ISSN: 1693-9263
Edukasi
Lingua sastrA Volume 14, Nomor 1, April 2016
HUBUNGAN MINAT BACA MAHASISWA DAN PEMAHAMAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MEMPARAFRASE MAHASISWA SEMESTER TUJUH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STKIP MUHAMMADIYAH KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN AKADEMIK 2015/2016 MENULIS SASTRA BERBASIS HUMANIS DENGAN MODEL PAIKEM IMPROVING STUDENTS’ READING COMPREHENSION OF HORTATORY EXPOSITION TEXT THROUGH TWO STAY TWO STRAY TECHNIQUE AT THE ELEVEN SCIENCE PROGRAM OF MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 NORTH LAMPUNG ANALISIS MIKROTEKSTUAL DAN MAKROTEKSTUAL DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURAHMAN EL SHIRAZY PENGARUH SATUAN ACARA PERKULIAHAN TERHADAP PEMANFAATAN BUKU DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH KOTABUMI PROFESIONALISME GURU DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN LESSON STUDY SEBAGAI WADAH PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU SD/MI DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU BERBASIS SCIENTIFIC PENGEMBANGAN MODEL PAKEM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA SISWA KELAS AWAL DI SEKOLAH MODEL KOTABUMI UTARA
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Kotabumi-Lampung
Majalah Elsa
Vol. 14
1
Hlm 1-122
Kotabumi April 2016
ISSN 1693-9263
Edukasi
LINGUA SASTRA MAJALAH ILMIAH EDUKASI LINGUA SASTRA (ELSA)
Terbit dua kali setahun pada bulan April dan September, ELSA merupakan sarana komunikasi ilmiah bidang bahasa, dan sastra, serta pembelajarannya berupa hasil penelitian atau kritis ISSN: 1693-9263
Ketua Penyunting Dr. Sri Widayati, M.Hum.
Penyunting Pelaksana Dra. Masitoh, M.Pd. Nur Mei Ningsih, S.Pd., M.Pd. Dewi Ratnaningsih, S.Pd., M.Pd.
Mitra Bestari Prof. Chuzaimah D. Diem, M.L.S., Ed.D. (Universitas Sriwijaya, Palembang) Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. (Universitas Lampung, Bandarlampung) Prof. Dr. Suharto, S.H., M.H. (IAIN Radin Intan Lampung) Prof. Dr. M. Juhri A.M. (Universitas Muhammadiyah Metro) Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. (Universitas Lampung, Bandarlampung) Dr. Abdul Aziz, M.Pd. (Fak. Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makasar) Dr. Hari Sunaryo, M.Si. (Universitas Muhammadiyah Malang) Dr. Sumarno, M.Pd. (STKIP Muhammadiyah Kotabumi-Lampung) Dr. Badawi, S.H., M.Pd. (STKIP Muhammadiyah Kotabumi-Lampung)
Tata Letak Hartono, S.Pd
Sirkulasi Purna Bayu Nugroho, S.Pd., M.Pd.
Alamat Redaksi Jalan Hasan Kepala Ratu Nomor 1052, Kotabumi Lampung Utara, Lampun Kotak Pos 156 Telepon/Faksimile (0724) 22287 Pos-el:
[email protected];
[email protected]
Edukasi Lingua Sastra (ELSA) diterbitkan sejak 2002 oleh Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni bekerja sama dengan PPM STKIP Muhammadiyah Kotabumi-Lampung, Redaksi menerima tulisan hasil telaah kritis, hasil penelitijan bidang pendidikan, bahasa sastra dan pendidikan bahasa dan sastra. Redaksi berhak menyunting setiap naskah yang masuk tanpa mengubah subtansi tulisan. Tulisan yang tidak dimuat dapat diminta kembali
Majalah Ilmiah Edukasi Lingua Sastra
Volume 14, Nomor 1, April 2016
Daftar Isi
Hubungan Minat Baca Mahasiswa dan Pemahaman Membaca dengan Kemampuan Memparafrase Mahasiswa Semester Tujuh Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Muhammadiyah Kotabumi, Lampung Utara Tahun Akademik 2015/2016 ............................ 1 Rulik Setiani Menulis Sastra Berbasis Humanis dengan Model Paikem Sri Widayati ………………………………………………………….................................. 21 Improving Students’ Reading Comprehension of Hortatory Expoition Text Through Two Stray Technique at The Eleven Science Program of Madrasah Aliyah Negeri 2 North Lampung ...................................................................................................................... 36 Nur Isnainiyah Analisis Mkrotekstual dan Makrotekstual dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburahman El Shirazy .......................................................................................... 51 Nur Mei Ningsih Pengaruh Satuan Acara Perkuliahan Tehadap Pemanfaatan Buku di Perpustakaan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Kotabumi .................... 67 Dian Rifia Syaifudin Profesional Guru dalam Meningkatkan Pembelajaran .......................................................... 83 Dian Eka Priyantoro Lesson Study Sebagai Wadah Pengembangan Profesionalitas Guru SD/MI dalam Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Scientific …………………….............................. 95 Nuryanto Pengembangan Model Pakem untuk Meningkatkan Kecerdasan Logika Matematika Siswa Kelas Awal Di Sekolah Model Kotabumi Utara ....................................................... 107 Elizar LLSSON
HUBUNGAN MINAT BACA MAHASISWA DAN PEMAHAMAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MEMPARAFRASE MAHASISWA SEMESTER TUJUH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STKIP MUHAMMADIYAH KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN AKADEMIK 2015/2016 Rulik Setiani
Abstract Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidak hubungan yang signifikan antara minat baca mahasiswa dan pemahaman membaca dengan kemampuan memparafrase mahasiswa semester tujuh jurusan pendidikan bahasa Inggris STKIP Muhammadiyah Kotabumi Lampung Utara tahun akademik 2015/2016. Populasi penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa semester tujuh jurusan pendidikan bahasa Inggris STKIP Muhammadiyah Kotabumi yang terdiri dari 75 mahasiswa dan 38 mahasiswa diambil sebagai sampel melalui teknik simple random sampling. Instrument yang digunakan adalah kuisioner untuk mengumpulkan data minat baca, pilihan ganda untuk pemahaman membaca, dan test tulis untuk kemampuan memparafrase. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan korelasi ganda dengan bantuan program SPSS 20. Dan hasil analisis diperoleh bahwa Ryx1x2 = 0.731 dan Sig (0.000) <⍺ (0.01), maka dari itu, H0 ditolak. Hasil hipotesisnya ada hubungan yang signifikan antara minat baca mahasiswa dan pemahaman membaca dengan kemampuan memparafrase. Kemudian, nilai Fhitung = 22.591>Ftabel (38) = 4.10 dan sig 0.000 < ⍺(0.01), sehingga H0 ditolak dan hasil analisis regresinya signifikan. Kata kunci: Minat Membaca, Pemahaman Membaca, dan Kemampuan Memparafrase
1.1 Background of the Problems
and perhaps simplify the author’s idea in their own writing. When the students write
Paraphrase is an expression of the
for others to read, they are bound by certain
meaning of a word or phrase using other
rules of fair play. Specifically, they must
words or phrases, often in an attempt to
completely recast material borrowed from
make the meaning easier to understand. For
their sources, using their own words and
example, to make (someone or something)
their own style.
appear or feel younger is a paraphrase of the English verb “rejuvenate”.
Basically, when the students take notes during a class lecture, they probably jot
When the students paraphrase a
down the lecture’s message in their own
statement or a piece of writing, they recast its
words. Likewise, an essay -exam answer
ideas in different words. The purpose of their
usually involves restating material from
note was to clarify the statement, to restate
reading and class discussion. In fact, their
*) Staf Pengajar di STKIP Muhammadiyah Kotabumi Lampung
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
ability to explain concepts in their own
they felt difficult in getting ideas and
language is a crucial academic skill. The
message from the text. whereas, the students
problem also because they cannot understand
should comprehend a text first before they
what the material that they learned or they
want to paraphrase it. If the students had
read before. Therefore, they cannot get the
comprehended the text, they would have
point or message in it, so it can influence
been easier to paraphrase it.
their ability in paraphrasing.
impossible for the students to paraphrase a
In addition, Interest plays a vital role in reading comprehension. By determining
So, it is
text without having reading interest and comprehending the text before.
individual students' interest in particular
Related to the previous descrip- tion,
topics and creating reading comprehension,
the researcher is interested in conducting a
they can get high interest, to determine that
research entitled: “The Correlation Students’
the performance of higher ability, readers are
Reading
significantly affected by their interest in the
Comprehension with parapharasing ability of
passage topics, because reading interest is
the seventh Semester Students of English
vital in order to encourage and maintain their
Edu-
interest of reading.
Muhammadiyah Kotabumi, North Lampung
Based on the preliminary research
Interest
cation
and
Department
Reading
of
STKIP
in the Academic Year 2015/2016.”
which was done by the researcher in her class, there were several factors which make
1.2. Formulation of the Problems
the students’ score in paraphrasing is low, the first factor was from the students
Referring to the background of the
themselves that is students’ reading interest.
problems above, the researcher formulates
The students were not interested in reading
the problems as follows.
English, such as scientific books, story
1.
Is there significant correlation between
books, magazines, or newspapers. They also
students’
felt lazy to read English books; they felt
paraphrasing ability of the seventh
difficult to read them, because they assumed
semester students of English Education
that Reading English is difficult.
Department of STKIP Muhammadiyah
The second factor was that the students had difficulty in compre- hending the text. They just read the text without
reading
interest
and
Kotabumi, North Lampung in the academic year 2015/2016?. 2. Is there significant correlation between
getting the point from the text, so they could
reading
not get the meaning of the text easily, and
paraphrasing ability of the seventh
2
comprehension
and
Hubungan Minat Baca Mahasiswa Dan Pemahaman Membaca Dengan Kemampuan Memparafrase .... (Rulik Setiani)
semester students of English Education
2. Significant
correlation
Department of STKIP Muhammadiyah
students’
Kota- bumi, North Lampung in the
and their paraphrasing ability.
academic year of 2015/2016?.
3. Significant students’
3. Is there significant correlation between reading
interest
and
reading
comprehension of the seventh semester students
of
English
reading
between
comprehension
correlation reading
between
interest
and
reading comprehension. 4. Significant
Education
reading
correlation interest
Department of STKIP Muhammadiyah
comprehension
Kota- bumi, North Lampung in the
paraphrasing ability.
students’
and
reading
with
their
academic year of 2015/2016?. 4. Is there significant correlation students’ reading
interest
comprehension
and
with
reading
1.4.1 Concept of Paraphrasing Ability
paraphrasing
ability of the seventh semester students of English Education Department of STKIP
1.4 Theories Review
Muhammadiyah
Kotabumi,
North Lampung in the academic year
According to Clifford
(1990:84),
Veit,
Gould,
“paraphrase
and
is
an
expression of the meaning of a word or phrase using other words or phrases, often in an attempt to make the meaning easier to
2015/2016?.
understand.” And according to Richards (2002:2), “ability is skill or power required
1.3. Objectives of the Research Based on the formulation of the problems above, the objectives of this
correlation
between
students’ reading interest and their paraphrasing ability of the seventh semester
students
of
activity to do something which is need competence, skill to overcome a problem.”
research can be described as follows. 1. Significant
to do something. It means that ability is
English
It can be concluded that paraphrasing ability is person’s capacity or skill to paraphrase the passage or text they read before or that they have understood.
Education Department of STKIP Muhammadiyah Kotabumi, North Lampung in the academic year 2015/2016.
1.4.2 Concept of Reading Interest Hidi and Renninger (2006:112) state that "Interest as a motivational variable refers to the psychological state of engaging or the predisposition to reengage with 3
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
particular classes of objects, events, or ideas
which help them to be able to paraphrase it
over time." Ebbers (2012:1) has the same
well.
definition which says “Interest is described as a motivational force that involves the focused allocation of extra affection, leading
1.5.2
The Correlation between Students’ Reading Compre -hension and Paraphrasing Ability
to deeper processing, better comprehension, Ability in comprehending a text is
longer recall.”
primarily crucial to be improved so that 1.4.3 Concept of Reading Comprehension
students can get the message, information and aim of a text in written form. If students
Richards (2007:11) state “Reading comprehension is the primarily purpose for reading
(though
this
is
sometimes
overlooked when students are asked to read overly difficult texts): raising student's awareness of main ideas in a text and exploring the organization of a text are essential for good comprehension.”
had comprehended a text, students would have been able to paraphrase it. The reader uses his or her knowledge, skills, and strategies to determine what the meaning is. Reader’s knowledge, skills, and strategies include linguistic competence, discourse competence,
sociolinguistic
competence.
Comprehension refers to under- standing, the ability to get the meaning of something. By
1.5 Frame of Thinking
comprehending in reading, students can
1.5.1 The Correlation between Students’ Reading Interest and Paraphasing
paraphrase easily and appropriately as what they read.
Ability Students' reading interest can be defined as the main key, the essential thing, or the primary factor that can affect the level of achievement of English learners or
The Correlation between Reading Interest and Comprehension
Students’ Reading
Interest to lesson which is learned
Students'
can make students easier to do the task of the
reading interest has to be more increased
lesson. Therefore, it can be said that pleasure
during the learning process in order to make
feeling to English lesson motivate to do the
the situation become more interesting for the
positive attitude and finally it makes interest
students. By interesting in reading, students
to English. Because of interest, students will
can get information, ideas or knowledge
be easier to understand English, so they will
students in learning of English.
success in English learning.
4
By having
Hubungan Minat Baca Mahasiswa Dan Pemahaman Membaca Dengan Kemampuan Memparafrase .... (Rulik Setiani)
interest in reading students will read more
includes only the main ideas of someone
texts to know the information and then they
else’s writing, restated in their own words. A
have the ability to comprehend the text.
paraphrase is unacceptable when it contains the same vocabulary and sentence structure
1.5.3 The Correlation Students’ Reading Interest and Reading Comprehension with Paraphrasing Ability Paraphrasing is a writing skill
in
which the students “rephrase” (rewrite) information from an outside source in their own words without changing its meaaning. Because they include in their rewriting all, or nearly all, of the content of the original passage, a paraphrase is almost as long. Is much shorther than the original. A summary
as the original. From the explanations above, it can be concluded that there is significant correlation students’ reading interest, reading compre- hension with paraphrasing ability. Because, if students have interest in reading English books and they comprehend it so they can paraphrase it well. The figure of the correlation students’ reading interest and reading comprehension with paraphrasing ability can be seen in Figure 1 as follows.
Reading Interest (X1)
Paraphrasing Ability (Y)
Reading Comprehension (X2)
(Adopted from Sugiyono, 2012) Figure 1. Frame of Thinking of the Correlation Students’ Reading Interest and Reading Comprehension with Paraphrasing Ability
5
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
there are correlation of X1, X2 and Y.
1.6 Research Hypothesis
Sugiyono Based on the theories and explanation above, it can be drawn four hypotheses as
(2012:7)
states
“quantitative
research is research that the research data in the form of numeral and analysis used statistics.”
follows. 1. H0: There is no significant correlation between students’ reading interest and paraphrasing ability.
1.8 Population, Sample, and Sampling Technique 1.8.1
Population
2. H0: There is no significant correlation between
students’
reading
According to Fraenkle, Wallen, and Hyun (2012:92), “The population is the
comprehension and paraphrasing ability.
group of interest to the researcher, the group
3. H0: There is no significant correlation between students’ reading interest
to whom the researcher would like to
and reading comprehension.
generalize the results of the study.” It means
4. H0: There is no significant correlation students’ reading
reading compre-
interest
and
hension
with
paraphrasing ability.
that population is all the subjects which have the same characteristic. The population of this study is the seventh semester students of STKIP Muhammadiyah Kotabumi, North
1.7 Research Method
Lampung which consist of 75 students. The
This research is quantitative research
number of the population can be seen in the
with correlational research design, because table 1 as follows.
TABLE 1 POPULATION OF THE RESEARCH No 1 2 3
Classes VII A VII B VII C Total
Number of Students 23 21 31 75
(Source: Administration of STKIPM Kotabumi in the Academic Year 2015/2016)
6
Hubungan Minat Baca Mahasiswa Dan Pemahaman Membaca Dengan Kemampuan Memparafrase .... (Rulik Setiani)
1.8.2 Sample Sample is a limited number of elements from a proportion to represent population. Fraenkle, Wallen, and Hyun (2012:106) say “a sample is any part of a population of individuals on whom information is obtained.” The calculation of sampling in this study can be seen in table 2 as follows. TABLE 2 SAMPLE OF THE RESEARCH
No
Classes
1 VII A 2 VII B 3 VII C Total
Number of Sample 23 21 31 75
Sample Size 50 % 11 10 15 38
questionnaire consists of individual/personal
1.8.3 Sampling Technique Sampling technique is the way of taking sample of the research. (Sugiyono, 2010:118). Sampling technique which was used in this research is simple random
and situational interest. There are 25 items should be answered by the students. 1.9.2 Reading Comprehension Test To
sampling. According to Fraenkle, Wallen,
assess
students’
reading
and Hyun (2012:94), “a simple random
comprehension, the researcher used multiple
sample is one in which each and every
choice tests. The function of the test is to
member of the population has an equal and
find out how far the students comprehended
independent chance of being selected.” In
the text.
addition,
Fraenkle, Wallen, and Hyun
1.9.3 Paraphrasing Ability Test
(2012:335) says “the minimum acceptable After getting the data from reading
sample size for a correlational study is considered by most researchers is 30.” So, the researcher took 50% of 75 students to take the sample.
reading
interest.
reading
comprehension,
paraphrasing test was done to get the data on how far the students’ paraphrasing ability.
In collecting the data, the researcher
In this research, questionnaire used to students’
and
1.10 Data Collecting Technique
1.9 Research Instrument 1.9.1 Reading Interest Questionnaire
assess
interest
used questionnaire for reading interest
The
7
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
and multiple choice test for reading comprehension, then written test for
2015, and the data of paraphrasing ability was gathered through written test done on Monday, December 7th , 2015.
parapharasing ability.
the researcher did the try out test for reading interest and reading comprehension
1.11 Data Analysis Technique The data analysis was an activity after the data from all the respondents or sample were collected. Before analyzing of hypothesis done, it did normality, and
instruments, it was done to know that the instruments were valid or not, and for paraphrasing ability, it did not do try out, but the researcher asked validation to the experts or called experts judgement to give comment
homogeneity test. “Technique of analyzing the data is a technique that is used to analyze the data that have been collected, besides the aim.” (Arikunto, 2006:234).
for the instrument. Then the reseacher analyze the result of validity and reliability. 2.1.1Validity of the Tests
Normality test and Validity is a measurement which
homogeneity test are as prerequisite test. After finding the normality and homogeneity of data, it was continued by using regression to find out how far the correlation among the variables X1, X2, and Y. the analysis all of the data done by using SPSS program 20 for
shows
the
grades
of
number
of
an
instrument. According to Fraenkel, Wallen, and Hyun (2012:147-148), “Validity refers to
the
appropriateness,
meaningfulness,
correctness, and usefulness of the inferences a researcher makes.” In this research, to
Windows.
measure reading interest questionnaire and reading II. DISCUSSION
comprehension
correlation
2.1 Research Result This reasearch has three types of
product
test
moment
by
using
(Pearson’s
correlation). The data was analyzed by using SPSS 20 Program for Windows. And for
data; they are students’ reading interest,
paraphrasing test, the researcher asked the
reading comprehension, and paraphrasing
experts to check and comment the instrument
ability.
of paraphrasing ability. The detail analysis is
collected
The data of reading interest was by
using
questionnaire
as follows.
administered on Monday, December 30th,
test
1. Validity of Students’ Reading Interest Questionnaire After conducting the try out test, the
administered on Thrusday, December 3rd
data was analyzed to find out whether or not
2015, the data of reading comprehension was obtained
8
through
multiple
choice
Hubungan Minat Baca Mahasiswa Dan Pemahaman Membaca Dengan Kemampuan Memparafrase .... (Rulik Setiani)
the test items were valid and invalid.
33, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 42, 43, 44, and 45.
Basrowi and Soenyono (2007:24) said that
Then 5 invalid items are 12, 20, 31, 37 and
the questionnaire was said valid if rcount >
41.
rtable. On the the other words, validity
The value of rcount can be seen on
coefficient of the test was higher than 0.367
the
Colum
of
Corrected
Item-Total
(α=0.05 and n=28(df=30-2=28))
Correlation. With the criteria if rcount>
Based on the result of analyzing, it
rtable(28)= 0,367, so the items are valid.
was found 25 valid items out of 30 items. 5
From the table above, it can be seen from 45
items were declared to drop out or invalid.
item that the number of invalid are 12, 20,
The item numbers declared to be valid are 2,
31, 37,and 41, and others are valid, then the
3, 4,6, 7, 8,10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19,
total number of valid items are 40.
20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, and 30. 5 items were declared to be invalid are 1, 5, 9, 15, and 29.
A test is valid if the test measures
The value of rcount can be seen on the
3. Validity of Paraphrasing Ability Test
Colum
of
Corrected
what should be measured. A test has high
Item-Total
content validity if the test was constructed as
Correlation. With the criteria if rcount>
to contain a representative sample of the
rtable(28)= 0,367, so the items are valid.
course. The test materials represent one of
From the table above, it can be seen that
the text which was in students’ reading
from 30 items that the number of invalid are
comprehension
1,5,9,15,and 29, and others are valid, then
constructing the test, the specification of test
the total number of valid items are 25.
items were constructed based on content
test.
In
line
standard or subject description of 2. Validity of Students’ Reading Comprehension Test
correlation
test
product
items moment
STKIP
Muhammadiyah Kotabumi. To measure the validity of the test, the researcher asked the
To measure the validity of reading comprehension
with
by
using
experts or called as experts judgement to check and comment the instrument.
(Pearson’s
correlation) and the data was calculated by using SPSS 20 Program for Windows. From 45 items, it was found 40 valid items. The item numbers declared to be valid are 1, 2, 3, 4, 5, 6,7,8, 9,10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18,
2.1.2 Reliability of the Test Reliability is the extent to which the test is consistent in the score, and gives the indication
how
accurate
of
the
test.
According to Fraenkle, Wallen, and Hyun
19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 9
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
(2012:147),
“Reliability
refers
to
the
consistency of scores or answers from one
2. Reliability of Students’ Reading Comprehension Test
administration of an instrument to another, and from one set of items to another.”
To analyze the reliability test of students’ reading comprehension test items,
To analyze reliability of reading interest and reading comprehension were
the researcher used Cronbach’s Alfa formula in SPSS 20 Program for Windows.
used Cronbach’s Alfa formula in SPSS 20
From the calculation, it was gotten
Program for Windows, and for paraphrasing
the result of rcount = 0.958, and rtable with n =
test is used inter rater reliability with the help
30-2=28 and significant level α(0.05) = 0.367,
of Microsoft Office Excel 2007. The result is
because of the result of rcount> rtable or 0.958>
as follows.
0.367, the test is reliable or consistent with the high criteria.
1. Reliability of Students’ Reading Interest Questionnaire
3. Reliability of Paraphrasing Ability Test
In this research, the researcher used
To
analyze
the
consistency
of
Cronbach’s Alpha formula for assessing of
paraphrasing ability test, the researcher used
reading interest questionnaire to find out
inter rater reliability with the help of
whether the questionnaire is reliable or not.
Microsoft Office Excel 2007. According to
The analysis is used SPSS 20 Program for
Azwar (2012:88), “Inter rater reliability is a
Windows.
procedure to give a score based on subjective
Interpretation
by
judgement toward specific aspect that is done
comparing the result of rcount and rtable. “If the
by systematic observation directly and
result
the
indirectly. Furethermore, According to Ebel
questionnaire is reliable, and if the result of
(in Azwar, 2012:89) the formula to estimate
rcount
inter rater reliability as follows.
of
of
rcount>rtable,
reliability
it
means
reliable” (Riduwan, 2009:118).
𝐫𝐱𝐱 =
From the calculation, the result of rcount = 0.918. From the calculation was
(𝐒𝐬 ²− 𝐒𝐞 ²) 𝐒𝐬 ²
Note:
gotten the result of rcount = 0.918 whereas
𝑟𝑥𝑥
= Inter rater reliability
rtable
and
𝑆𝑠 ²
= Intra rater variance
significant level α(0.05) = 0.367, because of
𝑆𝑒 ²
= Inter rater variance
with
df=n-2
(df=
30-2=28)
rcount> rtable or 0.918> 0.367, it means that the
After knowing the result of the
questionnaire is reliable or consistent with
calculation by using the formula above, rcount
very high criteria.
is interpreted to rtable. to find that how far the
10
Hubungan Minat Baca Mahasiswa Dan Pemahaman Membaca Dengan Kemampuan Memparafrase .... (Rulik Setiani)
reliability
of
the
test
in
constructing
paraphrasing test.
reliable, but if the values of rcount< rtable, it means the test is not reliable, (Riduwan,
Interpretation in this research, if the
2009:118).
result of rcount> rtable, it means the test is TABLE 3 THE RESULT OF RATING BETWEEN TWO RATERS 1 2 3 4 5 6 7
ƩR ƩR= ƩT= Ʃi ƩR2 ƩT2 Ʃi2 K N
5703 5703 16263117 862983 431645 2 38
From the Table above showed that the result of rating that was done by two raters
2. Intra rater variance:
toward 38 students. The researcher
calculated
the
limitation
of
difference
analyzed result between rater using the formula to estimate interrater reliability which was done by K: 2 raters toward n:38
(∑𝑇 2 ) (∑𝑖)2 − 𝑛𝐾 𝑆𝑠² = 𝐾 𝑛−1 862983 32524209 − 38 𝑥 2 2 = 38 − 1
students as follows. 1. Inter rater variance:
𝑆𝑒² =
=
=
∑𝑖 2 −
431645 −
(∑𝑅 2 ) (∑𝑇 2 ) (∑𝑖)2 − + 𝑛 𝐾 𝑛𝐾 (𝑛 − 1)(𝐾 − 1)
=
431491.5 − 427950.118 38
= 93,19
(16263117) (862983) (32524209) − + 38 2 38 𝑥 2 (38 − 1)(2 − 1)
431645 − 427976.763 − 431491.5 + 427950.118 37 𝑥 1 3. Inter rater reliability: =
126.858 = 3,42 37
𝑟𝑥𝑥 =
𝑆𝑠² − 𝑆𝑒² 𝑆𝑠² 11
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
=
=
93.19 − 3.42 93.19
Windows. The detail explanation is as follows.
89,77 93,19
1.
= 0, 963
Result of Normality This research was done to find out
Based on the calculation above, if the result is between 0,00 – 1,00, so it means that there is a consistency result of the instrument between rater, and the test instrument can be said reliable. From the result of data analysis , it was gotten that the coefficient of reliability is 0,963. It means that there is consistency between rater with the result of measurement and the test instrument can be said reliable, and the interpretation of inter rater reliability is very
whether or not there is correlation among three variables. the researcher analyzed the test result from the research sample. The normality data test was done as the first stage of data analysis, normality test was done by using SPSS 20 Program for Windows. Normality data test was used to find out whether or not the data from the research sample has normal distribution. To measure the data normality of each variables used Liliefor’s formula in SPPS 20 Program for Windows,
high.
the
test
used
Kolmogorov-
Smirnov. The hypothesis that tested is: 2.1.3 Normality and Homogeneity
The test criteria is:
After getting the data from students’ reading interest, reading comprehension, and paraphrasing
ability,
the
researcher
if the significant level of three variables < 0.05, so H0 is rejected. if the significant level of three
conducted the data analysis to find out of
variables > 0.05, so H0 is accepted.
normality and homogeneity of the data. The
The level of test significant is ⍺ = 0.05. the
analysis of data used SPSS 20 Program for
summary result of normality data testing can be seen in the table 4 below:
TABLE 4 SUMMARY OF NORMALITY DATA TESTING Tests of Normality
READING_INTEREST READING_COMPREHENSION PARAPHRASING_ABILITY *. This is a lower bound of the true significance.
12
Kolmogorov-Smirnova Statistic df ,094 38 ,123 38 ,117 38
Sig. ,200* ,153 ,200*
Hubungan Minat Baca Mahasiswa Dan Pemahaman Membaca Dengan Kemampuan Memparafrase .... (Rulik Setiani)
a.
Lilliefors Significance Correction
Based on the table above, the
After conducting the normality data
researcher found that the significant level of
testing, the analysis was continued to
reading
>⍺(0.05),
measure the homogenity of the data. This
(H0)
is
analysis was done to find out whether the
accepted. It can be concluded that data from
data was homogenous or not. Homogeneity
the sample had normal distribution. The
test was done by using Levene Statistic in
significance level of reading comprehension
SPSS 20 Program for Windows.
is 0.153 >⍺(0.05), consequently, H0 is
The test criteria is:
interest
consequently,
is
null
0.200
hypothesis
if the significant level of three
accepted. It means that data from the sample had normal distribution, and the significant level
of
paraphrasing
ability
from
the
sample
had
if the significant level of three
is
0.200>⍺(0.05), therefore, it can be said that data
variables < 0.05, so H0 is rejected
variables > 0.05, so H0 is acceptedor if Fcount < F table, so Ho is
normal
accepted
distribution.
if Fcount > F table, so Ho is rejected The level of test significant is ⍺ = 0.05. for
2. Result of Homogeneity
the detail can be seen in table 5 below: TABLE 5 SUMMARY OF HOMOGENITY DATA TESTING Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic . 1.586
df1
df2 9 9
Based on the table above, the
score Sig = 0.193, Because of the Sig. 0.193>⍺(0.05), consequently, H0 is accepted. It means the variants of sample were homogenous.
. ,193
2.1.4 Hypothesis Testing
researcher found that the score of Levene Statistic Test is 1,586 with the probability
Sig. . 18
There are four hypotheses had to be tested in this research. They are (1) H0: there is
no
significant
correlation
between
students’ reading interest and paraphrasing ability,
and
H a:
there
is
significant
correlation between students’ reading interest and paraphrasing ability, (2) H0: there is no
13
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
significant correlation between students’
To analyze the correlation of three
reading comprehension and paraphrasing
variables
ability,
(Ryx1x2) was used, and the analysis of
and
Ha :
there
between
correlation
is
significant
students’
reading
regression
above,
was
multiple
used
correlation
multiple
linier
comprehension and paraphrasing ability, (3)
regression formula in SPSS 20 Program for
there is no significant correlation between
Windows. The result of hypothesis testing
students’
can be seen as follows.
reading
interest
and
reading
comprehension, and Ha: there is significant correlation students’ reading interest and reading comprehension, and (4) H0: there is no significant correlation students’ reading interest,
reading
paraphrasing significant
compre-hension
ability and correlation
H a:
among
2.1.5
1. The Correlation between Students’ Reading Interest and Paraphrasing Ability
with
there
is
students’
reading interest, reading comprehension with
Result of Hypotheses Testing
The
result
of
the
correlatian
coefficient between students’ reading interest (X1), and paraphrasing ability (Y)
is
presented on the Table 6.
paraphrasing ability. TABLE 6 THE CORRELATION COEFFICIENT BETWEEN STUDENTS’ READING INTEREST AND PARAPHRASING ABILITY SUMMARY Correlations
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation PARAPHRASING_ABILIT Sig. (2-tailed) Y N READING_INTEREST
READING_IN PARAPHRASI TEREST NG_ABILITY 1 ,731** ,000 38 38 ,731** 1 ,000 38 38
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Based on the table above,the result of
rejected. It means that between students’
the correlation coefficient between students’
reading interest and paraphrasing ability
reading interest and paraphrasing ability is
have significant correlation.
Ryx1 = 0.731. It means that there is
After getting correlation coefficient,
correlation between students’ reading interest
the analysis was continued to calculate the
and paraphrasing ability.
And from the
regression of students’ reading interest and
table above, the significant level was gotten
paraphrasing ability. In this case, the
Sig (0.000) <⍺(0.01), consequently, H0 is
researcher used linier regression formula, the
14
Hubungan Minat Baca Mahasiswa Dan Pemahaman Membaca Dengan Kemampuan Memparafrase .... (Rulik Setiani)
researcher found out the influence of
ability.The result of regression can be seen
students’ reading interest and paraphrasing
on Table 7.
TABLE 7 REGRESSION BETWEEN STUDENTS’ READING INTEREST AND PARAPHRASING ABILITY SUMMARY
ANOVAa
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 1092,428 954,545 2046,974
Df 1 36 37
Mean Square 1092,428 26,515
F 41,200
Sig. ,000b
a. Dependent Variable: PARAPHRASING_ABILITY b. Predictors: (Constant), READING_INTEREST
The criteria of significant test is: if
To calculate the correlation between
Fcount> Ftable (used determination level 0.05),
students’ reading comprehension (X2), and
consequently, H0 is rejected.
From the
paraphrasing ability (Y), the researcher
calculation, the researcher found that the
calculated it by using SPSS 20 Program for
value of Fcount = 41.200> Ftable (38)=4.10 with
Windows.
Sig 0.000 <α(0.01), It means H0 was rejected
coefficient can be seen in the table 8.
The
result
of
correlation
and the regression is significant. 2. The Correlation between Students’ Reading Comprehension and Paraphrasing Ability
TABLE 8 THE CORRELATION COEFFICIENT BETWEEN STUDENTS’ READING COMPREHENSION AND PARAPHRASING ABILITY SUMMARY Correlations
PARAPHRASI READING_CO NG_ABILITY MPREHENSIO N Pearson Correlation 1 ,442** PARAPHRASING_ABILIT Sig. (2-tailed) ,005 Y N 38 38 Pearson Correlation ,442** 1 READING_COMPREHEN Sig. (2-tailed) ,005 SION N 38 38 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
15
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
Based on the table above, The result of
the
students’
correlation reading
coefficient
After
between
the
correlation
coefficient and significant correlation, the
and
researcher
continued
paraphrasing ability is Ryx2 = 0.442, It means
regression
between
that there is significant correlation between
comprehension and paraphrasing ability. The
students’
and
calculation used the linier regression formula
paraphrasing ability. And it was gotten Sig
in SPSS 20 Program for Windows. The
(0.005) <⍺ (0.01), consequently, H0 is
result of analysis is presented in the table 9.
reading
comprehension
getting
comprehension
to
analyze
students’
the
reading
rejected. It means that between students’ reading comprehension and paraphrasing ability have significant correlations. TABLE 9 THE REGRESSION BETWEEN STUDENTS’ READING COMPREHENSION AND PARAPHRASING ABILITY SUMMARY ANOVAa
1
Model Regression Residual Total
Sum of Squares 399,701 1647,273 2046,974
Df 1 36 37
Mean Square 399,701 45,758
F 8,735
Sig. ,005b
a. Dependent Variable: PARAPHRASING_ABILITY b. Predictors: (Constant), READING_COMPREHENSION
The criteria of significant test is: if Fcount>Ftable (used determination level 0.05), consequently, H0 is rejected.
From the
calculation, the researcher found that the value of Fcount = 8.735>Ftable (38) = 4.10 and sig 0.005< 0.01, It means H0 was rejected and the regression is significant.
2. The Correlation Students’ Reading Interest and Reading Comprehension. The students’
analysis reading
of
interest
the
correlatian
and
reading
comprehension used multiple correlation in SPSS 20 Program for Windows. The result of correlation coefficient is presented on Table 10.
16
Hubungan Minat Baca Mahasiswa Dan Pemahaman Membaca Dengan Kemampuan Memparafrase .... (Rulik Setiani)
TABLE 10 THE CORRELATION COEFFICIENT STUDENTS’ READING INTEREST AND READING COMPREHENSION Correlations
Pearson Correlation READING_COMPREHEN Sig. (2-tailed) SION N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) READING_INTEREST
READING_CO READING_IN MPREHENSIO TEREST N 1 ,387* ,016 38 38 ,387* 1 ,016
N
38
38
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
The
result
of
the
correlation
The
analysis reading
of
the
interest,
correlatian
coefficient students’ reading interest and
students’
reading
reading comprehension is Rx1x2 = 0.387, and
comprehension with paraphrasing ability
Sig (0.016) <⍺ (0.05), consequently, H0 is
used multiple correlation in SPSS 20
rejected. It means that students’ reading
Program for Windows.
interest and reading comprehension have
correlation coefficient is presented on Table
significant correlation.
11.
The result of
The researcher was going to find out 4. The Correlation Students’ Reading Interest and Reading Comprehension with Paraphrasing Ability
the influent of X1, X2, and Y.
Multiple
regressions were used to calculate the regression of them. The result of calculation is presented in the table 11.
TABLE 11 THE CORREALATION STUDENTS’ READING INTEREST AND READING COMPREHENSION WITH PARAPHRASING ABILITY SUMMARY Correlations
Pearson Correlation READING_INTERE Sig. (2-tailed) ST N Pearson Correlation READING_COMPR Sig. (2-tailed) EHENSION N Pearson Correlation PARAPHRASING_ Sig. (2-tailed) ABILITY N
READING_IN READING_CO PARAPHRASI TEREST MPREHENSIO NG_ABILITY N 1 ,387* ,731** ,016 ,000 38 38 38 ,387* 1 ,442** ,016 ,005 38 38 38 ,731** ,442** 1 ,000 ,005 38 38 38
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
17
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
The
result
of
the
correlation
After
getting
the
correlation
coefficient students’ reading interest, reading
coefficient and significant correlation, the
comprehension with paraphrasing ability is
researcher
Ryx1x2 = 0.731, and Sig (0.000) <⍺ (0.01),
regression students’ reading interest, reading
consequently, H0 is rejected. It means that
comprehension with paraphrasing ability.
students’
reading
The calculation used the linier regression
comprehension with paraphrasing ability
formula in SPSS 20 Program for Windows.
have significant correlation.
The result of analysis is presented in the
reading
interest,
continued
to
analyze
table
the
12
. TABLE 12 THE REGRESSION STUDENTS’ READING INTEREST AND READING COMPREHENSION WITH PARAPHRASING ABILITY SUMMARY ANOVAa
Model
Sum of Squares df Mean Square F Regression 1153,445 2 576,722 22,591 1 Residual 893,529 35 25,529 Total 2046,974 37 a. Dependent Variable: PARAPHRASING_ABILITY b. Predictors: (Constant), READING_INTEREST, READING_COMPREHENSION
Sig. ,000b
The second is the correlation between
III. CONCLUSION AND SUGGESTION
students’ reading comprehension (X2) and
3.1 Conclusion
paraphrasing ability (Y) with Ryx2 is 0.442. it Based on the result of findings presented in the previous chapter, the following conclusion can be drawn as follows.
reading
interest
(X1)
and
paraphrasing ability (Y). The result of Ryx1 is 0.731. it means that there is significant correlation between them. From the findings, it can be concluded that if students have high interest in reading English, so they can paraphrase the English text easily and well.
18
between them. From the finding, it can be concluded that if students have good ability in
The first is the correlation between students’
means that there is significant correlation
comprehending
text
and
they
can
comprehend it easily, therefore the ability of the students in paraphrasing ability an English text is also good, and they will get good ability in paraphrasing. The third is the correlation reading interest (X1) and reading comprehension (X2) the result is Rx1x2 = 0.387, it means that there is correlation. And the last the correlation
Hubungan Minat Baca Mahasiswa Dan Pemahaman Membaca Dengan Kemampuan Memparafrase .... (Rulik Setiani)
among students’ reading interest (X1) and
English
reading
with
knowledge.The lecturer also has to
paraphrasing ability (Y), the result is Ryx1x2 =
develop and improve their teaching
0.731. it means that there is significant
learning
correlation among them. It can be concluded
teaching reading and writing, and it
that if students have high interest in reading,
should be taught integrated, because
so they have good ability in comprehending
it can make the students easier to
text, of course they are able to comprehend it
comprehend the text in order to help
easily, therefore the ability of the students in
them increase their writing.
comprehension
(X2)
paraphrasing ability an English text is also
that
can
process
increase
especially
their
in
2. For other Researchers: this reasearch
good, and they will get good ability in
can
be
used
as
references
or
paraphrasing.
additional source to do the research with the same matter for other reseachers.
3.2 Suggestion Based on the result of this research which
3. The researcher hopes that the result
has been explained in the previous chapter,
of the study can give and add the
there are some suggestion which relate to
information for the readers that is
this research. It is stated as follows.
reading
1. For
English
Lecturer:
interest
and
reading
English
comprehension are the important
lecturer should give spirit and efforts
thing that the students should have,
to motivate the students to be
so they can increase their writing,
interested in reading many kinds of
especially paraphrasing ability.
English books, magazine, newspaper or everything that still relate to
REFERENCES
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: PustakaPelajar. Basrowi., Soenyono. 2007. Metode Analisis Data Sosial. Kediri: CV. Jenggala
19
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
Pustaka Utama. Brophy, Jere. 2010. Motivating Students to Learn. New York and London: Routledge. Brown, H., Douglas. 2004. Language Assessment, principle and classroom practices. New York: Pearson Education, Inc. Brown, H., Douglas. 2004. Teaching by Principle and Interactive Approach to Language Pedagogy. Boston: Pearson Education, Inc. Ebbers, Susan M. 2012. How to Generate Interest of Reading Comprehension Improves. Accessed from Online Journal. http:/academic. Cuesta. Edu/acasupp/AS/501. Htm. on Sunday November 13, 2013. Fraenkle, Jack., Norman E. Wallen., Hellen H. Hyun.2012. How to Design and Evaluate Research in Education. New York: San Francisco State University. Hidi,
Suzanne., and Renninger. 2006. The four Phases Mode of Interest Development.Educational Psychologist accessed from http://www7.nationalacademies.org/bose/Renninger_Commissioned_Paper.pdf Vol. 4 (2) 111-127.on Tuesday November 25, 2011.
Richards L., Jack. 2007. Methodology in Language Teaching. New York: Cambridge University. Richards. C. Jack. et.al. 2002. Language Teaching and Applied Linguistics. United Kingdom: Perason Education. Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Penelitian Pemula. Bandung: Alfabeta. Sugiyono.2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, CV. Veit., Gould., and Clifford. 1990. Reading, Writing, and Research. New York: Cambridge University.
20
MENULIS SASTRA BERBASIS HUMANIS DENGAN MODEL PAIKEM
Sri Widayati*)
Abstract
Teaching-learning literature, especially the writing of literature is still far from the expectation. Many factors cause this. One of the reasons for teaching is teacher-centered rather than student. Students do not become the center of learning (student-centered learning). Therefore, one solution to solve the problem is to use humanism based education approach, and learning model that is right for such an approach is PAIKEM-based literature learning model. Teaching-learning of literature writing with such approach and model may improve the ability of the students because they are free to be creative. Key words: writing literature, humanism, PAIKEM
pada kenyataannya memang seperti tetap
I. PENDAHULUAN Sampai saat ini masih kita dengar bahwa
pembelajaran
sastra
belum
memuaskan berbagai pihak, baik sastrawan, pemerhati pendidikan maupun guru. Bahkan, banyak yang menuding bahwa pembelajaran sastra Indonesia selama ini telah gagal. Dikatakan oleh Sarjono (2001:207) bahwa kondisi sangatlah
pembelajaran
sastra sejauh ini
mengecewakan.
Kekecewaan
terhadap pembelajaran sastra di sekolahsekolah hampir dirasakan banyak kalangan. Kondisi di atas adalah kondisi yang terjadi pada tahun 1980-an, yang didasarkan pada sejumlah
penelitian
dilaksanakan. bukanlah
suatu
yang
Dikatakan kebetulan
jalan di tempat.
saat
itu
juga
bahwa
jika
kondisi
pembelajaran sastra di sekolah-sekolah kita selama ini juga cenderung asal jalan dan
Kondisi di atas ternyata masih tetap berlangsung hingga sekarang. Sekolah yang dibayangkan
sebagai
tempat
belajar,
bermain, berteman, mengembangkan potensi dengan
prinsip
pendekatan psikomotorik,
pendidikan
kognitif, justru
melalui
afektif, menjadi
dan sumber
kegelisahan, kekhawatiran, dan kesusahan. Hal ini disebabkan oleh tugas-tugas yang memberatkan peserta didik, jumlah mata pelajaran yang banyak, ataupun hal-hal yang lain. Ditambah lagi guru yang otoriter, metode pengajaran yang monoton dan membelenggu,
tidak
up
to
date,
dan
sebagainya. Hal ini membuat peserta didik tidak bebas mengembangkan potensi,dan akhirnya hanya menjadi pengikut semua
*) Staf Pengajar di STKIP Muhammadiyah Kotabumi Lampung
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
ucapan, tindakan, dan perilaku guru yang
pada guru sastra atas rendahnya apresiasi
kurang kreatif dan sekaligus miskin daya
siswa
kritis. Bahkan, kondisi pembelajaran sastra
pandangan mereka, gagalnya pembelajaran
di sekolah saat ini tidak jauh berbeda dengan
sastra di sekolah lebih banyak disebabkan
kondisi pembelajaran sebelumnya, dan justru
oleh beberapa faktor yang kesemuanya
kian memprihatinkan.
berasal dari guru. Pertama, guru sebagai
Sebenarnya apa yang terjadi dengan pembelajaran sastra selama ini? Apakah ada yang salah dalam pembelajaran sastra? Kurikulum sudah beberapa kali mengalami perubahan,
pada
tahun
2006
muncul
kurikulum yang disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini masih berlaku sampai saat ini. Pembelajaran
sastra
terhadap
karya
sastra.
Dalam
sosok pengajar dianggap kurang memiliki kompetensi dan basis pengetahuan sastra yang mumpuni. Kedua, guru dinilai tidak kreatif dalam proses pembelajaran sastra di sekolah sehingga cenderung membosankan. Ini terjadi karena guru dinilai tidak memiliki strategi jitu. Ketiga, guru tidak memiliki rasa kecintaan terhadap karya sastra. Keempat, guru tidak mampu mengapresiasi karya
yang
masih
sastra dengan baik.
Kelima, kesalahan
dilekatkan pada pembelajaran bahasa pada
penafsiran guru terhadap standar kompetensi
KTSP, ternyata tetap tidak bisa memperbaiki
dan kompetensi dasar.
pandangan lama, yaitu pembelajaran sastra belum sampai pada tahap apresiasi, alias gagal. Apresiasi sastra yang dimiliki siswa belum signifikan. Pembelajaran sastra oleh banyak pengamat masih dikatakan belum berjalan secara optimal. Indikator utama yang memperkuat hal tersebut adalah masih rendahnya apresiasi dan minat baca rata-rata siswa lulusan SMA. Bahkan, dalam aspek pengetahuan sastra saja, mereka umumnya juga masih rendah. Fokus kegagalan dari pembelajaran
sastra
ternyata
banyak
diarahkan pada guru. Dalam sejumlah tulisan, be- berapa pemerhati sastra menjatuhkan vonis bersalah
22
Adanya
penilaian
tersebut,
sesungguhnya dapat dimaklumi. Mengapa demikian? Karena kenyataan di lapangan, memang acapkali dijumpai
guru sastra
(Bahasa Indonesia) yang tidak memperbarui pengetahuan mereka tentang seluk-beluk sastra. Mereka juga enggan melakukan pembaruan pengetahuan
yang berkaitan
dengan empat aspek keterampilan berbahasa sesuai dengan ruang lingkup pembelajaran bahasa
yaitu,
mendengarkan,
berbicara,
membaca, dan menulis. Guru juga banyak mengalami kesulitan dalam mengajarkan konsep
tertentu,
misalnya
mengajarkan
menulis sastra yang umumnya dimulai pada
Menulis Sastra Berbasis Humanis dengan Model Paikem (Sri Widayati)
kelas X semester 1 sampai dengan kelas XII
sastra. Padahal pembelajaran menulis sastra
semester 2.
harus
Berkaitan dengan membaca maupun menulis sastra, seorang sastrawan kita yaitu Taufik Ismail (1998:ii—iii) dengan sedihnya mengatakan
disampaikan
oleh
guru
karena
tercantum dalam standar isi pelajaran bahasa Indonesia SMA/MA kelas X sampai dengan kelas XII semester 1 dan semester 2. Alwasilah
bahwa siswa kita rabun
(2008:15)
menga-takan
membaca dan gagap menulis. Beliau pernah
bahwa belajar menulis bukan belajar teori-
melakukan pengamatan pada siswa tamatan
teori
SMA di 13 negara, yaitu SMA di Singapura,
mengawang-awang dan
Malaysia, Thailand, Brunei, Jepang, Kanada,
siswa mampu dan produktif menulis. Dari
New York, Jerman, Swiss, Rusia, Perancis,
pernyataan ini jelas bahwa bila siswa
dan Belanda mengenai pembelajaran sastra.
diharapkan mampu menulis maka ajarilah
Dari sekian SMA yang diamati, Taufik
siswa untuk menulis, bukan teori tentang
berkesimpulan bahwa siswa kita nol buku.
menulis. Bila siswa diharapkan mampu
Artinya,
yang
membaca maka ajarilah siswa membaca,
diwajibkan dibaca sampai tamat dan dibahas
bukan teori tentang membaca dan seterusnya.
tidak
ada
buku
sastra
sampai tuntas oleh siswa. Menurutnya, SDM kita di seluruh strata sangat lemah dalam
kebiasaan
membaca
buku
dan
kemampuan menulis. Berbicara masalah pembelajar- an menulis
sastra,
banyak
menulis
yang
cenderung
tidak menjamin
Berdasarkan paparan di atas terlihat bahwa
ternyata
pembelajaran
sastra,
terutama menulis sastra masih jauh dari yang diharapkan.
Banyak
menyebabkan
hal
faktor
tersebut.
Salah
yang satu
yang
penyebab karena pengajaran masih berpusat
beranggapan bahwa menulis sastra sebagai
pada guru dan bukan pada siswa. Guru
pembelajaran
sebagai pusat
yang sulit.
guru
tentang
Kesulitan
ini
memiliki otoritas penuh
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
terhadap
siswanya.
guru tidak pernah menulis atau menghasilkan
pembelajaran yang berjalan hingga saat ini
karya sastra, guru sulit menentukan metode
masih
dan strategi yang tepat, menantang sekaligus
dehumanisasi, yaitu pembelajaran
menyenangkan, guru sulit membangkitkan
terbelenggu. Terbelenggu oleh pembelajaran
motivasi siswa untuk bisa menemukan ide
yang bersifat konven- sional. Artimya, siswa
atau intuisi untuk menulis karya sastra, dan
tidak dijadikan pusat pembelajaran (student-
guru sulit menentukan media yang tepat
centered learning). Bagaimanakah upaya
untuk mendukung pembelajaran menulis
kita untuk benar-benar melepaskan pem-
pada
Dengan
tahap
kata
lain,
pembelajaran yang
23
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
belajaran dari keterbelengguan di atas?
membantu masing-masing individu untuk
Untuk mengatasi persoalan tersebut, tulisan
mengenal
ini memcoba memberikan solusi dalam
manusia yang unik dan membantu
mengajarkan menulis sastra, yaitu dengan
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam
menggunakan
diri mereka.
berbasis
pendekatan
humanisme.
pendidikan
Pendekatan
humanisme yang memberikan pene- kanan pengembangan
manusia.
Oleh
individu
karena
itu,
sebagai model
tersebut adalah model pembelajaran sastra
dalam
dkk., 2012:141—142) di antaranya ialah: a. Manusia itu mempunyai kemam- puan belajar secara alami. b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi
pelajaran
dirasakan
murid
mempunyai relevansi dengan maksud-
belajar humanistik dan bagaimana model PAIKEM
sebagai
yang penting menurut Rogers (dalam Subini
berbasis PAIKEM. Mengenai apa itu teori
berbasis
sendiri
Prinsip-prinsip dasar humanis- tik
pembelajaran yang tepat untuk pendekatan
pembelajaran
mereka
ini
dibangun berdasarkan teori belajar psikologi
pada
diri
maksud sendiri.
akan
c. Belajar yang menyangkut perubahan di
diuraikan berikut ini.
dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung
Teori Belajar Humanistik
untuk ditolaknya. Dikatakan
oleh
Subini
dkk
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri
(2012:138) bahwa dalam teori humanistik
ialah
yang menjadi tujuan bel- ajar adalah untuk
rendah,
dari sudut pandang pengamatnya.Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu 24
dapat
diperoleh
dan terjadilah proses belajar. f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
Teori belajar ini menurut Subini dkk.
belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan
pengalaman
dengan berbagai cara yang berbeda-beda
berhasil jika anak didik mampu memahami
berusaha memahami perilaku
dan
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa
sebaik-baiknya. Proses belajar baru dianggap
(2012:139)
dirasakan
dari luar itu semakin kecil.
berusaha mencapai aktualisasi diri dengan
dirinya sendiri dan lingkungannya.
mudah
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman
memanusiakan manusia. Dengan demikian, peserta didik dalam proses belajarnya harus
lebih
g.
Belajar
diperlancar
bilamana
siswa
dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung belajar itu.
jawab
terhadap
proses
Menulis Sastra Berbasis Humanis dengan Model Paikem (Sri Widayati)
h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuh- nya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur dan positif. 3.
dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari. i.
Kepercayaan
terhadap
diri
sendiri,
kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
Aplikasi
teori
humanistik
lebih
menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran
yang
mewarnai
metode-
metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi
Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri.
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri. 5.
Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung risiko dari perilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif, tetapi mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas segala risiko perbuatan atau proses belajarnya. 7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya.
fasilitator bagi para siswa, sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.
makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa
dan
memeroleh
mendampingi tujuan
siswa
untuk
pembelajaran.
Siswa
Pembelajaran Berbasis PAIKEM PAIKEM PSDMP
dan
(Pusbang
Tendik/Badan
PMP-Kemdiknas,
2011:5)
berperan sebagai pelaku utama (student
merupakan singkatan dari Pembel- ajaran
center) yang memaknai proses pengalaman
Aktif,
belajarnya
Menyenangkan. Pembelajaran adalah proses,
sendiri.
Di-harapkan
siswa
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
memahami potensi diri, mengembangkan
cara, perbuatan
potensi
makhluk hidup belajar.
dirinya
secara
positif
dan
men- jadikan orang atau Aktif adalah giat
meminimalkan potensi diri yang bersifat
bekerja, giat berusaha, mampu beraksi dan
negatif. Tujuan pembelajaran lebih kepada
bereaksi. Inovatif adalah bersifat memper-
proses belajarnya daripada hasil belajar.
kenalkan
Adapun proses
pembaruan (kreasi baru). Kreatif adalah
yang umumnya
dilalui
sebagai berikut:
sesuatu
yang
baru,
bersifat
memiliki daya cipta, memiliki kemampuan
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas. 25
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
untuk mencipta. membawa
Efektif adalah dapat
hasil,
berhasil
guna.
Menyenangkan adalah menjadi- kan senang, membuat senang hati. digunakan
Dalam PAIKEM
prinsip-prinsip
pembelajaran
Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan,
c. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan setiap
kompetensi
memiliki
dilakukan
dengan
pembelajaran orientasi
yang
keterampilan
terintegrasi menjadi satu kesatuan.
berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis adalah
dan
peserta
didik.
karak-teristik,
individual Peserta
didik
potensi,
dan
pencapaian
kecepatan belajar yang beragam. Oleh
kompetensi peserta didik. Dengan demikian,
karena itu, dalam kelas dengan jumlah
muara akhir hasil pem- belajaran adalah
tertentu, guru perlu memberikan layanan
meningkatnya kompetensi peserta didik yang
individual agar dapat mengenal dan
dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan,
mengembangkan peserta didiknya.
dan keterampilannya.
d. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip
Prinsip-Prinsip PAIKEM
pembelajaran tuntas (mastery learning) inovatif,
sehingga mencapai ketuntasan yang di-
menyenangkan
tetapkan. Peserta didik yang belum tuntas
merujuk pada pembelajaran
diberikan layanan remedial, sedangkan
dengan basis kompetensi memiliki prinsip-
yang sudah tuntas diberikan layanan
prinsip (Pusbang Tendik/Badan PSDMP dan
pengayaan
PMP-Kemdiknas,
kompetensi berikutnya.
Prinsip kreatif, (PAIKEM)
pembelajaran efektif,
dan
aktif,
2011:6—7)
sebagai
atau
melanjutkan
pada
e. Pembelajaran dihadapkan pada situasi
berikut:
pemecahan masalah, sehingga peserta a. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik
menjadi
subjek
pembelajaran
sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya. b. Integral agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara utuh.
26
didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan.
Berpikir
kritis
adalah
kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan,
menganalisis
asumsi
dan
Menulis Sastra Berbasis Humanis dengan Model Paikem (Sri Widayati)
pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah
percobaan,
suatu kegiatan mental untuk mening-
melakukan wawan- cara, siswa belajar
katkan
banyak melalui berbuat.
kemurnian
(originality)
dan
ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan Kemampuan
sesuatu
meme-
(generating).
cahkan
masalah
(problem solving) adalah kemampuan
melakukan
b. Komunikasi,
bentuknya
penyelidikan,
antara
lain:
mengemukakan pendapat, presen- tasi laporan, memajangkan hasil kerja, ungkap gagasan,
tahap tinggi siswa dalam mengatasi
c. Interaksi bentuknya antara lain: diskusi,
hambatan, kesulitan maupun ancaman.
tanya jawab, lempar lagi pertanyaan,
Metode
(metode
kesalahan makna berpeluang terkoreksi,
pemecah- an masalah) bukan hanya
makna yang terbangun semakin mantap,
sekedar metode mengajar, tetapi juga
kualitas hasil belajar meningkat
problem
solving
merupakan suatu metode berpikir, sebab
d. Kegiatan
refleksi
yaitu
memikirkan
dalam problem solving dapat digunakan
kembali apa yang diperbuat/ di-pikirkan,
metode-metode lainnya dimulai dengan
yaitu: Mengapa demikian? Apakah hal itu
mencari data sampai kepada menarik
berlaku untuk …? Untuk perbaikan
kesimpulan.
gagasan/makna. Untuk tidak mengulangi
f. Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi
dan
memberikan
multimedia pengalaman
sehingga belajaran
beragam bagi perserta didik.
kesalahan. Peluang lahirkan gagasan baru. Dari karakteristik PAIKEM ter-sebut, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk meng- gunakan otoritas atau haknya
Karakteristik PAIKEM
dalam
membangun
gagasan.
Tanggung jawab belajar, memang berada
Sesuai dengan singkatan PAIKEM, maka
pada diri siswa, tetapi guru bertanggung
pembelajaran yang berfokus pada siswa,
jawab dalam memberikan situasi yang
makna,
dan
mendorong prakarsa, motivasi, per- hatian,
kemandirian siswa, serta konteks kehidupan
persepsi, retensi, dan transfer dalam belajar,
dan lingkungan ini memiliki empat ciri yaitu:
sebagai bentuk tanggung jawab siswa untuk
mengalami,
belajar
aktivitas,
pengalaman
komunikasi,
interaksi,
dan
sepanjang
hayat.
Untuk
itu
refleksi (Pusbang Tendik/Badan PSDMP dan
dibutuhkan guru yang benar-benar memiliki
PMP-Kemdiknas, 2011:7—8).
kepedulian tinggi terhadap pembel ajaran.
a. Mengalami (pengalaman belajar) antara lain: melakukan pengamatan, melakukan 27
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
dari masyrakat kita. Sebagian kecil itu adalah
II. PEMBAHASAN Pada dasarnya karya sastra seperti dikatakan
oleh
Sujarwanto
(2002:508)
adalah karya seni hasil pergulatan batin pengarang
terhadap
masalah-masalah
kehidupan mengan- dung moral yang tinggi. Karya sastra dapat difungsikan secara efektif untuk membentuk watak dan moral manusia. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa karya sastra merupakan fakta historis yang berisi nilai-nilai
kemanusiaan,
keluhuran,
kehalusan budi, mem- bangun emosi, nilai agama, dan moralitas kehidupan. Sastra juga berisi refleksi, kontemplasi, dan interpretasi nilai-nilai kehidupan, konflik sosial dan kemanusiaan secara universal, serta filsafat kehidupan yang mendalam. Dari hal di atas dapat dilihat bahwa sastra sarat dengan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Melalui sastra, banyak manfaat yang dapat diperoleh pembaca. Sastra dapat dipakai sebagai sarana untuk mendidik karena sastra mengandung berbagai nilai seperti nilai moral, edukasi, religius. Karya sastra
mampu
menggerakkan
pikiran
pembacanya untuk merenungkan hakikat hidup berdasarkan berbagai macam situasi yang
disajikan
dan
dibentuk
melalui
pengalaman-pengalaman imajinatif (Suminto dalam Sujarwanto, 2002:513). Sayangnya sastra
yang
sarat
dengan
nilai-nilai
kehidupan jarang dijamah oleh masyarakat kita. Sastra hanya dijamah sebagian kecil
28
peminat
yang
memang
mencurahkan
perhatiannya pada sastra. Karya sastra selama ini diyakini mampu memompa dan membangun karakter manusia yang bermoral. Bahkan, mendiang Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy pernah
mengatakan,
Bengkok
‘Ketika
Politik
Sastra akan Meluruskanya’.
Artinya, jika politik itu kotor, sastralah yang membersihkannya. Chairul Harun pernah mengatakan bahwa sastra dapat digunakan sebagai ‘human control’ karena karya sastra merangsang pembaca melakukan penyadaran tentang berbagai masalah secara langsung dan sekaligus. M.H Ainun Najib pun mengatakan
bahwa
sastra
dapat
mendisiplinkan manusia pada nilai-nilai dasar kemanusiaan, mengembalikan manusia pada kewajaran, meng-‘ihrom’-kannya. Berdasarkan hal di atas dapat ditarik suatu simpulan bahwa karya sastra dapat menjadikan seseorang lebih bermoral karena dapat me- ngontrol segala tindakan kita yang mungkin menyimpang dari aturan-aturan yang ada.
Sastra menjauhkan seseorang
untuk berbuat yang tidak baik. Dengan kata lain, sastra dapat menjadikan seseorang memiliki karakter yang baik. Eksistensi sastra
yang demikian itu, memberikan
harapan kepada kita bahwa sastra mampu mengubah kondisi bangsa ini yang sedang mengalami krisis akhlak dan krisis moral. Dikatakan oleh Soedarsono (2008:5—6)
Menulis Sastra Berbasis Humanis dengan Model Paikem (Sri Widayati)
bahwa kondisi bangsa Indonesia sejak tahun
fasilitator, dan moderator tidak akan berjalan
1977
hingga
multidimensi
sekarang yang
dilanda
krisis
dengan baik jika guru tidak pernah membaca
dampaknya
dapat
karya sastra. Dengan perannya ter- sebut,
dirasakan hingga saat ini. Berawal dari
seorang
adanya krisis moneter, ekonomi, politik,
“penunjuk jalan” bagi para siswanya. Oleh
hukum, kepercayaan, kepemim pinan, dan
karena itu, sebagai penunjuk jalan, guru
yang sangat fatal adalah adanya krisis akhlak
harus mengetahui benar liku-liku jalan dan
dan
menguasai
moral
yang
mempunyai
dampak
berkelanjutan sampai hari ini. Krisis yang
guru
dituntut
benar
sebagai
berbagai
seorang
objek
yang
menjadi perhatian siswa.
semula merupakan krisis identitas menjadi
Adanya tuntutan guru sebagai “penunjuk
lebih dalam karena menyangkut masalah hati
jalan” dalam pembelajaran sastra, mungkin
nurani yang men-cerminkan adanya krisis
untuk saat ini hanya ‘mimpi di siang bolong’
karakter, terlebih lagi adanya krisis yang
atau mimpi yang terlampau muluk. Namun,
berkaitan dengan jati diri.
mimpi itu perlu dilakukan karena dengan
Salah satu cara untuk memperbaiki
mimpi
adalah
mungkin
mewujudkannya. Mimpi membuat seseorang
memberikan bacaan sastra dan sekaligus
menjadi lebih optimis untuk maju. Untuk
memberikan pem- belajaran sastra kepada
mengejar mimpi tersebut tentu saja dituntut
siswa. Pembelajaran sastra sangatlah diperlu-
adanya kesadaran dan keikhlasan guru untuk
kan bagi pembentukan karakter siswa. Oleh
mengubah sikap. Bagaimanapun juga guru
karena itu, tentunya guru berperanan penting
selaku
dalam
dalam
kondisi bangsa ini dari dekadensi moral.
pembelajaran sastra harus berperan sebagai
Salah satu caranya yaitu membiasakan
motivator,
dirinya dan siswa untuk men- dengarkan,
diri
hal
dengan
ini.
sedini
Seorang
informator,
guru
fasilitator,
dan
itulah
pendidik
ada
usaha
perlu
untuk
menyelamatkan
berbicara, membaca, dan menulis karya
moderator. Peran guru di atas tentunya menuntut
sastra.
Harapan ini memang terlalu muluk,
adanya kemauan guru untuk memiliki rasa
tetapi harapan tersebut perlu dinyalakan
cinta terhadap karya sastra karena hakikat
supaya api semangat untuk menuntun bangsa
pembelajaran sastra adalah membawa siswa
ini kembali ke “jalan yang benar” tetap
ke arah pengalaman sastra. Siswa tidak akan
berkobar. Hal-hal yang perlu dilakukan guru
memeroleh pengalaman sastra, seandainya
adalah
guru selaku pelaku pembelajaran tidak
sebaiknya untuk proses belajar mengajar
pernah
Tentu
yang akan dilaksanakan. Persiapan-persiapan
perannya sebagai motivator, informator,
yang perlu dilakukan berkaitan dengan
membaca
karya
sastra.
melakukan
persiapan
sebaik-
29
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
materi, media dan tidak kalah pentingnya
sebagai
kemampuan
penguasaan
menyiapkan strategi dan metode yang akan
pembelajaran secara luas dan mendalam
digunakan. Untuk dapat memenuhi tuntutan
yang
PAIKEM maka diperlukan guru yang peduli,
peserta didik memenuhi standar kompetensi
cerdas, semangat, smart, menyenang- kan,
yang ditetapkan dalam standar nasional
profesional, dan juga guru yang humanistik.
pendidikan.
memungkinkannya
materi
membimbing
Menurut Undang-undang no 14 tahun 2005 dan PP no 19 (dalam Rusman, 2011:22—23)
seorang
guru
harus
profesional dan setidaknya memiliki 4 kompetensi dasar dalam keprofesiannya yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi
sosial,
dan
kompetensi profesional. Kompetensi paedagogik diarti- kan sebagai kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pem- belajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan
peserta
didik
Kompetensi kepribadian di- artikan kemampuan
kepri-badian
yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa. Menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhak mulia. Kompetensi sosial diartikan sebagai kemampuan pendidik dalam memhubungan
masyarakat
sebagai
untuk
bagian
dari
berkomunikasi
dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta
didik
dan
masyarakat
sekitar. Kompetensi profesional diartikan 30
tugas-tugas
secara efektif dan efisien, menurut Ardiasyah (2011) para guru harus memiliki kompetensi tertentu, sebagai “instructional leader” guru harus memiliki 10 kompetensi, yakni: 1. mengembangkan kepribadian; 2. menguasai landasan kependidikan; 3. menguasai bahan pengajaran; 4. menyusun program pengajaran; 5. melaksanakan program pengajaran; 6. menilai hasil dan proses belajar mengajar; 7.menyelenggarakan program bimbing an; 8.menyelenggarakan administrasi sekolah; 9.kerja sama dengan sejawat dan masyarakat; 10.menyelenggarakan penelitian seder- hana untuk keperluan pengajaran. Dengan
bekal
tersebut
di
atas,
sekarang saatnya kita sebagai pendidik
dimilikinya.
bangun
menjalankan
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang
sebagai
Untuk
menunjukkan eksistensi sebagai manusia yang berkesadaran. Kita harus memulai mengenal dan memahami realitas dengan cara terjun langsung pada permasalahan yang muncul dari masyarakat, juga membaca buku-buku pengetahuan, baik yang bersifat klasik maupun kontemporer sehingga tidak ketinggalan informasi. Apabila agenda besar dalam melakukan pendidikan kritis dapat terealisasikan, saat itulah muncul yang namanya “pembebasan”.
Oleh karena itu,
untuk mencapai sasaran yang diinginkan
Menulis Sastra Berbasis Humanis dengan Model Paikem (Sri Widayati)
perlu dibuat skenario pembelajaran seperti
Untuk
dapat
membuat
langkah-langkah
berikut ini.
pembelajaran (skenario) dengan baik, guru harus memahami terlebih dahulu SK dan KD
Skenario Pembelajaran
yang terdapat dalam standar isi. Standar
Pada bagian ini akan disajikan contoh
Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam
pembelajaran menulis puisi yang merupakan
standar
implementasi teori humanstik dengan model
SMA/MA kelas X sampai dengan kelas XII
pembelajaran berbasis PAIKEM di sekolah.
semester
Standar Kompetensi
isi
1
pelajaran
dan
bahasa
semester
Indonesia
2,
yaitu:
Kompetensi Dasar
2.Menulis 8. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi
8.1 Menulis puisi lama dengan memperhatikan bait, irama, dan rima 8.2 Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima
Menulis 16.Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen
16.1 Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar) 16.2 Menulis karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar)
Menulis 8.Mengungkapkan infomasi melalui penulisan resensi
8.1 Mengungkapkan prinsip-prinsip penulisan resensi 8.2 Mengaplikasikan prinsip-prinsip penulisan resensi
Menulis 16.Menulis naskah drama
16.1 Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama 16.2 Menarasikan pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama
Menulis 8.Mengungkapkan pendapat, informasi, dan pengalaman dalam bentuk resensi dan cerpen
8.1 Menulis resensi buku kumpulan cerpen berdasarkan unsur-unsur resensi 8.2 Menulis cerpen berdasarkan kehidupan orang lain (pelaku, peristiwa, latar) 31
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
Menulis 16.Mengungkapkan pendapat 16.1 Memahami prinsip-prinsip penulisan kritik dalam bentuk kritik dan dan esai esai 16.2 Menerapkan prinsip-prinsip penulisan kritik dan esai untuk mengomentari karya sastra
1.
Kegiatan Awal Pada bagian awal ini kegiatan yang
dilakukan adalah pengondisian kelas agar peserta
siap
menerima
materi
dengan
kegiatan:
-Penjelasan tentang dimensi kompetensi, alokasi
waktu
dan
skenario
pembelajaran, dan strategi pembelajaran. Pengondisian
kelas
diawali
dengan
menampilkan Games, ‘Sukses itu mudah kalau tahu caranya’
yang melibatkan
peserta, yaitu menghitung 1—20 secara berurutan. Permainan dilakukan bergantian dengan
peserta.
Pemain
yang
dapat
menyebutkan angka 20 adalah pemenangnya. Setiap pemain hanya diperbolehkan menyebutkan maksimal dua angka. Permainan bertujuan untuk menun- jukkan bahwa sukses itu mudah kalau kita tahu caranya. Permainan ini tampak mudah, tetapi kalau pemain tidak tahu kuncinya pasti akan selalu kalah.
slide
yang
berupa
deskripsi tentang seorang ibu. Slide ini diiringi lagu Kasih Bunda yang dinyanyikan oleh Melly Guslaw. Untuk menambah
-Perkenalan
indikator,
2.Kegiatan Inti a. Eksplorasi Penayangan
Begitu
pula
dengan
mengajar,
tampaknya mudah, tetapi sulit untuk sukses kalau guru tidak paham kunci-kuncinya.
suasana,
deskripsi
menggunakan
dibacakan
intonasi
dan
dengan
pengaturan
volume yang baik. Setelah selesai peserta diminta untuk merenungkan dan menghayati tentang peran ibundanya masing-masing. Memikirkan dan merasakan betapa besar kasih sayang seorang ibu. Kasih sayang ibu ini sering tidak sebanding dengan kasih sayang kita sebagai seorang anak. Bahkan, kita
sering
berlaku
kasar
dan
sering
melupakan seorang ibu. Ketika hati dan perasaan peserta telah tersentuh, renungan dihentikan. Suasana dibiarkan hening, peserta dibiarkan bermainmain dengan perasaannya masing-masing. Setelah suasana kembali membaik, peserta diminta untuk menulis sebuah puisi tentang ibu berdasarkan perasaan, pikiran, atau apapun yang terlintas tentang ibu. Kegiatan ini merupakan kegiatan eksplorasi. Kegiatan yang mengekplorasi ke- mampuan peserta
32
Menulis Sastra Berbasis Humanis dengan Model Paikem (Sri Widayati)
untuk menuliskan ide, gagasan, perasaan,
dilakukan oleh pendidik berdasarkan teori-
pikiran atau apapun yang dirasakan peserta.
teori tentang penulisan puisi yang berkaitan
Tulisan apapun yang dihasilkan peserta tetap
dengan bahasa, rima, irama, bait, dan yang
dihargai dan tidak ada yang dinyatakan benar
lainya berdasarkan SK dan KD yang akan
atau salah.
dicapai.
b. Elaborasi Setelah selesai menulis puisi, salah
2.Kegiatan Akhir
satu peserta diminta untuk menayangkan
Berupa refleksi tentang pembelajaran
hasil karyanya dan membacakannya. Perserta
menulis
lain diminta untuk mencermati hasil karya
Refleksi ini merupakan tanggapan atau
yang ditayangkan kemudian memberikan
komentar dari peserta tentang pelaksanaan
komentar saran dan usulan untuk perbaikan
pembelajaran
hasil karya yang di- tayangkan berdasarkan
dilaksanakan. Dari refleksi ini guru akan
alasan-alasan
langsung
tertentu.
Di
sini
peran
yang
baru
saja
menulis
mengetahui
dilaksanakan.
puisi
bagaimana
yang
reaksi
guru/pendidik, yaitu menghidupkan suasana
peserta terhadap pembelajaran yang dilak-
diskusi agar diskusi berjalan dengan baik.
sanakan. Dengan demikian, guru dapat
Kegiatan ini merupakan kegiatan elaborasi,
memperbaiki pembelajaran untuk berikutnya.
yaitu penggabungan secara cermat pendapat-
Agar pembelajaran menulis sastra
pendapat dari peserta dengan harapan bahwa
dapat
hasil yang didiskusikan menjadi lebih baik.
diharapkan, skenario pem- belajaran perlu
c. Konfirmasi
dilengkapi dengan hal-hal sebagai berikut:
Kegiatan
selanjutnya
adalah
konfirmasi, yaitu penegasan, penge- sahan, atau
pembenaran
yang dilakukan
guru/pelatih/pendidik. No
Penegasan
oleh
berjalan
sesuai
dengan
yang
1. Media : LCD dan Laptop 2. Evaluasi: Teknik : Penilaian individual 3. Alat : Instrumen penilaian dan lembar pengamatan
ini
Nama Siswa 1
Hal yang diamati 2 3
4
1 2 3 4
Keterangan 1. 2. 3. 4.
Menyampaikan gagasan/ide Menanggapi gagasan/ide Terlibat secara aktif selama kegiatan Melaporkan hasil kegiatan
33
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
Implementasi Pembelajaran Huma- nistik dengan Model Pembelajaran PAIKEM
tanpa batas. Adanya kebebasan ini tentunya
Berdasarkan skenario pembel- ajaran
menarik. Guru yang memiliki berbagai
yang telah dirancang di atas, jelas bahwa
kompetensi, ter- utama kompetensi yang
pembelajaran
menggunakan
berkaitan dengn teknologi informatika akan
pendidikan kritis dengan pendekatan teori
mudah melakukan pembelajaran menulis
belajar humanistik. Ada tiga ciri pokok
sastra.
pendidikan kritis, yaitu belajar dari realitas,
pernah bersinggungan dengan teknologi
tidak menggurui, dan dialogis. Pembelajaran
informasi, mereka akan sulit meningkatkan
yang dialogis ini yang kemudian banyak
kemampuan
memunculkan kesadaran akan diri manusia,
berbasis PAIKEM tidak akan berjalan sesuai
lingkungan,
dan
akan
dengan yang kita harapkan tanpa adanya
ketuhanan.
Dialog
ini
kemauan untuk mengubah diri menjadi guru
tersebut
juga
kesadaran
yang
terbangun
kemudian disusul dengan mem- praktikkan
akan membuat pembelajaran sastra semakin
Berbeda dengan guru yang tidak
siswa.
Pembelajaran
yang
yang profesional.
pendidikan “ko-eksistensial”, yaitu para guru dan para peserta didik sama-sama bertindak
III. SIMPULAN
terhadap kenyataan, sama-sama menjadi Pembelajaran sastra yang di- berikan
subjek-subjek, bukan hanya dalam tugas menyikapi kenyataan, supaya mengetahuinya secara kritis, namun juga dalam tugas menciptakan kembali pengetahuan tadi. Hal ini sangat berat, namun yang jelas dengan mendialogkan
antara
pengetahuan
dan
realitas, akan tercipta pengetahuan baru yang merefleksikan kembali cita-cita, harapan, dan pemikiran
yang
bersumber
pada
rasa
Dengan model pembelajaran di atas, siswa tidak didikte atau dijejali dengan teori yang berkaitan dengan menulis sastra. Penjejalan teori tidak akan menyebabkan terampil
menulis,
tetapi
hanya
penghapal teori dan tidak mampu menulis Siswa diberikan kebebasan untuk berkreasi 34
banyak
manfaat
karena
sastra
berisi
bermacam-macam
nilai.
Nilai
yang
terkandung dalam sastra, seperti nilai moral, nilai
religius,
nilai
edukasi.
Nilai-nilai
tersebut paling tidak dapat membentuk pribadi manusia yang berkarakter baik karena nilai-nilai itu dapat digunakan sebagai pengontrol
kemanusiaannya.
siswa
kepada siswa sebenarnya akan memberi
dalam setiap tindakan kita.
Sastra juga dapat membersihkan jiwa yang kotor. Bahkan, sastra juga dapat mengihromkan manusia. Rasa tanggung jawab terhadap krisis moral dan akhlak yang melanda negeri ini, perlu dimiliki oleh para pendidik, terutama guru sastra. Peran guru sastra sangat penting
Menulis Sastra Berbasis Humanis dengan Model Paikem (Sri Widayati)
sebab melalui pembelajaran sastra yang baik,
menuangkan gagasan, ide, dan perasaannya
siswa banyak memeroleh pengalaman hidup
tanpa rasa takut. Takut terhadap guru, takut
dan kehidupan. Pengalaman inilah yang
salah, takut tidak sesuai dengan teori dan
mampu membawa peserta didik berjalan di
sebagainya. Dengan model tersebut, siswa
jalan yang benar. Salah satu alternatif agar
merasa senang, termotivasi, melatih kon-
pembelajaran sastra sesuai dengan harapan
sentrasi, ketelitian, tertantang, tetapi tidak
semua pihak adalah dengan menerapkan
membuat
belajar,
tidak
model PAIKEM.
mengantuk, dan menjadikan siswa
aktif.
Pembelajaran sastra model PAIKEM
tegang
dalam
Dengan demikian, jelas bahwa pembelajaran
dapat dikategorikan sebagai pembelajaran
menulis sastra dengan
yang humanis yaitu pembelajaran yang
seperti yang telah disampaikan merupakan
memanusiakan manusia. Pembelajaran yang
model
mem- bebaskan siswanya untuk berkreasi,
humanis, memanusiakan manusia.
pembelajaran
model PAIKEM,
yang
benar-benar
DAFTAR RUJUKAN Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. 2008. Pokoknya Menulis. Bandung: Kiblat Buku Utama. Ardiansyah, M. Asrori (http://www.majalahpendidikan.com/2011/05/kompetensi-guru.html diunduh tgl. 3 September 2012) Ismail, Taufik. 1998. Rabun Membaca dan Lumpuh Menulis. Jakarta: Yayasan Indonesia. Pusbang Tendik/Badan PSDMP dan PMP-Kemdiknas. 2011. PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenamgkan): Suplemen Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Pengawas Sekolah. Rusman. 2011. Model-Model pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. JakartaPersada: PT Raja Grafindo Sarjono, Agus R.2001. Sastra dalam Empat Orba. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Soedarsono, 2008. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa: Peran Penting dan Hasrat untuk Berubah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Subini, Nini dkk. 2012. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka Sujarwanto dan Jabrohim (Ed). 2002. Bahasa dan Sastra Indonesia: Menuju Peran \Transformasi Sosial Budaya Abad XXI. Yogyakarta: Gama Media.
35
IMPROVING STUDENTS’ READING COMPREHENSION OF HORTATORY EXPOSITION TEXT THROUGH TWO STAY TWO STRAY TECHNIQUE AT THE ELEVEN SCIENCE PROGRAM OF MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 NORTH LAMPUNG
Nur Isnainiyah*)
Abstrak Kemampuan memahami bacaan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh pemelajar bahasa Inggris karena hal ini dapat menambah pengetahuan siswa dalam segala bidang dan dapat membantu mempercepat pemahaman linguistik mereka terhadap bahasa yang dipelajari. Akan tetapi, masih banyak siswa sekolah menengah atas yang mengalami kesulitan dalam memahami bacaan yang mereka baca. Hal ini juga dialami oleh sebagian besar siswa kelas XI program IPA Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2, Lampung Utara yang menjadi subyek penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proses peningkatan kemampuan siswa dalam memahami bacaan bergenre” hortatory exposition” melalui penerapan tehnik mengajar “Two Stay Two Stray” (TSTS). Berdasarkan analisa data diketahui bahwa penerapan TSTS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan juga kemampuan siswa kelas XI program IPA MAN 2 Lampung Utara pada tahun pelajaran 2012/2013 dalam memahami bacaan.bergenre hortatory exposition. Sementara itu, prosedur penerapan teknik mengajar TSTS yang dilakukan adalah: siswa menyelesaikan tugas belajar dalam sebuah kelompok kecil; dua siswa bertamu kepada kelompok lain untuk bertukar informasi sementara dua siswa yang lain tetap tinggal dikelompoknya untuk menunggu tamu; dan siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka. Key words: Cooperative Learning, Two Stay Two Stray, Reading Comprehension, Hortatory Exposition Text, Classroom Action Research
As a result, it will foster students’ language
A. PENDAHULUAN Reading comprehension is one of the
acquisition (Harmer, 1998:68)
four important skills that should be mastered by any students who learn English because of its many benefits, such as
providing
good models for students’ writing and chance for unconscious learning of all components which make up a written text.
Even though it is very important to have good reading comprehension, there are many students in grade eleven of Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Lampung Utara, North Sungkai, North Lampung, academic yea
2012/2013
have
comprehension competence.
*) Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris MAN 2 Lampung Utara
low
reading
Improving Students’ Reading Comprehension Of Hortatory Exposition Text Through Two Stay ... (Nur Isnainiyah)
Based on the reflection done by the teacher,
it
is
teaching
main ideas in a text and exploring the
technique is one of the factors causing this
organization of a text are essential activity
problem. Therefore, one of the solutions is
for good comprehension. Comprehension
by
teaching
occurs when readers are able to understand,
technique such as Two Stay Two Stray
remember and communicate with others
Technique (TSTS).
about what they have read.
applying
predicted
an
that
discussed. Raising students’ awareness of
appropriate
To sum up, reading comprehension is the ability of understanding written text as a
The Notion of Reading Comprehension
result of complex interaction between the
There have been various definitions
text and the reader which is shaped by the
about reading. Silberstein (1994:21) stated
reader’s
that reading is an active process of
attitude, and language community which is
interacting
monitoring
culturally and socially situated. To improve
comprehension to establish meaning. Nuttal
students’ reading comprehension, it requires
(1996:11) stated that reading is a highly
continuous
effective means of extending our command
refinement.
with
print
and
prior
knowledge,
practices,
experiences,
enhancement
and
of language. Meanwhile, reading is also said as not a passive experience because it
The Procedure of Teaching Reading
requires active participation of the reader’s interpretation.
In
support,
Different skill needs to be attained in
Alyousef
teaching will also lead to the different
(2005:144) stated that reading can be seen as
procedure should be applied. Phillips’s in
an “interactive” process between a reader
Hadley (2000:209) developed five stages
and a text which leads to automaticity.
should be applied in teaching reading. Those
Meanwhile, Barnett in Brown (2001:177)
five stages are:
stated that reading is also seen as a mental process because readers actively produce understanding. In reading, comprehension is the primary Klingner
purpose
(Richards,
(2007:151)
1997:277).
stated
1.
Pre-teaching Stage
2.
Skimming/Scanning Stage
3.
Decoding/Intensive Reading Stage
4.
Comprehension Stage
5.
Giving exercise
that
Unlike Philip who divided the procedure of
comprehension is a person’s ability to
teaching reading into five stages, Murphy
understand what is being read or being
and
Cooper
in
Djuwarsih
(2008:36) 37
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
suggested some stages in teaching reading,
accountability,
namely: pre-reading activity, while reading
processing
activity and post reading activity.
heterogonous grouping (Tan in Cahyono and
The Notion of Hortatory Exposition Text
collaborative group
skills,
interaction,
and
Widiarti, 2004:172; Huda, 2011:46; Jhonson and Roger in Lie, 2008:31-34)). It is trough
According to Hartono (2005:4), text
interaction with others that students get
is a unit of meaning which is coherent and
feedback about what they have done in
appropriate
Hortatory
relation with their attitude and their learning,
exposition is one of text types. It belongs to
so that they know how to behave and know
argumentative text (Derewianka, 1992:75)
what to do in a cooperative work (Huda,
which
2011:4). In addition, Harmin
for
concerned
its
context.
with
the
analysis,
in Isjoni
interpretation and evaluation of the world
(2007:24)
around us. The purpose of this text is to take
cooperation students are given various
a position on some issues and justify, but the
learning experiences such as expressing
emphasis is on persuading someone to the
ideas
writer’s or the speaker’s point of view.
appropriate. So, in this way, students are
The Notion of Two Stay Two Stray (TSTS) Technique
and
stated
that
deciding
through
which
learning
ideas
are
seen as the subject of learning who are able to find and proceed their understanding through interaction with others.
TSTS is a teaching technique under cooperative learning. In Cooperative learning, the activity is emphasized on group which is based on the socially structured change of information between learners in group. In the activity, each learner is held accountable for his or her own learning and
The procedure of applying TSTS is as the following: 1. Teacher
presents
the
learning
material. 2. Students work in a small group consisting of four students.
is motivated to increase the learning of other
3. Teacher gives the learning task to be
(Roger, et al in Huda, 2011:29; Slavin,
discussed and accomplished together
2008:4)) .
by the group
The key concepts and techniques for enhancing the value of learner’s interaction in cooperative learning models such as TSTS include: positive independence, individual
38
4. Having accomplished the task, two members of each group are asked to leave their group and give a visit to two other members of another group.
Improving Students’ Reading Comprehension Of Hortatory Exposition Text Through Two Stay ... (Nur Isnainiyah)
5. Two students who stay in their group,
B. RESEARCH METHODOLOGY
serve as the hosts, have duty to share
This research was a classroom action
information and the result of their
research (CAR) which used the design
discussion to the guests.
developed by Kemmis and McTaggart
6. The hosts end the visit and return to
(Arikunto,
2006:93)
which
consist
of
their original group to share their
planning, treatment and observation and
findings.
reflection.
7. Every group compares and discusses their work. The above stages should be applied chronologically so that it can enhance students’ active participation in the learning process. Besides, during the application of TSTS, it is needed teacher’s competence to optimize his/her role in order that the
Based on the problems and the theories previously explained, it is necessary to conduct a classroom action research under the research question: “how to improve reading
comprehension
2 Lampung Utara. The subject of this research was grade XI students of science program which consisted of 40 students in which many of them still have low reading comprehension. The instruments used to collect the data in this research were a multiple choice
teaching learning process runs effectively.
students’
This research was conducted at MAN
of
hortatory exposition text at grade XI science program of MAN 2 Lampung Utara of
test which consists of 25 questions and observation sheets. The test was given twice: at the end of the first cycle, and at the end of the second cycle. The observation sheets were used to measure the students’ activity and the teacher’s activity during the teaching and learning process using TSTS technique.
academic year 2012/2013 through Two Stay Two Stray Technique (TSTS)?.” Meanwhile, the purpose of conducting this research is to describe the process of implementing TSTS to improve students’ reading comprehension so that it can be a practical solution of the students’
problem
on
reading
comprehension. Besides, it can improve teacher’s expertise dealing with a current teaching technique.
C. RESEARCH RESULT AND DISCUSSION The first cycle of this research consisted of two meetings for conducting teaching and learning process and one meeting for conducting the test.
The
learning material taught in this cycle was a hortatory exposition text. In the stage of planning, the researcher prepared the lesson
39
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
plan, learning material, group work sheet and
real group. In their group, students shared
observation
information gotten from the visit.
sheets.
Meanwhile,
the
Some
implementation of the first cycle consisted of
information was similar with the result of
two meetings for conducting teaching and
their discussion. However, there was also
learning process and one meeting to conduct
some information different from their ideas.
the test. The teaching and learning process
Therefore, they have to discuss again to
was divided into pre activity, whilst activity
reach consensus. Finally, the representatives
and post activity.
of some groups were asked to give
The implementation of the second
presentation based on the result of their
meeting was also based on the lesson plan
discussion.
has
delivering
giving presentation were encouraged to give
students’ worksheet and giving instruction
their comments. This activity lasted about
on what students should do, teacher also
15 minutes.
motivated students to cooperate with their
gave necessary clarification on the students’
partners better than before so that they all
presentation.
been
designed.
After
have high understanding of the material. While
students
were
discussing
Other groups who were not
In this activity, teacher also
The last activity or the post activity
the
was conducted for about 10 minutes. In this
assignment in their groups, teacher was also
activity, teacher guided the students to
monitoring and giving necessary guidance.
conclude the material has been learned. The
Some groups could answer the questions in
teacher also informed students that there
quite short time because the vocabulary used
would be a test to measure their reading
in the text was quite familiar for them in
comprehension on the following meeting.
addition to the topic which was familiar.
Besides, the teacher also advised students to
However, few groups still need longer time.
practice their reading comprehension at
Having finished doing the assignment,
home so that their groups get the reward of
teacher ordered two members of each group
the best group.
to have visit to another group. The group
a. Observation
which they should visit was different from the ones they visited in the previous meeting. This activity took about 10 minutes. In this new group formation, students also shared ideas based on the result of discussion in their real group. After having a visit for about 10 minutes, students were back to their 40
Observation was conducted during the action implementation. The observer used
the
observation
sheet
has
been
prepared. The summary on the result of the observation students’ activity can be seen below:
Improving Students’ Reading Comprehension Of Hortatory Exposition Text Through Two Stay ... (Nur Isnainiyah)
TABLE 1 DATA OF STUDENTS’ LEARNING ACTIVITY IN CYCLE 1
NO OBSERVED ACTIVITY
1 2 3 4
5 6 7 8
Paying attention on teacher’s explanation Answering the teacher’s question Asking question Giving presentation/paying attention on other group’s presentation Doing the assignment in the group Showing respect to others Helping each other in doing the assignment Showing responsibility in doing the assignment
PERCENTAGE OF EACH INDICATOR Meeting 1
PERCENTAGE OF EACH INDICATOR Meeting 2
85
90
67.5
71.5
45
57.5
75
81.5
77.5
82.5
80
80
60
77.5
65
75
Based on the description on the analysis of
students still used Indonesian language in
students’ activities, it can be seen that among
responding to teacher’s question.
the eight aspects observed, asking questions noted to get the lowest score.
It can be
understood because the students in this class mostly were passive. Therefore, it needed time for them to be braver in asking questions.
Even though the indicator of
asking questions gets the lowest score, it didn’t mean that the students did not respond to the teacher’s questions.
In this aspect,
more than half of the students in the class gave respond, even though most of the
Moreover, showing respect to others, doing the assignment in the group, giving presentation or paying attention to other’s presentation, helping each other and showing responsibility in
doing the assignment
became the second, third, fourth, fifth, and sixth aspect which respectively got high score. These scores indicated that students showed positive respond on the learning process. Besides, all of the aspects showed improvement of the percentage achieved in the following meeting. It happened because
41
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
in each group there were students who have
ten groups, group A, B, D, E, H and group I
high motivation and high ability so that they
got the best reward as the group which were
could help and motivated other their partners
very good. The other four groups got the
in the same.
predicate good
Students who used to be
The highest developmental
passive and silent also became more active
point was 27,5. The lowest developmental
and not shy to ask and share ideas in their
point (20) was attained by group G. This
group.
result showed that all groups have good
Besides, in the second meeting,
teacher also gave motivation and reminded
improvement
students that the success of their group
comprehension compared to their previous
depended on the contribution of all members
achievement as shown in their initial score.
of the group. In short, this result showed a good indication that the learning process in the first cycle has run well. Besides
observing
their
reading
b. Reflection Based on the data of observation and the test result of cycle 1, it can be analyzed
the
students’
activity, the observer also observed teacher’s activity.
on
The calculation on the teacher’s
activity is presented in the appendix. At the end of the first cycle, or the third meeting, it
the strengths and weaknesses of cycle 1, as the following: The strengths of the implementation of the first cycle:
result
1. Most students have shown good
showed that in cycle 1 there were 16 students
respond in learning through TSTS
have reached the score the same as or higher
as has been shown in the result of
than the minimum score of completeness
observation on students’ activity.
was
conducted
assessment.
The
criteria (72) while 24 others still categorized
2. Teacher has been able to motivate
The percentage of
and give guidance so that all
successful student was 40% and the student
groups have got improvement in
average score was 62.25.
their development point.
into not successful.
Based on this
result, it can be said that the indicator
The weaknesses of the implementation of the
success of the research in terms of student’s
first cycle:
ability has not been reached. Based on the result of test on cycle 1, which then analyzed to show students’ developmental point, it can be known the predicate gotten by each group. Among the 42
1. There is one aspect of students’ activity (asking question) which still get low score.
Improving Students’ Reading Comprehension Of Hortatory Exposition Text Through Two Stay ... (Nur Isnainiyah)
2. There are many students whose
trained
score are below the minimum of
attention
still categorized into not active. the
strengths
to
3. Teacher needs to motivate, give
3. There are three groups who are
on
strategy
comprehend the text better.
completeness criteria.
Based
the
and
guide
students
whose groups categorized into
and
not active.
weaknesses have been identified, there are some improvement need to be implemented:
Similar to the first cycle, the second cycle
consisted
of
two
meetings
for
1. Teacher needs to encourage and
conducting teaching and learning process
stimulate students to be braver in
and one meeting for conducting the test.
asking questions.
Observation. Similarly, observation was
2. Teacher needs to explain more clearly
of
by the same observer. The observation on
text.
students also covers eight activities in which
Besides, students need to be
the summary on the result of the observation
hortatory
the
characteristic
conducted during the action implementation
exposition
on the students’ activity can be seen below:
TABLE 2 DATA OF STUDENTS‘ LEARNING ACTIVITY IN CYCLE 2
NO
1 2 3 4 5 6 7 8
OBSERVED ACTIVITY Paying attention on teacher’s explanation Answering the teacher’s question Asking question Giving presentation/paying attention on the group’s presentation Doing the assignment in the group Showing respect to others Helping each other in doing the assignment Showing responsibility in doing the assignment
PERCENTAGE PERCENTAGE OF OF EACH EACH INDICATOR INDICATOR Meeting 1 Meeting 2 97.5
97.5
80 57.5
82.5 67.5
87.5
87.5
92.5 85
95 95
82.5
92.5
85
85
43
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
Based on the description on the
(72) while 15 others still categorized into not
analysis of students’ activities, it can be seen
successful.
that among the eight aspects observed,
students was 62.5% and the student average
asking questions still noted to get the lowest
score was 68.7.
score. However, it has improved much than
from the result in the first cycle. Also, based
the previous cycle. Among the eight aspects,
on this result, it means that the indicator
paying attention on teacher’s explanation got
success of the research in terms of student’s
the highest score. All of the aspects show
ability has been reached.
improvement of the percentage achieved better than the previous cycle. During the application of cycle 2, there were more students who showed high motivation and enthusiasm in all the activities applied. In fact, this result showed an indication that the indicator of success in terms of students’ activities has been reached, even, higher than the target. teacher’s
Similarly, observation on activity
also
showed
The percentage of successful
It showed improvement
Based on the result of test on cycle 2, which then analyzed to show students’ developmental point, it can be known the predicate gotten by each group. Among the ten groups, group C, D, I and J got the reward as the groups which were very good. The other six groups got the predicate good (the detailed calculation is in appendix).
the
In the stage of reflection, the researcher
improvement in which almost all the aspects
and collaborator discussed the result of
observed noted to be very good.
analysis on the data of observation and the
At the end of the second cycle, it was also conducted assessment on the following day. In this meeting, teacher conducted the test
to
measure
students’
comprehension in cycle 2.
reading
that the classroom action did not need to be continued to cycle 3 because the indicators success of the research have been attained.
The time
allocation was 90 minutes and the test consisted of 25 questions of multiple choice. The test was also followed by all of the students of grade XI science program which consist of 40 students. The result showed that in cycle 2 there were 25 students have reached the score the same as or higher than the minimum score of completeness criteria
44
test result of cycle 2. Then it was decided
Discussion The application of this classroom action research was intended to improve students’
learning
activity
and
comprehension of hortatory exposition text through a teaching technique believed to be able to reach this purpose. Since there are two indicators success of research, covering
Improving Students’ Reading Comprehension Of Hortatory Exposition Text Through Two Stay ... (Nur Isnainiyah)
students’ learning activity and students’
describe the attainment on these two
reading comprehension, the data on these
indicators. Based on the observation on the
two aspects should be collected. Having been
students’ activity for two cycles, it was
collected, it was then analyzed statistically to
gotten the following data:
TABLE 3 DATA OF ACTIVE GROUP ∑ Group Activity Meeting 1 Meeting 2 30 60 80 90
CYCLE I II
% of Active Group 45 85
GRAPH 1 ACTIVE GROUP
90 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
85
80 60 45 30
Meeting 1
Meeting 2 I
% of Active Group
II
As shown in the table and the graph,
though, before the application of this
the implementation of two stay two stray
classroom action research, students were also
technique can improve students’ activity. It
already familiar with group work, they were
can be seen that the percentage of students’
usually only grouped with those nearest to
activity improve in each meeting. Even, in
them and those who have similar gender.
cycle 2 it was very high.
It happened
However, the principle embodies TSTS
because students were interested with the
technique requires students to be grouped
application of TSTS which give new
heterogeneously in terms of their ability and
atmosphere in the learning process.
gender. Being in the heterogeneous group,
Even
45
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
students
became
more
active.
In
the
ensure their understanding, they also became
heterogeneous group, students who have
more active and braver in asking question
higher ability feel more responsible on the
and answering the teacher’s questions which
group success so that they were also
lead to the confirmation of what they have
willingly became the tutor for their peers.
known or understood cognitively. Respect to
This is relevant with Huda’s statement
others also shown by their attention and
(2011: 33) that in cooperative learning such
participation when they listen to other
as TSTS technique, social cohesion is
groups’ presentation in front of the class.
enhanced.
Sometimes they also made confirmation
It is shown by the attitude of
showing concern to others.
There is
between what they listened and the result of
interdependence in which students believe
their discussion in their group.
that they should depend on each other to
respect to others was not only shown when
attain success. The same orientation to be
they work in their group but also when they
students’
achieved
makes
motivation
improved.
In
learning cooperative
Showing
have to make visit to other groups. When they
have
different
answer,
they
learning, interdependence would lead to
communicate politely with others. It shows
improved motivation as being supported by
that the application of TSTS also improve
others, will make students’ motivation
students’ ability to express ideas more
improved.
widely to others, Even though there were
In addition, the application of TSTS
some students who were categorized into
requires students to learn in small group.
high ability students seemed to dominate the
Being in small group, those who have lower
discussion
ability be braver to share ideas and to ask
interdependence feeling among the member
questions.
the
of group was shown when students helped
application of TSTS is advantageous in the
each others to accomplish the task on
aspect of communication building (Huda,
students’ worksheet even though in the first
2011:155).
and second meeting there were students who
This
fact
shows
that
Based on the calculation on students’
in
some
groups.
The
seemed to be busy by themselves.
The
activity for each aspect observed, there were
students’ feeling of responsibility was also
always found improvement on the eight
improved because in the group each student
aspects being observed. Students’ attention
is
on teacher’s explanation improved because
questions.
responsible
on
answering
different
students became more conscious on trying to
The analysis of indicator success of
have more understanding on the material. To
the research in term of the students’ ability
46
Improving Students’ Reading Comprehension Of Hortatory Exposition Text Through Two Stay ... (Nur Isnainiyah)
shown by their score in the test of cycle 1
following table:
and cycle 2 which can be presented in the TABLE 4 DATA OF SUCCESSFUL STUDENTS Cycle 1 Cycle 2 Average score
62,25
68,7
Successful student
16
25
% of successful student
40%
62,50%
GRAPH 2 GRAPH OF SUCCESSFUL STUDENT
70 60 50 40 30
Cycle 1
20
Cycle 2
10 0 Average score
Succesful student
% of successful student
The table and the graph above show
also knew each other better than before so
that the indicator success of the research on
that the communication among them became
the aspect of students’ ability has been
much better and the willingness to help each
reached in cycle 2.
The improvement on
other was also improve. Furthermore, being
students’ ability in this research may be
mixed in the group which has different
caused by several factors.
abilities, make students more able to
The most
important factor is the improvement on
understand the material being learned.
students’ activity in each meeting of the two
this case, students who have high ability
cycles conducted. By studying in the group,
have more opportunity to help those whose
students
and
ability are lower. As Huda (2011: 33) stated
They
that, cognitively, students’ interaction will be
have
more
opportunities
became braver to share their ideas.
In
47
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
able to improve their learning achievement
point make them more motivated learn and
especially if they are able to proceed their
to help their peers.
gotten information mentally.
It is through
opportunity to interact with others makes
the cooperative learning such as TSTS,
them learn to be familiar and to respect
students get various learning experience of
others. Also, not least important, learning in
expressing ideas and deciding which ideas
group
are appropriate. So, this finding is in line
confidence in asking questions, answering
with the statement from Harmin in Isjoni
question and presenting their ideas in front of
(2007: 24) that in this learning strategy,
others.
improve
Besides, optimum
students’
bravery
and
students are seen as the subject of learning
Moreover, the improvement on the
who are able to find and proceed their
students’ learning activity and ability cannot
understanding
with
be separated from the teacher’s role. As has
others. Also, in activities implemented in
been described in the research result that
TSTS technique, students can give optimum
teacher has already applied all the indicators
contribution to develop themselves and their
of teacher’s activities well. Even though in
peers so that the learning activity can
the first cycle there were some indicators
improve which then lead to the improvement
which were not very well applied, there was
of their learning ability.
always improvement on teacher’s activity. In
through
interaction
Based on the explanation, it can be
the application of TSTS both in the first and
concluded that the application of TSTS
the second cycle, based on the observation
technique can improve the students’ learning
sheet, teacher has played the teacher’s roles
activity and comprehension on hortatory
well. In the application, teacher has applied
exposition text at grade XI science program
the role as the facilitator well. As the
of Madrasah Aliyah Negeri 2 Lampung
facilitator, teacher has facilitated students to
Utara,
year
participate actively and to learn effectively.
the
Besides, teacher also had optimally applied
cooperative learning strategy of TSTS
the role as the manager who manages the
technique has unique characteristics of
students and all the activities taking place
students working in small group so that they
during the teaching and learning process.
become braver to express opinion; students
Besides, as the evaluator, teacher has
are mixed in heterogeneous group so that it
evaluated the application of the learning
makes them more optimally proceed the
process and the learning product straight
understanding of the material learnt; students
after
are given reward through the developmental
appropriate feedback can be given directly.
North
2012/2013.
48
It
Sungkai happens
academic because
the
implementation
so
that
the
Improving Students’ Reading Comprehension Of Hortatory Exposition Text Through Two Stay ... (Nur Isnainiyah)
improved drastically from 45% at the first
D. CONCLUSION AND
cycle
SUGGESTION
to
85%
at
the
second
cycle.
Meanwhile, the students learning ability of Based
on
the
research
finding
comprehending hortatory exposition text
previously described, it can be concluded
improved from getting the average score
that through the two cycles of classroom
62.25 at the first cycle into 68.7 in the
action research, the application of TSTS
second
technique can improve the students’ learning
successful students of 40% and 62.50% in
activity and reading comprehension on
the first and second cycle respectively.
hortatory exposition text at grade XI science
cycle
with
Therefore,
it
the
is
percentage
suggested
of
that
program of Madrasah Aliyah Negeri 2
teachers use TSTS technique in teaching
Lampung Utara, North Sungkai, North
reading
Lampung. Moreover, the processes done
exposition text, especially if the students
covered the procedures, namely: students
belong to passive or quite passive ones.
accomplished the learning task in a small
Additionally, in the implementation, teacher
group; students had a visit to another group
should be able to plan the time allocation
in order to share information; students
accurately, to manage the classroom well,
compared/presented their groups’ work.
and to continuously motivate and give
In addition, the quantitative data analysis shows
that
students
learning
activity
comprehension
necessary guidance.
of
hortatory
Besides, the teacher
should apply the procedure chronologically in order to get the optimum result.
REFERENCES
Alyousef, H.S. 2003. “Teaching Reading Comprehension to ESL/EFL Learners”. The Reading Matrix. Vol 5. No 2, September 2005. Available on http.acrobat/rider.co.id (April 2011) Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Brown, H. Douglas. 1994. Understanding Research in Second Language Learning. New York: Cambridge University. Brown, H. Douglas. 2007. Teaching by Principles. New York: Pearson Education. Cahyono, B.Y. and Utami Widiarti. 2004. Tapestry of English Language Teaching and Learning in Indonesia. Malang: Malang University Press. Derewianka, Beverly. 1992. Exploring How Text Work. Australia: Primary English Teaching Association. Djuwarsih. 2008. Learning and Teaching Strategy. Jakarta: CV Wijaya Saputra.
49
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
Harmer, Jeremy. 1998. How to Teach English. England: Addison Wesley Longman Limited. Hartono, Rudi. 2005. Genres of Text. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni. 2007. Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta. Klingner, Janette K., Vaughn, Sharon and Alison Boardman. 2007. Teaching Reading Comprehension to Stusdents with Learning Difficulties. New York: The Guilford Press. Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo. McDonough, Jo and Christopher Shaw. 2003. Materials and Methods in ELT. Australia: Blackwell Publishing. McNamara, Danielle. S. (ed). 2007. Reading Comprehension Strategies. New Jersey: Laurence Erlbaum Associates. Inc. Nunan, David. 1992. Collaborative Language Learning and Teaching. Cambridge: Cambridge University Press. Nunan, David. 1995. Language Teaching Methodology. Hertforshire: Pheonix ELT. Nuttal, Christine. 1996. Teaching Reading Skills in a Foreign Language. Oxford: Heinemann English Language Teaching. Richard, Jack C. 2002. Methodology in Language Teaching. USA: Cambridge University Press. Silberstein, S. 1994. Techniques and Resources in Teaching Reading. New York : OUP Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning: Theory, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Med
50
ANALISIS MIKROTEKSTUAL DAN MAKROTEKSTUAL DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURAHMAN EL SHIRAZY
Nur Mei Ningsih*)
Abstract The discourse analysis in the novel "Pudarnya Pesona Cleopatra" by Habiburahman El Shirazy uses contextual and textual approach. The analysis was carried out to describe micro and macro textual analysis in the novel "Pudarnya Pesona Cleopatra". It found some quotations in this novel. The analysis uses some codes to make easier in comprehending the analysis process. The code AGR (Analisis Gramatikal Referensi), there are 4 quotations and 21 quotations. Meanwhile, there are 1 quotation and 5 quotations in demonstrative AGR. In comparative quotations, there are 1 quotation and 1 quotation. Then, there are 5 quotations and 2 quotations in AGs (Analisis Gramatikal Substitusi). There are 5 quotation and 1 quotation in AGe (Analisis Gramatikal Elipsis). There arre 50 quotations and 19 quotations in AGk (Analisis Gramatikal Konungsi, and there are 3 quotations in AL antonim (Analisis Leksikal antonimi). Meanqhile, in AL kol (Analsis Leksikal kolokasi atau sanding kata), there are 1 quotations. Analyzing macrotextual using macro coding: the code PPP (Prinsip Penafsiran Personal), there are 14 quotations, PPL (Prinsip Penafsiran Lokasioner), there are 4 quotations, and PPT (Prinsip Penafsiran Temporal), there are 1 quotation. Keywords: macrotextual and microtextual analysis berkomunikasi sehari-hari. Banyak para
A. Pendahuluan
peneliti
yang
melakukan
penelitian
Karya sastra dengan kekayaan jenisnya
memfokuskan satu bidang saja, yakni bahasa
merupakan objek studi wacana yang sangat
atau bidang sastra. Dalam penelitian ini tidak
kaya. Salah satu bentuk karya sastra adalah
hanya memfokuskan satu bidang saja, tetapi
novel. Novel melalui penyajian media yang
keduanya yakni bahasa dan di luar bahas.
cukup luas merupakan jenis yang paling banyak wacana.
menarik
minat
Analisis
para
wacana
Novel Pudarnya Pesona Clopatra
pemerhati
merupakan
merupakan
sederhana.
novel
yang
pendek
dan
Banyak tang- gapan atau
penelitian antardisiplin
komentar yang di- sampaikan oleh para
yang meneliti tentang struktur teks dan
pembaca tentang isi Pudarnya Pesona
konteks
tentang
Cleopatra. Selain itu novel ini memiliki
penggunaan bahasa yang digunakan untuk
bahasa yang sederhana namun indah. Novel
sekaligus
meneliti
*) Staf Pengajar STKIP Muhammadiyah Kotabumi Lampung
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
tersebut merupakan karya Habibur- rahman
ke kesatuan yang lebih besar yakni wacana
El Shirazy. Ia telah banyak menghasilkan
(Lubis.2004:20).
novel yang sangat digemari pembaca, seperti
Definisi wacana dan teks hampir sama,
Bercinta untuk Surga Kisah-Kisah Islami
keduanya memiliki ciri-ciri sebagai satuan
Pembangun Jiwa, Di Atas Sajadah Cinta,
bahasa
Ayat-Ayat
tertinggi
atau
Cleopatra. Ia juga menulis cerpen seperti
berbentuk
karangan
Bayi-Bayi Tertawa dan Seratus Peluru untuk
paragraf, kalimat yang membawa makna
Amru.
yang lengkap. Dalam kehidupan praktis
Cinta,
Pudarnya
Pesona
terlengkap,
satuan
terbesar. yang
gramatikal Realisasinya utuh
seperti
Dalam tulisan ini akan dianalisis
sehari-hari dan dalam ilmu sosial yang lebih
novel Pudarnya Pesona Cleopatra karangan
dikenal adalah wacana atau diskursus.
EL Shirazy. Tulisan ini bertujuan untuk men-
Demikian juga dalam ilmu bahasa yang
deskripsikan isi keseluruhan novel sebagai
dipermasalahkan adalah wacana, bukan teks.
suatu
maksudnya
Istilah teks pada umumnya digunakan dalam
mendeskripsikan kata dan kalimat dari segi
sastra. Popularitas wacana diban- dingkan
kebahasaan dan menganalisis kata dan
dengan
kalimat dari segi kesastraan. Dalam analisis
digunakan baik dalam
ini digunakan pendekatan teks dan konteks.
sehari-hari maupun studi ilmiah seperti
Dengan demikian, analisis yang dipakai
linguistik dan ilmu sosial lainya. Wacana
dalam
merupakan
wacana
yang
penelitian
padu,
adalah
analisis
teks,
terjadi
konsep
karena
wacana
kehidupan praktis
kunci
teori
lahir
dan
mikrotekstual. Analis tersebut berkaitan erat
poststruktural.
dengan kohesi tekstual dalam urutan kalimat
dimanfaatkan dalam masyarakat (Ratna,
sehingga membentuk koherensi dan analisis
2004:244—245).
makrotekstual yang berkaitan dengan faktorfaktor di luar kebahasaan
Menurut Sumarlan (2003:6) wacana adalah pemakaian bahasa dalam komunikasi, baik
lengkap
maupun secara tertulis (bahasa yang dipakai
sebenarnya bukanlah kata atau kalimat,
dalam tulisan ilmiah, disertasi, surat dsb).
sebagaimana
beberapa
Badudu seperti yang dikutip oleh Eriyanto
kalangan dewasa ini, melainkan wacana atau
(2001:2) memberikan dua batasa wacana
discourse. Oleh sebab itu penyelidikan dan
sebagai berikut (1) wacana adalah rentetan
deskripsi sintaksis tidak boleh dibatasi pada
kalimat
satuan kalimat saja, tetapi harus dilanjutkan
menghubungkan proposisi yang satu dengan
52
bahasa
disampaikan secara lisan (berupa
percakapan, kuliah, ceramah, khotbah dsb)
1. Analisis wacana Kesatuan
Wacana
dalam
dianggap
yang
oleh
yang
berkaitan,
yang
Analisis Mikrotekstual Dan Makrotekstual Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra ... (Nur Mei Ningsih)
proposisi yang lainnya, membentuk satu
atau
kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang
makrostruktural
serasi diantara kalimat-kalimat itu. (2)
Pendekatan
wacana
mikrotekstual
adalah
kesatuan
bahasa
yang
mikrotekstual
dan
atau
mikro-
pendekatan makrotekstual.
struktural
atau
menitikberatkan
pada
terlengkap dan tertinggi diatas kalimat atau
mekanisme kohesi tekstual untuk meng-
klausa dengan kohesi dan koherensi yang
ungkapkan
tinggi
membentuk
yang
berkesinambungan,
yang
urutan
kalimat
sebuah
wacana,
sehingga
menjadi
disampaikan secara lisan atau secara tertulis.
makrostruktural atau makrotekstual adalah
Baryadi
pendekatan dengan memper- timbangkan
discourse yaitu
Adapun
dapat
mempunyai awal dan akhir yang nyata,
menyatakan bahwa wacana atau
koheren.
yang
pendekatan
sebagai istilah linguistik
faktor background dan foreground, konteks
dimengerti sebagai satuan lingual yang
situasi, faktor sosial kultural, serta budaya
berada diatas tataran kalimat (Sumarlan,
yang melingkupinya (Sumarlan, Adhani,
Adhani, Indratmo, 2004:4).
Indratmo: 2004:3).
Analisis wacana adalah istilah yang
Analisis wacana naratif merupakan
berganda makna oleh karena cakupannya
bidang studi yang memasukan masalah-
luas dan belum dikaji secara serius oleh
masalah wacana dalam kaitannya dengan
para ahli atau linguis
linguistik
dan ahli-ahli ilmu
dan
sastra
termasuk
ilmu
sosial lainnya. Ada dua kelompok perkem-
humaniora dan ilmu sosial. Wilayah kajian
bangan dalam kajian atau analisis wacana.
wacana naratif ini sangat luas, meliputi
Yang pertama ialah yang berusaha membuat
wacana lisan dan tulisan, wacana sastra lama
analisis struktur suatu wacana lisan atau
dan modern, wacana fiksi dan non fiksi
tulisan yang terjadi atau dilakukan secara
(Ratna, 2004:245). Setiap unit wacana baik
alamiah yaitu kegiatan komunikasi normal.
besar maupun kecil jelas memiliki bentuk
Yang kedua ialah yang berusaha mengkaji
sebagai struktur tertentu. Wacana diciptakan
bahasa dalam penggunaan
sesuai dengan
dengan tujuan tertentu, positif atau negatif
konteks sosialnya, khususnya pertukaran
sebagai fungsinya. Akhirnya wacana akan
ujaran antara pembicara dengan teman bicara
menampilkan makna, hasil-hasil yang telah
atau pendengar, dengan kata lain bahasa
dicapai oleh bentuk dan fungsi.
dalam
interaksi
(Sumarlan,
Adhani,
Indratmo: 2004:61). Analisis
wacana
Dalam
karya
sastra
makna
disimpulkan sebagai kualitas estetis, proses merupakan
kajian
kenikmatan tertinggi yang dirasakan oleh
kohesi tekstual dan kontekstual dengan
pembaca. Dikaitkan dengan sistem dasar
menggunakan pendekatan mikrostruktural
komunikasi sastra, yaitu antara pengarang, 53
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
karya sastra, dan pembaca, maka bentuk
wacana disebut aspek gramatikal wacana,
digali melalui kompetensi pengarang, fungsi
sedangkan segi makna atau struktur batin
melalui karya, sedangkan makna melalui
wacana disebut aspek leksikal wacana
pembaca (Ratna.2004:246—247).
(2003:23).
Menurut Barsky dalam Makaryik, analisis
wacana
merupakan
hubungan
penelitian
perkaitan antarproposisi yang di- nyatakan
antardisiplin dengan per- timbangan bahwa
secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal
analisis
teks
dan semantik dalam kalimat-kalimat yang
dan
membentuk
wacana
sekaligus
merupakan
Kohesi
meneliti
dimensi
sosiokultural bagaimana
dalam makna
struktur
linguistik usaha itu
wacana.
dkk.
2003:427).Dalam analisis ini, teks ditinjau
dikonstruksikan
dari dua aspek yakni aspek gramatikal dan aspek leksikal.
wacana
aspek gramatikal
salah
Alwi
menentukan
(Ratna, 2004:247). Menurut Baryadi, analisis merupakan
(
satu
cabang
Pendekatan
me- lalui
berarti men- cermati
linguistik yang mengkaji satuan lingual yang
struktur lahir, sementara pendekatan melalui
berada diatas kalimat. Tujuan analisis adalah
aspek leksikal berarti mencermati struktur
untuk
bahasa.
batin atau hubungan antarunsur dalam
Dengan demikian, wacana dapat dilihat baik
wacana secara semantik (Sumarlan, ed.
dari segi internal maupun eksternalnya. Dari
2003:283).
memerikan
penggunaan
segi internal, wacana dikaji dari jenis struktur, dan hubungan bagian-bagiannya.
1.1.1 .Aspek gramatikal
Dari segi eksternal, wacana dikaji dari
Relasi yang erat yang harus ada pada sebuah
keterkaitan wacana itu dengan pembicara,
wacana yang baik dinamakan kohesi. Relasi
hal yang dibicarakan, dan mitra bicara
tersebut bermacam-macam yakni referensi,
(2002:3)
subsitusi, ellipsis, konjungsi dan leksikal.
1.1. Analisis mikrotekstual
A. Referensi
Sumarlan menjelaskan bahwa wacana
Referensi secara tradisional berarti hubungan
yang padu adalah wacana yang apabila
antara
dilihat dari segi hubungan bentuk atau
Tradisional ini terus berpengaruh pada
struktur lahirnya bersifat kohesif,dan dilihat
linguistic
dari segi hubungan makna atau struktur
hubungan yang ada adalah hubungan antara
batinnya bersifat koheren. Lebih lanjut
bahasa dan benda, tetapi pernyataan tersebut
Sumarlam menjelaskan bahwa dalam analisis
bukan hanya hubungan antara kata dan benda
wacana,
saja tetapi juga harus dikaitkan dengan si
54
segi
bentukatau
struktur
lahir
kata
dengan
yang
benda.
Pandangan
menerangkan
bahwa
Analisis Mikrotekstual Dan Makrotekstual Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra ... (Nur Mei Ningsih)
pembicara, karena pembicara yang paling
dalam wacana untuk memperoleh unsure
tahu
pembeda.
tentang
kalimat
yang
diucapkan.
Atau
sering
dikatakan
jika
Referensi terbagi menjadi tiga bagian yakni:
referensi adalah hubungan makna maka
referensi personal, referensi demons- tratif,
subsitusi adalah hubungan gramatikal atau
dan referensi komparatif (Lubis, 2004:32).
hubungan
a) Referensi personal
maknanya tetapi pada vocabularynya.
Personal referensi ini mencakup tiga kelas
Elipsis
yang
bukan
terletak
pada
kata ganti diri yaitu kata ganti diri orang
Elips adalah penghilangan satu bagian
pertama, kata ganti orang kedua, dan kata
dari unsure kalimat itu. Sebenarnya elips ini
ganti orang ketiga.
hampir sama dengan substitusi tetapi eliips
b) Referensi demonstratif
ini disubstitusi oleh sesuatu yang kosong,
Pengacuan demonstratif atau kata ganti
atau sesuatu yang tidak ada.
penunjuk dapat dibedakan menjadi dua yakni demonstratif waktu (temporal) seperti waktu
C. Konjungsi
sekarang,
dan
Alat yang menghubungkan kalimat
atau
dengan kalimat yang lain disebut konjungsi.
lokasional yakni ini, itu, di sini, di sana, dan
Kata-kata konjungsi ada- lah seperti dan,
di situ adalah referensi demonstratif tempat
tetapi, atau, kemudian, sesudah itu, demikian
atau lokasional.
juga,
lampau,
akan
pronominal demonstratif
datang tempat
seperti,
juga
disampping
satu
itu,
kebalikannya, maksud saya , dan lain-lain c). Referensi komparatif
(Lubis.2004:28—40).
Salah satu bentuk kohesi gramatikal adalah komparatif yaitu mem- bandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/wujud,
1.1.2. Aspek leksikal Kepaduan wacana selain didukung oleh
sifat,
aspek gramatikal atau kohesi gramatikal juga
peri-laku. Atau referensi yang jadi bandingan
didukung oleh aspek leksikal atau kohesi
bagi yang referensi- nya adalah kata seperti
leksikal. Kohesi leksikal adalah hubungan
sama, persis, identik, serupa begitu serupa,
antar unsur dalam wacana secara semantik.
serupa tapi tak sama, lain, selain, berbeda.
Kohesi leksikal dalam wacana dibedakan
B. Subsitusi
menjadi tiga bagian yakni repetisi atau
Penyulihan atau substitusi adalah satu jenis
kohesi
gramatikal
yang
berupa
perulangan, antonimi, dan kolokasi atau sanding kata.
penggantian satuan lingual tertentu (yang
A. Repetisi atau perulangan adalah satuan
telah disebutkan) dengan satuan lingual lain
lingual (bunyi, kata, suku kata, atau 55
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
bagian kalimat) yang dianggab penting
prinsip penafsiran lokasional, (3) prinsip
untuk member tekanan dalam sebuah
penafsiran temporal.
konteks yang sesuai. B. Antonimi atau lawan kata adalah makna
2.1.1. Prinsip penafsiran personal
satuan lingual yang berlawanan, disebut
Prinsip penafsiran personal berkaitan dengan
juga dengan istilah oposisi
siapa yang menjadi partisipan di dalam suatu
C. Kolokasi
atau
sanding kata
adalah
wacana. Dalam hal ini siapa penutur dan
asosiasi tertentu dalam meng- gunakan
siapa mitra tutur sangat menentukan makna
pilihan yang cenderung digunakan secara
sebuah tuturan.
berdampingan
2.1.2. Prinsip penafsiran lokasional
(Sumarlam,
Adhani
Indratmo, 2004:205—207).
Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam
2.1 Analisis makrotekstual Sumarlan (2003:46) menjelas- kan
rangka memahami wacana.
bahwa konteks wacana adalah aspek-aspek
2.1.3.Prinsip penafsiran temporal
internal wacana dan segala sesuatu yang
Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan
secara eksternal melingkupi sebuah wacana.
pemahaman mengenai waktu. Berdasarkan
Ber- dasarkan pengertian tersebut maka
konteksnya dapat ditafsirkan kapan waktu
konteks wacana secara garis besar dapat
atau berapa lama waktu terjadinya situasi
dibedakan menjadi dua kelompok
(Sumarlam, Adhani, Indratmi 2004:98—102)
yakni
konteks bahasa dan konteks luar bahasa. Konteks bahasa disebut koteks, sedangkan
B.Metode Penelitian
konteks di luar bahasa disebut konteks situasi dan konteks budaya.
Rancangan dalam penelitian, metode yang digunakan adalah metode kualitatif,
Analisis kontekstual adalah analisis
yakni metode yang memanfaatkan dengan
wacana dengan bertumpu pada teks yang
cara penafsiran dan menyajikannya dalam
dikaji berdasarkan konteks
bentuk
melingkupimaupun
nya,
konteks
baik
eksternal yang konteks
memberikan
Metode
perhatian
kualitatif
terhadap
data
Pemahaman
alamiah, data dalam hubungannya dengan
konteks situasi dan konteks kultural dalam
konteks keberadaannya (Ratna, 2004 : 46—
wacana
47).
dapat
mempertimbangkan
kultural.
situasi
deskripsi.
dilakukan
dengan
berbagai
prinsip
Teknik
pengumpulan
data
yang
penafsiran. Prinsip-prinsip yang dimaksud
digunakan adalah teknik pengum- pulan data
adalah (1) prinsip penafsiran personal, (2)
dengan
56
studi
pustaka
dengan
teknik
Analisis Mikrotekstual Dan Makrotekstual Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra ... (Nur Mei Ningsih)
pencatatan. Data yang dikumpulkan berupa
untuk konjungsi, PPP untuk penafsiran
kata dan kalimat. Dalam teknik pencatatan
personal, PPL untuk prinsip penafsiran
seorang
lokasioner,
peneliti
harus
melakukan
penyimakan secara cermat dan teliti terhadap
dan
PPT
untuk
penafsiran temporal.
sumber data. Langkah-langkah pengumpulan
2.
data data yang digunakan dalam penelitian
3. Menafsirkan hasil temuan
yakni dengan cara membaca keseluruhan isi
4. Menyimpulkan hasil analisis
novel
Pudarnya
Pesona
prinsip
Menganalisis data temuan
Cleopatra,
menentukan kata atau kalimat yang berkaitan
C.Temuan Penelitian dan Pemba-hasan
dengan analisis mikro- tekstual dan analisis makrotekstual,
mencatat
kalimat
yang
1.Temuan Penelitian Objek penelitian ini adalah analisis
berkaitan dengan analisis mikrotekstual dan analisis makrotekstual yang terdapat dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra dalam
Cleopatra yang terdiri dua judul yakni Pudarnya
kartu data. Teknik digunakan
wacana dalam novel Pudarnya Pesona
analisis
data
yang
dalam penelitian ini ada- lah
interpretasi. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam
analisis tersebut adalah
Pesona
SetetesEmbun
Cleopatra
Cinta
Nyala
Habiburahman El Shirazy. menjadi
dan karya
Materi yang
fokus penelitian adalah
wacana
yang bersifat mikrotekstual yang meliputi aspek gramatikal referens, aspek gramatikal
sebagai berikut. 1. Mengelompokan Pudarnya
wacana
novel
PesonaCleopatra
karya
Habiburahman El Shirazy dengan cara memberi kode judul novel PPC untuk Pudarnya Pesona Cleopatra dan SECN untuk Setetes Embun Cinta Niyala, Kode angka 1,2,3 dan seterusnya adalah untuk
substitusi, aspek grama- tikal elipsis, aspek gramatikal konjungsi, aspek leksikal repitisi, aspek leksikal antonimi, aspek leksikal kolokasi atau sanding kata, sedangkan yang bersifat makro- tekstual meliputi prinsip penafsiran
personal,
prinsip
penafsiran
lokasional, dan prinsip penafsiran temporal.
halaman, kode angka I, II, II dan
Setelah diadakan penelitian yang
seterusnya adalah untuk paragraf, kode
berupa
angka i,ii,iii dan seterusnya adalah untuk
mikrotekstual
kalimat,
novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya
kode
personal, demonstratif,
RP untuk referen
RD
untuk Rk
untuk
analisis
wacana
dan
yang
makrotekstual
bersifat dalam
referensi
Habiburahman El Shirazy maka ditemukan
referensi
data sebanyak data 145 kutipan yang ada
komparatif, Sub untuk substitusi dan K 57
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
dalam novel tersebut. Adapun hasil kutipan
lokasioner”itu.Kata
tersebut adalah sebagai berikut.
pengganti adalah kata ”gadis” c. AGR
1.1 Analisis Mikrotekstual Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra meliputi,
personal
(analisis
Aura pesona kecantikan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra sedemikian kuat mengakar dalam otak, perasaan dan hatikan (PPC/AGRKomp/II/v/3)
gramatikal
referensi personal) terdapat pada kutipan berikut.
komparatif (analisis gramatikal
contoh kutipan
meliputi: AGR
sebagai
referensi komparatif),
1.1.1. Analisis Gramatikal referensi yang
a.
tersebut
Dalam kutipan tersebut termasuk kohesi Ini nikmat atau azab? ”harus dengan dia, tak ada pilihan lain!”tegas ibu. Beliau memaksaku untuk menikah dengan gadis itu. (PPC/AGR Personal/ I/i/1)
Pada kutipan kalimat dalam
aspek
tersebut termasuk
gramatikaljenis
referensi
gramatikal komparatif yangmembandingkan dua yang memiliki kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk atau wujud yakni kata”aura pesona kecantikan”
memiliki kemiripan
dengan frasa “titisan Cleopatra” jadi kedua kutipan kalimat tersebut memiliki kesamaan
personal. Dikatakan ter- masuk referensi
dalam hal makna.
personalkarena kalimat”harus dengan dia,
d. AGS (Analisis gramatikal substitusi),
tak ada pilihan lain!’tegas ibu. Beliau
contoh kutipan
memaksakuuntuk menikah dengan gadis itu.
Beliau memaksaku untuk menikah dengan gadis itu. Gadis yang samasekali tak kukenal. Sedihnya aku tiaberdayasamasekali untuk melawannya. Aku tak punya kekuatan apaapa untuk membrontaknya ( PPC/AGS/I/ii/1)
Kata dia merupakan bentuk referensipersonal ketiga yang mengacu pada kata gadis itu, sedangkan kata ibumengacu pada kata beliau sebagai referensi personal pertama. b.AGR demonstratif (analisis gramatikal referensi demonstratif)
kohesi
contoh kutipan
gramatikal
penggantian
dalam
memeroleh unsur pembeda seperti dalam
Beliau memaksaku untuk menikah dengan gadis itu (PPC/AGR Demon/II/v/6) Pada kutipan tersebut referensi
Pada kutipan di atas termasuk dalam jenis
demonstratif
termasuk dalam pronominal
demonstrasi kata ganti penunjuk tempat atau
kutipan
yang
menyatakan
”aku
tiadaberdaya” merupakan satuan lingual pengganti
pada kalimat yang sebelumnya
yakni kalimat yang
menyatakan
”aku
takpunya kekuatan apa-apa ” maksudnya dalam sebuahteks perlu adanya pengulangan
58
Analisis Mikrotekstual Dan Makrotekstual Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra ... (Nur Mei Ningsih)
untuk makna tersebut. Pengulangan tersebut bukan dengan kata yang sama tetapi dengan
mengintai. Kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan aku tidak tahu alasannya (AL rep/I/ii/3)
kata yang berbeda memiliki makna yang Kutipan di atas termasuk dalam jenis repetisi
sama e. AGE
(Analisis Gramatikal Elipsis),
kecemasan digunakan untuk menekankan
contoh kutipan Perasaan dan nuraniku benar-benar mati (PPC/AGE/III/vii/5) Pa
atau perulangan seperti kata kecemasan-
kutipan di atas termasuk jenis kohesi gramatikal ellipsis, karena dalam kutipan
atau menegaskan gagasan yang ada dalm kalimat tersebut. 1.1.3.
AL
(Analisis
Leksikal
antonimi) contoh kutipan hari-hari indah pengantin baru, mana? Mana hari-hari indah itu?tak pernah kurasakan!yang kurasakan adalah siksaan-siksaan jiwa yang mendera-dera (AL antonim/III/iv/5)
terjadi penghilangan kata ku, seperti kutipan “perasaan
antonim
(... ) dan nuraniku benar-benar
mati, seharusnya ada kata ku sebeluk kata perasaan . Kata yang dalam kurung tersebut merupakan ellipsis atau penghilangan
Kutipan di atas menyatakan per- lawanaan atau
oposisi
antara
har-hari
indah
f. AGK (Analisis Gramatikal konjungsi),
pengantin baru dan siksaan-saiksaan jiwa
contoh kutipan
yang mendera-dera
keinginan untuk bahagia dan hal tersebut tidak penting. ”Mbak Raihana itu orangnya baikkok, kak. Dia ramah, halus budi, sarjana pendidikan, penyabar, berjilbab, dan hafal alquran lagi.(PPC/AGK./1/.i/.2)
1.1.4.AL kol (Analisis Leksikal kolokasi atau sanding kata) contoh kutipan: O, Tuhan, haruskah aku menikah dengan dalam keadaan tersiksa seperti ini? Haruskah aku menikah dengan orang yang tidak aku cinta? Dan lagilagi aku hanya bisa pasrah. Sinar wajah ibu berkilat-kilat, hadir di depan mata
Kutipan di atas termasuk dalam jenis kohesi gramatikal
konjungsi
yang
menyatakan
hubungan penambahan. Adanya hubungan
Kutipan di atas
penambahan
wajah
pada
kutipan
tersebut
yang menyatakan sinar
ibu dikolokasikan dengan kilatan-
disebabkan karena adanya konjungsi dan
kilatan yang hadir di depan mata
yang menghubungkan unsur satu dengan
1.2 Analisis Makrotekstual Dalam Novel
unsur yang lain.
Pudarnya Pesona Cleopatra meliputi: 1.2.1.
1.1.2 AL rep ( Analisis Leksikal repitisi), contoh kutipan: ”meskipun sesungguhnya dalam hatiku ada kecemasan-kecemasan yang
Kode
PPP
(Prinsip
Penafsiran
Personal) Prinsip penafsiran personal berkaitan dengan siapa yang menjadi partisipan di
59
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
dalam suatu wacana. Dalam hal ini siapa penutur
dan
siapa
mitra
tutur
sangat
menentukan makna sebuah tuturan. Atau sering juga dikatakan sebagai penutur dan mitra
tutur
istilah”pelibat
atau
participant
wacana”.
Pelibat
dengan wacana
biasanya menunjuk pada orang-orang yang berperan dalam wacana, kedudukannya, jenis hubungan peran, ciri fisik dan nonfisik, serta emosi penutur dan mitra tutur.
dengan siapa yang menjadi partisipandi dalam suatu wacana. Dalam hal ini siapa dan
siapa
mitra
tutur
sangat
menentukan makna sebuah tuturan. Atau sering juga dikatakan sebagai penutur dan mitra
tutur
istilah”pelibat
atau
participant
wacana”.
Pelibat
dengan wacana
biasanya menunjuk pada orang-orang yang berperan dalam wacana, kedudukannya, jenis hubungan peran, ciri fisik dan nonfisik, serta emosi penutur dan mitra tutur. a.Tokoh aku sebagai pelaku utama dalam wacana ini. Wacana ini mengisahkan seorang laki-laki yang dijodohkan oleh orang tuanya bernama Raihana. Dengan sangat terpaksa tokoh aku harus menikah dengan Raihana, walaupun sebenar- nya
tokoh aku tidak
mencintai samasekali gadis pilihan ibu tersebut. Hal tersebut dapat terlihat dalam kutipan berikut: ”Dan percayalah pada ibu, anakku. Ibu selalu memilihkan yang terbaik untukmu. Ibu tahu persis garis keturunan Raihana.
60
oh betapa susah hidup berkeluarga tanpa cinta. Sudah dua bulan aku hidup bersama seorang istri. Makan, minum, sholat bersama makhluk yang bernama Raihana, istriku. Tapi masya Allah, bibit cintaku juga tidak tumbuh (PPP/I/i/5) Tokoh aku tidak berkeinginan untuk menikah dengan gadis Mesir. Kemudian bersemilah cinta dan sayang untuk istrinya
Prinsip penafsiran personal berkaitan
penutur
Ibu tahu persis kesalehan kedua orang tuanya (PPP/VIII/i/1—2 )
yang bernama Raihana, tetapi hal itu tidak tersampaikan karena orang dicintai sudah tiada atau meninggal dunia Tokoh lain yang memengaruhi tokoh aku adalah
orang-orang yang ada di sekitar
keluarganya yakni tokoh ibu, Raihana, Aida, tante Lia (pemilik salon), Pak Agung (dosen) 1.Raihana adalah tokoh yang hadir mengisi kelengkapan
emosi
menggambarkan
tokoh
sisi
aku
yang
perempuan
yang
mencintai dan untuk dicintai Raihana adalah seorang gadis yang memiliki kepribadian baik, orang yang selalu berusaha menahan segala badai dengan kesabaran, perempuan yang selalu mengalah dengan keadaan, yang selalu
menomor-
satukan
suami
dan
menomorduakan dirinya sendiri, dan selalu patuh pada perintah suami.Terlihat dalam kutipan berikut ”ia adalah perempuan jawa sejati yang selalu berusaha menahan segalabadai dengan kesabaran. Perempuan jawa yang selalu mengalah dengan keadaan (PPP/I/iii/9)
Analisis Mikrotekstual Dan Makrotekstual Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra ... (Nur Mei Ningsih)
kalau mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri, kenapa mas ucapkan akad nikah? Kalau dalam tingkahku melayani mas masih ada yang tidak berkenan kenapa mas tidak bilang dan menegurnya (PPP/I/i/10)
di hari akhir istrinya yang bernama Raihana. Berikut ini merupakan waktu dan kejadian secara kronologis kisah aku yang disusun oleh penulis melalui novel yang berjudul Pudarnya Pesona Cleopatra. Hal tersebut
1.2.2.
Kode
PPL
(Prinsip
Penafsiran
dalam kutipan berikut. Dua bulan setelah pernikahan, Raihana dibawa ke rumah kontrakan di pinggir kota Malang.mulailah nyanyian hampa mencekam. Aku tak menemukan adanya gairah. Hari-hari indah pengantin baru. Mana hari-hari indah itu tak pernah kurasakan! Yang kurasakan adalah siksaan-siksaan jiwa yang mendera-dera. Oh betapa susah hidup berkeluarga tanpa cinta (PPT/II/iii/4)
Lokasioner) terdapat 3 kutipan Prinsip
ini
berkaitan
dengan
penafsiran tempat atau lokasi terjadinya suatu situasi.(keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka memahami wacana. Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa,
dan
proses)
dalam
rangka 1.3 Analisis Mikrotekstual Dalam Novel Setetes Embun Cinta Nyala meliputi:
memahami wacana) Tempat atau lokasi yang ada dalam cerita
1.3.1. Analisis Gramatikal referensi yang
novel ini adalah tepat dua bulan setelah pernikahan, kubawa Raihana ke rumah kontrakan di pinggir kota Malang. Mulailah nyanyian hampa kehidupan mencekam. 1.2.3.PPT (Prinsip Penafsiran Temporal) terdapat temporal
1
kutipan.
Prinsip
berkaitan
mengenai waktu.
dengan
pemahaman
Berdasarkan konteksnya
lama waktu terjadinya situasi (Sumarlam,
menyusun menghadirkan
memiliki
rentetan
kebebasan
waktu
kisah-kisah
AGR
personal
(analisis
gramatikal
referensi personal) contoh kutipan Ia masih duduk di atas sajadahnya (SECN/AGR person/1/i/49) Pada kutipan kalimat
tersebut termasuk
dalam aspek gramatikal jenis
referensi
personal.
Dikatakan
termasuk
referensi
personal
karena
ganti
”Diah”
kata
merupakan bentuk referensi personal yang
Adhani, Indratmo, 2004:98—10) aku
a.
penafsiran
dapat ditafsirkan kapan waktu atau berapa
Tokoh
meliputi:
yang
ketika terjadi
sebelum melangsungkan pernikahan dengan gadis yang bernama Raihana. Pembaca
mengacu pada kata nya. b. AGR demonstratif (analisis gramatikal referensi demonstra-tif) c. AGR komparatif (analisis gramatikal referensi komparatif) contoh kutipan
diajak menelusuri lorong waktu hingga tiba 61
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
Tidak umi. Ananda mencintai adik Nyala seperti seorang kakak padaadiknya sekaligus seperti Yusuf mencintai Zulaikha atau Romeo mencintai Juliet. Ini ananda berkata dengan sejujurnya dan sebenar-benarnya (SEBN/ V/i/91) Dari
kutipan
tersebut
terlihat
bahwa
perbandingan cinta antara Faig dan Nyala seperti percintaan antara Yusuf dan Zulaikha, atau antara Romeo dan Juliet.
contoh kutipan
tulang-tulang terasa ngilu bagaikan diremuk-remuk dengan palu godam. Dan langit seakan-akan runtuh menimpa dirinya (SEBN/III/i/53) Kutipan di atas termasuk dalam jenis repetisi atau perulangan seperti kata diremuk-remuk,
Gramatikal
elipsis)
contoh kutipan. lautan menampung segala sisa dan ... kotoran yang mengalir dari daratan dengan penuh cinta (SECN/II/vi/48)
penyebab-
penyebabnya, digunakan
Beliau memaksaku untuk menikah dengan gadis itu. Gadis yang samasekali tak kukenal. Sedihnya aku tiada berdayasamasekali untuk mela- wannya. Aku tak punya kekuatan apa-apa untuk membrontaknya (SECN/I/ii/1) (Analisis
contoh kutipan
dirinyalah
d. AGS (Analisis gramatikal substitusi)
D. AGE
1.3.2.AL rep (Analisis Leksikal repitisi)
peremuntuk
nya-dirinyalah puan-perempuan
menekankan
atau
menegaskan gagasan yang ada dalam kalimat tersebut. 1.3.3.AL
antonim
(Analisis
Leksikal
antonimi)contoh kutipan Adik ikut kakak.adik sepenuhnya percaya pada kakak.” pelan Nyala sambil menunduk. Perasaan haru, bahagia, cinta, optimis, surprise membaur menjadi satu dan berpendar-pendar (SEBN/II/i/97) Hal tersebut dapat dilihat bahwa kata
Pada kutipan di atas termasuk jenis kohesi
sungguhan berlawanan dengan kata Cuma
gramatikal ellipsis, karena dalam kutipan
sandiwara.
terjadi penghilangan kata ku, seperti kutipan
1.3.4. AL kol (Analisis Leksikal kolokasi
“perasaan (...) dan nuraniku benar-benar
atau sanding kata)
mati, seharusnya ada kata ku sebelum kata perasaan. Kata yang dalam kurung tersebut merupakan ellipsis atau penghilangan E. AGK (Analisis Gramatikal konjungsi)
Apakah kepedihan yang ia rasakan ini adalah puncak pekatnya malam yang tak lama lagi fajar akan terbit? Ataukah baru tenggelamnya matahari dan ia masih akan menemui saat-saat kelam yang paling mengerikan (SEBN/II/iii/75).
terdapat kutipan berikut. kecuali, manusia yang hidup tanpa hati dan nurani, seperti pelacur yang biasa hidup nista dan mendustakan cinta (SEBN/II/i/48)
Kepedihan yang ia rasakan di- kolokasikan dengan puncak pekatnya malam yang tak lama lagi fajar akan terbit .
62
Analisis Mikrotekstual Dan Makrotekstual Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra ... (Nur Mei Ningsih)
1.4 Analisis Makrotekstual Dalam Novel Setetes Embun Cinta Nyala. Analisis kontekstual adalah analisis
Prinsip penafsiran personal berkaitan dengan siapa yang menjadi partisipan di dalam suatu wacana. Dalam hal ini siapa
wacana dengan bertumpu pada teks yang
penutur
dikaji berdasarkan konteks eksternal yang
menentukan makna sebuah tuturan. Atau
melingkupi
sering juga dikatakan sebagai penutur dan
maupun
-nya,
konteks
baik
konteks
kultural.
situasi
Pemahaman
mitra
dan
tutur
konteks situasi dan konteks kultural dalam
istilah”pelibat
wacana
dapat
siapa
mitra
atau
tutur
participant
wacana”.
Pelibat
sangat
dengan wacana
dilakukan
dengan
biasanya menunjuk pada orang-orang yang
berbagai
prinsip
berperan dalam wacana, kedudukan- nya,
penafsiran. Prinsip-prinsip yang dimaksud
jenis hubungan peran, ciri fisik dan nonfisik,
adalah (1) prinsip penafsiran personal, (2)
serta emosi penutur dan mitra tutur.
mempertimbangkan
prinsip penafsiran lokasional, (3) prinsip penafsiran
temporal.
Analisis
ini
meliputi,Jakarta, Jakarta merupakan tempat bagi Nyala untuk menempuh pendidikan
Kalau memang Roger kini telah masuk islam dan bertaubat, tentunya yang pertama kali harus ia lakukan adalah memperlihatkan tanggung jawab dan mengentaskan Hesti dari lembah hitam (SEBN/II/i/56)
kedokteran. Nyala berada ditempat ibunya Faig selama studi perkuliahan, karena ibunya
1.4.2.Kode PPL Lokasioner)
(Prinsip
Penafsiran
Faig adalah teman dari ibunya Nyala. 1.4.1.
Kode PPP Personal)
(Prinsip
Penafsiran
tempat
Prinsip penafsiran personal berkaitan dengan siapa yang menjadi partisipan di dalam suatu wacana. Dalam hal ini siapa penutur
dan
siapa
mitra
tutur
sangat
menentukan makna sebuah tuturan. Atau sering juga dikatakan sebagai penutur dan mitra
tutur
istilah”pelibat
atau
Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran
participant
wacana”.Pelibat
dengan wacana
biasanya menunjuk pada orang-orang yang berperan dalam wacana, kedudukan- nya, jenis hubungan peran, ciri fisik dan nonfisik, serta emosi penutur dan mitra tutur.
atau
situasi.(keadaan,
lokasi
terjadinya
peristiwa,
dan
suatu proses)
dalam rangka memahami wacana. Prinsip ini berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa,
dan
proses)
dalam
rangka
memahami wacana).Tempat atau lokasi yang ada dalam cerita novel ini adalah: Apalagi saat ia pulang ke Sindempuan dua tahun yang lalu, ia mendapatkan berita yang sangat menyakitkan (I.i.56) Mendapat surat itu umi langsung terbang ke Sidempuan. Dan sampai di sana tepat saat ibu di- makamkan (SEBN/I/ix/62) 63
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
perlu sekolah tinggi dan diatur oleh laki-laki. 1.4.3.
Kode PPT Temporal)
(Prinsip
Penafsiran
sekolah
Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan
pemahaman
mengenai
waktu.
Berdasarkan konteksnya dapat ditafsirkan kapan waktu atau berapa lama waktu terjadinya
situasi
(Sumarlam,
Adhani,
....umi yang meminta ia pulangf seminggu yang lalu (SECN/II/i/62).
dari analisis sosial budaya dalam
novel pudarnya Pesona Cleopatra yang terdiri dari dua judul yakni Pudarnya Pesona Cleoptra dan Setetes Embun Cinta Nyala karya Habiburahman El Shirazy adalah sebagai berikut. Dalam novel Pudarnya Pesona Cleoptra terlihat bahwa budaya orang Jawa lebuh difokuskan pada tokoh Raihana. Raihana adalah sosok wanita Jawa yang lebih mempertahankan budaya sebagai wanita Jawa yang harus menerima dan pasrah pada suami. Sosok wanita Jawa yang mengutamakan
suami
dan
me-
nomorduakan dirinya sendiri. Untuk kondisi sekarang masih ada beberapa wanita yang mempertahankan budaya. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Altruiswati bahwa ”ideologi patriarki adalah budaya yang mengutamakan budaya
kaum
laki-laki.
Dalam
patriarki masyarakat emansipasi
perempuan adalah lebih lembut, cantik, tidak
64
tinggi,
keras,
pencari
kuat,
perlu
nafkah,
tulang
punggung keluarga dan mengatur seluruh kehidupan” (2007:17). Kemudian Setetes Embun Buat Nyala lebih bersifat maju dan memiliki kedudukan sama antara laki-laki dan perempuan.
Nyala adalah seorang
memiliki pendidikan tinggi bergelar dr. D. Pembahasan Berdasarkan
1.5. Konteks sosial budaya
lebih
laki-laki
wanita yang memiliki karakter baik dan
Indratmo.2004:98—102)
Dilihat
Sedangkan
hasil
penelitian
dapat
diketahui bahwa dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburahman El Shirazy
ditemukan
mikrotekstual
dan
jenis
wacana
makrotekstual.
Mikrotekstual melipu-ti aspek gramatikal referensi, sub-stitusi, elipsis, dan konjungsi, sedangkan aspek leksikal meliputi repetisi, antonimi, dan kolokasi atau sanding kata. Aspek gramatikal yang sangat dominan dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra adalah aspek konjungsi sebanyak 50 data. Dalam novel Setetes Embun Buat Nyala yang sangat dominan adalah aspek konjungsi sebanyak 19 data.
Aspek leksikal yang
sangat dominan dalam novel Pudarnya Pesona Cleoptara
adalah aspek repetisi
terdapat 7 data, sedangkan untuk Setetes Embun buat Nyala adalah 3 data. Dalam penelitian
ini
aspek
demonstratif
dan
kolokasi atau sanding kata yang tidak banyak data ditemukan dalam novel, baik yang novel
Analisis Mikrotekstual Dan Makrotekstual Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra ... (Nur Mei Ningsih)
Pudarnya Pesona Cleopatra maupun dalam
Pesona Cleopatra dan Setetes Embun Buat
novel Setetes Embun buat Nyala.
Nyala
Dominannya
penggunaan
aspek
konjungsi dalam novel Pudarnya Pesona Ccleopatra dan Setetes Embun Buat Nyala menjadikan isi novel mudah dipahami oleh pembaca. Adanya
penggunaan repetisi
dalam novel menjadikan isi novel menjadi lebih menarik untuk dibaca. Selain itu juga penggunaan
repetisi
atau
perulangan
memberikan penekanan pada isi novel.
dapat
disimpulkan
bahwa
penggunaan bahasa yang berkaitan dengan analisis wacana dalam novel yang bersifat macrotekstual dan microtekstual sebanyak 145 kutipan. Dari kutipan yang ditemukan terbanyak analisisnya adalah penggunaan analisis grama- tikal konjungsi untuk judul pertama sebanyak 50 kutipan dan untuk judul kedua sebanyak 19 kutipan, sedangkan yang sangat minim penggunaan bahasanya berdasarkan analisis
maicrotekstual
dan
Penelitian ini bukan hanya berkaitan
macro- tekstual adalah analisis kolokasi atau
dengan analisis bidang bahasanya saja yang
sanding kata yakni hanya 1 kutipan dan
berkaitan dengan aspek gramatikal dan
analisis
leksikal,
juga
kutipan, sedangkan dalam judul yang kedua
menganalisis pengguanan bahasa di luar
terdapat dua kutipan untuk antonimi dan
bahasa dan mengaitkannya dengan konteks
untuk kolokasi terdapat satu kutipan.
tetapi
penelitian
ini
antonimi
terdapat
maksimal
3
masyarakat atau budaya masyarakat secara sekilas. Penelitian yang berkaitan dengan analisis wacana banyak dilakukan oleh peneliti lain, tetapi lebih banyak pada aspek kohesi lebih mengarah pada analisis bahasanya. Namun, untuk aspek di luar bahasanya masih sangat sedikit sehingga penelitian ini dilakukan
E. Simpulan Berdasarkan hasil temuan pembahasan
dan
penelitian me- ngenai analisis
wacana micro- tekstual dan macrotekstual dengan menggunakan pendekatan teks dan konteks
dalam
novel
Pudarnya Pesona
Cleopatra karya Habiburahman El Shirazy yang terdiri dari dua judul, yakni Pudarnya 65
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
Daftar Rujukan
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Astuti, Puji Wahyu. 2010. Wacana Kebahasaan.Semarang: Aneka Ilmu El Shirazy, Habiburahman.2005. Pudarnya Pesona Cleopatra. Jakarta: Republika. Eriyanto.2001.Analisis Wacana. Pengantar Analisis Media. Yogyakarta: IKIS Endraswara, Suwardi.2003.Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:Pustaka Widyatama Lubis, Hamid Hasan.1991. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa Praptomo, Baryadi.2002. Dasar-Dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondosuli. Semi, M Atar.1993. Metodologi Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa Sumarlam, Ed.2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Sumarlan, Agnes Adhani, Indratmo. 2004. Analisis Wacana Iklan, Lagu, puisi, Cerpen, Novel, Drama. Surakarta: CV Pakar Raya .
66
PENGARUH SATUAN ACARA PERKULIAHAN TERHADAP PEMANFAATAN BUKU DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH KOTABUMI
Dian Rifia Syaifudin*)
Abstract Teaching books contained in Satuan Acara Perkuliahan (SAP) are one of the main supports in the teaching learning process which should be available in the library. This research aimed to investigate the influence of teaching books contained in SAP of Pendidikan Bahasa Dan Sastra, Pendidikan Bahasa Inggris, dan Pendidikan Matematika toward the utilization of library collections. The method used in this reserach was quantitatif reserach. The result showed that each SAP developed by the lecturer with thirteen tittles of prime books and thirty five variations has a positive influence toward the utilization of the prime books which are available in the library with the determination of 64.72%. It can be explained through the linier regression of Y= 0.77+0.79X with the significant r =0.256 and r positif = 0.804. Eventually, it can be concluded that there was positif influence of SAP toward the utilization library colections. Kata kunci : Buku ajar, Koleksi perpustakaan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
A. Pendahuluan Pendidikan sangat penting bagi semua
yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
mayarakat, baik masyarakat lapisan bawah
berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
maupun lapisan atas. Pendidikan adalah
warga
wujud
bertanggung
usaha
berbangsa
dan
mencerdaskan
kehidupan
bernegara.
Kecerdasan
negara
fungsi
yang
jawab.
demokratis Untuk
tersebut,
serta
mengemban pemerintah
berbangsa dapat terwujud dengan baik
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan
apabila penyelenggaraan sistem pendidikan
nasional
nasional didasarkan pada Pancasila dan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,
Undang-Undang Dasar Negara Repubik
serta Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
Indonesia tahun 1945. Sistem Pendidikan
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Nasional memiliki fungsi mengembangkan
(Fokus Media, 2009: 62).
kemampuan dan membentuk watak serta
sebagaimana
Sistem
tercantum
pendidikan
dimulai
dalam
dari
peradaban bangsa yang bermartabat dalam
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa,
Adapun jenis pendidikan tinggi antara lain:
serta
mengembangkan
akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut,
potensi peserta didik agar menjadi manusia
dan universitas. Sekolah Tinggi Keguruan
bertujuan
untuk
*) Kepala Perpustakaan STKIP Muhammadiyah Kotabumi Lampung
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
dan Ilmu Pendidikan
Muhammadiyah
peserta didik, pendidik, media, lingkungan,
Kotabumi merupakan salah satu sekolah
sumber belajar, dan lain-lain. Komponen-
tinggi swasta yang mempunyai tiga program
komponen
studi. Setiap program studi mempunyai visi
dikembangkan agar tujuan pendidikan dapat
dan misi guna mendukung pelaksanaan
dicapai
program pendidikan sekolah tinggi. Dalam
2014:148).
kurikulum
sebagaimana
tersebut
mestinya
harus
(Idi,
usaha mencapai suatu tujuan sesuai dengan
Dari deskripsi di atas, penelitian ini
visi dan misi yang telah ditentukan oleh
akan difokuskan pada beberapa rumusan
sekolah
studi
yang menjadi masalah penting di dalam
mempunyai beberapa sasaran yang harus
proses pembelajaran di perguruan tinggi.
dicapai. Sasaran tersebut dapat dicapai
Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan
melalui aktivitas pelaksanaan program kerja
sebagai berikut.
di dalam program studi yang telah disusun
1.
sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
terdapat dalam Satuan Acara Perkuliahan
tinggi,
setiap
program
Berapa banyak buku
ajar
yang
Kurikulum merupakan inti dari proses
(SAP) Program Studi Pendidikan Bahasa dan
pendidikan, yang di antaranya meliputi
Sastra Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris,
bidang-bidang
manajemen
dan Pendidikan Matematika di Sekolah
pendidikan, kurikulum, dan layanan siswa.
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Kurikulum merupakan bidang yang paling
Muhammadiyah Kotabumi Tahun Akademik
berpengaruh
langsung
2013/2014?
pendidikan.
Dalam
pendidikan:
terhadap
hasil
pengembangan
kurikulum, minimal dapat dibedakan antara desain kurikulum atau kurikulum tertulis (design, written, ideal, official, formal,
2. Bagaimana pengaruh atau konstribusi Satuan Acara Perkulihan (SAP) terhadap pemanfaatan koleksi Perpustakaan Sekolah
document curriculum) dan implementasi
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
kurikulum
Muhammadiyah Kotabumi tahun akademik
atau
kurikulum
perbuatan
(curriculum implementation, curriculum in
2013/2014?
action, aktual curriculum, real curriculum)
B.
Kajian Teori
(Sukmadinata:2003:1).
1.
Silabus
Pengembangan hakekatnya
kurikulum
merupakan
komponen-komponen
pada
Silabus merupakan suatu daftar bagian isi
pengembangan
yang akan dinilai. Dalam literatur silabus
kurikulum
yang
menjadi subbagian dari kurikulum dan
membentuk sistem kurikulum itu sendiri,
dimasukkan ke dalam konsep yang lebih
yaitu komponen: tujuan, bahan, metode, 68
Pengaruh Satuan Acara Perkuliahan Terhadap Pemanfaatan Buku Di Perpustakaan ... (Dian Rifia Syaifudin)
luas.
Dengan
adanya
cakupan
standar
2.
Pemanfaatan Koleksi Perpustakaan
kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin
Pembinaan koleksi perpus- takaan
dicapai oleh siswa maka silabus dapat
merupakan salah satu dari kegiatan kerja
dijadikan sebagai produk pengembangan
pelayanan teknis yang harus dilakukan
kurikulum (Idi:2014:33-34).
perpustakaan
Kurikulum dan pembelajaran merupakan
usahanya
penjabaran dari silabus yang telah ditentukan
informasi kepada para pemustaka demi
standar kompetensi terlebih dahulu dengan
tercapainya tujuan perpustakan perguruan
berisikan pengetahuan, sikap, materi yang
tinggi, yaitu mendukung, memperlancar, dan
harus dipelajari, pengalaman belajar yang
meningkatkan kualitas pelaksanaan program
harus
kegiatan
dilakukan
mencapai
dan
standar
penilaian
kompetensi.
untuk Dengan
dapat
menjawab
berbagai
a. Jenis materi apa yang akan diajarkan (standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi yang akan diajarkan); dan
sarana
atau
cara
mengetahui
pencapainya (evaluasi dan penilaian). Dari uraian di atas
dari standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam materi pokok, indikator kompetensi,
alokasi
waktu,
proses atau kegiatan pembelajaran yang diimplementasikan
oleh
guru dan dievaluasi untuk mendapatkan nilai hasil
(1996:2)
koleksi
kurikulm
dan
majalah,
laporan,
pamflet,
manuskrip, lembaran musik, berbagai karya media audio visual seperti film, microfis dan
koleksi perpustakaan yang diadakan oleh pihak
perpustakaan,
baik
dengan
cara
menbeli, tukar-menukar, maupun hadiah untuk digunakan oleh pemustaka.
pengembangan kurikulum yang dijabarkan
dari
Saleh
perpustakaan adalah buku yang mencakup
dapat diartikan
bahwa silabus merupakan produk untuk
pelaksanaannya
tinggi
mikro buram. Semua bahan tersebut disebut
pembelajaran
(pengalaman belajar, metode, dan media);
pencapaian
pelayanan
perguruan
Menurut
sendiri,
c. Indikator
memberikan
dalam
pengertian yang luas termasuk buku itu
persoalan tentang:
b. Metode
untuk
tinggi
(Noerhayati,1987:135)
demikian, pengembangan kurikulum dan pembelajaran
Perguruan
pembelajaran
Pemanfaatan
koleksi
buku
di
perpustakaan bisa dilihat dari banyaknya peminjam dan jumlah koleski yang dipinjam biasanya digunakan sebagai salah satu unsur untuk
mengetahui
efektivitas
suatu
perpustakaan (Lasa, 2005:17). Menurut
Arsyad
(2014:100)
pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar
secara
efektif
memerlukan
keterampilan sebagai berikut.
(Muslich,2007:23). 69
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
1. Keterampilan mengumpulkan informasi, meliputi: mengenal sumber informasi dan pengetahuan, menentukan lokasi sumber informasi, cara menggunakan katalog dan indeks, menggunakan bahan pustaka baru dan referensi lainnya. 2. Keterampilan mengambil intisari dan mengorganisasi- kan informasi, seperti memilih informasi yang relevan dengan kebutuhan dan masalah dan mendokumentasi informasi dan sumbernya. 3. Keterampilan menganalisis, meliputi memahami bahan yang dibaca, dan membe-dakan antara fakta dan opini. 4. Keterampilan menggunakan informasi, seperti memanfaat- kan intisari informasi, menggunakan informasi dalam diskusi dan me- nyajikan informasi dalam bentuk tulisan.
dilakukan dengan memperhatikan sumber data berupa kondisi, lingkungan, dokumen, dan sumber daya manusia. Dengan demikian, perolehan data yang direncanakan akan lebih komprehensif (Arikunto, 2008:51). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang menjadi objek penelitian, yaitu referensi jumlah judul buku ajar yang terdapat pada satuan acara perkuliahaan (SAP) sebagai variabel independen dan pemanfaatan buku ajar koleksi perpustakaan STKIPM
Kotabumi
sebagai
variabel
dependen. Dalam penelitian ini dibatasi buku ajar (wajib) yang terdapat pada satuan acara perkuliahaan
C. Metodologi Penelitian
(SAP)
tahun
akademik
yang
diambil
2013/2014. Dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif. Sesuai dengan sifatnya, analisis deskriptif berusaha
merupakan
pendekatan
mempertahankan
(wholeness)
suatu
objek.
yang
keutuhan Data
yang
diperoleh dari seluruh aspek yang berkaitan dengan objek yang dikaji telah diupayakan untuk
dikumpulkan
secara
luas
dan
mendetail. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Namun demikian, jenis data kualitatif juga diperlukan sebagai data penguat dan penjelas fenomena
yang
ada
terkait
dengan
pembahasan dalam penelitian ini, yaitu pengaruh satuan acara perkuliahan terhadap pemanfaatan koleksi perpustakaan. Usaha untuk memeroleh kedua sumber data tersebut
70
Sampel
dalam
penelitian ini sebanyak 109 satuan acara perkuliahan yang terdiri dari 60 mata kuliah
keilmuan
mata
kuliah
kepribadian,
dan
keterampilan,
pengembangan
21
mata
berkarya,
18
mata
keahlian
berkarya,
10 dan
kuliah
keahlian
kuliah
pilihan
dengan
meng-
gunakan tingkat kesalahan 1% dari 109 SAP.
Dalam
digunakan sampling kuliah
pengambilan proportionate
sampel random
dengan
alasan
jenis
mata
heterogen
(tidak
sama)
dan
mempunyai
strata/
tingkatan
propor-
sional. Dalam
penelitian
ini
terdapat
dua
variabel yang saling berhubungan antara
Pengaruh Satuan Acara Perkuliahan Terhadap Pemanfaatan Buku Di Perpustakaan ... (Dian Rifia Syaifudin)
varibel
satu
Variabel
dengan
tersebut
perkuliahan
variabel
adalah
(SAP)
kedua.
satuan
sebagai
acara
dependen.
Hubungan
kedua
variabel
tersebut dapat digambar sebagai berikut:
variabel
indenpenden dan pemanfaatan buku ajar koleksi
perpustakaan
sebagai
variabel
Satuan Acara Perkuliahaan ( SAP ) Independen)
Pemanfaatan Koleksi Perpustakaan(Variabel Dependen)
Untuk mengetahui pengaruh antara
JK (a) = Jumlah kuadrat regresi a
variabel satuan acara perkuliahan terhadap JK (S) = Jumlah kuadrat sisa
pemanfaatan buku ajar (wajib) koleksi perpustakaan dapat dihitung dan dianaliss dengan
menggunakan
Product Moment
rumus
JK (TD) = JK(T)-JK(S)
korelasi
(Sugiyono ,2010:262)
sebagai berikut.
Untuk hubungan
r2
=
tes
membuktikan
adanya
antarvariabel tersebut diadakan
hipotesis
umum,
yaitu
apabila
JK (TD) JK ( S ) ( JK (T ) JK (a )) JK ( Shipotesisnya ) nol (Ho=0) maka tidak ada JK (TD) JK (TD) hubungan antara variabel. Begitu pula
sebaliknya kalau hipotesis di atas nol (Ho>0) r
JK (TD) JK ( S ) JK (TD)
=
menunjukan adanya hubungan maka kedua variabel terjadi hubungan positif. Untuk mempermudah proses penganalisisan, data
( JK (T ) JK (a)) JK ( S ) JK (TD)
Keterangan : r2
=
Koefesien
harus
dihubungkan
antara
variabel
independen dengan dependen.
D. Hasil Penelitian determinan
dalam persen r = Koefisien korelasi
1.
Deskripsi
mata
kuliah
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris dan Pendidikan Matematika terdiri dari 109
JK (T) = Jumlah kuadrat total
satuan acara perkuliahan (SAP) terdiri dari
71
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
60 mata kuliah keilmuan dan keterampilan,
berkarya. Data penelitian ini berupa jumlah
10
judul buku ajar yang tercantum dalam satuan
mata
kepribadian,
kuliah 21
pengembangan mata
kuliah
dan
keahlian
acara perkuliahan.
berkarya, 18 mata kuliah pilihan keahlian Tabel. 1 No
Materi Mata Kuliah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Linguistik Umum Menyimak Sosiolinguistik Psikolinguistik Aliran-Aliran Linguistik Berbicara 1 Berbicara II Membaca I Membaca II Menulis I Menulis II Pragmatik Penyuntingan Naskah Analisis Kesalahan Berbahasa Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar Fonologi Bahasa Indonesia Teori Sastra Sejarah Sastra Metodologi Penelitian Sastra Kritik Sastra Retorika Kajian Prosa Fiksi Penelitian Sastra Filsafat Bahasa Wacana Bahasa Indonesia Semantik Bahasa Indonesia Tata Ejaan dan Tata Istilah Morfologi Bahasa Indonesia I Sintaksis Bahasa Indonesia I Sintaksis Bahasa Indonesia II Problem Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia Bahasa Lampung Dasar-Dasar Kependidikan Statistika Profesi Kependidikan Belajar dan Pembelajaran
72
Jumlah Judul 11 9 11 8 15 8 13 9 13 11 14 9 20 16 15 25 11 10 32 26 12 26 10 12 17 5 18 23 11 15 10 9 10 12 10 14
Pengaruh Satuan Acara Perkuliahan Terhadap Pemanfaatan Buku Di Perpustakaan ... (Dian Rifia Syaifudin)
No
Materi Mata Kuliah
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82
Bimbingan Penyuluhan Metodologi Penelitian Pendidikan Filsafat Pendidikan Teknologi Pendidikan Pendidikan Pancasila Pendidikan Kewarganegaraan Studi Islam I Studi Islam II Studi Islam III Studi Islam IV (Bahasa Arab) Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Teori Drama Menulis Naskah Drama Menulis Kritik dan Esai Sastra Apresiasi Drama Manajemen Pertunjukan Penyutradaraan Menulis Puisi Listening 1 Listening II Structure I Vocabulary Speaking I Speaking II Reading I Reading II Lesson plan Language Testing Penulisan Karya Ilmiah Pengantar Ilmu bahasa Sociolinguistics Psycolinguistics Phonology Translation I Translation II English For Young Leaners I English For Young Leaners II Semantics Komputer Jurnalistik Dasar-Dasar Komputer Aljabar Kalkulus I Kalkulus II Kalkulus III Pengantar Logika Geometri
Jumlah Judul 15 18 6 11 6 13 5 12 6 11 15 9 8 21 29 7 10 6 13 11 10 21 15 13 10 20 12 9 30 5 8 8 9 11 6 19 11 6 19 14 6 8 18 11 20 22
73
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
No
Materi Mata Kuliah
83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103
Dasar-Dasar Statistika Pendidikan Kewarganegaraan Struktur Aljabar I Aljabar Linier Sejarah Matematika Matematika Ekonomi Metode Numerik Persamaan Deferensial I Persamaan Deferensial II Matematika Diskrit Statistika Matematika Fisika Dasar Biokimia Dasar Aplikasi Komputer Analisis Vektor Program Linier Struktur Aljabar II Evaluasi Pembelajaran Matematika Dasar-Dasar Bimibingan Konseling Metode dan Media Pembelajaran Matematika Kurikulum dan Perencanaan Pengajaran Matematika. Pengajaran Mikro Trigonometri Teori Bilangan Statistika Inferensial Geometri Transformasi Koloqium Jumlah
104 105 106 107 108 109
Jumlah Judul 25 4 12 16 20 4 14 18 6 15 16 9 11 5 5 6 16 7 13 16 14 3 12 12 14 14 3 1385
Dari data tabel 1 jumlah buku ajar
Untuk mempermudah dalam analisis
sebanyak 109 materi pembelajaran dalam
data dan mengambil kesimpulan, maka perlu
satuan acara perkuliahan Program Studi
adanya tabel distribusi frekuensi untuk
Pendidikan Bahasa dan Sastra, Pendidikan
pengelompokan jumlah judul dan frekuensi
Bahasa Inggris dan Pendidikan Matematika
materi buku ajar sesuai dengan sumber
terdiri dari 1385 judul buku.
belajar
2.
Analisis Buku Ajar dalam Satuan
Acara Perkuliahan.
74
masing-masing.
Tabel
frekuensi tersebut sebagai berikut:
distribusi
Pengaruh Satuan Acara Perkuliahan Terhadap Pemanfaatan Buku Di Perpustakaan ... (Dian Rifia Syaifudin)
Tabel. 1 Distribusi Frekuensi Buku Ajar dalam SAP x 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 25 26 29 30 32 Jumlah
F 1 2 6 9 2 6 8 8 12 8 6 7 7 5 1 4 2 4 2 1 1 2 2 1 1 1 N =109
x2 9 16 25 36 49 64 81 100 121 144 169 196 225 256 289 324 361 400 441 484 529 625 676 841 900 1024 2 x = 8385
f.x 3 8 30 54 14 48 72 80 132 96 78 98 105 80 17 72 38 80 42 22 23 50 52 29 30 32 fx=1385
f.x2 9 32 150 324 98 384 648 800 1452 1152 1014 1372 1575 1280 289 1296 722 1600 882 484 529 1250 1352 841 900 1024 2 fx = 1459
Kerterangan: x = Jumlah judul dalam SAP , f = Frekuensi, f.x = Hasil kali f dan x, x2 = kuadrat kali x, f,x2 = Hasil kali f dan x2
Dengan
bantuan
tabel
1,
perkuliahan
(SAP)
sebanyak
1385
analisis dapat dilakukan dengan mudah
judul buku, 109 frekuensi materi
dan diketahui jumlah buku ajar yang
sumber belajar dengan rata-rata setiap
tercantum
materi
dalam
satuan
acara
12.71,
variasi
43.081
dan 75
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
standar
deviasi
6.564.
Hitungan
rata-rata
dilakukan dengan menggunakan rumus
satuan
sebagai berikut.
12.71 sumber atau kalau dibulatkan
1. Menghitung mean (M) dengan rumus : fX 1385
N
M =
= 109 =
:
12.71
2. Menghitung standar deviasi (SD) dengan rumus :
SDx = =
f .X 2 N
fX N
21459 1385 109 109
Hasil
perhitungan di
acara
perkuliahan
adalah
menjadi 13 sumber dengan variasi sumber
sebanyak
35.
Hal
ini
disebabkan satuan acara perkuliahan yang
dikembangkan
dosen
mempunyai
kontiyuitas,
oleh unsur
fleksibel,
setiap ilmiah, relevan,
2
2
konsisten, aktual dan kontekstual, efektif dan efisien. 3. Analisis
SDx = √196.872 − 12.712 = √196.872 − 161.5441 SDx = 35.3279 = 5.943728
Data
Pemanfaatan
Koleksi Buku Untuk mempermudah dalam atas
analisis data dan mengambil kesimpulan,
dapat disimpulkan bahwa jumlah
maka
materi buku ajar Program Studi
frekuensi untuk pengelompokan jumlah
Pendidikan
Sastra,
judul dan frekuensi pemanfaatan buku
Inggris,
ajar koleksi perpustakaan. Adapun tabel
Pendidikan Pendidikan
Bahasa
dan
Bahasa Matematika
sebanyak
109 materi satuan acara perkuliahan, dari 1385 sumber buku ajar, jumlah
76
yang dibutuhkan setiap
perlu
distribusi berikut
adanya
frekuensi
tabel
tersebut
distribusi
sebagai
Pengaruh Satuan Acara Perkuliahan Terhadap Pemanfaatan Buku Di Perpustakaan ... (Dian Rifia Syaifudin)
Tabel. 2 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Judul Buku yang dipinjam Linguistik Umum Menyimak Sosiolinguistik Psikolinguistik Aliran-Aliran linguistic Berbicara 1 Berbicara II Membaca Menulis Pragmatik Penyuntingan Naskah Analisis Kesalahan Berbahasa Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar Fonologi Bahasa Indonesia Teori Sastra Metodologi Penelitian Sejarah Sastra Metodologi Penelitian Sastra Kritik Sastra Retorika Kajian Prosa Fiksi Penelitian Sastra Filsafat Bahasa Wacana Bahasa Indonesia Semantik Bahasa Indonesia Tata Ejaan dan Tata Istilah Morfologi Bahasa Indonesia Sintaksis Bahasa Indonesia Problem Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indo Dasar-Dasar Kependidikan Bahasa Lampung Statistika Profesi Pendidikan Metode Penulisan Karya Ilmiah Belajar dan Pembelajaran Bimbingan Penyuluhan Metodologi Penelitian Pendidikan Filsafat Pendidikan Teknologi Pendidikan Pendidikan Pancasila Pendidikan Kewarganegaraan Studi Islam Aqidah Akhlaq Studi Islam II Pengelolaan Perpustakaan Sekolah
Jumlah Judul 11 6 11 7 4 8 12 9 12 11 14 9 20 16 15 25 11 10 32 26 12 20 10 12 15 5 17 23 11 15 9 9 10 12 8 14 15 13 6 9 6 5 13 12 6 77
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
No 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92
78
Judul Buku yang dipinjam Teori Drama Menulis Kritik dan Esai Sastra Drama Menulis Puisi Manajemen Pertunjukan Basic Grammar Structure Listening 1 Assesing Speaking Assesing Writing Reading 1, II Lesson Plan Language Testing Penulisan Karya Ilmiah Pengantar Ilmu Bahasa Sociolinguistics Psycolinguistics Phonology Translation 1,2 English For Young Learners1 English For Young Learners 2 Semantics Introducing English Semantics Case Study Research In Educational Settings Komputer Jurnalistik Dasar-Dasar Komputer Membuat Web Dengan Dreamweaver Aljabar Linier 1 Struktur Aljabar Sejarah Matematika Matematika Ekonomi Metode Numerik Persamaan Deferensial 1, 2 Matematika Diskrit Kalkukus Lanjutan Geometri Analitik Statistik Matematika Metode Statistika Statistika Transformasi Laplace Fisika Dasar Fisika Untuk Universitas Biologi Biokimia Kimia Analisis Vektor Biologi Dasar
Jumlah Judul 11 15 9 8 19 25 7 9 6 13 11 10 19 15 11 2 5 18 12 5 14 5 5 7 9 6 6 8 11 6 13 14 5 5 11 8 14 14 4 1 3 7 7 2 5 8 1
Pengaruh Satuan Acara Perkuliahan Terhadap Pemanfaatan Buku Di Perpustakaan ... (Dian Rifia Syaifudin)
No 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109
Judul Buku yang dipinjam Struktur Aljabar Evaluasi Pembelajaran Matematika Trigonometri Koloqium Kalkulus Jiid 1 Kalkulus Jilid II Persamaan Diferensial Biasa 1 Aljabar Linier dan Aplikasinya Kimia Organic Matematika Untuk Perguruan Tinggi Persamaan Diferensial Biasa Matematika Untuk Ekonomi dan Bisnis Dasar-Dasar Analisis Numerik Kalkulus Diferensial Metodologi Penelitian Tindakan Kelas Pengantar Statistik Pendidikan Logika Matematika Jumlah
Jumlah Judul 7 6 3 1 5 2 5 12 3 9 11 12 2 10 7 12 6 1098
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Buku Ajar Koleksi Perpustakaan y 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
F 3 4 3 2 11 10 7 6 9 5 11 10 4 6 6 1 1 1 2 2
f.y 3 8 9 8 55 60 49 48 81 50 121 120 52 84 90 16 17 18 38 40
y2 1 4 9 16 25 36 49 64 81 100 121 144 169 196 225 256 289 324 361 400
f.y2 3 16 27 32 275 360 343 384 729 500 1331 1440 676 1176 1350 256 289 324 722 800
79
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
y 23 25 26 32 Jumlah
F 1 2 1 1 N =109
f.y 23 50 26 32 fy=1098
y2 529 625 676 1024 y 2 = 5724
f.y2 529 1250 676 1024 fy2= 14512
Kerterangan, y = Jumlah judul yang dipinjam, f = Frekuensi, f.y = Hasil kali f dan y, y2 = Kuadrat kali y, f.y2 = Hasil kali f dan y2
Dengan bantuan tabel 2, dapat
f .Y
SDy =
N
diketahui pemanfaatan buku ajar koleksi perpustakaan 1098 judul buku, 109
fY N
14512 1098 109 109
= frekuensi materi sumber belajar dengan rata-rata setiap materi 10.07, variasi
2
SDy
2
2
√13314 − 10.072
=
31.8096 dan standar deviasi 5.64. = √13314 − 101.4049 Adapun perhitungan dilakukan dengan bantuan tabel 2 dengan menggunakan rumus sebagai berikut : a) Menghitung mean (M) dengan rumus sebagai berikut : M=
fY N
=
1098 10.07 109
SDy =
Melalui tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah meteri program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra, Indonesia, Pendidikan
Bahasa
Inggris
dan
Pendidikan Matematika sebanyak 109
b) Menghitung standar deviasi (SD)
satuan acara perkuliahan (SAP), setiap
dengan rumus sebagai berikut :
materi 10.07 atau 10 sumber buku ajar dengan
variasi
deviasi
5.64.
pemanfaatan
80
31.7351 = 5.64
31.735
dan
Dengan buku
ajar
standar rata-rata koleksi
Pengaruh Satuan Acara Perkuliahan Terhadap Pemanfaatan Buku Di Perpustakaan ... (Dian Rifia Syaifudin)
perpustakaan
10
judul
dari
Pendidikan Matematika mempunyai pengaruh
kebutuhan setiap materi satuan acara
yang sangat signifikan terhadap pemanfaatan
perkuliahan (SAP), hal ini menunjukkan
koleksi buku ajar di Perpustakaan STKIP
bahwa pemanfaatan buku ajar koleksi
Muhammadiyah Kotabumi .Semakin banyak
perpustakaan
buku ajar yang tercantum dalam satuan
STKIP
buku
Muhammadiyah
perkuliahan (SAP) akan semakin banyak
Kotabumi adalah baik.
pemanfaatan koleksi buku ajar di perpustakaan.
E. Kesimpulan Pengaruh satuan acara perkuliahan program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris dan Pendidikan Matematika tahun akademik 20013/2014 terhadap pemanfaatan koleksi buku
ajar
di
Muhammadiyah
perpustakaan
STKIP
Kotabumi
diperoleh
Hal
ini
dapat
35 judul buku ajar yang tercantum
kuliah program studi Pendidikan bahasa dan sastra,
pendidikan
Bahasa
Inggris
hasil
dalam
satuan acara perkuliahan, dengan pemanfaatan koleksi buku ajar di perpustakaan rata-rata 10 dan variasi 32 judul. Hubungan korelasi sangat signifikan r =0.256 dan positif sebesar r = dengan
determinan Satuan acara perkuliahan (SAP) mata
melalui
penelitian, bahwa rata-rata terdiri 13 dan variasi
0.804
kesimpulan sebagai berikut.
ditunjukan
pengaruh
(konstribusi)
64.72% yang dapat dijelaskan
melalui persamaan regresi linier Y = 0.77 + 0.79X.
dan
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Soeatminah. 1992. Perpustakaan, Kanisius,
Kepustakawanan
dan
Pustakawan,
Yogyakarta:
Saleh, Abdur Rahman. 1996. Pengelolaan Terbitan Berseri. Jakarta: Universitas Terbuka.
81
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
Sugiyono. 2010.Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta, Muslich, Masnur.2007. Seri Standar Nasional Pendidikan (KTSP) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman dan Pengembangan (Pedoman Bagi Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Dewan Sekolah dan Guru), Jakarta: PT Bumi Aksara, Noerhayati. 1987. Pengelolaan Perpustakan Jilid I. Bandung: ALUMNI. Lasa, HS. 2005. Manajemen Perpustakaa., Yogyakarta: PINUS, Idi, Abdullah. 2014. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Jakarta: Rajagrafindo.
82
PROFESIONALISME GURU DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
Dian Eka Priyantoro*)
Abstract “As a simple matter learning can be defined as something that could hinder the achievement of learning objectives. During the learning process, learning problems often associated with attitudes toward learning, motivation, etc. Specifically, learning problems come from internal factors and external factors. Due to the success of learning is the outcome of all activities performed teachers and students in the learning process, then every teacher must seek to optimally understand the various factors that may create obstacles in the process of teaching and learning. When a teacher is able to understand the problems of learning and innovations in the learning process then indirectly the quality of learning can be improved.” Keyword: Professionalism, Quality, and Learning ujung Indonesia yang lain para guru dan
A. Pendahuluan Dengan dimulainya era baru dalam
anak
didik
masih
harus
merasakan
kurikulum pendidikan di Indonesia, yakni
pembelajaran yang jauh dari kata baik atau
era Kurtilas atau yang lebih dikenal dengan
masih
era kurikulum ketiga belas, sekolah ditantang
keterbatasan sarana maupun tenaga pendidik
untuk menggali sedalam mungkin metode
yang mumpuni atau professional, misalnya
dan strategi yang jitu untuk membelajarakan
dari segi sarana bangungan untuk belajar
anak didik sehingga transfer ilmu dapat
yang nilainya minus dari sisi kenyamanan
dilakukan dengan cara yang tepat dan cepat
untuk belajar, apalagi dari keselamatan
serta mudah untuk dipahami oleh anak didik.
beraktivitas.
tradisional
mengingat
akan
Etika di satu sisi para pakar pendidik
Dari keterbatasan adanya pendidik
memberkan semangat kepada guru maupun
yang profesional, diharapkan bukan menjadi
calon guru di sekolah sekolah untuk sebebas
sebuah penghalang bagi sekolah untuk terus
mungkin berkreasi dalam mengajar.Di sisi
meningkatkan kinerja setiap guru yang ada
lain mereka sudah pemisis akan keberhasilan
menjadi lebih prosesional dalam meningkat-
paradigma
carut
kan kualitas pembelajaran di sekolah. Guru
marutnya kualitas pendidikan di Indonesia
yang profesional merupakan salah satu tolak
ini
dalam
mengatasi
ini. Hal ini sudah dirasa wajar mengingat di
*) Dosen Tetap Pada Program Studi PGMI IAIN Metro Lampung
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
ukur
dalam
meningkatkan
kualitas
pembelajaran di kelas. Namun makhluk
Guru
dalam
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
demikian, manusia adalah
yang
B. Profesionalisme
dikarenakan
1. Profesionalisme Guru dalam Mengajar
memiliki
kemampuan beradaptasi yang baik maka
a. Pengertian Profesionalisme Guru
akan dipandang bijak jika para pelaku
Menurut Mc Cully (1969;1330) yang
pendidikan ini mulai melakukan langkah-
dikutip oleh Tabrani Rusyan; profesi adalah
langkah
a vacation an wich professional knowledge
adaptasi
pembelajaran merupakan
di
dalam kelasnya.
tombak
pembelajaran,
merumuskan Jika
pendidikan
guru
of some department a learning science is
dalam
used in tis application to the of other or in
media belajar dapat mem
the practice of an art found it.
bantu para guru untuk melakukan transfer
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
ilmu tersebut. Ketika banyak orang berkecil
bahwa dalam suatu pekerjaan yang bersifat
hati dengan tuntutan hasil akhir Ujian
professional
Nasional serta paradigma Kurikulum Ketiga
prosedur yang bertumpu pada landasan
Belas di sekolah, mungkin kreativitas dalam
intelektual,
memanipulasi
dan
dipelajari dan kemudian secara langsung
pengajaran dapat menjadi salah satu jalan
dapat diabadikan bagi kemaslahatan orang
untuk dapat lolos melewati tantangan ini.
lain.
media
pembelajaran
kesimpulan
bahwa
untuk
yang
secara
teknik
sengaja
serta
harus
Profesi berasal dari kata profesion,
Dari uraian di atas dapat diambil sebuah
dipergunakan
serta
profesional
dari
profesional,
berkualitas maka mulai dari sekarang yang
bervariasi tergantung dari konteks yang ingin
perlu di bangun di setiap sekolah adalah
diungkapkan. Hornby memberikan batasan
menyiapkan
tentang:
kebutuhan
yang
mempunyai
kata
mewujudkan sebuah generasi pendidik yang
semua
yang
berasal
batasan
dibutuhkan di dalam proses pembelajaran.
“Profesion, n. occupation, esp one
Misalnya, sarana dan prasana yang men-
requiring advanced education and special
dukung serta guru yang memiliki dedikasi
training, eg the law, architecture, medicine,
yang tinggi di dalam mengabdikan dirinya
accountancy,…professional adj 1. Skill ;
untuk negeri dalam mencerdaskan anak
etiquette, the special convention, form of
didiknya dengan kreativitas serta inovasi
politeness, etc associated with a ceratin
dalam pembelajarannya.
profesion; men, eg doctors, lawyers, 2. Doing or practicing something as a full time occupation or to make a living.”
84
Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran (Dian Eka Priyantoro)
Batasan yang lain mengenai profesi
pekerjaan atau kegiatan yang dilakuan oleh
dan profesional diberikan oleh Page dan
seseorang dan menjadi sumber penghasilan
Thomas (1979), seperti kutipan di bawah;
kehidupan
.Profesion, evaluative term describing the most prestigious occupations which may be termed professions if they carry out an essential social service, are founded on systematic knowledge, require lengthy academic and practical training, have high autonomy, acode of ethics, and generate inservice growth. Teaching should be judget as a profession on these criteria.
kemahiran atau kecakapan yang memenuhi
Dari batasan di atas maka dapat dikatakan bahwa etika profesio itu berkaitan dengan baik dan buruknya tingkah laku individu dalam suatu pekerjaan, yang telah
memerlukan
keahlian,
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Menurut Suyanto (2013:21) profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang guru yang memiliki profesionalisme tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta komitmennya terhadap
diatur dalam kode etik.
b.
yang
Guru sebagai Jabatan Profesional
perwujudan
dan
peningkatan
profesional
melalui
berbagai
kualitas cara
dan
strategi. Ia akan selalu mengembangkan Makna
Profesional
mengacu pada
orang yang menyandang suatu profesi atau sebutan untuk penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya. Penyandangan dan penampilan “profesional” ini telah mendapat pengakuan, baik
secara
formal
maupun
informal.
Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang mempunyai wewenang,
yaitu
organisasi
profesi.
pemerintah
dan
Selanjutnya,
atau secara
dirinya sesuai dengan tuntutan perkem bangan
zaman
sehingga
keberadaannya
senantiasa memberikan makna prodesional. Dalam konteks guru, makna profesional sangat penting karena profesionalisme akan melahirkan sikap terbaik bagi seorang guru dalam melayani kebutuhan pendidikan siswa, sehingga kelak sikap ini tidak hanya memberikan manfaat bagi siswa, tetapi juga memberikan
manfaat
bagi
orang
tua,
masyarakat dan institusi sekolah itu sendiri.
informal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas dan para pengguna jasa suatu profesi.
Pekerjaan tenaga kependidikan adalah pekerjaan professional karena pekerjaan itu sudah disiapkan seoptimal mungkin walupun
Dalam UU Guru dan Dosen (pasal 1 ayat 4) disebutkan bahwa professional adalah
hasilnya belum memuaskan. Oleh sebab itu, dengan
jabatan
dan
pekerjaan
tenaga
85
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
kependidikan harus sadar bahwa tugas dan
2. Qualitas Pembelajaran
tanggung jawab tidak bisa dilakukan oleh
a.
orang lain kecuali dirinya.
Pengertian Kualitas Pembelajaran Pandangan yang sudah berlangsung
Banyak tenaga kependidikan itu sendiri
lama
yang
menempatkan
yang belum menghargai profesinya, apalagi
sebagai
berusaha mengembangkan profesi tersebut.
transfer of knowledge dari guru kepada siswa
Perasaan rendah diri karena menjadi guru,
semakin
penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan
Penemptan guru sebaga satu-satunya sumber
kepentingan
lain,
informasi menempatkan siswa tidak sebagai
tenaga
individu yang dinamis, akan tetapi lebih
kependidikan semkain merosot (Sudjana,
sebagai obyek yang pasif sehingga potensi-
1988; 13-14).
potensi
sehingga
pribadinya pudanya
dan wibawa
ain
proses
transfer
pembelajaran
banyak
informasi
mendapat
keindividualannya
atau
kritikan.
tidak
dapat
berkembang secara optimal. Dengan demikian, seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus, kemampuan
Karena sesuai dengan UUD 1945,
yang tidak mungkin dimiliki oleh orang yang
pendidikan
bukan guru “A teacher is person charged
kehidupan bangsa. Hal ini berarti pendidikan
with the responbility if helping others to
adalah
learn and to behave in new different ways”
manusia. Manusia yang berdaya adalah
(James M. Copper, 1990). Itulah sebabnya
manusia yang dapat berpikir kreatif, yang
guru adalah pekerjaan professional yang
mandiri, dan yang dapat membangun dirinya
membutuhkan kemampuan khusus hasil
dan masyarakat (Tilaar dalam Aunurrahman
proses pendidikan yang dilaksanakan oleh
2000:21).
lembaga pendidikan keguruan. Hal seperti diungkapkan
Greeta
G.
Morine
seharusnya
usaha
Menurut pembelajaran
untuk
memberdayakan
Sanjaya adalah
mencerdaskan
(2007)
proses
merupakan
suatu
Dershimer:”A professional is aperson who
sistem. Dengan demikian, pencapaian proses
passess some specialized knowledge and
untuk meningkatkan kualitas pendidikan
skills, can weigh alternative and select from
dapat dimulai dari menganalisis setiap
among a number of potentially productive
komponen yang dapat membentuk dan
actions one that particularly appropriate in
mempengaruhi proses pembelajaran, begitu
a
banyak
given
1990;26).
situation”(James
M.
Copper,
komponen
yang
dapat
mempengaruhi kualitas pendidik. Namun, tidak mungkin upaya meningkatkan kualitas
86
Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran (Dian Eka Priyantoro)
dilakukan
dengan
memperbaiki
setiap
komponen secara serempak.
dilaksana-
kan
setelah
proses
belajar
mengejar selesai.
Komponen yang selama ini dianggap
Istilah kualitas berasal dari bahasa
sangat mempengaruhi proses pendidikan
Inggris (quality) dan sepadan dengan kata
adalah kemampuan guru. Hal ini memang
mutu dalam bahasa Indonesia, merupakan
wajar, sebab guru merupakan ujung tombak
istilah yang sudah tidak asing atau dikenal
yang berhubungan langsung dengan siswa
dalam kehidupan sehari hari. Kata ini
sebagai objek belajar, bagaimanapun baik
biasanya didahului atau dibarengi dengan
dan idealnya kurikulum pendidikan yang
kata lain, seperti kualitas eksport, kualitas
dibuat oleh pemerintah, dan bagaimana
import. Jadi kualitas adalah tingkatan atau
lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan
buruknya sesuatu yang baik atau buruk
yang dimiliki oleh sekolah. Namun, tanpa
benda atau manusia.
diimbangi dengan adanya kemampuan guru
Di
dalam
kamus
Besar
Bahasa
dalam mengembangkan dan mengimplemen-
Indonesia kualitas adalah ukuran baik buruk,
tasikannya di dalam pembelajaran, maka
mutu,
semuanya akan kurang bermakna.
kecerdasan,
Tinggi rendahnya pengakuan terhadap profesi
tenaga
taraf,
kependidikan,
kadar,
atau
kepandaian
derajat
dan
dari
sebagainya
(DEPDIKBUD,1983:179). Menurut Sudjana
menurut
(1989:87) pengertian secara umum dapat
Sudjana (1988;23) yaitu salah satu di
diartikan suatu gambaran yang menjelaskan
antaranya diukur dari tingkat pendidikan
mengenai baik buruk hasil yang dicapai para
yang ditempuhnya untuk mempersiapkan
siswa
jabatan
dilaksanakan.
tersebut.
Kehadiran
tenaga
dalam
proses
pendidikan
yang
kependidikan dalam proses belajar mengajar
Adapun pembelajaran dapat diartikan
tetap memegang peranan penting karena
sebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi,
peranan tenaga kependidikan dalam proses
intelektual, dan spiritual seseorang agar mau
belajar mengajar belum dapat tergantikan
belajar
dengan alat, misalnya dengan mesin, radio,
2009:85). Melalui pembelajaran akan terjadi
tape recorder, ataupun dengan computer
proses pengembangan moral yang baik,
sekalipun sebab dalam proses tersebut masih
aktivitas,
terlalu
unsur
melalui berbagai interaksi dan pengalaman
manusiawinya seperti sikap, nilai, perasaan
belajar. Pem belajaran berbeda dengan
motivasi, kepribadian, kebiasaan dan lain
mengajar
lain
menggambarkan aktivitas guru, sedangkan
yang
banyak
diperlukan
mendukung
dan
diharapkan
dengan
dan
sendirinya
kreativitas
yang
pada
(Abudin,
peserta
didik
prinsipnya
87
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
pembelajaran menggambar kan aktivitas
tersebut, melainkan mengetahui asal usulnya,
peserta didik.
cara mendapatkan dan mengembangkannya.
Menurut kajian Nasution bahwa hingga saat ini terdapa tiga macam pembelajaran
b. Faktor utama penentu kualitas
yang sering diartikan dengan pengertian mengajar.
Pertama,
Mengajar
pembelajaran
adalah
Keberhasilan
proses
pembelajaran
menanamkan pengetahuan kepada peserta
tidak
didik dengan tujuan agar pengetahuann
mengembangkan sebuah pembelajaran yang
tersebut
sebaik
berorientasi pada peningkatan intensitas
baiknya oleh peserta didik. Mengajar pada
keterlibatan siswa secara efektif di dalam
tipe ini dianggap berhasil jika peserta didik
proses pembelajaran, serta ditunjang dengan
menguasai pengetahuan yang ditranfer oleh
dengan keterlibatan antara guru dan siswa,
guru sebanyak banyaknya. Kedua, mengajar
adapun
adalah menyampaikan kebudayaan kepada
pembelaajaran yaitu;
dapat
dikuasai
dengan
terlepas
dari
faktor
kemampuan
penentu
guru
kualitas
peserta didik. Definisi kedua ini pada intinya sama
dengan
definisi
pertama
yang
menekankan pada guru sebagai pihak yang
1. Guru Strategi dan metode mengajar
aktif. Ketiga, mengajar adalah suatu aktivitas
digunakan
mengorganisasi atau mengatur lingkungan
pembelajaran di kelas. Strategi yang jitu dan
sebaik-baiknya
metode
dan
menghubungkannya
akan
yang
menentukan
yang
tepat
akan
menciptakan
dengan peserta didik sehingga terjadi proses
pembelajaran
belajar
Definisi
Pendekatan yang digunakan dalam mengajar
mengajar model pertama dan kedua pada
meliputi perencanaan administrasi maupun
sebagian besar masyarakat tradisional masih
non teknis. Metode yang tepat adalah metode
banyak digunakan. Hasilnya adalah peserta
mengajar yang sesuai dengan karakter materi
didik banyak menguasai bahan pelajaran,
pelajaran, siswa dan fasilitas belajar yang
namun mereka tidak tahu cara menggunakan
tersedia.
(Nasution,
1995:4).
bermakna
kualitas
bagi
siswa.
dan mengembangkannya. Sementara itu,
Gaya dan teknik mengajar guru juga
meng- ajar model ketiga, kini mulai banyak
ikut menentukan kualitas pem belajaran.
digunakan, terutama pada lembaga lembaga
Guru yang menguasai materi, piawai dalam
pendidikan modern. Hasilnya adalah peserta
berbahasa, demokratis dalam mengajar lebih
didik tidak hanya menguasai bahan pelajaran
berpeluang
untuk
menciptakan
suasana
pembelajaran yang menyenangkan siswa.
88
Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran (Dian Eka Priyantoro)
2. Sarana dan fasilitas belajar
belajaran menjadi lancar. Adapun hal-hal
Sarana dan fasilitas belajar merpakan
yang
dapat
menunjang
proses
semua benda atau materi yang dapat
pembelajaran tersebut menurut Supardi.
menunjang kelancaran proses pembelajaran.
(2013:104) di antaranya adalah:
Pembelajaran memerlukan adanya media dan alat peraga. Kalau perlu dilengkapi dengan fasilitas laboratorium yang memadai. Semua bahan ini membantu siswa untuk menerima dan mencerna materi pelajaran dengan baik. 1. Siswa
1. Menguasai Bahan/Pengetahuan a. Menguasai bahan bidnag studi dalam kurikulum sekolah. b. Menguasai bahan pendalaman atau aplikasi bidang studi. 2. Kemampuan mengelola program
Dalam
konteks
pendidikan,
siswa
pembelajaran.
adalah subjek sekaligus objek yang belajar.
a. Merumuskan
Siswa memiliki konsep-konsep ilmu yang
instruksional
sudah
mereka
dapatkan
dari
jenjang
tujuan
b. Mengenal
dan
pendidikan sebelumnya dan pengalaman
menggunakan
empiris sehari-hari. Pengembangan konsep
mengajar.
ilmu tersebut diluruskan dan dikembangkan melalui
proses
pem-
belajaran.
Siswa
ternyata bukanlah ibarat botol kosong yang harus diisii dari awal.
c. Memilih prosedur
dapat metode
dan
menyusun
instruksional
tepat d. Melaksanakan
Input siswa antara satu sekolah dengan sekolah lain tidak pernah persis sama. Latar belakang sosial dan geografi menentukan input siswa suatu sekolah. Sekolah yang
yang
program
pembelajarna e. Mengenal kemampuan (entry behavior) peserta didik f. Merencanakan
dan
merekrut siswa dengan sistem seleksi akan
melaksanakan
pengajaran
memiliki input intelektual yang lebih jika
remedial
dibandingkan
dengan
sekolah
yang
melaksanakan wajib belajar.
3. Kemampuan menggunakan media atau alat bantu pelejaran a. Mengenal,
c. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kualitas pembelajaran Dalam hal pembelajaran harus
memilih,
dan
menggunakan media b. Membuat alat alat bantu pembelajaran sederhana
ditunjang dengan sebaik-baiknya dan selengkap-lengkapnya agar proses pem 89
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
c. Menggunakan dan mengelola laboratorium
dalam
rangka
proses belajar mengajar
perpustakaan
dalam proses belajar mengajar f. Menggunakan unit
dalam
upaya
meningkatkan
kualitas pembelajaran di antaranya: 1.
d. Mengembangkan laboratorium e. Menggunakan
perhatian
Peserta didik a. Faktor Intern
1. Karakteristik Siswa Persoalan
intern
pembelajaran
micro-teaching
berkaitan dengan kondisi kepribadian siswa,
program
baik fisik maupun mental. Berkaitan dengan
dalam
pengalaman lapangan
aspek-aspek fisik tentu akan relative lebih
4. Kemampuan menggunakan metode
mudah diamati dan dipahami, dibandingkan
5. Kemampuan mengelola kelas
dengan
a. Mengatur
tata
ruang
kelas
untuk pengajaran
dimensi
iklim
pembelajaran yang serasi
mental
atau
emosional. Sementara dalam kenyataannya, persoalan
b. Menciptakan
dimensi
persoalan
pembelajaran
lebih
banyak berkaitan dengan dimensi mental atau emosional.
6. Kemampuan mengevaluasi. 2. Sikap terhadap belajar. Mengacu
tentang
Dalam kegiatan belajara, sikap siswa
seringkali
dalam proses belajar, terutama sekali ketika
dkemukakan bahwa masalah masalah belajar
memulai kegiatan belajar merupakan bagian
baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari
penting untuk diperhatikan karena aktivitas
dimensi guru maupun dari dimensi siswa.
belajar siswa selanjutnya banyak ditentukan
Selanjutnya, dikaji dari tahapannya, masalah
oleh sikap siswa ketika akan memulai
pembahasan
pada tetang
beberapa belajar
belajar dapat terjadi pada waktu sebelum
kegiatan belajar.
belajar, selama proses belajar dan sesudah belajar.
3. Motivasi belajar
Dari dimensi siswa masalah–masalah
Motivasi di dalam kegiatan belajar
belajar yang dapat muncul sebelum kegiatan
merupakan yang dapat menjadi tenaga
belajar dapat berhubungan dengan siswa,
pendorong
baik berkenaan dengan minat dll. Menurut
mendayagunakan potensi-potensi yang ada
Aunurrahman. (2013:177)
ada
pada dirinya dan potensi di lura dirinya
beberapa faktor yang perlu mendapatkan
untuk mewujudkan tujuan belajar. Siswa
bahwa
bagi
siswa
untuk
yang memiliki motivasi belajar akan tampak
90
Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran (Dian Eka Priyantoro)
melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam
pikirannya terarah untuk mencapau sesuatu
proses belajar, antara lain tampak melalui
hasil yang diinginkan.
keaktifan
bertanya,
mengemuka-
kan
pendapat, menyimpulkan pelajaran, mencatat
8. Kebiasaan belajar.
dan evaluasi sesuai dengan tuntutan pem-
Kebiasaan
belajaran.
belajar
adalah
perilaku
belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relative lama sehingga mem-
4. Konsetrasi belajar
berikan cirri dalam aktivitas belajar yang
Konsentrasi belajar merupakan salah
dilakukannya.
satu aspek psikologis yang seringkali tidak begitu mudah untuk diketahui oleh orang lain selain diri individu yang sedang belajar.
9. Faktor jasmani, meliputi faktor kesehatan, kebugaaran tubuh. Siswa yang sehat badannya lebih baik hasil belajarnya dari
5. Mengolah bahan belajar Mengolah
bahan
siswa yang sakit. belajar
dapat
diartikan sebagai proses berpikir seseorang
10. Faktor psikologi, diantara yang sangat
untuk mengolah informasi-informasi yang
berpengaruh
diterima sehingga menjadi bermakna.
perhatian,
adalah minat,
intelegnsia, bakat,
motif,
kematangan, kesiapan, dan kelelahan. 6. Menggali hasil belajar Dalam kegiatan pembelajaran kita sering mendengar bahkan mengalami sendiri di mana kita merasakan kesulitan menggali
b. Faktor ekstern Di antara faktor ekstern itu adalah: 1. Faktor Guru
kembali hasil belajar yangn sebelumnya
Dalam
sudah kita temukan atau kita ketahui.
kehadiran guru masih menempati posisi
7. Rasa percaya diri
psikologis
penting,
tengah
Rasa percaya diri merupakan salah satu kondisi
proses
seseorang
pembelajaran,
meskipun
pesatnya
di
kemajuan
teknologi yang telah merambah
yang
kedunia
pendidikan.
Dalam
berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan
berbagai
kajian
mnetal dalam proses pembelajaran. Rasa
bahwa
percaya diri padaumumnya muncul ketika
sesungguhnya
seseorang akan melakukan atau terlibat di
tanggung jawab guru mencakup
dalam suatu aktivitas tertentu di mana
aspek yang luas, lebih dari
diungkapkan
secara tugas
umum dan
91
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
sekedar
melaksanakan
proses
pembelajaran di kelas. Dalam
peraturan
Nomor
19
negatif terhadap siswa.
Pemerintah
Tahun
dimiliki
guru,
yaitu
kempetensi
pedagogis,
kompetensi
professional,
kompetensi
sosial
kompetensi
dan
kepribadian.
Direktorat Jenderal Pendidikan dan
Tenaga
Kepen
didikan
(2006) menjabarkan kompetensi pedagogis
kedalam
subkompetensi
dan
indicator
a. Memahami peserta didik b. Merancang pembelajaran
belajaran di sekolah, kurikulum merupakan
panduan
yang
dijadikan guru sebagai kerangka acuan
untuk
mengembangkan
proses pembel- ajaran. Seluruh aktivitas pembelajar- an, mulai dari
penyusunan
rencana
pembelajaran, pemilihan materi pembelajaran, pendekat
menentukan
an
dan
metode,
pembelajaran,
menentukan
teknik
kesemuanya
evaluasi,
harus
c. Melaksanakan
berpedoman
pada
kurikulum.
pembelajaran
melaksanakan
Dalam rangkaian proses pem
memilih dan menentukan media
esensial sebagai berikut:
d. Merancang
3. Kurikulum Sekolah
2005
ditetapkan 4 kompetensi yang harus
dapat pula memberikan pengaruh
dan evaluasi
pembelajaran
4. Sarana dan Prasarana Prasarana
dan
sarana
pembelajaran merupakan faktor yang turut memberikan pengaruh
2. Lingkungan Sosial
terhadap hasil belajar siswa.
Sebagai makhluk sosial maka
Keadaan gedung sekolah dan
setiap siswa tidak dmungkin
ruang kelas yang tertata dengan
melepaskan dirinya dari interaksi
baik, ruang perpustakaan sekolah
dengan
yang teratur, tersedianya fasilitas
lingkungan,
terutama
sekali teman-teman sebayanya di
kelas
dan
laboratorium,
sekolah. Lingkungan sosial dapat
tersedianya buku-buku pelajaran,
memberikan pengaruh positif dan
media/alat
bantu
belajar
merupakan komponen-komponen
92
Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran (Dian Eka Priyantoro)
penting yang dapat mendukung
etika profesi yang kuat serta kualifikasi
terwujudnya kegiatan kegiatan
kompetensi yang memadai. Dalam UU
belajar siswa.
Guru dan Dosen
(pasal 1 ayat 4)
disebutkan bahwa professional adalah 2. Pendidik
pekerjaan atau kegiatan yang dilakuan
Seperti yang telah diungkapkan di
oleh seseorang dan menjadi sumber
atas
faktor
penghasilan kehidupan yang memerlukan
pendidikan yang amat penting sebab
keahlian,kemahiran atau kecakapan yang -
di tangan guru yang berkompeten
memenuhi standar mutu atau norma
metode, kurikulum, alat pembelajaran
tertentu serta memerlukan pendidikan
lainnya akan hidup dan berperan.
profesi.
bahwa
guru
adalah
3. Lingkungan Lingkungan
Dengan demikian, keahlian yang macam,
dimilikinya harus mempu meningkatkan
lingkungan
proses pembelajaran di dalam kelas
sosial, lingkungan fisik, yaitu suasana
dengan hasil siswa yang baik. Hasil
dan
berlangsungnya
pembelajaran atau kualitas pembelajaran
pendidikan. Lingkungan sosial yakni
tidak hanya dari seorang guru yang
iklim dan suasana pendidikan.
professional saja, melainkan dari faktor
lingkungan
ada fisik
keadaan
dua dan
internal siswa itu sendiri, faktor-faktor
C. Kesimpulan Guru profesional adalah guru yang
yang
mendukung
keberhasilan
memiliki keahlian, tanggung jawab, dan
pembelajaran merupakan hal yang tidak
rasa kesejawatan yang didukung oleh
bisa
diabaikan
begitu
saja.
DAFTAR RUJUKAN
Abuddin, Nata. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta; Kencana Media Group. Aunurrohman. 2013. Belajar dan Pembelajaran.Bandung: Alfabeta. . Cooper, James. M. (ed). 1990. Classroom Teaching Skill Lexington.Massachusetts Toronto:D.C Heath and Company. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (DEPDIKBUD,1983) Cet. 2.H.
93
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
Suyanto, dkk. 2013. Menjadi Guru Profesional (Strategi meningkatkan kualifikasi dan kualitas guru di era global).Erlangga.. Rusyan.A.Tabrani. 1992. Profesionalisme Tenaga Kependidikan.Jakarta:Nine Karya Jaya. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran.Jakarta:Kencana. Nasution,S. 1995. Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta;Bumi Aksara. Sudjana, Nana. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru.
94
LESSON STUDY SEBAGAI WADAH PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU SD/MI DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU BERBASIS SCIENTIFIC Nuryanto*)
Abstract “Based on 2013 curriculum, the process of teaching and Learning for for Elementary school have to implement an integrated thematic learning using scientific approach. In fact, because of differences of teachers’ ability and knowledge about its matter that affected to the obstacles in the implementation of the 2013 curriculum. Therefore a set of solutions have to applied to solve its problem, one of this solution is the lesson study. Lesson study consisted of some steps, they are 1) Plan, 2) Do and 3) See, can be used to improve the quality of teacher performance that impact on the quality of student learning processes and outcomes.’ Keywords: Lesson study, the teachers’ professionalism, Integrated Thematic Learning and Scientific Approach keterampilan, dan pengetahuan peserta didik
A. Pendahuluan Perubahan
kurikulum
pendidikan
nasional Indonesia yang kemudian dikenal dengan
kurikulum
perubahan
terhadap
2013
melakukan
standar
kompetensi
dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah. Secara khusus pada jenjang Sekolah Dasar,
pembelajaran
kurikulum
2013
lulusan, standar isi, standar proses dan
dilaksanakan secara tematik terpadu dengan
standar
pendekatan saintifik. Pengelolaan pembel-
penilaian.
Standar
kompetensi
lulusan yang mencakup kompetensi sikap,
ajaran
keterampilan dan pengetahuan, kemudian
pendekatan saintifik. Pembelajaran pada
dijabarkan
dasarnya merupakan rangkaian kegiatan
dalam
kompetensi
inti
dan
secara
tematik
proses
dalam struktur kurikulum setiap jenjang
pembelajaran
pendidikan.
Kurikulum
yang
kompetensi pengajar, karakteristik peserta
menekankan
pada
pedagogik
didik, bahan ajar, strategi pembelajaran, dan
modern dalam pembelajaran menggunakan
media yang digunakan dalam pembelajaran.
pende- katan ilmiah sebagai katalisator
Kegiatan
utamanya atau perangkat atau apa pun itu
mengupayakan
namanya.
pembelajaran pada siswa yang lebih aktif,
Pendekatan
dimensi
ilmiah
(scientific
mengajar.
dengan
kompetensi dasar seluruh mata pelajaran
2013
belajar
terpadu
sangat
berkaitan
belajar
approach) diyakini sebagai titian emas
inovatif,
perkembangan dan pengembangan sikap,
menciptakan
agar
kreatif,
*) Dosen Tetap Pada Program Studi PGMI IAIN Metro Lampung
proses
Proses dengan
mengajar
selalu
terciptanya
proses
dan
efektif
pembelajaran
dengan yang
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
menyenangkan (PAIKEM). Dalam kegiatan itu diberikan pembelajaran ber- makna bagi
B. Hakikat Lesson Study Profesionalitas Guru pembelajaran Kurikulum 2013
bagi dalam
siswa. Suatu
pembelajaran
Mutu pendidikan tidak lepas dari
dikatakan
bermakna apabila struktur masalah (apa yang akan dipelajari) terkait dengan struktur berpikir siswa (apa yang sudah diketahui). Dalam hal ini, struktur masalah yang dihadapi dapat dikaitkan dengan struktur berpikir (skema) yang sudah ada di dalam
mutu
Guru efektif mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman. Guru efektif mampu membekali siswa dengan keahlian strategi belajar sesuai potensi dan minat masing-masing individu. Salah satu model
di
sekolah
adalah dengan Lesson Study. Lesson Study adalah model pembelajaran kolaboratif dan berkelanjutan,
dengan
tahapan:
Plan
(merencanakan), Do (melaksanakan)dan See
pendidik merupakan tenaga penting, karena mereka yang nantinya menjadi penentu kualitas
Terkait dengan Lesson Study sebagai wadah pengembangan profesionalitas guru dalam
pembelajaran
Tematik
Terpadu berbasis scientific, secara berurutan akan dibahas: 1) profesionalitas guru, 2) Pembelajaran Tematik Terpadu, 3) Lesson Study dan serta 4) implementasi Lesson Study guna pengembangan professional guru SD/MI
dalam
suatu
bangsa.
Peran
mewariskan
guru
kebudayaan,
menjadi contoh tindakan/perilaku di sekolah maupun di lingkungan masyarakat, sebagai komponen dan motor penentu tingginya kualitas
sumber
daya
manusia
dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Profesionalitas guru tertuang dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun
2005,
berisi
kompetensi
uraian
pedagogik,
profesional,
dan
mengenai kepribadian,
sosial.
Kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliput
(merefleksi).
SD/MI
Berperilaku
pendidik itu mengajar. Guru sebagai tenaga
pembinaan guru untuk mencapai kualitas dan pembelajaran
(guru).
profesional sama dengan bagaimana mutu
diantaranya
pikiran siswa.
profesionalitas
pendidik
pembelajaran
Terpadu berbasis Scientific.
Tematik
pemahaman
terhadap
peserta
didik,
perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta berbagai
didik
untuk
potensi
mengaktualisasikan yang
dimilikinya.
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik,
dan
berakhlak
mulia.
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas
96
Lesson Study Sebagai Wadah Pengembangan Profesionalitas ... (Nuryanto)
dan mendalam
yang memungkinkannya
Untuk menjadi guru yang profesional,
mem- bimbing peserta didik memenuhi
menurut Hamalik (2008:.31) perlu mema-
standar kompetensi yang ditetapkan dalam
hami berbagai pendekatan dalam pem-
Standar Nasional Pendidikan. Selanjutnya,
belajaran. Pendekatan dapat didefinisikan
yang dimaksud dengan kompetensi sosial
sebagai titik tolak atau sudut pandang
adalah kemampuan pendidik sebagai bagian
terhadap proses pembelajaran. Penggunaan
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
suatu
bergaul secara efektif dengan peserta didik,
nentukan bentuk dan pola yang dipergunakan
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
oleh kurikulum. Adapun kurikulum 2013
tua/ wali peserta didik, dan masyarakat
yang sedang diimplementasikan saat ini
sekitar.
menggunakan jenis pendekatan scientific.
pendekatan
pada
umumnya
me-
Penerapan sikap profesionalitas guru
Metode scientific pertama kali diperkenalkan
dapat diketahui dari bagaimana seorang guru
ke ilmu pendidikan Amerika pada akhir abad
tersebut
metode
ke-19, sebagai penekanan pada metode
menyajikan,
laboratorium formalistik yang mengarah
menguraikan, memberi contoh, dan memberi
pada fakta-fakta ilmiah.( Hodson, 1996
latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan
Metode scientific ini memiliki karakteristik
tertentu, yakni proses pembelajaran yang
“doing science”. Metode ini memudahkan
efektif dan efisien.
guru
mampu
pembelajaran
menerapkan
dengan
cara
untuk
memperbaiki
proses
Tujuan umum dalam meningkatkan
pembelajaran, yaitu dengan memecah proses
kompetensi pendidik meliputi: 1) kompetensi
ke dalam langkah-langkah atau tahapan-
profesional:
pengetahuan
tahapan secara terperinci yang memuat
kompetensi
instruksi untuk siswa melaksanakan kegiatan
pengetahuan
pembelajaran (Maria Varelas and Michael,
meningkatnya
2009:31). Hal inilah yang menjadi dasar dari
tentang
meningkatnya
materi
pedagogik: tentang
ajar,
2)
meningkatnya
pem-
belajaran,
kemampuan mengobservasi aktivitas belajar
pengembangan
peserta didik, memperkuat hubungan antara
Indonesia.
pelaksanaan pembelajaran sehai-hari dengan
Pendekatan
scientific
2013
atau
lebih
umum
kualitas
3)
merupakan pendekatan dalam kurikulum
kompetensi sosial: mem- perkuat hubungan
2013. Dalam pelaksanaannya, ada yang
kolegial,
menjadikan scientific sebagai pendekatan
4)
pembelajaran;
kompetensi
kepribadian:
meningkatnya motivasi dan semangat kerja.
pendekatan
di
tujuan jangka panjang dan meningkatnya rencana
dikatakan
kurikulum
ilmiah
ataupun metode. Namun karakteristik dari pendekatan scientific tidak berbeda dengan 97
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
metode scientific (scientific method). Sesuai
(penemuan). Agar dapat disebut ilmiah,
dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran
metode pencarian (method of inquiry) harus
pembelajaran
pengembangan
berbasis pada bukti-bukti dari objek yang
ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan
dapat diobservasi, empiris, dan terukur
yang
dengan
mencakup
dielaborasi
pendidikan.
untuk
Ketiga
setiap
prinsip-prinsip
penalaran
yang
kompetensi
spesifik. Karena itu metode ilmiah umumnya
tersebut memiliki lintasan perolehan (proses
memuat rangkaian kegiatan koleksi data atau
psikologi) yang berbeda. Sikap diperoleh
fakta melalui observasi dan eksperimen,
melalui aktivitas “menerima, menjalankan,
kemuadian
menghargai,
dan
hipotesis. Sebenarnya apa yang dibicarakan
diperoleh
dengan metode ilmiah merujuk pada: (1)
melalui aktivitas “mengingat, memahami,
adanya fakta, (2) sifat bebas prasangka, (3)
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
sifat objektif, dan (4) adanya analisa. Dengan
menghayati,
mengamalkan”.
dan
ranah
satuan
mencipta”.
Pengetahuan
Keterampilan
diperoleh
memformulasi
dan
menguji
metode ilmiah seperti ini diharapkan kita
melalui aktivitas “mengamati, menanya,
akan
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.
kebenaran yang objektif, tidak gampang
Karakteristik kompetensi beserta perbedaan
percaya pada hal-hal yang tidak rasional,
lintasan perolehan turut serta mempengaruhi
ingin tahu, tidak mudah membuat prasangka,
karakteristik standar proses (Permen No.65
selalu optimis (Kemdikbud. 2013:141).
Tahun 2013). Pendekatan scientific dalam pembelajaran
sebagaimana
mempunyai
sifat
kecintaan
pada
Selanjutnya secara sederhana pende-
dimaksud
katan ilmiah merupakan suatu cara atau
meliputi mengamati, menanya, menalar,
mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan
mencoba, membentuk jejaring untuk semua
dengan prosedur yang didasarkan pada suatu
mata pelajaran.
metode ilmiah. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non ilmiah. Pendekatan non ilmiah dimaksud meliputi semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui
Gambar 1: Langkah-langkah pendekatan scientific
coba-coba,
dan
asal
berpikir
kritis
(Kemdikbud,2013:142). Perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi
Untuk
pendekatan
siswa mencari tahu) dan proses penilaian
scientific diperlukan adanya penalaran dan
(dari berbasis output menjadi berbasis proses
sikap kritis siswa dalam rangka pencarian
dan output). Penilaian proses pembelajaran
98
memperkuat
Lesson Study Sebagai Wadah Pengembangan Profesionalitas ... (Nuryanto)
menggunakan pendekatan penilaian otentik
dengan mengintegrasikan materi beberapa
(authentic assesment) yang menilai kesiapan
mata
siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh
pembahasan. Pembelajaran tematik terpadu
(Permen No.65 Tahun 2013).
merupakan pendekatan pembelajaran yang
Pendekatan
dalam
satu
tema/topik
menjadi
meng- integrasikan berbagai kompetensi dari
trending topic pada pelaksanaan kurikulum
berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai
2013. Pembelajaran berbasis pendekatan
tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan
scientific
dalam
ini
scientific
pelajaran
lebih
efektif
hasilnya
dua
hal,
yaitu
integrasi
sikap,
dibandingkan dengan pembelajaran tradi-
keterampilan dan pengetahuan dalam proses
sional. Hasil penelitian membuktikan bahwa
pembelajaran dan integrasi berbagai konsep
pada
retensi
dasar yang berkaitan (Mendkbud, 2015:4).
informasi dari guru sebesar 10 persen setelah
Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan
15
bahwa
pembelajaran
menit
dan
kontekstual
tradisional,
perolehan
sebesar
25
pemahaman persen.
Pada
dengan
pembelajaran maksud
tematik
sebagai
dilakukan
upaya
untuk
pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah,
memperbaiki dan meningkatkan kualitas
retensi informasi dari guru sebesar lebih dari
pendidikan, terutama untuk mengimbangi
90 persen setelah dua hari dan perolehan
padatnya materi kurikulum.
pemahaman kontekstual sebesar 50 – 70 persen.
Pembelajaran tematik sesuai dengan teori konstruktivisme memandang proses
Pembelajaran untuk tingkat SD/MI
pembelajaran melalui pengalaman langsung
sederajat dalam pelaksanaan kurikulum 2013
(direct experience). Siswa mengkonstruksi
melaksanakan pembelajaran tematik terpadu.
pengetahuannya
Sebagaimana
dengan obyek, fenomena, pengalaman dan
tercantum
dalam
salinan
lampiran Permendikbud No. 65 tahun 2013
dari
interaksi
langsung
lingkungannya.
tentang standar proses bahwa pembelajaran
Pada kenyataannya, karena adanya
tematik terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A
perbedaan kemampuan dan pengetahuan
disesuaikan dengan tingkat perkembangan
guru,
siswa.
mengembangkan Pembelajaran tematik terpadu yang
yang
belum
dapat
semua kegiatan
memfasilitasi
guru
mampu
pembelajaran siswa
untuk
sering juga disebut sebagai pembelajaran
mengamati fenomena yang terjadi yang
tematik terintegrasi (integrated thematic
berhubungan dengan materi pelajaran. Hal
instruction, ITI) aslinya dikonseptualisasikan
inilah yang menjadi salah satu hambatan
tahun 1970-an. Pembelajaran tematik dapat
dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Oleh
diartikan
karenanya diperlukan beberapa solusi untuk
suatu
kegiatan
pembelajaran
99
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran,
yang
salah satunya yaitu dengan lesson study
improvement), alias inovasi yang tiada henti.
Lesson (2009:2)
Study
Lesson
berakhir
Study
(continuous
menurut
Sudrajat
(2015:2) merupakan kegiatan yang dapat
peningkatan kualitas pembelajaran yang awal
mendorong terbentuknya sebuah komunitas
mulanya berasal dari Jepang. Di negara
belajar
tersebut, kata atau istilah lesson study lebih
konsisten
populer dengan sebutan “Jugyoukenkyuu”
perbaikan diri, baik pada tataran individual
Lesson Study, yang dalam bahasa Jepangnya
maupun manajerial
jugyou kenkyuu, adalah sebuah pendekatan
C. Implementasi
melakukan
pembelajar-
an
di
suatu
Susilo
pernah
pendekatan
untuk
merupakan
menurut
tak
perbaikan-perbaikan Jepang.
(learning dan
society)
yang
sistematis
Lesson
secara
melakukan
Study
Untuk
Pengembangan Profesionalitas Guru
Perbaikan-
Lesson Study merupakan salah satu
perbaikan pem- belajaran tersebut dilakukan
upaya peningkatan kompetensi pedagogi
melalui proses-proses kolaborasi antar para
yang efektif karena memperoleh pengalaman
guru untuk merencanakan (plan), mengamati
langsung
(observe), dan melakukan refleksi (reflect)
pembelajaran, pembuatan RPP, pelaksanaan
terhadap pembelajaran (Lessons).
pembelajaran (melalui Lesson Study) yang
Menurut Catherine Lewis (2015) Lesson Study, yaitu suatu model (pola) pembinaan
dari
penentuan
topik
terdiri atas tiga tahapan, yakni plan, do dan see.
pendidik
melalui
Lesson study merupakan satu upaya
pembelajaran
secara
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran
kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan
yang dilaksanakan secara kolaboratif dan
prinsip-prinsip
mutual
berkelanjutan oleh sekelompok guru. Dengan
komunitas
berkolaborasi guru mampu mengembangkan
pengkajian
learning
profesi
mulai
(studi)
untuk
kolegalitas
dan
membangun
belajar
bagaimana siswa belajar dan bagaimana Lesson Study bukan sebuah metode
membelajarkan
siswa.Selain
itu
atau strategi pembelajaran tetapi serangkaian
lesson
guru
memperoleh
kegiatan pembelajaran yang dapat diterapkan
pengetahuan
di dalamnya berbagai metode atau strategi
narasumber.
pembelajaran yang dianggap efektif dan
adanya umpan balik dari anggota lesson
sesuai
study. Sehingga kemampuan guru semakin
dengan
situasi,
kondisi,
dan
study
permasalahan faktual yang dihadapi guru di
hari
dalam kelas, dan Lesson Study merupakan
melakukan
suatu cara peningkatan mutu pendidikan 100
dari Hal
semakin
dapat guru
ini
contoh
lainnya
diperoleh
bertambah
melalui
baik
kemudian
atau
melalui
dengan dikritisi
Lesson Study Sebagai Wadah Pengembangan Profesionalitas ... (Nuryanto)
ataupun
dari
memperhatikan
contoh
kemudian meng-kritisi. Ada
berbagai
suasana kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media, alat peraga dan evaluasi
cara
yang
dapat
proses hasil belajar. Dari hasil identifikasi
ditempuh pendidik dalam melaksanakan
tersebut
lesson study. Hal ini tentu dapat disesuaikan
Lesson Study) tentang pemilihan materi
dengan kondisi dan situasi dalam praktiknya.
pembelajaran, pemilihan metode dan media
Pertimbangan-pertimbangan ini digunakan
yang sesuai dengan karakteristik siswa, serta
untuk
pembelajaran
jenis evaluasi yang akan digunakan. Pada
selanjutnya. Implementasi Lesson Study yang
saat diskusi, akan muncul pendapat dan saran
diajukan dalam tulisan ini mengadopsi dari
untuk
pendapat
yang
diterapkan. Pada tahap ini, guru atau teman
mengenalkan ada tiga tahap utama LS,
sejawat mengemukakan hal-hal penting/baru
yakni: Perencanaan (Plan), Pelaksanaan
yang perlu diketahui dan diterapkan oleh
(Do)dan Refleksi (See).
para
perbaikan
rencana
Ibrahim
(2013:10)
didiskusikan
menetapkan
guru
Model,
pembelajaran
(dalam
pilihan
yang
seperti
konstruktif,
kelompok
akan
pendekatan pendekatan
pembelajaran yang memandirikan belajar siswa,
pembelajaran
pengembangan
Life
Skill,
kontekstual, pemutakhiran
materi ajar atau yang lainnya. Hal penting yang didiskusikan di kegiatan Lesson Study ini adalah penyusun- an/penggunaan lembar observasi, terutama penentuan aspek-aspek Tahapan-tahapan
dalam
yang perlu diperhatikan dalam suatu proses
Implementasi Lesson study dapat dijelaskan
pem- belajaran dan indikator-indikatornya,
sebagai berikut:
terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa.
Perencanaan (Plan) Pada tahap ini
Aspek-aspek
proses
pembelajaran
dan
dilakukan identifikasi masalah di kelas yang
indikator-indikator itu disusun berdasarkan
akan digunakan untuk kegiatan Lesson Study
perangkat pembelajaran yang dibuat serta
dan perencanaan alternatif pemecahannya.
kompetensi dasar yang ditetapkan untuk
Identifikasi
rangka
dimiliki siswa setelah mengikuti proses
perencanaan pemecahan masalah tersebut
pembelajaran.Dari hasil identifikasi masalah
berkaitan dengan pokok bahasan (materi
dan diskusi perencanaan pemecahannya,
pelajaran) yang relevan dengan kelas dan
selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu
jadwal pelajaran, karakteristik siswa dan
perangkat
masalah
dalam
pembelajaran
yang
terdiri 101
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
atas:RPP, LKS, Media atau alat peraga
pembelajaran yang telah disusun sebagai
pembelajaran, instrumen penilaian proses
dasar untuk perbaikan rencana pembelajaran
dan
berikutnya. Apakah rencana pembelajaran
hasil
pembelajaran
serta
lembar
observasi pembelajaran.
tersebut telah sesuai dan dapat meningkatkan
Pelaksanaan (Do) Pada tahap ini
performa keaktifan belajar siswa. Jika belum
guru model melakukan implementasi RPP
ada kesesuaian, hal-hal apa saja yang belum
yang
Guru
sesuai, metode pembelajarannya, materi
Model/peserta lainnya melakukan observasi
dalam LKS, media atau alat peraga, atau
dengan menggunakan lembar observasi yang
yang lainnya.
telah dipersiapkan dan perangkat lain yang
D. Pengaruh Implementasi Lesson Study
telah
disusun.
Guru,
dan
diperlukan. Para observer ini mencatat halhal
positif
dan
negatif
dalam
Terhadap Profesionalitas Guru
proses
Dengan Pelaksanaan Lesson Study
pembelajaran, terutama dilihat dari segi
dapat
tingkah laku siswa. Selain itu dilakukan
pengembangan keprofesionalan guru-guru.
rekaman foto dan video berkenaan dengan
Manfaat pelaksanaan Lesson Study yaitu:
kejadian-kejadian khusus (pada guru atau
1. Lesson
siswa)
selama
pelaksanaan
memberikan
sumbangan
Study
terhadap
memungkinkan
Guru
pembelajar-
memikirkan dengan cermat mengenai
an.Hasil rekaman ini digunakan sebagai
tujuan Pembelajaran, Materi Pokok, dan
bukti untuk didiskusikan dalamtahaprefleksi.
Bidang Studi .
Refleksi (See) Pada tahap refleksi ini,
Lesson
Study
tidak
hanya
guru model yang tampil dan para observer
memperhatikan pembelajaran untuk satu
mengadakan diskusi tentang pembelajaran
kali pertemuan atau satu pokok bahasan
yang baru saja dilakukan.Pertama, Guru
saja,
Model
membelajarkan satu unit materi pokok
menyatakan
kesannya
selama
melainkan
melaksanakan pembelajaran, baik terhadap
dan bahkan
dirinya
yang
memperhatikan per- kembangan siswa
dihadapi.Selanjutnya observer menyampai-
dalam jangka panjang. Karena itu, ketika
kan hasil analisis data observasinya, terutama
memilih bidang kajian akademis dan topik
yang menyangkut kegiatan siswa selama
Lesson
berlangsung
menargetkan dalam mengatasi kelemahan
maupun
terhadap
pembelajaran.
siswa
Selanjutnya,
bidang
bagaimana
Study,
dan
guru
sering (a)
siswa
atas komentar para observer. Hasil tahap
topik yang
refleksi ini selanjutnya digunakan untuk
mengajarkannya,
memper-
terkini, misalnya aspek kebaharuan segi
102
kembali
rencana
belajar,
juga
Guru Model memberikan tanggapan balik
timbangkan
dalam
studi,
bagi (c)
(b) guru
memilih
memilih sulit subjek
Lesson Study Sebagai Wadah Pengembangan Profesionalitas ... (Nuryanto)
isi,
teknologi,
dan
pendekatan
Lesson
Study,
guru
pembelajaran, (d) memusatkan perhati-
mengidentifikasi
an pada hal terpenting yang mendasar
informasi apa yang mereka perlukan
yang berpengaruh terhadap pembelajaran
untuk memecahkan masalah pembelajaran
lainnya.
yang menjadi fokus kajian dalam Lesson
2. Lesson
Study
Mengkaji
Memungkinkan dan
Guru
Mengembangkan
dan
dapat
mengorganisasi
Study. Melalui Lesson Study guru secara bersama-sama
berkesempatan
Pembelajaran yang Terbaik yang dapat
untuk memikirkan penge -tahuan yang
dikembangkan
melalui Lesson Study,
dianggap penting, apa saja yang belum
guru dapat mengkaji dan mengemangkan
mereka ketahui mengenai hal itu, dan
pembelajaran yang terbaik, misalnya guru
berusaha mencari informasi yang mereka
mampu
perlukan untuk membelajarkan siswa.
menghasilkan
Buku-buku
produk
tersebut
buku. memuat
4. Lesson
Study
Memungkinkan
Guru
tujuan jangka panjang yang ingin dicapai,
Memikirkan Secara Mendalam Tujuan
filosofi
Jangka Panjang Yang Akan Dicapai Yang
pembelajaran
yang
dianut,
rancang- an pembelajaran dan rancangan
Berkaitan dengan Siswa
seluruh unit, contoh hasil kerja siswa, hasil refleksi mengenai kesulitan
pembelajaran,
Study
dapat
memberi
kesempatan kepada guru untuk mem-
serta
pertimbangkan kualitas ideal yang ingin
petunjuk praktis bagi guru lain yang ingin
dikuasai oleh siswa pada saat mereka
mencoba pembelajaran tersebut. Dalam
lulus, kualitas apa yang dimiliki siswa
hal ini, guru yang lain tidak hanya
saat sekarang, dan bagaimana mengatasi
diharapkan
kesenjangan yang ada di antaranya.
tetapi
dalam
kekuatan dan
Lesson
mencoba
yang
lebih
membelajarkan, mereka
Guru sering menerjemahkan kualitas ideal
menguji,
yang diharapkan dimiliki oleh para siswa
dan melaporkan perbaikan yang mereka
itu adalah dalam bentuk kecakapan hidup.
lakukan. Proses tersebut akan bermuara
Kecakapan-kecakapan hidup yang di-
pada peningkatan kualitas pembelajaran.
maksud,
sedapat mungkin
3. Lesson
Study
Memperdalam
penting
menambah,
memungkinkan Pengetahuan
Guru
Mengenai
Materi Pokok Yang Diajarkan Lesson Study juga memperdalam
misalnya sikap
persahabatan, perspektif,
5. Lesson
Study
Merancang
yang
Kolaboratif
melaksanakan
mengembangkan dan
cara
berpikir
dalam menikmati sains.
pengetahuan guru mengenai materi pokok diajarkan. Dengan
menghargai
Memungkinkan Pembelajaran
Guru Secara
103
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
Lesson Study memberi kesempatan
7. Lesson
Study
Memungkinkan
Guru
kepada guru secara kolaboratif me-
Mengembangkan Pengetahuan Pedagogis
rancang pembelajaran.
Yang Kuat Penuh Daya
boratif
dapat
an kepada
Aktivitas
memberikan
guru
untuk
kola-
kesempat-
Lesson
Study
dapat
memberi
memikirkan
peluang kepada guru untuk mengem-
pembelajarannya sendiri setelah mem-
bangkan pengetahuan pedagogis secara
pertimbangkannya dengan
optimal.
Hal
yang dilakukan oleh guru yang lain.
melalui
Lesson
Melalui Lesson Study guru dapat saling
terus menerus
berupaya
membelajarkan
mengembangkan
dan
pengalaman
melalui
aktivitas-
aktivitas shared knowledge. 6. Lesson
Study
Mengkaji
strategi
Memungkinkan
Secara
Cermat
Guru
Cara
dan
Proses Belajar Serta Tingkah Laku Siswa Lesson Study memberi kesempatan
ini
disebabkan Study
guru
untuk
secara untuk
meningkatkan
pembelajaran
diterapkan
karena
yang
mener-
dapat
jemahkan
kurikulum. Guru dapat secara terus menerus memikirkan bagaimana kualitas pertanyaan yang mampu di- pecahkan
kepada guru untuk mengkaji secara
oleh
cermat cara dan proses belajar serta
Pertanyaan tersebut diharapkan dapat
aktivitas siswa. Fokus Lesson Study
memotivasi siswa untuk mempertahankan
hendaknya
minat belajarnya secara konsisten.
diarahkan
pada
peningkatan pembelajaran
melalui
siswa
8. Lesson
dalam
pembelajaran.
Study
Memungkinkan
Hasil
Pembelajaran
Guru
pengamatan terhadap aktivitas belajar
Melihat
siswa. Pengamatan tersebut bertujuan
Melalui Respon Siswa dan Tanggapan
untuk
Para Kolega
menemukan
meningkatkan
cara-cara
kegiatan
untuk
belajar
dan
Sendiri
Lesson Study memberi kesempatan
kegiatan berpikir siswa, bukan pada
kepada
kegiatan guru. Oleh sebab itu, aktivitas
belajarannya sendiri melalui respon siswa
Lesson
buka
dan tangapan para kolega. Data yang
mengkritik
diberikan oleh kolega menjadi “cermin”
Study sesungguhnya
menyalahkan kesalahan
guru
guru.
Di
atau
dalam
Lesson
guru
melihat
hasil
pem-
bagi guru yang melaksanakan Lesson
Study, guru perlu mencari bukti bahwa
Study.
siswa memang belajar, termotivasi, dan
guru mencatat kegiatan diskusi dalam
berkembang.
kelompok kecil, menghitung jumlah siswa
dikumpulkan,
Berdasarkan guru
data
dapat
yang melihat
pembelajarannya melalui tanggapan siswa 104
yang
Kolega
dapat
angkat tangan,
atau
membantu
mencatat
pertanyaan dan jawaban guru. Guru
Lesson Study Sebagai Wadah Pengembangan Profesionalitas ... (Nuryanto)
pelaksana
Lesson
Study
dapat
pula
Lesson study sebagai model pe-
memita kepada kolega untuk mencatat
ningkatan
interaksi siswa. Dengan cara ini, guru
kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan
dapat
kolegalitas
melihat
bagaimana
siswa
mengalami pembelajaran yang efektif.
dan
mampuan
Perubahan
kurikulum
2013
pembelajaran
melalui
tematik
penerapan
terpadu
pembelajaran
secara
bermutu
dan
guru
mengenai
pembelajaran
tematik terpadu dan pendekatan saintifik.
menghendaki terjadinya perubahan pada pembelajaran
guru
menjadi alternatif untuk peningkatan ke-
E. Penutup
proses
profesionalitas
Lesson
study
yang
dilaksanakan
melalui tahap perencanaan (plan), pelaksanaan
(do)
dan
refleksi
(see)
pendekatan saintifik pada semua tingkat
memungkinkan guru dapat meningkatkan
kelas di Sekolah Dasar. Pemahaman dan
kemampuan professional secara bersama-
kemampuan guru kelas/mata pelajaran dalam
sama dengan semangat kerjasama, diskusi
pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu
dan saling berbagi. Pelaksanaan lesson study
dan
dapat
pendekatan
saintifik
yang
belum
menjadi
model
alternatif
memadai perlu pembinaan guru kelas/mata
peningkatan
kemampuan
guru
pelajaran
pembelajaran
tematik
terpadu
untuk
secara
berkelanjutan
peningkatkan
terutama
kemampuan
pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu
pendekatan kurikulum
saintifik 2013
untuk dalam dan
dalam
pelaksanaan
di satuan
pendidikan.
dan pendekatan saintifik.
DAFTAR RUJUKAN
Akhmad Sudrajat, “Lesson Study Untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran”, h. 2, dalam http://ideguru.wordpress.com/2010/04/09/lesson-study-untuk-meningkatkanprosesdan-hasil-pembelajaran/, diunduh tanggal 12 Maret 2015 Catherine Lewis. Does Lesson Study Have a Future in the United States?. Dalam http://www.sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm, diunduh 12 Maret 2015. Herawati Susilo, et.al., 2009. Lesson Study Berbasis Sekolah” Guru Konservatif Menuju Guru Inovatif”, Malang: Bayumedia Publishing,. Hodson. Laboratory work as scientific method: Three decades of confusion and distortion. Journal of Curriculum Studies. 1996 (Online),
105
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
http://65.54.113.26/Publication/3305623/laboratory-work-as-scientific-method-threedecades-of-confusion-and-distortion, diakses pada tanggal 6 April 2015. Kemdikbud. 2013. Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran . Jakarta: Pusbangprodik. Maria Varelas and Michael Ford. The scientific method and scientific inquiry: Tensions in teaching and learning. USA: Wiley InterScience, 2009 Mendikbud. Bahan Ajar Pengelolaan Pembelajaran Tematik Terpadu.(Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, 2013 Oemar Hamalik. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
106
PENGEMBANGAN MODEL PAKEM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA SISWA KELAS AWAL DI SEKOLAH MODEL KOTABUMI UTARA
Elizar*)
Abstract The purpose of this research are to produce PAKEM Models that can increase the intelligence of students and mathematic logic and to know the difference increasing logical mathematic intelligence in early grades of elementary school children with learning scenario-oriented PAKEM model with the logical mathematic intelligence in early grades of elementary school children that do not use PAKEM model. This research uses research and development method. The design of this research follows the Borg and Gall development design that is modified. This development design consists of three stages: introductory studies, model development and model testing. The subjects of this research are teachers and students of first-grade with PAKEM model in North Kotabumi. The data analysis of this research uses t test statistics. The result of this research shows that generally, the school side, such as the head master and school committee fully supports the implementation of Model PAKEM at their school, and from the teachers’ side shows that teachers have a good perception, but they do not have strong motivation yet caused by inadequate knowledge about strategies, the assistance of the district is less operating effectively and they have not had PAKEM Model as a standard to increase students' mathematic logic intelligence early grades, whereas from the students’ side looks that they are happy with the uses of PAKEM Model. The hypothesis of this research is there is influence between PAKEM model and the mathematic logic intelligence the early grade school students in North Kotabumi. The data analysis results show that t = 3, 70. The testing with significance level 0, 05 or 95% of the level of acceptance of the hypothesis with r table value 2,069. It can be concluded that PAKEM Model and ordinary learning (traditional) there are significant differences in the influence of logical mathematic intelligence to develop early-grade students. It is hoped that PAKEM Model which includes syllabus and learning scenarios which are produced from this research can be guided by the teachers in the learning process, especially to increase students' mathematic logic early grades of elementary school in North Kotabumi. Key Words: Model Pakem, Kecerdasan Logika Matematika, Kelas Awal
*) Staf Pengajar STKIP Muhammadiyah Kotabumi Lampung
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
pembelajaran
A. PENDAHULUAN
diduga
kuat
dapat
sekolah dasar
memenuhi harapan tersebut adalah model
proses awal dimulainya program
pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif
Pendidikan di kelas awal adalah
yang
pendidikan formal bagi anak. Program
Kreatif
pendidikan di kelas awal menyentuh aspek
Pendekatan
perkembangan
dengan
sosialisasikan untuk diimplementasikan di
bermacam-macam
beberapa sekolah yang ditunjuk sebagai
kecerdas- an, di antaranya adalah kecerdasan
model di Kotabumi Utara, namun belum
logik
akan
dapat berjalan sesuai dengan diharapkan.
dimiliki murid jika dibarengi dengan usaha
Melalui penelitian ini akan dikembangkan
yang sungguh-sungguh dari guru. Pertama,
dan
guru harus menguasai konsep sehingga tidak
pembelajaran
mengalami kesulitan dalam memberikan
PAKEM sebagai upaya mengembangkan
materi
kecerdasan logik matematik murid kelas
potensi
murid
mengembangkan
matematik.
yang
Kecerdasan
bervariasi.
ini
Kedua,
guru
Efektif
dan
Menyenangkan).
pembelajaran
divalidasikan
ini
bentuk
berorientasi
dengan
telah
kegiatan
pada
awal
kebutuhan muridnya. Perpaduan kedua hal
mengembangkan
tersebut sangatlah penting mengingat murid
optimal.
di kelas awal membutuhkan dasar yang
pembelajaran
kuat.(Depdiknas, 2009)
diharapkan murid memiliki kecerdasan logik terhadap
usaha
pengembangan kecerdasan logik matematika
potensi diri
Dengan
matematik dan sementara
murid
model
mengatahui starategi apa yang sesuai untuk
Pengamatan
harapan
di-
menerapkan
PAKEM
di
kelas
dapat secara model awal,
landasan yang kuat untuk
pengembangan kemampuan matematiknya di tingkat pendidikan selanjutnya.
ini di kelas awal terkesan membuat murid tertekan sehingga banyak mereka yang tidak
Sesuai dengan latar belakang penelitian
menyukai matematika, bahkan bukannya
sebagaimana dipaparkan di atas, maka yang
tidak mungkin mereka akhirnya membenci
menjadi permasalahan penelitian ini adalah
atau trauma terhadap matematika.
model
pembelajaran
PAKEM
yang
bagaimanakah, yang dapat secara kondusif Berkenaan
dengan
hal
di
atas,
perlu
diupayakan oleh guru model pembelajaran yang
mendorong
munculnya
belajar
bermakna pada murid, yakni bagaimana mereka mampu melibatkan diri secara fisik, mental
dan intelektual
belajarnya. 108
Salah
dalam aktivitas
satu
pendekatan
menumbuhkembangkan matemtaik
murid?
kecerdasan
logik
Berdasarkan
permasalahan di atas, maka yang menjadi pertanyaan Bagaimanakah
penelitian model
adalah: PAKEM
1) untuk
meningkatkan kecerdasan logik matematik
Pengembangan Model Pakem Untuk Meningkatkan Kecerdasan Logika Matematika Siswa ... (Elizar)
murid?” dan 2)
Bagaimanakah perbedaan
Djiwandono
(2014:86)
mengemukakan
peningkatan kecerdsan logic matematik pada
bahwa pembelajarannya pada anak harus
anak
scenario
tetap berdasarkan sifat-sifat atau ciri-ciri
pembelajaran berorientasi model PAAKEM
perkembangannya. Sehubungan dengan itu
dengan yang tidak menggunakan model
Katz dan Char dalam Purnami (2010:111)
PAKEM?
menyatakan bahwa anak kelas awal tumbuh
Kelas
Awal
dengan
Manfaat penelitian ini bagi guru, dapat kembangnya secara holistik karena itu topik meningkatkan kemampuan dalam mendesain pembelajaran dirancang secara luwes, dan model tidak kaku. Anak-anak memiliki dorongan PAKEM. Bagi sekolah, hasil penelitian ini ingin tahu sangat kuat terhadap apa saja yang merupakan masukan untuk melakukan evalusi ditemui di lingkungannya, oleh karena itu pembelajaran
matematika
dengan
diri, dan bagi jajaran dinas pendidikan dapat pembelajarannya dilakukan melalui proses dijadikan masukan untuk perumusan inquiry, di mana anak-anak terlibat dalam kebijakan
dalam
pengembangan
sekolah perencanaan dan explorasi. ( Satori, 2011:11)
model. Hakikat Murid Kelas Awal
MModel Pembelajaran PAKEM
Murid kelas awal berada pada rentangan usia
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran
6-9 tahun dengan sifat perkembangan dirinya
Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
terjadi secara integratif, artinya aspek-aspek
Pembelajaran yang aktif mengandung makna
pertumbuhan dan perkembangan fisik, metal,
bahwa sebuah proses pembelajaran harus
sosial, moral, estetika dan lain sebagainya,
dapat menumbuhkan motivasi dalam diri
pendek kata semua domain perkembangan
siswa untuk terlibat secara aktif. Guru harus
anak terjadi
menciptakan
secara integratif (Zulkifli,
suasana
sehingga
dipandang sebagai suatu proses
mempertanyakan, mengemukakan gagasan,
Perkembangan salah berkaitan
dengan
(Bredekamp,
satu
aspek selalu
aspek-aspek
2009:8).
lainnya
Mengembangkan
berinteraksi memanipulasi disekiarnya,
aktif
rupa
2012:17). Perkembangan anak sebaiknya holistik.
siswa
sedemikian
dengan
bertanya,
lingkungan,
objek-objek
yang
ada
dan
sebagainya.
Caranya
salah satu aspek saja tidak mungkin tanpa
bermacam-macam,
misalnya
dengan
melihat hubungan dan pengaruhnya terhadap
mengajak
siswa
aspek yang lain.
pengalaman,
yang
mengungkapkan kemudian
dapat
diungkapkan ke dalam berbagai bentuk seperti tulisan atau gambar. 109
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
Pembelajaran yang kreatif mengandung arti
berbicara
dan
mencatat,
bahwa
dapat
masalah
dan
kontekstual
menciptakan kegiatan belajar yang beragam
2009:8).
sehingga
tingkat
Pembelajaran yang menyenangkan berkaitan
Kreativitas guru juga
dengan penciptaan suasana belajar yang
berkaitan dengan pemanfaatan media belajar
aman, menyenangkan, dan menarik bagi
yang sesuai untuk menjelaskan suatu materi
siswa sehingga mereka tergerak untuk
kepada` siswa. Seorang guru dituntut untuk
terlibat dan memusatkan perhatiannya secara
kreatif dan memiliki kepekaan terhadap
penuh pada kegiatan tersebut. Suasana
berbagaimedia yang ada di sekitarnya yang
belajar yang dimaksudkan antara lain adalah
dapat dipakai untuk proses belajar di kelas.
suasana belajar yang menyenangkan yang
Pembelajaran yang efektif berkaitan dengan
didukung oleh lingkungan yang aman dan
keberhasilan proses belajar yang dijalankan
bahan ajar yang relevan.
dalam mencapai tujuan pem- belajaran yang
Suparlan dalam Rosdijati, dkk
diharapkan. Situasi belajar yang aktif dan
menyatakan bahwa ciri yang menonjol
seorang
guru
memenuhi
kemampuan siswa.
harus
berbagai
menyenangkan tidaklah cukup jika proses
menyelesaikan (Depdiknas,
(2009:25)
dalam PAKEM adalah sebagai berikut:
belajar pembelajaran tersebut tidak efektif, yaitu
tidak
menghasilkan
apa
yang
seharusnya dikuasai siswa setelah proses pembelajaran
berlansung.
Lebih
lanjut
Suparlan (2009:21) mengemukakan bahwa jika
pembelajaran
hanya
aktif
dan
1. Adanya sumber belajar
yang beraneka
ragam; tidak lagi mengandalkan buku sebagai
satu-satunya
Tujuannya
untuk
sumber lebih
belajar.
memperkaya
pengalaman belajar siswa.
menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
2. Sumber belajar yang beragam tersebut,
pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperi
kemudian
permainan biasa. Dalam hal ini salah satu
pembelajarannya
hal yang krusial dari seorang guru dalam
kegiatan.(Klasikal (K), Group (G) dan
keseluruhan proses pembelajaran di sekolah
Individual (I).
adalah
merancang
3. Hasil kegiatan pembelajaran berupa
aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan
karya-karya individu atau kelompok siswa di
tujuan
pajang di kelas.
mempersiapkan
pembelajaran.
matematika
yang
dan
Pembelajaran efektif
adalah
pembelajaran yang aktif dan partisipatif, menggunakan
110
benda
konkrit,
meliputi
didisain dengan
skenario berbagai
4. Aktivitas pembelajaran bervariasi secara aktif. Biasanya didominasi oleh aktivitas individual dalam beberapa menit, kegiatan
Pengembangan Model Pakem Untuk Meningkatkan Kecerdasan Logika Matematika Siswa ... (Elizar)
berpasangan, dan kegiatan kelompok untuk
Menurut
memgerjakan
intelektualnya berada pada tahap operasional
disepakati
tugas-tugas bersama.
yang
Salah
lebih seorang
Peaget
konkret
(7-12
perkembangan
tahun).
Pada
fase
diantaranya menyampaikan hasil kegiatan
pekembangan ini terjadi perubahan yang
mereka di depan kelas.
amat signifikan dalam perkembangan anak
5. Dalam mengejakan tugas, para siswa baik
yaitu
secara
kelompok,
berdasarkan: a) pengembangan kemampuan
kreativitas
membedakan berbagai aspek
individual
mencoba
maupun
mengembangkan
ia
peka
untuk
pembelajaran
lingkungan
yang penting, b) koordinasi bentuk terpisah
mereka semaksimal mungkin.
dalam keseluruhan dan struktur kognitif 6. Dalam menjalankan aktivitas, terlihat antusiasme dan rasa senang siswa.
menyatu serta dalam suatu operasi konkreat, dan c)
kemampuan berfikir berkenaan
7. Pada akhir proses pembelajaran, siswa
dengan sebab akibat dan sebaliknya. Selain
melakukan
yakni
itu pada diri anak sudah mulai tumbuh rasa
menyampaikan kesan dan harapan mereka
tanggung jawab, dapat menilai diri sendiri,
terhadap proses pembelajaran yang baru saja
menyampaikan
mereka ikuti
berdiskusi tentang pandangan mereka yang
kegiatan
Pembelajaran dasarnya
refleksi,
dengan tidak
PAKEM mematok
pendapat
mereka,
dan
pada`
tidak sama dalam menanggapi sesuatu hal
model
disekitarnya.
Dengan
mempedomani
pembelajaran tertentu sebagai satu-satunya
beberapa karakteristik dari beberapa aspek
model yang harus dipakai. Dalam PAKEM,
perkembangan
guru
seyogyanya pembelajaran pada anak banyak
diberi
ruang
yang
luas
untuk
anak
memberikan
pembelajaran baik model ceramah, inkuiri,
menghayati dan berpikir
contextual teaching, cooperatif learning,
akibat dan sebaliknya, membedakan sesuatu
maupun
dari yang lain dalam pengembangan konsep
learning,
dan
Oleh
menangkap,
tentang sebab
sebagainya. Yang terpenting bagi PAKEM
dan
adalah bahwa setiap pembelajaran yang
pembelajaran harus bertolak dari strategi
dijalankan guru itu harus menampilkan ciri
pembelajaran yang bersifat faktual dan
umum dari PAKEM, yakni aktif, kreatif,
disesuaikan
dengan
efektif, dan menyenangkan.
perkembangan
serta pusat minat anak
PAKEM di Kelas Awal
generalisasi.
untuk
maka
menggunakan berbagai model atau metode
problem-based
latihan
tersebut
karena
itu
karakterisik
sehingga pembelajaran dijalani anak dengan keasyikan yang menyenangkan (enjoyment). (Subekti, 2012:19) 111
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
Oleh karena itu pembelajaran dengan model
diperlukan
PAKEM
merupakan suatu pilihan yang
kepekaan guru. Artinya setiap guru harus
dapat dilakukan guru dalam pembelajaran,
dapat berpikir secara terbuka yaitu keluar
model ini selain memenuhi karakteristik di
dari paradigma pengajaran tradisional, mau
atas,
menerima perubahan, serta harus memiliki
namun
didasarkan
kemampuan
siswa
pula
pada
dalam
aspek
hanyalah
kreativitas
kepekaaan untuk melihat
dan
setiap hal yang
perkembangan sosialnya, utamanya mereka
bisa digunakan di lingkungan sekitar dalam
sudah dapat berkejasama, mengemukakan
menunjang proses belajar.
pendapat dan berdiskusi dalam bentuk
Penerapan
startegi pembelajaran kooperatif.
pembelajaran mengharuskan guru untuk
Slavin
dalam
Sanjaya
model
PAKEM
dalam
(2014:240)
meninggalkan strategi pembelajaran yang
pertama,
selami ini diterapkan yang mengacu pada
membuktikan
pendekatan duduk, dengar, catat harus
bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif
dirubah karena dianggap tidak mampu
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
menghasilkan kompetensi yang diharapkan.
sekaligus dapat meningkatkan hubungan
Selain itu sikap guru yang efektif dapat pula
sosial,
menerima
dikembangkan untuk dapat menciptakan
kekurangan diri dan orang lain, serta dapat
suasana kelas nyaman sehingga dapat
meningkatkan
mendukung kelancaran pelaksanaan model
mengemukakan
dua
beberapa
penelitian
hasil
alasan,
menumbuhkan
harga
pembelajaran merealisasikan
sikap
diri.
Kedua,
kooperatif kebutuhan
dapat
siswa
PAKEM.
dalam
belajar berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan
pengetahuan
keterampilan.
Dengan
dengan demikian,
Kecerdasan Logik Matematik di Kelas Awal Logika, berasal dari kata Yunani
pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran sistem
yang
dapat
pembelajaran
yang
memperbaiki selama
ini
klasik, yaitu logos yang maknanya adalah kata,
atau
yang
dikatakan.
Pada
memiliki kelemahan, sehingga dijadikan
perkembangan selanjutnya berarti berpikir
alternatif
dan bernalar. (Yunus, 2013:3). Selanjutnya
dalam
pemelihan
strategi
Rachmat (2014: 1) menyatakan bahwa
pembelajaraan dengan model PAKEM. Pada hakekatnya penerapan PAKEM sesukar
112
dalam yang
model
pembelajaran tidaklah
dibayangkan.
Hal
yang
proses perkembangan logika manusia dalam kehidupannya
dihadapkan
data,
atau
benda
objek
pada yang
banyak dapat
Pengembangan Model Pakem Untuk Meningkatkan Kecerdasan Logika Matematika Siswa ... (Elizar)
digolomgkan berdasarkan criteria, sifat,
latihan yang diberikan guru, hanya saja
bentuk, ciri-ciri dan sebagainya. Anak-anak
untuk berpikir abstrak dan konseptual belum
dalam proses pengolahan benda objek
maksimal dilatihkan karena pembelajaran
melalui
memperhatikan aspek kemam- puan daya
pemikirannya
pengelompokan
akan
melakukan
(klasifikasi
dan
pikir anak kelas awal.
kategorisasi), membandingkan, menghitung
Kelas awal tidak semua anak memiliki cara
dengan
penjumlahan
belajar yang sama dalam matematika, hal ini
bahkan dengan membagi dan mengalikan.
akan membawa akibat hasil yang dicapai
Dengan bekal kemampuan ini cara berpikir
berbeda.
anak semakin terasah dan cerdas dalam
dilakukan dalam pembelajaran anak, yaitu :
bidang logic matematik.
belajar melalui bermain, belajar melalui
cara
Menurut
penambahan,
Howard
Gardner
Beberapa cara
yang dapat
(2009),
berbuat, belajar melalui panca indera, belajar
kecerdasan logik-matematik, adalah kecer-
melalui bahasa, belajar melalui imitasi dan
dasan dalam hal angka dan
belajar
logika.
dengan
gerakan.
(Depdiknas,
Kemampuan yang telah dikembangkan pada
2009:20). Kenyataan ini tentunya membuat
siswa,
guru
seperti
dalam
klasifikasi
dan
harus
menyesuaikan
cara
kategorisasi bentuk benda dan bangun datar.
pengajarannya dengan kondisi bagaimana
kemampuan berhitung dan bermain angka
mereka belajar.
dalam
bentuk
operasi
bilangan,
dan
B. METODE PENELITIAN
kemampuanan pemecahan masalah (problem Penelitian
solving).
ini
menggunakan
metode
penelitian dan pengembangan (Research & Amstrong (2009:29) menyatakan bahwa
Development).
Desain
pengembangan
anak yang memiliki kecerdasan logik-
penelitian mengikuti desain pengembangan
matematik
Borg dan Gall yang sudah dimodifikasi dan
suka menanyakan
tentang
bagaimana sesuatu itu bekerja, menghitung
dikembangkan
secara cepat, menyukai matematika, suka
Sukmadinata,
menata macam-macam hal secara tertaur,
penelitiannya bidang pengembangan model
kategorisasi dan hirarkhis, berpikir lebih
kurikulum dan pengajaran, yang terdiri atas
abstrak dan konseptual dan ratarata kelas
tiga tahap, yaitu: 1) Studi pendahuluan, 2)
serta mempunyai kepekaaan dengan sebab-
Pengembangan Model, dan 3) Uji Model.
akibat dalam suatu
persoalan.
umumnya di kelas awal
oleh dalam
Nana
Syaodih penelitian-
Pada
kecerdasan ini
terlihat sudah dimiliki anak sesuai dengan
Studi pendahuluan meruapakan tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tahap
113
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
ini terdiridari atas tiga langkah: 1) studi
pendidikan
kepustakaan, 2) survey lapangan dan 3)
Berdasarkan masukan-masukan dari hasil
penyusunan produk awal atau draf model.
konsultasi dan pembahasan
Survey lapangan dilaksanakan untuk mengumpulkan
data
berkenaan
dengan
matematika
dan
bahasa.
dilakukan
penyempurnaan draf model tersebut, yang meliputi rancangan silabus dan skenario
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
pembelajaran
matematika di kelas awal, khususnya di
meningkatkan kecerdasan logic matematik
kelas 1 sekolah dasar, terutama yang
siswa, sehingga menghasilkan model yang
berkenaan
siap diimplementasikan dan diuji.
dengan
pembelajaran
model
PAKEM
untuk
matematika. Pengumpulan data dilakukan
Dan pada tahap Uji Model
melalui wawancara, studi dokumenter dan
validasi terhadap model pembelajaran hasil
pengamatan pada waktu guru mengajar.
pengembangan.
Data
berhubungan
diharapkan
pembelajaran
meng-
yang
dengan
dikumpulkan pelaksanaan
matematika
kesimpulan
karakteristik
ini yang
model
Berdasarkan hasil survey tersebut dan teori-
dari tingkat efektivitasnya terutama dilihat
tori tentang pembelajaran PAKEM dalam
dari dampaknya terhadap kinerja guru,
mata pelajaran matematika dan kecerdasan
aktivitas
logic matematika maka disusun draf awal
keunggulan serta keterbatasannya. Untuk
model
pengembangan
mendapatkan kesim- pulan tersebut, pada
kecerdasan logik matematika siswa kelas
tahap uji validasi ini diperlukan rancangan
awal, khususnya kelas 1 sekolah dasar
eksperimen yang kemudian hasilnya diban-
berbentuk silabus dan skenario pembelajaran
dingkan dengan kelompok kontrol. Dalam
dalam penerapan model PAKEM untuk
hal ini pada waktu eksperimen dijalankan
meningkatkan kecerdasan logik matematika
untuk melihat pengaruh model PAKEM (E)
siswa kelas awal.
dibandingkan
Pengembangan model menghasilkan draf
pembelajaran biasa (K). Pada kegiatan ini
model yang sudah terarah pada untuk
model PAKEM diberikan kepada kelompok
meningkatkan kecerdasan logik matematik,
eksperimen
berupa silabus dan skenario pembelajaran
biasa/tradisional untuk kelompok kontrol.
selanjutnya dikonsultasikan dan dibahas
Pelaksanaan eksperimen ingin me-ngetahui
dalam diskusi pakar/ahli
model pembelajaran mana yang lebih baik
114
(Master
untuk
belajar
gambarkan
validasi
pembelajaran hasil pengembangan, dilihat
PAKEM
hasil
mendapat
uji
siswa.
PAKEM
dan
Hasil
dilakukan uji
dalam bidang
Trainer
PAKEM),
belajar
peserta
dengan
dan
didik,
dan
pengaruh
penmbelajaran
(efektif) untuk meningkatkan kecerdasan
Pengembangan Model Pakem Untuk Meningkatkan Kecerdasan Logika Matematika Siswa ... (Elizar)
logic matematik. Dengan mengunakan t-Test
pada akhirnya diperoleh gambaran bahwa
(Hadi, 2012:277). Dalam hal perbedaan
model
kecerdasan logic matematik siswa dalam
pengaruh pada peningkatan kecerdasan logik
penerapan model PAKEM dilihat dengan
matematika siswa kelas awal.
penyelidikan eksperimental, yang menggunakan matched subjects designs, yaitu
yang dikembangkan mempunyai
C. HASIL DAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
eksperimen yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang sudah
disamakan
subjek
demi
subjek
Berdasarkan survey lapangan dan mengacu pada dasar-dasar`teori atau konsep yang disimpulkan dari hasil studi kepustakaan,
sebelum eksperimen dijalankan.
maka disusun draf
model yang sudah
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Model
terarah
PAKEM di Kotabumi Utara yang berjumlah
pembelajaran PAKEM untuk meningkatkan
2
kecerdasan logik matematik, berupa silabus
Sekolah
Model
PAKEM
(SDN.2
pada
pengembangan
model
Madukoro, dan SDN. 1 Wonomarto) pada
dan
tahun pelajaran 2015/2016. Adapun yang
mendapatkan deskripsi karakteristik model
menjadi subjek penelitiannya adalah guru dan peserta didik kelas 1, yang secara
skenario
pembelajaran.
Untuk
pembelajaran hasil pengembagan dilakukan uji validasi pengujian model.
keseluruhan terdiri dari 3 kelas, setiap kelas jumlah peserta didiknya berkisar antara 30
Pada`uji
validasi
eksperimen
sampai 32 peserta didik.
dilakukan
yang
rancangan
kemudian
hasilnya
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Data yang diperoleh dalam penelitian ini
Dalam
meliputi data hasil studi pendahuluan., hasil
terhadap
pengembangan, dan hasil uji validasi. Untuk
pengembangan.
data kualitatif dilakukan analisis data dengan
diharapkan
dapat
menggunakan pendekatan kualitatif, yang
karakteristik
model
hasilnya digunakan untuk bahan revisi pada
pengembangan,
uji coba berikutnya. Adapun untuk analisis
efektivitasnya
data kuantitatif, yang dalam hal ini adalah
dampaknya terhadap kinerja guru, aktivitas
skor hasil asesmen
belajar peserta didik, dan keunggulan serta
dianalisis dengan
tahap ini dilakukan uji validasi model
pembelajaran
Hasil
uji
hasil
validasi
ini
menggambarkan pembelajaran
dilihat terutama
dari dilihat
hasil tingkat dari
menggunakan statistik Uji t, yakni dengan
keterbatasannya.
cara membandingkan rata-rata skor hasil
kesimpulan tersebut, pada tahap uji validasi
asesmen
eksperimen
ini diperlukan rancangan eksperimen yang
dengan hasil belajar kelompok kontrol, yang
kemudian hasilnya dibandingkan dengan
antara
kelompok
Untuk
mendapatkan
115
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
kelompok kontrol. Dalam hal ini pada waktu
kecerdasan logik matematik siswa dalam
eksperimen
penerapan model PAKEM dilihat dengan
dijalankan untuk
melihat
pengaruh model PAKEM (E) dibandingkan
penyelidikan
dengan pengaruh pembelajaran biasa (K).
menggunakan matched subjects designs,
Dalam hal ini model PAKEM diberikan
yaitu
kepada kelompok eksperimen. Pelaksanaan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
eksperimen
model
yang sudah disamakan subjek demi subjek
pembelajaran mana yang lebih baik (efektif)
sebelum eksperimen dijalankan dengan hasil
untuk
pengolahan data nilai siswa dapat dilihat
ingin
mengetahui
meningkatkan
kecerdasan
logik
matematik. Dengan menngunakan t-Test
eksperimental,
eksperimen
yang
yang
menggunakan
dalam tabel berikut:
(Hadi, 2012:277). Dalam hal perbedaan
belajar kelompok yang tidak menggunakan model PAKEM. Demikian juga jika diamati banyaknya
siswa
mencapai
Kriteria
yang
sudah
Ketuntasan
dapat
Minimal
(KKM) yang telah ditetapkan pada sekolah model PAKEM di Kotabumi Utara untuk pelajaran matematika yaitu sebesar 6,5. Hal ini
menunjukkan
memakai
model
pembelajaran
dengan
PAKEM
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa sehingga Pada penelitian ini, kelompok yang
banyaknya siswa yang dapat mencapai nilai
dengan
KKM. Dengan demikian berdasarkan
terbimbing
analisis di atas dapat disimpulkan bahwa
mempunyai nilai rata-rata hasil belajar
pembelajaran dengan menggunakan model
sebesar 7,218. sedangkan kelompok yang
PAKEM berpengaruh terhadap hasil belajar.
diberi
perlakuan
pembelajaran
menggunakan model PAKEM
tidak diber perlakuan mempunyai nilai ratarata hasil belajar sebesar 6,478. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata tes hasil belajar kelompok yang pembelajarannya menggunakan model PAKEM lebih tinggi bila dibandingkan nilai rata-rata tes hasil
116
Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji perbedaan dua rata-rata yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan atau kesamaan antara dua data, maka teknik analisis statistik untuk menguji beda rata-rata adalah uji t (t
Pengembangan Model Pakem Untuk Meningkatkan Kecerdasan Logika Matematika Siswa ... (Elizar)
tes). Jika ttabel t hitung + ttabel
maka
H0 diterima, berarti model PAKEN berpengaruh
terhadap
tidak
pengembangan
pengaruhnya
yang
signifikan
untuk
meningkatkan kecerdasan logik matematik siswa kelas awal
kecerdasan logik matematik siswa. Jika
Berdasarkan hasil penelitian pengem-
ttabel > t hitung >+ ttabel maka H0 ditolak, berarti
bangan model PAKEM ada beberapa hal
model PAKEM
berpengaruh terhadap
pengembang- an kecerdasan logik matematik siswa. Berdasarkan hasil pengolahan data untuk
pengujian
hipotesis
maka
dapat
yang perlu dibahas, yaitu kesiapan berbagai komponen
yang
meliputi
kesiapan siswa, kesiapan guru,
kesiapan
sekolah,
kepala sekolah, komite sekolah dan orang tua.
diperoleh hasil seperti tabel di bawah ini:
di
Komponen-komponen
ini
sangat
menentukan keberhasilan pelaksanaan model PAKEM. Bila ditinjau dari kesiapan sekolah, kesiapan komite sekolah, kesiapan siswa, kesiapan orang tua dan masyarakat sangat mendukung terwujudkan penerapan model PAKEM dalam pengembangan kecerdasan logik matematik. Namun dari segi guru Dari perhitungan diperoleh thitung = 3,
belum
memunjukkan
kesiapan
yang
70 dengan pengujian dua pihak pada taraf
maksimal, karena keterbatasan wawasan
signifikan 0,05 atau tingkat penerimaan Ha
tentang strategi pembelajaran PAKEM dan
sebesar 95% dan db = 6=24 1 = 23, dalam tabel distribusi t, yang ada adalah untuk harga db = 23 dengan harga 2,069 dan taraf
belum
adanya
komprehensif
model untuk
PAKEM dikembangkan
yang di
sekolah.
signifikan 0,01 atau tingkat penerimaan Ha
Penerapan PAKEM di sekolah dapat
sebesar 99% db = 23 dengan harga 3,767.
dicarikan landasan pijaknya dalam Undang-
Berdasarkan perolehan nilai t yang diperoleh
Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang
ternyata di atas bilangan batas penolakan,
Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal
maka
taraf
1Undang-undang tersebut disebutkan bahwa
signifikansi 5 % H0
ditolak. Karena
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
atas`dasar
5%
dapat
untuk mewujudkan suasan belajar dan proses
dan
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
perbedaan
mengembangkan potensi diri, kepribadian,
disimpulkan
bahwa
signifikansi
pada
itu
disimpulkan bahwa model PAKEM pembelajaran
biasa
ada
117
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
1.
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
asyik belajar. 2.
Sementara itu pernyataan yang lebih jelas
dapat
dilihat
pada
Peraturan
Nasional
Pendidikan
3.
munculnya
PAKEM
juga
menunjukkan
sisi
demokratisasi. 4.
benar.
satuan pendidikan diselenggarakan secara menyenangkan,
PAKEM membuat guru bukanlah satusatunya sumber belajar yang mutlak dan
disebutkan bahwa proses pembelajaran pada
inspiratif,
memungkinkan
terutama
pada`pasal 19 ayat 1. Dalam pasal tersebut
interaktif,
PAKEM
berbagai potensi siswa.
Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar
PAKEM membuat siswa benar-benar
5.
PAKEM juga mendorong maksimalnya
menantang, memotivasi peserta didik untuk
daya serap para siswa terhadap materi
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
pelajaran.
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian
sesuai
bakat,
minat
6.
dan
mendorong
intelektual
siswa
(intelektual growth). 7.
Isi dari sejumlah aturan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran yang
akan
perkembangan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
PAKEM
PAKEM juga membantu perkembangan fisik siswa (Physical development).
8.
aktif, kreatif, efektif , menyenangkan dan
PAKEM
juga
perkembangan
berpusat pada siswa menjadi sangat penting
akan emosi
membantu
siswa
(emosi
development ).
untuk dilaksanakan. Oleh karena itu pula, pemerintah melalui Depdiknas berusaha
9.
PAKEM
juga
akan
mendorong
mengembangkan kemampuan guru dalam
perkembangan kemampuan membaca
menerapkan PAKEM di kelas, dan para guru
dan berbahasa siswa (language and
untuk itu dapat membantu perkembangkan
literacy development).
siswa sehingga mereka tumbuh menjadi generasi yang tangguh, kreatif, dan inovatif. Dari hasil eksperimen diketahui, ada
10. PAKEM
11. PAKEM untuk
PAKEM ini bagi siswa, sekolah, dan orang
hidupnya.
118
menumbuhkan
daya
kreativitas siswa (creativity).
banyak manfaat dari penerapan model
tua. Diantaranya sebagai berikut:
akan
juga akan mendorong anak
mencintai
belajar
sepanjang
Pengembangan Model Pakem Untuk Meningkatkan Kecerdasan Logika Matematika Siswa ... (Elizar)
12. PAKEM juga mendorong kreativitas dan dedikasi guru.
perubahan)
pada
sistem
sekolah
pada
umumnya, peran guru , siswa dan interaksi
13. PAKEM juga mendorong keterlibatan
pembelajaran. Dan sebagai sebuah proses, penerapan
orang tua. (Rosdijati, dkk, 2010:33)
model
PAKEM
dalam
meningkatkan kecerdasan logik matematik Dalam hal ini salah satu hal yang krusial dari seorang guru dalam keseluruhan proses pembelajaran di sekolah agar dapat manfaat di atas dapat dirasakan siswa adalah mempersiapkan dan merancang aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
siswa harus dilakukan secara terus menerus (kontiniu) dan konsisten terhadap tujuan diterapkannya model PAKEM di sekolah, khususnya di kelas awal dalam rangka pengembangan kecerdasan logik matematika siswa berkembang kemampuannya klasifikasi dan kategorisasi
dalam
bentuk benda
Sehubungan dengan hal di atas
sekitar, kemampuan berhitung dan bermain
untuk pengajaran matematika yang
angka dalam bentuk operasi bilangan, dan
efektif, guru perlu melakuhal hal-hal berikut:
kemampuanan pemecahan masalah (problem
maka
a.
mengembangkan
pengetahuan,
solving).
keterampilan dan konsep murid dengan
Pada dasarnya pembelajaran model
menggunakan materi-materi konkreat dan
PAKEM hakekatnya adalah kesatuan dari
peragaan praktis.
sebuah konsep reformasi pendidikan, dan
b. bersifat
Interaksi
dan
hubungan
yang
sebuah
proses
positif
dan
suportif
akan
mengadakan
yang
bertujuan
perubahan
pada
untuk sistem
mengarahkan anak pada perilaku yang lebih
pendidikan dan pendekatan pembelajaran.
baik, meningkatkan rasa percaya dirinya,
Pembelajaran
serta menunjang peningkatan prestasinya.
kontribusi pada peningkatan hasil belajar
b. Guru yang adil dan tidak bisa memperlakukan semua anak dengan sama, tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, kemampuan, latar belakang maupun agama. Sebagai sebuah gerakan reformasi dalam pendidikan, bahwa penerapan model PAKEM dalam pengembangan kecerdasan logik matematika merupakan suatu gerakan yang berupaya mereformasi (mengadakan
model
ini
memberikan
siswa, dengan kata lain adanya perbedaan hasil
belajar
siswa
dengan
mengikuti
pembelajaran yang memakai pendekatan tradisional. Penyelenggaraan model PAKEM ini akan terlaksana dengan baik bila guru utamanya dapat melakukan pengembangan kurikulum di tingkat operasional/kelas dan mata pelajarannya menyusun suatu model
119
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
pembelajaran dengan merancang silabus
disimpulkan pelaksanaan model PAKEM di
yang
sekolah untuk meningkatkan kecerdasan
komprehensif
pembelajaran
yang
dan
skenario
berorientasi
pada
logik
matematiaka
siswa
mendapat
kebutuhan dan minat siswa, sehingga jika
dukungan pihak sekolah, khususnya siswa,
diimplementasikan
guru, kepala sekolah, komite sekolah dan
menjadikan
proses
pembelajaran menjadi aktif, kreatif, efektif
pihak
dan
kecamatan).
menyenangkan.
Proses
ini
dapat
digambarkan dalam siklus berikut:
pemerintahan
Tingkat memadai
(pihak
kemampuan dalam
Depdiknas
guru
belum
merancang
dan
melaksanakan strategi pembelajaran dengan model PAKEM, untuk itu diperlukan model pembelajaran PAKEM yang bisa dijadikan acuan dalam implementasi model PAKEM, khususnya untuk meningkatkan kecerdasan logik matematik. Hasil belajar siswa
dengan meng-
gunakan model PAKEM lebih tinggi dari Selain itu
keberhasilan penerapan
model PAKEM ini
menempatkan
pendekatan tradisional. Dengan rata-rata
sekolah sebagai sistem social, di mana
7,218, melebihi angka KKM yang ditetapkan
komponen yang meliputi;
6,5. Sedangkan kelompok yang tidak diberi
siswa
telah
hasil belajar siswa dengan menggunakan
gaya guru dan
dalam pembelajaran,
kebijakan
perlakuan yang menggunakan pendekatan
sekolah, sikap para kepala sekolah, komite
tradisional mem -punyai nilai rata-rata
sekolah dan partisipasi masyarakat dikelola
6,478.
dengan baik.
Untuk itu keberhasilan
pengembangan model PAKEM ini perlu didukung oleh Manajemen Berbasis Sekolah
Pembelajaran dengan model PAKEM dan pembelajaran biasa ada perbedaan pengaruhnya yang signifikan untuk mening-
(MBS).
katkan kecerdasan logik matematik siswa D. PENUTUP
kelas awal dengan thitung = 3, 70
Berdasarkan kegiatan pengembangan
dan
pengujian dua pihak dengan taraf signifikan
meningkatkan
0,05 atau tingkat penerimaan Ha sebesar
kecerdasan logik matematika siswa kelas
95% dan db = 6=24 1 = 23, dalam tabel
awal di Sekolah Dasar Kotabumi Utara dapat
distribusi t, yang ada adalah untuk harga db
model
120
PAKEM
untuk
Pengembangan Model Pakem Untuk Meningkatkan Kecerdasan Logika Matematika Siswa ... (Elizar)
= 23
dengan harga 2,069
dan taraf
implementasi model PAKEM di sekolah,
signifikan 0,01 atau tingkat penerimaan Ha
maka dalam penerapannya perlu dilakukan
sebesar 99% db = 23 dengan harga 3,767.
pendampingan bagi guru oleh pihak Dinas
maka
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten dan
disimpulkan
bahwa
pada
taraf
signifikansi 5 % H0 ditolak.
Kecamatan dan meningkatkan kemampuan
Sesuai dengan implementasi pengembangan
model
PAKEM
di
lingkungan
guru dalam merancang dan melaksanakan strategi
pembelajaran
dengan model
dapat
PAKEM dengan memberikan guru-guru
perlu komitmen dan
pelatihan untuk modul 2 (lanjutan) yang
dukungan yang kuat dari semua pihak, yakni
dapat memperkaya guru dengan berbagi
kepala sekolah dan jajarannya, para guru,
pilihan strategi dan metoda pembelajaran
siswa, orang tua, tidak terkecuali peran
yang
masyarakat. Kemudian untuk mengetahui
kreativitas siswa dan menjadikan belajar
keberhasilan dan kelemahan dan kendala
sebagai suatu proses yang me nyenangkan.
Sekolah Dasar Kotabumi Utara beberapa hal, yaitu
dapat
membangun
keaktivan,
DAFTAR RUJUKAN Amstrong, Thomas. 2009, Multiple Intellgences in Classroom. Alexandria, Virginia for Supervision and Curriculum Development. Anonim, 2009. Praktik yang Baik di Kelas Awal: Pemodelan Pembelajaran Matematika yang Efektif, Jakarta:Proyek Mainsterming Good Practice in Basic Education (MGP-BE) Depdiknas. Anonim, 2009. Pembelajaran Aktif Kreratif, Efektif dan Menyenangkan, Sosialisasi dan Pelatihan KTSP. Jakarta:Depdiknas. Bredekamp, Sue. 2009. Developmentally Approriate Practice in Early Childhood Program Serving Children From Brth Through Age 8. Washington: NAEYC. Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo Gardner, Howard. 2009. Multiple Intelligence:Kecerdasan Logik matematik- Teori dan Praktek. Jakarta: Interaksara. Hadi, Sutrisno. 2012. Statistik,. Jogyakarta: Andi Offset Purnami I, Sri Subekti. 2010. Kurikulum (Pengantar Untuk Kurikulum Kreatif dan Praktek Sesuai Perkembangan). Jakarta: PT.Guna Widia. Rosdijati, dkk. 2010. Panduan PAKEM IPS SD. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
121
Jurnal Elsa Volume 14, Nomor 1, April 2016
Satori, Djamain. 2011. Hakekat dan Karakteristik Pengajaran di Kelas-Kelas Awal SD. Jakarta: Depdikbud Sanjaya, 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: Informatika. Setiadi, Rachmat. 2014. Pengantar Logika Matematika. Bandung: Informatika. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2014. Metode Penelitian Pendidika., Bandung: Remaja Yunus, Mahmud. 2013. Logika suatu Pengantar. Jokjakarta: Graha Ilmu. Rosdakarya. Undang-Undang Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Zulkifli.L.2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
122