan mengajar.

kompetensi

deskriptif keadaan,

yang

cukup

data selesai, 5) pengumpulan data dilakukan secara

komplek, sebagai integrasi dari berbagai

simultan

kompetensi guru

baik dalam hal metode, sumber, dan

secara utuh dan

menyeluruh. Thurney (dalam Mulyasa, 2005:69) mengemukakan 8 keterampilan mengajar yang sangat menentukan dalam kualitas 92

pembelajaran,

yaitu

kete-

atau

berkesinambungan,

pengumpulan data. 2. Model Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action reseach) karena

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kota Surakarta (Venty Meilasari)

penelitian

ini

untuk

Data yang diperoleh diambil dari

dan

hasil kegiatan yang berhubungan dengan



pembelajaran matematika hitung perkalian

langkah pada penelitian tindakan kelas.

dan pembagian pada siswa kelas IV SDN

Penelitian

4 Kelapa 7. Adapun data yang diperoleh

memecahkan dilakukan

dilakukan

masalah

sesuai

di

dengan

tindakan

kelas langkah

kelas

dilakukan

dengan diawali oleh suatu kajian terhadap

dalam penelitian ini adalah:

suatu masalah secara sistematis. Hasil

1) data dari angket siswa, pengamatan

kajian digunakan sebagai dasar untuk

peneliti terhadap hasil pembelajaran

mengatasi

matematika, dan dari hasilwawancara

masalah

.Dalam

proses

perencanaan yang telah disusun dilakukan observasi dan evaluasi dan hasilnya dipahami

sebagaai

masukan

untuk

melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada

tahapan

perencanaan.

Tahapan-

peneliti dengan guru kelas IV, 2) Dari hasil catatan perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung, 3) dari hasil belajar siswa melalui tes yang

dilakukan

tahapan di atas dilakukan berulang-ulang

pembelajaran

dan

pembagian.

bersinambungan

kualitas

keberhasilan

sampai

suatu

tertentu

dapat

Waktu,

Prosedur dan

Subjek

perkalian

dan

pengumpulan

data

dilakukan berdasarkan bentuk data yang ingin

Penelitian

proses

5. Prosedur Pengumpulan Data

tercapai (Wibawa 2004:4). 3. Tempat,

selama

diperoleh.

Untuk

mengetahui

Penelitian ini dilakukan di SDN 4 Kelapa

kemampuan

7

selatan

dilakukan dengan tes hasil belajar dalam

Utara.

Alasan

bentuk skor. Selanjutnya data tentang

adalah

peneliti

sikap dan perilaku serta tanggapan siswa

mengajara di SD tersebut dan lokasi SD

selama pembelajaran perkalian dilakukan

ini berada di pinggiran kota Kecamatan

melalui

Kotabumi

penelitian.

Kecamatan

Kabupaten pemilihan

Kotabumi

Lapung lokasi

ini

selatan.

Penelitian

ini

menghitung

pengamatan

perkalian

pada

subjek

dilaksanakan mulai September sampai bulan November tahun 2013 smester I, pada

kelas

IV

SDN

4

Kelapa

7

6. Analisis Data Memperhatikan jenis data yang

Tanggulangin dengan jumlah siswa 20

dikumpulkan,

ada

dua

teknik

yang

anak.

digunakan

4. Data dan Sumber Data

analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

dalam penelitian ini yaitu

Analisis kuantitatif digunakan terhadap 93

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

hasil tes, sedangkan analisis kualitatif

(3) Soal evaluasi

digunakan dalam data kualitatif yang

(4) Menentukan

diperoleh dari hasil pengamatan terhadap

jadwal

tindakan

kelas.

guru, siswa, atau hal-ahal lain yang tampak selama penelitian ini.

b. Pemberian Tindakan

7. Rancangan Penelitian

1) Sebagai

penjajagan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan

berikan

dalam dua suklus kegiatan, yaitu siklus- 1

tentang perkalian

pertanyan

guru

mem-

kepada

siswa

dan siklus- 2, masing-masing siklus terdiri

2) Guru memberikan apersepsi tentang

atas empat tahap dan dilakuan dalan satu

pentingnya kemampuan menghitung

pertemuan. Hal ini dilakukan karena

perkalian.

terbatasnya waktu yang tersedia. Tahapan

Guru mengajak siswa untuk bermain

kegiatan setiap siklus adalah:

lompat jari, mulai dari lompat dua-

1) menyusun rencana kegiatan,

dua sampai dengan lompat sepuluh.

2) melakukan tindakan,

Siswa

3) melakukan observasi, dan

memperagakan ke depan kelas.

4) membuat analisis yang di lanjutkan dengan refleksi.

yang

4) Menerapkan

sudah

mampu

permainan

pada

perkalian dengan mengulang kembali pertanyaan pada pen- jajagan, siswa

Siklus – 1

yang dapat mengacungkan tangan

a. Penyusunan Rencana Kegiatan

kemudian

Pada tahap ini guru menysun

dengan

menyebutkan pemaparan,

jawaban kemudian

rencana pembelajaran berdasar pokok

dikuatkan dengan penjelasan singkat

bahasan

dari guru.

yang

akan

diajarkan,

yaitu

menghafal perkalian sampai bilangan 100, dengan urutan:

5) Siswa dibentuk dalam kelompok. Tiap

kelompok

bilangan, 1) Menyiapkan peralatan pembelajaaran 2) Menyusun silabus 3)

Menyusun rencana pembelajaran

4) Menyusun instrumen yang terdiri atas: (1) lembar pengamatan aktivitas dan koopertif siswa. (2) Lembar pengamatan untuk guru 94

menerima

kemudian

kartu

kartu-kartu

terswbut dipasang-pasangkan hingga membentuk perkalian dan ditulis pada lembar kerja untuk di- selesaikan bersama. 6) Siswa

melaporkan

hasil

kerja

kelompok dengan menuliskan pada

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kota Surakarta (Venty Meilasari)

papan tulis. Kemudian kelompok

Topik yang dibahas pada siklus

yang lain mengoreksi hasil kerja

adalah perkalian bersusun.

kelompok yang lain.

2 ini

b. Pemberian Tindakan

7) Sebagai penguat guru memberikan Tindakan II ini dilakukan

pertanyaan secara lisan

berdasar masalah yang masih ada pada

8) Evaluasi.

siklus 1. Tindakan lebih ditekankan pada

c. Melakukan Observasi

aktifitas, kerja sama, dan kemampuan Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung observer

guru beserta

kelas

IV

teman

menghitung perkalian bersusun.

sebagai sejawat

c. Pelaksanaan Observasi Pada saat guru mengajar

melakukan pengamatan dan mencatat kejadian – kejadian selama pembelajaran

kelas

berlangsung. Hasil catatan observasi

melakukan pengamatan sebagaimana yang

bermanfaat untuk pengambila keputusan dalam

kegiataan

selanjutnya,

yaitu

IV

bersama

teman

guru sejawat

dilakukan pada siklus – 1. d. Analisis dan Refleksi

refleksi.

Pada akhir tindakan II dilakukan analisis

d. Refleksi

dan refleksi terhadap kegiatan yang telah

Dari

hasil

pengamatan

yang

dilakukan peneliti sebagai guru, hasil pengamatan

guru

kelas

IV,

dan

dilakukan. Kemudian hasil dari analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus –2.

pengamatan teman sejawat dikumpulkan dan dibahas bersama untuk mendapatkan

C. HASIL

tersebut akan dijadikan bahan untuk menentukan langkah tindakan selanjutnya pada siklus ke–2.

DAN

PEMBAHASAN

kesamaan pandangan terhadap tindakan awal pada siklus pertama. Hasil diskusi

PENELITIAN

1.

Paparan Hasil Penelitian Siklus-1

a. Persiapan Tindakan Pada kegiatan ini diawali dengan paparan data pra tindakan. Paparan data ini diperoleh dari hasil observasi peneliti

Siklus 2

pada

a. Penyusunan rencana kegiatan

disajikan oleh guru kelas IV pada tanggal

pembelajaran

matematika

yang

Rencana kegiatan disusun berdasar

12 September 2014. Hal ini dilakukan

hasil analisis dan reflesi selama siklus 1.

oleh peneliti agar mengetahui lebih dekat karakteristik siwa kelas IV dan model 95

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

pembelajaran matemataika pada kelas

2)

Kegiatan Inti

tersebut. Dalam penyajian tersebut materi

Kegiatan inti ini diawali dengan

pokok yang dibahas adalah melakukan

guru mengajak siswa untuk bermain

penaksiran

dengan

lompat jari. Permainan ini diawali dengan

operasi

guru mengenalkan kesepuluh jari dengan

indikator hitung

dan

pembulatan

membulatkan dalam

hasil

satuan,

puluhan,

dan

ratusan.

menghitung secara urut, selanjutnya jari dihitung

Dari hasil angket yang disebar pada

dengan

melompat

dua-dua

dua).

Permainan

tersebut

(kelipatan

20 siswa kelas IV menunjukkan bahwa 10

dilakukan bersama dengan siswa.

siswa

3)

tidak

menyukai

pelajaran

matematika, artinya 45% dari siswa tidak

Kegiatan Akhir Kegatan terakhir dari tindakan ini

menyukai pelajaran matematika, 7 siswa

adalah

atau 32,5% dari siswa memilih biasa-biasa

lembar evaluasi yang terdiri dari 10 soal,

saja, dan 3 siswa atau 22,5% menyatakan

5 soal perkalian dan 5 soal pembagian.

menyukai matematika. Rata-rata mereka

Guru

tidak

Setelah waktu yang ditentuka habis, siswa

menyukai

matematika

karena

mereka sulit mengikutinya.

evaluasi.

berkeliling

mengumpulkan

Guru

membagikan

mengamati

pekerjaannya

siswa.

kadepan

kelas. Sebelum ditutup guru memberi b. Pelaksanaan Tindakan

kesempatan pada siswa untuk bertanya.

Pelaksanaan tindakan ini dilakukan pada

Setelah itu masing-masing kelompok

tanggal 4 Oktober 2014, dengan bahasan

mengumpulkan kartu-kartu yang telah

menghafal

diterima ke depan kelas, dan pelajaranpun

perkalian

dan

pembagian

sampai bilangan 100, dengan waktu 2 jam

berakhir.

pelajaran ( 80) menit. Pada bagian ini

c. Observasi

penulis sebagai penyaji dibantu oleh guru

Pada

kelas IV dan teman sejawat sebagai

berlangsung diadakan observasi oleh guru

observer.

kelas Ida teman sejawat.

Urutan

penyajian

sebagai

saat

kegiatan

pembelajaran

berikut:

d. Analisis dan Refleksi

1)

Analisis dan refleksi tindakan pada siklus

Kegiatan Awal dengan

pertama adalah Pemberian nomor dada

memberikan

sebagai nomor urut absen pada siswa

beberapa pertanyaan tentang perkalian

dipergunakan untuk mempermudah guru

dan pembagian, dengan pertanyaan.

serta teman sejawat untuk melakukan

Kegiatan Penjajagan

ini

materi,

diawali guru

kegiatan. 96

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kota Surakarta (Venty Meilasari)

Tindakan 2.

Paparan Hasil Penelitian Siklus-2

tanggal

9

ini

dilaksanakan

Oktober

2014.

pada Dalam

Dari hasil analisis dan refleksi pada

pembelajaran tindakan ini materi pokok

siklus-1

perlu

yang dibahas adalah perkalian besusun

dipertahankan kedisiplinan siswa, rasa

dengan indikator melakukan perkalian

senang

dengan

kondisi

siswa

yang

mengikuti

pembelajaran

cara

bersusun,

waktu

yang

matematika, dan semangat melakukan

diperlukan 2 jam pelajaran (80 menit).

kerja kelompok. Masalah yang masih

Sama

perlu

dan

pertama, peneliti yang bertindak sebagai

keberanian siswa, kooperatif siswa, dan

guru dibantu oleh guru kelas IV dan

kemampuan

teman sejawat sebagai observer. Adapun

dipacu

adalah

hitung

aktivitas

perkalian

dan

pembagian siswa. Kemudian masalah yang masih ada adalah siswa pasif dan

dengan

tindakan

pada

siklus

urutan penyajiannya sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal

siswa kurang dapat mengikuti kerja

Sebagai apersepsi guru memberikan

kelompok. Oleh karena itu, pada tindakan

pertanyaan perkalian seperti pertanyaan

siklus kedua ini lebih ditekankan pada

pada pembahasan tindakan I. Pertanyaan

meningkatkan

kerja

ini terutama ditujukan pada siswa-siswa

kelompok atau kooperatif siswa, dan

yang bermasalah yaitu siswa yang kurang

meningkatkan

dapat mengikuti kegiatan dan siswa yang

aktifitas

siswa,

kemampuan

hitung

perkalian dan pembagian.

kurang aktif. Ternyata mereka dapat

a. Penyusunan

Perencanaan

kegiatan

ini

guru

melakukan

tersebut

walau

2) Kegiatan Inti

pertemuan lagi dengan guru kelas IV dan teman

pertanyaan

dengan waktu agak panjang,

Penelitian Pada

menjawab

sejawat

untuk

Guru mengajak siswa untuk bermain

merencakan

perkalian jari. Permainan tersebut diawali

persiapan dalam pelaksanaan tindakan

dengan guru memperagakan permainan

siklus kedua ini. Hal-hal yang perlu

perkalian kemudian siswa menirukan.

dipersiapkan

meliputi:

3) Kegiatan Akhir

peralatan,

menyusun

mempersiapkan perencanaan

Kini

tinggal

kegiatan

terakhir

pada

pembelajaran, menyusun instrumen yang

tindakan kedua ini, yaitu evaluasi. Guru

terdiri dari lembar pengamatan, lembar

membagikan

kerja, dan lembar evaluasi.

menyelesaikan lembar evaluasi tersebut

b. Pelaksanaan Tindakan

dengan

lembar

tenang.

evaluasi.

Guru

Siswa

berkeliling

mengamati kerja siswa. Setelah waktu 97

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

yang

disediakan

habis

siswa

me-

ngumpulkan lembar

evaluasi tersebut.

Sebelum

ditutup

pelajaran

membagikan

angket,

D. SIMPULAN

guru

setelah

selesai

barulah pembelajaran ditutup.

Berdasar

hasil

benda-benda dengan urutan:

siklus-2 ini berlangsung, guru kelas IV

a)

teman

sejawat

dan

dengan menggunakan media

Pada saat pelaksanaan tindakan pada

dan

data

pembahasan tentang pembelajaran hitung perkalian

c. Observasi

analisis

melaksanakan

terdekat

dilak-

sanakan

yang

dapat

berupa

Apersepsi

pertanyaan untuk membawa siswa

observasi.

menuju

d. Analisis dan Refleksi

mareri

atau

pertanyaan

penjajagan materi.

Berdasar pertanyaan yang diajukan oleh

b) Permainan jari, yang dalam hal ini

guru pada absevasi, siswa-siswa yang

pada

kurang aktif atau lambat, sudah dapat

permainan lompat jari dan siklus

menjawab kecuali siswa No.1. Menurut

kedua dengan permainan perkalian

guru kelas IV siswa tersebut mengalami

jari.

gangguan psikologis karena

menjalani

c)

siklus

pertama

dengan

Penerapan permainan pada perkalian.

operasi pada kepala. Sepulang dari operasi

d) Kerja kelompok.

daya ingatnya berkurang. masalah yang

e)

Evaluasi.

dikemukakan pada penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN

Aqip, Zainal. 2003. Karya Tulis Ilmiah Bandung: Yrama Widya. AZ, Mulyana. 2001. Rahasia Matematika. Surabaya: Edutama Mulya. Dengeng, Nyoman Sudana.1997. Strategi Pembelajaran. Malang: Ikip Malang. Depdikbud. 2004. Kurikulum Pendidikan Dasar, Garis-garis Program Pengajaran (GBPP). Jakarta: Depdikbud. Hamalik, Umar. 1982. Media Pendidikan. Bandung: Alumni. Harmini,Sri. 2004. Model Bermain Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Cacah Di Kelas III SD. Hasil Penelitian, tidak diterbitkan : Universitas Malang. 98

Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika. Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Remaja Rosda Karya. Puspita. 2004. Aneka Berhitung Cepat, tidak diterbitkan. Bandung: Dipakai untuk Kalangan Sendiri. Wibawa, Basuki. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.

99

PENERAPAN KURIKULUM 2013 UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA KELAS VII MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI SMP NEGERI 3 KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015 Oleh Hj. SITI BARAROH SA’ADAH, S.Pd.I*) ABSTRAK Dalam Kurikulum 2013 yang dirancang untuk menyongsong model pembelajaran Abad 21, ketika didalamnya akan terdapat pergeseran dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu dari berbagai sumber belajar yang melampaui batas pendidik dan satuan pendidikan. Apabila peserta didik tidak menguasai mata pelajaran tertentu harus dipastikan bahwa yang tidak dikuasainya adalah substansi mata pelajaran tersebut, bukan karena kelemahan penguasaan bahasa pengantar yang dipergunakan. Permasalahan utama yang dihadapi di SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara adalah rendahnya aktifitas belajar siswa yang disebabkan karena metode pembelajaran yang kurang bervariasi, untuk mengatasi hal tersebut salah satu metode yang dapat dipakai adalah diskusi kelompok menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan kurikulum 2013 dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas VII melalui metode diskusi kelompok menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara yang dilaksanakan pada Semester Genap Tahun 2015, penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2015 sampai dengan tanggal 11 Maret 2015. Penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dengan subjek penelitian siswa kelas VII C yang berjumlah 33 orang. Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya peningkatan aktifitas belajar siswa yang terlihat dari persentase aktifitas belajar siswa dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Aktifitas belajar siswa yang diamati yaitu Aktifitas siswa yang bercanda pada siklus I (27,3%), siklus II (10,6%), dan siklus III (3%). Aktifitas siswa yang mengganggu teman pada siklus I (24,2%), siklus II (7,55%), dan siklus III (3%). Aktifitas siswa yang bertanya pada guru pada siklus I (22,75%), siklus II (57,55%), dan siklus III (87,85%). Aktifitas siswa yang menjawab pertanyaan teman pada siklus I (43,9%), siklus II (69,7%), dan siklus III (90,9%). Aktifitas siswa yang menanggapi jawaban teman pada siklus I (33,3%), siklus II (63,6%), dan siklus III (86,35%). Aktifitas siswa yang mengerjakan LKS pada siklus I, siklus II, dan siklus III (100%). Ini berarti hipotesis diterima bahwa penerapan kurikulum 2013 dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas VII C melalui metode diskusi kelompok menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015. 100

*) Guru SMP Negeri 03 Kotabumi

Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I)

terlihat secara optimal. Salah satu model

A. PENDAHULUAN Belajar Pendidikan Agama Islam

pembelajaran

yang

diterapkan

dan Budi Pekerti juga perlu adanya

adalah

banyak latihan agar siswa mendapat

diskusi kelompok dengan menggunakan

banyak pengalaman tentang berbagai

Lembar Kerja Siswa (LKS), dengan cara

bentuk soal Pendidikan Agama Islam dan

ini siswa diharapkan memperoleh hasil

Budi Pekerti dan pemecahannya. Dalam

belajar

proses pembelajaran di sekolah yang

perubahan sikap yang positif terhadap

menggunakan

materi yang dipelajari.

kurikulum

2013,

pembelajaran

dapat

lebih

baik

melalui

dan

metode

memperoleh

hendaknya siswa memiliki minat yang

Dalam rangka meningkatkan minat

tinggi terhadap pelajaran yang diikutinya.

belajar siswa, guru perlu merancang dan

Kurangnya

mengembangkan

minat

menyebabkan

pembelajaran

yang

kurangnya perhatian, partisipasi dan usaha

memfokuskan pada interaksi siswa. Siswa

dalam proses pembelajaran, akibat dari

perlu

kurangnya minat belajar tentunya akan

menggali kemampuannya dalam belajar

berdampak pada prestasi belajarnya juga.

Pendidikan

diberi

kesempatan

Agama

luas

Islam

untuk

dan

Budi

Rendahnya aktifitas belajar siswa

Pekerti. Salah satu usaha untuk membantu

berhubungan dengan kurangnya guru

guru dalam meningkatkan minat belajar

menerapkan

siswa

model

dan

strategi

adalah

dengan

memberikan

pembelajaran yang variatif, kreatif dan

alternatif metode belajar, media belajar

inovatif dalam proses pembelajaran. Dari

dan strategi belajar. Dari sekian alternatif

kenyataan tersebut penulis merasa perlu

belajar, maka dipilih dengan diskusi

mencari solusi yang dapat meningkatkan

menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)

aktifitas belajar siswa dalam proses

dalam

upaya

pembelajaran, yaitu dengan pemilihan

belajar

siswa

metode

Pendidikan

pembelajaran

yang

dapat

meningkatkan pada

Agama

mata Islam

aktifitas pelajaran

dan

Budi

membantu siswa belajar secara mandiri

Pekerti. Dengan menggunakan Lembar

dan

harapan

Kerja Siswa (LKS), penerimaan siswa

keterlibatan dan peran aktif siswa akan

terhadap pelajaran diharapkan akan lebih

berkelompok

dengan

101

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

terkesan

secara

mendalam

sehingga

membentuk pengertian dengan baik dan mantap, juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan dibahas

setiap

saat

berlangsung.

materi

yang

pelajaran Dengan

sedang

menggunakan

B. KAJIAN PUSTAKA 6. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pembelajaran

merupakan

upaya

menciptakan kondisi dengan sengaja agar membelajarkan

siswa.

Berdasarkan

Lembar Kerja Siswa (LKS), menunjang

pengertian tersebut, proses belajar tidak

interaksi

kelas

hanya diartikan sebagai interaksi antara

sehingga memberi keuntungan bahwa

siswa dengan guru dimana guru menjadi

dengan

Kerja

satu-satunya sumber belajar siswa tetapi

Siswa (LKS) minat siswa akan lebih

diartikan sebagai interaksi siswa dengan

meningkat.

keseluruhan

belajar

mengajar

menggunakan

di

Lembar

sumber

belajar

lainnya.

Oleh karena itu perlu dikembangkan

Pembelajaran menaruh perhatian pada

metode mengajar yang melibatkan siswa

“bagaimana siswa belajar” bukan pada

untuk aktif melihat, mengamati, dan

“apa yang dipelajari siswa”. Titik tekan

menganalisis. Hasil dari analisis data

pembelajaran adalah bagaimana tujuan

tersebut penulis tuangkan dalam bentuk

belajar

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan

pembelajaran terdapat kegiatan memilih,

judul “Penerapan Kurikulum 2013 Untuk

menetapkan, dan mengembangkan metode

Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa

untuk mencapai hasil pembelajaran yang

Kelas

ingin dicapai (Hamzah B. Uno: 2004).

VII

Melalui

Metode

Diskusi

Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa

(LKS)

Pendidikan

Pada

dari

Agama

Islam

dalam

pembelajaran dan

Budi

Pekerti di SMP Negeri 3 Kotabumi

untuk mendapatkan pengertian hubungan-

Lampung

hubungan dan simbol-simbol kemudian

102

Tahun

dan

Pendidikan

Jadi,

Pekerti juga dapat diartikan sebagai proses

Utara

Islam

Pelajaran

Pengertian

dicapai.

Budi

2014/2015”.

Agama

Mata

dapat

Pelajaran

mengaplikasikannya dalam kehidupan

Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I)

sehari-hari Menurut

(Herman

Hudojo:2001).

Marsigit

menyelesaikan

(2001:40),

soal,

dan

menafsirkan solusi;

pembelajaran Pendidikan Agama Islam

4. Guru memperhatikan penguasaan

dan Budi Pekerti yaitu :

materi prasyarat yang diperlukan;

1. Kegiatan yang menelusuri pola

5. Pembelajaran dapat dilaksanakan

dan hubungan;

dengan menggunakan teknologi

2. Kegiatan

yang

membutuhkan

maupun media yang ada agar

kreatifitas, imajinasi, intuisi dan

efektif.

demonstrasi; 3. Kegiatan

yang

mencakup

7. Pandangan Tentang Pembelajaran

kegiatan pemecahan masalah;

Menurut Kurikulum 2013

4. Kegiatan

yang

Dalam pandangan Kurikulum 2013,

kegiatan

kegiatan pembelajaran adalah suatu proses

Pendidikan

pendidikan yang memberikan kesempatan

mengkomunikasikan dan

hasil-hasil

Agama Islam dan Budi Pekerti. Menurut Mathilda Susanti (2007),

bagi siswa agar dapat mengembangkan segala

potensi

yang

mereka

miliki

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

menjadi kemampuan yang semakin lama

dalam pembelajaran Pendidikan Agama

semakin meningkat dilihat dari aspek

Islam dan Budi Pekerti, yaitu :

sikap (afektif), pengetahuan (kognitif),

1. Mengkondisikan

siswa

agar

dan

keterampilan

(psikomotor).

terbiasa melakukan kreatifitas,

Kemampuan ini akan diperlukan oleh

imajinasi,

siswa tersebut untuk kehidupannya dan

intuisi

dan

demonstrasi;

untuk bermasyarakat, berbangsa, serta

2. Fokus dalam pembelajaran;

berkontribusi

pada

kesejahteraan

3. Memberikan keterampilan untuk

kehidupan umat manusia, karena itu suatu

meningkatkan kemampuan siswa

kegiatan

dalam menyelesaikan masalah,

mempunyai

misalnya

pemberdayaan semua potensi siswa agar

memahami

soal,

pembelajaran arah

yang

seharusnya menuju

memilih strategi penyelesaian, 103

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

dapat

menjadi

kompetensi

yang

diharapkan.

ilmu dalam bidang pengajaran untuk terlaksananya

Berikutnya, strategi pembelajaran

proses

belajar-mengajar

secara efektif guna mencapai kegiatan

yang digunakan oleh seorang guru di

yang telah ditentukan.

dalam kelasnya seharusnya ditujukan agar

9. Lembar Kerja Siswa (LKS)

dapat

memfasilitasi

tercapainya

Lembar

Kerja

Siswa

(LKS)

kompetensi yang telah dirancang dalam

merupakan cara kerja dalam proses

dokumen

pada

pembelajaran atau merupakan bentuk

gilirannya setiap siswa mampu menjadi

operasional dari satuan pelajaran. Lembar

pebelajar

sepanjang

Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran kerja

menjadi

yang mengandung petunjuk kerja dimana

komponen penting untuk mewujudkan

siswa dapat memperoleh tuntutan urutan

sebuah masyarakat belajar (komunitas

kerja

belajar/learning community). Kualitas lain

didalamnya. Jadi, lembaran itu adalah

yang dikembangkan kurikulum dan harus

lembaran petunjuk bagi siswa untuk

terealisasikan dalam proses pembelajaran

melakukan suatu kegiatan dalam proses

yang wujudnya dapat berupa kreativitas,

belajar-mengajar serta daftar tugas dan

kemandirian,

tempat mencatat hasil pengamatan.

kurikulum

yang

hayatnya,

sehingga

mandiri

mereka

kerja

kepemimpinan,

akan

sama,

empati,

solidaritas,

toleransi

dan

dan

mengisikan

hasil

kerja

10. Aktifitas Belajar

kecakapan hidup peserta didik guna

Belajar merupakan suatu proses

membentuk watak serta meningkatkan

yang kompleks yang terdiri dari berbagai

peradaban dan martabat bangsa.

kegiatan atau aktifitas jasmani dan rohani,

8. Metode Diskusi Kelompok

aktifitas siswa sangat diperlukan dalam

Untuk pendidikan Pendidikan

mewujudkan nasional Agama

dan

Islam

dan

tujuan

proses

tujuan

siswalah yang banyak aktif sebab siswa

Budi

sebagai subjek didik yang merencanakan sendiri

dan

dikenal istilah metodologi pengajaran.

belajar.

Jadi metodologi pengajaran adalah suatu

“Aktifitas adalah suatu kesibukan dalam

Menurut

yang

sehingga

Pekerti, maka dalam dunia pendidikan

104

dia

belajar-mengajar,

melaksanakan

Hartono

(1991:5)

Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I)

kelas secara terstruktur dan terbimbing

keterampilan serta perubahan tingkah laku

oleh guru guna meningkatkan pemahaman

ke arah yang lebih baik.

murid terhadap pelajaran yang disajikan”,

Menurut Hamalik (1983 : 3) cara

setiap reaksi yang diberikan dalam proses

belajar yang efisien artinya cara belajar

belajar-mengajar mengandung aktifitas

yang tepat, praktis, ekonomis, terarah,

sehingga makin banyak aktifitas yang

sesuai dengan situasi dan tuntutan yang

dilakukan maka dalam kita menguasai

ada guna mencapai tujuan belajar. Setelah

segala sesuatu semakin tinggi hasil belajar

kita

yang diperoleh. Hasil belajar tidak akan

sampailah kita kepada tujuan-tujuan yang

dapat

hendak

dikuasai

hanya

dengan

memahami

dicapai

penjelasan,

dalam

maka

mempelajari

mendengarkan atau membaca saja, tetapi

metode belajar yaitu untuk memperoleh

masih diperlukan kegiatan lain seperti

pengetahuan

membuat rangkuman, mengadakan tanya

kebiasaan-kebiasaan serta sikap yang

jawab, diskusi, melakukan percobaan,

baik, efisien, teratur, berencana.

tentang

belajar

dan

memecahkan soal, mengambil keputusan C. METODOLOGI PENELITIAN

dan sebagainya. Menurut mengatakan

Lufri

(2006

kreatifitas

:

133)

melahirkan

aktifitas atau kreatifitas ditunjukkan oleh adanya aktifitas, orang yang mempunyai kreatifitas tinggi biasanya menghasilkan berbagai aktifitas. Pembelajaran berbasis aktifitas (active learning) akan menuntut kreatifitas berfikir lebih banyak dari pembelajaran

biasa.

Aktifitas

yaitu

keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri pengetahuan,

sehingga

memperoleh

pemahaman

dan

Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan di Kelas VII SMP Negeri 3 Kotabumi Kabupaten

Lampung

Utara

Tahun

Pelajaran 2014/2015, dipilihnya sekolah ini sebagai tempat penelitian disebabkan penulis menjadi salah seorang pendidik di sekolah ini. Sehingga telah mengetahui permasalahan

yang

dihadapi

dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, penelitian ini dilakukan sebagai

upaya

penulis

untuk 105

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

meningkatkan Pendidikan

kualitas

Agama

pembelajaran

Islam

dan

Budi

dari 2 (dua) kali pertemuan. Prosedur penelitian

ini

adalah

perencanaan,

Pekerti dan meningkatkan aktifitas belajar

tindakan, pengamatan dan refleksi

siswa melalui metode diskusi kelompok

Instrumentasi

menggunakan

Lembar

Kerja

Siswa

Instrumen yang digunakan dalam

(LKS).

penelitian ini adalah Lembaran Observasi

2. Waktu Penelitian

yang

Waktu penelitian ini dilaksanakan selama

9

(sembilan)

minggu

pada

diisi

oleh

observasi

observer,

lembaran

digunakan

mengumpulkan aktifitas belajar siswa saat

semester genap Tahun 2015, dalam

berlangsung proses pembelajaran.

kegiatan ini peneliti mempunyai rekan

Teknik Analisis Data

selaku observer yang bertugas mengamati

2. Untuk menilai Aktifitas Belajar

kegiatan siswa yang akan diamati dalam Kegiatan

Belajar

Mengajar

untuk

Siswa secara Klasikal

(KBM).

Ketuntasan belajar ditinjau dari

Observer tersebut yaitu Ibu Bintriyanti

aspek aktifitas siswa secara klasikal,

B. S.Ag yang dipilih agar dapat sama-

peneliti melakukan penjumlahan skor

sama

siswa

yang diperoleh seluruh siswa, data yang

Belajar

terkumpul di lapangan diolah dengan

Mengajar (KBM), hal ini memudahkan

teknik presentase menggunakan rumus

peneliti

yang dikemukakan oleh Arikunto (1989 :

memperhatikan

sehari-hari

dalam

untuk

kegiatan

Kegiatan

penilaian

selanjutnya.

Apakah ada perubahan dalam penilaian

214) :

siklus I, siklus II, dan siklus III.

Persentase Aktifitas = Jumlah Siswa Aktif x 100% Jumlah Seluruh Siswa Aktifitas positif siswa meliputi

Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara yang berjumlah 33 siswa. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus, masing-masing siklus terdiri 106

siswa yang bertanya pada guru, siswa yang menjawab pertanyaan teman, siswa yang menanggapi jawaban teman, dan siswa yang yang mengerjakan LKS. Untuk

melihat

peningkatan

aktifitas

Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I)

positif siswa rendah, cukup tinggi atau sangat tinggi tersebut didasarkan pada kriteria

yang

dibuat

oleh

Suharsini

Arikuntoro (1989:54) yaitu : 81 – 100% adalah sangat baik 61 – 80%

adalah siswa baik

41 – 60%

adalah cukup

21 – 40%

adalah rendah

0 – 20%

adalah sangat rendah

Siklus I, Siklus II, dan Siklus III N o

Aktifitas Siswa

1.

Bercanda Menggangg u teman Bertanya pada guru Menjawab pertanyaan teman Menanggap i jawaban teman Mengerjaka n LKS

2. 3. 4.

5. Sedangkan untuk aktifitas negatif meliputi siswa yang bercanda, dan siswa

6.

Siklu sI (%) 27,3

Siklu s II (%) 10,6

Siklu s III (%) 3

24,2

7,55

3

22,75

57,55

87,85

43,9

69,7

90,9

33,3

63,6

86,35

100

100

100

yang mengganggu teman. Untuk melihat peningkatan aktifitas negatif siswa buruk

2)

Pembahasan

sekali, buruk, cukup, dan sangat baik

Berdasarkan hasil penelitian terlihat

tersebut menurut Slameto (2001:116)

bahwa pada siklus pertama aktifitas

kriterianya adalah :

negative

seperti

bercanda

dan

0 – 10%

adalah sangat baik

mengganggu teman lebih besar dari siklus

11 – 25%

adalah cukup

kedua dan ketiga, sedangkan aktifitas

26 – 49%

adalah buruk

positif siklus pertama lebih kecil dari

50 – 100% adalah buruk sekali

siklus kedua dan ketiga.

Dari data

keseluruhan terlihat bahwa siklus III D. HASIL

PENELITIAN

DAN

PEMBAHASAN

menghasilkan aktifitas yang lebih baik dari siklus kedua dan pertama. Berdasarkan hketerangan tersebut,

1) Hasil Penelitian dapat

disimpulkan

bahwa

penerapan

Hasil penelitian yang telah dilakukan kurikulum

2013

dapat

meningkatkan

dapat dilihat dalam tabel berikut. aktifitas belajar siswa kelas VII C melalui Rekapitulasi Hasil Pengamatan metode diskusi kelompok menggunakan Aktifitas Belajar Siswa 107

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

Lembar Kerja Siswa (LKS) pada mata

mengganggu teman pada siklus I (24,2%),

pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

siklus II (7,55%), dan siklus III (3%).

Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Kotabumi

Aktifitas siswa yang bertanya pada guru

Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 /

pada siklus I (22,75%), siklus II (57,55%),

2015.

dan siklus III (87,85%). Aktifitas siswa yang menjawab pertanyaan teman pada

E. SIMPULAN DAN SARAN

siklus I (43,9%), siklus II (69,7%), dan

A. Simpulan

siklus III (90,9%). Aktifitas siswa yang

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Penerapan Kurikulum 2013 dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas VII C melalui metode diskusi kelompok

menanggapi jawaban teman pada siklus I (33,3%), siklus II (63,6%), dan siklus III (86,35%).

Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Kotabumi

Lampung

Utara

Tahun

siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan menggunakan metode diskusi kelompok menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yaitu perolehan nilai rata-rata aktifitas belajar siswa mengalami peningkatan diantaranya Aktifitas siswa yang bercanda pada siklus I (27,3%), siklus II (10,6%), dan siklus III (3%). Aktifitas siswa yang 108

yang

dan siklus III (100%). B. Saran Dari

seluruh

bahasan

dalam

penelitian ini, ada beberapa saran yang kiranya menjadi penting dikemukakan, yaitu sebagai berikut :

pelajaran 2014 / 2015. Bukti-bukti yang menunjukkan peningkatan aktifitas belajar

siswa

mengerjakan LKS pada siklus I, siklus II,

menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Aktifitas

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti melalui metode diskusi kelompok menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk

meningkatkan

aktifitas

belajar

siswa. Untuk bentuk, isi, dan tampilan Lembar

Kerja

dikembangkan

Siswa kembali

(LKS)

dapat

agar

lebih

menarik, dengan tetap memperhatikan kriteria-kriteria penyusunan Lembar Kerja

Penerapan Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Kelas Vii Melalui Metode Diskusi Kelompok Menggunakan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Smp Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014 / 2015 (Hj. Siti Bararoh Sa’adah, S.Pd.I)

Siswa

(LKS),

berminat

sehingga

dalam

siswa

mengikuti

lebih proses

pembelajaran dan pada akhirnya hasil belajar

siswa

dapat

diperoleh

lebih

optimal. DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013. Buku Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP / MTs Kelas VII. Dwi Hartini. 2001. Efektivitas Penggunaan Metode Diskusi Menggunakan LKS. Skipsi: UNY Endang R. W. 2006. Metode Penelitian Kelas. Semarang: FMIPA UNNES Nur Farida. 2004. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan LKS. Skripsi: UNY Soedarsono. 1988. Beberapa Prinsip dalam Penelitian. Yogyakarta: Bimbingan Penelitian Karya Ilmiah FIP IKIP Yogyakarta Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara Suryobroto. 1986. Mengenal Metode Pengajaran dari Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Uzer Usman & Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

109

PEMANFAATAN MULTIMEDIA DALAM PENDIDIKAN

Khusnul Khotimah, S.Kom.*) Abstrak Perkembangan teknologi dan komunikasi memberi dampak besar dalam kehidupan manusia. Kemajuan pesat teknologi juga mempengaruhi bidang pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. dampak dari kemajuan teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran dilihat dengan penggunaan media pembelajaran. Media yang dikembangkan di era visualisasi informasi atau lebih dikenal sebagai visualisasi multimedia membuatnya lebih menarik. Dapat dikatakan bahwa dunia pendidikan dewasa ini hidup dalam dunia multimedia, dimana kegiatan pembelajaran saat ini selalu dikaitkan dengan pemanfaatan multimedia. Kata kunci: Multimedia, pembelajaran A. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan yang seiring dengan kemajuan secara pesat teknologi

dan

komunikasi,

menjadikan

terbentuknya sebuah paradikma baru dalam kehidupan manusia. Kemajuan teknologi memberikan pengaruh besar dalam segala bidang. Salah satu contoh bidang yang dipengaruhi adalah bidang pendidikan. Menurut

Undang-undang

Republik

Indonesia tahun 2003, nomor 20, bab 1, pasal

1,

dan

ayat

20

pembelajaran

merupakan suatu proses interaksi siswa dengan pendidik dan bahan/sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sehingga dapat

di

tarik

kesimpulan

bahwa

pembelajaran bukan hanya interaksi antara guru

dan

siswa

atau

dosen

dengan

mahasiswa tetapi juga melibatkan sumber belajar, jadi siswa/mahasiswa tidak hanya

110

memperoleh

materi

pelajaran

guru/dosen,

melainkan

dari

siswa/mahasiswa

juga dapat memperoleh informasi materi dari sumber belajar lain. Peran seorang guru/dosen disini adalah sebagai fasilitator dan mediator yang menjadikan suasana belajar mengajar menjadi lebih menarik dan kondusif. Pembelajaran yang selama ini masih dilakukan secara konvensional mulai beralih dengan

model

melibatkan dikenal

pembelajaran

teknologi

dengan

yang

didalamnya

pembelajaran

yang

berbasis

multimedia. Proses belajar mengajar yang seringkali dihadapkan pada materi-materi yang abstrak dan di luar pegetahuan siswa/mahasiswa sehari-hari, menjadikan materi ini sulit diajarkan guru/dosen dan sulit juga dipahami siswa/mahasiswa dengan model pembelajaan yang konvensional. Sehingga Penerapan

*) Staf Pengajar Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Kotabumi

multimedia interaktf

Pemanfaatan Multimedia dalam Pendidikan (Khusnul Khotimah, S.Kom)

dalam

model

pembelajaran

memiliki

2.

Menrut Hofstetter multimedia adalah

keunggulan dibandingkan dengan model

pemanfaatan komputer untuk membuat

pembelajaran

Multimedia

dan menggabungkan teks, grafik, audio,

interatif mampu memvisualisasikan materi

gambar bergerak (video dan animasi)

pembelajaran secara menarik, jelas, dan

dengan menggabungkan link dan tools

tentunya

yang

konvensional.

mudah

siswa/mahasiswa.

dipahami Adanya

oleh

kemudahan

memungkinkan

melakukan

dalam proses pembelajaran yang didukung

navigasi,

pemakai berinteraksi,

berkreasi dan berkomunikasi.

teknologi memberikan kemudahan dalam C. JENIS MULTIMEDIA

proses belajar mengajar.

Adapun jenis/model-model multimedia

B. PENGERTIAN MULTIMEDIA

menurut Padmanthara (2006) dan Roblyer Multimedia berasal dari bahasa latin secara etimologis, yaitu “multi” yang artinya

dan Doering (2010), adalah sebagai berikut. 1.

Tutorial

banyak dan “medium” yang artinya sesuatu

Jenis/model tutorial merupakan salah

yang dipakai untuk membawa sesuatu atau

satu jenis/model pembelajaran yang memuat

menyampaikan.

dan

penjelasan, rumus, prinsip, bagan, tabel,

berarti

definisi istilah, latihan dan percabangan

Doering

Menurut

(2010)

Roblyer

Multimedia

“Beberapa media” atau “kombinasi media”.

yang

Media dapat berupa grafis dan foto-foto,

dikarenakan terdapat langkah/cara untuk

suara, video gerak, animasi, dan/atau teks

berpindah

yang dikombinasikan dalam produk yang

pembelajaran

tujuannya adalah untuk mengkomunikasikan

jawaban siswa/mahasiswa terhadap bahan,

informasi dalam berbagai cara.

soal-soal, ataupun pertanyaan-pertanyaan.

Beberapa

definisi

multimedia

sesuai.

Dikatakan

atau

percabangan

bergerak

berdasarkan

melalui

respon

atau

menurut

Jenis/model tutorial yang dirancang

beberapa ahli seperti dikutip dalam Benardo

dengan baik dapat memberikan berbagai

(2011) diantaranya:

keuntungan

1.

Menurut Robin dan Linda multimedia

guru/dosen. Dalam interaksinya dengan

adalah alat yang dapat menciptakan

siswa/mahasiswa,

persentasi yang dinamis dan interaktif,

komputer ini tidak sefleksibel guru/dosen

yang mengkombinasikan teks, grafik,

yang berhadapan dengan siswa/mahasiswa,

animasi, audio, dan gambar video.

dikarenakan

bagi

siswa/mahasiswa

jenis/model

komputer

dan

tutorial

mempunyai

keterbatasan dibandingkan dengan manusia. 111

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

Akan

tetapi

jenis/model

tutorial

mempraktekkan konsep yang sudah ada.

komputer menawarkan keuntungan yang

Jadi jenis/model ini merupakan bagian dari

melebihi kemampuan seorang guru/dosen

testing/ujicoba.

dalam

banyak

diimplementasikan pada siswa/mahasiswa

siswa/mahasiswa sekaligus secara individual

yang telah mempelajari kemampuan dasar

dalam waktu yang sama. Informasi dan

dengan tujuan untuk memantapkan konsep

pengetahuan

yang

berinteraksi

interaksi

dengan

yang

disajikan

jenis/model

tutorial

melalui sangat

Jenis/model ini dapat

telah

dipelajarinya,

siswa/mahasiswa

telah

dimana

siap

mengingat

komunikatif, seolah-olah ada tutor yang

kembali atau menerapkan pengetahuan yang

mendampingi siswa/mahasiswa yang secara

telah dimilikinya.

langsung memberikan arahan. Jenis/model

3.

tutorial bertujuan untuk menjelaskan materi,

Hybrid Jenis/model

hybrid

merupakan

mengajukan pertanyaan dan memberikan

gabungan dari dua atau lebih model

umpan

multimedia

balik

sesuai

dengan

jawaban

pembelajaran. jenis/model

Contoh

siswa/mahasiswa.

penggunaan

2.

Drill and Practice

penggabungan model tutorial dan model

Jenis/model drill and practice memiliki

drill and practice dengan tujuan untuk

yaitu

anggapan bahwa konsep (kemampuan dasar)

memperkaya

telah dikuasai oleh siswa/mahasiswa dan

menjamin

mereka telah siap untuk penerapan rumus-

menemukan metode-metode yang berbeda

rumus, bekerja dengan kasus-kasus konkret,

guna meningkatkan pembelajaran.

dan menjelajahi daya tangkap mereka

kegiatan

hybrid

siswa/mahasiswa,

ketuntasan

belajar,

serta

Meskipun jenis/model hybrid bukan

terhadap materi. Fungsi utama latihan dan

merupakan

praktik

jenis/model ini menyajikan metode yang

dalam

program

pembelajaran

model

kegiatan

unik,

tetapi

berbantuan komputer memberikan praktik

berbeda

sebanyak mungkin terhadap kemampuan

Melalui

siswa/mahasiswa.

memungkinkan pengembangan pembelaja-

Cara kerja Drill and

pada

yang

jenis/model

practice ini meliputi tampilan dari sebuah

ran

masalah atau pertanyaan, penerimaan respon

menyediakan

dari peserta pelatihan, koreksi jawaban, dan

pembelajaran yang lengkap.

dilanjutkan

4.

dengan

pertanyaan

lainnya

berdasarkan kebenaran jawaban.

112

instruksi,

melainkan

hybrid

komprehensif seperangkat

ini

seperti kegiatan

Socratic Jenis/model socratic ini berisi dialog

Jenis/model ini tidak menampilkan sebuah

secara

pembelajaran.

hanya

atau percakapan

antara komputer

dan

pengguna pelatihan dalam natural language.

Pemanfaatan Multimedia dalam Pendidikan (Khusnul Khotimah, S.Kom)

Mixed-Initiative

CAI

sebutan

untuk

sulit, berbahaya atau memerlukan biaya

pengguna pelatihan yang dapat menjawab

tinggi, sebagai contoh pelatihan seorang

sebuah pertanyaan.

pilot pesawat terbang.

5.

7.

Problem Solving

Instructional Games

Jenis/model problem solving adalah

Jenis/model ini apabila didesain dengan

latihan yang secara sifat lebih tinggi

baik dapat memanfaatkan sifat kompetitif

daripada model drill and practice. Tugas

siswa/mahasiswa untuk memotivasi diri dan

terdiri dari beberapa langkah dan proses

meningkatkan

disajikan kepada siswa/mahasiswa yang

perancangan game pembelajaran model ini

menggunakan komputer sebagai alat atau

harus yakin bahwa dalam hal menciptakan

sumber untuk mencari pemecahan. Dalam

suasana permainan, integritas dari tujuan

program problem solving, komputer harus

pembelajaran tidak akan hilang.

sejalan terhadap

dengan

pendekatan

masalah,

serta

kesalahan-kesalahannya

mahasiswa menganalisis

Jenis/model diterapkan

ini

pada

Desain

sangat

tepat

siswa/mahasiswa

atau

jika yang

Siswa/

senang bermain. Untuk lebih meningkatkan

mahasiswa dalam penyelesaian masalah

motivasi belajar siswa/mahasiswa dapat

tidak hanya sekedar mengingat materi dasar

dibuat desain yang menarik untuk sarana

atau konsep-konsepnya, melainkan harus

bermain sekaligus belajar.

dapat

8.

menganalisis

mereka.

belajar.

dan

sekaligus

memecahkan masalah. Jenis/model ini mirip

Inquiry Jenis/Model Inquiry merupakan suatu

sekali dengan drill and practice, tetapi

sistem

memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi.

memperkaya pengetahuan siswa/mahasiswa.

6.

Simulations

Sistem

Jenis/model Simulasi merupakan model

dikonsultasikan oleh siswa/mahasiswa.

dengan

situasi

kehidupan

nyata

yang

9.

pangkalan

pangkalan

data

data

yang

yang

dapat

dapat

Informational

dihadapi siswa/mahasiswa, yang maksudnya

Jenis/model Informasional penyajian

untuk memperoleh pengertian menyeluruh

bentuk informasi biasanya dalam bentuk

tentang proses.

daftar atau tabel. Jenis/model ini menuntut

Jenis/model simulasi digunakan untuk

sedikit interaksi dari pemakai.

memperagakan suatu keterampilan sehingga siswa/mahasiswa merasa seperti berada di Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

dalam

keadaan

yang

sebenarnya.

Jenis/model simulasi biasanya digunakan

D. FUNGSI MULTIMEDIA

untuk pembelajaran dengan materi yang 113

Multimedia diartikan sebagai Substitusi Menurut Robblyer dan Doering (2010) Fungsi dari multimedia adalah sebagai berikut: 1.

dapat menggantikan sebagian besar peran guru/dosen dalam kegiatan pembelajaran,

Suplemen (Tambahan)

sehingga dapat menjadi alternative suatu

Multimedia diartikan sebagai suplemen (tambahan) apabila seorang guru/dosen dan siswa/mahasiswa

memiliki

kebebasan

memilih, apakah untuk materi pelajaran tertentu akan memanfaatkan multimedia atau tidak. Dalam hal ini, guru/dosen dan siswa/mahasiswa tidak ada keharusan untuk memanfaatkan

multimedia.

Walaupun

sifatnya opsional, bagi guru/dosen yang memanfaatkan

multimedia

yang

sesuai

dalam pembelajaran tentu akan memberikan tambahan pengetahuan atau wawasan bagi siswa/mahasiswanya. 2.

(Pengganti) apabila multimedia tersebut

para siswa/mahasiswa dapat secara lebih fleksibel

dalam

pembelajarannya

mengelola sesuai

kegiatan

dengan

gaya

belajar, waktu belajar, dan kecepatan belajar masing-masing siswa/mahasiswa. Terdapat 3 (tiga) alternatif dalam model kegiatan pembelajaran yang bisa dipilih guru/dosen dan siswa/mahasiswa, yaitu: (1) pembelajaran sepenuhnya dilakukan secara tatap muka langsung dan pembelajaran disertai dengan pemanfaatan multimedia, (2) pembelajaran sebagian dilakukan secara

Komplemen (Pelengkap) Multimedia

model pembelajaran. Tujuannya adalah agar

diartikan

tatap muka langsung dan sebagian lagi sebagai

komplemen (pelengkap) apabila multimedia yang dibuat digunakan untuk melengkapi

melalui

pemanfaatan

multimedia

(3)

pembelajaran dilakukan sepenuhnya melalui pemanfaatan multimedia.

atau menunjang materi pembelajaran yang sampaikan

kepada

siswa/mahasiswa

di

dalam kelas. Karena sifatnya pelengkap

E. MANFAAT MULTIMEDIA DALAM PENDIDIKAN

maka multimedia dibuat merupakan materi pengayaan

atau

remedial

bagi

siswa/mahasiswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Tujuannya multimedia ini adalah

meningkatkan

penguasaan

pemahaman

siswa/mahasiswa

dan

terhadap

materi pelajaran yang disajikan di dalam kelas. 3. 114

Substitusi (Pengganti)

Pemanfaatan

multimedia

pembelajaran siswa/mahasiswa pengalaman penggunaan mempermudah

yang

dalam

dapat

membantu

dan

memberikan

bermakna,

multimedia siswa/mahasiswa

sebab dapat dalam

memahami sesuatu materi yang abstrak dan memvisualisasikannya menjadi hal yang

Pemanfaatan Multimedia dalam Pendidikan (Khusnul Khotimah, S.Kom)

lebih konkrit. Edgar Dale mengklasifikasi

mengerti makna yang tertuang didalamnya

pengalaman belajar anak dari dari hal-hal

sehingga dapat menimbulkan kesalahan

yang paling konkrit sampai kepada hal-hal

persepsi dari siswa. Oleh karena itu,

yang dianggap paling abstrak, dimulai dari

sebaiknya siswa diberikan pengalaman lebih

siswa/mahasiswa yang turut berpartisipasi di

konkrit

dalam pengalaman nyata, kemudian menuju

pembelajaran dapat dicapai.

sehingga

sasaran

dan

tujuan

pada siswa/mahasiswa sebagai pengamat

Berdasarkan hasil penelitian Mayer &

suatu kejadian nyata, dilanjutkan pada

McCarthy dan Walton dalam Sidhu (2010)

siswa/mahasiswa

pengamat

pemanfaatan

disajikan

pembelajaran dapat meningkatkan hasil

terakhir

belajar 56%, konsistensi dalam belajar 50-

siswa/mahasiswa sebagai pengamat suatu

60% menjadi lebih baik dan ketahanan

kejadian yang disajikan dengan simbol.

dalam memori 25-50% lebih tinggi.

terhadap

sebagai

kejadian

menggunakan

Jenjang

media,

yang dan

konkrit-abstrak

ditunjukkan

multimedia

dalam

proses

Sutopo (2005) mengemukakan bahwa

oleh bagan berbentuk kerucut pengalaman

sistem multimedia

dalam pembelajaran

(cone of experiment) berikut:

mempunyai beberapa keuntungan, yaitu: (1) dapat mengurangi waktu dan ruang yang dipergunakan

untuk

menyimpan

dan

menampilkan dokumen kedalam bentuk elektronik media

dibandingkan kertas;

produktivitas

dalam

(2)

dengan

bentuk

meningkatkan

cara

menghindari

hilangnya suatu file; (3) dapat menampilkan atau akses dokumen dalam waktu yang bersamaan dalam tampilan layar; (4) dapat Perolehan

pengetahuan

dari

siswa

memberi

tampilan

informasi

dalam

secara

dalam Kerucut berdasarkan pengalaman

multidimensi

Edgar Dale di atas menunjukkan bahwa

meminimalkan waktu dan biaya dalam

pengetahuan akan semakin abstrak jika

pembuatan

pesan yang disampaikan hanya melalui kata

memberikan

verbal. Hal ini memungkinkan terjadinya

informasi yang dibutuhkan dengan interaksi

verbalisme. Artinya siswa hanya tahu

secara

mengenai kata tanpa memahami ataupun

multimedia adalah memungkinkan adanya

sebuah

organisasi;

foto;

fasilitas

visual.

Selain

serta

kecepatan

itu,

(5)

(6) akses

manfaat

dialog, meningkatkan unsur kreativitas, 115

Jurnal Eksponen, Volume 6, Nomor 1 April 2016

memberikan

fasilitas

memperkaya

kolaborasi,

pengalaman,

serta

meningkatkan suatu keterampilan. Berdasarkan disampaikan,

uraian

bagaimana

telah

multimedia

memanfaatkan

multimedia bisa menjadi lebih efektif sehingga

yang

pemanfaatan

tentang

mampu

menghasilkan

gambaran/ide-ide untuk pembelajaran. Harus

diingat

bahwa

hanya

bertindak

teknologi

dalam pembelajaran, dapat 1) meningkatkan

multimedia

motivasi dan kreativitas, keterampilan dan

pelengkap, atau alat bantu dalam pengajaran

semangat atau gairah belajar, memberi

yang tidak dapat mengambil alih tempat dan

konsistensi dalam belajar, ketahanan dalam

tugas

mengingat dan hasil belajar, 2) penyajian

pemanfaatan

pesan yang menjadi lebih mudah, 3)

pembelajaran akan menjadi lebih menarik,

mengatasi keterbatasan dalam penggunaan

interaktif, materi yang bersifat abstrak dapat

waktu, tempat, dan daya indera, baik untuk

divisualisasikan,

siswa/mahasiswa maupun guru/dosen, 4)

kreativitas, keterampilan, gairah belajar

mengembangkan kemampuan siswa untuk

siswa/mahasiswa dan peningkatan hasil

berinteraksi langsung dengan lingkungannya

belajar.

dan

bahan/sumber

belajar,

5)

memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri sesuai kemampuan dan minatnya, dan

6)

memungkinkan

bagi

para

siswa/mahasiswa untuk dapat mengevaluasi dan mengukur sendiri hasil belajarnya. F. KESIMPULAN TidaK dipungkiri lagi jika teknologi berbasis multimedia mampu memberikan perubahan

yang

besar

dalam

bidang

pendidikan. Proses pembelajaran dengan pemanfaatan

multimedia

mengintegrasikan

antara

yang

mampu

teks,

grafik,

animasi, audio-video dalam sebuah tampilan yang menarik untuk pengajaran. Namun hal yang paling penting adalah pemahaman 116

seorang

sebagai

guru/dosen.

Dengan

multimedia

proses

meningkatkan

motivasi

Pemanfaatan Multimedia dalam Pendidikan (Khusnul Khotimah, S.Kom)

DAFTAR RUJUKAN

Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas. Mugiono, Adi Winata. 2014. Pengembangan Modul Interaktif Materi Apresiasi Puisi Dan Prosa Untuk Sekolah Menengah Kejuruan Wiratama Kota Gajah http://digilib.unila.ac.id/view/creators/Mugiono=3AADI_WINATA=3A=3A.html [diakses 25 September 2015] Patmanthara, Syaad. 2006. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pengembangan Pembelajaran Melalui Web Sekolah. dalam Jurnal Teknodik Des 2006. Jakarta : Pustekkom Depdiknas. Periangan, Benardo. 2011. Perancangan Media Interaktif Belajar Mengenal angka Bagi Anak Prasekolah. Bandung : Universitas Komputer Indonesia Roblyer, M & Doering, A.H. 2010. Integrating Educational Technology Into Teaching. Boston: Pearson Education, Inc. Sidhu, Manjit Singh. 2010. Technology-Assisted Problem Solving for Engineering Education: Interactive Multimedia Applications. New York: IGI Global. Sutopo, Ariesto Hadi. 2005. Multimedia interaktif dengan flash. Yogyakarta: Graha Ilmu.

117

118

FORMULIR BERLANGGANAN Saya/kami ingin berlangganan Eksponen STKIP Muhammadiyah Lampung kotabumi mulai nomor ….. hingga nomor ….. Mohon jurnal ilmiah tersebut dapat disampaikan kepada Nama : Alamat : Bersama ini saya/kami kirimkan pembayaran melalui rekening Taplus BNI 46 nomor 0080448129 atas nama Sri Widayati untuk ……………………….. terbitan dengan harga per eksemplar* Rp25.000 untuk satu kali penerbitan Rp40.000 untuk satu tahun (dua kali penerbitan) ..........................., 20…….. Pelanggan

………………………….. *bubuhkan tanda √ pada pilihan yang dimaksud

119

PERSYARATAN NASKAH UNTUK EKSPONEN JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA 1.

2.

3.

4.

5.

6. 7. 8.

9.

10.

120

Tulisan harus asli, berupa artikel pemikiran teoretik atau (diutamakan ) penelitian empirik di bidang bahasa, sastra, dan pembelajaran bahasa dan sastra atau pendidikan umum yang dianggap penting dan perlu diketahui pembaca. Panjang tulisan minimal 10 dan maksimal 25 halaman (termasuk daftarv referensi) diketik sepasi ganda pada kertas A4. Dengan pias (margin) kiri 4 cm, kanan, atas, dan bawah masing-masing 2,5 cm. Artikel diketik dengan program komputer Ms. Word sebaiknya gunakan time new ruman font 12. Penyaji domohon mengimkan satu cetakan (print out) dan cakram padat atau bagi yang berkesempatan datang langsung dapat meminjamkan flash drive untuk dikopi. Artikel penelitian emperik memuat judul, nama dan afilasi penulisan, absrak (dalam bahasa Inggris, dan Indonesia, 50-100 kata), kata kunci, dan isi. Isi ditulis dengan sistematika dan persentase jumlah halaman; (a) Pedahuluan (tanpa subjudul) yang memuat latar belakang, permasalahan, tujuan, tinjauan pustaka/penelitian terdahulu, kerangka pikir, dan hipotesis (25 %) ; (b) metode yang memuat rancangan, sampel/sumber data, instrumen pengukuran, teknik analisis data (15%); (c) hasil (25%); (d) Pembahasan (30%); (e) Simpulan dan saran (15 %); (f) daftar rujukan. Artikel telaah kritis teoretis memuat judul, nama dan afilasi penulisan, absrak (dalam bahasa Inggris, dan Indonesia, 50-100 kata), kata kunci, dan isi. Isi ditulis dengan sistematika dan persentase jumlah halaman; (a) Pedahuluan (tanpa subjudul) yang memuat latar belakang, permasalahan, tujuan, tinjauan dan runag lingkup (25 %) ; (b) Pembahasan (dibagi atas beberapa subjudul) yang memuat kajian pustaka dan hasil telaah kritis (75%); (e) Simpulan dan saran (10 %); (d) daftar rujukan. Cantumkan tempat dan tanggal penyelesaian dan revisi artikel pada akhir, misalnya Kotabumi, 10 Maret 2008 (Rev.25 November 2008) Biodata singkat penulis dan identitas penelitian dicantumkan sebagai catatan kaki pada halaman pertama artikel. Sumber rujukan dibuat dalam bodynote, dengan mencantumkan nama belakang semua penulis (untuk penulis lebih dari tiga hanya disebut satu orang disertai dkk) tahun terbit , dan nomor halaman semua sumber rujukan ditulis lengkap dalam daftar rujukan pada akhir naskah berdasarkan abjad dengan urutan sebagi berikut; (1) untuk buku: (a) nama akhir/belakang, (b) koma, (c) nama pertama, (d) titik, (e) tahun penerbit, (f) titik, (g) judul dan subjudul dengan huruf miring, (h) titik, (i) kota penerbit, (j) titik dua, (k) nama penerbit, dan (1) titik; (2) untuk artikel dalam jurnal/majalah ilmiah: (a) nama akhir/belakang, (b) koma, (c) nama pertama, (d) titik, (e) tahun penerbit, (f) titik, (g) petik buka, (h) judul artikel, (i) titik, (j) petik tutup, (k) nama jurnal dengan huruf miring, (1) koma, (m) volume, (n) koma, (o) nomor, (p) titik. Jika artikel diterbitkan dalam sebuah buku, cantumkan kata "dalam" sebelumnya editor dan buku tersebut ; dan (3) untuk artikel dalam jurnal yang diunduh dari internet: (a) nama akhir/belakang, (b) koma, (c) nama pertama, (d) titik, (e) tahun penerbit, (f) titik, (g) petik buka, (h) judul artikel, (i) titik, (j) petik tutup, (k) nama jurnal dengan huruf miring, (1) koma, (m) volume, (n) koma, (o) nomor, (p) titik, (q) kata "Online" dalam tanda kurung, (r) alamat situs, (s) tanggal diakses dalam tanda kurung, dan (t) titik. Artikel dikirim paling lambat dua bulan sebelum bulan penerbitan kepada EKSPONEN, d.a. Jurusan Pendidikann Matematika, STKIP Muhamadiyah Kotabumi-Lampung, Jalan Hasan Kepala Ratu Nomor 1052 Singdangsari, Kotabumi Lampung Utara 34517, Telepon (0724) 22287. Email:[email protected] Kepastian pemuatan atau penolakan artikel akan diberitahukan secara tertulis. Naskah yang tidak dimuat dapat diambil kembali pada alamat di atas.

Pak fahmi, Mohon di buatkan barcode. terimakasih

Eksponen Volume 6 Nomor 1 April 2016.pdf

Page 1 of 125. ISSN: 2085-966X. EKSPONEN. Volume 6, Nomor 1 April 2016. PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN ...

2MB Sizes 7 Downloads 199 Views

Recommend Documents

Jurnal Elsa Volume 14 Nomor 1 April 2016.pdf
Whoops! There was a problem loading more pages. Retrying... Jurnal Elsa Volume 14 Nomor 1 April 2016.pdf. Jurnal Elsa Volume 14 Nomor 1 April 2016.pdf.

Volume 1 - Issue 6.pdf
speaks of Abraham and how he was justified by works. God. told him to sacrifice his son. He took God at His word (faith). and made every preparation. Abraham ...

Newsletter Volume 1 Issue 1 April 2011 trifold inside final.pdf ...
... Mr. Horn if you have ideas for. the garden or ideas for further funding opportunities! Page 1 of 1. Newsletter Volume 1 Issue 1 April 2011 trifold inside final.pdf.

PERKA-BKN-NOMOR-1-TAHUN-2016-PELAKSANAAN ...
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Main menu.

JLLT 6 Volume (2015) Issue 1.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. JLLT 6 Volume ...

(iJOE) - Volume 6, Special Issue 1: REV2010 ... - Online-Journals.org
automotive control and spectral analysis. A web-based software development environment allows students creat- ing and building C applications that can be ...

(iJOE) - Volume 6, Special Issue 1: REV2010 ... - Online-Journals.org
A WEB-BASED LABORATORY FOR DIGITAL SIGNAL PROCESSING ... automotive control and spectral analysis. A web- .... academic year 2009/2010 students attending the bachelor degree in Electronic Engineering were asked to compile a.

Minutes April 6, 2012.pdf
Loading… Whoops! There was a problem loading more pages. Whoops! There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Minutes April 6, 2012.pdf. Minutes April

Newsletter Volume 1 Issue 1 April 2011 trifold front final.pdf ...
Trinity Episcopal Church, Betty's Restaurant, Rust Belt. Books and Hispanics United For Donating Space To The. VETTE Block Club To Host Our Meetings! Page 1 of 1. Newsletter Volume 1 Issue 1 April 2011 trifold front final.pdf. Newsletter Volume 1 Iss

Newsletter 6 April 2017.pdf
Morrison, Emerson Murphy. Winning House: MacKillop. Page 3 of 4. Newsletter 6 April 2017.pdf. Newsletter 6 April 2017.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In.

April 6, 2018.pdf
5 days ago - AP exam fees and transportation forms are due to Guidance by April 9th. Checks are made. payable to ILHS. Lost and found will be removed April 13th. Please take a look and see if you might have something there. Prom is May 19th! Prom tic

2016 April 6 Minutes.pdf
Page 2 of 2. 2016 April 6 Minutes.pdf. 2016 April 6 Minutes.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Displaying 2016 April 6 Minutes.pdf.

NOMOR 42.pdf
There was a problem loading this page. Retrying... NOMOR 42.pdf. NOMOR 42.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Displaying NOMOR 42.pdf.

NOMOR 33.pdf
Perangkat Daerah clan Masyarakat sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan;. Penyelenggaraan pelayanan penataan ruang sebagaimana dimaksud ...

Minutes April 6, 2012.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Minutes April 6 ...

6-8 april ntr.PDF
NOTICE: The data contained within this report and the NUTRIKIDS® Menu Planning ... 400. 7. 76. *N/A*. 500. 0.0. 0.66. 10.27. 36.0. 2.4. *N/A*. *1. *N/A*. *N/A*.

NOMOR 7.pdf
mengkoordinasikan penyiapan terhadap materi kesepakatan. bersama dan rancangan perianiian ker.l'asama;. n. o. p. Page 3 of 4. NOMOR 7.pdf. NOMOR 7.

NOMOR 11.pdf
1. perner-intah PLrsal, st ianjLrtr, ya rlisebtlt Pernerintah adalah Presiden Republil

NOMOR 27.pdf
Page 1 of 4. Ja. ET} PAT'E LAHAT. PERATURAN BUPATI LAHAT. NOMOR a7 TAHIIN 2012. TENTANG. JENIS USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MENYUSUN. UPAYA PENGELOLAAN LINGKT]NGAN HIDUP (UKt) - UPAYA PEMANTUAN. LINGKUNGAN ITIDUP (UPL) DAII SURAT PER}IYATAAN ..

NOMOR 38.pdf
Page 1 of 3. BI'PATI TATIAT. b.'ERATURAN BUPATI LAHAT. NOh/IOR 7B TAHUN 2OL2. TENTAN$. REAI"OKASI KEBUTUHAI{ PUPUK }3ER,SUBSIDI UNTUK ...

NOMOR 5.pdf
menta[, sosial dan keterarnpilan serta bantuan stimulant sebesar. 5 % {lima persen} pertahun. c. Persent*se jumlah anak berhadapan dengan hukum yang.

FluxSense_SCAQMD2015_Project1_FinalReport (April 2017) (1).pdf ...
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... FluxSense_SC ... 017) (1).pdf. FluxSense_SC ... 017) (1).pdf. Open.

Adds From April 1- April 19, 2016.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Adds From April ...