ISSN: 1693-9263

Edukasi

Lingua sastrA Volume 14, Nomor 1, April 2016

HUBUNGAN MINAT BACA MAHASISWA DAN PEMAHAMAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MEMPARAFRASE MAHASISWA SEMESTER TUJUH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STKIP MUHAMMADIYAH KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN AKADEMIK 2015/2016 MENULIS SASTRA BERBASIS HUMANIS DENGAN MODEL PAIKEM IMPROVING STUDENTS’ READING COMPREHENSION OF HORTATORY EXPOSITION TEXT THROUGH TWO STAY TWO STRAY TECHNIQUE AT THE ELEVEN SCIENCE PROGRAM OF MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 NORTH LAMPUNG ANALISIS MIKROTEKSTUAL DAN MAKROTEKSTUAL DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURAHMAN EL SHIRAZY PENGARUH SATUAN ACARA PERKULIAHAN TERHADAP PEMANFAATAN BUKU DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH KOTABUMI PROFESIONALISME GURU DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN LESSON STUDY SEBAGAI WADAH PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU SD/MI DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU BERBASIS SCIENTIFIC PENGEMBANGAN MODEL PAKEM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA SISWA KELAS AWAL DI SEKOLAH MODEL KOTABUMI UTARA

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Kotabumi-Lampung

Majalah Elsa

Vol. 14

1

Hlm 1-122

Kotabumi April 2016

ISSN 1693-9263

Edukasi

LINGUA SASTRA MAJALAH ILMIAH EDUKASI LINGUA SASTRA (ELSA)

Terbit dua kali setahun pada bulan April dan September, ELSA merupakan sarana komunikasi ilmiah bidang bahasa, dan sastra, serta pembelajarannya berupa hasil penelitian atau kritis ISSN: 1693-9263

Ketua Penyunting Dr. Sri Widayati, M.Hum.

Penyunting Pelaksana Dra. Masitoh, M.Pd. Nur Mei Ningsih, S.Pd., M.Pd. Dewi Ratnaningsih, S.Pd., M.Pd.

Mitra Bestari Prof. Chuzaimah D. Diem, M.L.S., Ed.D. (Universitas Sriwijaya, Palembang) Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. (Universitas Lampung, Bandarlampung) Prof. Dr. Suharto, S.H., M.H. (IAIN Radin Intan Lampung) Prof. Dr. M. Juhri A.M. (Universitas Muhammadiyah Metro) Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. (Universitas Lampung, Bandarlampung) Dr. Abdul Aziz, M.Pd. (Fak. Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makasar) Dr. Hari Sunaryo, M.Si. (Universitas Muhammadiyah Malang) Dr. Sumarno, M.Pd. (STKIP Muhammadiyah Kotabumi-Lampung) Dr. Badawi, S.H., M.Pd. (STKIP Muhammadiyah Kotabumi-Lampung)

Tata Letak Hartono, S.Pd

Sirkulasi Purna Bayu Nugroho, S.Pd., M.Pd.

Alamat Redaksi Jalan Hasan Kepala Ratu Nomor 1052, Kotabumi Lampung Utara, Lampun Kotak Pos 156 Telepon/Faksimile (0724) 22287 Pos-el: [email protected]; [email protected]

Edukasi Lingua Sastra (ELSA) diterbitkan sejak 2002 oleh Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni bekerja sama dengan PPM STKIP Muhammadiyah Kotabumi-Lampung, Redaksi menerima tulisan hasil telaah kritis, hasil penelitijan bidang pendidikan, bahasa sastra dan pendidikan bahasa dan sastra. Redaksi berhak menyunting setiap naskah yang masuk tanpa mengubah subtansi tulisan. Tulisan yang tidak dimuat dapat diminta kembali

Majalah Ilmiah Edukasi Lingua Sastra

Volume 14, Nomor 1, April 2016

Daftar Isi

Hubungan Minat Baca Mahasiswa dan Pemahaman Membaca dengan Kemampuan Memparafrase Mahasiswa Semester Tujuh Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Muhammadiyah Kotabumi, Lampung Utara Tahun Akademik 2015/2016 ............................ 1 Rulik Setiani Menulis Sastra Berbasis Humanis dengan Model Paikem Sri Widayati ………………………………………………………….................................. 21 Improving Students’ Reading Comprehension of Hortatory Expoition Text Through Two Stray Technique at The Eleven Science Program of Madrasah Aliyah Negeri 2 North Lampung ...................................................................................................................... 36 Nur Isnainiyah Analisis Mkrotekstual dan Makrotekstual dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburahman El Shirazy .......................................................................................... 51 Nur Mei Ningsih Pengaruh Satuan Acara Perkuliahan Tehadap Pemanfaatan Buku di Perpustakaan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Kotabumi .................... 67 Dian Rifia Syaifudin Profesional Guru dalam Meningkatkan Pembelajaran .......................................................... 83 Dian Eka Priyantoro Lesson Study Sebagai Wadah Pengembangan Profesionalitas Guru SD/MI dalam Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Scientific …………………….............................. 95 Nuryanto Pengembangan Model Pakem untuk Meningkatkan Kecerdasan Logika Matematika Siswa Kelas Awal Di Sekolah Model Kotabumi Utara ....................................................... 107 Elizar LLSSON

HUBUNGAN MINAT BACA MAHASISWA DAN PEMAHAMAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MEMPARAFRASE MAHASISWA SEMESTER TUJUH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STKIP MUHAMMADIYAH KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN AKADEMIK 2015/2016 Rulik Setiani

Abstract Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidak hubungan yang signifikan antara minat baca mahasiswa dan pemahaman membaca dengan kemampuan memparafrase mahasiswa semester tujuh jurusan pendidikan bahasa Inggris STKIP Muhammadiyah Kotabumi Lampung Utara tahun akademik 2015/2016. Populasi penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa semester tujuh jurusan pendidikan bahasa Inggris STKIP Muhammadiyah Kotabumi yang terdiri dari 75 mahasiswa dan 38 mahasiswa diambil sebagai sampel melalui teknik simple random sampling. Instrument yang digunakan adalah kuisioner untuk mengumpulkan data minat baca, pilihan ganda untuk pemahaman membaca, dan test tulis untuk kemampuan memparafrase. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan korelasi ganda dengan bantuan program SPSS 20. Dan hasil analisis diperoleh bahwa Ryx1x2 = 0.731 dan Sig (0.000) <⍺ (0.01), maka dari itu, H0 ditolak. Hasil hipotesisnya ada hubungan yang signifikan antara minat baca mahasiswa dan pemahaman membaca dengan kemampuan memparafrase. Kemudian, nilai Fhitung = 22.591>Ftabel (38) = 4.10 dan sig 0.000 < ⍺(0.01), sehingga H0 ditolak dan hasil analisis regresinya signifikan. Kata kunci: Minat Membaca, Pemahaman Membaca, dan Kemampuan Memparafrase

1.1 Background of the Problems

and perhaps simplify the author’s idea in their own writing. When the students write

Paraphrase is an expression of the

for others to read, they are bound by certain

meaning of a word or phrase using other

rules of fair play. Specifically, they must

words or phrases, often in an attempt to

completely recast material borrowed from

make the meaning easier to understand. For

their sources, using their own words and

example, to make (someone or something)

their own style.

appear or feel younger is a paraphrase of the English verb “rejuvenate”.

Basically, when the students take notes during a class lecture, they probably jot

When the students paraphrase a

down the lecture’s message in their own

statement or a piece of writing, they recast its

words. Likewise, an essay -exam answer

ideas in different words. The purpose of their

usually involves restating material from

note was to clarify the statement, to restate

reading and class discussion. In fact, their

*) Staf Pengajar di STKIP Muhammadiyah Kotabumi Lampung

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

ability to explain concepts in their own

they felt difficult in getting ideas and

language is a crucial academic skill. The

message from the text. whereas, the students

problem also because they cannot understand

should comprehend a text first before they

what the material that they learned or they

want to paraphrase it. If the students had

read before. Therefore, they cannot get the

comprehended the text, they would have

point or message in it, so it can influence

been easier to paraphrase it.

their ability in paraphrasing.

impossible for the students to paraphrase a

In addition, Interest plays a vital role in reading comprehension. By determining

So, it is

text without having reading interest and comprehending the text before.

individual students' interest in particular

Related to the previous descrip- tion,

topics and creating reading comprehension,

the researcher is interested in conducting a

they can get high interest, to determine that

research entitled: “The Correlation Students’

the performance of higher ability, readers are

Reading

significantly affected by their interest in the

Comprehension with parapharasing ability of

passage topics, because reading interest is

the seventh Semester Students of English

vital in order to encourage and maintain their

Edu-

interest of reading.

Muhammadiyah Kotabumi, North Lampung

Based on the preliminary research

Interest

cation

and

Department

Reading

of

STKIP

in the Academic Year 2015/2016.”

which was done by the researcher in her class, there were several factors which make

1.2. Formulation of the Problems

the students’ score in paraphrasing is low, the first factor was from the students

Referring to the background of the

themselves that is students’ reading interest.

problems above, the researcher formulates

The students were not interested in reading

the problems as follows.

English, such as scientific books, story

1.

Is there significant correlation between

books, magazines, or newspapers. They also

students’

felt lazy to read English books; they felt

paraphrasing ability of the seventh

difficult to read them, because they assumed

semester students of English Education

that Reading English is difficult.

Department of STKIP Muhammadiyah

The second factor was that the students had difficulty in compre- hending the text. They just read the text without

reading

interest

and

Kotabumi, North Lampung in the academic year 2015/2016?. 2. Is there significant correlation between

getting the point from the text, so they could

reading

not get the meaning of the text easily, and

paraphrasing ability of the seventh

2

comprehension

and

Hubungan Minat Baca Mahasiswa Dan Pemahaman Membaca Dengan Kemampuan Memparafrase .... (Rulik Setiani)

semester students of English Education

2. Significant

correlation

Department of STKIP Muhammadiyah

students’

Kota- bumi, North Lampung in the

and their paraphrasing ability.

academic year of 2015/2016?.

3. Significant students’

3. Is there significant correlation between reading

interest

and

reading

comprehension of the seventh semester students

of

English

reading

between

comprehension

correlation reading

between

interest

and

reading comprehension. 4. Significant

Education

reading

correlation interest

Department of STKIP Muhammadiyah

comprehension

Kota- bumi, North Lampung in the

paraphrasing ability.

students’

and

reading

with

their

academic year of 2015/2016?. 4. Is there significant correlation students’ reading

interest

comprehension

and

with

reading

1.4.1 Concept of Paraphrasing Ability

paraphrasing

ability of the seventh semester students of English Education Department of STKIP

1.4 Theories Review

Muhammadiyah

Kotabumi,

North Lampung in the academic year

According to Clifford

(1990:84),

Veit,

Gould,

“paraphrase

and

is

an

expression of the meaning of a word or phrase using other words or phrases, often in an attempt to make the meaning easier to

2015/2016?.

understand.” And according to Richards (2002:2), “ability is skill or power required

1.3. Objectives of the Research Based on the formulation of the problems above, the objectives of this

correlation

between

students’ reading interest and their paraphrasing ability of the seventh semester

students

of

activity to do something which is need competence, skill to overcome a problem.”

research can be described as follows. 1. Significant

to do something. It means that ability is

English

It can be concluded that paraphrasing ability is person’s capacity or skill to paraphrase the passage or text they read before or that they have understood.

Education Department of STKIP Muhammadiyah Kotabumi, North Lampung in the academic year 2015/2016.

1.4.2 Concept of Reading Interest Hidi and Renninger (2006:112) state that "Interest as a motivational variable refers to the psychological state of engaging or the predisposition to reengage with 3

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

particular classes of objects, events, or ideas

which help them to be able to paraphrase it

over time." Ebbers (2012:1) has the same

well.

definition which says “Interest is described as a motivational force that involves the focused allocation of extra affection, leading

1.5.2

The Correlation between Students’ Reading Compre -hension and Paraphrasing Ability

to deeper processing, better comprehension, Ability in comprehending a text is

longer recall.”

primarily crucial to be improved so that 1.4.3 Concept of Reading Comprehension

students can get the message, information and aim of a text in written form. If students

Richards (2007:11) state “Reading comprehension is the primarily purpose for reading

(though

this

is

sometimes

overlooked when students are asked to read overly difficult texts): raising student's awareness of main ideas in a text and exploring the organization of a text are essential for good comprehension.”

had comprehended a text, students would have been able to paraphrase it. The reader uses his or her knowledge, skills, and strategies to determine what the meaning is. Reader’s knowledge, skills, and strategies include linguistic competence, discourse competence,

sociolinguistic

competence.

Comprehension refers to under- standing, the ability to get the meaning of something. By

1.5 Frame of Thinking

comprehending in reading, students can

1.5.1 The Correlation between Students’ Reading Interest and Paraphasing

paraphrase easily and appropriately as what they read.

Ability Students' reading interest can be defined as the main key, the essential thing, or the primary factor that can affect the level of achievement of English learners or

The Correlation between Reading Interest and Comprehension

Students’ Reading

Interest to lesson which is learned

Students'

can make students easier to do the task of the

reading interest has to be more increased

lesson. Therefore, it can be said that pleasure

during the learning process in order to make

feeling to English lesson motivate to do the

the situation become more interesting for the

positive attitude and finally it makes interest

students. By interesting in reading, students

to English. Because of interest, students will

can get information, ideas or knowledge

be easier to understand English, so they will

students in learning of English.

success in English learning.

4

By having

Hubungan Minat Baca Mahasiswa Dan Pemahaman Membaca Dengan Kemampuan Memparafrase .... (Rulik Setiani)

interest in reading students will read more

includes only the main ideas of someone

texts to know the information and then they

else’s writing, restated in their own words. A

have the ability to comprehend the text.

paraphrase is unacceptable when it contains the same vocabulary and sentence structure

1.5.3 The Correlation Students’ Reading Interest and Reading Comprehension with Paraphrasing Ability Paraphrasing is a writing skill

in

which the students “rephrase” (rewrite) information from an outside source in their own words without changing its meaaning. Because they include in their rewriting all, or nearly all, of the content of the original passage, a paraphrase is almost as long. Is much shorther than the original. A summary

as the original. From the explanations above, it can be concluded that there is significant correlation students’ reading interest, reading compre- hension with paraphrasing ability. Because, if students have interest in reading English books and they comprehend it so they can paraphrase it well. The figure of the correlation students’ reading interest and reading comprehension with paraphrasing ability can be seen in Figure 1 as follows.

Reading Interest (X1)

Paraphrasing Ability (Y)

Reading Comprehension (X2)

(Adopted from Sugiyono, 2012) Figure 1. Frame of Thinking of the Correlation Students’ Reading Interest and Reading Comprehension with Paraphrasing Ability

5

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

there are correlation of X1, X2 and Y.

1.6 Research Hypothesis

Sugiyono Based on the theories and explanation above, it can be drawn four hypotheses as

(2012:7)

states

“quantitative

research is research that the research data in the form of numeral and analysis used statistics.”

follows. 1. H0: There is no significant correlation between students’ reading interest and paraphrasing ability.

1.8 Population, Sample, and Sampling Technique 1.8.1

Population

2. H0: There is no significant correlation between

students’

reading

According to Fraenkle, Wallen, and Hyun (2012:92), “The population is the

comprehension and paraphrasing ability.

group of interest to the researcher, the group

3. H0: There is no significant correlation between students’ reading interest

to whom the researcher would like to

and reading comprehension.

generalize the results of the study.” It means

4. H0: There is no significant correlation students’ reading

reading compre-

interest

and

hension

with

paraphrasing ability.

that population is all the subjects which have the same characteristic. The population of this study is the seventh semester students of STKIP Muhammadiyah Kotabumi, North

1.7 Research Method

Lampung which consist of 75 students. The

This research is quantitative research

number of the population can be seen in the

with correlational research design, because table 1 as follows.

TABLE 1 POPULATION OF THE RESEARCH No 1 2 3

Classes VII A VII B VII C Total

Number of Students 23 21 31 75

(Source: Administration of STKIPM Kotabumi in the Academic Year 2015/2016)

6

Hubungan Minat Baca Mahasiswa Dan Pemahaman Membaca Dengan Kemampuan Memparafrase .... (Rulik Setiani)

1.8.2 Sample Sample is a limited number of elements from a proportion to represent population. Fraenkle, Wallen, and Hyun (2012:106) say “a sample is any part of a population of individuals on whom information is obtained.” The calculation of sampling in this study can be seen in table 2 as follows. TABLE 2 SAMPLE OF THE RESEARCH

No

Classes

1 VII A 2 VII B 3 VII C Total

Number of Sample 23 21 31 75

Sample Size 50 % 11 10 15 38

questionnaire consists of individual/personal

1.8.3 Sampling Technique Sampling technique is the way of taking sample of the research. (Sugiyono, 2010:118). Sampling technique which was used in this research is simple random

and situational interest. There are 25 items should be answered by the students. 1.9.2 Reading Comprehension Test To

sampling. According to Fraenkle, Wallen,

assess

students’

reading

and Hyun (2012:94), “a simple random

comprehension, the researcher used multiple

sample is one in which each and every

choice tests. The function of the test is to

member of the population has an equal and

find out how far the students comprehended

independent chance of being selected.” In

the text.

addition,

Fraenkle, Wallen, and Hyun

1.9.3 Paraphrasing Ability Test

(2012:335) says “the minimum acceptable After getting the data from reading

sample size for a correlational study is considered by most researchers is 30.” So, the researcher took 50% of 75 students to take the sample.

reading

interest.

reading

comprehension,

paraphrasing test was done to get the data on how far the students’ paraphrasing ability.

In collecting the data, the researcher

In this research, questionnaire used to students’

and

1.10 Data Collecting Technique

1.9 Research Instrument 1.9.1 Reading Interest Questionnaire

assess

interest

used questionnaire for reading interest

The

7

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

and multiple choice test for reading comprehension, then written test for

2015, and the data of paraphrasing ability was gathered through written test done on Monday, December 7th , 2015.

parapharasing ability.

the researcher did the try out test for reading interest and reading comprehension

1.11 Data Analysis Technique The data analysis was an activity after the data from all the respondents or sample were collected. Before analyzing of hypothesis done, it did normality, and

instruments, it was done to know that the instruments were valid or not, and for paraphrasing ability, it did not do try out, but the researcher asked validation to the experts or called experts judgement to give comment

homogeneity test. “Technique of analyzing the data is a technique that is used to analyze the data that have been collected, besides the aim.” (Arikunto, 2006:234).

for the instrument. Then the reseacher analyze the result of validity and reliability. 2.1.1Validity of the Tests

Normality test and Validity is a measurement which

homogeneity test are as prerequisite test. After finding the normality and homogeneity of data, it was continued by using regression to find out how far the correlation among the variables X1, X2, and Y. the analysis all of the data done by using SPSS program 20 for

shows

the

grades

of

number

of

an

instrument. According to Fraenkel, Wallen, and Hyun (2012:147-148), “Validity refers to

the

appropriateness,

meaningfulness,

correctness, and usefulness of the inferences a researcher makes.” In this research, to

Windows.

measure reading interest questionnaire and reading II. DISCUSSION

comprehension

correlation

2.1 Research Result This reasearch has three types of

product

test

moment

by

using

(Pearson’s

correlation). The data was analyzed by using SPSS 20 Program for Windows. And for

data; they are students’ reading interest,

paraphrasing test, the researcher asked the

reading comprehension, and paraphrasing

experts to check and comment the instrument

ability.

of paraphrasing ability. The detail analysis is

collected

The data of reading interest was by

using

questionnaire

as follows.

administered on Monday, December 30th,

test

1. Validity of Students’ Reading Interest Questionnaire After conducting the try out test, the

administered on Thrusday, December 3rd

data was analyzed to find out whether or not

2015, the data of reading comprehension was obtained

8

through

multiple

choice

Hubungan Minat Baca Mahasiswa Dan Pemahaman Membaca Dengan Kemampuan Memparafrase .... (Rulik Setiani)

the test items were valid and invalid.

33, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 42, 43, 44, and 45.

Basrowi and Soenyono (2007:24) said that

Then 5 invalid items are 12, 20, 31, 37 and

the questionnaire was said valid if rcount >

41.

rtable. On the the other words, validity

The value of rcount can be seen on

coefficient of the test was higher than 0.367

the

Colum

of

Corrected

Item-Total

(α=0.05 and n=28(df=30-2=28))

Correlation. With the criteria if rcount>

Based on the result of analyzing, it

rtable(28)= 0,367, so the items are valid.

was found 25 valid items out of 30 items. 5

From the table above, it can be seen from 45

items were declared to drop out or invalid.

item that the number of invalid are 12, 20,

The item numbers declared to be valid are 2,

31, 37,and 41, and others are valid, then the

3, 4,6, 7, 8,10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19,

total number of valid items are 40.

20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, and 30. 5 items were declared to be invalid are 1, 5, 9, 15, and 29.

A test is valid if the test measures

The value of rcount can be seen on the

3. Validity of Paraphrasing Ability Test

Colum

of

Corrected

what should be measured. A test has high

Item-Total

content validity if the test was constructed as

Correlation. With the criteria if rcount>

to contain a representative sample of the

rtable(28)= 0,367, so the items are valid.

course. The test materials represent one of

From the table above, it can be seen that

the text which was in students’ reading

from 30 items that the number of invalid are

comprehension

1,5,9,15,and 29, and others are valid, then

constructing the test, the specification of test

the total number of valid items are 25.

items were constructed based on content

test.

In

line

standard or subject description of 2. Validity of Students’ Reading Comprehension Test

correlation

test

product

items moment

STKIP

Muhammadiyah Kotabumi. To measure the validity of the test, the researcher asked the

To measure the validity of reading comprehension

with

by

using

experts or called as experts judgement to check and comment the instrument.

(Pearson’s

correlation) and the data was calculated by using SPSS 20 Program for Windows. From 45 items, it was found 40 valid items. The item numbers declared to be valid are 1, 2, 3, 4, 5, 6,7,8, 9,10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18,

2.1.2 Reliability of the Test Reliability is the extent to which the test is consistent in the score, and gives the indication

how

accurate

of

the

test.

According to Fraenkle, Wallen, and Hyun

19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 9

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

(2012:147),

“Reliability

refers

to

the

consistency of scores or answers from one

2. Reliability of Students’ Reading Comprehension Test

administration of an instrument to another, and from one set of items to another.”

To analyze the reliability test of students’ reading comprehension test items,

To analyze reliability of reading interest and reading comprehension were

the researcher used Cronbach’s Alfa formula in SPSS 20 Program for Windows.

used Cronbach’s Alfa formula in SPSS 20

From the calculation, it was gotten

Program for Windows, and for paraphrasing

the result of rcount = 0.958, and rtable with n =

test is used inter rater reliability with the help

30-2=28 and significant level α(0.05) = 0.367,

of Microsoft Office Excel 2007. The result is

because of the result of rcount> rtable or 0.958>

as follows.

0.367, the test is reliable or consistent with the high criteria.

1. Reliability of Students’ Reading Interest Questionnaire

3. Reliability of Paraphrasing Ability Test

In this research, the researcher used

To

analyze

the

consistency

of

Cronbach’s Alpha formula for assessing of

paraphrasing ability test, the researcher used

reading interest questionnaire to find out

inter rater reliability with the help of

whether the questionnaire is reliable or not.

Microsoft Office Excel 2007. According to

The analysis is used SPSS 20 Program for

Azwar (2012:88), “Inter rater reliability is a

Windows.

procedure to give a score based on subjective

Interpretation

by

judgement toward specific aspect that is done

comparing the result of rcount and rtable. “If the

by systematic observation directly and

result

the

indirectly. Furethermore, According to Ebel

questionnaire is reliable, and if the result of

(in Azwar, 2012:89) the formula to estimate

rcount
inter rater reliability as follows.

of

of

rcount>rtable,

reliability

it

means

reliable” (Riduwan, 2009:118).

𝐫𝐱𝐱 =

From the calculation, the result of rcount = 0.918. From the calculation was

(𝐒𝐬 ²− 𝐒𝐞 ²) 𝐒𝐬 ²

Note:

gotten the result of rcount = 0.918 whereas

𝑟𝑥𝑥

= Inter rater reliability

rtable

and

𝑆𝑠 ²

= Intra rater variance

significant level α(0.05) = 0.367, because of

𝑆𝑒 ²

= Inter rater variance

with

df=n-2

(df=

30-2=28)

rcount> rtable or 0.918> 0.367, it means that the

After knowing the result of the

questionnaire is reliable or consistent with

calculation by using the formula above, rcount

very high criteria.

is interpreted to rtable. to find that how far the

10

Hubungan Minat Baca Mahasiswa Dan Pemahaman Membaca Dengan Kemampuan Memparafrase .... (Rulik Setiani)

reliability

of

the

test

in

constructing

paraphrasing test.

reliable, but if the values of rcount< rtable, it means the test is not reliable, (Riduwan,

Interpretation in this research, if the

2009:118).

result of rcount> rtable, it means the test is TABLE 3 THE RESULT OF RATING BETWEEN TWO RATERS 1 2 3 4 5 6 7

ƩR ƩR= ƩT= Ʃi ƩR2 ƩT2 Ʃi2 K N

5703 5703 16263117 862983 431645 2 38

From the Table above showed that the result of rating that was done by two raters

2. Intra rater variance:

toward 38 students. The researcher

calculated

the

limitation

of

difference

analyzed result between rater using the formula to estimate interrater reliability which was done by K: 2 raters toward n:38

(∑𝑇 2 ) (∑𝑖)2 − 𝑛𝐾 𝑆𝑠² = 𝐾 𝑛−1 862983 32524209 − 38 𝑥 2 2 = 38 − 1

students as follows. 1. Inter rater variance:

𝑆𝑒² =

=

=

∑𝑖 2 −

431645 −

(∑𝑅 2 ) (∑𝑇 2 ) (∑𝑖)2 − + 𝑛 𝐾 𝑛𝐾 (𝑛 − 1)(𝐾 − 1)

=

431491.5 − 427950.118 38

= 93,19

(16263117) (862983) (32524209) − + 38 2 38 𝑥 2 (38 − 1)(2 − 1)

431645 − 427976.763 − 431491.5 + 427950.118 37 𝑥 1 3. Inter rater reliability: =

126.858 = 3,42 37

𝑟𝑥𝑥 =

𝑆𝑠² − 𝑆𝑒² 𝑆𝑠² 11

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

=

=

93.19 − 3.42 93.19

Windows. The detail explanation is as follows.

89,77 93,19

1.

= 0, 963

Result of Normality This research was done to find out

Based on the calculation above, if the result is between 0,00 – 1,00, so it means that there is a consistency result of the instrument between rater, and the test instrument can be said reliable. From the result of data analysis , it was gotten that the coefficient of reliability is 0,963. It means that there is consistency between rater with the result of measurement and the test instrument can be said reliable, and the interpretation of inter rater reliability is very

whether or not there is correlation among three variables. the researcher analyzed the test result from the research sample. The normality data test was done as the first stage of data analysis, normality test was done by using SPSS 20 Program for Windows. Normality data test was used to find out whether or not the data from the research sample has normal distribution. To measure the data normality of each variables used Liliefor’s formula in SPPS 20 Program for Windows,

high.

the

test

used

Kolmogorov-

Smirnov. The hypothesis that tested is: 2.1.3 Normality and Homogeneity

The test criteria is:

After getting the data from students’ reading interest, reading comprehension, and paraphrasing

ability,

the

researcher

if the significant level of three variables < 0.05, so H0 is rejected. if the significant level of three

conducted the data analysis to find out of

variables > 0.05, so H0 is accepted.

normality and homogeneity of the data. The

The level of test significant is ⍺ = 0.05. the

analysis of data used SPSS 20 Program for

summary result of normality data testing can be seen in the table 4 below:

TABLE 4 SUMMARY OF NORMALITY DATA TESTING Tests of Normality

READING_INTEREST READING_COMPREHENSION PARAPHRASING_ABILITY *. This is a lower bound of the true significance.

12

Kolmogorov-Smirnova Statistic df ,094 38 ,123 38 ,117 38

Sig. ,200* ,153 ,200*

Hubungan Minat Baca Mahasiswa Dan Pemahaman Membaca Dengan Kemampuan Memparafrase .... (Rulik Setiani)

a.

Lilliefors Significance Correction

Based on the table above, the

After conducting the normality data

researcher found that the significant level of

testing, the analysis was continued to

reading

>⍺(0.05),

measure the homogenity of the data. This

(H0)

is

analysis was done to find out whether the

accepted. It can be concluded that data from

data was homogenous or not. Homogeneity

the sample had normal distribution. The

test was done by using Levene Statistic in

significance level of reading comprehension

SPSS 20 Program for Windows.

is 0.153 >⍺(0.05), consequently, H0 is

The test criteria is:

interest

consequently,

is

null

0.200

hypothesis

if the significant level of three

accepted. It means that data from the sample had normal distribution, and the significant level

of

paraphrasing

ability

from

the

sample

had

if the significant level of three

is

0.200>⍺(0.05), therefore, it can be said that data

variables < 0.05, so H0 is rejected

variables > 0.05, so H0 is acceptedor if Fcount < F table, so Ho is

normal

accepted

distribution.

if Fcount > F table, so Ho is rejected The level of test significant is ⍺ = 0.05. for

2. Result of Homogeneity

the detail can be seen in table 5 below: TABLE 5 SUMMARY OF HOMOGENITY DATA TESTING Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic . 1.586

df1

df2 9 9

Based on the table above, the

score Sig = 0.193, Because of the Sig. 0.193>⍺(0.05), consequently, H0 is accepted. It means the variants of sample were homogenous.

. ,193

2.1.4 Hypothesis Testing

researcher found that the score of Levene Statistic Test is 1,586 with the probability

Sig. . 18

There are four hypotheses had to be tested in this research. They are (1) H0: there is

no

significant

correlation

between

students’ reading interest and paraphrasing ability,

and

H a:

there

is

significant

correlation between students’ reading interest and paraphrasing ability, (2) H0: there is no

13

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

significant correlation between students’

To analyze the correlation of three

reading comprehension and paraphrasing

variables

ability,

(Ryx1x2) was used, and the analysis of

and

Ha :

there

between

correlation

is

significant

students’

reading

regression

above,

was

multiple

used

correlation

multiple

linier

comprehension and paraphrasing ability, (3)

regression formula in SPSS 20 Program for

there is no significant correlation between

Windows. The result of hypothesis testing

students’

can be seen as follows.

reading

interest

and

reading

comprehension, and Ha: there is significant correlation students’ reading interest and reading comprehension, and (4) H0: there is no significant correlation students’ reading interest,

reading

paraphrasing significant

compre-hension

ability and correlation

H a:

among

2.1.5

1. The Correlation between Students’ Reading Interest and Paraphrasing Ability

with

there

is

students’

reading interest, reading comprehension with

Result of Hypotheses Testing

The

result

of

the

correlatian

coefficient between students’ reading interest (X1), and paraphrasing ability (Y)

is

presented on the Table 6.

paraphrasing ability. TABLE 6 THE CORRELATION COEFFICIENT BETWEEN STUDENTS’ READING INTEREST AND PARAPHRASING ABILITY SUMMARY Correlations

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation PARAPHRASING_ABILIT Sig. (2-tailed) Y N READING_INTEREST

READING_IN PARAPHRASI TEREST NG_ABILITY 1 ,731** ,000 38 38 ,731** 1 ,000 38 38

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Based on the table above,the result of

rejected. It means that between students’

the correlation coefficient between students’

reading interest and paraphrasing ability

reading interest and paraphrasing ability is

have significant correlation.

Ryx1 = 0.731. It means that there is

After getting correlation coefficient,

correlation between students’ reading interest

the analysis was continued to calculate the

and paraphrasing ability.

And from the

regression of students’ reading interest and

table above, the significant level was gotten

paraphrasing ability. In this case, the

Sig (0.000) <⍺(0.01), consequently, H0 is

researcher used linier regression formula, the

14

Hubungan Minat Baca Mahasiswa Dan Pemahaman Membaca Dengan Kemampuan Memparafrase .... (Rulik Setiani)

researcher found out the influence of

ability.The result of regression can be seen

students’ reading interest and paraphrasing

on Table 7.

TABLE 7 REGRESSION BETWEEN STUDENTS’ READING INTEREST AND PARAPHRASING ABILITY SUMMARY

ANOVAa

Model 1

Regression Residual Total

Sum of Squares 1092,428 954,545 2046,974

Df 1 36 37

Mean Square 1092,428 26,515

F 41,200

Sig. ,000b

a. Dependent Variable: PARAPHRASING_ABILITY b. Predictors: (Constant), READING_INTEREST

The criteria of significant test is: if

To calculate the correlation between

Fcount> Ftable (used determination level 0.05),

students’ reading comprehension (X2), and

consequently, H0 is rejected.

From the

paraphrasing ability (Y), the researcher

calculation, the researcher found that the

calculated it by using SPSS 20 Program for

value of Fcount = 41.200> Ftable (38)=4.10 with

Windows.

Sig 0.000 <α(0.01), It means H0 was rejected

coefficient can be seen in the table 8.

The

result

of

correlation

and the regression is significant. 2. The Correlation between Students’ Reading Comprehension and Paraphrasing Ability

TABLE 8 THE CORRELATION COEFFICIENT BETWEEN STUDENTS’ READING COMPREHENSION AND PARAPHRASING ABILITY SUMMARY Correlations

PARAPHRASI READING_CO NG_ABILITY MPREHENSIO N Pearson Correlation 1 ,442** PARAPHRASING_ABILIT Sig. (2-tailed) ,005 Y N 38 38 Pearson Correlation ,442** 1 READING_COMPREHEN Sig. (2-tailed) ,005 SION N 38 38 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

15

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

Based on the table above, The result of

the

students’

correlation reading

coefficient

After

between

the

correlation

coefficient and significant correlation, the

and

researcher

continued

paraphrasing ability is Ryx2 = 0.442, It means

regression

between

that there is significant correlation between

comprehension and paraphrasing ability. The

students’

and

calculation used the linier regression formula

paraphrasing ability. And it was gotten Sig

in SPSS 20 Program for Windows. The

(0.005) <⍺ (0.01), consequently, H0 is

result of analysis is presented in the table 9.

reading

comprehension

getting

comprehension

to

analyze

students’

the

reading

rejected. It means that between students’ reading comprehension and paraphrasing ability have significant correlations. TABLE 9 THE REGRESSION BETWEEN STUDENTS’ READING COMPREHENSION AND PARAPHRASING ABILITY SUMMARY ANOVAa

1

Model Regression Residual Total

Sum of Squares 399,701 1647,273 2046,974

Df 1 36 37

Mean Square 399,701 45,758

F 8,735

Sig. ,005b

a. Dependent Variable: PARAPHRASING_ABILITY b. Predictors: (Constant), READING_COMPREHENSION

The criteria of significant test is: if Fcount>Ftable (used determination level 0.05), consequently, H0 is rejected.

From the

calculation, the researcher found that the value of Fcount = 8.735>Ftable (38) = 4.10 and sig 0.005< 0.01, It means H0 was rejected and the regression is significant.

2. The Correlation Students’ Reading Interest and Reading Comprehension. The students’

analysis reading

of

interest

the

correlatian

and

reading

comprehension used multiple correlation in SPSS 20 Program for Windows. The result of correlation coefficient is presented on Table 10.

16

Hubungan Minat Baca Mahasiswa Dan Pemahaman Membaca Dengan Kemampuan Memparafrase .... (Rulik Setiani)

TABLE 10 THE CORRELATION COEFFICIENT STUDENTS’ READING INTEREST AND READING COMPREHENSION Correlations

Pearson Correlation READING_COMPREHEN Sig. (2-tailed) SION N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) READING_INTEREST

READING_CO READING_IN MPREHENSIO TEREST N 1 ,387* ,016 38 38 ,387* 1 ,016

N

38

38

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

The

result

of

the

correlation

The

analysis reading

of

the

interest,

correlatian

coefficient students’ reading interest and

students’

reading

reading comprehension is Rx1x2 = 0.387, and

comprehension with paraphrasing ability

Sig (0.016) <⍺ (0.05), consequently, H0 is

used multiple correlation in SPSS 20

rejected. It means that students’ reading

Program for Windows.

interest and reading comprehension have

correlation coefficient is presented on Table

significant correlation.

11.

The result of

The researcher was going to find out 4. The Correlation Students’ Reading Interest and Reading Comprehension with Paraphrasing Ability

the influent of X1, X2, and Y.

Multiple

regressions were used to calculate the regression of them. The result of calculation is presented in the table 11.

TABLE 11 THE CORREALATION STUDENTS’ READING INTEREST AND READING COMPREHENSION WITH PARAPHRASING ABILITY SUMMARY Correlations

Pearson Correlation READING_INTERE Sig. (2-tailed) ST N Pearson Correlation READING_COMPR Sig. (2-tailed) EHENSION N Pearson Correlation PARAPHRASING_ Sig. (2-tailed) ABILITY N

READING_IN READING_CO PARAPHRASI TEREST MPREHENSIO NG_ABILITY N 1 ,387* ,731** ,016 ,000 38 38 38 ,387* 1 ,442** ,016 ,005 38 38 38 ,731** ,442** 1 ,000 ,005 38 38 38

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

17

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

The

result

of

the

correlation

After

getting

the

correlation

coefficient students’ reading interest, reading

coefficient and significant correlation, the

comprehension with paraphrasing ability is

researcher

Ryx1x2 = 0.731, and Sig (0.000) <⍺ (0.01),

regression students’ reading interest, reading

consequently, H0 is rejected. It means that

comprehension with paraphrasing ability.

students’

reading

The calculation used the linier regression

comprehension with paraphrasing ability

formula in SPSS 20 Program for Windows.

have significant correlation.

The result of analysis is presented in the

reading

interest,

continued

to

analyze

table

the

12

. TABLE 12 THE REGRESSION STUDENTS’ READING INTEREST AND READING COMPREHENSION WITH PARAPHRASING ABILITY SUMMARY ANOVAa

Model

Sum of Squares df Mean Square F Regression 1153,445 2 576,722 22,591 1 Residual 893,529 35 25,529 Total 2046,974 37 a. Dependent Variable: PARAPHRASING_ABILITY b. Predictors: (Constant), READING_INTEREST, READING_COMPREHENSION

Sig. ,000b

The second is the correlation between

III. CONCLUSION AND SUGGESTION

students’ reading comprehension (X2) and

3.1 Conclusion

paraphrasing ability (Y) with Ryx2 is 0.442. it Based on the result of findings presented in the previous chapter, the following conclusion can be drawn as follows.

reading

interest

(X1)

and

paraphrasing ability (Y). The result of Ryx1 is 0.731. it means that there is significant correlation between them. From the findings, it can be concluded that if students have high interest in reading English, so they can paraphrase the English text easily and well.

18

between them. From the finding, it can be concluded that if students have good ability in

The first is the correlation between students’

means that there is significant correlation

comprehending

text

and

they

can

comprehend it easily, therefore the ability of the students in paraphrasing ability an English text is also good, and they will get good ability in paraphrasing. The third is the correlation reading interest (X1) and reading comprehension (X2) the result is Rx1x2 = 0.387, it means that there is correlation. And the last the correlation

Hubungan Minat Baca Mahasiswa Dan Pemahaman Membaca Dengan Kemampuan Memparafrase .... (Rulik Setiani)

among students’ reading interest (X1) and

English

reading

with

knowledge.The lecturer also has to

paraphrasing ability (Y), the result is Ryx1x2 =

develop and improve their teaching

0.731. it means that there is significant

learning

correlation among them. It can be concluded

teaching reading and writing, and it

that if students have high interest in reading,

should be taught integrated, because

so they have good ability in comprehending

it can make the students easier to

text, of course they are able to comprehend it

comprehend the text in order to help

easily, therefore the ability of the students in

them increase their writing.

comprehension

(X2)

paraphrasing ability an English text is also

that

can

process

increase

especially

their

in

2. For other Researchers: this reasearch

good, and they will get good ability in

can

be

used

as

references

or

paraphrasing.

additional source to do the research with the same matter for other reseachers.

3.2 Suggestion Based on the result of this research which

3. The researcher hopes that the result

has been explained in the previous chapter,

of the study can give and add the

there are some suggestion which relate to

information for the readers that is

this research. It is stated as follows.

reading

1. For

English

Lecturer:

interest

and

reading

English

comprehension are the important

lecturer should give spirit and efforts

thing that the students should have,

to motivate the students to be

so they can increase their writing,

interested in reading many kinds of

especially paraphrasing ability.

English books, magazine, newspaper or everything that still relate to

REFERENCES

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: PustakaPelajar. Basrowi., Soenyono. 2007. Metode Analisis Data Sosial. Kediri: CV. Jenggala

19

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

Pustaka Utama. Brophy, Jere. 2010. Motivating Students to Learn. New York and London: Routledge. Brown, H., Douglas. 2004. Language Assessment, principle and classroom practices. New York: Pearson Education, Inc. Brown, H., Douglas. 2004. Teaching by Principle and Interactive Approach to Language Pedagogy. Boston: Pearson Education, Inc. Ebbers, Susan M. 2012. How to Generate Interest of Reading Comprehension Improves. Accessed from Online Journal. http:/academic. Cuesta. Edu/acasupp/AS/501. Htm. on Sunday November 13, 2013. Fraenkle, Jack., Norman E. Wallen., Hellen H. Hyun.2012. How to Design and Evaluate Research in Education. New York: San Francisco State University. Hidi,

Suzanne., and Renninger. 2006. The four Phases Mode of Interest Development.Educational Psychologist accessed from http://www7.nationalacademies.org/bose/Renninger_Commissioned_Paper.pdf Vol. 4 (2) 111-127.on Tuesday November 25, 2011.

Richards L., Jack. 2007. Methodology in Language Teaching. New York: Cambridge University. Richards. C. Jack. et.al. 2002. Language Teaching and Applied Linguistics. United Kingdom: Perason Education. Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Penelitian Pemula. Bandung: Alfabeta. Sugiyono.2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, CV. Veit., Gould., and Clifford. 1990. Reading, Writing, and Research. New York: Cambridge University.

20

MENULIS SASTRA BERBASIS HUMANIS DENGAN MODEL PAIKEM

Sri Widayati*)

Abstract

Teaching-learning literature, especially the writing of literature is still far from the expectation. Many factors cause this. One of the reasons for teaching is teacher-centered rather than student. Students do not become the center of learning (student-centered learning). Therefore, one solution to solve the problem is to use humanism based education approach, and learning model that is right for such an approach is PAIKEM-based literature learning model. Teaching-learning of literature writing with such approach and model may improve the ability of the students because they are free to be creative. Key words: writing literature, humanism, PAIKEM

pada kenyataannya memang seperti tetap

I. PENDAHULUAN Sampai saat ini masih kita dengar bahwa

pembelajaran

sastra

belum

memuaskan berbagai pihak, baik sastrawan, pemerhati pendidikan maupun guru. Bahkan, banyak yang menuding bahwa pembelajaran sastra Indonesia selama ini telah gagal. Dikatakan oleh Sarjono (2001:207) bahwa kondisi sangatlah

pembelajaran

sastra sejauh ini

mengecewakan.

Kekecewaan

terhadap pembelajaran sastra di sekolahsekolah hampir dirasakan banyak kalangan. Kondisi di atas adalah kondisi yang terjadi pada tahun 1980-an, yang didasarkan pada sejumlah

penelitian

dilaksanakan. bukanlah

suatu

yang

Dikatakan kebetulan

jalan di tempat.

saat

itu

juga

bahwa

jika

kondisi

pembelajaran sastra di sekolah-sekolah kita selama ini juga cenderung asal jalan dan

Kondisi di atas ternyata masih tetap berlangsung hingga sekarang. Sekolah yang dibayangkan

sebagai

tempat

belajar,

bermain, berteman, mengembangkan potensi dengan

prinsip

pendekatan psikomotorik,

pendidikan

kognitif, justru

melalui

afektif, menjadi

dan sumber

kegelisahan, kekhawatiran, dan kesusahan. Hal ini disebabkan oleh tugas-tugas yang memberatkan peserta didik, jumlah mata pelajaran yang banyak, ataupun hal-hal yang lain. Ditambah lagi guru yang otoriter, metode pengajaran yang monoton dan membelenggu,

tidak

up

to

date,

dan

sebagainya. Hal ini membuat peserta didik tidak bebas mengembangkan potensi,dan akhirnya hanya menjadi pengikut semua

*) Staf Pengajar di STKIP Muhammadiyah Kotabumi Lampung

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

ucapan, tindakan, dan perilaku guru yang

pada guru sastra atas rendahnya apresiasi

kurang kreatif dan sekaligus miskin daya

siswa

kritis. Bahkan, kondisi pembelajaran sastra

pandangan mereka, gagalnya pembelajaran

di sekolah saat ini tidak jauh berbeda dengan

sastra di sekolah lebih banyak disebabkan

kondisi pembelajaran sebelumnya, dan justru

oleh beberapa faktor yang kesemuanya

kian memprihatinkan.

berasal dari guru. Pertama, guru sebagai

Sebenarnya apa yang terjadi dengan pembelajaran sastra selama ini? Apakah ada yang salah dalam pembelajaran sastra? Kurikulum sudah beberapa kali mengalami perubahan,

pada

tahun

2006

muncul

kurikulum yang disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini masih berlaku sampai saat ini. Pembelajaran

sastra

terhadap

karya

sastra.

Dalam

sosok pengajar dianggap kurang memiliki kompetensi dan basis pengetahuan sastra yang mumpuni. Kedua, guru dinilai tidak kreatif dalam proses pembelajaran sastra di sekolah sehingga cenderung membosankan. Ini terjadi karena guru dinilai tidak memiliki strategi jitu. Ketiga, guru tidak memiliki rasa kecintaan terhadap karya sastra. Keempat, guru tidak mampu mengapresiasi karya

yang

masih

sastra dengan baik.

Kelima, kesalahan

dilekatkan pada pembelajaran bahasa pada

penafsiran guru terhadap standar kompetensi

KTSP, ternyata tetap tidak bisa memperbaiki

dan kompetensi dasar.

pandangan lama, yaitu pembelajaran sastra belum sampai pada tahap apresiasi, alias gagal. Apresiasi sastra yang dimiliki siswa belum signifikan. Pembelajaran sastra oleh banyak pengamat masih dikatakan belum berjalan secara optimal. Indikator utama yang memperkuat hal tersebut adalah masih rendahnya apresiasi dan minat baca rata-rata siswa lulusan SMA. Bahkan, dalam aspek pengetahuan sastra saja, mereka umumnya juga masih rendah. Fokus kegagalan dari pembelajaran

sastra

ternyata

banyak

diarahkan pada guru. Dalam sejumlah tulisan, be- berapa pemerhati sastra menjatuhkan vonis bersalah

22

Adanya

penilaian

tersebut,

sesungguhnya dapat dimaklumi. Mengapa demikian? Karena kenyataan di lapangan, memang acapkali dijumpai

guru sastra

(Bahasa Indonesia) yang tidak memperbarui pengetahuan mereka tentang seluk-beluk sastra. Mereka juga enggan melakukan pembaruan pengetahuan

yang berkaitan

dengan empat aspek keterampilan berbahasa sesuai dengan ruang lingkup pembelajaran bahasa

yaitu,

mendengarkan,

berbicara,

membaca, dan menulis. Guru juga banyak mengalami kesulitan dalam mengajarkan konsep

tertentu,

misalnya

mengajarkan

menulis sastra yang umumnya dimulai pada

Menulis Sastra Berbasis Humanis dengan Model Paikem (Sri Widayati)

kelas X semester 1 sampai dengan kelas XII

sastra. Padahal pembelajaran menulis sastra

semester 2.

harus

Berkaitan dengan membaca maupun menulis sastra, seorang sastrawan kita yaitu Taufik Ismail (1998:ii—iii) dengan sedihnya mengatakan

disampaikan

oleh

guru

karena

tercantum dalam standar isi pelajaran bahasa Indonesia SMA/MA kelas X sampai dengan kelas XII semester 1 dan semester 2. Alwasilah

bahwa siswa kita rabun

(2008:15)

menga-takan

membaca dan gagap menulis. Beliau pernah

bahwa belajar menulis bukan belajar teori-

melakukan pengamatan pada siswa tamatan

teori

SMA di 13 negara, yaitu SMA di Singapura,

mengawang-awang dan

Malaysia, Thailand, Brunei, Jepang, Kanada,

siswa mampu dan produktif menulis. Dari

New York, Jerman, Swiss, Rusia, Perancis,

pernyataan ini jelas bahwa bila siswa

dan Belanda mengenai pembelajaran sastra.

diharapkan mampu menulis maka ajarilah

Dari sekian SMA yang diamati, Taufik

siswa untuk menulis, bukan teori tentang

berkesimpulan bahwa siswa kita nol buku.

menulis. Bila siswa diharapkan mampu

Artinya,

yang

membaca maka ajarilah siswa membaca,

diwajibkan dibaca sampai tamat dan dibahas

bukan teori tentang membaca dan seterusnya.

tidak

ada

buku

sastra

sampai tuntas oleh siswa. Menurutnya, SDM kita di seluruh strata sangat lemah dalam

kebiasaan

membaca

buku

dan

kemampuan menulis. Berbicara masalah pembelajar- an menulis

sastra,

banyak

menulis

yang

cenderung

tidak menjamin

Berdasarkan paparan di atas terlihat bahwa

ternyata

pembelajaran

sastra,

terutama menulis sastra masih jauh dari yang diharapkan.

Banyak

menyebabkan

hal

faktor

tersebut.

Salah

yang satu

yang

penyebab karena pengajaran masih berpusat

beranggapan bahwa menulis sastra sebagai

pada guru dan bukan pada siswa. Guru

pembelajaran

sebagai pusat

yang sulit.

guru

tentang

Kesulitan

ini

memiliki otoritas penuh

disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

terhadap

siswanya.

guru tidak pernah menulis atau menghasilkan

pembelajaran yang berjalan hingga saat ini

karya sastra, guru sulit menentukan metode

masih

dan strategi yang tepat, menantang sekaligus

dehumanisasi, yaitu pembelajaran

menyenangkan, guru sulit membangkitkan

terbelenggu. Terbelenggu oleh pembelajaran

motivasi siswa untuk bisa menemukan ide

yang bersifat konven- sional. Artimya, siswa

atau intuisi untuk menulis karya sastra, dan

tidak dijadikan pusat pembelajaran (student-

guru sulit menentukan media yang tepat

centered learning). Bagaimanakah upaya

untuk mendukung pembelajaran menulis

kita untuk benar-benar melepaskan pem-

pada

Dengan

tahap

kata

lain,

pembelajaran yang

23

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

belajaran dari keterbelengguan di atas?

membantu masing-masing individu untuk

Untuk mengatasi persoalan tersebut, tulisan

mengenal

ini memcoba memberikan solusi dalam

manusia yang unik dan membantu

mengajarkan menulis sastra, yaitu dengan

mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam

menggunakan

diri mereka.

berbasis

pendekatan

humanisme.

pendidikan

Pendekatan

humanisme yang memberikan pene- kanan pengembangan

manusia.

Oleh

individu

karena

itu,

sebagai model

tersebut adalah model pembelajaran sastra

dalam

dkk., 2012:141—142) di antaranya ialah: a. Manusia itu mempunyai kemam- puan belajar secara alami. b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi

pelajaran

dirasakan

murid

mempunyai relevansi dengan maksud-

belajar humanistik dan bagaimana model PAIKEM

sebagai

yang penting menurut Rogers (dalam Subini

berbasis PAIKEM. Mengenai apa itu teori

berbasis

sendiri

Prinsip-prinsip dasar humanis- tik

pembelajaran yang tepat untuk pendekatan

pembelajaran

mereka

ini

dibangun berdasarkan teori belajar psikologi

pada

diri

maksud sendiri.

akan

c. Belajar yang menyangkut perubahan di

diuraikan berikut ini.

dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung

Teori Belajar Humanistik

untuk ditolaknya. Dikatakan

oleh

Subini

dkk

d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri

(2012:138) bahwa dalam teori humanistik

ialah

yang menjadi tujuan bel- ajar adalah untuk

rendah,

dari sudut pandang pengamatnya.Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu 24

dapat

diperoleh

dan terjadilah proses belajar. f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

Teori belajar ini menurut Subini dkk.

belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan

pengalaman

dengan berbagai cara yang berbeda-beda

berhasil jika anak didik mampu memahami

berusaha memahami perilaku

dan

e. Apabila ancaman terhadap diri siswa

sebaik-baiknya. Proses belajar baru dianggap

(2012:139)

dirasakan

dari luar itu semakin kecil.

berusaha mencapai aktualisasi diri dengan

dirinya sendiri dan lingkungannya.

mudah

diasimilasikan apabila ancaman-ancaman

memanusiakan manusia. Dengan demikian, peserta didik dalam proses belajarnya harus

lebih

g.

Belajar

diperlancar

bilamana

siswa

dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung belajar itu.

jawab

terhadap

proses

Menulis Sastra Berbasis Humanis dengan Model Paikem (Sri Widayati)

h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuh- nya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang

2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur dan positif. 3.

dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari. i.

Kepercayaan

terhadap

diri

sendiri,

kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.

Aplikasi

teori

humanistik

lebih

menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran

yang

mewarnai

metode-

metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi

Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri.

4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri. 5.

Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung risiko dari perilaku yang ditunjukkan.

6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif, tetapi mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas segala risiko perbuatan atau proses belajarnya. 7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya.

fasilitator bagi para siswa, sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai

8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.

makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa

dan

memeroleh

mendampingi tujuan

siswa

untuk

pembelajaran.

Siswa

Pembelajaran Berbasis PAIKEM PAIKEM PSDMP

dan

(Pusbang

Tendik/Badan

PMP-Kemdiknas,

2011:5)

berperan sebagai pelaku utama (student

merupakan singkatan dari Pembel- ajaran

center) yang memaknai proses pengalaman

Aktif,

belajarnya

Menyenangkan. Pembelajaran adalah proses,

sendiri.

Di-harapkan

siswa

Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

memahami potensi diri, mengembangkan

cara, perbuatan

potensi

makhluk hidup belajar.

dirinya

secara

positif

dan

men- jadikan orang atau Aktif adalah giat

meminimalkan potensi diri yang bersifat

bekerja, giat berusaha, mampu beraksi dan

negatif. Tujuan pembelajaran lebih kepada

bereaksi. Inovatif adalah bersifat memper-

proses belajarnya daripada hasil belajar.

kenalkan

Adapun proses

pembaruan (kreasi baru). Kreatif adalah

yang umumnya

dilalui

sebagai berikut:

sesuatu

yang

baru,

bersifat

memiliki daya cipta, memiliki kemampuan

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas. 25

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

untuk mencipta. membawa

Efektif adalah dapat

hasil,

berhasil

guna.

Menyenangkan adalah menjadi- kan senang, membuat senang hati. digunakan

Dalam PAIKEM

prinsip-prinsip

pembelajaran

Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan,

c. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan setiap

kompetensi

memiliki

dilakukan

dengan

pembelajaran orientasi

yang

keterampilan

terintegrasi menjadi satu kesatuan.

berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis adalah

dan

peserta

didik.

karak-teristik,

individual Peserta

didik

potensi,

dan

pencapaian

kecepatan belajar yang beragam. Oleh

kompetensi peserta didik. Dengan demikian,

karena itu, dalam kelas dengan jumlah

muara akhir hasil pem- belajaran adalah

tertentu, guru perlu memberikan layanan

meningkatnya kompetensi peserta didik yang

individual agar dapat mengenal dan

dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan,

mengembangkan peserta didiknya.

dan keterampilannya.

d. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip

Prinsip-Prinsip PAIKEM

pembelajaran tuntas (mastery learning) inovatif,

sehingga mencapai ketuntasan yang di-

menyenangkan

tetapkan. Peserta didik yang belum tuntas

merujuk pada pembelajaran

diberikan layanan remedial, sedangkan

dengan basis kompetensi memiliki prinsip-

yang sudah tuntas diberikan layanan

prinsip (Pusbang Tendik/Badan PSDMP dan

pengayaan

PMP-Kemdiknas,

kompetensi berikutnya.

Prinsip kreatif, (PAIKEM)

pembelajaran efektif,

dan

aktif,

2011:6—7)

sebagai

atau

melanjutkan

pada

e. Pembelajaran dihadapkan pada situasi

berikut:

pemecahan masalah, sehingga peserta a. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik

menjadi

subjek

pembelajaran

sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya. b. Integral agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara utuh.

26

didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan.

Berpikir

kritis

adalah

kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan,

menganalisis

asumsi

dan

Menulis Sastra Berbasis Humanis dengan Model Paikem (Sri Widayati)

pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah

percobaan,

suatu kegiatan mental untuk mening-

melakukan wawan- cara, siswa belajar

katkan

banyak melalui berbuat.

kemurnian

(originality)

dan

ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan Kemampuan

sesuatu

meme-

(generating).

cahkan

masalah

(problem solving) adalah kemampuan

melakukan

b. Komunikasi,

bentuknya

penyelidikan,

antara

lain:

mengemukakan pendapat, presen- tasi laporan, memajangkan hasil kerja, ungkap gagasan,

tahap tinggi siswa dalam mengatasi

c. Interaksi bentuknya antara lain: diskusi,

hambatan, kesulitan maupun ancaman.

tanya jawab, lempar lagi pertanyaan,

Metode

(metode

kesalahan makna berpeluang terkoreksi,

pemecah- an masalah) bukan hanya

makna yang terbangun semakin mantap,

sekedar metode mengajar, tetapi juga

kualitas hasil belajar meningkat

problem

solving

merupakan suatu metode berpikir, sebab

d. Kegiatan

refleksi

yaitu

memikirkan

dalam problem solving dapat digunakan

kembali apa yang diperbuat/ di-pikirkan,

metode-metode lainnya dimulai dengan

yaitu: Mengapa demikian? Apakah hal itu

mencari data sampai kepada menarik

berlaku untuk …? Untuk perbaikan

kesimpulan.

gagasan/makna. Untuk tidak mengulangi

f. Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi

dan

memberikan

multimedia pengalaman

sehingga belajaran

beragam bagi perserta didik.

kesalahan. Peluang lahirkan gagasan baru. Dari karakteristik PAIKEM ter-sebut, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk meng- gunakan otoritas atau haknya

Karakteristik PAIKEM

dalam

membangun

gagasan.

Tanggung jawab belajar, memang berada

Sesuai dengan singkatan PAIKEM, maka

pada diri siswa, tetapi guru bertanggung

pembelajaran yang berfokus pada siswa,

jawab dalam memberikan situasi yang

makna,

dan

mendorong prakarsa, motivasi, per- hatian,

kemandirian siswa, serta konteks kehidupan

persepsi, retensi, dan transfer dalam belajar,

dan lingkungan ini memiliki empat ciri yaitu:

sebagai bentuk tanggung jawab siswa untuk

mengalami,

belajar

aktivitas,

pengalaman

komunikasi,

interaksi,

dan

sepanjang

hayat.

Untuk

itu

refleksi (Pusbang Tendik/Badan PSDMP dan

dibutuhkan guru yang benar-benar memiliki

PMP-Kemdiknas, 2011:7—8).

kepedulian tinggi terhadap pembel ajaran.

a. Mengalami (pengalaman belajar) antara lain: melakukan pengamatan, melakukan 27

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

dari masyrakat kita. Sebagian kecil itu adalah

II. PEMBAHASAN Pada dasarnya karya sastra seperti dikatakan

oleh

Sujarwanto

(2002:508)

adalah karya seni hasil pergulatan batin pengarang

terhadap

masalah-masalah

kehidupan mengan- dung moral yang tinggi. Karya sastra dapat difungsikan secara efektif untuk membentuk watak dan moral manusia. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa karya sastra merupakan fakta historis yang berisi nilai-nilai

kemanusiaan,

keluhuran,

kehalusan budi, mem- bangun emosi, nilai agama, dan moralitas kehidupan. Sastra juga berisi refleksi, kontemplasi, dan interpretasi nilai-nilai kehidupan, konflik sosial dan kemanusiaan secara universal, serta filsafat kehidupan yang mendalam. Dari hal di atas dapat dilihat bahwa sastra sarat dengan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Melalui sastra, banyak manfaat yang dapat diperoleh pembaca. Sastra dapat dipakai sebagai sarana untuk mendidik karena sastra mengandung berbagai nilai seperti nilai moral, edukasi, religius. Karya sastra

mampu

menggerakkan

pikiran

pembacanya untuk merenungkan hakikat hidup berdasarkan berbagai macam situasi yang

disajikan

dan

dibentuk

melalui

pengalaman-pengalaman imajinatif (Suminto dalam Sujarwanto, 2002:513). Sayangnya sastra

yang

sarat

dengan

nilai-nilai

kehidupan jarang dijamah oleh masyarakat kita. Sastra hanya dijamah sebagian kecil

28

peminat

yang

memang

mencurahkan

perhatiannya pada sastra. Karya sastra selama ini diyakini mampu memompa dan membangun karakter manusia yang bermoral. Bahkan, mendiang Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy pernah

mengatakan,

Bengkok

‘Ketika

Politik

Sastra akan Meluruskanya’.

Artinya, jika politik itu kotor, sastralah yang membersihkannya. Chairul Harun pernah mengatakan bahwa sastra dapat digunakan sebagai ‘human control’ karena karya sastra merangsang pembaca melakukan penyadaran tentang berbagai masalah secara langsung dan sekaligus. M.H Ainun Najib pun mengatakan

bahwa

sastra

dapat

mendisiplinkan manusia pada nilai-nilai dasar kemanusiaan, mengembalikan manusia pada kewajaran, meng-‘ihrom’-kannya. Berdasarkan hal di atas dapat ditarik suatu simpulan bahwa karya sastra dapat menjadikan seseorang lebih bermoral karena dapat me- ngontrol segala tindakan kita yang mungkin menyimpang dari aturan-aturan yang ada.

Sastra menjauhkan seseorang

untuk berbuat yang tidak baik. Dengan kata lain, sastra dapat menjadikan seseorang memiliki karakter yang baik. Eksistensi sastra

yang demikian itu, memberikan

harapan kepada kita bahwa sastra mampu mengubah kondisi bangsa ini yang sedang mengalami krisis akhlak dan krisis moral. Dikatakan oleh Soedarsono (2008:5—6)

Menulis Sastra Berbasis Humanis dengan Model Paikem (Sri Widayati)

bahwa kondisi bangsa Indonesia sejak tahun

fasilitator, dan moderator tidak akan berjalan

1977

hingga

multidimensi

sekarang yang

dilanda

krisis

dengan baik jika guru tidak pernah membaca

dampaknya

dapat

karya sastra. Dengan perannya ter- sebut,

dirasakan hingga saat ini. Berawal dari

seorang

adanya krisis moneter, ekonomi, politik,

“penunjuk jalan” bagi para siswanya. Oleh

hukum, kepercayaan, kepemim pinan, dan

karena itu, sebagai penunjuk jalan, guru

yang sangat fatal adalah adanya krisis akhlak

harus mengetahui benar liku-liku jalan dan

dan

menguasai

moral

yang

mempunyai

dampak

berkelanjutan sampai hari ini. Krisis yang

guru

dituntut

benar

sebagai

berbagai

seorang

objek

yang

menjadi perhatian siswa.

semula merupakan krisis identitas menjadi

Adanya tuntutan guru sebagai “penunjuk

lebih dalam karena menyangkut masalah hati

jalan” dalam pembelajaran sastra, mungkin

nurani yang men-cerminkan adanya krisis

untuk saat ini hanya ‘mimpi di siang bolong’

karakter, terlebih lagi adanya krisis yang

atau mimpi yang terlampau muluk. Namun,

berkaitan dengan jati diri.

mimpi itu perlu dilakukan karena dengan

Salah satu cara untuk memperbaiki

mimpi

adalah

mungkin

mewujudkannya. Mimpi membuat seseorang

memberikan bacaan sastra dan sekaligus

menjadi lebih optimis untuk maju. Untuk

memberikan pem- belajaran sastra kepada

mengejar mimpi tersebut tentu saja dituntut

siswa. Pembelajaran sastra sangatlah diperlu-

adanya kesadaran dan keikhlasan guru untuk

kan bagi pembentukan karakter siswa. Oleh

mengubah sikap. Bagaimanapun juga guru

karena itu, tentunya guru berperanan penting

selaku

dalam

dalam

kondisi bangsa ini dari dekadensi moral.

pembelajaran sastra harus berperan sebagai

Salah satu caranya yaitu membiasakan

motivator,

dirinya dan siswa untuk men- dengarkan,

diri

hal

dengan

ini.

sedini

Seorang

informator,

guru

fasilitator,

dan

itulah

pendidik

ada

usaha

perlu

untuk

menyelamatkan

berbicara, membaca, dan menulis karya

moderator. Peran guru di atas tentunya menuntut

sastra.

Harapan ini memang terlalu muluk,

adanya kemauan guru untuk memiliki rasa

tetapi harapan tersebut perlu dinyalakan

cinta terhadap karya sastra karena hakikat

supaya api semangat untuk menuntun bangsa

pembelajaran sastra adalah membawa siswa

ini kembali ke “jalan yang benar” tetap

ke arah pengalaman sastra. Siswa tidak akan

berkobar. Hal-hal yang perlu dilakukan guru

memeroleh pengalaman sastra, seandainya

adalah

guru selaku pelaku pembelajaran tidak

sebaiknya untuk proses belajar mengajar

pernah

Tentu

yang akan dilaksanakan. Persiapan-persiapan

perannya sebagai motivator, informator,

yang perlu dilakukan berkaitan dengan

membaca

karya

sastra.

melakukan

persiapan

sebaik-

29

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

materi, media dan tidak kalah pentingnya

sebagai

kemampuan

penguasaan

menyiapkan strategi dan metode yang akan

pembelajaran secara luas dan mendalam

digunakan. Untuk dapat memenuhi tuntutan

yang

PAIKEM maka diperlukan guru yang peduli,

peserta didik memenuhi standar kompetensi

cerdas, semangat, smart, menyenang- kan,

yang ditetapkan dalam standar nasional

profesional, dan juga guru yang humanistik.

pendidikan.

memungkinkannya

materi

membimbing

Menurut Undang-undang no 14 tahun 2005 dan PP no 19 (dalam Rusman, 2011:22—23)

seorang

guru

harus

profesional dan setidaknya memiliki 4 kompetensi dasar dalam keprofesiannya yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi

sosial,

dan

kompetensi profesional. Kompetensi paedagogik diarti- kan sebagai kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pem- belajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan

peserta

didik

Kompetensi kepribadian di- artikan kemampuan

kepri-badian

yang

mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa. Menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhak mulia. Kompetensi sosial diartikan sebagai kemampuan pendidik dalam memhubungan

masyarakat

sebagai

untuk

bagian

dari

berkomunikasi

dan

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali

peserta

didik

dan

masyarakat

sekitar. Kompetensi profesional diartikan 30

tugas-tugas

secara efektif dan efisien, menurut Ardiasyah (2011) para guru harus memiliki kompetensi tertentu, sebagai “instructional leader” guru harus memiliki 10 kompetensi, yakni: 1. mengembangkan kepribadian; 2. menguasai landasan kependidikan; 3. menguasai bahan pengajaran; 4. menyusun program pengajaran; 5. melaksanakan program pengajaran; 6. menilai hasil dan proses belajar mengajar; 7.menyelenggarakan program bimbing an; 8.menyelenggarakan administrasi sekolah; 9.kerja sama dengan sejawat dan masyarakat; 10.menyelenggarakan penelitian seder- hana untuk keperluan pengajaran. Dengan

bekal

tersebut

di

atas,

sekarang saatnya kita sebagai pendidik

dimilikinya.

bangun

menjalankan

untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang

sebagai

Untuk

menunjukkan eksistensi sebagai manusia yang berkesadaran. Kita harus memulai mengenal dan memahami realitas dengan cara terjun langsung pada permasalahan yang muncul dari masyarakat, juga membaca buku-buku pengetahuan, baik yang bersifat klasik maupun kontemporer sehingga tidak ketinggalan informasi. Apabila agenda besar dalam melakukan pendidikan kritis dapat terealisasikan, saat itulah muncul yang namanya “pembebasan”.

Oleh karena itu,

untuk mencapai sasaran yang diinginkan

Menulis Sastra Berbasis Humanis dengan Model Paikem (Sri Widayati)

perlu dibuat skenario pembelajaran seperti

Untuk

dapat

membuat

langkah-langkah

berikut ini.

pembelajaran (skenario) dengan baik, guru harus memahami terlebih dahulu SK dan KD

Skenario Pembelajaran

yang terdapat dalam standar isi. Standar

Pada bagian ini akan disajikan contoh

Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam

pembelajaran menulis puisi yang merupakan

standar

implementasi teori humanstik dengan model

SMA/MA kelas X sampai dengan kelas XII

pembelajaran berbasis PAIKEM di sekolah.

semester

Standar Kompetensi

isi

1

pelajaran

dan

bahasa

semester

Indonesia

2,

yaitu:

Kompetensi Dasar

2.Menulis 8. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi

8.1 Menulis puisi lama dengan memperhatikan bait, irama, dan rima 8.2 Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima

Menulis 16.Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen

16.1 Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar) 16.2 Menulis karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar)

Menulis 8.Mengungkapkan infomasi melalui penulisan resensi

8.1 Mengungkapkan prinsip-prinsip penulisan resensi 8.2 Mengaplikasikan prinsip-prinsip penulisan resensi

Menulis 16.Menulis naskah drama

16.1 Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama 16.2 Menarasikan pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama

Menulis 8.Mengungkapkan pendapat, informasi, dan pengalaman dalam bentuk resensi dan cerpen

8.1 Menulis resensi buku kumpulan cerpen berdasarkan unsur-unsur resensi 8.2 Menulis cerpen berdasarkan kehidupan orang lain (pelaku, peristiwa, latar) 31

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

Menulis 16.Mengungkapkan pendapat 16.1 Memahami prinsip-prinsip penulisan kritik dalam bentuk kritik dan dan esai esai 16.2 Menerapkan prinsip-prinsip penulisan kritik dan esai untuk mengomentari karya sastra

1.

Kegiatan Awal Pada bagian awal ini kegiatan yang

dilakukan adalah pengondisian kelas agar peserta

siap

menerima

materi

dengan

kegiatan:

-Penjelasan tentang dimensi kompetensi, alokasi

waktu

dan

skenario

pembelajaran, dan strategi pembelajaran. Pengondisian

kelas

diawali

dengan

menampilkan Games, ‘Sukses itu mudah kalau tahu caranya’

yang melibatkan

peserta, yaitu menghitung 1—20 secara berurutan. Permainan dilakukan bergantian dengan

peserta.

Pemain

yang

dapat

menyebutkan angka 20 adalah pemenangnya. Setiap pemain hanya diperbolehkan menyebutkan maksimal dua angka. Permainan bertujuan untuk menun- jukkan bahwa sukses itu mudah kalau kita tahu caranya. Permainan ini tampak mudah, tetapi kalau pemain tidak tahu kuncinya pasti akan selalu kalah.

slide

yang

berupa

deskripsi tentang seorang ibu. Slide ini diiringi lagu Kasih Bunda yang dinyanyikan oleh Melly Guslaw. Untuk menambah

-Perkenalan

indikator,

2.Kegiatan Inti a. Eksplorasi Penayangan

Begitu

pula

dengan

mengajar,

tampaknya mudah, tetapi sulit untuk sukses kalau guru tidak paham kunci-kuncinya.

suasana,

deskripsi

menggunakan

dibacakan

intonasi

dan

dengan

pengaturan

volume yang baik. Setelah selesai peserta diminta untuk merenungkan dan menghayati tentang peran ibundanya masing-masing. Memikirkan dan merasakan betapa besar kasih sayang seorang ibu. Kasih sayang ibu ini sering tidak sebanding dengan kasih sayang kita sebagai seorang anak. Bahkan, kita

sering

berlaku

kasar

dan

sering

melupakan seorang ibu. Ketika hati dan perasaan peserta telah tersentuh, renungan dihentikan. Suasana dibiarkan hening, peserta dibiarkan bermainmain dengan perasaannya masing-masing. Setelah suasana kembali membaik, peserta diminta untuk menulis sebuah puisi tentang ibu berdasarkan perasaan, pikiran, atau apapun yang terlintas tentang ibu. Kegiatan ini merupakan kegiatan eksplorasi. Kegiatan yang mengekplorasi ke- mampuan peserta

32

Menulis Sastra Berbasis Humanis dengan Model Paikem (Sri Widayati)

untuk menuliskan ide, gagasan, perasaan,

dilakukan oleh pendidik berdasarkan teori-

pikiran atau apapun yang dirasakan peserta.

teori tentang penulisan puisi yang berkaitan

Tulisan apapun yang dihasilkan peserta tetap

dengan bahasa, rima, irama, bait, dan yang

dihargai dan tidak ada yang dinyatakan benar

lainya berdasarkan SK dan KD yang akan

atau salah.

dicapai.

b. Elaborasi Setelah selesai menulis puisi, salah

2.Kegiatan Akhir

satu peserta diminta untuk menayangkan

Berupa refleksi tentang pembelajaran

hasil karyanya dan membacakannya. Perserta

menulis

lain diminta untuk mencermati hasil karya

Refleksi ini merupakan tanggapan atau

yang ditayangkan kemudian memberikan

komentar dari peserta tentang pelaksanaan

komentar saran dan usulan untuk perbaikan

pembelajaran

hasil karya yang di- tayangkan berdasarkan

dilaksanakan. Dari refleksi ini guru akan

alasan-alasan

langsung

tertentu.

Di

sini

peran

yang

baru

saja

menulis

mengetahui

dilaksanakan.

puisi

bagaimana

yang

reaksi

guru/pendidik, yaitu menghidupkan suasana

peserta terhadap pembelajaran yang dilak-

diskusi agar diskusi berjalan dengan baik.

sanakan. Dengan demikian, guru dapat

Kegiatan ini merupakan kegiatan elaborasi,

memperbaiki pembelajaran untuk berikutnya.

yaitu penggabungan secara cermat pendapat-

Agar pembelajaran menulis sastra

pendapat dari peserta dengan harapan bahwa

dapat

hasil yang didiskusikan menjadi lebih baik.

diharapkan, skenario pem- belajaran perlu

c. Konfirmasi

dilengkapi dengan hal-hal sebagai berikut:

Kegiatan

selanjutnya

adalah

konfirmasi, yaitu penegasan, penge- sahan, atau

pembenaran

yang dilakukan

guru/pelatih/pendidik. No

Penegasan

oleh

berjalan

sesuai

dengan

yang

1. Media : LCD dan Laptop 2. Evaluasi: Teknik : Penilaian individual 3. Alat : Instrumen penilaian dan lembar pengamatan

ini

Nama Siswa 1

Hal yang diamati 2 3

4

1 2 3 4

Keterangan 1. 2. 3. 4.

Menyampaikan gagasan/ide Menanggapi gagasan/ide Terlibat secara aktif selama kegiatan Melaporkan hasil kegiatan

33

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

Implementasi Pembelajaran Huma- nistik dengan Model Pembelajaran PAIKEM

tanpa batas. Adanya kebebasan ini tentunya

Berdasarkan skenario pembel- ajaran

menarik. Guru yang memiliki berbagai

yang telah dirancang di atas, jelas bahwa

kompetensi, ter- utama kompetensi yang

pembelajaran

menggunakan

berkaitan dengn teknologi informatika akan

pendidikan kritis dengan pendekatan teori

mudah melakukan pembelajaran menulis

belajar humanistik. Ada tiga ciri pokok

sastra.

pendidikan kritis, yaitu belajar dari realitas,

pernah bersinggungan dengan teknologi

tidak menggurui, dan dialogis. Pembelajaran

informasi, mereka akan sulit meningkatkan

yang dialogis ini yang kemudian banyak

kemampuan

memunculkan kesadaran akan diri manusia,

berbasis PAIKEM tidak akan berjalan sesuai

lingkungan,

dan

akan

dengan yang kita harapkan tanpa adanya

ketuhanan.

Dialog

ini

kemauan untuk mengubah diri menjadi guru

tersebut

juga

kesadaran

yang

terbangun

kemudian disusul dengan mem- praktikkan

akan membuat pembelajaran sastra semakin

Berbeda dengan guru yang tidak

siswa.

Pembelajaran

yang

yang profesional.

pendidikan “ko-eksistensial”, yaitu para guru dan para peserta didik sama-sama bertindak

III. SIMPULAN

terhadap kenyataan, sama-sama menjadi Pembelajaran sastra yang di- berikan

subjek-subjek, bukan hanya dalam tugas menyikapi kenyataan, supaya mengetahuinya secara kritis, namun juga dalam tugas menciptakan kembali pengetahuan tadi. Hal ini sangat berat, namun yang jelas dengan mendialogkan

antara

pengetahuan

dan

realitas, akan tercipta pengetahuan baru yang merefleksikan kembali cita-cita, harapan, dan pemikiran

yang

bersumber

pada

rasa

Dengan model pembelajaran di atas, siswa tidak didikte atau dijejali dengan teori yang berkaitan dengan menulis sastra. Penjejalan teori tidak akan menyebabkan terampil

menulis,

tetapi

hanya

penghapal teori dan tidak mampu menulis Siswa diberikan kebebasan untuk berkreasi 34

banyak

manfaat

karena

sastra

berisi

bermacam-macam

nilai.

Nilai

yang

terkandung dalam sastra, seperti nilai moral, nilai

religius,

nilai

edukasi.

Nilai-nilai

tersebut paling tidak dapat membentuk pribadi manusia yang berkarakter baik karena nilai-nilai itu dapat digunakan sebagai pengontrol

kemanusiaannya.

siswa

kepada siswa sebenarnya akan memberi

dalam setiap tindakan kita.

Sastra juga dapat membersihkan jiwa yang kotor. Bahkan, sastra juga dapat mengihromkan manusia. Rasa tanggung jawab terhadap krisis moral dan akhlak yang melanda negeri ini, perlu dimiliki oleh para pendidik, terutama guru sastra. Peran guru sastra sangat penting

Menulis Sastra Berbasis Humanis dengan Model Paikem (Sri Widayati)

sebab melalui pembelajaran sastra yang baik,

menuangkan gagasan, ide, dan perasaannya

siswa banyak memeroleh pengalaman hidup

tanpa rasa takut. Takut terhadap guru, takut

dan kehidupan. Pengalaman inilah yang

salah, takut tidak sesuai dengan teori dan

mampu membawa peserta didik berjalan di

sebagainya. Dengan model tersebut, siswa

jalan yang benar. Salah satu alternatif agar

merasa senang, termotivasi, melatih kon-

pembelajaran sastra sesuai dengan harapan

sentrasi, ketelitian, tertantang, tetapi tidak

semua pihak adalah dengan menerapkan

membuat

belajar,

tidak

model PAIKEM.

mengantuk, dan menjadikan siswa

aktif.

Pembelajaran sastra model PAIKEM

tegang

dalam

Dengan demikian, jelas bahwa pembelajaran

dapat dikategorikan sebagai pembelajaran

menulis sastra dengan

yang humanis yaitu pembelajaran yang

seperti yang telah disampaikan merupakan

memanusiakan manusia. Pembelajaran yang

model

mem- bebaskan siswanya untuk berkreasi,

humanis, memanusiakan manusia.

pembelajaran

model PAIKEM,

yang

benar-benar

DAFTAR RUJUKAN Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. 2008. Pokoknya Menulis. Bandung: Kiblat Buku Utama. Ardiansyah, M. Asrori (http://www.majalahpendidikan.com/2011/05/kompetensi-guru.html diunduh tgl. 3 September 2012) Ismail, Taufik. 1998. Rabun Membaca dan Lumpuh Menulis. Jakarta: Yayasan Indonesia. Pusbang Tendik/Badan PSDMP dan PMP-Kemdiknas. 2011. PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenamgkan): Suplemen Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Pengawas Sekolah. Rusman. 2011. Model-Model pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. JakartaPersada: PT Raja Grafindo Sarjono, Agus R.2001. Sastra dalam Empat Orba. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Soedarsono, 2008. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa: Peran Penting dan Hasrat untuk Berubah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Subini, Nini dkk. 2012. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka Sujarwanto dan Jabrohim (Ed). 2002. Bahasa dan Sastra Indonesia: Menuju Peran \Transformasi Sosial Budaya Abad XXI. Yogyakarta: Gama Media.

35

IMPROVING STUDENTS’ READING COMPREHENSION OF HORTATORY EXPOSITION TEXT THROUGH TWO STAY TWO STRAY TECHNIQUE AT THE ELEVEN SCIENCE PROGRAM OF MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 NORTH LAMPUNG

Nur Isnainiyah*)

Abstrak Kemampuan memahami bacaan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh pemelajar bahasa Inggris karena hal ini dapat menambah pengetahuan siswa dalam segala bidang dan dapat membantu mempercepat pemahaman linguistik mereka terhadap bahasa yang dipelajari. Akan tetapi, masih banyak siswa sekolah menengah atas yang mengalami kesulitan dalam memahami bacaan yang mereka baca. Hal ini juga dialami oleh sebagian besar siswa kelas XI program IPA Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2, Lampung Utara yang menjadi subyek penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proses peningkatan kemampuan siswa dalam memahami bacaan bergenre” hortatory exposition” melalui penerapan tehnik mengajar “Two Stay Two Stray” (TSTS). Berdasarkan analisa data diketahui bahwa penerapan TSTS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan juga kemampuan siswa kelas XI program IPA MAN 2 Lampung Utara pada tahun pelajaran 2012/2013 dalam memahami bacaan.bergenre hortatory exposition. Sementara itu, prosedur penerapan teknik mengajar TSTS yang dilakukan adalah: siswa menyelesaikan tugas belajar dalam sebuah kelompok kecil; dua siswa bertamu kepada kelompok lain untuk bertukar informasi sementara dua siswa yang lain tetap tinggal dikelompoknya untuk menunggu tamu; dan siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka. Key words: Cooperative Learning, Two Stay Two Stray, Reading Comprehension, Hortatory Exposition Text, Classroom Action Research

As a result, it will foster students’ language

A. PENDAHULUAN Reading comprehension is one of the

acquisition (Harmer, 1998:68)

four important skills that should be mastered by any students who learn English because of its many benefits, such as

providing

good models for students’ writing and chance for unconscious learning of all components which make up a written text.

Even though it is very important to have good reading comprehension, there are many students in grade eleven of Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Lampung Utara, North Sungkai, North Lampung, academic yea

2012/2013

have

comprehension competence.

*) Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris MAN 2 Lampung Utara

low

reading

Improving Students’ Reading Comprehension Of Hortatory Exposition Text Through Two Stay ... (Nur Isnainiyah)

Based on the reflection done by the teacher,

it

is

teaching

main ideas in a text and exploring the

technique is one of the factors causing this

organization of a text are essential activity

problem. Therefore, one of the solutions is

for good comprehension. Comprehension

by

teaching

occurs when readers are able to understand,

technique such as Two Stay Two Stray

remember and communicate with others

Technique (TSTS).

about what they have read.

applying

predicted

an

that

discussed. Raising students’ awareness of

appropriate

To sum up, reading comprehension is the ability of understanding written text as a

The Notion of Reading Comprehension

result of complex interaction between the

There have been various definitions

text and the reader which is shaped by the

about reading. Silberstein (1994:21) stated

reader’s

that reading is an active process of

attitude, and language community which is

interacting

monitoring

culturally and socially situated. To improve

comprehension to establish meaning. Nuttal

students’ reading comprehension, it requires

(1996:11) stated that reading is a highly

continuous

effective means of extending our command

refinement.

with

print

and

prior

knowledge,

practices,

experiences,

enhancement

and

of language. Meanwhile, reading is also said as not a passive experience because it

The Procedure of Teaching Reading

requires active participation of the reader’s interpretation.

In

support,

Different skill needs to be attained in

Alyousef

teaching will also lead to the different

(2005:144) stated that reading can be seen as

procedure should be applied. Phillips’s in

an “interactive” process between a reader

Hadley (2000:209) developed five stages

and a text which leads to automaticity.

should be applied in teaching reading. Those

Meanwhile, Barnett in Brown (2001:177)

five stages are:

stated that reading is also seen as a mental process because readers actively produce understanding. In reading, comprehension is the primary Klingner

purpose

(Richards,

(2007:151)

1997:277).

stated

1.

Pre-teaching Stage

2.

Skimming/Scanning Stage

3.

Decoding/Intensive Reading Stage

4.

Comprehension Stage

5.

Giving exercise

that

Unlike Philip who divided the procedure of

comprehension is a person’s ability to

teaching reading into five stages, Murphy

understand what is being read or being

and

Cooper

in

Djuwarsih

(2008:36) 37

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

suggested some stages in teaching reading,

accountability,

namely: pre-reading activity, while reading

processing

activity and post reading activity.

heterogonous grouping (Tan in Cahyono and

The Notion of Hortatory Exposition Text

collaborative group

skills,

interaction,

and

Widiarti, 2004:172; Huda, 2011:46; Jhonson and Roger in Lie, 2008:31-34)). It is trough

According to Hartono (2005:4), text

interaction with others that students get

is a unit of meaning which is coherent and

feedback about what they have done in

appropriate

Hortatory

relation with their attitude and their learning,

exposition is one of text types. It belongs to

so that they know how to behave and know

argumentative text (Derewianka, 1992:75)

what to do in a cooperative work (Huda,

which

2011:4). In addition, Harmin

for

concerned

its

context.

with

the

analysis,

in Isjoni

interpretation and evaluation of the world

(2007:24)

around us. The purpose of this text is to take

cooperation students are given various

a position on some issues and justify, but the

learning experiences such as expressing

emphasis is on persuading someone to the

ideas

writer’s or the speaker’s point of view.

appropriate. So, in this way, students are

The Notion of Two Stay Two Stray (TSTS) Technique

and

stated

that

deciding

through

which

learning

ideas

are

seen as the subject of learning who are able to find and proceed their understanding through interaction with others.

TSTS is a teaching technique under cooperative learning. In Cooperative learning, the activity is emphasized on group which is based on the socially structured change of information between learners in group. In the activity, each learner is held accountable for his or her own learning and

The procedure of applying TSTS is as the following: 1. Teacher

presents

the

learning

material. 2. Students work in a small group consisting of four students.

is motivated to increase the learning of other

3. Teacher gives the learning task to be

(Roger, et al in Huda, 2011:29; Slavin,

discussed and accomplished together

2008:4)) .

by the group

The key concepts and techniques for enhancing the value of learner’s interaction in cooperative learning models such as TSTS include: positive independence, individual

38

4. Having accomplished the task, two members of each group are asked to leave their group and give a visit to two other members of another group.

Improving Students’ Reading Comprehension Of Hortatory Exposition Text Through Two Stay ... (Nur Isnainiyah)

5. Two students who stay in their group,

B. RESEARCH METHODOLOGY

serve as the hosts, have duty to share

This research was a classroom action

information and the result of their

research (CAR) which used the design

discussion to the guests.

developed by Kemmis and McTaggart

6. The hosts end the visit and return to

(Arikunto,

2006:93)

which

consist

of

their original group to share their

planning, treatment and observation and

findings.

reflection.

7. Every group compares and discusses their work. The above stages should be applied chronologically so that it can enhance students’ active participation in the learning process. Besides, during the application of TSTS, it is needed teacher’s competence to optimize his/her role in order that the

Based on the problems and the theories previously explained, it is necessary to conduct a classroom action research under the research question: “how to improve reading

comprehension

2 Lampung Utara. The subject of this research was grade XI students of science program which consisted of 40 students in which many of them still have low reading comprehension. The instruments used to collect the data in this research were a multiple choice

teaching learning process runs effectively.

students’

This research was conducted at MAN

of

hortatory exposition text at grade XI science program of MAN 2 Lampung Utara of

test which consists of 25 questions and observation sheets. The test was given twice: at the end of the first cycle, and at the end of the second cycle. The observation sheets were used to measure the students’ activity and the teacher’s activity during the teaching and learning process using TSTS technique.

academic year 2012/2013 through Two Stay Two Stray Technique (TSTS)?.” Meanwhile, the purpose of conducting this research is to describe the process of implementing TSTS to improve students’ reading comprehension so that it can be a practical solution of the students’

problem

on

reading

comprehension. Besides, it can improve teacher’s expertise dealing with a current teaching technique.

C. RESEARCH RESULT AND DISCUSSION The first cycle of this research consisted of two meetings for conducting teaching and learning process and one meeting for conducting the test.

The

learning material taught in this cycle was a hortatory exposition text. In the stage of planning, the researcher prepared the lesson

39

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

plan, learning material, group work sheet and

real group. In their group, students shared

observation

information gotten from the visit.

sheets.

Meanwhile,

the

Some

implementation of the first cycle consisted of

information was similar with the result of

two meetings for conducting teaching and

their discussion. However, there was also

learning process and one meeting to conduct

some information different from their ideas.

the test. The teaching and learning process

Therefore, they have to discuss again to

was divided into pre activity, whilst activity

reach consensus. Finally, the representatives

and post activity.

of some groups were asked to give

The implementation of the second

presentation based on the result of their

meeting was also based on the lesson plan

discussion.

has

delivering

giving presentation were encouraged to give

students’ worksheet and giving instruction

their comments. This activity lasted about

on what students should do, teacher also

15 minutes.

motivated students to cooperate with their

gave necessary clarification on the students’

partners better than before so that they all

presentation.

been

designed.

After

have high understanding of the material. While

students

were

discussing

Other groups who were not

In this activity, teacher also

The last activity or the post activity

the

was conducted for about 10 minutes. In this

assignment in their groups, teacher was also

activity, teacher guided the students to

monitoring and giving necessary guidance.

conclude the material has been learned. The

Some groups could answer the questions in

teacher also informed students that there

quite short time because the vocabulary used

would be a test to measure their reading

in the text was quite familiar for them in

comprehension on the following meeting.

addition to the topic which was familiar.

Besides, the teacher also advised students to

However, few groups still need longer time.

practice their reading comprehension at

Having finished doing the assignment,

home so that their groups get the reward of

teacher ordered two members of each group

the best group.

to have visit to another group. The group

a. Observation

which they should visit was different from the ones they visited in the previous meeting. This activity took about 10 minutes. In this new group formation, students also shared ideas based on the result of discussion in their real group. After having a visit for about 10 minutes, students were back to their 40

Observation was conducted during the action implementation. The observer used

the

observation

sheet

has

been

prepared. The summary on the result of the observation students’ activity can be seen below:

Improving Students’ Reading Comprehension Of Hortatory Exposition Text Through Two Stay ... (Nur Isnainiyah)

TABLE 1 DATA OF STUDENTS’ LEARNING ACTIVITY IN CYCLE 1

NO OBSERVED ACTIVITY

1 2 3 4

5 6 7 8

Paying attention on teacher’s explanation Answering the teacher’s question Asking question Giving presentation/paying attention on other group’s presentation Doing the assignment in the group Showing respect to others Helping each other in doing the assignment Showing responsibility in doing the assignment

PERCENTAGE OF EACH INDICATOR Meeting 1

PERCENTAGE OF EACH INDICATOR Meeting 2

85

90

67.5

71.5

45

57.5

75

81.5

77.5

82.5

80

80

60

77.5

65

75

Based on the description on the analysis of

students still used Indonesian language in

students’ activities, it can be seen that among

responding to teacher’s question.

the eight aspects observed, asking questions noted to get the lowest score.

It can be

understood because the students in this class mostly were passive. Therefore, it needed time for them to be braver in asking questions.

Even though the indicator of

asking questions gets the lowest score, it didn’t mean that the students did not respond to the teacher’s questions.

In this aspect,

more than half of the students in the class gave respond, even though most of the

Moreover, showing respect to others, doing the assignment in the group, giving presentation or paying attention to other’s presentation, helping each other and showing responsibility in

doing the assignment

became the second, third, fourth, fifth, and sixth aspect which respectively got high score. These scores indicated that students showed positive respond on the learning process. Besides, all of the aspects showed improvement of the percentage achieved in the following meeting. It happened because

41

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

in each group there were students who have

ten groups, group A, B, D, E, H and group I

high motivation and high ability so that they

got the best reward as the group which were

could help and motivated other their partners

very good. The other four groups got the

in the same.

predicate good

Students who used to be

The highest developmental

passive and silent also became more active

point was 27,5. The lowest developmental

and not shy to ask and share ideas in their

point (20) was attained by group G. This

group.

result showed that all groups have good

Besides, in the second meeting,

teacher also gave motivation and reminded

improvement

students that the success of their group

comprehension compared to their previous

depended on the contribution of all members

achievement as shown in their initial score.

of the group. In short, this result showed a good indication that the learning process in the first cycle has run well. Besides

observing

their

reading

b. Reflection Based on the data of observation and the test result of cycle 1, it can be analyzed

the

students’

activity, the observer also observed teacher’s activity.

on

The calculation on the teacher’s

activity is presented in the appendix. At the end of the first cycle, or the third meeting, it

the strengths and weaknesses of cycle 1, as the following: The strengths of the implementation of the first cycle:

result

1. Most students have shown good

showed that in cycle 1 there were 16 students

respond in learning through TSTS

have reached the score the same as or higher

as has been shown in the result of

than the minimum score of completeness

observation on students’ activity.

was

conducted

assessment.

The

criteria (72) while 24 others still categorized

2. Teacher has been able to motivate

The percentage of

and give guidance so that all

successful student was 40% and the student

groups have got improvement in

average score was 62.25.

their development point.

into not successful.

Based on this

result, it can be said that the indicator

The weaknesses of the implementation of the

success of the research in terms of student’s

first cycle:

ability has not been reached. Based on the result of test on cycle 1, which then analyzed to show students’ developmental point, it can be known the predicate gotten by each group. Among the 42

1. There is one aspect of students’ activity (asking question) which still get low score.

Improving Students’ Reading Comprehension Of Hortatory Exposition Text Through Two Stay ... (Nur Isnainiyah)

2. There are many students whose

trained

score are below the minimum of

attention

still categorized into not active. the

strengths

to

3. Teacher needs to motivate, give

3. There are three groups who are

on

strategy

comprehend the text better.

completeness criteria.

Based

the

and

guide

students

whose groups categorized into

and

not active.

weaknesses have been identified, there are some improvement need to be implemented:

Similar to the first cycle, the second cycle

consisted

of

two

meetings

for

1. Teacher needs to encourage and

conducting teaching and learning process

stimulate students to be braver in

and one meeting for conducting the test.

asking questions.

Observation. Similarly, observation was

2. Teacher needs to explain more clearly

of

by the same observer. The observation on

text.

students also covers eight activities in which

Besides, students need to be

the summary on the result of the observation

hortatory

the

characteristic

conducted during the action implementation

exposition

on the students’ activity can be seen below:

TABLE 2 DATA OF STUDENTS‘ LEARNING ACTIVITY IN CYCLE 2

NO

1 2 3 4 5 6 7 8

OBSERVED ACTIVITY Paying attention on teacher’s explanation Answering the teacher’s question Asking question Giving presentation/paying attention on the group’s presentation Doing the assignment in the group Showing respect to others Helping each other in doing the assignment Showing responsibility in doing the assignment

PERCENTAGE PERCENTAGE OF OF EACH EACH INDICATOR INDICATOR Meeting 1 Meeting 2 97.5

97.5

80 57.5

82.5 67.5

87.5

87.5

92.5 85

95 95

82.5

92.5

85

85

43

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

Based on the description on the

(72) while 15 others still categorized into not

analysis of students’ activities, it can be seen

successful.

that among the eight aspects observed,

students was 62.5% and the student average

asking questions still noted to get the lowest

score was 68.7.

score. However, it has improved much than

from the result in the first cycle. Also, based

the previous cycle. Among the eight aspects,

on this result, it means that the indicator

paying attention on teacher’s explanation got

success of the research in terms of student’s

the highest score. All of the aspects show

ability has been reached.

improvement of the percentage achieved better than the previous cycle. During the application of cycle 2, there were more students who showed high motivation and enthusiasm in all the activities applied. In fact, this result showed an indication that the indicator of success in terms of students’ activities has been reached, even, higher than the target. teacher’s

Similarly, observation on activity

also

showed

The percentage of successful

It showed improvement

Based on the result of test on cycle 2, which then analyzed to show students’ developmental point, it can be known the predicate gotten by each group. Among the ten groups, group C, D, I and J got the reward as the groups which were very good. The other six groups got the predicate good (the detailed calculation is in appendix).

the

In the stage of reflection, the researcher

improvement in which almost all the aspects

and collaborator discussed the result of

observed noted to be very good.

analysis on the data of observation and the

At the end of the second cycle, it was also conducted assessment on the following day. In this meeting, teacher conducted the test

to

measure

students’

comprehension in cycle 2.

reading

that the classroom action did not need to be continued to cycle 3 because the indicators success of the research have been attained.

The time

allocation was 90 minutes and the test consisted of 25 questions of multiple choice. The test was also followed by all of the students of grade XI science program which consist of 40 students. The result showed that in cycle 2 there were 25 students have reached the score the same as or higher than the minimum score of completeness criteria

44

test result of cycle 2. Then it was decided

Discussion The application of this classroom action research was intended to improve students’

learning

activity

and

comprehension of hortatory exposition text through a teaching technique believed to be able to reach this purpose. Since there are two indicators success of research, covering

Improving Students’ Reading Comprehension Of Hortatory Exposition Text Through Two Stay ... (Nur Isnainiyah)

students’ learning activity and students’

describe the attainment on these two

reading comprehension, the data on these

indicators. Based on the observation on the

two aspects should be collected. Having been

students’ activity for two cycles, it was

collected, it was then analyzed statistically to

gotten the following data:

TABLE 3 DATA OF ACTIVE GROUP ∑ Group Activity Meeting 1 Meeting 2 30 60 80 90

CYCLE I II

% of Active Group 45 85

GRAPH 1 ACTIVE GROUP

90 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

85

80 60 45 30

Meeting 1

Meeting 2 I

% of Active Group

II

As shown in the table and the graph,

though, before the application of this

the implementation of two stay two stray

classroom action research, students were also

technique can improve students’ activity. It

already familiar with group work, they were

can be seen that the percentage of students’

usually only grouped with those nearest to

activity improve in each meeting. Even, in

them and those who have similar gender.

cycle 2 it was very high.

It happened

However, the principle embodies TSTS

because students were interested with the

technique requires students to be grouped

application of TSTS which give new

heterogeneously in terms of their ability and

atmosphere in the learning process.

gender. Being in the heterogeneous group,

Even

45

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

students

became

more

active.

In

the

ensure their understanding, they also became

heterogeneous group, students who have

more active and braver in asking question

higher ability feel more responsible on the

and answering the teacher’s questions which

group success so that they were also

lead to the confirmation of what they have

willingly became the tutor for their peers.

known or understood cognitively. Respect to

This is relevant with Huda’s statement

others also shown by their attention and

(2011: 33) that in cooperative learning such

participation when they listen to other

as TSTS technique, social cohesion is

groups’ presentation in front of the class.

enhanced.

Sometimes they also made confirmation

It is shown by the attitude of

showing concern to others.

There is

between what they listened and the result of

interdependence in which students believe

their discussion in their group.

that they should depend on each other to

respect to others was not only shown when

attain success. The same orientation to be

they work in their group but also when they

students’

achieved

makes

motivation

improved.

In

learning cooperative

Showing

have to make visit to other groups. When they

have

different

answer,

they

learning, interdependence would lead to

communicate politely with others. It shows

improved motivation as being supported by

that the application of TSTS also improve

others, will make students’ motivation

students’ ability to express ideas more

improved.

widely to others, Even though there were

In addition, the application of TSTS

some students who were categorized into

requires students to learn in small group.

high ability students seemed to dominate the

Being in small group, those who have lower

discussion

ability be braver to share ideas and to ask

interdependence feeling among the member

questions.

the

of group was shown when students helped

application of TSTS is advantageous in the

each others to accomplish the task on

aspect of communication building (Huda,

students’ worksheet even though in the first

2011:155).

and second meeting there were students who

This

fact

shows

that

Based on the calculation on students’

in

some

groups.

The

seemed to be busy by themselves.

The

activity for each aspect observed, there were

students’ feeling of responsibility was also

always found improvement on the eight

improved because in the group each student

aspects being observed. Students’ attention

is

on teacher’s explanation improved because

questions.

responsible

on

answering

different

students became more conscious on trying to

The analysis of indicator success of

have more understanding on the material. To

the research in term of the students’ ability

46

Improving Students’ Reading Comprehension Of Hortatory Exposition Text Through Two Stay ... (Nur Isnainiyah)

shown by their score in the test of cycle 1

following table:

and cycle 2 which can be presented in the TABLE 4 DATA OF SUCCESSFUL STUDENTS Cycle 1 Cycle 2 Average score

62,25

68,7

Successful student

16

25

% of successful student

40%

62,50%

GRAPH 2 GRAPH OF SUCCESSFUL STUDENT

70 60 50 40 30

Cycle 1

20

Cycle 2

10 0 Average score

Succesful student

% of successful student

The table and the graph above show

also knew each other better than before so

that the indicator success of the research on

that the communication among them became

the aspect of students’ ability has been

much better and the willingness to help each

reached in cycle 2.

The improvement on

other was also improve. Furthermore, being

students’ ability in this research may be

mixed in the group which has different

caused by several factors.

abilities, make students more able to

The most

important factor is the improvement on

understand the material being learned.

students’ activity in each meeting of the two

this case, students who have high ability

cycles conducted. By studying in the group,

have more opportunity to help those whose

students

and

ability are lower. As Huda (2011: 33) stated

They

that, cognitively, students’ interaction will be

have

more

opportunities

became braver to share their ideas.

In

47

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

able to improve their learning achievement

point make them more motivated learn and

especially if they are able to proceed their

to help their peers.

gotten information mentally.

It is through

opportunity to interact with others makes

the cooperative learning such as TSTS,

them learn to be familiar and to respect

students get various learning experience of

others. Also, not least important, learning in

expressing ideas and deciding which ideas

group

are appropriate. So, this finding is in line

confidence in asking questions, answering

with the statement from Harmin in Isjoni

question and presenting their ideas in front of

(2007: 24) that in this learning strategy,

others.

improve

Besides, optimum

students’

bravery

and

students are seen as the subject of learning

Moreover, the improvement on the

who are able to find and proceed their

students’ learning activity and ability cannot

understanding

with

be separated from the teacher’s role. As has

others. Also, in activities implemented in

been described in the research result that

TSTS technique, students can give optimum

teacher has already applied all the indicators

contribution to develop themselves and their

of teacher’s activities well. Even though in

peers so that the learning activity can

the first cycle there were some indicators

improve which then lead to the improvement

which were not very well applied, there was

of their learning ability.

always improvement on teacher’s activity. In

through

interaction

Based on the explanation, it can be

the application of TSTS both in the first and

concluded that the application of TSTS

the second cycle, based on the observation

technique can improve the students’ learning

sheet, teacher has played the teacher’s roles

activity and comprehension on hortatory

well. In the application, teacher has applied

exposition text at grade XI science program

the role as the facilitator well. As the

of Madrasah Aliyah Negeri 2 Lampung

facilitator, teacher has facilitated students to

Utara,

year

participate actively and to learn effectively.

the

Besides, teacher also had optimally applied

cooperative learning strategy of TSTS

the role as the manager who manages the

technique has unique characteristics of

students and all the activities taking place

students working in small group so that they

during the teaching and learning process.

become braver to express opinion; students

Besides, as the evaluator, teacher has

are mixed in heterogeneous group so that it

evaluated the application of the learning

makes them more optimally proceed the

process and the learning product straight

understanding of the material learnt; students

after

are given reward through the developmental

appropriate feedback can be given directly.

North

2012/2013.

48

It

Sungkai happens

academic because

the

implementation

so

that

the

Improving Students’ Reading Comprehension Of Hortatory Exposition Text Through Two Stay ... (Nur Isnainiyah)

improved drastically from 45% at the first

D. CONCLUSION AND

cycle

SUGGESTION

to

85%

at

the

second

cycle.

Meanwhile, the students learning ability of Based

on

the

research

finding

comprehending hortatory exposition text

previously described, it can be concluded

improved from getting the average score

that through the two cycles of classroom

62.25 at the first cycle into 68.7 in the

action research, the application of TSTS

second

technique can improve the students’ learning

successful students of 40% and 62.50% in

activity and reading comprehension on

the first and second cycle respectively.

hortatory exposition text at grade XI science

cycle

with

Therefore,

it

the

is

percentage

suggested

of

that

program of Madrasah Aliyah Negeri 2

teachers use TSTS technique in teaching

Lampung Utara, North Sungkai, North

reading

Lampung. Moreover, the processes done

exposition text, especially if the students

covered the procedures, namely: students

belong to passive or quite passive ones.

accomplished the learning task in a small

Additionally, in the implementation, teacher

group; students had a visit to another group

should be able to plan the time allocation

in order to share information; students

accurately, to manage the classroom well,

compared/presented their groups’ work.

and to continuously motivate and give

In addition, the quantitative data analysis shows

that

students

learning

activity

comprehension

necessary guidance.

of

hortatory

Besides, the teacher

should apply the procedure chronologically in order to get the optimum result.

REFERENCES

Alyousef, H.S. 2003. “Teaching Reading Comprehension to ESL/EFL Learners”. The Reading Matrix. Vol 5. No 2, September 2005. Available on http.acrobat/rider.co.id (April 2011) Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Brown, H. Douglas. 1994. Understanding Research in Second Language Learning. New York: Cambridge University. Brown, H. Douglas. 2007. Teaching by Principles. New York: Pearson Education. Cahyono, B.Y. and Utami Widiarti. 2004. Tapestry of English Language Teaching and Learning in Indonesia. Malang: Malang University Press. Derewianka, Beverly. 1992. Exploring How Text Work. Australia: Primary English Teaching Association. Djuwarsih. 2008. Learning and Teaching Strategy. Jakarta: CV Wijaya Saputra.

49

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

Harmer, Jeremy. 1998. How to Teach English. England: Addison Wesley Longman Limited. Hartono, Rudi. 2005. Genres of Text. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni. 2007. Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta. Klingner, Janette K., Vaughn, Sharon and Alison Boardman. 2007. Teaching Reading Comprehension to Stusdents with Learning Difficulties. New York: The Guilford Press. Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo. McDonough, Jo and Christopher Shaw. 2003. Materials and Methods in ELT. Australia: Blackwell Publishing. McNamara, Danielle. S. (ed). 2007. Reading Comprehension Strategies. New Jersey: Laurence Erlbaum Associates. Inc. Nunan, David. 1992. Collaborative Language Learning and Teaching. Cambridge: Cambridge University Press. Nunan, David. 1995. Language Teaching Methodology. Hertforshire: Pheonix ELT. Nuttal, Christine. 1996. Teaching Reading Skills in a Foreign Language. Oxford: Heinemann English Language Teaching. Richard, Jack C. 2002. Methodology in Language Teaching. USA: Cambridge University Press. Silberstein, S. 1994. Techniques and Resources in Teaching Reading. New York : OUP Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning: Theory, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Med

50

ANALISIS MIKROTEKSTUAL DAN MAKROTEKSTUAL DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURAHMAN EL SHIRAZY

Nur Mei Ningsih*)

Abstract The discourse analysis in the novel "Pudarnya Pesona Cleopatra" by Habiburahman El Shirazy uses contextual and textual approach. The analysis was carried out to describe micro and macro textual analysis in the novel "Pudarnya Pesona Cleopatra". It found some quotations in this novel. The analysis uses some codes to make easier in comprehending the analysis process. The code AGR (Analisis Gramatikal Referensi), there are 4 quotations and 21 quotations. Meanwhile, there are 1 quotation and 5 quotations in demonstrative AGR. In comparative quotations, there are 1 quotation and 1 quotation. Then, there are 5 quotations and 2 quotations in AGs (Analisis Gramatikal Substitusi). There are 5 quotation and 1 quotation in AGe (Analisis Gramatikal Elipsis). There arre 50 quotations and 19 quotations in AGk (Analisis Gramatikal Konungsi, and there are 3 quotations in AL antonim (Analisis Leksikal antonimi). Meanqhile, in AL kol (Analsis Leksikal kolokasi atau sanding kata), there are 1 quotations. Analyzing macrotextual using macro coding: the code PPP (Prinsip Penafsiran Personal), there are 14 quotations, PPL (Prinsip Penafsiran Lokasioner), there are 4 quotations, and PPT (Prinsip Penafsiran Temporal), there are 1 quotation. Keywords: macrotextual and microtextual analysis berkomunikasi sehari-hari. Banyak para

A. Pendahuluan

peneliti

yang

melakukan

penelitian

Karya sastra dengan kekayaan jenisnya

memfokuskan satu bidang saja, yakni bahasa

merupakan objek studi wacana yang sangat

atau bidang sastra. Dalam penelitian ini tidak

kaya. Salah satu bentuk karya sastra adalah

hanya memfokuskan satu bidang saja, tetapi

novel. Novel melalui penyajian media yang

keduanya yakni bahasa dan di luar bahas.

cukup luas merupakan jenis yang paling banyak wacana.

menarik

minat

Analisis

para

wacana

Novel Pudarnya Pesona Clopatra

pemerhati

merupakan

merupakan

sederhana.

novel

yang

pendek

dan

Banyak tang- gapan atau

penelitian antardisiplin

komentar yang di- sampaikan oleh para

yang meneliti tentang struktur teks dan

pembaca tentang isi Pudarnya Pesona

konteks

tentang

Cleopatra. Selain itu novel ini memiliki

penggunaan bahasa yang digunakan untuk

bahasa yang sederhana namun indah. Novel

sekaligus

meneliti

*) Staf Pengajar STKIP Muhammadiyah Kotabumi Lampung

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

tersebut merupakan karya Habibur- rahman

ke kesatuan yang lebih besar yakni wacana

El Shirazy. Ia telah banyak menghasilkan

(Lubis.2004:20).

novel yang sangat digemari pembaca, seperti

Definisi wacana dan teks hampir sama,

Bercinta untuk Surga Kisah-Kisah Islami

keduanya memiliki ciri-ciri sebagai satuan

Pembangun Jiwa, Di Atas Sajadah Cinta,

bahasa

Ayat-Ayat

tertinggi

atau

Cleopatra. Ia juga menulis cerpen seperti

berbentuk

karangan

Bayi-Bayi Tertawa dan Seratus Peluru untuk

paragraf, kalimat yang membawa makna

Amru.

yang lengkap. Dalam kehidupan praktis

Cinta,

Pudarnya

Pesona

terlengkap,

satuan

terbesar. yang

gramatikal Realisasinya utuh

seperti

Dalam tulisan ini akan dianalisis

sehari-hari dan dalam ilmu sosial yang lebih

novel Pudarnya Pesona Cleopatra karangan

dikenal adalah wacana atau diskursus.

EL Shirazy. Tulisan ini bertujuan untuk men-

Demikian juga dalam ilmu bahasa yang

deskripsikan isi keseluruhan novel sebagai

dipermasalahkan adalah wacana, bukan teks.

suatu

maksudnya

Istilah teks pada umumnya digunakan dalam

mendeskripsikan kata dan kalimat dari segi

sastra. Popularitas wacana diban- dingkan

kebahasaan dan menganalisis kata dan

dengan

kalimat dari segi kesastraan. Dalam analisis

digunakan baik dalam

ini digunakan pendekatan teks dan konteks.

sehari-hari maupun studi ilmiah seperti

Dengan demikian, analisis yang dipakai

linguistik dan ilmu sosial lainya. Wacana

dalam

merupakan

wacana

yang

penelitian

padu,

adalah

analisis

teks,

terjadi

konsep

karena

wacana

kehidupan praktis

kunci

teori

lahir

dan

mikrotekstual. Analis tersebut berkaitan erat

poststruktural.

dengan kohesi tekstual dalam urutan kalimat

dimanfaatkan dalam masyarakat (Ratna,

sehingga membentuk koherensi dan analisis

2004:244—245).

makrotekstual yang berkaitan dengan faktorfaktor di luar kebahasaan

Menurut Sumarlan (2003:6) wacana adalah pemakaian bahasa dalam komunikasi, baik

lengkap

maupun secara tertulis (bahasa yang dipakai

sebenarnya bukanlah kata atau kalimat,

dalam tulisan ilmiah, disertasi, surat dsb).

sebagaimana

beberapa

Badudu seperti yang dikutip oleh Eriyanto

kalangan dewasa ini, melainkan wacana atau

(2001:2) memberikan dua batasa wacana

discourse. Oleh sebab itu penyelidikan dan

sebagai berikut (1) wacana adalah rentetan

deskripsi sintaksis tidak boleh dibatasi pada

kalimat

satuan kalimat saja, tetapi harus dilanjutkan

menghubungkan proposisi yang satu dengan

52

bahasa

disampaikan secara lisan (berupa

percakapan, kuliah, ceramah, khotbah dsb)

1. Analisis wacana Kesatuan

Wacana

dalam

dianggap

yang

oleh

yang

berkaitan,

yang

Analisis Mikrotekstual Dan Makrotekstual Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra ... (Nur Mei Ningsih)

proposisi yang lainnya, membentuk satu

atau

kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang

makrostruktural

serasi diantara kalimat-kalimat itu. (2)

Pendekatan

wacana

mikrotekstual

adalah

kesatuan

bahasa

yang

mikrotekstual

dan

atau

mikro-

pendekatan makrotekstual.

struktural

atau

menitikberatkan

pada

terlengkap dan tertinggi diatas kalimat atau

mekanisme kohesi tekstual untuk meng-

klausa dengan kohesi dan koherensi yang

ungkapkan

tinggi

membentuk

yang

berkesinambungan,

yang

urutan

kalimat

sebuah

wacana,

sehingga

menjadi

disampaikan secara lisan atau secara tertulis.

makrostruktural atau makrotekstual adalah

Baryadi

pendekatan dengan memper- timbangkan

discourse yaitu

Adapun

dapat

mempunyai awal dan akhir yang nyata,

menyatakan bahwa wacana atau

koheren.

yang

pendekatan

sebagai istilah linguistik

faktor background dan foreground, konteks

dimengerti sebagai satuan lingual yang

situasi, faktor sosial kultural, serta budaya

berada diatas tataran kalimat (Sumarlan,

yang melingkupinya (Sumarlan, Adhani,

Adhani, Indratmo, 2004:4).

Indratmo: 2004:3).

Analisis wacana adalah istilah yang

Analisis wacana naratif merupakan

berganda makna oleh karena cakupannya

bidang studi yang memasukan masalah-

luas dan belum dikaji secara serius oleh

masalah wacana dalam kaitannya dengan

para ahli atau linguis

linguistik

dan ahli-ahli ilmu

dan

sastra

termasuk

ilmu

sosial lainnya. Ada dua kelompok perkem-

humaniora dan ilmu sosial. Wilayah kajian

bangan dalam kajian atau analisis wacana.

wacana naratif ini sangat luas, meliputi

Yang pertama ialah yang berusaha membuat

wacana lisan dan tulisan, wacana sastra lama

analisis struktur suatu wacana lisan atau

dan modern, wacana fiksi dan non fiksi

tulisan yang terjadi atau dilakukan secara

(Ratna, 2004:245). Setiap unit wacana baik

alamiah yaitu kegiatan komunikasi normal.

besar maupun kecil jelas memiliki bentuk

Yang kedua ialah yang berusaha mengkaji

sebagai struktur tertentu. Wacana diciptakan

bahasa dalam penggunaan

sesuai dengan

dengan tujuan tertentu, positif atau negatif

konteks sosialnya, khususnya pertukaran

sebagai fungsinya. Akhirnya wacana akan

ujaran antara pembicara dengan teman bicara

menampilkan makna, hasil-hasil yang telah

atau pendengar, dengan kata lain bahasa

dicapai oleh bentuk dan fungsi.

dalam

interaksi

(Sumarlan,

Adhani,

Indratmo: 2004:61). Analisis

wacana

Dalam

karya

sastra

makna

disimpulkan sebagai kualitas estetis, proses merupakan

kajian

kenikmatan tertinggi yang dirasakan oleh

kohesi tekstual dan kontekstual dengan

pembaca. Dikaitkan dengan sistem dasar

menggunakan pendekatan mikrostruktural

komunikasi sastra, yaitu antara pengarang, 53

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

karya sastra, dan pembaca, maka bentuk

wacana disebut aspek gramatikal wacana,

digali melalui kompetensi pengarang, fungsi

sedangkan segi makna atau struktur batin

melalui karya, sedangkan makna melalui

wacana disebut aspek leksikal wacana

pembaca (Ratna.2004:246—247).

(2003:23).

Menurut Barsky dalam Makaryik, analisis

wacana

merupakan

hubungan

penelitian

perkaitan antarproposisi yang di- nyatakan

antardisiplin dengan per- timbangan bahwa

secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal

analisis

teks

dan semantik dalam kalimat-kalimat yang

dan

membentuk

wacana

sekaligus

merupakan

Kohesi

meneliti

dimensi

sosiokultural bagaimana

dalam makna

struktur

linguistik usaha itu

wacana.

dkk.

2003:427).Dalam analisis ini, teks ditinjau

dikonstruksikan

dari dua aspek yakni aspek gramatikal dan aspek leksikal.

wacana

aspek gramatikal

salah

Alwi

menentukan

(Ratna, 2004:247). Menurut Baryadi, analisis merupakan

(

satu

cabang

Pendekatan

me- lalui

berarti men- cermati

linguistik yang mengkaji satuan lingual yang

struktur lahir, sementara pendekatan melalui

berada diatas kalimat. Tujuan analisis adalah

aspek leksikal berarti mencermati struktur

untuk

bahasa.

batin atau hubungan antarunsur dalam

Dengan demikian, wacana dapat dilihat baik

wacana secara semantik (Sumarlan, ed.

dari segi internal maupun eksternalnya. Dari

2003:283).

memerikan

penggunaan

segi internal, wacana dikaji dari jenis struktur, dan hubungan bagian-bagiannya.

1.1.1 .Aspek gramatikal

Dari segi eksternal, wacana dikaji dari

Relasi yang erat yang harus ada pada sebuah

keterkaitan wacana itu dengan pembicara,

wacana yang baik dinamakan kohesi. Relasi

hal yang dibicarakan, dan mitra bicara

tersebut bermacam-macam yakni referensi,

(2002:3)

subsitusi, ellipsis, konjungsi dan leksikal.

1.1. Analisis mikrotekstual

A. Referensi

Sumarlan menjelaskan bahwa wacana

Referensi secara tradisional berarti hubungan

yang padu adalah wacana yang apabila

antara

dilihat dari segi hubungan bentuk atau

Tradisional ini terus berpengaruh pada

struktur lahirnya bersifat kohesif,dan dilihat

linguistic

dari segi hubungan makna atau struktur

hubungan yang ada adalah hubungan antara

batinnya bersifat koheren. Lebih lanjut

bahasa dan benda, tetapi pernyataan tersebut

Sumarlam menjelaskan bahwa dalam analisis

bukan hanya hubungan antara kata dan benda

wacana,

saja tetapi juga harus dikaitkan dengan si

54

segi

bentukatau

struktur

lahir

kata

dengan

yang

benda.

Pandangan

menerangkan

bahwa

Analisis Mikrotekstual Dan Makrotekstual Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra ... (Nur Mei Ningsih)

pembicara, karena pembicara yang paling

dalam wacana untuk memperoleh unsure

tahu

pembeda.

tentang

kalimat

yang

diucapkan.

Atau

sering

dikatakan

jika

Referensi terbagi menjadi tiga bagian yakni:

referensi adalah hubungan makna maka

referensi personal, referensi demons- tratif,

subsitusi adalah hubungan gramatikal atau

dan referensi komparatif (Lubis, 2004:32).

hubungan

a) Referensi personal

maknanya tetapi pada vocabularynya.

Personal referensi ini mencakup tiga kelas

Elipsis

yang

bukan

terletak

pada

kata ganti diri yaitu kata ganti diri orang

Elips adalah penghilangan satu bagian

pertama, kata ganti orang kedua, dan kata

dari unsure kalimat itu. Sebenarnya elips ini

ganti orang ketiga.

hampir sama dengan substitusi tetapi eliips

b) Referensi demonstratif

ini disubstitusi oleh sesuatu yang kosong,

Pengacuan demonstratif atau kata ganti

atau sesuatu yang tidak ada.

penunjuk dapat dibedakan menjadi dua yakni demonstratif waktu (temporal) seperti waktu

C. Konjungsi

sekarang,

dan

Alat yang menghubungkan kalimat

atau

dengan kalimat yang lain disebut konjungsi.

lokasional yakni ini, itu, di sini, di sana, dan

Kata-kata konjungsi ada- lah seperti dan,

di situ adalah referensi demonstratif tempat

tetapi, atau, kemudian, sesudah itu, demikian

atau lokasional.

juga,

lampau,

akan

pronominal demonstratif

datang tempat

seperti,

juga

disampping

satu

itu,

kebalikannya, maksud saya , dan lain-lain c). Referensi komparatif

(Lubis.2004:28—40).

Salah satu bentuk kohesi gramatikal adalah komparatif yaitu mem- bandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/wujud,

1.1.2. Aspek leksikal Kepaduan wacana selain didukung oleh

sifat,

aspek gramatikal atau kohesi gramatikal juga

peri-laku. Atau referensi yang jadi bandingan

didukung oleh aspek leksikal atau kohesi

bagi yang referensi- nya adalah kata seperti

leksikal. Kohesi leksikal adalah hubungan

sama, persis, identik, serupa begitu serupa,

antar unsur dalam wacana secara semantik.

serupa tapi tak sama, lain, selain, berbeda.

Kohesi leksikal dalam wacana dibedakan

B. Subsitusi

menjadi tiga bagian yakni repetisi atau

Penyulihan atau substitusi adalah satu jenis

kohesi

gramatikal

yang

berupa

perulangan, antonimi, dan kolokasi atau sanding kata.

penggantian satuan lingual tertentu (yang

A. Repetisi atau perulangan adalah satuan

telah disebutkan) dengan satuan lingual lain

lingual (bunyi, kata, suku kata, atau 55

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

bagian kalimat) yang dianggab penting

prinsip penafsiran lokasional, (3) prinsip

untuk member tekanan dalam sebuah

penafsiran temporal.

konteks yang sesuai. B. Antonimi atau lawan kata adalah makna

2.1.1. Prinsip penafsiran personal

satuan lingual yang berlawanan, disebut

Prinsip penafsiran personal berkaitan dengan

juga dengan istilah oposisi

siapa yang menjadi partisipan di dalam suatu

C. Kolokasi

atau

sanding kata

adalah

wacana. Dalam hal ini siapa penutur dan

asosiasi tertentu dalam meng- gunakan

siapa mitra tutur sangat menentukan makna

pilihan yang cenderung digunakan secara

sebuah tuturan.

berdampingan

2.1.2. Prinsip penafsiran lokasional

(Sumarlam,

Adhani

Indratmo, 2004:205—207).

Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam

2.1 Analisis makrotekstual Sumarlan (2003:46) menjelas- kan

rangka memahami wacana.

bahwa konteks wacana adalah aspek-aspek

2.1.3.Prinsip penafsiran temporal

internal wacana dan segala sesuatu yang

Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan

secara eksternal melingkupi sebuah wacana.

pemahaman mengenai waktu. Berdasarkan

Ber- dasarkan pengertian tersebut maka

konteksnya dapat ditafsirkan kapan waktu

konteks wacana secara garis besar dapat

atau berapa lama waktu terjadinya situasi

dibedakan menjadi dua kelompok

(Sumarlam, Adhani, Indratmi 2004:98—102)

yakni

konteks bahasa dan konteks luar bahasa. Konteks bahasa disebut koteks, sedangkan

B.Metode Penelitian

konteks di luar bahasa disebut konteks situasi dan konteks budaya.

Rancangan dalam penelitian, metode yang digunakan adalah metode kualitatif,

Analisis kontekstual adalah analisis

yakni metode yang memanfaatkan dengan

wacana dengan bertumpu pada teks yang

cara penafsiran dan menyajikannya dalam

dikaji berdasarkan konteks

bentuk

melingkupimaupun

nya,

konteks

baik

eksternal yang konteks

memberikan

Metode

perhatian

kualitatif

terhadap

data

Pemahaman

alamiah, data dalam hubungannya dengan

konteks situasi dan konteks kultural dalam

konteks keberadaannya (Ratna, 2004 : 46—

wacana

47).

dapat

mempertimbangkan

kultural.

situasi

deskripsi.

dilakukan

dengan

berbagai

prinsip

Teknik

pengumpulan

data

yang

penafsiran. Prinsip-prinsip yang dimaksud

digunakan adalah teknik pengum- pulan data

adalah (1) prinsip penafsiran personal, (2)

dengan

56

studi

pustaka

dengan

teknik

Analisis Mikrotekstual Dan Makrotekstual Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra ... (Nur Mei Ningsih)

pencatatan. Data yang dikumpulkan berupa

untuk konjungsi, PPP untuk penafsiran

kata dan kalimat. Dalam teknik pencatatan

personal, PPL untuk prinsip penafsiran

seorang

lokasioner,

peneliti

harus

melakukan

penyimakan secara cermat dan teliti terhadap

dan

PPT

untuk

penafsiran temporal.

sumber data. Langkah-langkah pengumpulan

2.

data data yang digunakan dalam penelitian

3. Menafsirkan hasil temuan

yakni dengan cara membaca keseluruhan isi

4. Menyimpulkan hasil analisis

novel

Pudarnya

Pesona

prinsip

Menganalisis data temuan

Cleopatra,

menentukan kata atau kalimat yang berkaitan

C.Temuan Penelitian dan Pemba-hasan

dengan analisis mikro- tekstual dan analisis makrotekstual,

mencatat

kalimat

yang

1.Temuan Penelitian Objek penelitian ini adalah analisis

berkaitan dengan analisis mikrotekstual dan analisis makrotekstual yang terdapat dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra dalam

Cleopatra yang terdiri dua judul yakni Pudarnya

kartu data. Teknik digunakan

wacana dalam novel Pudarnya Pesona

analisis

data

yang

dalam penelitian ini ada- lah

interpretasi. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam

analisis tersebut adalah

Pesona

SetetesEmbun

Cleopatra

Cinta

Nyala

Habiburahman El Shirazy. menjadi

dan karya

Materi yang

fokus penelitian adalah

wacana

yang bersifat mikrotekstual yang meliputi aspek gramatikal referens, aspek gramatikal

sebagai berikut. 1. Mengelompokan Pudarnya

wacana

novel

PesonaCleopatra

karya

Habiburahman El Shirazy dengan cara memberi kode judul novel PPC untuk Pudarnya Pesona Cleopatra dan SECN untuk Setetes Embun Cinta Niyala, Kode angka 1,2,3 dan seterusnya adalah untuk

substitusi, aspek grama- tikal elipsis, aspek gramatikal konjungsi, aspek leksikal repitisi, aspek leksikal antonimi, aspek leksikal kolokasi atau sanding kata, sedangkan yang bersifat makro- tekstual meliputi prinsip penafsiran

personal,

prinsip

penafsiran

lokasional, dan prinsip penafsiran temporal.

halaman, kode angka I, II, II dan

Setelah diadakan penelitian yang

seterusnya adalah untuk paragraf, kode

berupa

angka i,ii,iii dan seterusnya adalah untuk

mikrotekstual

kalimat,

novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya

kode

personal, demonstratif,

RP untuk referen

RD

untuk Rk

untuk

analisis

wacana

dan

yang

makrotekstual

bersifat dalam

referensi

Habiburahman El Shirazy maka ditemukan

referensi

data sebanyak data 145 kutipan yang ada

komparatif, Sub untuk substitusi dan K 57

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

dalam novel tersebut. Adapun hasil kutipan

lokasioner”itu.Kata

tersebut adalah sebagai berikut.

pengganti adalah kata ”gadis” c. AGR

1.1 Analisis Mikrotekstual Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra meliputi,

personal

(analisis

Aura pesona kecantikan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra sedemikian kuat mengakar dalam otak, perasaan dan hatikan (PPC/AGRKomp/II/v/3)

gramatikal

referensi personal) terdapat pada kutipan berikut.

komparatif (analisis gramatikal

contoh kutipan

meliputi: AGR

sebagai

referensi komparatif),

1.1.1. Analisis Gramatikal referensi yang

a.

tersebut

Dalam kutipan tersebut termasuk kohesi Ini nikmat atau azab? ”harus dengan dia, tak ada pilihan lain!”tegas ibu. Beliau memaksaku untuk menikah dengan gadis itu. (PPC/AGR Personal/ I/i/1)

Pada kutipan kalimat dalam

aspek

tersebut termasuk

gramatikaljenis

referensi

gramatikal komparatif yangmembandingkan dua yang memiliki kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk atau wujud yakni kata”aura pesona kecantikan”

memiliki kemiripan

dengan frasa “titisan Cleopatra” jadi kedua kutipan kalimat tersebut memiliki kesamaan

personal. Dikatakan ter- masuk referensi

dalam hal makna.

personalkarena kalimat”harus dengan dia,

d. AGS (Analisis gramatikal substitusi),

tak ada pilihan lain!’tegas ibu. Beliau

contoh kutipan

memaksakuuntuk menikah dengan gadis itu.

Beliau memaksaku untuk menikah dengan gadis itu. Gadis yang samasekali tak kukenal. Sedihnya aku tiaberdayasamasekali untuk melawannya. Aku tak punya kekuatan apaapa untuk membrontaknya ( PPC/AGS/I/ii/1)

Kata dia merupakan bentuk referensipersonal ketiga yang mengacu pada kata gadis itu, sedangkan kata ibumengacu pada kata beliau sebagai referensi personal pertama. b.AGR demonstratif (analisis gramatikal referensi demonstratif)

kohesi

contoh kutipan

gramatikal

penggantian

dalam

memeroleh unsur pembeda seperti dalam

Beliau memaksaku untuk menikah dengan gadis itu (PPC/AGR Demon/II/v/6) Pada kutipan tersebut referensi

Pada kutipan di atas termasuk dalam jenis

demonstratif

termasuk dalam pronominal

demonstrasi kata ganti penunjuk tempat atau

kutipan

yang

menyatakan

”aku

tiadaberdaya” merupakan satuan lingual pengganti

pada kalimat yang sebelumnya

yakni kalimat yang

menyatakan

”aku

takpunya kekuatan apa-apa ” maksudnya dalam sebuahteks perlu adanya pengulangan

58

Analisis Mikrotekstual Dan Makrotekstual Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra ... (Nur Mei Ningsih)

untuk makna tersebut. Pengulangan tersebut bukan dengan kata yang sama tetapi dengan

mengintai. Kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan aku tidak tahu alasannya (AL rep/I/ii/3)

kata yang berbeda memiliki makna yang Kutipan di atas termasuk dalam jenis repetisi

sama e. AGE

(Analisis Gramatikal Elipsis),

kecemasan digunakan untuk menekankan

contoh kutipan Perasaan dan nuraniku benar-benar mati (PPC/AGE/III/vii/5) Pa

atau perulangan seperti kata kecemasan-

kutipan di atas termasuk jenis kohesi gramatikal ellipsis, karena dalam kutipan

atau menegaskan gagasan yang ada dalm kalimat tersebut. 1.1.3.

AL

(Analisis

Leksikal

antonimi) contoh kutipan hari-hari indah pengantin baru, mana? Mana hari-hari indah itu?tak pernah kurasakan!yang kurasakan adalah siksaan-siksaan jiwa yang mendera-dera (AL antonim/III/iv/5)

terjadi penghilangan kata ku, seperti kutipan “perasaan

antonim

(... ) dan nuraniku benar-benar

mati, seharusnya ada kata ku sebeluk kata perasaan . Kata yang dalam kurung tersebut merupakan ellipsis atau penghilangan

Kutipan di atas menyatakan per- lawanaan atau

oposisi

antara

har-hari

indah

f. AGK (Analisis Gramatikal konjungsi),

pengantin baru dan siksaan-saiksaan jiwa

contoh kutipan

yang mendera-dera

keinginan untuk bahagia dan hal tersebut tidak penting. ”Mbak Raihana itu orangnya baikkok, kak. Dia ramah, halus budi, sarjana pendidikan, penyabar, berjilbab, dan hafal alquran lagi.(PPC/AGK./1/.i/.2)

1.1.4.AL kol (Analisis Leksikal kolokasi atau sanding kata) contoh kutipan: O, Tuhan, haruskah aku menikah dengan dalam keadaan tersiksa seperti ini? Haruskah aku menikah dengan orang yang tidak aku cinta? Dan lagilagi aku hanya bisa pasrah. Sinar wajah ibu berkilat-kilat, hadir di depan mata

Kutipan di atas termasuk dalam jenis kohesi gramatikal

konjungsi

yang

menyatakan

hubungan penambahan. Adanya hubungan

Kutipan di atas

penambahan

wajah

pada

kutipan

tersebut

yang menyatakan sinar

ibu dikolokasikan dengan kilatan-

disebabkan karena adanya konjungsi dan

kilatan yang hadir di depan mata

yang menghubungkan unsur satu dengan

1.2 Analisis Makrotekstual Dalam Novel

unsur yang lain.

Pudarnya Pesona Cleopatra meliputi: 1.2.1.

1.1.2 AL rep ( Analisis Leksikal repitisi), contoh kutipan: ”meskipun sesungguhnya dalam hatiku ada kecemasan-kecemasan yang

Kode

PPP

(Prinsip

Penafsiran

Personal) Prinsip penafsiran personal berkaitan dengan siapa yang menjadi partisipan di

59

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

dalam suatu wacana. Dalam hal ini siapa penutur

dan

siapa

mitra

tutur

sangat

menentukan makna sebuah tuturan. Atau sering juga dikatakan sebagai penutur dan mitra

tutur

istilah”pelibat

atau

participant

wacana”.

Pelibat

dengan wacana

biasanya menunjuk pada orang-orang yang berperan dalam wacana, kedudukannya, jenis hubungan peran, ciri fisik dan nonfisik, serta emosi penutur dan mitra tutur.

dengan siapa yang menjadi partisipandi dalam suatu wacana. Dalam hal ini siapa dan

siapa

mitra

tutur

sangat

menentukan makna sebuah tuturan. Atau sering juga dikatakan sebagai penutur dan mitra

tutur

istilah”pelibat

atau

participant

wacana”.

Pelibat

dengan wacana

biasanya menunjuk pada orang-orang yang berperan dalam wacana, kedudukannya, jenis hubungan peran, ciri fisik dan nonfisik, serta emosi penutur dan mitra tutur. a.Tokoh aku sebagai pelaku utama dalam wacana ini. Wacana ini mengisahkan seorang laki-laki yang dijodohkan oleh orang tuanya bernama Raihana. Dengan sangat terpaksa tokoh aku harus menikah dengan Raihana, walaupun sebenar- nya

tokoh aku tidak

mencintai samasekali gadis pilihan ibu tersebut. Hal tersebut dapat terlihat dalam kutipan berikut: ”Dan percayalah pada ibu, anakku. Ibu selalu memilihkan yang terbaik untukmu. Ibu tahu persis garis keturunan Raihana.

60

oh betapa susah hidup berkeluarga tanpa cinta. Sudah dua bulan aku hidup bersama seorang istri. Makan, minum, sholat bersama makhluk yang bernama Raihana, istriku. Tapi masya Allah, bibit cintaku juga tidak tumbuh (PPP/I/i/5) Tokoh aku tidak berkeinginan untuk menikah dengan gadis Mesir. Kemudian bersemilah cinta dan sayang untuk istrinya

Prinsip penafsiran personal berkaitan

penutur

Ibu tahu persis kesalehan kedua orang tuanya (PPP/VIII/i/1—2 )

yang bernama Raihana, tetapi hal itu tidak tersampaikan karena orang dicintai sudah tiada atau meninggal dunia Tokoh lain yang memengaruhi tokoh aku adalah

orang-orang yang ada di sekitar

keluarganya yakni tokoh ibu, Raihana, Aida, tante Lia (pemilik salon), Pak Agung (dosen) 1.Raihana adalah tokoh yang hadir mengisi kelengkapan

emosi

menggambarkan

tokoh

sisi

aku

yang

perempuan

yang

mencintai dan untuk dicintai Raihana adalah seorang gadis yang memiliki kepribadian baik, orang yang selalu berusaha menahan segala badai dengan kesabaran, perempuan yang selalu mengalah dengan keadaan, yang selalu

menomor-

satukan

suami

dan

menomorduakan dirinya sendiri, dan selalu patuh pada perintah suami.Terlihat dalam kutipan berikut ”ia adalah perempuan jawa sejati yang selalu berusaha menahan segalabadai dengan kesabaran. Perempuan jawa yang selalu mengalah dengan keadaan (PPP/I/iii/9)

Analisis Mikrotekstual Dan Makrotekstual Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra ... (Nur Mei Ningsih)

kalau mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri, kenapa mas ucapkan akad nikah? Kalau dalam tingkahku melayani mas masih ada yang tidak berkenan kenapa mas tidak bilang dan menegurnya (PPP/I/i/10)

di hari akhir istrinya yang bernama Raihana. Berikut ini merupakan waktu dan kejadian secara kronologis kisah aku yang disusun oleh penulis melalui novel yang berjudul Pudarnya Pesona Cleopatra. Hal tersebut

1.2.2.

Kode

PPL

(Prinsip

Penafsiran

dalam kutipan berikut. Dua bulan setelah pernikahan, Raihana dibawa ke rumah kontrakan di pinggir kota Malang.mulailah nyanyian hampa mencekam. Aku tak menemukan adanya gairah. Hari-hari indah pengantin baru. Mana hari-hari indah itu tak pernah kurasakan! Yang kurasakan adalah siksaan-siksaan jiwa yang mendera-dera. Oh betapa susah hidup berkeluarga tanpa cinta (PPT/II/iii/4)

Lokasioner) terdapat 3 kutipan Prinsip

ini

berkaitan

dengan

penafsiran tempat atau lokasi terjadinya suatu situasi.(keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka memahami wacana. Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa,

dan

proses)

dalam

rangka 1.3 Analisis Mikrotekstual Dalam Novel Setetes Embun Cinta Nyala meliputi:

memahami wacana) Tempat atau lokasi yang ada dalam cerita

1.3.1. Analisis Gramatikal referensi yang

novel ini adalah tepat dua bulan setelah pernikahan, kubawa Raihana ke rumah kontrakan di pinggir kota Malang. Mulailah nyanyian hampa kehidupan mencekam. 1.2.3.PPT (Prinsip Penafsiran Temporal) terdapat temporal

1

kutipan.

Prinsip

berkaitan

mengenai waktu.

dengan

pemahaman

Berdasarkan konteksnya

lama waktu terjadinya situasi (Sumarlam,

menyusun menghadirkan

memiliki

rentetan

kebebasan

waktu

kisah-kisah

AGR

personal

(analisis

gramatikal

referensi personal) contoh kutipan Ia masih duduk di atas sajadahnya (SECN/AGR person/1/i/49) Pada kutipan kalimat

tersebut termasuk

dalam aspek gramatikal jenis

referensi

personal.

Dikatakan

termasuk

referensi

personal

karena

ganti

”Diah”

kata

merupakan bentuk referensi personal yang

Adhani, Indratmo, 2004:98—10) aku

a.

penafsiran

dapat ditafsirkan kapan waktu atau berapa

Tokoh

meliputi:

yang

ketika terjadi

sebelum melangsungkan pernikahan dengan gadis yang bernama Raihana. Pembaca

mengacu pada kata nya. b. AGR demonstratif (analisis gramatikal referensi demonstra-tif) c. AGR komparatif (analisis gramatikal referensi komparatif) contoh kutipan

diajak menelusuri lorong waktu hingga tiba 61

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

Tidak umi. Ananda mencintai adik Nyala seperti seorang kakak padaadiknya sekaligus seperti Yusuf mencintai Zulaikha atau Romeo mencintai Juliet. Ini ananda berkata dengan sejujurnya dan sebenar-benarnya (SEBN/ V/i/91) Dari

kutipan

tersebut

terlihat

bahwa

perbandingan cinta antara Faig dan Nyala seperti percintaan antara Yusuf dan Zulaikha, atau antara Romeo dan Juliet.

contoh kutipan

tulang-tulang terasa ngilu bagaikan diremuk-remuk dengan palu godam. Dan langit seakan-akan runtuh menimpa dirinya (SEBN/III/i/53) Kutipan di atas termasuk dalam jenis repetisi atau perulangan seperti kata diremuk-remuk,

Gramatikal

elipsis)

contoh kutipan. lautan menampung segala sisa dan ... kotoran yang mengalir dari daratan dengan penuh cinta (SECN/II/vi/48)

penyebab-

penyebabnya, digunakan

Beliau memaksaku untuk menikah dengan gadis itu. Gadis yang samasekali tak kukenal. Sedihnya aku tiada berdayasamasekali untuk mela- wannya. Aku tak punya kekuatan apa-apa untuk membrontaknya (SECN/I/ii/1) (Analisis

contoh kutipan

dirinyalah

d. AGS (Analisis gramatikal substitusi)

D. AGE

1.3.2.AL rep (Analisis Leksikal repitisi)

peremuntuk

nya-dirinyalah puan-perempuan

menekankan

atau

menegaskan gagasan yang ada dalam kalimat tersebut. 1.3.3.AL

antonim

(Analisis

Leksikal

antonimi)contoh kutipan Adik ikut kakak.adik sepenuhnya percaya pada kakak.” pelan Nyala sambil menunduk. Perasaan haru, bahagia, cinta, optimis, surprise membaur menjadi satu dan berpendar-pendar (SEBN/II/i/97) Hal tersebut dapat dilihat bahwa kata

Pada kutipan di atas termasuk jenis kohesi

sungguhan berlawanan dengan kata Cuma

gramatikal ellipsis, karena dalam kutipan

sandiwara.

terjadi penghilangan kata ku, seperti kutipan

1.3.4. AL kol (Analisis Leksikal kolokasi

“perasaan (...) dan nuraniku benar-benar

atau sanding kata)

mati, seharusnya ada kata ku sebelum kata perasaan. Kata yang dalam kurung tersebut merupakan ellipsis atau penghilangan E. AGK (Analisis Gramatikal konjungsi)

Apakah kepedihan yang ia rasakan ini adalah puncak pekatnya malam yang tak lama lagi fajar akan terbit? Ataukah baru tenggelamnya matahari dan ia masih akan menemui saat-saat kelam yang paling mengerikan (SEBN/II/iii/75).

terdapat kutipan berikut. kecuali, manusia yang hidup tanpa hati dan nurani, seperti pelacur yang biasa hidup nista dan mendustakan cinta (SEBN/II/i/48)

Kepedihan yang ia rasakan di- kolokasikan dengan puncak pekatnya malam yang tak lama lagi fajar akan terbit .

62

Analisis Mikrotekstual Dan Makrotekstual Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra ... (Nur Mei Ningsih)

1.4 Analisis Makrotekstual Dalam Novel Setetes Embun Cinta Nyala. Analisis kontekstual adalah analisis

Prinsip penafsiran personal berkaitan dengan siapa yang menjadi partisipan di dalam suatu wacana. Dalam hal ini siapa

wacana dengan bertumpu pada teks yang

penutur

dikaji berdasarkan konteks eksternal yang

menentukan makna sebuah tuturan. Atau

melingkupi

sering juga dikatakan sebagai penutur dan

maupun

-nya,

konteks

baik

konteks

kultural.

situasi

Pemahaman

mitra

dan

tutur

konteks situasi dan konteks kultural dalam

istilah”pelibat

wacana

dapat

siapa

mitra

atau

tutur

participant

wacana”.

Pelibat

sangat

dengan wacana

dilakukan

dengan

biasanya menunjuk pada orang-orang yang

berbagai

prinsip

berperan dalam wacana, kedudukan- nya,

penafsiran. Prinsip-prinsip yang dimaksud

jenis hubungan peran, ciri fisik dan nonfisik,

adalah (1) prinsip penafsiran personal, (2)

serta emosi penutur dan mitra tutur.

mempertimbangkan

prinsip penafsiran lokasional, (3) prinsip penafsiran

temporal.

Analisis

ini

meliputi,Jakarta, Jakarta merupakan tempat bagi Nyala untuk menempuh pendidikan

Kalau memang Roger kini telah masuk islam dan bertaubat, tentunya yang pertama kali harus ia lakukan adalah memperlihatkan tanggung jawab dan mengentaskan Hesti dari lembah hitam (SEBN/II/i/56)

kedokteran. Nyala berada ditempat ibunya Faig selama studi perkuliahan, karena ibunya

1.4.2.Kode PPL Lokasioner)

(Prinsip

Penafsiran

Faig adalah teman dari ibunya Nyala. 1.4.1.

Kode PPP Personal)

(Prinsip

Penafsiran

tempat

Prinsip penafsiran personal berkaitan dengan siapa yang menjadi partisipan di dalam suatu wacana. Dalam hal ini siapa penutur

dan

siapa

mitra

tutur

sangat

menentukan makna sebuah tuturan. Atau sering juga dikatakan sebagai penutur dan mitra

tutur

istilah”pelibat

atau

Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran

participant

wacana”.Pelibat

dengan wacana

biasanya menunjuk pada orang-orang yang berperan dalam wacana, kedudukan- nya, jenis hubungan peran, ciri fisik dan nonfisik, serta emosi penutur dan mitra tutur.

atau

situasi.(keadaan,

lokasi

terjadinya

peristiwa,

dan

suatu proses)

dalam rangka memahami wacana. Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa,

dan

proses)

dalam

rangka

memahami wacana).Tempat atau lokasi yang ada dalam cerita novel ini adalah: Apalagi saat ia pulang ke Sindempuan dua tahun yang lalu, ia mendapatkan berita yang sangat menyakitkan (I.i.56) Mendapat surat itu umi langsung terbang ke Sidempuan. Dan sampai di sana tepat saat ibu di- makamkan (SEBN/I/ix/62) 63

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

perlu sekolah tinggi dan diatur oleh laki-laki. 1.4.3.

Kode PPT Temporal)

(Prinsip

Penafsiran

sekolah

Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan

pemahaman

mengenai

waktu.

Berdasarkan konteksnya dapat ditafsirkan kapan waktu atau berapa lama waktu terjadinya

situasi

(Sumarlam,

Adhani,

....umi yang meminta ia pulangf seminggu yang lalu (SECN/II/i/62).

dari analisis sosial budaya dalam

novel pudarnya Pesona Cleopatra yang terdiri dari dua judul yakni Pudarnya Pesona Cleoptra dan Setetes Embun Cinta Nyala karya Habiburahman El Shirazy adalah sebagai berikut. Dalam novel Pudarnya Pesona Cleoptra terlihat bahwa budaya orang Jawa lebuh difokuskan pada tokoh Raihana. Raihana adalah sosok wanita Jawa yang lebih mempertahankan budaya sebagai wanita Jawa yang harus menerima dan pasrah pada suami. Sosok wanita Jawa yang mengutamakan

suami

dan

me-

nomorduakan dirinya sendiri. Untuk kondisi sekarang masih ada beberapa wanita yang mempertahankan budaya. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Altruiswati bahwa ”ideologi patriarki adalah budaya yang mengutamakan budaya

kaum

laki-laki.

Dalam

patriarki masyarakat emansipasi

perempuan adalah lebih lembut, cantik, tidak

64

tinggi,

keras,

pencari

kuat,

perlu

nafkah,

tulang

punggung keluarga dan mengatur seluruh kehidupan” (2007:17). Kemudian Setetes Embun Buat Nyala lebih bersifat maju dan memiliki kedudukan sama antara laki-laki dan perempuan.

Nyala adalah seorang

memiliki pendidikan tinggi bergelar dr. D. Pembahasan Berdasarkan

1.5. Konteks sosial budaya

lebih

laki-laki

wanita yang memiliki karakter baik dan

Indratmo.2004:98—102)

Dilihat

Sedangkan

hasil

penelitian

dapat

diketahui bahwa dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburahman El Shirazy

ditemukan

mikrotekstual

dan

jenis

wacana

makrotekstual.

Mikrotekstual melipu-ti aspek gramatikal referensi, sub-stitusi, elipsis, dan konjungsi, sedangkan aspek leksikal meliputi repetisi, antonimi, dan kolokasi atau sanding kata. Aspek gramatikal yang sangat dominan dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra adalah aspek konjungsi sebanyak 50 data. Dalam novel Setetes Embun Buat Nyala yang sangat dominan adalah aspek konjungsi sebanyak 19 data.

Aspek leksikal yang

sangat dominan dalam novel Pudarnya Pesona Cleoptara

adalah aspek repetisi

terdapat 7 data, sedangkan untuk Setetes Embun buat Nyala adalah 3 data. Dalam penelitian

ini

aspek

demonstratif

dan

kolokasi atau sanding kata yang tidak banyak data ditemukan dalam novel, baik yang novel

Analisis Mikrotekstual Dan Makrotekstual Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra ... (Nur Mei Ningsih)

Pudarnya Pesona Cleopatra maupun dalam

Pesona Cleopatra dan Setetes Embun Buat

novel Setetes Embun buat Nyala.

Nyala

Dominannya

penggunaan

aspek

konjungsi dalam novel Pudarnya Pesona Ccleopatra dan Setetes Embun Buat Nyala menjadikan isi novel mudah dipahami oleh pembaca. Adanya

penggunaan repetisi

dalam novel menjadikan isi novel menjadi lebih menarik untuk dibaca. Selain itu juga penggunaan

repetisi

atau

perulangan

memberikan penekanan pada isi novel.

dapat

disimpulkan

bahwa

penggunaan bahasa yang berkaitan dengan analisis wacana dalam novel yang bersifat macrotekstual dan microtekstual sebanyak 145 kutipan. Dari kutipan yang ditemukan terbanyak analisisnya adalah penggunaan analisis grama- tikal konjungsi untuk judul pertama sebanyak 50 kutipan dan untuk judul kedua sebanyak 19 kutipan, sedangkan yang sangat minim penggunaan bahasanya berdasarkan analisis

maicrotekstual

dan

Penelitian ini bukan hanya berkaitan

macro- tekstual adalah analisis kolokasi atau

dengan analisis bidang bahasanya saja yang

sanding kata yakni hanya 1 kutipan dan

berkaitan dengan aspek gramatikal dan

analisis

leksikal,

juga

kutipan, sedangkan dalam judul yang kedua

menganalisis pengguanan bahasa di luar

terdapat dua kutipan untuk antonimi dan

bahasa dan mengaitkannya dengan konteks

untuk kolokasi terdapat satu kutipan.

tetapi

penelitian

ini

antonimi

terdapat

maksimal

3

masyarakat atau budaya masyarakat secara sekilas. Penelitian yang berkaitan dengan analisis wacana banyak dilakukan oleh peneliti lain, tetapi lebih banyak pada aspek kohesi lebih mengarah pada analisis bahasanya. Namun, untuk aspek di luar bahasanya masih sangat sedikit sehingga penelitian ini dilakukan

E. Simpulan Berdasarkan hasil temuan pembahasan

dan

penelitian me- ngenai analisis

wacana micro- tekstual dan macrotekstual dengan menggunakan pendekatan teks dan konteks

dalam

novel

Pudarnya Pesona

Cleopatra karya Habiburahman El Shirazy yang terdiri dari dua judul, yakni Pudarnya 65

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

Daftar Rujukan

Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Astuti, Puji Wahyu. 2010. Wacana Kebahasaan.Semarang: Aneka Ilmu El Shirazy, Habiburahman.2005. Pudarnya Pesona Cleopatra. Jakarta: Republika. Eriyanto.2001.Analisis Wacana. Pengantar Analisis Media. Yogyakarta: IKIS Endraswara, Suwardi.2003.Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:Pustaka Widyatama Lubis, Hamid Hasan.1991. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa Praptomo, Baryadi.2002. Dasar-Dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondosuli. Semi, M Atar.1993. Metodologi Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa Sumarlam, Ed.2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Sumarlan, Agnes Adhani, Indratmo. 2004. Analisis Wacana Iklan, Lagu, puisi, Cerpen, Novel, Drama. Surakarta: CV Pakar Raya .

66

PENGARUH SATUAN ACARA PERKULIAHAN TERHADAP PEMANFAATAN BUKU DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH KOTABUMI

Dian Rifia Syaifudin*)

Abstract Teaching books contained in Satuan Acara Perkuliahan (SAP) are one of the main supports in the teaching learning process which should be available in the library. This research aimed to investigate the influence of teaching books contained in SAP of Pendidikan Bahasa Dan Sastra, Pendidikan Bahasa Inggris, dan Pendidikan Matematika toward the utilization of library collections. The method used in this reserach was quantitatif reserach. The result showed that each SAP developed by the lecturer with thirteen tittles of prime books and thirty five variations has a positive influence toward the utilization of the prime books which are available in the library with the determination of 64.72%. It can be explained through the linier regression of Y= 0.77+0.79X with the significant r =0.256 and r positif = 0.804. Eventually, it can be concluded that there was positif influence of SAP toward the utilization library colections. Kata kunci : Buku ajar, Koleksi perpustakaan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

A. Pendahuluan Pendidikan sangat penting bagi semua

yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

mayarakat, baik masyarakat lapisan bawah

berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

maupun lapisan atas. Pendidikan adalah

warga

wujud

bertanggung

usaha

berbangsa

dan

mencerdaskan

kehidupan

bernegara.

Kecerdasan

negara

fungsi

yang

jawab.

demokratis Untuk

tersebut,

serta

mengemban pemerintah

berbangsa dapat terwujud dengan baik

menyelenggarakan suatu sistem pendidikan

apabila penyelenggaraan sistem pendidikan

nasional

nasional didasarkan pada Pancasila dan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,

Undang-Undang Dasar Negara Repubik

serta Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

Indonesia tahun 1945. Sistem Pendidikan

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Nasional memiliki fungsi mengembangkan

(Fokus Media, 2009: 62).

kemampuan dan membentuk watak serta

sebagaimana

Sistem

tercantum

pendidikan

dimulai

dalam

dari

peradaban bangsa yang bermartabat dalam

pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.

rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa,

Adapun jenis pendidikan tinggi antara lain:

serta

mengembangkan

akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut,

potensi peserta didik agar menjadi manusia

dan universitas. Sekolah Tinggi Keguruan

bertujuan

untuk

*) Kepala Perpustakaan STKIP Muhammadiyah Kotabumi Lampung

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

dan Ilmu Pendidikan

Muhammadiyah

peserta didik, pendidik, media, lingkungan,

Kotabumi merupakan salah satu sekolah

sumber belajar, dan lain-lain. Komponen-

tinggi swasta yang mempunyai tiga program

komponen

studi. Setiap program studi mempunyai visi

dikembangkan agar tujuan pendidikan dapat

dan misi guna mendukung pelaksanaan

dicapai

program pendidikan sekolah tinggi. Dalam

2014:148).

kurikulum

sebagaimana

tersebut

mestinya

harus

(Idi,

usaha mencapai suatu tujuan sesuai dengan

Dari deskripsi di atas, penelitian ini

visi dan misi yang telah ditentukan oleh

akan difokuskan pada beberapa rumusan

sekolah

studi

yang menjadi masalah penting di dalam

mempunyai beberapa sasaran yang harus

proses pembelajaran di perguruan tinggi.

dicapai. Sasaran tersebut dapat dicapai

Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan

melalui aktivitas pelaksanaan program kerja

sebagai berikut.

di dalam program studi yang telah disusun

1.

sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

terdapat dalam Satuan Acara Perkuliahan

tinggi,

setiap

program

Berapa banyak buku

ajar

yang

Kurikulum merupakan inti dari proses

(SAP) Program Studi Pendidikan Bahasa dan

pendidikan, yang di antaranya meliputi

Sastra Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris,

bidang-bidang

manajemen

dan Pendidikan Matematika di Sekolah

pendidikan, kurikulum, dan layanan siswa.

Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Kurikulum merupakan bidang yang paling

Muhammadiyah Kotabumi Tahun Akademik

berpengaruh

langsung

2013/2014?

pendidikan.

Dalam

pendidikan:

terhadap

hasil

pengembangan

kurikulum, minimal dapat dibedakan antara desain kurikulum atau kurikulum tertulis (design, written, ideal, official, formal,

2. Bagaimana pengaruh atau konstribusi Satuan Acara Perkulihan (SAP) terhadap pemanfaatan koleksi Perpustakaan Sekolah

document curriculum) dan implementasi

Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

kurikulum

Muhammadiyah Kotabumi tahun akademik

atau

kurikulum

perbuatan

(curriculum implementation, curriculum in

2013/2014?

action, aktual curriculum, real curriculum)

B.

Kajian Teori

(Sukmadinata:2003:1).

1.

Silabus

Pengembangan hakekatnya

kurikulum

merupakan

komponen-komponen

pada

Silabus merupakan suatu daftar bagian isi

pengembangan

yang akan dinilai. Dalam literatur silabus

kurikulum

yang

menjadi subbagian dari kurikulum dan

membentuk sistem kurikulum itu sendiri,

dimasukkan ke dalam konsep yang lebih

yaitu komponen: tujuan, bahan, metode, 68

Pengaruh Satuan Acara Perkuliahan Terhadap Pemanfaatan Buku Di Perpustakaan ... (Dian Rifia Syaifudin)

luas.

Dengan

adanya

cakupan

standar

2.

Pemanfaatan Koleksi Perpustakaan

kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin

Pembinaan koleksi perpus- takaan

dicapai oleh siswa maka silabus dapat

merupakan salah satu dari kegiatan kerja

dijadikan sebagai produk pengembangan

pelayanan teknis yang harus dilakukan

kurikulum (Idi:2014:33-34).

perpustakaan

Kurikulum dan pembelajaran merupakan

usahanya

penjabaran dari silabus yang telah ditentukan

informasi kepada para pemustaka demi

standar kompetensi terlebih dahulu dengan

tercapainya tujuan perpustakan perguruan

berisikan pengetahuan, sikap, materi yang

tinggi, yaitu mendukung, memperlancar, dan

harus dipelajari, pengalaman belajar yang

meningkatkan kualitas pelaksanaan program

harus

kegiatan

dilakukan

mencapai

dan

standar

penilaian

kompetensi.

untuk Dengan

dapat

menjawab

berbagai

a. Jenis materi apa yang akan diajarkan (standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi yang akan diajarkan); dan

sarana

atau

cara

mengetahui

pencapainya (evaluasi dan penilaian). Dari uraian di atas

dari standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam materi pokok, indikator kompetensi,

alokasi

waktu,

proses atau kegiatan pembelajaran yang diimplementasikan

oleh

guru dan dievaluasi untuk mendapatkan nilai hasil

(1996:2)

koleksi

kurikulm

dan

majalah,

laporan,

pamflet,

manuskrip, lembaran musik, berbagai karya media audio visual seperti film, microfis dan

koleksi perpustakaan yang diadakan oleh pihak

perpustakaan,

baik

dengan

cara

menbeli, tukar-menukar, maupun hadiah untuk digunakan oleh pemustaka.

pengembangan kurikulum yang dijabarkan

dari

Saleh

perpustakaan adalah buku yang mencakup

dapat diartikan

bahwa silabus merupakan produk untuk

pelaksanaannya

tinggi

mikro buram. Semua bahan tersebut disebut

pembelajaran

(pengalaman belajar, metode, dan media);

pencapaian

pelayanan

perguruan

Menurut

sendiri,

c. Indikator

memberikan

dalam

pengertian yang luas termasuk buku itu

persoalan tentang:

b. Metode

untuk

tinggi

(Noerhayati,1987:135)

demikian, pengembangan kurikulum dan pembelajaran

Perguruan

pembelajaran

Pemanfaatan

koleksi

buku

di

perpustakaan bisa dilihat dari banyaknya peminjam dan jumlah koleski yang dipinjam biasanya digunakan sebagai salah satu unsur untuk

mengetahui

efektivitas

suatu

perpustakaan (Lasa, 2005:17). Menurut

Arsyad

(2014:100)

pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar

secara

efektif

memerlukan

keterampilan sebagai berikut.

(Muslich,2007:23). 69

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

1. Keterampilan mengumpulkan informasi, meliputi: mengenal sumber informasi dan pengetahuan, menentukan lokasi sumber informasi, cara menggunakan katalog dan indeks, menggunakan bahan pustaka baru dan referensi lainnya. 2. Keterampilan mengambil intisari dan mengorganisasi- kan informasi, seperti memilih informasi yang relevan dengan kebutuhan dan masalah dan mendokumentasi informasi dan sumbernya. 3. Keterampilan menganalisis, meliputi memahami bahan yang dibaca, dan membe-dakan antara fakta dan opini. 4. Keterampilan menggunakan informasi, seperti memanfaat- kan intisari informasi, menggunakan informasi dalam diskusi dan me- nyajikan informasi dalam bentuk tulisan.

dilakukan dengan memperhatikan sumber data berupa kondisi, lingkungan, dokumen, dan sumber daya manusia. Dengan demikian, perolehan data yang direncanakan akan lebih komprehensif (Arikunto, 2008:51). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang menjadi objek penelitian, yaitu referensi jumlah judul buku ajar yang terdapat pada satuan acara perkuliahaan (SAP) sebagai variabel independen dan pemanfaatan buku ajar koleksi perpustakaan STKIPM

Kotabumi

sebagai

variabel

dependen. Dalam penelitian ini dibatasi buku ajar (wajib) yang terdapat pada satuan acara perkuliahaan

C. Metodologi Penelitian

(SAP)

tahun

akademik

yang

diambil

2013/2014. Dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif. Sesuai dengan sifatnya, analisis deskriptif berusaha

merupakan

pendekatan

mempertahankan

(wholeness)

suatu

objek.

yang

keutuhan Data

yang

diperoleh dari seluruh aspek yang berkaitan dengan objek yang dikaji telah diupayakan untuk

dikumpulkan

secara

luas

dan

mendetail. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Namun demikian, jenis data kualitatif juga diperlukan sebagai data penguat dan penjelas fenomena

yang

ada

terkait

dengan

pembahasan dalam penelitian ini, yaitu pengaruh satuan acara perkuliahan terhadap pemanfaatan koleksi perpustakaan. Usaha untuk memeroleh kedua sumber data tersebut

70

Sampel

dalam

penelitian ini sebanyak 109 satuan acara perkuliahan yang terdiri dari 60 mata kuliah

keilmuan

mata

kuliah

kepribadian,

dan

keterampilan,

pengembangan

21

mata

berkarya,

18

mata

keahlian

berkarya,

10 dan

kuliah

keahlian

kuliah

pilihan

dengan

meng-

gunakan tingkat kesalahan 1% dari 109 SAP.

Dalam

digunakan sampling kuliah

pengambilan proportionate

sampel random

dengan

alasan

jenis

mata

heterogen

(tidak

sama)

dan

mempunyai

strata/

tingkatan

propor-

sional. Dalam

penelitian

ini

terdapat

dua

variabel yang saling berhubungan antara

Pengaruh Satuan Acara Perkuliahan Terhadap Pemanfaatan Buku Di Perpustakaan ... (Dian Rifia Syaifudin)

varibel

satu

Variabel

dengan

tersebut

perkuliahan

variabel

adalah

(SAP)

kedua.

satuan

sebagai

acara

dependen.

Hubungan

kedua

variabel

tersebut dapat digambar sebagai berikut:

variabel

indenpenden dan pemanfaatan buku ajar koleksi

perpustakaan

sebagai

variabel

Satuan Acara Perkuliahaan ( SAP ) Independen)

Pemanfaatan Koleksi Perpustakaan(Variabel Dependen)

Untuk mengetahui pengaruh antara

JK (a) = Jumlah kuadrat regresi a

variabel satuan acara perkuliahan terhadap JK (S) = Jumlah kuadrat sisa

pemanfaatan buku ajar (wajib) koleksi perpustakaan dapat dihitung dan dianaliss dengan

menggunakan

Product Moment

rumus

JK (TD) = JK(T)-JK(S)

korelasi

(Sugiyono ,2010:262)

sebagai berikut.

Untuk hubungan

r2

=

tes

membuktikan

adanya

antarvariabel tersebut diadakan

hipotesis

umum,

yaitu

apabila

JK (TD)  JK ( S ) ( JK (T )  JK (a ))  JK ( Shipotesisnya ) nol (Ho=0) maka tidak ada  JK (TD) JK (TD) hubungan antara variabel. Begitu pula

sebaliknya kalau hipotesis di atas nol (Ho>0) r

JK (TD)  JK ( S )  JK (TD)

=

menunjukan adanya hubungan maka kedua variabel terjadi hubungan positif. Untuk mempermudah proses penganalisisan, data

( JK (T )  JK (a))  JK ( S ) JK (TD)

Keterangan : r2

=

Koefesien

harus

dihubungkan

antara

variabel

independen dengan dependen.

D. Hasil Penelitian determinan

dalam persen r = Koefisien korelasi

1.

Deskripsi

mata

kuliah

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris dan Pendidikan Matematika terdiri dari 109

JK (T) = Jumlah kuadrat total

satuan acara perkuliahan (SAP) terdiri dari

71

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

60 mata kuliah keilmuan dan keterampilan,

berkarya. Data penelitian ini berupa jumlah

10

judul buku ajar yang tercantum dalam satuan

mata

kepribadian,

kuliah 21

pengembangan mata

kuliah

dan

keahlian

acara perkuliahan.

berkarya, 18 mata kuliah pilihan keahlian Tabel. 1 No

Materi Mata Kuliah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

Linguistik Umum Menyimak Sosiolinguistik Psikolinguistik Aliran-Aliran Linguistik Berbicara 1 Berbicara II Membaca I Membaca II Menulis I Menulis II Pragmatik Penyuntingan Naskah Analisis Kesalahan Berbahasa Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar Fonologi Bahasa Indonesia Teori Sastra Sejarah Sastra Metodologi Penelitian Sastra Kritik Sastra Retorika Kajian Prosa Fiksi Penelitian Sastra Filsafat Bahasa Wacana Bahasa Indonesia Semantik Bahasa Indonesia Tata Ejaan dan Tata Istilah Morfologi Bahasa Indonesia I Sintaksis Bahasa Indonesia I Sintaksis Bahasa Indonesia II Problem Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia Bahasa Lampung Dasar-Dasar Kependidikan Statistika Profesi Kependidikan Belajar dan Pembelajaran

72

Jumlah Judul 11 9 11 8 15 8 13 9 13 11 14 9 20 16 15 25 11 10 32 26 12 26 10 12 17 5 18 23 11 15 10 9 10 12 10 14

Pengaruh Satuan Acara Perkuliahan Terhadap Pemanfaatan Buku Di Perpustakaan ... (Dian Rifia Syaifudin)

No

Materi Mata Kuliah

37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82

Bimbingan Penyuluhan Metodologi Penelitian Pendidikan Filsafat Pendidikan Teknologi Pendidikan Pendidikan Pancasila Pendidikan Kewarganegaraan Studi Islam I Studi Islam II Studi Islam III Studi Islam IV (Bahasa Arab) Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Teori Drama Menulis Naskah Drama Menulis Kritik dan Esai Sastra Apresiasi Drama Manajemen Pertunjukan Penyutradaraan Menulis Puisi Listening 1 Listening II Structure I Vocabulary Speaking I Speaking II Reading I Reading II Lesson plan Language Testing Penulisan Karya Ilmiah Pengantar Ilmu bahasa Sociolinguistics Psycolinguistics Phonology Translation I Translation II English For Young Leaners I English For Young Leaners II Semantics Komputer Jurnalistik Dasar-Dasar Komputer Aljabar Kalkulus I Kalkulus II Kalkulus III Pengantar Logika Geometri

Jumlah Judul 15 18 6 11 6 13 5 12 6 11 15 9 8 21 29 7 10 6 13 11 10 21 15 13 10 20 12 9 30 5 8 8 9 11 6 19 11 6 19 14 6 8 18 11 20 22

73

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

No

Materi Mata Kuliah

83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103

Dasar-Dasar Statistika Pendidikan Kewarganegaraan Struktur Aljabar I Aljabar Linier Sejarah Matematika Matematika Ekonomi Metode Numerik Persamaan Deferensial I Persamaan Deferensial II Matematika Diskrit Statistika Matematika Fisika Dasar Biokimia Dasar Aplikasi Komputer Analisis Vektor Program Linier Struktur Aljabar II Evaluasi Pembelajaran Matematika Dasar-Dasar Bimibingan Konseling Metode dan Media Pembelajaran Matematika Kurikulum dan Perencanaan Pengajaran Matematika. Pengajaran Mikro Trigonometri Teori Bilangan Statistika Inferensial Geometri Transformasi Koloqium Jumlah

104 105 106 107 108 109

Jumlah Judul 25 4 12 16 20 4 14 18 6 15 16 9 11 5 5 6 16 7 13 16 14 3 12 12 14 14 3 1385

Dari data tabel 1 jumlah buku ajar

Untuk mempermudah dalam analisis

sebanyak 109 materi pembelajaran dalam

data dan mengambil kesimpulan, maka perlu

satuan acara perkuliahan Program Studi

adanya tabel distribusi frekuensi untuk

Pendidikan Bahasa dan Sastra, Pendidikan

pengelompokan jumlah judul dan frekuensi

Bahasa Inggris dan Pendidikan Matematika

materi buku ajar sesuai dengan sumber

terdiri dari 1385 judul buku.

belajar

2.

Analisis Buku Ajar dalam Satuan

Acara Perkuliahan.

74

masing-masing.

Tabel

frekuensi tersebut sebagai berikut:

distribusi

Pengaruh Satuan Acara Perkuliahan Terhadap Pemanfaatan Buku Di Perpustakaan ... (Dian Rifia Syaifudin)

Tabel. 1 Distribusi Frekuensi Buku Ajar dalam SAP x 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 25 26 29 30 32 Jumlah

F 1 2 6 9 2 6 8 8 12 8 6 7 7 5 1 4 2 4 2 1 1 2 2 1 1 1 N =109

x2 9 16 25 36 49 64 81 100 121 144 169 196 225 256 289 324 361 400 441 484 529 625 676 841 900 1024 2 x = 8385

f.x 3 8 30 54 14 48 72 80 132 96 78 98 105 80 17 72 38 80 42 22 23 50 52 29 30 32  fx=1385

f.x2 9 32 150 324 98 384 648 800 1452 1152 1014 1372 1575 1280 289 1296 722 1600 882 484 529 1250 1352 841 900 1024 2 fx = 1459

Kerterangan: x = Jumlah judul dalam SAP , f = Frekuensi, f.x = Hasil kali f dan x, x2 = kuadrat kali x, f,x2 = Hasil kali f dan x2

Dengan

bantuan

tabel

1,

perkuliahan

(SAP)

sebanyak

1385

analisis dapat dilakukan dengan mudah

judul buku, 109 frekuensi materi

dan diketahui jumlah buku ajar yang

sumber belajar dengan rata-rata setiap

tercantum

materi

dalam

satuan

acara

12.71,

variasi

43.081

dan 75

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

standar

deviasi

6.564.

Hitungan

rata-rata

dilakukan dengan menggunakan rumus

satuan

sebagai berikut.

12.71 sumber atau kalau dibulatkan

1. Menghitung mean (M) dengan rumus :  fX 1385

N

M =

= 109 =

:

12.71

2. Menghitung standar deviasi (SD) dengan rumus :

 SDx = =

f .X 2 N

  fX     N 

21459 1385   109  109  

Hasil

perhitungan di

acara

perkuliahan

adalah

menjadi 13 sumber dengan variasi sumber

sebanyak

35.

Hal

ini

disebabkan satuan acara perkuliahan yang

dikembangkan

dosen

mempunyai

kontiyuitas,

oleh unsur

fleksibel,

setiap ilmiah, relevan,

2

2

konsisten, aktual dan kontekstual, efektif dan efisien. 3. Analisis

SDx = √196.872 − 12.712 = √196.872 − 161.5441 SDx = 35.3279 = 5.943728

Data

Pemanfaatan

Koleksi Buku Untuk mempermudah dalam atas

analisis data dan mengambil kesimpulan,

dapat disimpulkan bahwa jumlah

maka

materi buku ajar Program Studi

frekuensi untuk pengelompokan jumlah

Pendidikan

Sastra,

judul dan frekuensi pemanfaatan buku

Inggris,

ajar koleksi perpustakaan. Adapun tabel

Pendidikan Pendidikan

Bahasa

dan

Bahasa Matematika

sebanyak

109 materi satuan acara perkuliahan, dari 1385 sumber buku ajar, jumlah

76

yang dibutuhkan setiap

perlu

distribusi berikut

adanya

frekuensi

tabel

tersebut

distribusi

sebagai

Pengaruh Satuan Acara Perkuliahan Terhadap Pemanfaatan Buku Di Perpustakaan ... (Dian Rifia Syaifudin)

Tabel. 2 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45

Judul Buku yang dipinjam Linguistik Umum Menyimak Sosiolinguistik Psikolinguistik Aliran-Aliran linguistic Berbicara 1 Berbicara II Membaca Menulis Pragmatik Penyuntingan Naskah Analisis Kesalahan Berbahasa Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar Fonologi Bahasa Indonesia Teori Sastra Metodologi Penelitian Sejarah Sastra Metodologi Penelitian Sastra Kritik Sastra Retorika Kajian Prosa Fiksi Penelitian Sastra Filsafat Bahasa Wacana Bahasa Indonesia Semantik Bahasa Indonesia Tata Ejaan dan Tata Istilah Morfologi Bahasa Indonesia Sintaksis Bahasa Indonesia Problem Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indo Dasar-Dasar Kependidikan Bahasa Lampung Statistika Profesi Pendidikan Metode Penulisan Karya Ilmiah Belajar dan Pembelajaran Bimbingan Penyuluhan Metodologi Penelitian Pendidikan Filsafat Pendidikan Teknologi Pendidikan Pendidikan Pancasila Pendidikan Kewarganegaraan Studi Islam Aqidah Akhlaq Studi Islam II Pengelolaan Perpustakaan Sekolah

Jumlah Judul 11 6 11 7 4 8 12 9 12 11 14 9 20 16 15 25 11 10 32 26 12 20 10 12 15 5 17 23 11 15 9 9 10 12 8 14 15 13 6 9 6 5 13 12 6 77

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

No 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92

78

Judul Buku yang dipinjam Teori Drama Menulis Kritik dan Esai Sastra Drama Menulis Puisi Manajemen Pertunjukan Basic Grammar Structure Listening 1 Assesing Speaking Assesing Writing Reading 1, II Lesson Plan Language Testing Penulisan Karya Ilmiah Pengantar Ilmu Bahasa Sociolinguistics Psycolinguistics Phonology Translation 1,2 English For Young Learners1 English For Young Learners 2 Semantics Introducing English Semantics Case Study Research In Educational Settings Komputer Jurnalistik Dasar-Dasar Komputer Membuat Web Dengan Dreamweaver Aljabar Linier 1 Struktur Aljabar Sejarah Matematika Matematika Ekonomi Metode Numerik Persamaan Deferensial 1, 2 Matematika Diskrit Kalkukus Lanjutan Geometri Analitik Statistik Matematika Metode Statistika Statistika Transformasi Laplace Fisika Dasar Fisika Untuk Universitas Biologi Biokimia Kimia Analisis Vektor Biologi Dasar

Jumlah Judul 11 15 9 8 19 25 7 9 6 13 11 10 19 15 11 2 5 18 12 5 14 5 5 7 9 6 6 8 11 6 13 14 5 5 11 8 14 14 4 1 3 7 7 2 5 8 1

Pengaruh Satuan Acara Perkuliahan Terhadap Pemanfaatan Buku Di Perpustakaan ... (Dian Rifia Syaifudin)

No 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109

Judul Buku yang dipinjam Struktur Aljabar Evaluasi Pembelajaran Matematika Trigonometri Koloqium Kalkulus Jiid 1 Kalkulus Jilid II Persamaan Diferensial Biasa 1 Aljabar Linier dan Aplikasinya Kimia Organic Matematika Untuk Perguruan Tinggi Persamaan Diferensial Biasa Matematika Untuk Ekonomi dan Bisnis Dasar-Dasar Analisis Numerik Kalkulus Diferensial Metodologi Penelitian Tindakan Kelas Pengantar Statistik Pendidikan Logika Matematika Jumlah

Jumlah Judul 7 6 3 1 5 2 5 12 3 9 11 12 2 10 7 12 6 1098

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Buku Ajar Koleksi Perpustakaan y 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

F 3 4 3 2 11 10 7 6 9 5 11 10 4 6 6 1 1 1 2 2

f.y 3 8 9 8 55 60 49 48 81 50 121 120 52 84 90 16 17 18 38 40

y2 1 4 9 16 25 36 49 64 81 100 121 144 169 196 225 256 289 324 361 400

f.y2 3 16 27 32 275 360 343 384 729 500 1331 1440 676 1176 1350 256 289 324 722 800

79

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

y 23 25 26 32 Jumlah

F 1 2 1 1 N =109

f.y 23 50 26 32  fy=1098

y2 529 625 676 1024 y 2 = 5724

f.y2 529 1250 676 1024 fy2= 14512

Kerterangan, y = Jumlah judul yang dipinjam, f = Frekuensi, f.y = Hasil kali f dan y, y2 = Kuadrat kali y, f.y2 = Hasil kali f dan y2

Dengan bantuan tabel 2, dapat

 f .Y

SDy =

N

diketahui pemanfaatan buku ajar koleksi perpustakaan 1098 judul buku, 109

  fY     N 

14512 1098   109  109  

= frekuensi materi sumber belajar dengan rata-rata setiap materi 10.07, variasi

2

SDy

2

2

√13314 − 10.072

=

31.8096 dan standar deviasi 5.64. = √13314 − 101.4049 Adapun perhitungan dilakukan dengan bantuan tabel 2 dengan menggunakan rumus sebagai berikut : a) Menghitung mean (M) dengan rumus sebagai berikut : M=

 fY N

=

1098  10.07 109

SDy =

Melalui tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah meteri program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra, Indonesia, Pendidikan

Bahasa

Inggris

dan

Pendidikan Matematika sebanyak 109

b) Menghitung standar deviasi (SD)

satuan acara perkuliahan (SAP), setiap

dengan rumus sebagai berikut :

materi 10.07 atau 10 sumber buku ajar dengan

variasi

deviasi

5.64.

pemanfaatan

80

31.7351 = 5.64

31.735

dan

Dengan buku

ajar

standar rata-rata koleksi

Pengaruh Satuan Acara Perkuliahan Terhadap Pemanfaatan Buku Di Perpustakaan ... (Dian Rifia Syaifudin)

perpustakaan

10

judul

dari

Pendidikan Matematika mempunyai pengaruh

kebutuhan setiap materi satuan acara

yang sangat signifikan terhadap pemanfaatan

perkuliahan (SAP), hal ini menunjukkan

koleksi buku ajar di Perpustakaan STKIP

bahwa pemanfaatan buku ajar koleksi

Muhammadiyah Kotabumi .Semakin banyak

perpustakaan

buku ajar yang tercantum dalam satuan

STKIP

buku

Muhammadiyah

perkuliahan (SAP) akan semakin banyak

Kotabumi adalah baik.

pemanfaatan koleksi buku ajar di perpustakaan.

E. Kesimpulan Pengaruh satuan acara perkuliahan program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris dan Pendidikan Matematika tahun akademik 20013/2014 terhadap pemanfaatan koleksi buku

ajar

di

Muhammadiyah

perpustakaan

STKIP

Kotabumi

diperoleh

Hal

ini

dapat

35 judul buku ajar yang tercantum

kuliah program studi Pendidikan bahasa dan sastra,

pendidikan

Bahasa

Inggris

hasil

dalam

satuan acara perkuliahan, dengan pemanfaatan koleksi buku ajar di perpustakaan rata-rata 10 dan variasi 32 judul. Hubungan korelasi sangat signifikan r =0.256 dan positif sebesar r = dengan

determinan Satuan acara perkuliahan (SAP) mata

melalui

penelitian, bahwa rata-rata terdiri 13 dan variasi

0.804

kesimpulan sebagai berikut.

ditunjukan

pengaruh

(konstribusi)

64.72% yang dapat dijelaskan

melalui persamaan regresi linier Y = 0.77 + 0.79X.

dan

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Soeatminah. 1992. Perpustakaan, Kanisius,

Kepustakawanan

dan

Pustakawan,

Yogyakarta:

Saleh, Abdur Rahman. 1996. Pengelolaan Terbitan Berseri. Jakarta: Universitas Terbuka.

81

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

Sugiyono. 2010.Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta, Muslich, Masnur.2007. Seri Standar Nasional Pendidikan (KTSP) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman dan Pengembangan (Pedoman Bagi Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Dewan Sekolah dan Guru), Jakarta: PT Bumi Aksara, Noerhayati. 1987. Pengelolaan Perpustakan Jilid I. Bandung: ALUMNI. Lasa, HS. 2005. Manajemen Perpustakaa., Yogyakarta: PINUS, Idi, Abdullah. 2014. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Jakarta: Rajagrafindo.

82

PROFESIONALISME GURU DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Dian Eka Priyantoro*)

Abstract “As a simple matter learning can be defined as something that could hinder the achievement of learning objectives. During the learning process, learning problems often associated with attitudes toward learning, motivation, etc. Specifically, learning problems come from internal factors and external factors. Due to the success of learning is the outcome of all activities performed teachers and students in the learning process, then every teacher must seek to optimally understand the various factors that may create obstacles in the process of teaching and learning. When a teacher is able to understand the problems of learning and innovations in the learning process then indirectly the quality of learning can be improved.” Keyword: Professionalism, Quality, and Learning ujung Indonesia yang lain para guru dan

A. Pendahuluan Dengan dimulainya era baru dalam

anak

didik

masih

harus

merasakan

kurikulum pendidikan di Indonesia, yakni

pembelajaran yang jauh dari kata baik atau

era Kurtilas atau yang lebih dikenal dengan

masih

era kurikulum ketiga belas, sekolah ditantang

keterbatasan sarana maupun tenaga pendidik

untuk menggali sedalam mungkin metode

yang mumpuni atau professional, misalnya

dan strategi yang jitu untuk membelajarakan

dari segi sarana bangungan untuk belajar

anak didik sehingga transfer ilmu dapat

yang nilainya minus dari sisi kenyamanan

dilakukan dengan cara yang tepat dan cepat

untuk belajar, apalagi dari keselamatan

serta mudah untuk dipahami oleh anak didik.

beraktivitas.

tradisional

mengingat

akan

Etika di satu sisi para pakar pendidik

Dari keterbatasan adanya pendidik

memberkan semangat kepada guru maupun

yang profesional, diharapkan bukan menjadi

calon guru di sekolah sekolah untuk sebebas

sebuah penghalang bagi sekolah untuk terus

mungkin berkreasi dalam mengajar.Di sisi

meningkatkan kinerja setiap guru yang ada

lain mereka sudah pemisis akan keberhasilan

menjadi lebih prosesional dalam meningkat-

paradigma

carut

kan kualitas pembelajaran di sekolah. Guru

marutnya kualitas pendidikan di Indonesia

yang profesional merupakan salah satu tolak

ini

dalam

mengatasi

ini. Hal ini sudah dirasa wajar mengingat di

*) Dosen Tetap Pada Program Studi PGMI IAIN Metro Lampung

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

ukur

dalam

meningkatkan

kualitas

pembelajaran di kelas. Namun makhluk

Guru

dalam

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran

demikian, manusia adalah

yang

B. Profesionalisme

dikarenakan

1. Profesionalisme Guru dalam Mengajar

memiliki

kemampuan beradaptasi yang baik maka

a. Pengertian Profesionalisme Guru

akan dipandang bijak jika para pelaku

Menurut Mc Cully (1969;1330) yang

pendidikan ini mulai melakukan langkah-

dikutip oleh Tabrani Rusyan; profesi adalah

langkah

a vacation an wich professional knowledge

adaptasi

pembelajaran merupakan

di

dalam kelasnya.

tombak

pembelajaran,

merumuskan Jika

pendidikan

guru

of some department a learning science is

dalam

used in tis application to the of other or in

media belajar dapat mem

the practice of an art found it.

bantu para guru untuk melakukan transfer

Dari uraian di atas dapat disimpulkan

ilmu tersebut. Ketika banyak orang berkecil

bahwa dalam suatu pekerjaan yang bersifat

hati dengan tuntutan hasil akhir Ujian

professional

Nasional serta paradigma Kurikulum Ketiga

prosedur yang bertumpu pada landasan

Belas di sekolah, mungkin kreativitas dalam

intelektual,

memanipulasi

dan

dipelajari dan kemudian secara langsung

pengajaran dapat menjadi salah satu jalan

dapat diabadikan bagi kemaslahatan orang

untuk dapat lolos melewati tantangan ini.

lain.

media

pembelajaran

kesimpulan

bahwa

untuk

yang

secara

teknik

sengaja

serta

harus

Profesi berasal dari kata profesion,

Dari uraian di atas dapat diambil sebuah

dipergunakan

serta

profesional

dari

profesional,

berkualitas maka mulai dari sekarang yang

bervariasi tergantung dari konteks yang ingin

perlu di bangun di setiap sekolah adalah

diungkapkan. Hornby memberikan batasan

menyiapkan

tentang:

kebutuhan

yang

mempunyai

kata

mewujudkan sebuah generasi pendidik yang

semua

yang

berasal

batasan

dibutuhkan di dalam proses pembelajaran.

“Profesion, n. occupation, esp one

Misalnya, sarana dan prasana yang men-

requiring advanced education and special

dukung serta guru yang memiliki dedikasi

training, eg the law, architecture, medicine,

yang tinggi di dalam mengabdikan dirinya

accountancy,…professional adj 1. Skill ;

untuk negeri dalam mencerdaskan anak

etiquette, the special convention, form of

didiknya dengan kreativitas serta inovasi

politeness, etc associated with a ceratin

dalam pembelajarannya.

profesion; men, eg doctors, lawyers, 2. Doing or practicing something as a full time occupation or to make a living.”

84

Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran (Dian Eka Priyantoro)

Batasan yang lain mengenai profesi

pekerjaan atau kegiatan yang dilakuan oleh

dan profesional diberikan oleh Page dan

seseorang dan menjadi sumber penghasilan

Thomas (1979), seperti kutipan di bawah;

kehidupan

.Profesion, evaluative term describing the most prestigious occupations which may be termed professions if they carry out an essential social service, are founded on systematic knowledge, require lengthy academic and practical training, have high autonomy, acode of ethics, and generate inservice growth. Teaching should be judget as a profession on these criteria.

kemahiran atau kecakapan yang memenuhi

Dari batasan di atas maka dapat dikatakan bahwa etika profesio itu berkaitan dengan baik dan buruknya tingkah laku individu dalam suatu pekerjaan, yang telah

memerlukan

keahlian,

standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Menurut Suyanto (2013:21) profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang guru yang memiliki profesionalisme tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta komitmennya terhadap

diatur dalam kode etik.

b.

yang

Guru sebagai Jabatan Profesional

perwujudan

dan

peningkatan

profesional

melalui

berbagai

kualitas cara

dan

strategi. Ia akan selalu mengembangkan Makna

Profesional

mengacu pada

orang yang menyandang suatu profesi atau sebutan untuk penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya. Penyandangan dan penampilan “profesional” ini telah mendapat pengakuan, baik

secara

formal

maupun

informal.

Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang mempunyai wewenang,

yaitu

organisasi

profesi.

pemerintah

dan

Selanjutnya,

atau secara

dirinya sesuai dengan tuntutan perkem bangan

zaman

sehingga

keberadaannya

senantiasa memberikan makna prodesional. Dalam konteks guru, makna profesional sangat penting karena profesionalisme akan melahirkan sikap terbaik bagi seorang guru dalam melayani kebutuhan pendidikan siswa, sehingga kelak sikap ini tidak hanya memberikan manfaat bagi siswa, tetapi juga memberikan

manfaat

bagi

orang

tua,

masyarakat dan institusi sekolah itu sendiri.

informal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas dan para pengguna jasa suatu profesi.

Pekerjaan tenaga kependidikan adalah pekerjaan professional karena pekerjaan itu sudah disiapkan seoptimal mungkin walupun

Dalam UU Guru dan Dosen (pasal 1 ayat 4) disebutkan bahwa professional adalah

hasilnya belum memuaskan. Oleh sebab itu, dengan

jabatan

dan

pekerjaan

tenaga

85

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

kependidikan harus sadar bahwa tugas dan

2. Qualitas Pembelajaran

tanggung jawab tidak bisa dilakukan oleh

a.

orang lain kecuali dirinya.

Pengertian Kualitas Pembelajaran Pandangan yang sudah berlangsung

Banyak tenaga kependidikan itu sendiri

lama

yang

menempatkan

yang belum menghargai profesinya, apalagi

sebagai

berusaha mengembangkan profesi tersebut.

transfer of knowledge dari guru kepada siswa

Perasaan rendah diri karena menjadi guru,

semakin

penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan

Penemptan guru sebaga satu-satunya sumber

kepentingan

lain,

informasi menempatkan siswa tidak sebagai

tenaga

individu yang dinamis, akan tetapi lebih

kependidikan semkain merosot (Sudjana,

sebagai obyek yang pasif sehingga potensi-

1988; 13-14).

potensi

sehingga

pribadinya pudanya

dan wibawa

ain

proses

transfer

pembelajaran

banyak

informasi

mendapat

keindividualannya

atau

kritikan.

tidak

dapat

berkembang secara optimal. Dengan demikian, seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus, kemampuan

Karena sesuai dengan UUD 1945,

yang tidak mungkin dimiliki oleh orang yang

pendidikan

bukan guru “A teacher is person charged

kehidupan bangsa. Hal ini berarti pendidikan

with the responbility if helping others to

adalah

learn and to behave in new different ways”

manusia. Manusia yang berdaya adalah

(James M. Copper, 1990). Itulah sebabnya

manusia yang dapat berpikir kreatif, yang

guru adalah pekerjaan professional yang

mandiri, dan yang dapat membangun dirinya

membutuhkan kemampuan khusus hasil

dan masyarakat (Tilaar dalam Aunurrahman

proses pendidikan yang dilaksanakan oleh

2000:21).

lembaga pendidikan keguruan. Hal seperti diungkapkan

Greeta

G.

Morine

seharusnya

usaha

Menurut pembelajaran

untuk

memberdayakan

Sanjaya adalah

mencerdaskan

(2007)

proses

merupakan

suatu

Dershimer:”A professional is aperson who

sistem. Dengan demikian, pencapaian proses

passess some specialized knowledge and

untuk meningkatkan kualitas pendidikan

skills, can weigh alternative and select from

dapat dimulai dari menganalisis setiap

among a number of potentially productive

komponen yang dapat membentuk dan

actions one that particularly appropriate in

mempengaruhi proses pembelajaran, begitu

a

banyak

given

1990;26).

situation”(James

M.

Copper,

komponen

yang

dapat

mempengaruhi kualitas pendidik. Namun, tidak mungkin upaya meningkatkan kualitas

86

Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran (Dian Eka Priyantoro)

dilakukan

dengan

memperbaiki

setiap

komponen secara serempak.

dilaksana-

kan

setelah

proses

belajar

mengejar selesai.

Komponen yang selama ini dianggap

Istilah kualitas berasal dari bahasa

sangat mempengaruhi proses pendidikan

Inggris (quality) dan sepadan dengan kata

adalah kemampuan guru. Hal ini memang

mutu dalam bahasa Indonesia, merupakan

wajar, sebab guru merupakan ujung tombak

istilah yang sudah tidak asing atau dikenal

yang berhubungan langsung dengan siswa

dalam kehidupan sehari hari. Kata ini

sebagai objek belajar, bagaimanapun baik

biasanya didahului atau dibarengi dengan

dan idealnya kurikulum pendidikan yang

kata lain, seperti kualitas eksport, kualitas

dibuat oleh pemerintah, dan bagaimana

import. Jadi kualitas adalah tingkatan atau

lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan

buruknya sesuatu yang baik atau buruk

yang dimiliki oleh sekolah. Namun, tanpa

benda atau manusia.

diimbangi dengan adanya kemampuan guru

Di

dalam

kamus

Besar

Bahasa

dalam mengembangkan dan mengimplemen-

Indonesia kualitas adalah ukuran baik buruk,

tasikannya di dalam pembelajaran, maka

mutu,

semuanya akan kurang bermakna.

kecerdasan,

Tinggi rendahnya pengakuan terhadap profesi

tenaga

taraf,

kependidikan,

kadar,

atau

kepandaian

derajat

dan

dari

sebagainya

(DEPDIKBUD,1983:179). Menurut Sudjana

menurut

(1989:87) pengertian secara umum dapat

Sudjana (1988;23) yaitu salah satu di

diartikan suatu gambaran yang menjelaskan

antaranya diukur dari tingkat pendidikan

mengenai baik buruk hasil yang dicapai para

yang ditempuhnya untuk mempersiapkan

siswa

jabatan

dilaksanakan.

tersebut.

Kehadiran

tenaga

dalam

proses

pendidikan

yang

kependidikan dalam proses belajar mengajar

Adapun pembelajaran dapat diartikan

tetap memegang peranan penting karena

sebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi,

peranan tenaga kependidikan dalam proses

intelektual, dan spiritual seseorang agar mau

belajar mengajar belum dapat tergantikan

belajar

dengan alat, misalnya dengan mesin, radio,

2009:85). Melalui pembelajaran akan terjadi

tape recorder, ataupun dengan computer

proses pengembangan moral yang baik,

sekalipun sebab dalam proses tersebut masih

aktivitas,

terlalu

unsur

melalui berbagai interaksi dan pengalaman

manusiawinya seperti sikap, nilai, perasaan

belajar. Pem belajaran berbeda dengan

motivasi, kepribadian, kebiasaan dan lain

mengajar

lain

menggambarkan aktivitas guru, sedangkan

yang

banyak

diperlukan

mendukung

dan

diharapkan

dengan

dan

sendirinya

kreativitas

yang

pada

(Abudin,

peserta

didik

prinsipnya

87

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

pembelajaran menggambar kan aktivitas

tersebut, melainkan mengetahui asal usulnya,

peserta didik.

cara mendapatkan dan mengembangkannya.

Menurut kajian Nasution bahwa hingga saat ini terdapa tiga macam pembelajaran

b. Faktor utama penentu kualitas

yang sering diartikan dengan pengertian mengajar.

Pertama,

Mengajar

pembelajaran

adalah

Keberhasilan

proses

pembelajaran

menanamkan pengetahuan kepada peserta

tidak

didik dengan tujuan agar pengetahuann

mengembangkan sebuah pembelajaran yang

tersebut

sebaik

berorientasi pada peningkatan intensitas

baiknya oleh peserta didik. Mengajar pada

keterlibatan siswa secara efektif di dalam

tipe ini dianggap berhasil jika peserta didik

proses pembelajaran, serta ditunjang dengan

menguasai pengetahuan yang ditranfer oleh

dengan keterlibatan antara guru dan siswa,

guru sebanyak banyaknya. Kedua, mengajar

adapun

adalah menyampaikan kebudayaan kepada

pembelaajaran yaitu;

dapat

dikuasai

dengan

terlepas

dari

faktor

kemampuan

penentu

guru

kualitas

peserta didik. Definisi kedua ini pada intinya sama

dengan

definisi

pertama

yang

menekankan pada guru sebagai pihak yang

1. Guru Strategi dan metode mengajar

aktif. Ketiga, mengajar adalah suatu aktivitas

digunakan

mengorganisasi atau mengatur lingkungan

pembelajaran di kelas. Strategi yang jitu dan

sebaik-baiknya

metode

dan

menghubungkannya

akan

yang

menentukan

yang

tepat

akan

menciptakan

dengan peserta didik sehingga terjadi proses

pembelajaran

belajar

Definisi

Pendekatan yang digunakan dalam mengajar

mengajar model pertama dan kedua pada

meliputi perencanaan administrasi maupun

sebagian besar masyarakat tradisional masih

non teknis. Metode yang tepat adalah metode

banyak digunakan. Hasilnya adalah peserta

mengajar yang sesuai dengan karakter materi

didik banyak menguasai bahan pelajaran,

pelajaran, siswa dan fasilitas belajar yang

namun mereka tidak tahu cara menggunakan

tersedia.

(Nasution,

1995:4).

bermakna

kualitas

bagi

siswa.

dan mengembangkannya. Sementara itu,

Gaya dan teknik mengajar guru juga

meng- ajar model ketiga, kini mulai banyak

ikut menentukan kualitas pem belajaran.

digunakan, terutama pada lembaga lembaga

Guru yang menguasai materi, piawai dalam

pendidikan modern. Hasilnya adalah peserta

berbahasa, demokratis dalam mengajar lebih

didik tidak hanya menguasai bahan pelajaran

berpeluang

untuk

menciptakan

suasana

pembelajaran yang menyenangkan siswa.

88

Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran (Dian Eka Priyantoro)

2. Sarana dan fasilitas belajar

belajaran menjadi lancar. Adapun hal-hal

Sarana dan fasilitas belajar merpakan

yang

dapat

menunjang

proses

semua benda atau materi yang dapat

pembelajaran tersebut menurut Supardi.

menunjang kelancaran proses pembelajaran.

(2013:104) di antaranya adalah:

Pembelajaran memerlukan adanya media dan alat peraga. Kalau perlu dilengkapi dengan fasilitas laboratorium yang memadai. Semua bahan ini membantu siswa untuk menerima dan mencerna materi pelajaran dengan baik. 1. Siswa

1. Menguasai Bahan/Pengetahuan a. Menguasai bahan bidnag studi dalam kurikulum sekolah. b. Menguasai bahan pendalaman atau aplikasi bidang studi. 2. Kemampuan mengelola program

Dalam

konteks

pendidikan,

siswa

pembelajaran.

adalah subjek sekaligus objek yang belajar.

a. Merumuskan

Siswa memiliki konsep-konsep ilmu yang

instruksional

sudah

mereka

dapatkan

dari

jenjang

tujuan

b. Mengenal

dan

pendidikan sebelumnya dan pengalaman

menggunakan

empiris sehari-hari. Pengembangan konsep

mengajar.

ilmu tersebut diluruskan dan dikembangkan melalui

proses

pem-

belajaran.

Siswa

ternyata bukanlah ibarat botol kosong yang harus diisii dari awal.

c. Memilih prosedur

dapat metode

dan

menyusun

instruksional

tepat d. Melaksanakan

Input siswa antara satu sekolah dengan sekolah lain tidak pernah persis sama. Latar belakang sosial dan geografi menentukan input siswa suatu sekolah. Sekolah yang

yang

program

pembelajarna e. Mengenal kemampuan (entry behavior) peserta didik f. Merencanakan

dan

merekrut siswa dengan sistem seleksi akan

melaksanakan

pengajaran

memiliki input intelektual yang lebih jika

remedial

dibandingkan

dengan

sekolah

yang

melaksanakan wajib belajar.

3. Kemampuan menggunakan media atau alat bantu pelejaran a. Mengenal,

c. Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

kualitas pembelajaran Dalam hal pembelajaran harus

memilih,

dan

menggunakan media b. Membuat alat alat bantu pembelajaran sederhana

ditunjang dengan sebaik-baiknya dan selengkap-lengkapnya agar proses pem 89

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

c. Menggunakan dan mengelola laboratorium

dalam

rangka

proses belajar mengajar

perpustakaan

dalam proses belajar mengajar f. Menggunakan unit

dalam

upaya

meningkatkan

kualitas pembelajaran di antaranya: 1.

d. Mengembangkan laboratorium e. Menggunakan

perhatian

Peserta didik a. Faktor Intern

1. Karakteristik Siswa Persoalan

intern

pembelajaran

micro-teaching

berkaitan dengan kondisi kepribadian siswa,

program

baik fisik maupun mental. Berkaitan dengan

dalam

pengalaman lapangan

aspek-aspek fisik tentu akan relative lebih

4. Kemampuan menggunakan metode

mudah diamati dan dipahami, dibandingkan

5. Kemampuan mengelola kelas

dengan

a. Mengatur

tata

ruang

kelas

untuk pengajaran

dimensi

iklim

pembelajaran yang serasi

mental

atau

emosional. Sementara dalam kenyataannya, persoalan

b. Menciptakan

dimensi

persoalan

pembelajaran

lebih

banyak berkaitan dengan dimensi mental atau emosional.

6. Kemampuan mengevaluasi. 2. Sikap terhadap belajar. Mengacu

tentang

Dalam kegiatan belajara, sikap siswa

seringkali

dalam proses belajar, terutama sekali ketika

dkemukakan bahwa masalah masalah belajar

memulai kegiatan belajar merupakan bagian

baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari

penting untuk diperhatikan karena aktivitas

dimensi guru maupun dari dimensi siswa.

belajar siswa selanjutnya banyak ditentukan

Selanjutnya, dikaji dari tahapannya, masalah

oleh sikap siswa ketika akan memulai

pembahasan

pada tetang

beberapa belajar

belajar dapat terjadi pada waktu sebelum

kegiatan belajar.

belajar, selama proses belajar dan sesudah belajar.

3. Motivasi belajar

Dari dimensi siswa masalah–masalah

Motivasi di dalam kegiatan belajar

belajar yang dapat muncul sebelum kegiatan

merupakan yang dapat menjadi tenaga

belajar dapat berhubungan dengan siswa,

pendorong

baik berkenaan dengan minat dll. Menurut

mendayagunakan potensi-potensi yang ada

Aunurrahman. (2013:177)

ada

pada dirinya dan potensi di lura dirinya

beberapa faktor yang perlu mendapatkan

untuk mewujudkan tujuan belajar. Siswa

bahwa

bagi

siswa

untuk

yang memiliki motivasi belajar akan tampak

90

Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran (Dian Eka Priyantoro)

melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam

pikirannya terarah untuk mencapau sesuatu

proses belajar, antara lain tampak melalui

hasil yang diinginkan.

keaktifan

bertanya,

mengemuka-

kan

pendapat, menyimpulkan pelajaran, mencatat

8. Kebiasaan belajar.

dan evaluasi sesuai dengan tuntutan pem-

Kebiasaan

belajaran.

belajar

adalah

perilaku

belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relative lama sehingga mem-

4. Konsetrasi belajar

berikan cirri dalam aktivitas belajar yang

Konsentrasi belajar merupakan salah

dilakukannya.

satu aspek psikologis yang seringkali tidak begitu mudah untuk diketahui oleh orang lain selain diri individu yang sedang belajar.

9. Faktor jasmani, meliputi faktor kesehatan, kebugaaran tubuh. Siswa yang sehat badannya lebih baik hasil belajarnya dari

5. Mengolah bahan belajar Mengolah

bahan

siswa yang sakit. belajar

dapat

diartikan sebagai proses berpikir seseorang

10. Faktor psikologi, diantara yang sangat

untuk mengolah informasi-informasi yang

berpengaruh

diterima sehingga menjadi bermakna.

perhatian,

adalah minat,

intelegnsia, bakat,

motif,

kematangan, kesiapan, dan kelelahan. 6. Menggali hasil belajar Dalam kegiatan pembelajaran kita sering mendengar bahkan mengalami sendiri di mana kita merasakan kesulitan menggali

b. Faktor ekstern Di antara faktor ekstern itu adalah: 1. Faktor Guru

kembali hasil belajar yangn sebelumnya

Dalam

sudah kita temukan atau kita ketahui.

kehadiran guru masih menempati posisi

7. Rasa percaya diri

psikologis

penting,

tengah

Rasa percaya diri merupakan salah satu kondisi

proses

seseorang

pembelajaran,

meskipun

pesatnya

di

kemajuan

teknologi yang telah merambah

yang

kedunia

pendidikan.

Dalam

berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan

berbagai

kajian

mnetal dalam proses pembelajaran. Rasa

bahwa

percaya diri padaumumnya muncul ketika

sesungguhnya

seseorang akan melakukan atau terlibat di

tanggung jawab guru mencakup

dalam suatu aktivitas tertentu di mana

aspek yang luas, lebih dari

diungkapkan

secara tugas

umum dan

91

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

sekedar

melaksanakan

proses

pembelajaran di kelas. Dalam

peraturan

Nomor

19

negatif terhadap siswa.

Pemerintah

Tahun

dimiliki

guru,

yaitu

kempetensi

pedagogis,

kompetensi

professional,

kompetensi

sosial

kompetensi

dan

kepribadian.

Direktorat Jenderal Pendidikan dan

Tenaga

Kepen

didikan

(2006) menjabarkan kompetensi pedagogis

kedalam

subkompetensi

dan

indicator

a. Memahami peserta didik b. Merancang pembelajaran

belajaran di sekolah, kurikulum merupakan

panduan

yang

dijadikan guru sebagai kerangka acuan

untuk

mengembangkan

proses pembel- ajaran. Seluruh aktivitas pembelajar- an, mulai dari

penyusunan

rencana

pembelajaran, pemilihan materi pembelajaran, pendekat

menentukan

an

dan

metode,

pembelajaran,

menentukan

teknik

kesemuanya

evaluasi,

harus

c. Melaksanakan

berpedoman

pada

kurikulum.

pembelajaran

melaksanakan

Dalam rangkaian proses pem

memilih dan menentukan media

esensial sebagai berikut:

d. Merancang

3. Kurikulum Sekolah

2005

ditetapkan 4 kompetensi yang harus

dapat pula memberikan pengaruh

dan evaluasi

pembelajaran

4. Sarana dan Prasarana Prasarana

dan

sarana

pembelajaran merupakan faktor yang turut memberikan pengaruh

2. Lingkungan Sosial

terhadap hasil belajar siswa.

Sebagai makhluk sosial maka

Keadaan gedung sekolah dan

setiap siswa tidak dmungkin

ruang kelas yang tertata dengan

melepaskan dirinya dari interaksi

baik, ruang perpustakaan sekolah

dengan

yang teratur, tersedianya fasilitas

lingkungan,

terutama

sekali teman-teman sebayanya di

kelas

dan

laboratorium,

sekolah. Lingkungan sosial dapat

tersedianya buku-buku pelajaran,

memberikan pengaruh positif dan

media/alat

bantu

belajar

merupakan komponen-komponen

92

Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran (Dian Eka Priyantoro)

penting yang dapat mendukung

etika profesi yang kuat serta kualifikasi

terwujudnya kegiatan kegiatan

kompetensi yang memadai. Dalam UU

belajar siswa.

Guru dan Dosen

(pasal 1 ayat 4)

disebutkan bahwa professional adalah 2. Pendidik

pekerjaan atau kegiatan yang dilakuan

Seperti yang telah diungkapkan di

oleh seseorang dan menjadi sumber

atas

faktor

penghasilan kehidupan yang memerlukan

pendidikan yang amat penting sebab

keahlian,kemahiran atau kecakapan yang -

di tangan guru yang berkompeten

memenuhi standar mutu atau norma

metode, kurikulum, alat pembelajaran

tertentu serta memerlukan pendidikan

lainnya akan hidup dan berperan.

profesi.

bahwa

guru

adalah

3. Lingkungan Lingkungan

Dengan demikian, keahlian yang macam,

dimilikinya harus mempu meningkatkan

lingkungan

proses pembelajaran di dalam kelas

sosial, lingkungan fisik, yaitu suasana

dengan hasil siswa yang baik. Hasil

dan

berlangsungnya

pembelajaran atau kualitas pembelajaran

pendidikan. Lingkungan sosial yakni

tidak hanya dari seorang guru yang

iklim dan suasana pendidikan.

professional saja, melainkan dari faktor

lingkungan

ada fisik

keadaan

dua dan

internal siswa itu sendiri, faktor-faktor

C. Kesimpulan Guru profesional adalah guru yang

yang

mendukung

keberhasilan

memiliki keahlian, tanggung jawab, dan

pembelajaran merupakan hal yang tidak

rasa kesejawatan yang didukung oleh

bisa

diabaikan

begitu

saja.

DAFTAR RUJUKAN

Abuddin, Nata. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta; Kencana Media Group. Aunurrohman. 2013. Belajar dan Pembelajaran.Bandung: Alfabeta. . Cooper, James. M. (ed). 1990. Classroom Teaching Skill Lexington.Massachusetts Toronto:D.C Heath and Company. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (DEPDIKBUD,1983) Cet. 2.H.

93

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

Suyanto, dkk. 2013. Menjadi Guru Profesional (Strategi meningkatkan kualifikasi dan kualitas guru di era global).Erlangga.. Rusyan.A.Tabrani. 1992. Profesionalisme Tenaga Kependidikan.Jakarta:Nine Karya Jaya. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran.Jakarta:Kencana. Nasution,S. 1995. Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta;Bumi Aksara. Sudjana, Nana. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru.

94

LESSON STUDY SEBAGAI WADAH PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU SD/MI DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU BERBASIS SCIENTIFIC Nuryanto*)

Abstract “Based on 2013 curriculum, the process of teaching and Learning for for Elementary school have to implement an integrated thematic learning using scientific approach. In fact, because of differences of teachers’ ability and knowledge about its matter that affected to the obstacles in the implementation of the 2013 curriculum. Therefore a set of solutions have to applied to solve its problem, one of this solution is the lesson study. Lesson study consisted of some steps, they are 1) Plan, 2) Do and 3) See, can be used to improve the quality of teacher performance that impact on the quality of student learning processes and outcomes.’ Keywords: Lesson study, the teachers’ professionalism, Integrated Thematic Learning and Scientific Approach keterampilan, dan pengetahuan peserta didik

A. Pendahuluan Perubahan

kurikulum

pendidikan

nasional Indonesia yang kemudian dikenal dengan

kurikulum

perubahan

terhadap

2013

melakukan

standar

kompetensi

dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah. Secara khusus pada jenjang Sekolah Dasar,

pembelajaran

kurikulum

2013

lulusan, standar isi, standar proses dan

dilaksanakan secara tematik terpadu dengan

standar

pendekatan saintifik. Pengelolaan pembel-

penilaian.

Standar

kompetensi

lulusan yang mencakup kompetensi sikap,

ajaran

keterampilan dan pengetahuan, kemudian

pendekatan saintifik. Pembelajaran pada

dijabarkan

dasarnya merupakan rangkaian kegiatan

dalam

kompetensi

inti

dan

secara

tematik

proses

dalam struktur kurikulum setiap jenjang

pembelajaran

pendidikan.

Kurikulum

yang

kompetensi pengajar, karakteristik peserta

menekankan

pada

pedagogik

didik, bahan ajar, strategi pembelajaran, dan

modern dalam pembelajaran menggunakan

media yang digunakan dalam pembelajaran.

pende- katan ilmiah sebagai katalisator

Kegiatan

utamanya atau perangkat atau apa pun itu

mengupayakan

namanya.

pembelajaran pada siswa yang lebih aktif,

Pendekatan

dimensi

ilmiah

(scientific

mengajar.

dengan

kompetensi dasar seluruh mata pelajaran

2013

belajar

terpadu

sangat

berkaitan

belajar

approach) diyakini sebagai titian emas

inovatif,

perkembangan dan pengembangan sikap,

menciptakan

agar

kreatif,

*) Dosen Tetap Pada Program Studi PGMI IAIN Metro Lampung

proses

Proses dengan

mengajar

selalu

terciptanya

proses

dan

efektif

pembelajaran

dengan yang

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

menyenangkan (PAIKEM). Dalam kegiatan itu diberikan pembelajaran ber- makna bagi

B. Hakikat Lesson Study Profesionalitas Guru pembelajaran Kurikulum 2013

bagi dalam

siswa. Suatu

pembelajaran

Mutu pendidikan tidak lepas dari

dikatakan

bermakna apabila struktur masalah (apa yang akan dipelajari) terkait dengan struktur berpikir siswa (apa yang sudah diketahui). Dalam hal ini, struktur masalah yang dihadapi dapat dikaitkan dengan struktur berpikir (skema) yang sudah ada di dalam

mutu

Guru efektif mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman. Guru efektif mampu membekali siswa dengan keahlian strategi belajar sesuai potensi dan minat masing-masing individu. Salah satu model

di

sekolah

adalah dengan Lesson Study. Lesson Study adalah model pembelajaran kolaboratif dan berkelanjutan,

dengan

tahapan:

Plan

(merencanakan), Do (melaksanakan)dan See

pendidik merupakan tenaga penting, karena mereka yang nantinya menjadi penentu kualitas

Terkait dengan Lesson Study sebagai wadah pengembangan profesionalitas guru dalam

pembelajaran

Tematik

Terpadu berbasis scientific, secara berurutan akan dibahas: 1) profesionalitas guru, 2) Pembelajaran Tematik Terpadu, 3) Lesson Study dan serta 4) implementasi Lesson Study guna pengembangan professional guru SD/MI

dalam

suatu

bangsa.

Peran

mewariskan

guru

kebudayaan,

menjadi contoh tindakan/perilaku di sekolah maupun di lingkungan masyarakat, sebagai komponen dan motor penentu tingginya kualitas

sumber

daya

manusia

dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Profesionalitas guru tertuang dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun

2005,

berisi

kompetensi

uraian

pedagogik,

profesional,

dan

mengenai kepribadian,

sosial.

Kompetensi

pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliput

(merefleksi).

SD/MI

Berperilaku

pendidik itu mengajar. Guru sebagai tenaga

pembinaan guru untuk mencapai kualitas dan pembelajaran

(guru).

profesional sama dengan bagaimana mutu

diantaranya

pikiran siswa.

profesionalitas

pendidik

pembelajaran

Terpadu berbasis Scientific.

Tematik

pemahaman

terhadap

peserta

didik,

perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta berbagai

didik

untuk

potensi

mengaktualisasikan yang

dimilikinya.

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta

didik,

dan

berakhlak

mulia.

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas

96

Lesson Study Sebagai Wadah Pengembangan Profesionalitas ... (Nuryanto)

dan mendalam

yang memungkinkannya

Untuk menjadi guru yang profesional,

mem- bimbing peserta didik memenuhi

menurut Hamalik (2008:.31) perlu mema-

standar kompetensi yang ditetapkan dalam

hami berbagai pendekatan dalam pem-

Standar Nasional Pendidikan. Selanjutnya,

belajaran. Pendekatan dapat didefinisikan

yang dimaksud dengan kompetensi sosial

sebagai titik tolak atau sudut pandang

adalah kemampuan pendidik sebagai bagian

terhadap proses pembelajaran. Penggunaan

dari masyarakat untuk berkomunikasi dan

suatu

bergaul secara efektif dengan peserta didik,

nentukan bentuk dan pola yang dipergunakan

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang

oleh kurikulum. Adapun kurikulum 2013

tua/ wali peserta didik, dan masyarakat

yang sedang diimplementasikan saat ini

sekitar.

menggunakan jenis pendekatan scientific.

pendekatan

pada

umumnya

me-

Penerapan sikap profesionalitas guru

Metode scientific pertama kali diperkenalkan

dapat diketahui dari bagaimana seorang guru

ke ilmu pendidikan Amerika pada akhir abad

tersebut

metode

ke-19, sebagai penekanan pada metode

menyajikan,

laboratorium formalistik yang mengarah

menguraikan, memberi contoh, dan memberi

pada fakta-fakta ilmiah.( Hodson, 1996

latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan

Metode scientific ini memiliki karakteristik

tertentu, yakni proses pembelajaran yang

“doing science”. Metode ini memudahkan

efektif dan efisien.

guru

mampu

pembelajaran

menerapkan

dengan

cara

untuk

memperbaiki

proses

Tujuan umum dalam meningkatkan

pembelajaran, yaitu dengan memecah proses

kompetensi pendidik meliputi: 1) kompetensi

ke dalam langkah-langkah atau tahapan-

profesional:

pengetahuan

tahapan secara terperinci yang memuat

kompetensi

instruksi untuk siswa melaksanakan kegiatan

pengetahuan

pembelajaran (Maria Varelas and Michael,

meningkatnya

2009:31). Hal inilah yang menjadi dasar dari

tentang

meningkatnya

materi

pedagogik: tentang

ajar,

2)

meningkatnya

pem-

belajaran,

kemampuan mengobservasi aktivitas belajar

pengembangan

peserta didik, memperkuat hubungan antara

Indonesia.

pelaksanaan pembelajaran sehai-hari dengan

Pendekatan

scientific

2013

atau

lebih

umum

kualitas

3)

merupakan pendekatan dalam kurikulum

kompetensi sosial: mem- perkuat hubungan

2013. Dalam pelaksanaannya, ada yang

kolegial,

menjadikan scientific sebagai pendekatan

4)

pembelajaran;

kompetensi

kepribadian:

meningkatnya motivasi dan semangat kerja.

pendekatan

di

tujuan jangka panjang dan meningkatnya rencana

dikatakan

kurikulum

ilmiah

ataupun metode. Namun karakteristik dari pendekatan scientific tidak berbeda dengan 97

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

metode scientific (scientific method). Sesuai

(penemuan). Agar dapat disebut ilmiah,

dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran

metode pencarian (method of inquiry) harus

pembelajaran

pengembangan

berbasis pada bukti-bukti dari objek yang

ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan

dapat diobservasi, empiris, dan terukur

yang

dengan

mencakup

dielaborasi

pendidikan.

untuk

Ketiga

setiap

prinsip-prinsip

penalaran

yang

kompetensi

spesifik. Karena itu metode ilmiah umumnya

tersebut memiliki lintasan perolehan (proses

memuat rangkaian kegiatan koleksi data atau

psikologi) yang berbeda. Sikap diperoleh

fakta melalui observasi dan eksperimen,

melalui aktivitas “menerima, menjalankan,

kemuadian

menghargai,

dan

hipotesis. Sebenarnya apa yang dibicarakan

diperoleh

dengan metode ilmiah merujuk pada: (1)

melalui aktivitas “mengingat, memahami,

adanya fakta, (2) sifat bebas prasangka, (3)

menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,

sifat objektif, dan (4) adanya analisa. Dengan

menghayati,

mengamalkan”.

dan

ranah

satuan

mencipta”.

Pengetahuan

Keterampilan

diperoleh

memformulasi

dan

menguji

metode ilmiah seperti ini diharapkan kita

melalui aktivitas “mengamati, menanya,

akan

mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.

kebenaran yang objektif, tidak gampang

Karakteristik kompetensi beserta perbedaan

percaya pada hal-hal yang tidak rasional,

lintasan perolehan turut serta mempengaruhi

ingin tahu, tidak mudah membuat prasangka,

karakteristik standar proses (Permen No.65

selalu optimis (Kemdikbud. 2013:141).

Tahun 2013). Pendekatan scientific dalam pembelajaran

sebagaimana

mempunyai

sifat

kecintaan

pada

Selanjutnya secara sederhana pende-

dimaksud

katan ilmiah merupakan suatu cara atau

meliputi mengamati, menanya, menalar,

mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan

mencoba, membentuk jejaring untuk semua

dengan prosedur yang didasarkan pada suatu

mata pelajaran.

metode ilmiah. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non ilmiah. Pendekatan non ilmiah dimaksud meliputi semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui

Gambar 1: Langkah-langkah pendekatan scientific

coba-coba,

dan

asal

berpikir

kritis

(Kemdikbud,2013:142). Perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi

Untuk

pendekatan

siswa mencari tahu) dan proses penilaian

scientific diperlukan adanya penalaran dan

(dari berbasis output menjadi berbasis proses

sikap kritis siswa dalam rangka pencarian

dan output). Penilaian proses pembelajaran

98

memperkuat

Lesson Study Sebagai Wadah Pengembangan Profesionalitas ... (Nuryanto)

menggunakan pendekatan penilaian otentik

dengan mengintegrasikan materi beberapa

(authentic assesment) yang menilai kesiapan

mata

siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh

pembahasan. Pembelajaran tematik terpadu

(Permen No.65 Tahun 2013).

merupakan pendekatan pembelajaran yang

Pendekatan

dalam

satu

tema/topik

menjadi

meng- integrasikan berbagai kompetensi dari

trending topic pada pelaksanaan kurikulum

berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai

2013. Pembelajaran berbasis pendekatan

tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan

scientific

dalam

ini

scientific

pelajaran

lebih

efektif

hasilnya

dua

hal,

yaitu

integrasi

sikap,

dibandingkan dengan pembelajaran tradi-

keterampilan dan pengetahuan dalam proses

sional. Hasil penelitian membuktikan bahwa

pembelajaran dan integrasi berbagai konsep

pada

retensi

dasar yang berkaitan (Mendkbud, 2015:4).

informasi dari guru sebesar 10 persen setelah

Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan

15

bahwa

pembelajaran

menit

dan

kontekstual

tradisional,

perolehan

sebesar

25

pemahaman persen.

Pada

dengan

pembelajaran maksud

tematik

sebagai

dilakukan

upaya

untuk

pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah,

memperbaiki dan meningkatkan kualitas

retensi informasi dari guru sebesar lebih dari

pendidikan, terutama untuk mengimbangi

90 persen setelah dua hari dan perolehan

padatnya materi kurikulum.

pemahaman kontekstual sebesar 50 – 70 persen.

Pembelajaran tematik sesuai dengan teori konstruktivisme memandang proses

Pembelajaran untuk tingkat SD/MI

pembelajaran melalui pengalaman langsung

sederajat dalam pelaksanaan kurikulum 2013

(direct experience). Siswa mengkonstruksi

melaksanakan pembelajaran tematik terpadu.

pengetahuannya

Sebagaimana

dengan obyek, fenomena, pengalaman dan

tercantum

dalam

salinan

lampiran Permendikbud No. 65 tahun 2013

dari

interaksi

langsung

lingkungannya.

tentang standar proses bahwa pembelajaran

Pada kenyataannya, karena adanya

tematik terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A

perbedaan kemampuan dan pengetahuan

disesuaikan dengan tingkat perkembangan

guru,

siswa.

mengembangkan Pembelajaran tematik terpadu yang

yang

belum

dapat

semua kegiatan

memfasilitasi

guru

mampu

pembelajaran siswa

untuk

sering juga disebut sebagai pembelajaran

mengamati fenomena yang terjadi yang

tematik terintegrasi (integrated thematic

berhubungan dengan materi pelajaran. Hal

instruction, ITI) aslinya dikonseptualisasikan

inilah yang menjadi salah satu hambatan

tahun 1970-an. Pembelajaran tematik dapat

dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Oleh

diartikan

karenanya diperlukan beberapa solusi untuk

suatu

kegiatan

pembelajaran

99

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

meningkatkan proses dan hasil pembelajaran,

yang

salah satunya yaitu dengan lesson study

improvement), alias inovasi yang tiada henti.

Lesson (2009:2)

Study

Lesson

berakhir

Study

(continuous

menurut

Sudrajat

(2015:2) merupakan kegiatan yang dapat

peningkatan kualitas pembelajaran yang awal

mendorong terbentuknya sebuah komunitas

mulanya berasal dari Jepang. Di negara

belajar

tersebut, kata atau istilah lesson study lebih

konsisten

populer dengan sebutan “Jugyoukenkyuu”

perbaikan diri, baik pada tataran individual

Lesson Study, yang dalam bahasa Jepangnya

maupun manajerial

jugyou kenkyuu, adalah sebuah pendekatan

C. Implementasi

melakukan

pembelajar-

an

di

suatu

Susilo

pernah

pendekatan

untuk

merupakan

menurut

tak

perbaikan-perbaikan Jepang.

(learning dan

society)

yang

sistematis

Lesson

secara

melakukan

Study

Untuk

Pengembangan Profesionalitas Guru

Perbaikan-

Lesson Study merupakan salah satu

perbaikan pem- belajaran tersebut dilakukan

upaya peningkatan kompetensi pedagogi

melalui proses-proses kolaborasi antar para

yang efektif karena memperoleh pengalaman

guru untuk merencanakan (plan), mengamati

langsung

(observe), dan melakukan refleksi (reflect)

pembelajaran, pembuatan RPP, pelaksanaan

terhadap pembelajaran (Lessons).

pembelajaran (melalui Lesson Study) yang

Menurut Catherine Lewis (2015) Lesson Study, yaitu suatu model (pola) pembinaan

dari

penentuan

topik

terdiri atas tiga tahapan, yakni plan, do dan see.

pendidik

melalui

Lesson study merupakan satu upaya

pembelajaran

secara

meningkatkan proses dan hasil pembelajaran

kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan

yang dilaksanakan secara kolaboratif dan

prinsip-prinsip

mutual

berkelanjutan oleh sekelompok guru. Dengan

komunitas

berkolaborasi guru mampu mengembangkan

pengkajian

learning

profesi

mulai

(studi)

untuk

kolegalitas

dan

membangun

belajar

bagaimana siswa belajar dan bagaimana Lesson Study bukan sebuah metode

membelajarkan

siswa.Selain

itu

atau strategi pembelajaran tetapi serangkaian

lesson

guru

memperoleh

kegiatan pembelajaran yang dapat diterapkan

pengetahuan

di dalamnya berbagai metode atau strategi

narasumber.

pembelajaran yang dianggap efektif dan

adanya umpan balik dari anggota lesson

sesuai

study. Sehingga kemampuan guru semakin

dengan

situasi,

kondisi,

dan

study

permasalahan faktual yang dihadapi guru di

hari

dalam kelas, dan Lesson Study merupakan

melakukan

suatu cara peningkatan mutu pendidikan 100

dari Hal

semakin

dapat guru

ini

contoh

lainnya

diperoleh

bertambah

melalui

baik

kemudian

atau

melalui

dengan dikritisi

Lesson Study Sebagai Wadah Pengembangan Profesionalitas ... (Nuryanto)

ataupun

dari

memperhatikan

contoh

kemudian meng-kritisi. Ada

berbagai

suasana kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media, alat peraga dan evaluasi

cara

yang

dapat

proses hasil belajar. Dari hasil identifikasi

ditempuh pendidik dalam melaksanakan

tersebut

lesson study. Hal ini tentu dapat disesuaikan

Lesson Study) tentang pemilihan materi

dengan kondisi dan situasi dalam praktiknya.

pembelajaran, pemilihan metode dan media

Pertimbangan-pertimbangan ini digunakan

yang sesuai dengan karakteristik siswa, serta

untuk

pembelajaran

jenis evaluasi yang akan digunakan. Pada

selanjutnya. Implementasi Lesson Study yang

saat diskusi, akan muncul pendapat dan saran

diajukan dalam tulisan ini mengadopsi dari

untuk

pendapat

yang

diterapkan. Pada tahap ini, guru atau teman

mengenalkan ada tiga tahap utama LS,

sejawat mengemukakan hal-hal penting/baru

yakni: Perencanaan (Plan), Pelaksanaan

yang perlu diketahui dan diterapkan oleh

(Do)dan Refleksi (See).

para

perbaikan

rencana

Ibrahim

(2013:10)

didiskusikan

menetapkan

guru

Model,

pembelajaran

(dalam

pilihan

yang

seperti

konstruktif,

kelompok

akan

pendekatan pendekatan

pembelajaran yang memandirikan belajar siswa,

pembelajaran

pengembangan

Life

Skill,

kontekstual, pemutakhiran

materi ajar atau yang lainnya. Hal penting yang didiskusikan di kegiatan Lesson Study ini adalah penyusun- an/penggunaan lembar observasi, terutama penentuan aspek-aspek Tahapan-tahapan

dalam

yang perlu diperhatikan dalam suatu proses

Implementasi Lesson study dapat dijelaskan

pem- belajaran dan indikator-indikatornya,

sebagai berikut:

terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa.

Perencanaan (Plan) Pada tahap ini

Aspek-aspek

proses

pembelajaran

dan

dilakukan identifikasi masalah di kelas yang

indikator-indikator itu disusun berdasarkan

akan digunakan untuk kegiatan Lesson Study

perangkat pembelajaran yang dibuat serta

dan perencanaan alternatif pemecahannya.

kompetensi dasar yang ditetapkan untuk

Identifikasi

rangka

dimiliki siswa setelah mengikuti proses

perencanaan pemecahan masalah tersebut

pembelajaran.Dari hasil identifikasi masalah

berkaitan dengan pokok bahasan (materi

dan diskusi perencanaan pemecahannya,

pelajaran) yang relevan dengan kelas dan

selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu

jadwal pelajaran, karakteristik siswa dan

perangkat

masalah

dalam

pembelajaran

yang

terdiri 101

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

atas:RPP, LKS, Media atau alat peraga

pembelajaran yang telah disusun sebagai

pembelajaran, instrumen penilaian proses

dasar untuk perbaikan rencana pembelajaran

dan

berikutnya. Apakah rencana pembelajaran

hasil

pembelajaran

serta

lembar

observasi pembelajaran.

tersebut telah sesuai dan dapat meningkatkan

Pelaksanaan (Do) Pada tahap ini

performa keaktifan belajar siswa. Jika belum

guru model melakukan implementasi RPP

ada kesesuaian, hal-hal apa saja yang belum

yang

Guru

sesuai, metode pembelajarannya, materi

Model/peserta lainnya melakukan observasi

dalam LKS, media atau alat peraga, atau

dengan menggunakan lembar observasi yang

yang lainnya.

telah dipersiapkan dan perangkat lain yang

D. Pengaruh Implementasi Lesson Study

telah

disusun.

Guru,

dan

diperlukan. Para observer ini mencatat halhal

positif

dan

negatif

dalam

Terhadap Profesionalitas Guru

proses

Dengan Pelaksanaan Lesson Study

pembelajaran, terutama dilihat dari segi

dapat

tingkah laku siswa. Selain itu dilakukan

pengembangan keprofesionalan guru-guru.

rekaman foto dan video berkenaan dengan

Manfaat pelaksanaan Lesson Study yaitu:

kejadian-kejadian khusus (pada guru atau

1. Lesson

siswa)

selama

pelaksanaan

memberikan

sumbangan

Study

terhadap

memungkinkan

Guru

pembelajar-

memikirkan dengan cermat mengenai

an.Hasil rekaman ini digunakan sebagai

tujuan Pembelajaran, Materi Pokok, dan

bukti untuk didiskusikan dalamtahaprefleksi.

Bidang Studi .

Refleksi (See) Pada tahap refleksi ini,

Lesson

Study

tidak

hanya

guru model yang tampil dan para observer

memperhatikan pembelajaran untuk satu

mengadakan diskusi tentang pembelajaran

kali pertemuan atau satu pokok bahasan

yang baru saja dilakukan.Pertama, Guru

saja,

Model

membelajarkan satu unit materi pokok

menyatakan

kesannya

selama

melainkan

melaksanakan pembelajaran, baik terhadap

dan bahkan

dirinya

yang

memperhatikan per- kembangan siswa

dihadapi.Selanjutnya observer menyampai-

dalam jangka panjang. Karena itu, ketika

kan hasil analisis data observasinya, terutama

memilih bidang kajian akademis dan topik

yang menyangkut kegiatan siswa selama

Lesson

berlangsung

menargetkan dalam mengatasi kelemahan

maupun

terhadap

pembelajaran.

siswa

Selanjutnya,

bidang

bagaimana

Study,

dan

guru

sering (a)

siswa

atas komentar para observer. Hasil tahap

topik yang

refleksi ini selanjutnya digunakan untuk

mengajarkannya,

memper-

terkini, misalnya aspek kebaharuan segi

102

kembali

rencana

belajar,

juga

Guru Model memberikan tanggapan balik

timbangkan

dalam

studi,

bagi (c)

(b) guru

memilih

memilih sulit subjek

Lesson Study Sebagai Wadah Pengembangan Profesionalitas ... (Nuryanto)

isi,

teknologi,

dan

pendekatan

Lesson

Study,

guru

pembelajaran, (d) memusatkan perhati-

mengidentifikasi

an pada hal terpenting yang mendasar

informasi apa yang mereka perlukan

yang berpengaruh terhadap pembelajaran

untuk memecahkan masalah pembelajaran

lainnya.

yang menjadi fokus kajian dalam Lesson

2. Lesson

Study

Mengkaji

Memungkinkan dan

Guru

Mengembangkan

dan

dapat

mengorganisasi

Study. Melalui Lesson Study guru secara bersama-sama

berkesempatan

Pembelajaran yang Terbaik yang dapat

untuk memikirkan penge -tahuan yang

dikembangkan

melalui Lesson Study,

dianggap penting, apa saja yang belum

guru dapat mengkaji dan mengemangkan

mereka ketahui mengenai hal itu, dan

pembelajaran yang terbaik, misalnya guru

berusaha mencari informasi yang mereka

mampu

perlukan untuk membelajarkan siswa.

menghasilkan

Buku-buku

produk

tersebut

buku. memuat

4. Lesson

Study

Memungkinkan

Guru

tujuan jangka panjang yang ingin dicapai,

Memikirkan Secara Mendalam Tujuan

filosofi

Jangka Panjang Yang Akan Dicapai Yang

pembelajaran

yang

dianut,

rancang- an pembelajaran dan rancangan

Berkaitan dengan Siswa

seluruh unit, contoh hasil kerja siswa, hasil refleksi mengenai kesulitan

pembelajaran,

Study

dapat

memberi

kesempatan kepada guru untuk mem-

serta

pertimbangkan kualitas ideal yang ingin

petunjuk praktis bagi guru lain yang ingin

dikuasai oleh siswa pada saat mereka

mencoba pembelajaran tersebut. Dalam

lulus, kualitas apa yang dimiliki siswa

hal ini, guru yang lain tidak hanya

saat sekarang, dan bagaimana mengatasi

diharapkan

kesenjangan yang ada di antaranya.

tetapi

dalam

kekuatan dan

Lesson

mencoba

yang

lebih

membelajarkan, mereka

Guru sering menerjemahkan kualitas ideal

menguji,

yang diharapkan dimiliki oleh para siswa

dan melaporkan perbaikan yang mereka

itu adalah dalam bentuk kecakapan hidup.

lakukan. Proses tersebut akan bermuara

Kecakapan-kecakapan hidup yang di-

pada peningkatan kualitas pembelajaran.

maksud,

sedapat mungkin

3. Lesson

Study

Memperdalam

penting

menambah,

memungkinkan Pengetahuan

Guru

Mengenai

Materi Pokok Yang Diajarkan Lesson Study juga memperdalam

misalnya sikap

persahabatan, perspektif,

5. Lesson

Study

Merancang

yang

Kolaboratif

melaksanakan

mengembangkan dan

cara

berpikir

dalam menikmati sains.

pengetahuan guru mengenai materi pokok diajarkan. Dengan

menghargai

Memungkinkan Pembelajaran

Guru Secara

103

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

Lesson Study memberi kesempatan

7. Lesson

Study

Memungkinkan

Guru

kepada guru secara kolaboratif me-

Mengembangkan Pengetahuan Pedagogis

rancang pembelajaran.

Yang Kuat Penuh Daya

boratif

dapat

an kepada

Aktivitas

memberikan

guru

untuk

kola-

kesempat-

Lesson

Study

dapat

memberi

memikirkan

peluang kepada guru untuk mengem-

pembelajarannya sendiri setelah mem-

bangkan pengetahuan pedagogis secara

pertimbangkannya dengan

optimal.

Hal

yang dilakukan oleh guru yang lain.

melalui

Lesson

Melalui Lesson Study guru dapat saling

terus menerus

berupaya

membelajarkan

mengembangkan

dan

pengalaman

melalui

aktivitas-

aktivitas shared knowledge. 6. Lesson

Study

Mengkaji

strategi

Memungkinkan

Secara

Cermat

Guru

Cara

dan

Proses Belajar Serta Tingkah Laku Siswa Lesson Study memberi kesempatan

ini

disebabkan Study

guru

untuk

secara untuk

meningkatkan

pembelajaran

diterapkan

karena

yang

mener-

dapat

jemahkan

kurikulum. Guru dapat secara terus menerus memikirkan bagaimana kualitas pertanyaan yang mampu di- pecahkan

kepada guru untuk mengkaji secara

oleh

cermat cara dan proses belajar serta

Pertanyaan tersebut diharapkan dapat

aktivitas siswa. Fokus Lesson Study

memotivasi siswa untuk mempertahankan

hendaknya

minat belajarnya secara konsisten.

diarahkan

pada

peningkatan pembelajaran

melalui

siswa

8. Lesson

dalam

pembelajaran.

Study

Memungkinkan

Hasil

Pembelajaran

Guru

pengamatan terhadap aktivitas belajar

Melihat

siswa. Pengamatan tersebut bertujuan

Melalui Respon Siswa dan Tanggapan

untuk

Para Kolega

menemukan

meningkatkan

cara-cara

kegiatan

untuk

belajar

dan

Sendiri

Lesson Study memberi kesempatan

kegiatan berpikir siswa, bukan pada

kepada

kegiatan guru. Oleh sebab itu, aktivitas

belajarannya sendiri melalui respon siswa

Lesson

buka

dan tangapan para kolega. Data yang

mengkritik

diberikan oleh kolega menjadi “cermin”

Study sesungguhnya

menyalahkan kesalahan

guru

guru.

Di

atau

dalam

Lesson

guru

melihat

hasil

pem-

bagi guru yang melaksanakan Lesson

Study, guru perlu mencari bukti bahwa

Study.

siswa memang belajar, termotivasi, dan

guru mencatat kegiatan diskusi dalam

berkembang.

kelompok kecil, menghitung jumlah siswa

dikumpulkan,

Berdasarkan guru

data

dapat

yang melihat

pembelajarannya melalui tanggapan siswa 104

yang

Kolega

dapat

angkat tangan,

atau

membantu

mencatat

pertanyaan dan jawaban guru. Guru

Lesson Study Sebagai Wadah Pengembangan Profesionalitas ... (Nuryanto)

pelaksana

Lesson

Study

dapat

pula

Lesson study sebagai model pe-

memita kepada kolega untuk mencatat

ningkatan

interaksi siswa. Dengan cara ini, guru

kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan

dapat

kolegalitas

melihat

bagaimana

siswa

mengalami pembelajaran yang efektif.

dan

mampuan

Perubahan

kurikulum

2013

pembelajaran

melalui

tematik

penerapan

terpadu

pembelajaran

secara

bermutu

dan

guru

mengenai

pembelajaran

tematik terpadu dan pendekatan saintifik.

menghendaki terjadinya perubahan pada pembelajaran

guru

menjadi alternatif untuk peningkatan ke-

E. Penutup

proses

profesionalitas

Lesson

study

yang

dilaksanakan

melalui tahap perencanaan (plan), pelaksanaan

(do)

dan

refleksi

(see)

pendekatan saintifik pada semua tingkat

memungkinkan guru dapat meningkatkan

kelas di Sekolah Dasar. Pemahaman dan

kemampuan professional secara bersama-

kemampuan guru kelas/mata pelajaran dalam

sama dengan semangat kerjasama, diskusi

pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu

dan saling berbagi. Pelaksanaan lesson study

dan

dapat

pendekatan

saintifik

yang

belum

menjadi

model

alternatif

memadai perlu pembinaan guru kelas/mata

peningkatan

kemampuan

guru

pelajaran

pembelajaran

tematik

terpadu

untuk

secara

berkelanjutan

peningkatkan

terutama

kemampuan

pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu

pendekatan kurikulum

saintifik 2013

untuk dalam dan

dalam

pelaksanaan

di satuan

pendidikan.

dan pendekatan saintifik.

DAFTAR RUJUKAN

Akhmad Sudrajat, “Lesson Study Untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran”, h. 2, dalam http://ideguru.wordpress.com/2010/04/09/lesson-study-untuk-meningkatkanprosesdan-hasil-pembelajaran/, diunduh tanggal 12 Maret 2015 Catherine Lewis. Does Lesson Study Have a Future in the United States?. Dalam http://www.sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm, diunduh 12 Maret 2015. Herawati Susilo, et.al., 2009. Lesson Study Berbasis Sekolah” Guru Konservatif Menuju Guru Inovatif”, Malang: Bayumedia Publishing,. Hodson. Laboratory work as scientific method: Three decades of confusion and distortion. Journal of Curriculum Studies. 1996 (Online),

105

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

http://65.54.113.26/Publication/3305623/laboratory-work-as-scientific-method-threedecades-of-confusion-and-distortion, diakses pada tanggal 6 April 2015. Kemdikbud. 2013. Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran . Jakarta: Pusbangprodik. Maria Varelas and Michael Ford. The scientific method and scientific inquiry: Tensions in teaching and learning. USA: Wiley InterScience, 2009 Mendikbud. Bahan Ajar Pengelolaan Pembelajaran Tematik Terpadu.(Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, 2013 Oemar Hamalik. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

106

PENGEMBANGAN MODEL PAKEM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA SISWA KELAS AWAL DI SEKOLAH MODEL KOTABUMI UTARA

Elizar*)

Abstract The purpose of this research are to produce PAKEM Models that can increase the intelligence of students and mathematic logic and to know the difference increasing logical mathematic intelligence in early grades of elementary school children with learning scenario-oriented PAKEM model with the logical mathematic intelligence in early grades of elementary school children that do not use PAKEM model. This research uses research and development method. The design of this research follows the Borg and Gall development design that is modified. This development design consists of three stages: introductory studies, model development and model testing. The subjects of this research are teachers and students of first-grade with PAKEM model in North Kotabumi. The data analysis of this research uses t test statistics. The result of this research shows that generally, the school side, such as the head master and school committee fully supports the implementation of Model PAKEM at their school, and from the teachers’ side shows that teachers have a good perception, but they do not have strong motivation yet caused by inadequate knowledge about strategies, the assistance of the district is less operating effectively and they have not had PAKEM Model as a standard to increase students' mathematic logic intelligence early grades, whereas from the students’ side looks that they are happy with the uses of PAKEM Model. The hypothesis of this research is there is influence between PAKEM model and the mathematic logic intelligence the early grade school students in North Kotabumi. The data analysis results show that t = 3, 70. The testing with significance level 0, 05 or 95% of the level of acceptance of the hypothesis with r table value 2,069. It can be concluded that PAKEM Model and ordinary learning (traditional) there are significant differences in the influence of logical mathematic intelligence to develop early-grade students. It is hoped that PAKEM Model which includes syllabus and learning scenarios which are produced from this research can be guided by the teachers in the learning process, especially to increase students' mathematic logic early grades of elementary school in North Kotabumi. Key Words: Model Pakem, Kecerdasan Logika Matematika, Kelas Awal

*) Staf Pengajar STKIP Muhammadiyah Kotabumi Lampung

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

pembelajaran

A. PENDAHULUAN

diduga

kuat

dapat

sekolah dasar

memenuhi harapan tersebut adalah model

proses awal dimulainya program

pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif

Pendidikan di kelas awal adalah

yang

pendidikan formal bagi anak. Program

Kreatif

pendidikan di kelas awal menyentuh aspek

Pendekatan

perkembangan

dengan

sosialisasikan untuk diimplementasikan di

bermacam-macam

beberapa sekolah yang ditunjuk sebagai

kecerdas- an, di antaranya adalah kecerdasan

model di Kotabumi Utara, namun belum

logik

akan

dapat berjalan sesuai dengan diharapkan.

dimiliki murid jika dibarengi dengan usaha

Melalui penelitian ini akan dikembangkan

yang sungguh-sungguh dari guru. Pertama,

dan

guru harus menguasai konsep sehingga tidak

pembelajaran

mengalami kesulitan dalam memberikan

PAKEM sebagai upaya mengembangkan

materi

kecerdasan logik matematik murid kelas

potensi

murid

mengembangkan

matematik.

yang

Kecerdasan

bervariasi.

ini

Kedua,

guru

Efektif

dan

Menyenangkan).

pembelajaran

divalidasikan

ini

bentuk

berorientasi

dengan

telah

kegiatan

pada

awal

kebutuhan muridnya. Perpaduan kedua hal

mengembangkan

tersebut sangatlah penting mengingat murid

optimal.

di kelas awal membutuhkan dasar yang

pembelajaran

kuat.(Depdiknas, 2009)

diharapkan murid memiliki kecerdasan logik terhadap

usaha

pengembangan kecerdasan logik matematika

potensi diri

Dengan

matematik dan sementara

murid

model

mengatahui starategi apa yang sesuai untuk

Pengamatan

harapan

di-

menerapkan

PAKEM

di

kelas

dapat secara model awal,

landasan yang kuat untuk

pengembangan kemampuan matematiknya di tingkat pendidikan selanjutnya.

ini di kelas awal terkesan membuat murid tertekan sehingga banyak mereka yang tidak

Sesuai dengan latar belakang penelitian

menyukai matematika, bahkan bukannya

sebagaimana dipaparkan di atas, maka yang

tidak mungkin mereka akhirnya membenci

menjadi permasalahan penelitian ini adalah

atau trauma terhadap matematika.

model

pembelajaran

PAKEM

yang

bagaimanakah, yang dapat secara kondusif Berkenaan

dengan

hal

di

atas,

perlu

diupayakan oleh guru model pembelajaran yang

mendorong

munculnya

belajar

bermakna pada murid, yakni bagaimana mereka mampu melibatkan diri secara fisik, mental

dan intelektual

belajarnya. 108

Salah

dalam aktivitas

satu

pendekatan

menumbuhkembangkan matemtaik

murid?

kecerdasan

logik

Berdasarkan

permasalahan di atas, maka yang menjadi pertanyaan Bagaimanakah

penelitian model

adalah: PAKEM

1) untuk

meningkatkan kecerdasan logik matematik

Pengembangan Model Pakem Untuk Meningkatkan Kecerdasan Logika Matematika Siswa ... (Elizar)

murid?” dan 2)

Bagaimanakah perbedaan

Djiwandono

(2014:86)

mengemukakan

peningkatan kecerdsan logic matematik pada

bahwa pembelajarannya pada anak harus

anak

scenario

tetap berdasarkan sifat-sifat atau ciri-ciri

pembelajaran berorientasi model PAAKEM

perkembangannya. Sehubungan dengan itu

dengan yang tidak menggunakan model

Katz dan Char dalam Purnami (2010:111)

PAKEM?

menyatakan bahwa anak kelas awal tumbuh

Kelas

Awal

dengan

Manfaat penelitian ini bagi guru, dapat kembangnya secara holistik karena itu topik meningkatkan kemampuan dalam mendesain pembelajaran dirancang secara luwes, dan model tidak kaku. Anak-anak memiliki dorongan PAKEM. Bagi sekolah, hasil penelitian ini ingin tahu sangat kuat terhadap apa saja yang merupakan masukan untuk melakukan evalusi ditemui di lingkungannya, oleh karena itu pembelajaran

matematika

dengan

diri, dan bagi jajaran dinas pendidikan dapat pembelajarannya dilakukan melalui proses dijadikan masukan untuk perumusan inquiry, di mana anak-anak terlibat dalam kebijakan

dalam

pengembangan

sekolah perencanaan dan explorasi. ( Satori, 2011:11)

model. Hakikat Murid Kelas Awal

MModel Pembelajaran PAKEM

Murid kelas awal berada pada rentangan usia

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran

6-9 tahun dengan sifat perkembangan dirinya

Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.

terjadi secara integratif, artinya aspek-aspek

Pembelajaran yang aktif mengandung makna

pertumbuhan dan perkembangan fisik, metal,

bahwa sebuah proses pembelajaran harus

sosial, moral, estetika dan lain sebagainya,

dapat menumbuhkan motivasi dalam diri

pendek kata semua domain perkembangan

siswa untuk terlibat secara aktif. Guru harus

anak terjadi

menciptakan

secara integratif (Zulkifli,

suasana

sehingga

dipandang sebagai suatu proses

mempertanyakan, mengemukakan gagasan,

Perkembangan salah berkaitan

dengan

(Bredekamp,

satu

aspek selalu

aspek-aspek

2009:8).

lainnya

Mengembangkan

berinteraksi memanipulasi disekiarnya,

aktif

rupa

2012:17). Perkembangan anak sebaiknya holistik.

siswa

sedemikian

dengan

bertanya,

lingkungan,

objek-objek

yang

ada

dan

sebagainya.

Caranya

salah satu aspek saja tidak mungkin tanpa

bermacam-macam,

misalnya

dengan

melihat hubungan dan pengaruhnya terhadap

mengajak

siswa

aspek yang lain.

pengalaman,

yang

mengungkapkan kemudian

dapat

diungkapkan ke dalam berbagai bentuk seperti tulisan atau gambar. 109

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

Pembelajaran yang kreatif mengandung arti

berbicara

dan

mencatat,

bahwa

dapat

masalah

dan

kontekstual

menciptakan kegiatan belajar yang beragam

2009:8).

sehingga

tingkat

Pembelajaran yang menyenangkan berkaitan

Kreativitas guru juga

dengan penciptaan suasana belajar yang

berkaitan dengan pemanfaatan media belajar

aman, menyenangkan, dan menarik bagi

yang sesuai untuk menjelaskan suatu materi

siswa sehingga mereka tergerak untuk

kepada` siswa. Seorang guru dituntut untuk

terlibat dan memusatkan perhatiannya secara

kreatif dan memiliki kepekaan terhadap

penuh pada kegiatan tersebut. Suasana

berbagaimedia yang ada di sekitarnya yang

belajar yang dimaksudkan antara lain adalah

dapat dipakai untuk proses belajar di kelas.

suasana belajar yang menyenangkan yang

Pembelajaran yang efektif berkaitan dengan

didukung oleh lingkungan yang aman dan

keberhasilan proses belajar yang dijalankan

bahan ajar yang relevan.

dalam mencapai tujuan pem- belajaran yang

Suparlan dalam Rosdijati, dkk

diharapkan. Situasi belajar yang aktif dan

menyatakan bahwa ciri yang menonjol

seorang

guru

memenuhi

kemampuan siswa.

harus

berbagai

menyenangkan tidaklah cukup jika proses

menyelesaikan (Depdiknas,

(2009:25)

dalam PAKEM adalah sebagai berikut:

belajar pembelajaran tersebut tidak efektif, yaitu

tidak

menghasilkan

apa

yang

seharusnya dikuasai siswa setelah proses pembelajaran

berlansung.

Lebih

lanjut

Suparlan (2009:21) mengemukakan bahwa jika

pembelajaran

hanya

aktif

dan

1. Adanya sumber belajar

yang beraneka

ragam; tidak lagi mengandalkan buku sebagai

satu-satunya

Tujuannya

untuk

sumber lebih

belajar.

memperkaya

pengalaman belajar siswa.

menyenangkan tetapi tidak efektif, maka

2. Sumber belajar yang beragam tersebut,

pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperi

kemudian

permainan biasa. Dalam hal ini salah satu

pembelajarannya

hal yang krusial dari seorang guru dalam

kegiatan.(Klasikal (K), Group (G) dan

keseluruhan proses pembelajaran di sekolah

Individual (I).

adalah

merancang

3. Hasil kegiatan pembelajaran berupa

aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan

karya-karya individu atau kelompok siswa di

tujuan

pajang di kelas.

mempersiapkan

pembelajaran.

matematika

yang

dan

Pembelajaran efektif

adalah

pembelajaran yang aktif dan partisipatif, menggunakan

110

benda

konkrit,

meliputi

didisain dengan

skenario berbagai

4. Aktivitas pembelajaran bervariasi secara aktif. Biasanya didominasi oleh aktivitas individual dalam beberapa menit, kegiatan

Pengembangan Model Pakem Untuk Meningkatkan Kecerdasan Logika Matematika Siswa ... (Elizar)

berpasangan, dan kegiatan kelompok untuk

Menurut

memgerjakan

intelektualnya berada pada tahap operasional

disepakati

tugas-tugas bersama.

yang

Salah

lebih seorang

Peaget

konkret

(7-12

perkembangan

tahun).

Pada

fase

diantaranya menyampaikan hasil kegiatan

pekembangan ini terjadi perubahan yang

mereka di depan kelas.

amat signifikan dalam perkembangan anak

5. Dalam mengejakan tugas, para siswa baik

yaitu

secara

kelompok,

berdasarkan: a) pengembangan kemampuan

kreativitas

membedakan berbagai aspek

individual

mencoba

maupun

mengembangkan

ia

peka

untuk

pembelajaran

lingkungan

yang penting, b) koordinasi bentuk terpisah

mereka semaksimal mungkin.

dalam keseluruhan dan struktur kognitif 6. Dalam menjalankan aktivitas, terlihat antusiasme dan rasa senang siswa.

menyatu serta dalam suatu operasi konkreat, dan c)

kemampuan berfikir berkenaan

7. Pada akhir proses pembelajaran, siswa

dengan sebab akibat dan sebaliknya. Selain

melakukan

yakni

itu pada diri anak sudah mulai tumbuh rasa

menyampaikan kesan dan harapan mereka

tanggung jawab, dapat menilai diri sendiri,

terhadap proses pembelajaran yang baru saja

menyampaikan

mereka ikuti

berdiskusi tentang pandangan mereka yang

kegiatan

Pembelajaran dasarnya

refleksi,

dengan tidak

PAKEM mematok

pendapat

mereka,

dan

pada`

tidak sama dalam menanggapi sesuatu hal

model

disekitarnya.

Dengan

mempedomani

pembelajaran tertentu sebagai satu-satunya

beberapa karakteristik dari beberapa aspek

model yang harus dipakai. Dalam PAKEM,

perkembangan

guru

seyogyanya pembelajaran pada anak banyak

diberi

ruang

yang

luas

untuk

anak

memberikan

pembelajaran baik model ceramah, inkuiri,

menghayati dan berpikir

contextual teaching, cooperatif learning,

akibat dan sebaliknya, membedakan sesuatu

maupun

dari yang lain dalam pengembangan konsep

learning,

dan

Oleh

menangkap,

tentang sebab

sebagainya. Yang terpenting bagi PAKEM

dan

adalah bahwa setiap pembelajaran yang

pembelajaran harus bertolak dari strategi

dijalankan guru itu harus menampilkan ciri

pembelajaran yang bersifat faktual dan

umum dari PAKEM, yakni aktif, kreatif,

disesuaikan

dengan

efektif, dan menyenangkan.

perkembangan

serta pusat minat anak

PAKEM di Kelas Awal

generalisasi.

untuk

maka

menggunakan berbagai model atau metode

problem-based

latihan

tersebut

karena

itu

karakterisik

sehingga pembelajaran dijalani anak dengan keasyikan yang menyenangkan (enjoyment). (Subekti, 2012:19) 111

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

Oleh karena itu pembelajaran dengan model

diperlukan

PAKEM

merupakan suatu pilihan yang

kepekaan guru. Artinya setiap guru harus

dapat dilakukan guru dalam pembelajaran,

dapat berpikir secara terbuka yaitu keluar

model ini selain memenuhi karakteristik di

dari paradigma pengajaran tradisional, mau

atas,

menerima perubahan, serta harus memiliki

namun

didasarkan

kemampuan

siswa

pula

pada

dalam

aspek

hanyalah

kreativitas

kepekaaan untuk melihat

dan

setiap hal yang

perkembangan sosialnya, utamanya mereka

bisa digunakan di lingkungan sekitar dalam

sudah dapat berkejasama, mengemukakan

menunjang proses belajar.

pendapat dan berdiskusi dalam bentuk

Penerapan

startegi pembelajaran kooperatif.

pembelajaran mengharuskan guru untuk

Slavin

dalam

Sanjaya

model

PAKEM

dalam

(2014:240)

meninggalkan strategi pembelajaran yang

pertama,

selami ini diterapkan yang mengacu pada

membuktikan

pendekatan duduk, dengar, catat harus

bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif

dirubah karena dianggap tidak mampu

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

menghasilkan kompetensi yang diharapkan.

sekaligus dapat meningkatkan hubungan

Selain itu sikap guru yang efektif dapat pula

sosial,

menerima

dikembangkan untuk dapat menciptakan

kekurangan diri dan orang lain, serta dapat

suasana kelas nyaman sehingga dapat

meningkatkan

mendukung kelancaran pelaksanaan model

mengemukakan

dua

beberapa

penelitian

hasil

alasan,

menumbuhkan

harga

pembelajaran merealisasikan

sikap

diri.

Kedua,

kooperatif kebutuhan

dapat

siswa

PAKEM.

dalam

belajar berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan

pengetahuan

keterampilan.

Dengan

dengan demikian,

Kecerdasan Logik Matematik di Kelas Awal Logika, berasal dari kata Yunani

pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran sistem

yang

dapat

pembelajaran

yang

memperbaiki selama

ini

klasik, yaitu logos yang maknanya adalah kata,

atau

yang

dikatakan.

Pada

memiliki kelemahan, sehingga dijadikan

perkembangan selanjutnya berarti berpikir

alternatif

dan bernalar. (Yunus, 2013:3). Selanjutnya

dalam

pemelihan

strategi

Rachmat (2014: 1) menyatakan bahwa

pembelajaraan dengan model PAKEM. Pada hakekatnya penerapan PAKEM sesukar

112

dalam yang

model

pembelajaran tidaklah

dibayangkan.

Hal

yang

proses perkembangan logika manusia dalam kehidupannya

dihadapkan

data,

atau

benda

objek

pada yang

banyak dapat

Pengembangan Model Pakem Untuk Meningkatkan Kecerdasan Logika Matematika Siswa ... (Elizar)

digolomgkan berdasarkan criteria, sifat,

latihan yang diberikan guru, hanya saja

bentuk, ciri-ciri dan sebagainya. Anak-anak

untuk berpikir abstrak dan konseptual belum

dalam proses pengolahan benda objek

maksimal dilatihkan karena pembelajaran

melalui

memperhatikan aspek kemam- puan daya

pemikirannya

pengelompokan

akan

melakukan

(klasifikasi

dan

pikir anak kelas awal.

kategorisasi), membandingkan, menghitung

Kelas awal tidak semua anak memiliki cara

dengan

penjumlahan

belajar yang sama dalam matematika, hal ini

bahkan dengan membagi dan mengalikan.

akan membawa akibat hasil yang dicapai

Dengan bekal kemampuan ini cara berpikir

berbeda.

anak semakin terasah dan cerdas dalam

dilakukan dalam pembelajaran anak, yaitu :

bidang logic matematik.

belajar melalui bermain, belajar melalui

cara

Menurut

penambahan,

Howard

Gardner

Beberapa cara

yang dapat

(2009),

berbuat, belajar melalui panca indera, belajar

kecerdasan logik-matematik, adalah kecer-

melalui bahasa, belajar melalui imitasi dan

dasan dalam hal angka dan

belajar

logika.

dengan

gerakan.

(Depdiknas,

Kemampuan yang telah dikembangkan pada

2009:20). Kenyataan ini tentunya membuat

siswa,

guru

seperti

dalam

klasifikasi

dan

harus

menyesuaikan

cara

kategorisasi bentuk benda dan bangun datar.

pengajarannya dengan kondisi bagaimana

kemampuan berhitung dan bermain angka

mereka belajar.

dalam

bentuk

operasi

bilangan,

dan

B. METODE PENELITIAN

kemampuanan pemecahan masalah (problem Penelitian

solving).

ini

menggunakan

metode

penelitian dan pengembangan (Research & Amstrong (2009:29) menyatakan bahwa

Development).

Desain

pengembangan

anak yang memiliki kecerdasan logik-

penelitian mengikuti desain pengembangan

matematik

Borg dan Gall yang sudah dimodifikasi dan

suka menanyakan

tentang

bagaimana sesuatu itu bekerja, menghitung

dikembangkan

secara cepat, menyukai matematika, suka

Sukmadinata,

menata macam-macam hal secara tertaur,

penelitiannya bidang pengembangan model

kategorisasi dan hirarkhis, berpikir lebih

kurikulum dan pengajaran, yang terdiri atas

abstrak dan konseptual dan ratarata kelas

tiga tahap, yaitu: 1) Studi pendahuluan, 2)

serta mempunyai kepekaaan dengan sebab-

Pengembangan Model, dan 3) Uji Model.

akibat dalam suatu

persoalan.

umumnya di kelas awal

oleh dalam

Nana

Syaodih penelitian-

Pada

kecerdasan ini

terlihat sudah dimiliki anak sesuai dengan

Studi pendahuluan meruapakan tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tahap

113

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

ini terdiridari atas tiga langkah: 1) studi

pendidikan

kepustakaan, 2) survey lapangan dan 3)

Berdasarkan masukan-masukan dari hasil

penyusunan produk awal atau draf model.

konsultasi dan pembahasan

Survey lapangan dilaksanakan untuk mengumpulkan

data

berkenaan

dengan

matematika

dan

bahasa.

dilakukan

penyempurnaan draf model tersebut, yang meliputi rancangan silabus dan skenario

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

pembelajaran

matematika di kelas awal, khususnya di

meningkatkan kecerdasan logic matematik

kelas 1 sekolah dasar, terutama yang

siswa, sehingga menghasilkan model yang

berkenaan

siap diimplementasikan dan diuji.

dengan

pembelajaran

model

PAKEM

untuk

matematika. Pengumpulan data dilakukan

Dan pada tahap Uji Model

melalui wawancara, studi dokumenter dan

validasi terhadap model pembelajaran hasil

pengamatan pada waktu guru mengajar.

pengembangan.

Data

berhubungan

diharapkan

pembelajaran

meng-

yang

dengan

dikumpulkan pelaksanaan

matematika

kesimpulan

karakteristik

ini yang

model

Berdasarkan hasil survey tersebut dan teori-

dari tingkat efektivitasnya terutama dilihat

tori tentang pembelajaran PAKEM dalam

dari dampaknya terhadap kinerja guru,

mata pelajaran matematika dan kecerdasan

aktivitas

logic matematika maka disusun draf awal

keunggulan serta keterbatasannya. Untuk

model

pengembangan

mendapatkan kesim- pulan tersebut, pada

kecerdasan logik matematika siswa kelas

tahap uji validasi ini diperlukan rancangan

awal, khususnya kelas 1 sekolah dasar

eksperimen yang kemudian hasilnya diban-

berbentuk silabus dan skenario pembelajaran

dingkan dengan kelompok kontrol. Dalam

dalam penerapan model PAKEM untuk

hal ini pada waktu eksperimen dijalankan

meningkatkan kecerdasan logik matematika

untuk melihat pengaruh model PAKEM (E)

siswa kelas awal.

dibandingkan

Pengembangan model menghasilkan draf

pembelajaran biasa (K). Pada kegiatan ini

model yang sudah terarah pada untuk

model PAKEM diberikan kepada kelompok

meningkatkan kecerdasan logik matematik,

eksperimen

berupa silabus dan skenario pembelajaran

biasa/tradisional untuk kelompok kontrol.

selanjutnya dikonsultasikan dan dibahas

Pelaksanaan eksperimen ingin me-ngetahui

dalam diskusi pakar/ahli

model pembelajaran mana yang lebih baik

114

(Master

untuk

belajar

gambarkan

validasi

pembelajaran hasil pengembangan, dilihat

PAKEM

hasil

mendapat

uji

siswa.

PAKEM

dan

Hasil

dilakukan uji

dalam bidang

Trainer

PAKEM),

belajar

peserta

dengan

dan

didik,

dan

pengaruh

penmbelajaran

(efektif) untuk meningkatkan kecerdasan

Pengembangan Model Pakem Untuk Meningkatkan Kecerdasan Logika Matematika Siswa ... (Elizar)

logic matematik. Dengan mengunakan t-Test

pada akhirnya diperoleh gambaran bahwa

(Hadi, 2012:277). Dalam hal perbedaan

model

kecerdasan logic matematik siswa dalam

pengaruh pada peningkatan kecerdasan logik

penerapan model PAKEM dilihat dengan

matematika siswa kelas awal.

penyelidikan eksperimental, yang menggunakan matched subjects designs, yaitu

yang dikembangkan mempunyai

C. HASIL DAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

eksperimen yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang sudah

disamakan

subjek

demi

subjek

Berdasarkan survey lapangan dan mengacu pada dasar-dasar`teori atau konsep yang disimpulkan dari hasil studi kepustakaan,

sebelum eksperimen dijalankan.

maka disusun draf

model yang sudah

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Model

terarah

PAKEM di Kotabumi Utara yang berjumlah

pembelajaran PAKEM untuk meningkatkan

2

kecerdasan logik matematik, berupa silabus

Sekolah

Model

PAKEM

(SDN.2

pada

pengembangan

model

Madukoro, dan SDN. 1 Wonomarto) pada

dan

tahun pelajaran 2015/2016. Adapun yang

mendapatkan deskripsi karakteristik model

menjadi subjek penelitiannya adalah guru dan peserta didik kelas 1, yang secara

skenario

pembelajaran.

Untuk

pembelajaran hasil pengembagan dilakukan uji validasi pengujian model.

keseluruhan terdiri dari 3 kelas, setiap kelas jumlah peserta didiknya berkisar antara 30

Pada`uji

validasi

eksperimen

sampai 32 peserta didik.

dilakukan

yang

rancangan

kemudian

hasilnya

dibandingkan dengan kelompok kontrol. Data yang diperoleh dalam penelitian ini

Dalam

meliputi data hasil studi pendahuluan., hasil

terhadap

pengembangan, dan hasil uji validasi. Untuk

pengembangan.

data kualitatif dilakukan analisis data dengan

diharapkan

dapat

menggunakan pendekatan kualitatif, yang

karakteristik

model

hasilnya digunakan untuk bahan revisi pada

pengembangan,

uji coba berikutnya. Adapun untuk analisis

efektivitasnya

data kuantitatif, yang dalam hal ini adalah

dampaknya terhadap kinerja guru, aktivitas

skor hasil asesmen

belajar peserta didik, dan keunggulan serta

dianalisis dengan

tahap ini dilakukan uji validasi model

pembelajaran

Hasil

uji

hasil

validasi

ini

menggambarkan pembelajaran

dilihat terutama

dari dilihat

hasil tingkat dari

menggunakan statistik Uji t, yakni dengan

keterbatasannya.

cara membandingkan rata-rata skor hasil

kesimpulan tersebut, pada tahap uji validasi

asesmen

eksperimen

ini diperlukan rancangan eksperimen yang

dengan hasil belajar kelompok kontrol, yang

kemudian hasilnya dibandingkan dengan

antara

kelompok

Untuk

mendapatkan

115

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

kelompok kontrol. Dalam hal ini pada waktu

kecerdasan logik matematik siswa dalam

eksperimen

penerapan model PAKEM dilihat dengan

dijalankan untuk

melihat

pengaruh model PAKEM (E) dibandingkan

penyelidikan

dengan pengaruh pembelajaran biasa (K).

menggunakan matched subjects designs,

Dalam hal ini model PAKEM diberikan

yaitu

kepada kelompok eksperimen. Pelaksanaan

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

eksperimen

model

yang sudah disamakan subjek demi subjek

pembelajaran mana yang lebih baik (efektif)

sebelum eksperimen dijalankan dengan hasil

untuk

pengolahan data nilai siswa dapat dilihat

ingin

mengetahui

meningkatkan

kecerdasan

logik

matematik. Dengan menngunakan t-Test

eksperimental,

eksperimen

yang

yang

menggunakan

dalam tabel berikut:

(Hadi, 2012:277). Dalam hal perbedaan

belajar kelompok yang tidak menggunakan model PAKEM. Demikian juga jika diamati banyaknya

siswa

mencapai

Kriteria

yang

sudah

Ketuntasan

dapat

Minimal

(KKM) yang telah ditetapkan pada sekolah model PAKEM di Kotabumi Utara untuk pelajaran matematika yaitu sebesar 6,5. Hal ini

menunjukkan

memakai

model

pembelajaran

dengan

PAKEM

dapat

meningkatkan hasil belajar siswa sehingga Pada penelitian ini, kelompok yang

banyaknya siswa yang dapat mencapai nilai

dengan

 KKM. Dengan demikian berdasarkan

terbimbing

analisis di atas dapat disimpulkan bahwa

mempunyai nilai rata-rata hasil belajar

pembelajaran dengan menggunakan model

sebesar 7,218. sedangkan kelompok yang

PAKEM berpengaruh terhadap hasil belajar.

diberi

perlakuan

pembelajaran

menggunakan model PAKEM

tidak diber perlakuan mempunyai nilai ratarata hasil belajar sebesar 6,478. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata tes hasil belajar kelompok yang pembelajarannya menggunakan model PAKEM lebih tinggi bila dibandingkan nilai rata-rata tes hasil

116

Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji perbedaan dua rata-rata yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan atau kesamaan antara dua data, maka teknik analisis statistik untuk menguji beda rata-rata adalah uji t (t

Pengembangan Model Pakem Untuk Meningkatkan Kecerdasan Logika Matematika Siswa ... (Elizar)

tes). Jika  ttabel  t hitung  + ttabel

maka

H0 diterima, berarti model PAKEN berpengaruh

terhadap

tidak

pengembangan

pengaruhnya

yang

signifikan

untuk

meningkatkan kecerdasan logik matematik siswa kelas awal

kecerdasan logik matematik siswa. Jika 

Berdasarkan hasil penelitian pengem-

ttabel > t hitung >+ ttabel maka H0 ditolak, berarti

bangan model PAKEM ada beberapa hal

model PAKEM

berpengaruh terhadap

pengembang- an kecerdasan logik matematik siswa. Berdasarkan hasil pengolahan data untuk

pengujian

hipotesis

maka

dapat

yang perlu dibahas, yaitu kesiapan berbagai komponen

yang

meliputi

kesiapan siswa, kesiapan guru,

kesiapan

sekolah,

kepala sekolah, komite sekolah dan orang tua.

diperoleh hasil seperti tabel di bawah ini:

di

Komponen-komponen

ini

sangat

menentukan keberhasilan pelaksanaan model PAKEM. Bila ditinjau dari kesiapan sekolah, kesiapan komite sekolah, kesiapan siswa, kesiapan orang tua dan masyarakat sangat mendukung terwujudkan penerapan model PAKEM dalam pengembangan kecerdasan logik matematik. Namun dari segi guru Dari perhitungan diperoleh thitung = 3,

belum

memunjukkan

kesiapan

yang

70 dengan pengujian dua pihak pada taraf

maksimal, karena keterbatasan wawasan

signifikan 0,05 atau tingkat penerimaan Ha

tentang strategi pembelajaran PAKEM dan

sebesar 95% dan db = 6=24 1 = 23, dalam tabel distribusi t, yang ada adalah untuk harga db = 23 dengan harga 2,069 dan taraf

belum

adanya

komprehensif

model untuk

PAKEM dikembangkan

yang di

sekolah.

signifikan 0,01 atau tingkat penerimaan Ha

Penerapan PAKEM di sekolah dapat

sebesar 99% db = 23 dengan harga 3,767.

dicarikan landasan pijaknya dalam Undang-

Berdasarkan perolehan nilai t yang diperoleh

Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang

ternyata di atas bilangan batas penolakan,

Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal

maka

taraf

1Undang-undang tersebut disebutkan bahwa

signifikansi 5 % H0

ditolak. Karena

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

atas`dasar

5%

dapat

untuk mewujudkan suasan belajar dan proses

dan

pembelajaran agar peserta didik secara aktif

perbedaan

mengembangkan potensi diri, kepribadian,

disimpulkan

bahwa

signifikansi

pada

itu

disimpulkan bahwa model PAKEM pembelajaran

biasa

ada

117

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

1.

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

asyik belajar. 2.

Sementara itu pernyataan yang lebih jelas

dapat

dilihat

pada

Peraturan

Nasional

Pendidikan

3.

munculnya

PAKEM

juga

menunjukkan

sisi

demokratisasi. 4.

benar.

satuan pendidikan diselenggarakan secara menyenangkan,

PAKEM membuat guru bukanlah satusatunya sumber belajar yang mutlak dan

disebutkan bahwa proses pembelajaran pada

inspiratif,

memungkinkan

terutama

pada`pasal 19 ayat 1. Dalam pasal tersebut

interaktif,

PAKEM

berbagai potensi siswa.

Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar

PAKEM membuat siswa benar-benar

5.

PAKEM juga mendorong maksimalnya

menantang, memotivasi peserta didik untuk

daya serap para siswa terhadap materi

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

pelajaran.

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian

sesuai

bakat,

minat

6.

dan

mendorong

intelektual

siswa

(intelektual growth). 7.

Isi dari sejumlah aturan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran yang

akan

perkembangan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

PAKEM

PAKEM juga membantu perkembangan fisik siswa (Physical development).

8.

aktif, kreatif, efektif , menyenangkan dan

PAKEM

juga

perkembangan

berpusat pada siswa menjadi sangat penting

akan emosi

membantu

siswa

(emosi

development ).

untuk dilaksanakan. Oleh karena itu pula, pemerintah melalui Depdiknas berusaha

9.

PAKEM

juga

akan

mendorong

mengembangkan kemampuan guru dalam

perkembangan kemampuan membaca

menerapkan PAKEM di kelas, dan para guru

dan berbahasa siswa (language and

untuk itu dapat membantu perkembangkan

literacy development).

siswa sehingga mereka tumbuh menjadi generasi yang tangguh, kreatif, dan inovatif. Dari hasil eksperimen diketahui, ada

10. PAKEM

11. PAKEM untuk

PAKEM ini bagi siswa, sekolah, dan orang

hidupnya.

118

menumbuhkan

daya

kreativitas siswa (creativity).

banyak manfaat dari penerapan model

tua. Diantaranya sebagai berikut:

akan

juga akan mendorong anak

mencintai

belajar

sepanjang

Pengembangan Model Pakem Untuk Meningkatkan Kecerdasan Logika Matematika Siswa ... (Elizar)

12. PAKEM juga mendorong kreativitas dan dedikasi guru.

perubahan)

pada

sistem

sekolah

pada

umumnya, peran guru , siswa dan interaksi

13. PAKEM juga mendorong keterlibatan

pembelajaran. Dan sebagai sebuah proses, penerapan

orang tua. (Rosdijati, dkk, 2010:33)

model

PAKEM

dalam

meningkatkan kecerdasan logik matematik Dalam hal ini salah satu hal yang krusial dari seorang guru dalam keseluruhan proses pembelajaran di sekolah agar dapat manfaat di atas dapat dirasakan siswa adalah mempersiapkan dan merancang aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

siswa harus dilakukan secara terus menerus (kontiniu) dan konsisten terhadap tujuan diterapkannya model PAKEM di sekolah, khususnya di kelas awal dalam rangka pengembangan kecerdasan logik matematika siswa berkembang kemampuannya klasifikasi dan kategorisasi

dalam

bentuk benda

Sehubungan dengan hal di atas

sekitar, kemampuan berhitung dan bermain

untuk pengajaran matematika yang

angka dalam bentuk operasi bilangan, dan

efektif, guru perlu melakuhal hal-hal berikut:

kemampuanan pemecahan masalah (problem

maka

a.

mengembangkan

pengetahuan,

solving).

keterampilan dan konsep murid dengan

Pada dasarnya pembelajaran model

menggunakan materi-materi konkreat dan

PAKEM hakekatnya adalah kesatuan dari

peragaan praktis.

sebuah konsep reformasi pendidikan, dan

b. bersifat

Interaksi

dan

hubungan

yang

sebuah

proses

positif

dan

suportif

akan

mengadakan

yang

bertujuan

perubahan

pada

untuk sistem

mengarahkan anak pada perilaku yang lebih

pendidikan dan pendekatan pembelajaran.

baik, meningkatkan rasa percaya dirinya,

Pembelajaran

serta menunjang peningkatan prestasinya.

kontribusi pada peningkatan hasil belajar

b. Guru yang adil dan tidak bisa memperlakukan semua anak dengan sama, tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, kemampuan, latar belakang maupun agama. Sebagai sebuah gerakan reformasi dalam pendidikan, bahwa penerapan model PAKEM dalam pengembangan kecerdasan logik matematika merupakan suatu gerakan yang berupaya mereformasi (mengadakan

model

ini

memberikan

siswa, dengan kata lain adanya perbedaan hasil

belajar

siswa

dengan

mengikuti

pembelajaran yang memakai pendekatan tradisional. Penyelenggaraan model PAKEM ini akan terlaksana dengan baik bila guru utamanya dapat melakukan pengembangan kurikulum di tingkat operasional/kelas dan mata pelajarannya menyusun suatu model

119

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

pembelajaran dengan merancang silabus

disimpulkan pelaksanaan model PAKEM di

yang

sekolah untuk meningkatkan kecerdasan

komprehensif

pembelajaran

yang

dan

skenario

berorientasi

pada

logik

matematiaka

siswa

mendapat

kebutuhan dan minat siswa, sehingga jika

dukungan pihak sekolah, khususnya siswa,

diimplementasikan

guru, kepala sekolah, komite sekolah dan

menjadikan

proses

pembelajaran menjadi aktif, kreatif, efektif

pihak

dan

kecamatan).

menyenangkan.

Proses

ini

dapat

digambarkan dalam siklus berikut:

pemerintahan

Tingkat memadai

(pihak

kemampuan dalam

Depdiknas

guru

belum

merancang

dan

melaksanakan strategi pembelajaran dengan model PAKEM, untuk itu diperlukan model pembelajaran PAKEM yang bisa dijadikan acuan dalam implementasi model PAKEM, khususnya untuk meningkatkan kecerdasan logik matematik. Hasil belajar siswa

dengan meng-

gunakan model PAKEM lebih tinggi dari Selain itu

keberhasilan penerapan

model PAKEM ini

menempatkan

pendekatan tradisional. Dengan rata-rata

sekolah sebagai sistem social, di mana

7,218, melebihi angka KKM yang ditetapkan

komponen yang meliputi;

6,5. Sedangkan kelompok yang tidak diberi

siswa

telah

hasil belajar siswa dengan menggunakan

gaya guru dan

dalam pembelajaran,

kebijakan

perlakuan yang menggunakan pendekatan

sekolah, sikap para kepala sekolah, komite

tradisional mem -punyai nilai rata-rata

sekolah dan partisipasi masyarakat dikelola

6,478.

dengan baik.

Untuk itu keberhasilan

pengembangan model PAKEM ini perlu didukung oleh Manajemen Berbasis Sekolah

Pembelajaran dengan model PAKEM dan pembelajaran biasa ada perbedaan pengaruhnya yang signifikan untuk mening-

(MBS).

katkan kecerdasan logik matematik siswa D. PENUTUP

kelas awal dengan thitung = 3, 70

Berdasarkan kegiatan pengembangan

dan

pengujian dua pihak dengan taraf signifikan

meningkatkan

0,05 atau tingkat penerimaan Ha sebesar

kecerdasan logik matematika siswa kelas

95% dan db = 6=24 1 = 23, dalam tabel

awal di Sekolah Dasar Kotabumi Utara dapat

distribusi t, yang ada adalah untuk harga db

model

120

PAKEM

untuk

Pengembangan Model Pakem Untuk Meningkatkan Kecerdasan Logika Matematika Siswa ... (Elizar)

= 23

dengan harga 2,069

dan taraf

implementasi model PAKEM di sekolah,

signifikan 0,01 atau tingkat penerimaan Ha

maka dalam penerapannya perlu dilakukan

sebesar 99% db = 23 dengan harga 3,767.

pendampingan bagi guru oleh pihak Dinas

maka

Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten dan

disimpulkan

bahwa

pada

taraf

signifikansi 5 % H0 ditolak.

Kecamatan dan meningkatkan kemampuan

Sesuai dengan implementasi pengembangan

model

PAKEM

di

lingkungan

guru dalam merancang dan melaksanakan strategi

pembelajaran

dengan model

dapat

PAKEM dengan memberikan guru-guru

perlu komitmen dan

pelatihan untuk modul 2 (lanjutan) yang

dukungan yang kuat dari semua pihak, yakni

dapat memperkaya guru dengan berbagi

kepala sekolah dan jajarannya, para guru,

pilihan strategi dan metoda pembelajaran

siswa, orang tua, tidak terkecuali peran

yang

masyarakat. Kemudian untuk mengetahui

kreativitas siswa dan menjadikan belajar

keberhasilan dan kelemahan dan kendala

sebagai suatu proses yang me nyenangkan.

Sekolah Dasar Kotabumi Utara beberapa hal, yaitu

dapat

membangun

keaktivan,

DAFTAR RUJUKAN Amstrong, Thomas. 2009, Multiple Intellgences in Classroom. Alexandria, Virginia for Supervision and Curriculum Development. Anonim, 2009. Praktik yang Baik di Kelas Awal: Pemodelan Pembelajaran Matematika yang Efektif, Jakarta:Proyek Mainsterming Good Practice in Basic Education (MGP-BE) Depdiknas. Anonim, 2009. Pembelajaran Aktif Kreratif, Efektif dan Menyenangkan, Sosialisasi dan Pelatihan KTSP. Jakarta:Depdiknas. Bredekamp, Sue. 2009. Developmentally Approriate Practice in Early Childhood Program Serving Children From Brth Through Age 8. Washington: NAEYC. Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo Gardner, Howard. 2009. Multiple Intelligence:Kecerdasan Logik matematik- Teori dan Praktek. Jakarta: Interaksara. Hadi, Sutrisno. 2012. Statistik,. Jogyakarta: Andi Offset Purnami I, Sri Subekti. 2010. Kurikulum (Pengantar Untuk Kurikulum Kreatif dan Praktek Sesuai Perkembangan). Jakarta: PT.Guna Widia. Rosdijati, dkk. 2010. Panduan PAKEM IPS SD. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.

121

Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016

Satori, Djamain. 2011. Hakekat dan Karakteristik Pengajaran di Kelas-Kelas Awal SD. Jakarta: Depdikbud Sanjaya, 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: Informatika. Setiadi, Rachmat. 2014. Pengantar Logika Matematika. Bandung: Informatika. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2014. Metode Penelitian Pendidika., Bandung: Remaja Yunus, Mahmud. 2013. Logika suatu Pengantar. Jokjakarta: Graha Ilmu. Rosdakarya. Undang-Undang Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Zulkifli.L.2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

122

Jurnal Elsa Volume 14 Nomor 1 April 2016.pdf

Whoops! There was a problem loading more pages. Retrying... Jurnal Elsa Volume 14 Nomor 1 April 2016.pdf. Jurnal Elsa Volume 14 Nomor 1 April 2016.pdf.

2MB Sizes 7 Downloads 325 Views

Recommend Documents

Eksponen Volume 6 Nomor 1 April 2016.pdf
Page 1 of 125. ISSN: 2085-966X. EKSPONEN. Volume 6, Nomor 1 April 2016. PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN ...

Newsletter Volume 1 Issue 1 April 2011 trifold inside final.pdf ...
... Mr. Horn if you have ideas for. the garden or ideas for further funding opportunities! Page 1 of 1. Newsletter Volume 1 Issue 1 April 2011 trifold inside final.pdf.

Page 1 PHYSICAL REVIEW B VOLUME 48, NUMBER 14 1 ...
An average increment of a fraction of an angstrom causes a change typical of the one from curve a to .... slope of the linear region determines the exponent a. We identify H as the crossover point between power-law ... that these “tails' are almost

PERKA-BKN-NOMOR-1-TAHUN-2016-PELAKSANAAN ...
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Main menu.

perkap-nomor-14-tahun-2012-tentang-manajemen-penyidikan-tindak ...
perkap-nomor-14-tahun-2012-tentang-manajemen-penyidikan-tindak-pidana.pdf. perkap-nomor-14-tahun-2012-tentang-manajemen-penyidikan-tindak-pidana.

5. jurnal april 17 Agustin P.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Main menu.

jurnal sos Community April 2017.pdf
Surya Sutrisna, S.Sos. Mitra Bestari: Dr. Vina Salviana DS, M.Si (Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang). Dr. Achmad Hidir, M.Si (Sosiologi Universitas ...

Jurnal TS Vol 2 - (April 2016).pdf
Page. 1. /. 1. Loading… Page 1. Jurnal TS Vol 2 - (April 2016).pdf. Jurnal TS Vol 2 - (April 2016).pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Displaying Jurnal TS Vol 2 - (April 2016).pdf. Page 1 of 1.Missing:

ION Newsletter, Volume 14 Number 1 (Spring 2004)
Fax: +1 703-383-9689. Web: www.ion.org. OCTOBER 2004. 05-06: International. Symposium on Precision. Approach and Automatic. Landing, Munich, Germany.

ELSA-LMC-Regulamin-2017 (1).pdf
Dane osoby kontaktowej. – email, nr telefonu-mail,. numer telefonu. Page 3 of 4. ELSA-LMC-Regulamin-2017 (1).pdf. ELSA-LMC-Regulamin-2017 (1).pdf. Open.

14 april 2017.pdf
'Hoogbouw zorgt voor betere kansen voor duurzaamheid' - Opinie - PAROOL. Shared by. Carlo Muller. www.parool.nl - Met hoogbouw denk je anders over de stad na als je. boven de vijf verdiepingen zit Hoe dan wel? We zien in het plan dat er ligt. voor de

ORT Newsletter April 14.pdf
testimonies by Sally Zellers who heads the Hi Crest Net. Reach program for the Topeka Rescue Mission. International prayer leader Earl Pickard will lead a.

April 14, 2016.pdf
... Cynthia Convery, Valerie James, Tiese Quinn, and. Anthony Voogd. Public Communication Mayor Blatz welcomed and congratulated the new commissioners.

Elsa Coloured Final.pdf
Sign in. Page. 1. /. 4. Loading… Page 1 of 4. Page 1 of 4. Page 2 of 4. Page 2 of 4. Page 3 of 4. Page 3 of 4. Elsa Coloured Final.pdf. Elsa Coloured Final.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Displaying Elsa Coloured Final.pdf. Page

Newsletter Volume 1 Issue 1 April 2011 trifold front final.pdf ...
Trinity Episcopal Church, Betty's Restaurant, Rust Belt. Books and Hispanics United For Donating Space To The. VETTE Block Club To Host Our Meetings! Page 1 of 1. Newsletter Volume 1 Issue 1 April 2011 trifold front final.pdf. Newsletter Volume 1 Iss

NOMOR 42.pdf
There was a problem loading this page. Retrying... NOMOR 42.pdf. NOMOR 42.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Displaying NOMOR 42.pdf.

NOMOR 33.pdf
Perangkat Daerah clan Masyarakat sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan;. Penyelenggaraan pelayanan penataan ruang sebagaimana dimaksud ...

: 14-14mm } 1
Sep 15, 2011 - multimedia messages to telecommunications devices embod. PCT Filed: Mar. 12, 2004 ... Page 3 ... The SMS service in the ?xed and mobile network is a ... feature Calling Line Identi?cation (CLI), which is referred to as Calling Line ...

NOMOR 7.pdf
mengkoordinasikan penyiapan terhadap materi kesepakatan. bersama dan rancangan perianiian ker.l'asama;. n. o. p. Page 3 of 4. NOMOR 7.pdf. NOMOR 7.

NOMOR 11.pdf
1. perner-intah PLrsal, st ianjLrtr, ya rlisebtlt Pernerintah adalah Presiden Republil

FG2014volume14 (Forum Geometricorum Volume 14 2014).pdf ...
Man Keung Siu Hong Kong, China. Peter Woo La Mirada, California, ... Bryan Brzycki, On a geometric locus in taxicab geometry, 117. Dao Thanh Oai, A simple ...

electronic project volume 14.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. electronic ...

JURNAL AGRONIS VOL. 1 NO. 1_4. Desy.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. JURNAL ...

jurnal rosmiarti.pdf
No preview available. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. jurnal rosmiarti.pdf. jurnal rosmiarti.pdf.Missing: